Anda di halaman 1dari 23

TUGAS RESUME

PENGANTAR ILMU POLITIK SETA BASRI

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Ilmu Politik

Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. Damsar, MA

DI SUSUN OLEH :

RAJA NURHAYATI MAULIA


NIM : 21063201008

FAKULTAS ADMINISTRASI

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI BISNIS

STIA INDRAGIRI

TAHUN 2021/2022
KONSEP DAN METODELOGI ILMU POLITIK

1. DEFINISI POLITIK

Politik berasal dari bahasa Yunani “polis” yang artinya negara-kota. Dalam
negara-kota di zaman Yunani, orang saling berinteraksi guna mencapai
kesejahteraan(kebaikan, menurut aristoteles)dalam hidupnya.

A New Handbook of Political Sciance menyebutkan bahwa politik adalah


the constrained use of social power (penggunaan kekuasaan sosial yang
dipaksakan). Kata “kekuasaan sosial” ditekankan untuk membedakannya
dengan “kekuasaan individual”. Ini akibat politik berkenaan dengan pengaturan
hidup suatu masyarakat secara keseluruhan.

Gabriel A. Almond,et.al., mendefinisikan “...the activities with the control


of public decisions among a given people and in a given territory, where this
control may be backed up by autboritative and coercive means. Politics refers to
the use of these autboritative and coercive means- who gets to employ them and
for what purposes.”

[“...kegiatan yang berhubungan dengan kendali pembuatan keputusan


publik dalam masyarakat tertentu diwilayah tertentu, dimana kendali ini
disokong lewat instrumen yang sifatnya otoritatif (berwenang secara sah) dan
koersif (bersifat memaksa). Politik mengacu pada penggunaan instrumen
otoritatif dan koersif ini. Siapa yang berhak menggunakannya dan dengan
tujuan apa.”]

Definisi lain politik dimasa modern juga dicatat oleh Hamid:

“... modern definition of politics, however ,covers the government of the


state and that of other human organizations, where “government” means
organized autbority and implies the institutions of leadership and autboritative
alocations of values.”
[“... definisi politik dimasa modern mencakup pemerintah suatu negara dan
pola organisasi yang didirikan manusia lainnya, dimana “pemerintah” adalah
otoritas yang terorganisir dan menekankan pelembagaan kepemimpinan serta
pengalokasian nilai secara otoritatif.”]

Andrew Heywood mengajukan 4 asumsi tatkala kata “politik” diucapkan.


Keempat asumsi tersebut adalah:

1. Politik Sebagai Seni Pemerintahan

Politik adalah penerapan kendali didalam masyarakan lewat pembuatan dan


pemberdayaan keputusan kolektif.

2. Politik Sebagai Hubungan Publik

Aritoteles dalam bukunya politics menyatakan bahwa manusia adalah


binatang politik. Maknanya, secara kodrati manusia hanya dapat memperoleh
kehidupan yang baik lewat suatu komunitas politik. Lalu, dilakukan
pembedaan antara lingkup “publik” dan “privat”.

3. Politik Sebagai Kompromi Konsensus

Sbaring atau pembagian kekuasaan adalah asumsi politik sebagai kompromi


dan konsensus. Kompromi dan konsensus dilawankan dengan brutalitas,
pertumpahan darah, dan kekerasan. Dalam politik tidak ada pihak yang
kepentingannya terselenggarakan 100%.

4. Politik Sebagai Kekuasaan

Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau suatu kelompok untuk


mempengaruhi orang atau kelompok lain guna menuruti kehendaknya.
Kekuasaan yang dirujuk adalah kekuasaan sosial, yaitu produksi, distribusi,
dan penggunaan sumber daya suatu masyarakat.
2. ILMU POLITIK

Ilmu adalah pengetahuan yang disusun secara metodis, sistematis, objektif,


dan umum. Metodis artinya menggunakan metode, cara, jalan yang lazim
digunakan dalam disiplin ilmu yang dibicarakan. Sistematis artinya masing-
masing unsur saling berkaitan satu sama lain secara teratur dalam suatu
keseluruhan sehingga dapat tersusun suatu pola pengetahuan yang rasional.
Objektif artinya kebenaran dari hasil pemikiran dari suatu bidang dapat
memperoleh bobot objektif (sesuai kenyataan), tidak lagi bersifat subjektif
(menurut pemikiran sendiri. Umum, artinya tingkat kebenaran yang mempunyai
bobot objektif tersebut dapat berlaku umum, dimana saja dan kapan saja.

Pengetahuan adalah “apa yang kita peroleh dalam proses


mengetahui...tanpa memperhatikan objek, cara, dan kegunaannya.” Pengetahuan
tidak berbicara mengenai aspek ontologis, epistemologis, dan aksiologis suatu
objek.

3. ONTOLOGI ILMU POLITIK

Secara ontologis, politik juga memiliki objek kajian yang spesifik. Miriam
Budiardjo menyebutkan ada 5 objek ontologis ilu politik yaitu:

1. Negara (state)

Organisasi dalam suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan tertinggi yang


sah dan ditaati oleh rakyatnya.

2. Kekuasaan (power)

Kemampuan seseorang untuk mempengaruhi tingkah laku kelompok lain


sesuai keinginan dari pelaku.

3. Pengambilan keputusan (decision-making)

Membuat pilihan diantara beberapa alternatif, menunjuk pada proses yang


terjadi sampai keputusan itu dicapai.
4. Kebijakan umum ( public policy)

Kumpulan keputusan yang diambil oleh seseorang dalam usaha memilih


tujuan dan cara untuk mencapai tujuan.

5. Pembagian (distribution)

Pembagian dan penjatahan dari nilai-nilai (values) dalam masyarakat.


Pembagian ini sering tidak merata dan karena itu menyebabkan konflik, baik
antar masyarakat didalam negara maupun antarnegara.

Sebagai sebuah konsep Bellamy and Mason menyebutkan bahwa politik


memiliki dimensi yang cukup luas dan tidak mungkin dirangkum seluruhnya.
Namun keduanya berupaya merangkum ontologi politik kedalam 4 dimensi
yaitu:

1. Dimensi kebijakan dan institusi yang terdiri atas kebebasan (liberty), hak
(rights), dan keadilan sosial (social justice)

2. Lingkungan dalam negeri dan fungsi negara yang terdiri atas kewajiban politik
(political obligation), nasionalisme dan negara (nationalism and the state),
kejahatan dan hukuman (crime and punishment), kesejahteraan dan
pengecualian sosial ( welfare and social exclusion), legitimasi ( legitimacy),
demokrasi ( democracy), dan aturan hukum (rule of the law).

3. Hubungan negara dengan masyarakat sipil yang terdiri atas publik dan privat
(public and private), komunitas (community), multikultularisme, dan gender.

4. Masalah global dan hubungan antarnegara yang terdiri atas teori green politics,
keadilan internasional, dan perang yang berkeadilan.

4. EPISTEMOLOGI ILMU POLITIK

Secara sederhana, epistemologi berarti bagaimana suatu ilmu di bangun.


Dalam membangun suatu ilmu, seorang ahli teori dibatasi oleh periode hidup
serta hal lain yang mempengaruhi pikirannya saat membangun suatu ilmu.
Dalam ilmu politik, epistemologi ilmu ini diterjemahkan kedalam konsep
pendekatan. Arti pendekatan adalah dari sudut mana serta bagaimana seseorang
melihat suatu permasalahan. Didalam ilmu politik menurut David E Apter
terdapat 6 pendekatan dalam memahami fenomena politik. Keenam pendekatan
tersebut masing-masing memiliki pendukung dan karakteristik khas.

5. FILSAFAT POLITIK

Suatu pendekatan ilmu politik yang relaif abstrak sebab berbicara pada
dataran filosofis kegiatan politik.

A. Tradisi Klasik (Plato dan Aristoteles)

Bagi Plato, kehidupan negara yang sempurna akan tercapai jika prinsip-
prinsip keadilan ditegakkan. Keadilan menurut Plato adalah tatanan
keseluruhan masyarakat yang selaras dan seimbang. Bagi Plato, negara
terdiri dari 3 bagian besar yaitu para penjamin makan(pekerja), para
penjaga, dan para pemimpin. Para pekerja terdiri dari mereka yang bekerja
agar kebutuhan manusia dapat tersedia. Para penjaga mengabdikan seluruh
hidupnya demi kepentingan umum para penjaga dilarang memuaskan
kepentingan pribadi masing-masing. Para pemimpin dipilihdiantara para
penjaga khususnya mereka yang paling memahami filsafat atau ahlu filsuf

Aristoteles( 384-322 SM) menyamakan tujuan negara dengan tujuan


manusia menciptakan kebahagiaan(eudaimonia). Manusia adalah makhluk
sosial sekaligus zoon politikan ( binatang politik) sebab manusia tidak dapat
berbuat banyak demi mencapai kebahagiaan tanpa bantuan orang lain.
Dengan demikian, tugas negara bagi Aristoteles pun jelas mengusahakan
kebahagiaan hidup warga negaranya. Aristoteles menyarankan pembentukan
suatu negara politeia tatkala ia tengah membicarakan polis. Menurut
Hansen, polis dipahami komunitas(koinonia) warga negara.
B. Tradisi Abad Pertengahan ( Santu Agustinus, Thomas Aquinas, dan
Martin Luther)

 Santo Agustinus (13 november 354 M – 28 Agustus 430 M)


Agustinus menulis magnum opus-nya De Cevitate Dei (kota tuhan). Ia
membagi negara menjadi 2 substansi sekoler dn surgawi. Negara sekuler
(diaboli) adalah negara yang jauh dari penyelenggaraan hukum tuhan,
sementara negara surgawi ( disebut pula negara Allah) ditandai oleh
pejunjungan tinggi.
 Santo Thomas Aquinas (1225-1274 M)
Magnum opus Aquinas adalah Summa Tbeologia. Berbeda dengan
Agustinus, Aquinas menyatakan bahwa negara adalah sekular. Negara
adalah alamiah sebab tumbuh dari kebutuhan manusia yang hidup didunia.
 Martin Luther (1484-1546 M)
Tahun 1517 Luther memberontak terhadap kekuasaan Gereja Roma,
sebabnya adalah mulai korupnya kekuasaan bapa gereja. Luther memuntut
paus mengakui kekuasaan para raja dan tidak mengintervensi
penyelenggaraan kekuasaan dengan dalih penafsiran kitab suci.

C. Tradisi Pencerahaan (kembali kepersoalan duniawi)

 Niccolo Machiavelli (1469-1527 M)


Machiavelli menandaskan bahwa kekuasaan merupakan awal dari
terbentuknya negara. Negara adalah simbol kekuasaan politik tertinggi
yang sifatnya mencakup semua dan mutlak. Secara umum, baik dalam II
priancipe maupun discourse, Machiavelli menunjukkan metode praktis
berpolitik.
 Thomas Hobbes (1588-1679 M)
Leviatban ditulis Hobbes kala inggris berada dalam perang sipil. Buku
tersebut mencoba membangun fondasi sistem sosial yang diyakini akan
stabil dan mampu meminimalisasikan bahaya anarki dan ketiadaan hukum.
Bagi Hobbes manusia adalah serigala bagi sesamanya (bomo bomini
lopus), sebab manusia pada dasarnya memiliki naluri buas atau jahat
didalam dirinya.
 Jhon Locke (1632-1704 M)
Menurut Locke manusia pada dasarnya adalah baik,tetapi
perilakunyaberangsur-angsur memburuk karena menjaga harta milik dari
jaharan individu lain. Negara dibutuhkan untuk menjamin hak milik pribadi
dan ia akan mendorong manusia kembali ke perilaku asalnya yaitu baik.
 Montesquie (1689-1755 M)
Magnum opus Montesquieu (Charles- Louise de Secondat Montesquieu)
adalah The Spirit of the Laws yang ditulis tahun 1748. Buku ini terdiri atas
31 buku yang dibagi menjadi 6 bagian, dengan rincian sebagai berikut:
1. hukum secara umum dan bentuk pemerintah
2. pengaturan militer dan pajak
3. ketergantungan adat kebiasaan atas iklim dan kondisi alam suatu wilayah
4. perekonomian
5. agama
6. uraian tentang hukum romawi,perancis,dan feodalisme
 Jean Jacques Rousseau (1712-1778 M)
Tokoh ini dinyatakan sebagai salah satu inspirator revolasi prancis.
Rousseau menyebutkan bahwa negara terbentuk lewat suatu perjanjian
sosial. Artinya individu dalam masyarakat sepakat untuk menyerahkan
sebagian hak, kebebasan, dan kekuasaan yang dimilikinya kepada sebuah
kekuasaan bersama.

D. Tradisi Modern

 Georg Wilhelm Friedrich Hegel


Menurut Hegel, ada satu kekuatan absolut yang sedang bekerja didunia ini.
Kekuatan tersebut ia sebut ide mutlak. Ide mutlak bergerak dalam sejarah
dan bentuk yang paling sempurna adalah negara. Konsep ide mutlak Hegel
ini mirip dengan konsep akal semesta seperti yang sebelumnya pernah
diutarakan oleh filsuf islam diantaranya Ibnu Rusyd( Averroes)
 Karl Heinrich Marx
Ia menyatakan bahwa negara hanyalah alat dari kelas kaya ekonomis untuk
menghisap kelas miskin (proletar). Dengan adanya negara, penindasan
kelas pertama atas yang kedua berlanjut. Penindasan hanya dapat
dihentikan jika negara dihapuskan. Penghapusan negara dilakukan melalui
revolusi proletariat.
 John Stuart Mill
Mill amat menjunjung tinggi kehidupan politik yang negosiatif. Baginya
negara muncul hanya sebagai instrumen untuk menjamin kebebasan
individu. Bagi Mill yang harus diperbuat negara adalah menciptakan
greatest happiness for greatest number (kebahagiaan terbesar untuk jumlah
yang terbesar).

6. PENDEKATAN INSTITUSIONAL

Pendekatan filsafat politik menekankan pada ide-ide dasar seputar dari


mana kekuasaan berasal, bagaimana kekuasaan dijalankan, serta untuk apa
kekuasaan diselenggarakan. Pendekatan institusional menekankan pada
penciptaan lembaga-lembaga untuk mengaplikasikan ide-ide ke alam kenyataan.
Dalam konstitusi dikemukakan apakah negara berbentuk federal atau kesatuan,
sistem pemerintahannya berjenis parlementer atau presidensil. Badan
pembuatan uu (legislatif) berfungsi mengawasi penyelenggaraan negara oleh
eksekutif. Pada perkembangannya, pendekatan institusional diverifikasi oleh
pendekatan sejenis yang lebih baru: neo-institusionalisme. Metodologi ini
berkembang sejak akhir 1980-an neo-institusionalisme mengkombinasikan
minat kalangan tradisionalis dalam mempelajari lembaga politik formal seperti
dalam pendeketan intitusionalisme, khususnya pada auran dan struktur formal
pada lembaga tersebut.

7. PENDEKATAN BEHAVIORAL

Pada pendekatan ini khusus membahas tingkah laku politik individu.


Behavioral menganggap individu manusia sebagai unit dasar politik (bukan
lembaga, seperti pendekatan institusionalisme).

8. PENDEKATAN PLURAL

Pendekatan ini memandang bahwa masyarakat terdiri dari beragam


kelompok. C, Wright Millis pada tahun 1961menyatakan bahwa interaksi
kekuasaan antar kelompok tersusun secara piramidal. Robert A. Dahl
sebaliknya, pada tahun 1963 menyatakan bahwa kekuasaan antar kelompok
relatif tersebar, bukan piramidal. Peneliti lain yaitu Floyd Hunter menyatakan
bahwa karakteristik hubungan antar kelompok bercorak top-down (mirip seperti
mills).

9. PENDEKATAN STRUKTURAL

Penekanan utama pendekatan ini adalah pada anggapan bahwa fungsi yang
ada disebuah negara ditentukan oleh struktur yang ad ditengah masyarakat,
bukan oleh mereka yang duduk di posisi lembaga politik.

10. PENDEKATAN DEVELOPMENTAL

Pendekatan ini menekankan pada aspek pembangunan ekonomi serta


politik yang dilakukan oleh negara-negara baru tersebut. Karya klasik
pendekatan ini diwakili oleh Daniel Lerner melalui kajiannya disebuah desa di
Turki pada tahun 1958. Menurut Lerner, mobilitas sosial (urbanisasi, literasi,
terpaan media, partisipasi politik) mendorong terciptanya demokrasi. Karya
lain ditengarai oleh karya Samuel P. Huntington dalam political order in
cbanging society pada tahun 1968. Karya ini membantah kesimpulan Daniel
Lerner. Bagi Huntington mobilitas sosial tidak secara linear menciptakan
demokrasi, tetapi dapat mengarah pada instabilitas politik. Hal yang harus
segera dilakukan negara baru merdeka adalah memperkuat otoritas lembaga
politik seperti partai politik, parlemen, dan eksekutif.

11. AKSIOLOGI ILMU POLITIK

Aksiologi ilmu politik adalah untuk memberi jalan atau cara yang lebih
baik dalam hal negosiasi kepentingan antar kelompok dalam masyarakat.
Askiologi ilmu politik juga erat berkait dengan 4 asumsi orang tatkala
mendengar kata politik seperti yang diutarakan Andrew Heywood. Lewat
karier-karier yang tersedia dalam ilmu politik, seorang alumni ilmu politik
mencapai tujuan ilmu politik. Mark Rowth menyebutkan karier ilmu politik
mencakup bidan pelayanan publik (public service), pengajaran (teaching),
hukum(law), dan manajemen nonprofit (nonprofit management). Menurut J.G.
Fergusson, karier dalam bidang politik dalah duta besar, pekerja kampanye,
manajer kota, pejabat federal dan negara, pejabat luar negeri, pengumpul dana,
penafsir dan penerjemah, pengacara dan hakim, pelobi, penulis dan kolumnis
politik, reporter politik, dan lain sebagainya yang bersangkutan dengan politik.

12. HUBUNGAN POLITIK DENGAN ILMU LAIN

Ilmu politik tidak benar-benar bersifat independen (berdiri secara bebas)


karena juga dipengaruhi ilmu lain. Pengaruh ini dapat dilihat dari konsep-
konsep (gagasan) dari ilmu-ilmu lain tersebut yang dipakai dalam studi politik

13. SUB-SUB DISIPLIN ILMU POLITIK

Ada 9 subdisiplin yang berada dalam naungan ilmu politik, yaitu:

1. Ilmu politik (political science)

2. Lembaga-lembaga politik

3. Tingkah laku politik


4. Politik perbandingan

5. Administrasi dan kebijakan publik

6. Ekonomi politik

7. Hubungan internasional

8. Teori politik

9. Metodologi politik

BENTUK NEGARA DAN PEMERINTAHAN

1. Jenis Kekuasaan

1. Monarki dan Tirani

Monarki berasal dari kata “monarcb” yang berarti raja atau jenis kekuasaan
politik dimana raja atau ratu sebagai pemegang kekuasaan dominana negara
(kerajaan). Negara-negara yang menerapkan jenis kekuasaan monarki hingga
saat ini adalah Inggris, Swedia, Denmark, Belanda, Norwegia, Belgia,
Luxemburg, Jepang, Muangthai, dan Spanyol. Di negara ini, penguasa
monarki harus berbagi kekuasaan dengan pihak lain, terutama parlemen.
Proses berbagi kekuasaan tersebut dikukuhkan lewat konstitusi (UUD). Jenis
monarki lainnya yang kini masih ada adalah Arab Saudi. Negara ini berupa
kerajaan dan raja adalah sekaligus kepala negara dan pemerintahan bahkan
berperan besar dalam kuasa yudikatif. Bentuk pemerintahan yang buruk
didalam satu tangan adalah tirani.

2. Aristokrasi dan Oligarli

Aritokrasi merupakan pemerintahan oleh sekelompok elit (few) dalam


masyarakat, di mana mereka mempunyai status sosial, kekayaan, dan
kekuasaan politik yang besar. Oligarki cenderung menempatkan kapital
sebagai sesuatu yang mereka “tanam” didalam negara. Kapital tersebt harus
berkembang dan negara adalah “kebunnya”. Bahkan, negara disikapi sekadar
sebagai penjaga atau pengaman dari modal yang mereka kelola

3. Demokrasi dan Mobokrasi

Demokrasi langsung berarti rakyat memerintah dirinya secara langsung,


tanpa perantara. Salah satu pendukung demokrasi langsung adalah Jean
Jacques Rousseau, dimana Rousseau mengemukakan 4 kondisi yang
memungkinkan untuk pelaksanaan demokrasi langsung yaitu:

1. Jumlah warga negara harus kecil.

2. Pemilikan dan kemakmuran harus dibagi secara merata (hampir merata).

3. Masyarakat harus homogen (sama) secara budaya.

4. Terpenuhi didalam masyarakat kecil yang bermata pencaharian petani.

Didalam demokrasi langsung, memang kedaulatan rakyat lebih terpelihara


karena kekuasaannya tidak diwakilkan. Dengan alasan kelemahan demokrasi
langsung, terutama oleh ketidakrealistisnya untuk diberlakukan dalam negara
modern, maka demokrasi yang saat ini dikembangkan adalah demokrasi
perwakilan. Dengan demokrasi perwakilan, rakyat tidak terlibat secara penuh
didalam membuat UU negara.

4. Timokrasi

Menurut Stanley Rosen, timokrasi adalah jenis kekuasaan yang pernah


disebut oleh Socrates, seorang filsuf yunani. Konsep ini mengacu pada
“timocratic man”, yaitu seseorang yang gandrung akan kemenangan dan
kehormatan. Timokrasi terletak di posisi tengah antara aristokrasi dan
oligarki.

5. Oklokrasi

Oklokrasi merupakan situasi negara dalam anarki massa. Pemerintahan ini


tidak legal dan konstitusional. Namun, karena biasanya kelompok-kelompok
massa tersebut memiliki senjata atau massa besar, mereka memerintah
memanfaatkan rasa takut.

6. Plutokrasi

Plutokrasi adalah jenis kekuasaan dimana negara disetir oleh orang kaya.
Plutokrasi terjadi tatkala tercipta suatu kondisi ekstrem ketimpang antara
“kaya” dam “miskin” didalam suatu negara.

7. Kleptokrasi

Kleptokrasi adalah jenis kekuasaan dimana pejabat publik menggunakan


kekuasaan publiknya untuk mencuri kekayaan negara (korupsi otomatis).
Kleptokrasi juga disebut sebagai korupsi yang dilakukan oleh para pejabat
tingkat tinggi yang secara sistematis menggunakan posisinya untuk
mengalirkan dana publik kedalam kantong pribadinya.

2. Bentuk Negara

1. Negara konfederasi

Bagi L Oppenheim, “ konfederasi terdiri dari beberapa negara yang berdaulat


penuh yang untuk mempertahankan kedaulatan ekstren (keluar) dan intern
(kedalam) bersatu atas dasar perjanjian internasional yang diakui dengan
menyelenggarakan beberapa alat perlengkapan tersendiri yang mempunyai
kekuasaan tertentu terhadap negara anggota konfederasi, tetaoi tidak terhadap
warga negara anggota konfederasi itu”. Miriam Budiardjo menjelaskan
bahwa konfederasi itu sendiri pada hakikatnya bukan negara, baik ditinjau
dari sudut ilmu politik maupun dari sudut hukum internasional.

2. Kesatuan

Negara kesatuan adalah negara dengan kedudukan tertinggi yang dipegang


pemerintah pusat atau nasional dan memiliki kekuasaan penuh dalam
pemerintahan sehari-hari. Pemerintah pusat mempunyai wewenang untuk
menyerahkan sebagian kekuasaannya kepada daerah berdasarkan hak
otonomi, dimana ini dikenal pula sebagai desentralisasi. Keuntungan negara
kesatuan adalah adanya keseragaman undang-undang, karena aturan yang
menyangkut nasib daerah secara keseluruhan hanya dibuat oleh parlemen
pusat.

3. Federasi

Negara federasi ini diandai dengan adnya pemmisahan kekuasaan negara


antara pemerintahan nasioal dengan unsur kesatuannya. Sistem pemerintahan
federasi sangat cocok untuk negara-negara yang memiliki kawasan geografis
luas, keragaman budaya daerah yang tinggi, dan ketimpangan ekonomi cukup
tajam.

3. Korelasi Demografis Dengan Bentuk Negara Dan Pemerintahan

4. Sistem pemerintahan

1. Bentuk Pemerintahan Parlementer

Dalam sistem parlementer, warga negara tidak memilih kepala negara secara
langsung. Umumnya sistem parlementer mengindikasikan hubungan
kelembagaan yang erat antara eksekutif dan legislatif. Kepala pemerintahan
dalam sistem parlementer adalah perdana mentri (disebut premier diItali dan
kanselir di Jerman).

 Parlementer mayoritas
Sistem ini berkembang ketika satu partai memperoleh mayoritas kursi
diparlemen. Maka hubungan antara legislatif dan eksekutif bersifat
hierarkis di mana legislatif berada diatas eksekutif.
 Parlementer transaksional
Eksekutif dalam sistem ini akan terdiri dari koalisi. Kabinet dalam koalisi
ini bertahan selama koalisi mampu menjamin mayoritas

2. Bentuk Pemerintahan Presidesil


Presidensil cenderung memisahkan kepala eksekutif dari dewan perwakilan
rakyat. Dalam sistem presidensil, pemili diadakan 2 kali. Pertama untuk
memilih anggota parlemen dan yang kedua untuk memilih presiden. Matthew
Soberg menyatakan bentuk murni dari presidensil yaitu:

1. Eksekutif dikepalai oleh presiden yang dipilih rakyat secara langsung

2. Posisi eksekutif dan legislatif didefinisikan dengan jelas

3. Presiden memilih dan mengarahkan kabinet dan memiliki seumlah


kewenangan pembuatan legislasi yang diatur secara konstitusional

3. Semi Presidensial

Shugart menyatakan bahwa ciri utama dari semi presidensial yaitu:

1. Presiden dipilih langsung oleh rakyat

2. Presiden memiliki kewenangan konstitusional terbatas

3. Terdapat pula perdana mentri dan kabinet yang merupakan kepanjangan


tangan dari mayoritas di parlemen

Varian sistem semi presidensial yaitu premier-presidensial dan presiden-


parlementer. Kedua varian ini muncul akibat cukup bervariasinya praktik
semi-presidensial untuk dimasukkan kedalam terminologi Duverger.

 Premier-presidensil
Dalam varian ini perdana mentri dan kabinet secara eksklusif
bertanggungjawab kepada mayorits parlemen. Hanyamayoritas saja yang
berhak memberhentikan kabinet.
 Presiden-parlementer
Dalam sistem ini presiden menikmati kekuasaan konstitusional yang lebih
kuat atas komposisi kabinet daripada di premier-presidensil.

4. Hybrid lainnya
Selain semi-presidensial, terdapat pula model hybrid sistem pemerintahan
yang bukan semi- presidensial. Model pemerintahan ini terdapat di swiss dimana
terdapat eksekutif yang dipilih dari parlemen dan memiliki jangka waktu
kekuasaan yang fix.

TRIASA POLITIKA : PEMISAHAN KEKUASAAN

Sejarah triasa politika

John locke (1632 – 1704)

Pemikiran john locke mengenai triasa politika ada di dalam magnum opus
(karya besar) yang berjudul two triatises of government(1690). Dalam karya
tersebut, locke menyebutkan fitrah dasar manusia adalah bekerja dan memiliki.
Oleh sebab itu negara yang baik harus dapat melndungi manusia yang bekerja dan
juga melindungi milik setiap orang yang diperoleh dari pekerjaannya tersebut.
Negara ada tujuaan utama melindungi milik pribadi dari serangan individu lain.
Untuk memenuhi tujuan tersebut, perlu ada kekuasaan terpisah, kekuasaan yang
tidak melulu ditangan seorang raja/ratu. Menurut Locke, kekuasaan yang harus
dipisah tersebut adalah legislatif,eksekutif, dan federatif. Kekuasaan legislatif
adalah kekuasaan yang membuat undang-undang. Eksekutif adalah kekuasaan
yang melaksanakan amanat undang-undang. Federatif adalah kekuasaan menjalin
hubungan dengan negara-negara atau kerajaan lain.

FUNGSI- FUNGSI KEKUASAAN LEGISLATIF

Legislatif adalah struktur politik yang fungsinya membuat undang-undang.


Beberapa fungsi dari kekuasaan legislatif sebagai berikut: lawmaking, constituency work,
supervision and critism government, education, dan representation.

FUNGSI-FUNGSI KEKUASAAN EKSEKUTIF

Fungsi kekuasaan eksekutif ini garis besarnya adalah: chief of state, head of
government, party chief, commander in chief, chief diplomat, dispenser of appointments,
dan chief legislators.
FUNGSI-FUNGSI KEKUASAAN YUDIKATIF

Fungsi-fungsi yudikatif yang bisa dispesifikasikan ke daftar masalah hokum


berikut: criminal law, constitution law, administrative law, international law.

BIROKRASI NEGARA

Secara etimologis, birokrasi berasal dari kata ‘biro’ (meja) dan ‘kratein’
(pemerintahan), yang jika disintesakan berarti pemerintahan meja. Micheal G. Roskin,
et.al,. menyebut birokrasi sebagai “setiap organisasi yang berskala besar yang terdiri dari
atas para pejabat yang diangkat, di mana fungsi utamantya adalah untuk melaksanakan (to
implement) kebijakan-kebijakan yang telah diambil keputusan (decision makers).

KARAKTER BIROKRASI

Menurut Max Weber, paling tidak terdapat delapan karakteristik birokrasi, yaitu :

(1) Organisasi yang disususn secara hierarkis

(2) Setiap bagian memiliki wilayah kerja khusus

(3) Pelayan public (civil sevants)

(4) Menerima gaji pokok berdasarkan posisi

(5) Pekerjaan sekaligus merupakan jejang karier

(6) Para pejabat/pekerjatida memiliki sendiri kkntor mereka

(7) Setiap pekerja dikontrol dan harus disiplin

(8) Promosi yang ada didasarkan atas penilaian atasan (superior’s judgments).

TIPE-TIPE BIROKRASI NEGARA

Di Amerika Serikat, terdapat 4 jenis birokrasi yaitu :

(1) Departemen di dalam kabinet

(2) Agen-agen federal

(3) Perusahaan-perusahaan milik federal


(4) Agen-agen pengaturan independen.

Peran birokrasi dalam pemerintahan modern

Menurut michel G. Roskin, et. al ada 4 fungsi birokrasi dalam suatu pemerintahan
modern adalah :

1. administrasi

2. pelayanan

3. pengaturan

4. Pengumpulan informasi

Menurut andrew heiwood mengutarakan fungsi yang melekat pada birokrasi


yaitu :

1. pelaksanaan administrasi

2. nasehat kebijakan

3. artikulasi kepentingan

4. stabilitas publik

HAK ASASI MANUSIA DAN GENDER

DEFINISI HAM HAM adalah kemerdekaan, kebebasan, dan perlindungan paling


mendasar bagi setiap manusia, bersifat lintas pemerintahan dan agama, tidak berbeda baik
saat perang maupun damai, serta bersifat tetap. Saat ini, kajian HAM meliputi :

(1) Hidup, kebebasan, dan keamanan

(2) Kemerdekaan beragama, berpikir, berpolitik

(3) Menempuh jalur hukum, pendidikan, pekerjaan, kesehatan

(4) Berumah tangga dan berkeluarga.

(5) bebas dari diskriminasi


GENDER

Gender adalah konstruksi sosial yang menjelaskan tentang peran manusia berdasrkann
jenis kelamin.

GENDER EQUALITY

Gender equality penting sebab adanya kondisi kaun wanita sebagai berikut:

1. Harus kerja keras daripada laki-laki untuk menpertahankan hidup

2. Punya kendali yang terbatas seputar penghasilan dan aset

3. Punya kesempatan yang lebih kecil untuk membangun dirinya

4. Menjadi korban kekerasan dan intimidasi

5. Punya posisi sosial yang subordinat

6. kurang terwakili dalam kebijakan dan pembuatan keputusan

7. ketidak setaraan gender mencerminkan hilangnya potensi manusia

GERAKAN FEMINIS

Gerakan feminis dapat dibagi kedalam 5 kelompok yaitu feminis liberal, feminis
sosialis, feminis marxis, feminis radikal dan feminis islam.

BUDAYA DAN SOSIALISASI POLITIK

BUDAYA POLITIK

Budaya politik adalah cara individu berpikir, merasa, dan bertindak terhadap sistem politik
serta bagian-bagian yang ada di dalamnya, termasuk sikap atas peranan mereka di dalam
sistem politik. Orientasi/kecenderungan individu terhadap sistem politik terbagi menjadi
tiga, yaitu : (1) Orientasi kognitif (2) Orientasi afektif (3) Orientasi evaluatif

TIPE-TIPE BUDAYA POLITIK

Tipe-tipe budaya politik yang ada adalah politik parokial, budaya politik subjek, dan
budaya politik partisipan.
SOSIALISASI POLITIK

Fungsi sosialisasi menurut Rush dan Althoff adalah :  Melatih individu  Memelihara
sistem politik Dalam melakukan kegiatan sosialisasi politik, Rush dan Althoff
menyuratkan terdapat tiga cara, yaitu imitasi, intruksi, dan motivasi.

AGEN SOSIALISASI POLITIK

Rush dan Althoff menggariskan terdapatnya lima agen sosialisasi politik yang umum
diketahui, yaitu keluarga, sekolah, peer group, media massa, pemerintah, dan partai
politik.

PARTISIPASI POLITIK

Partisipasi politik adalah aktivitas warga negara yang bertujuan untuk mempengaruhi
pengambilan keputusan politik . Huntington dan Nelson membagi landasan partisipasi
politik ini menjadi lima bagian yaitu : Kelas, Kelompok atau komunal, Lingkungan, Partai,
Golongan atau faksi. Mode partisipasi terbagi kedalam dua bagian besar: convensional dan
unconvensional. Samuel P. Huntington dan Joan Nelson membagi betuk partisipasi politik
menjadi: kegiatan pemilihan, lobby, kegiatan organisasi, contacting, tindakan kekerasan
(violence)

KOMUNIKASI POLITIK

Definisi komunikasi politik adalah seluruh proses transmisi, pertukaran, dan pencarian
informasi, (termasuk fakta, opini, keyakinan, dan lainnya) .

SKEMA KERJA KOMUNIKASI POLITIK

Komunikator Pesan Politik FeedBack Media Komunikan Komunikator : Partisipan yang


menyampaikan informasi politik Pesan Politik : Informasi, fakta, keyakinan politik
Media : Wadah (medium) yang digunaka untuk menyampaikan pesan Komunikan :
Partisipasi yang diberiakan informasi politik oleh komunikator FeedBack : Tanggapan dari
komunikan atas informasi yang di berikan oleh komunikator
SISTEM KEPARTAIAN DAN PARTAI POLITIK

Sistem kepartaian adalah pola kompetisi terus-menerus dan bersifat stabil tampak di
setiap proses pemilu tiap negara. Partai politik adalah organisasi yang beroperasi dalam
sistem politik.

FUNGSI PARTAI POLITIK

Menurut David McKay Dalam kajiannya atas partai-partai politik di Amerika


Serikat, ia berkesimpulan bahwa partai politik memiliki fungsi sebagai berikut : (1)
Agregasi kepentingan (2) Memperdamaikan kelompok dalam masyarakat (3) Staffing
government (4) Mengkoordinasi lembaga-lembaga pemerintah (5) Mempromosikan
stabilitas politik. PEMILIHAN UMUM

Dieter Nohlen mendefinisikan sistem pemilihan umum dalam dua pengertian,


dalam arti luas dan dalam arti sempit. Namun, apapun dasar pertimbangannya sistem
pemilihan umum yang di tetapkan harus memperhatikan serangkaian kondisi. Donal L.
Horowitz menyatakan sistem pemilihan umum harus mempertimbangkan hal-hal berikut:
(1) Perbandingan kursi dengan jumlah suara (2) Aunabilitasnya bagi konstituen (pemilih)
(3) Memungkinkan pemerintah dapat bertahan (4) Menghasilkan pemenang mayoritas (5)
Membuat koalisi antaretnis dan antaragama (6) Minoritas dapat duduk di jabatan publik.

HUBUNGAN INTERNASIONAL

Politik Luar Negeri menurut Carlton Clymer Roddee adalah pola perilaku yang di
wujudkan oleh suatu negara sewaktu memperjuangkan kepentingan dalam hubungannya
dengan negara lain, yaitu bagaimana cara menentukan tujuan menyusun prioritas dan
mengelola sumber daya manusia untuk bersaing dengan negara lain di lapangan
internasional. Politik Internasional menurut KJ. Holsti adalah interaksi dua negara atau
lebih yang terdiri dari pola dan tindakan suatau negara dan reaksi atau tangapan negara
lain terhadap tindakan tersebut. Faktor-faktor internasional yang diperhatikan para
pembuat kebijakan luar negeri adalah: Faktor Global, Faktor Regional, Hubungan
Bilateral, Aktor-Aktor Non-Negara. Faktor-fator domestic yang diperhatikan para pembuat
kebijakan luar negeri: Birokrasi, Opini Publik, Media, Kelompok Kepentingan, Partai
Politik.
IDEOLOGI

Istilah ideology terutam dilekatkan pada aspek politik pemerintahan atau gerakan
politik suatu negara. Di Indonesia misalnya, Pancasila diakui sebagai ideologi negara.
Pancasila terdapat di dalam konstitusi (UUD 1945), tepetnya di dalam Pembukaan UUD
1945. Pancasila merupan salah satu contoh ideologi yang hidup di dunia ini. Selain makna
etimologos, ideologi di katakana mengacu pada apa yang orang piker dan percaya
mengenai masyarakat, apa yang orang pikir dan percaya mengenai masyarakat ini dapat
berkisar pada bidang ekonomi, politik, sosial, dan filosofis. Pengertian ideologi yang yang
digunakan dalam tulisan ini adalah pemetaan realitas sosial oleh individu yang digunakan
untuk menggerakan kelompok atau masyarakat guna mengubah kondisi nayata seperti apa
yang dinyatakan dalam muatan ideologi. Dari ideologi-ideologi tersebut kemudian dapat
diturunkan varian-variannya : Kapitalisme, Sosialisme, Liberalisme, Neoliberalisme,
Fundamentalisme

Anda mungkin juga menyukai