Anda di halaman 1dari 25

PEMBENTUKAN IDENTITAS SUPORTER FISIP UNPAD

Oleh:
Muhamad Raihan Firmansyah
170510200022

USULAN PENELITIAN
Untuk memenuhi salah satu syarat ujian
guna memperoleh gelar Sarjana pada Program Studi Antropologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjajaran

Maju SUP,
Selasa, 26 Desember 2023

Opan S. Suwartapradja

PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2023

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suporter diartikan sebagai individu atau kelompok yang memberikan
dukungan atau semangat dalam suatu pertandingan (Jhalugilang, 2012, mahasiswa
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia). Suporter memiliki
peran penting dalam suatu pertandingan, bekerja sama dengan pemain, ofisial, dan
perangkat pertandingan. Bersama-sama, mereka menciptakan atmosfer yang dapat
meningkatkan semangat dan kegigihan klub yang mereka dukung, bahkan dapat
mempengaruhi mental klub lawan (Ridyawanti, 2008). Suporter, dalam konteks
olahraga, merupakan individu atau kelompok orang yang memberikan dukungan,
semangat, dan loyalitas kepada sebuah tim olahraga atau klub, baik dalam
pertandingan maupun di luar lapangan. Suporter dapat memiliki beragam tingkat
dedikasi, dari suporter biasa yang hanya mendukung tim saat-saat penting hingga
ultras atau kelompok suporter yang sangat berdedikasi yang menghabiskan banyak
waktu dan energi untuk mendukung klub mereka. Dalam banyak olahraga, peran
suporter sangat penting dalam mendukung tim dan menciptakan ikatan yang kuat
antara klub dan komunitas mereka.
Dalam sepak bola, terdapat banyak macam suporter untuk mendukung klub
kebanggaan dan setiap kelompok suporter memiliki identitas masing-masing agar
kelompok suporter mereka mudah dikenali orang kelompok suporter lainnya dan
untuk kepentingan eksistensi mereka. Identitas sendiri berasal dari kata identity yang
merujuk pada ciri-ciri, tanda-tanda, atau jati diri yang melekat pada seseorang atau
sesuatu yang membedakannya dengan yang lain (Dini Hariyati, Rantika Devi, dan
Fitriani Sari Daulay, 2019). Dalam pengertian terminologi Antropologi, identitas
adalah karakteristik khusus yang menjelaskan dan sesuai dengan kesadaran diri,
golongan, kelompok, komunitas, atau negara yang bersangkutan (Dini Hariyati,
Rantika Devi, dan Fitriani Sari Daulay, 2019). Stuart Hall (1996) berpendapat bahwa

2
identitas bukanlah pemberian, melainkan sesuatu yang dibentuk dan dikonstruksi. Ia
berpendapat bahwa identitas adalah proses yang dinamis dan terus berubah yang
berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut Hall kategorikan menjadi dua faktor, yaitu
faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari
dalam diri individu. Faktor-faktor internal dapat membentuk identitas seseorang
dengan cara yang beragam, seperti faktor etnis, kebangsaan, pendidikan, dan
pengalaman pribadi. Selain faktor internal, faktor eksternal juga dapat membentuk
identitas. Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri individu.
Faktor eksternal dapat membentuk identitas dengan cara yang beragam, seperti
representasi dan relasi kuasa.
Dalam hal suporter, identitas suporter bisa terbentuk karena berbagai macam
hal, seperti kebiasaan yang berkembang di daerah asal suporter tersebut, sehingga
kebiasaan tersebut mereka bawakan ke dalam kebiasaan suporter mereka dan itu
menjadi identitas kelompok tersebut. Selain itu, identitas kelompok juga bisa
terbentuk karena mengadaptasi atau terinspirasi dari kelompok suporter yang sudah
terkenal di dunia maupun di Indonesia. Kemudian, selain dari kebiasaan, identitas
kelompok suporter juga bisa dikenal dari warna atau pernak-pernik kelompok
suporter tersebut. Warna yang digunakan kelompok tersebut yang akan dijadikan
sebagai suporter biasanya terbentuk dari warna logo klub yang mereka dukung.
Menurut A.Widya Warsa Syadzwina, Muh. Akbar, Tuti Bahfiarti (2014),
Terdapat beberapa suporter yang terkenal di Indonesia, yaitu Viking dan Bobotoh
(suporter klub Persib Bandung), The Jakmania (suporter klub Persija Jakarta), Bonek
Mania (suporter klub Persebaya Surabaya), Aremania (suporter klub Arema FC
Malang), dan Brigata Curva Sud atau BCS (suporter klub PSS Sleman) dan lainnya.
Suporter dari setiap tim tidak hanya memiliki julukan unik, tetapi juga dapat
dibedakan berdasarkan warna atribut yang mereka kenakan. Sebagai contoh, suporter
Persija mengenakan atribut berwarna orange, sementara suporter Persib identik
dengan warna biru. Begitu pula suporter Persebaya dan PSMS yang dikenal dengan

3
atribut berwarna hijau dan sebagainya. Identitas suporter merujuk pada kesadaran
bersama, rasa keterhubungan, dan pemahaman bersama yang dimiliki oleh
sekelompok individu yang mendukung dan memiliki afiliasi dengan suatu klub
olahraga atau tim tertentu. Identitas suporter mencakup sejumlah aspek, termasuk
perasaan kebanggaan terhadap klub yang didukung, simbol-simbol yang diadopsi
oleh suporter, tradisi suporter, serta cara mereka mengekspresikan dukungan mereka.
Suporter sering kali mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari komunitas yang
lebih besar yang memiliki tujuan bersama untuk mendukung dan mendorong klub
olahraga mereka. Identitas suporter dapat diperkuat melalui ritual, lagu-lagu
dukungan, atribut khusus (seperti kostum atau atribut lainnya), serta partisipasi dalam
kegiatan komunitas yang berkaitan dengan klub. Identitas suporter juga dapat
mencerminkan keberagaman, dan suporter dapat datang dari berbagai latar belakang,
usia, dan kelompok sosial. Identitas suporter memiliki peran penting dalam
menciptakan atmosfer unik di dalam stadion dan memberikan kontribusi pada
semangat tim yang didukung oleh suporter tersebut.
Hal mengenai suporter dan identitas ini juga berlaku untuk lingkungan
universitas atau kampus. Di banyak universitas, termasuk Universitas Padjadjaran,
olahraga adalah bagian penting dari kehidupan kampus. Kegiatan olahraga dan tim
fakultas sering menjadi pusat perhatian dan semangat di antara mahasiswa. Oleh
karena itu, munculnya kelompok suporter fakultas yang mendukung fakultas
masing-masing adalah hal yang wajar. Mahasiswa sering kali memiliki identitas kuat
dengan fakultas mereka. Dukungan terhadap tim olahraga fakultas adalah salah satu
cara untuk mengekspresikan identitas ini dan merasakan rasa kebanggaan terhadap
fakultas mereka. Kelompok suporter fakultas sering kali berfungsi sebagai wadah
untuk aktivitas sosial dan kepemimpinan di antara mahasiswa. Mereka dapat
mengatur acara-acara sosial, mengkoordinasikan partisipasi dalam pertandingan
olahraga dan mempromosikan semangat kebersamaan di antara mahasiswa fakultas.
Keberadaan kelompok suporter fakultas juga dapat memberikan kontribusi positif

4
dalam menonjolkan identitas kampus secara keseluruhan. Mereka menciptakan
atmosfer yang bersemangat di stadion atau lapangan olahraga yang dapat menarik
minat mahasiswa baru dan memberikan citra positif tentang Unpad. Seiring
berjalannya waktu, kelompok suporter fakultas dapat menjadi bagian dari tradisi
kampus yang kaya. Mereka memiliki yel-yel, lagu, dan simbol-simbol khas yang
melekat pada budaya kampus. Pada lingkungan Universitas Padjadjaran, setiap
suporter fakultas mempunyai identitas masing-masing. Identitas tersebut
dilatarbelakangi oleh ciri khas setiap fakultas yang terdapat di Universitas
Padjadjaran. Selain itu, identitas suporter setiap fakultas yang terdapat di Universitas
Padjadjaran juga terbentuk dari budaya yang terdapat di fakultas masing-masing.
Salah satu kelompok suporter fakultas dari Universitas Padjadjaran, yaitu
kelompok suporter yang berasal dari Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik (FISIP)
Universitas Padjadjaran (Unpad), yakni "Humaniora De Social" atau dikenal dengan
nama “Hades”. Hades merupakan komunitas suporter yang terdapat di FISIP Unpad
yang pertama kali berdiri pada tahun 2018. Berdirinya Hades dilatarbelakangi oleh
adanya keresahan sejumlah mahasiswa FISIP Unpad yang melihat potensi besar
mahasiswa FISIP namun tidak didasari atas persatuan dan kompetisi yang sehat.
Mahasiswa yang selalu mengedepankan kemampuan berpikir, membuat mahasiswa
FISIP Unpad tumbuh dan berkembang menjadi entitas politik yang mampu berdebat
dan beradu gagasan serta argumen. Namun, perbedaan tersebut tidak didasari dengan
rasa memiliki dan mencintai fakultasnya sendiri yang berujung terhadap konflik
horizontal antar jurusan yang ada di FISIP akibat dari egosentris antar jurusan di
FISIP Unpad. FISIP Unpad merupakan fakultas dengan jumlah jurusan terbanyak di
Unpad dengan sumber daya mahasiswa yang berkualitas. Hal tersebut menjadikan
FISIP Unpad memiliki potensi yang sangat besar untuk unggul dan menjadi nomor
satu di Unpad. Hades FISIP akhirnya terbentuk dengan tujuan untuk menyatukan
berbagai keragaman yang dimiliki oleh berbagai jurusan yang ada di FISIP dan untuk
menyatukan dari egosentris yang ada pada setiap jurusan di FISIP. Selama beberapa

5
tahun terakhir, Hades telah berkembang menjadi kelompok suporter yang aktif dan
berdedikasi dalam mendukung FISIP Unpad dengan penuh semangat. Aktivitas
Humaniora De Social bukan hanya tentang mendukung tim di lapangan, tetapi juga
tentang membangun identitas dan budaya unik yang mencerminkan nilai-nilai dan
tradisi FISIP Unpad.
Terdapat beberapa penelitian terdahulu mengenai identitas suporter yang
penulis jadikan sebagai referensi dan berkaitan dengan rencana penelitian penulis.
Pertama, penelitian yang berjudul "Makna Identitas Fans Club Sepakbola (Studi
Kasus: Juventus Klub Indonesia)" (Jhalugilang, 2011, mahasiswa Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia) menemukan bahwa fans Juventus,
menurut konsep interaksionis simbolik, diartikan sebagai kelompok yang setia, penuh
cinta, bersatu, solid, dan bersaudara dalam komunitas mereka. Penelitian ini juga
menjelaskan bagaimana mereka melaksanakan tujuan komunitas mereka sebagai
penggemar klub Juventus. Selanjutnya, pada penelitian yang sudah dilakukan yang
berjudul “FENOMENOLOGI PERILAKU KOMUNIKASI SUPORTER FANATIK
SEPAKBOLA DALAM MEMBERIKAN DUKUNGAN PADA PSM MAKASSAR”
(A.Widya Warsa Syadzwina, Muh. Akbar, Tuti Bahfiarti, 2014, mahasiswa Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanudin), terdapat sebuah penjelasan
mengenai identitas suporter PSM Makassar yang terkenal dengan slogan 'Ewako' dan
'Paentengi Siri’nu' sebagai ciri khas suporter PSM dan kota Makassar. Slogan tersebut
digunakan oleh suporter PSM sebagai dorongan agar tim tetap semangat, bertahan
tanpa menyerah, dan tidak merugikan citra tim. Selain itu, bentuk dukungan juga
termasuk penggunaan spanduk yang berisi dukungan, kritik, dan pernyataan kritis
lainnya. Para penggemar fanatik dari tim PSM Makassar juga memberikan arti pada
cara mereka mendukung yang melibatkan dukungan intensif untuk tim mereka dan
melakukan intimidasi terhadap lawan dan ofisial pertandingan jika dianggap tidak
adil. Terakhir, pada penelitian tentang suporter yang berjudul “Pemersatu Lamongan:
Analisis Identitas Kultural Supporter Sepakbola Persela” (Ahmad Nidhomuddin dan

6
Nikmah Suryandari, 2021, mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura), ditemukan
bahwa pada suporter Persela Lamongan juga memiliki identitas kelompok suporter.
Penelitian tersebut menjelaskan bahwa Persela Lamongan yang merupakan klub
kebanggan asal Lamongan tersebut dijadikan sebagai simbol persatuan masyarakat
Lamongan dan identitas yang menjadi ciri khas mereka selain warna biru muda yang
terkenal, terdapat hal unik, yaitu kelompok suporter Persela yang dikenal dengan
nama LA Mania, sering membawa spanduk Pecel Lele di setiap pertandingan Persela
Lamongan. Mereka membawa spanduk Pecel Lele karena daerah Lamongan terkenal
dengan makanan khas mereka, yaitu Pecel Lele. Beberapa temuan dari tiga penelitian
tadi mengungkapkan bahwa setiap kelompok suporter memiliki caranya
masing-masing untuk membentuk identitas kelompok suporter masing-masing dan
identitas mereka menjadikan ciri khas dari kelompok suporter tersebut, seperti dari
kebiasaan kelompok suporter, warna kelompok suporter, pernak-pernik, dan hal
lainnya.
Pada tiga penelitian yang sudah dijelaskan, ketiga penelitian tersebut lebih
berfokus bagaimana identitas suporter yang dimiliki dibawakan pada saat klub
kebanggaan suporter itu bertanding. Pada penelitian kali ini, penulis lebih berfokus
bagaimana proses pembentukan identitas suporter FISIP Unpad, yaitu Humaniora De
Social (Hades). Peneliti akan berlandaskan pada teori pembentukan identitas dari
Stuart Hall (1996). Landasan tersebut digunakan peneliti untuk menggali lebih dalam
tentang faktor apa saja yang secara khusus yang membentuk identitas suporter FISIP
Unpad (Hades) dan hal apa saja yang dijadikan Hades sebagai identitas atau jati diri
mereka. Identitas dalam hal ini mencakup kebiasaan, warna, yel-yel, dan hal lainnya
yang dijadikan Hades sebagai identitas mereka. Identitas suporter juga merupakan
konsep yang kompleks, mencakup bagaimana anggota kelompok ini mengidentifikasi
diri mereka sebagai bagian dari Humaniora De Social dan hal apa saja yang
mempengaruhi proses pembentukan identitas Hades.

7
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dijelaskan di atas, rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana mahasiswa FISIP Unpad berkontribusi dalam pembentukan
identitas suporter FISIP Unpad (Humaniora De Social)?
b. Faktor apa saja yang membentuk identitas suporter FISIP Unpad (Humaniora
De Social)
1.3 Tujuan Riset
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Memahami kontribusi mahasiswa yang terdapat di FISIP Unpad dalam
pembentukan identitas suporter FISIP Unpad (Humaniora De Social).
b. Mengetahui faktor apa saja yang membentuk identitas suporter FISIP Unpad
(Humaniora De Social).
1.4 Manfaat Riset
Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut:
a. Menyumbangkan pengetahuan baru dalam pemahaman tentang pembentukan
identitas Humaniora De Social.
b. Memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang nilai-nilai, norma, dan
faktor lainnya yang membentuk identitas Humaniora De Social.
c. Memberikan panduan dan wawasan bagi pihak pengelola kelompok suporter
dan pihak kampus dalam mengelola identitas suporter.
d. Menjadi dasar bagi penelitian lanjutan terkait identitas suporter di lingkungan
perguruan tinggi.

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Identitas
2.1.1 Pengertian Identitas
(Budi Santoso, 2006) mengemukakan bahwa identitas adalah sekumpulan
karakteristik yang memisahkan satu orang atau kelompok dari yang lain. Ini
melibatkan berbagai aspek seperti keyakinan, nilai, norma, budaya, peran sosial,
orientasi seksual, jenis kelamin, suku bangsa, dan sejumlah faktor lain yang
membentuk pemahaman seseorang atau kelompok tentang diri mereka sendiri dan
bagaimana orang lain melihat mereka (Erikson, 1968) dan (Marcia, 1980). Identitas
mengacu pada ciri khas khusus seseorang atau kelompok tertentu. Kata "identitas"
berasal dari bahasa Latin, "idem" yang berarti sama. Oleh karena itu, identitas
memiliki makna persamaan atau persatuan dengan yang lain dalam suatu wilayah
atau hal tertentu (Rummens, 1993:157-159).
2.1.2 Pembentukan Identitas
Hall (1996) dalam bukunya "Questions of Cultural Identity" membahas
tentang konsep identitas sebagai suatu proses yang dinamis dan terus berubah. Hall
berpendapat bahwa identitas tidak bersifat statis atau tunggal, melainkan terdiri dari
berbagai elemen yang saling berinteraksi dan membentuk identitas yang kompleks.
Hall juga berpendapat bahwa identitas bukanlah pemberian, melainkan sesuatu yang
dibentuk dan dikonstruksi. Menurut Hall, identitas dibentuk oleh berbagai faktor yang
kemudian dikategorikan menjadi dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal.
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu. Hall
menyebutkan faktor-faktor internal dapat membentuk identitas seseorang dengan cara
yang beragam, seperti faktor etnis, kebangsaan, pendidikan, dan pengalaman pribadi.
Etnis dapat membentuk identitas seseorang berdasarkan budaya, bahasa, dan
sejarahnya. Kebangsaan dapat membentuk identitas seseorang berdasarkan
keterikatannya terhadap suatu negara. Pendidikan dapat membentuk identitas

9
seseorang berdasarkan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilainya. Pengalaman
pribadi dapat membentuk identitas seseorang berdasarkan peristiwa-peristiwa yang
telah dialaminya.
Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar diri individu. Hall
menyebutkan faktor eksternal juga dapat membentuk identitas seseorang dengan cara
yang beragam, seperti representasi dan relasi kuasa. Representasi, yaitu cara-cara di
mana identitas direpresentasikan dalam budaya populer, media, dan masyarakat.
Representasi dapat membentuk identitas dengan cara mengonstruksi makna tertentu
tentang suatu kelompok atau identitas tertentu. Misalnya, representasi perempuan
dalam media massa sering kali digambarkan sebagai sosok yang lemah dan pasif.
Representasi ini dapat mempengaruhi bagaimana perempuan memandang diri mereka
sendiri dan bagaimana orang lain memandang perempuan. Kemudian, relasi kuasa,
yaitu relasi kuasa yang ada dalam masyarakat yang dapat mempengaruhi bagaimana
identitas dikonstruksi dan direpresentasikan. Relasi kuasa dapat membentuk identitas
dengan cara membatasi atau memperluas ruang gerak suatu kelompok atau identitas
tertentu. Misalnya, relasi kuasa yang timpang antara mayoritas dan minoritas dapat
membatasi ruang gerak kelompok minoritas untuk mengekspresikan identitas mereka.
Pada pembentukan identitas, Hall (1996) kemudian membahas artikulasi.
Artikulasi adalah proses ketika elemen-elemen yang berbeda dikombinasikan untuk
membentuk sesuatu yang baru. Hall berpendapat bahwa artikulasi adalah proses yang
dinamis dan dapat berubah karena identitas kita terus berkembang seiring waktu.
Misalnya, seseorang mungkin memiliki identitas yang kompleks yang
menggabungkan elemen-elemen dari berbagai faktor internal dan eksternal. Misalnya,
seseorang mungkin memiliki identitas sebagai wanita, Muslim, dan warga Indonesia.
Identitas ini terbentuk dari faktor-faktor internal seperti agama, gender, dan
kebangsaan, serta faktor-faktor eksternal seperti budaya, kelompok sosial, dan media
massa.
2.2 Interaksi Sosial

10
Fahri dan Qusyairi (2019) menjelaskan bahwa interaksi sosial merupakan
suatu proses sosial yang terdapat hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih.
Masing-masih orang tersebut terlibat di dalamnya dan mereka memainkan peran
secara aktif. Selain terjadi hubungan antara dua orang atau lebih, dalam interaksi
sosial terjadi proses saling mempengaruhi antara dua orang atau lebih tersebut.
Interaksi dinilai sebagai sesuatu yang penting, sehingga proses ini harus dapat
dipertahankan dan dipelihara. Melalui perkataan dengan interaksi, seseorang bisa
dengan mudah dan cepat mengetahui tentang sesuatu yang diinginkannya.
Pentingnya dalam kehidupan sosial adalah bagaimana orang berinteraksi satu
sama lain. Ketika seseorang berbuat sesuatu, orang lain akan merespons. Kita hidup
dalam masyarakat yang penuh dengan hubungan saling ketergantungan. Contohnya,
seseorang bicara dan yang lain mendengarkan, ada yang bertanya dan yang lain
menjawab, atau saat seseorang memberi perintah dan yang lain mematuhinya. Semua
ini menunjukkan bahwa setiap orang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh orang lain.
Max Weber menjelaskan bahwa interaksi yang baik adalah saat ada saling mengarah
dan ketergantungan di antara individu atau kelompok yang berinteraksi. Dalam
kehidupan sehari-hari, setiap orang perlu berkomunikasi dengan orang lain untuk
saling mengenal, berkolaborasi, dan berinteraksi, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Komunikasi menjadi cara utama bagi kita untuk berhubungan dan belajar
dari orang lain.
2.3 Suporter
2.3.1 Pengertian Suporter
Jhalugilang (2011) mengatakan suporter dalam dunia olahraga adalah orang
atau kelompok yang memberikan dukungan, semangat, dan kesetiaan kepada sebuah
tim atau klub, baik saat pertandingan maupun di luar lapangan. Tingkat dedikasi
suporter bervariasi, mulai dari yang hanya mendukung tim pada momen-momen
krusial hingga kelompok suporter sangat berdedikasi, seperti ultras, yang
mengorbankan banyak waktu dan energi untuk mendukung klub mereka. Peran

11
suporter memiliki dampak besar dalam mendukung tim dan membangun ikatan erat
antara klub dan komunitas mereka. Suporter diartikan sebagai kelompok yang setia,
penuh cinta, bersatu, solid, dan bersaudara dalam komunitas mereka menurut konsep
interaksionis simbolik.
2.3.2 Identitas Suporter
(Sitepu dan Setyaningsih, 2011) menjelaskan bahwa dalam dunia suporter,
identitas suporter mengacu pada kesadaran bersama, rasa keterhubungan, dan
pemahaman bersama yang dimiliki oleh sekelompok orang yang mendukung dan
memiliki afiliasi dengan suatu klub olahraga atau tim tertentu. Identitas suporter
mencakup berbagai aspek, seperti kebanggaan terhadap klub yang mereka dukung,
simbol-simbol yang mereka anut, tradisi suporter, dan cara mereka menunjukkan
dukungan. Suporter sering menganggap diri mereka sebagai bagian dari komunitas
yang lebih besar dengan tujuan bersama untuk mendukung dan memberi semangat
pada klub olahraga mereka. Identitas suporter dapat diperkuat melalui ritual, lagu
dukungan, atribut khusus (seperti kostum atau atribut lainnya), dan partisipasi dalam
kegiatan komunitas terkait klub. Identitas suporter juga mencerminkan keberagaman
dengan suporter berasal dari berbagai latar belakang, usia, dan kelompok sosial.
Peran identitas suporter sangat penting dalam menciptakan atmosfer unik di dalam
stadion dan berkontribusi pada semangat tim yang didukung oleh suporter tersebut.
Sebagai contoh, suporter Persija identik dengan warna oranye, suporter Persib dengan
warna biru, sedangkan suporter Persebaya dan PSMS dengan warna hijau, dan
seterusnya.
The Jakmania, salah satu kelompok suporter sepak bola, berdiri pada tanggal
19 Desember 1997 dan berpusat di Stadion Menteng pada saat itu. Kehadiran The
Jakmania didukung oleh gubernur Jakarta saat itu, Sutiyoso. Pada awalnya, anggota
The Jakmania hanya sekitar 100 orang. Namun, hingga tahun 2006, jumlah
anggotanya telah mencapai lebih dari 30.000 orang. The Jakmania menggunakan
simbol-simbol verbal dan nonverbal saat berinteraksi satu sama lain. Simbol-simbol

12
ini termasuk warna oranye yang mendominasi barang-barang yang mereka kenakan
sehari-hari seperti tas, gelang, stiker, pakaian, topi, dan sebagainya. Selain itu, jari
telunjuk dan jempol digunakan untuk melambangkan huruf J (The Jakmania atau
Jakarta), mereka memiliki mars khas, lagu-lagu dukungan, dan elemen simbolik
lainnya (Sitepu dan Setyaningsih, 2011).

2.4 Kerangka Pemikiran


Dalam penelitian ini, penulis akan menganalisis proses pembentukan identitas
suporter FISIP Unpad, yaitu Humaniora De Social (Hades) melalui dua kategori
faktor pembentukan identitas dari Stuart Hall, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal.
Hall (1996) dalam bukunya "Questions of Cultural Identity" membahas
tentang konsep identitas sebagai suatu proses yang dinamis dan terus berubah. Hall
berpendapat bahwa identitas tidak bersifat statis atau tunggal, melainkan terdiri dari
berbagai elemen yang saling berinteraksi dan membentuk identitas yang kompleks.
Hall juga berpendapat bahwa identitas bukanlah pemberian, melainkan sesuatu yang
dibentuk dan dikonstruksi. Menurut Hall, identitas dibentuk oleh berbagai faktor yang
kemudian dikategorikan menjadi dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Hall
menjelaskan terdapat banyak faktor yang membentuk identitas. Dalam faktor internal,
faktor ini muncul dari dalam diri seseorang, seperti etnis, kebangsaan, pendidikan,
dan pengalaman pribadi. Hall menyebutkan faktor internal dapat membentuk identitas
seseorang dengan cara yang beragam, seperti faktor etnis, kebangsaan, pendidikan,
dan pengalaman pribadi. Etnis dapat membentuk identitas seseorang berdasarkan
budaya, bahasa, dan sejarahnya dan kebangsaan dapat membentuk identitas seseorang
berdasarkan keterikatannya terhadap suatu negara. Pada penelitian kali ini, etnis dan
kebangsaan merujuk pada jurusan yang ada di FISIP Unpad yang memiliki etnisnya
masing-masing dan mahasiswa FISIP yang memiliki keterikatan terhadap jurusannya
masing-masing, misalnya pada jurusan Ilmu Pemerintahan yang mahasiswanya

13
berorientasi pada pemerintahan dan mahasiswa Ilmu Pemerintahan membentuk
identitas Hades sebagai organisasi yang berorientasi pemerintahan yang mempunyai
struktural dan membuat berbagai kebijakan untuk anggota Hades. Kemudian, pada
teori pembentukan identitas Stuart Hall, pendidikan dapat membentuk identitas
seseorang berdasarkan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilainya. Pada penelitian
ini, penulis akan mengamati dan mencari tahu apakah setiap mahasiswa dari berbagai
disiplin ilmu berkontribusi terhadap pembentukan identitas Hades. Contohnya,
mahasiswa jurusan Antropologi yang memiliki keahlian berinteraksi dengan manusia
dan budaya menggunakan keahliannya untuk menarik mahasiswa FISIP Unpad untuk
bergabung dalam Hades karena dinilai mahasiswa Antropologi lebih berpengalaman
dalam melakukan interaksi dengan manusia. Dari contoh tersebut, terbentuk sebuah
identitas bahwa Hades dalam melakukan proses regenerasi memiliki ciri khas ramah
ketika melakukan proses regenerasi. Selanjutnya, faktor pengalaman pribadi juga
dapat membentuk identitas seseorang berdasarkan peristiwa-peristiwa yang telah
dialaminya. Contohnya, mahasiswa yang memiliki pengalaman berkegiatan suporter
dari asal daerahnya, seperti Bobotoh (suporter Persib Bandung). Dari pengalaman
mahasiswa sebagai Bobotoh seseorang tersebut, Hades memiliki identitas yang mirip
dengan identitas suporter Persib Bandung yang berkaitan erat dengan budaya Jawa
Barat.
Kemudian, faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar diri
individu. Faktor-faktor ini juga dapat membentuk identitas seseorang dengan cara
yang beragam, seperti representasi dan relasi kuasa. Representasi, yaitu cara-cara di
mana identitas direpresentasikan dalam budaya populer, media, dan masyarakat.
Representasi dapat membentuk identitas dengan cara mengonstruksi makna tertentu
tentang suatu kelompok atau identitas tertentu. Pada penelitian kali ini, penulis akan
mengamati dan menganalisis bagaimana Hades merepresentasikan identitas mereka
kepada kelompok lain dan masyarakat umum, seperti kelompok suporter fakultas lain
yang ada di Universitas Padjadjaran atau masyarakat umum dalam media, baik media

14
massa atau media sosial. Contohnya, Hades akan merepresentasikan identitas mereka
sebagai suporter yang merepresentasikan FISIP Unpad yang erat dengan sosial
politik, maka pembawaan mereka akan berorientasikan sosial politik ketika
menunjukkannya kepada kelompok lain atau masyarakat umum. Selain itu, FISIP
Unpad juga memiliki corak warna biru, maka ketika merepresentasikan kepada media
atau kelompok lain serta masyarakat umum, Hades akan menggunakan segala atribut
dengan warna biru agar kelompok lain atau masyarakat umum mengenali Hades
merupakan suporter dari FISIP Unpad. Kemudian, relasi kuasa, yaitu relasi kuasa
yang ada dalam masyarakat yang dapat mempengaruhi bagaimana identitas
dikonstruksi dan direpresentasikan. Relasi kuasa adalah hubungan antara suatu
kelompok dengan kelompok lainnya berdasarkan ideologi tertentu. Relasi kuasa dapat
membentuk identitas dengan cara membatasi atau memperluas ruang gerak suatu
kelompok atau identitas tertentu. Pada penelitian kali ini, penulis akan mengamati
dan menganalisis identitas Hades ketika berhubungan dengan kelompok suporter
fakultas lain. Misalnya, Hades mungkin memiliki identitas sebagai suporter FISIP
Unpad yang berkaitan erat dengan sosial politik, hal tersebut membuat Hades dikenal
dengan keahliannya dengan bersosialisasi dan berargumen. Maka dari itu, mungkin
saja kelompok suporter fakultas lain akan berhati-hati jika berhadapan dengan Hades
ketika berdebat karena identitas Hades yang ahli dalam bersosialisasi dan
berargumen.
Kemudian, pada pembentukan identitas, Hall (1996) kemudian membahas
artikulasi. Artikulasi adalah proses ketika elemen-elemen yang berbeda
dikombinasikan untuk membentuk sesuatu yang baru. Hall berpendapat bahwa
artikulasi adalah proses yang dinamis dan dapat berubah karena identitas kita terus
berkembang seiring waktu. Pada penelitian kali ini, penulis akan mengamati dan
menganalisis perkembangan identitas Hades sebagai suporter FISIP Unpad yang
sudah berdiri dari 2018. Apakah dari tahun 2018 sampai sekarang identitas Hades
berkembang atau tidak mengalami perkembangan. Misalnya, pada pertama kali

15
berdiri, Hades memiliki identitas sebagai suporter yang memiliki massa yang sedikit,
tetapi lama-kelamaan Hades dikenal sebagai suporter FISIP Unpad yang memiliki
banyak massa ketika mendukung FISIP Unpad karena banyak mahasiswa FISIP yang
sudah mengetahui Hades dan ingin bergabung untuk mendukung FISIP Unpad.

16
BAB III
METODE RISET
3.1 Metode Riset
Penelitian ini akan dilakukan dengan teknik metode kualitatif. Pendekatan
kualitatif dipilih karena lebih sesuai untuk menggali lebih dalam pembentukan
identitas suporter yang kompleks dan kontekstual. Pada penelitian ini, pendekatan
kualitatif digunakan untuk memahami dengan mendalam bagaimana identitas
suporter FISIP Unpad (Humaniora De Social) bisa terbentuk. Pendekatan ini
memungkinkan penelitian untuk mendokumentasikan pengalaman yang dilakukan
oleh Humaniora De Social ketika melakukan kegiatan suporter dan dalam proses
pembentukan identitas mereka yang melibatkan pengumpulan dan analisis data
berdasarkan wawancara mendalam, observasi partisipatif, dan analisis naratif.

3.2 Penentuan Unit Analisis dan Cara Pengambilan Data


3.2.1 Penentuan Unit Analisis
Unit analisis dalam penelitian ini adalah suporter FISIP Unpad, yaitu
"Humaniora De Social" di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas
Padjadjaran (Unpad).

3.2.2 Cara Pengambilan Data


Pengambilan data akan menggunakan metode purposive sampling. Anggota
kelompok suporter Hades yang memiliki pengalaman berpartisipasi sebagai pengurus
inti organsisasi suporter Hades dan memiliki partisipasi yang cukup signifikan dalam
kegiatan Hades, seperti kegiatan suporter pada saat pertandingan yang melibatkan
FISIP Unpad dan kegiatan organisasi suporter. Mereka yang memiliki kriteria

17
tersebut akan menjadi informan utama dalam penelitian ini. Jumlah informan yang
diharapkan akan diidentifikasi sesuai dengan kebutuhan data yang dibutuhkan.

3.3 Data, Teknik Pengumpulan Data, Sumber Data, dan Instrumen Riset
3.3.1 Data yang Dikumpulkan
Data yang akan dikumpulkan akan berfokus pada pengalaman dan
pemahaman anggota kelompok suporter tentang pembentukan identitas mereka. Data
akan mencakup cerita naratif, pandangan, serta norma-norma, simbol-simbol, dan
praktik yang berlaku di antara kelompok suporter.

3.3.2 Teknik Pengumpulan Data


a. Wawancara Mendalam: Wawancara mendalam akan dilakukan dengan
informan terpilih. Wawancara akan mencakup pertanyaan non-terstruktur dan
terbuka untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang
pembentukan identitas Humaniora De Social (Hades). Wawancara akan
dicatat untuk analisis lebih lanjut.
b. Observasi Partisipatif: Penelitian akan melibatkan observasi partisipatif
selama kegiatan kelompok suporter, seperti pertandingan olahraga,
pertemuan, atau acara sosial. Observasi akan mencakup pengamatan tentang
interaksi dalam anggota kelompok suporter.

3.3.3 Sumber Data


a. Informan: Pendiri kelompok suporter Hades, Ketua Suporter Hades tahun
2018, 2019, 2020, 2021, 2022, dan 2023, serta Koordinator Jurusan Hades
tahun 2023.
b. Observasi Lapangan: Kejadian dan interaksi selama kegiatan kelompok
suporter.

18
c. Dokumen Internal Kelompok Suporter: Materi tertulis, foto, dan rekaman
kelompok suporter.
3.3.4 Instrumen Riset
a. Pedoman Wawancara: Pedoman wawancara yang berisi daftar pertanyaan
dan panduan bagi peneliti untuk wawancara mendalam.
b. Catatan Lapangan: Catatan yang diambil selama observasi partisipatif.

3.4 Pengolahan dan Analisis Data


Data yang diperoleh akan diolah dan dianalisis dengan menggunakan metode
Miles & Huberman, yaitu reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan.
Reduksi data, data akan diolah kembali menjadi lebih sederhana dan mudah
dipahami, lalu akan membuang data yang sekiranya tidak perlu. Kemudian, penyajian
data, data akan disajikan dari yang sudah diperoleh dengan mendiskripsikan hasil
data. Terakhir, semua data yang didapatkan akan ditarik kesimpulan yang diverifikasi
selama penelitian berlangsung.

3.5 Validitas dan Reliabilitas


Untuk memastikan validitas dan reliabilitas penelitian, langkah-langkah
berikut akan diambil:
a. Validitas: Hasil wawancara dan observasi akan dikonfirmasi dengan partisipan
untuk memastikan bahwa pemahaman peneliti sesuai dengan pengalaman
mereka.
b. Reliabilitas: Analisis data akan dilakukan secara independen oleh peneliti dan
akan dicapai kesepakatan dalam interpretasi data.

3.6 Lokasi, Waktu, dan Jadwal Riset


3.6.1 Lokasi

19
Penelitian ini akan dilakukan di lingkungan FISIP Unpad dan lingkungan
Universitas Padjadjaran dengan pertimbangan bahwa lingkungan tersebut Hades
banyak melakukan aktivitas.
3.6.2 Waktu
Penelitian akan dilaksanakan sejak tanggal diterbitkannya izin penelitian
dalam waktu kurang lebih empat bulan. Rincian waktu penelitian ini adalah dua
bulan pengumpulan data, satu bulan pengolahan dan analisis data, dan satu bulan
penyusunan data yang meliputi penyajian dalam bentuk skripsi.
Waktu
Kegiatan Novembe Desembe Januar Februar Mare Apri Me
r r i i t l i

Penyusunan
Usulan
Penelitian

Seminar
Usualan
Penelitian

Revisi
Usulan
Penelitian

Pengambila
n Data

Penyusunan
Hasil
Penelitian

Seminar
Hasil
Penelitian

20
Revisi
Penelitian
Sidang
Akhir
Skripsi

DAFTAR PUSTAKA
1. Fahri, L. M., & Qusyairi, L. A. H. (2019). Interaksi sosial dalam proses
pembelajaran. Palapa, 7(1), 149-166.
2. Firmansyah, M. R. (2023). “Sejarah Humaniora De Social FISIP Unpad”.
Hasil Wawancara Pribadi dengan Mochammad Rifqi (salah satu pendiri
Hades): 19 November 2023, Universitas Padjadjaran.
3. Hall, S., & Du Gay, P. (Eds.). (1996). Questions of cultural identity: SAGE
Publications. Sage.
4. Hariyati, D., Devi, R., & Daulay, F. S. (2019, September 24). IDENTITAS
NASIONAL BANGSA INDONESIA. https://doi.org/10.31227/osf.io/28fe
5. Jhalugilang, P. (2012). Makna Identitas Fans Club Sepak Bola (Studi Kasus:
Juventus Club Indonesia). Universitas Indonesia.
6. Nidhomuddin, A., & Suryandari, N. (2021). Pemersatu Lamongan: Analisis
Identitas Kultural Supporter Sepakbola Persela. Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial,
7(2), 145-158.
7. Setyaningsih, Y. S. S. F. D. (2012). KONSTRUKSI IDENTITAS SUPORTER
SEPAKBOLA DI INDONESIA. PERSPEKTIF, 1(1).
8. Warsa, A. W., & Bahfiarti, T. (2014). Fenomenologi perilaku komunikasi
suporter fanatik sepakbola dalam memberikan dukungan pada psm makassar.
KAREBA: Jurnal Ilmu Komunikasi, 1-7.

21
LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Set Penelitian

Aspek Kajian Variabel Sumber Data Teknik


Pengumpulan Data

Dampak budaya Nilai, norma, dan Mewawancarai Pengamatan


jurusan mahasiswa perilaku dari setiap koordinator Wawancara
FISIP terhadap jurusan FISIP jurusan suporter
pembentukan Unpad. FISIP Unpad dan
identitas suporter melakukan
FISIP Unpad. pengamatan saat
diskusi para
pengurus Hades
berlangsung.

Pengaruh Nilai, norma, dan Mewawancarai Wawancara


pengalaman perilaku dari mahasiswa FISIP
pribadi dari pengalaman Unpad yang
beberapa pribadi mahasiswa memiliki
mahasiswa FISIP FISIP Unpad. pengalaman
terhadap pribadi dalam
pembentukan melakukan
identitas suporter kegiatan suporter
FISIP Unpad. di daerah asalnya.

Representasi Atribut, yel-yel, Melakukan Pengamatan


identitas suporter warna, slogan, dan wawancara dengan Wawancara
FISIP Unpad bentuk media Ketua Suporter
kepada kelompok FISIP Unpad dari

22
lain dan sosial suporter tahun 2018 hingga
masyarakat umum. FISIP Unpad. tahun 2023 dan
melakukan
pengamatan serta
observasi secara
langsung (kegiatan
suporter saat FISIP
Unpad bertanding)
dan tidak langsung
(melalui media
sosial)

Relasi kuasa Proses interaksi Melakukan Pengamatan


identitas suporter suporter FISIP wawancara dengan Wawancara
FISIP Unpad Unpad dengan Ketua Suporter
dengan kelompok suporter fakultas FISIP Unpad tahun
suporter fakultas lain dan 2018, 2019, 2022,
lain. pandangan dan 2023 serta
suporter fakultas melakukan
lain terhadap wawancara dengan
suporter FISIP ketua suporter
Unpad. fakultas lain dan
melakukan
pengamatan ketika
suporter FISIP
Unpad
berhubungan

23
dengan suporter
fakultas lain.

Perkembangan Struktur suporter, Melakukan Pengamatan


identitas suporter jumlah massa, wawancara dengan Wawancara
FISIP Unpad budaya, dan Ketua Suporter
regenerasi suporter FISIP Unpad dari
FISIP Unpad. tahun 2018 hingga
tahun 2023 dan
melakukan
pengamatan
perkembangan
suporter FISIP
Unpad, baik secara
langsung dan
secara tidak
langsung (melalui
media sosial).

Lampiran 2. Pedoman Pengamatan


1. Tempat berlangsungnya kegiatan suporter FISIP Unpad.
2. Orang yang terlibat dalam proses pembentukan identitas suporter FISIP
Unpad.
3. Kegiatan interaksi suporter FISIP Unpad, baik dengan mahasiswa FISIP
lainnya atau dengan suporter fakultas lain serta dengan masyarakat umum.
4. Atribut, yel-yel, dan hal lainnya yang dijadikan suporter FISIP Unpad
sebagai identitas.

24
Lampiran 3. Pedoman Wawancara
a. Identitas Informan
Memuat nama, umur, jenis kelamin, asal jurusan, dan data biografi lainnya.
b. Penjelasan tentang suporter FISIP Unpad, Humaniora De Social (Hades).
c. Proses pembentukan identitas suporter FISIP Unpad.
d. Identitas suporter FISIP Unpad.
e. Kontribusi mahasiswa FISIP dalam membentuk identitas suporter FISIP
Unpad.
f. Tantangan yang dihadapi suporter FISIP Unpad dalam membentuk identitas.
G. Proses interaksi suporter FISIP Unpad dengan mahasiswa FISIP lainnya dan
dengan suporter fakultas lain.

25

Anda mungkin juga menyukai