Anda di halaman 1dari 8

UAS MATA KULIAH TEKNIK REPORTASE

SEMESTER GANJIL TAHUN 2023/2024

KELOMPOK 1 - ILMU KOMUNIKASI 4


Grecia Wika Meilinda (18410086)
Naufal Bagus Ghifari (21410151)
Amung Palimirna Adi (22410013)
Daniel Dwi Yulianto (22410025)
Alberto Bisma Natalino (22410028)
Muhammad Rafi Majid (22410029)
Erlavina Happy Setyaningrum (22410108)
Alena Pinastika Shafira (22410119)

Nikmatnya Soto Girin, Kuliner Legendaris di Sragen yang Eksis Sejak 1953
SRAGEN – Berbicara tentang Kabupaten Sragen dengan berbagai kulinernya, rasanya tak
lengkap apabila kita tidak mencicipi kuliner legendarisnya. Ya, kabupaten yang juga sering
disebut dengan julukan Bumi Sukowati tersebut memiliki segudang kuliner legendaris yang
tentunya tak kalah lezat dengan kuliner-kuliner legendaris di kota dan kabupaten lainnya di
wilayah Jawa Tengah. Salah satunya yaitu Soto Girin, kuliner khas Sragen yang telah eksis
selama puluhan tahun.

RM Soto Girin Mandari, yang bertempat di Jalan Sukowati, Kabupaten


Sragen. Foto : Daniel Dwi Yulianto (Sabtu, 9/12/2023)
Soto Girin terletak di wilayah yang strategis karena berada di pusat Kabupaten Sragen, atau
lebih tepatnya beralamat di Jalan Sukowati, Dusun Kebayanan Sragen Manggis, Sragen
Wetan, Kecamatan Sragen, Kabupaten Sragen. Lokasinya yang berseberangan dengan Rumah
Dinas Bupati Sragen tersebut membuat warung soto ini juga mudah untuk ditemukan
pengunjung.

Seporsi Soto Girin yang melegenda di Sragen. Foto : Alena Pinastika


Shafira (Sabtu, 9/12/2023)

Disajikan menggunakan mangkuk kecil yang lengkap berisi nasi putih, kecambah, daun
seledri, bawang goreng, dengan potongan daging sapi yang bertekstur lembut serta kuah yang
bercita rasa gurih dan nikmat, tentunya dapat menggugah selera para pengunjung dan
menjadikan soto ini sebagai kuliner legendaris yang patut untuk dicoba kala singgah ke
Kabupaten Sragen. Hal itu juga diungkapkan oleh Sukinah, yang merupakan karyawan
sekaligus kerabat Soto Girin.

”Ya sebenarnya kalau soto itu dimana-mana ya begitu, kan. Tapi kalau di Soto Girin itu
memang dagingnya empuk, terus kuahnya juga sedap. Ya biasa lah, beda tangan kan beda
juga rasanya. Menurut saya sih, itu yang jadi daya tarik bagi pelanggan.” tutur Sukinah.

Uniknya, Soto Girin masih menggunakan cara tradisional dalam proses pemasakannya, yaitu
dengan menggunakan kuali tanah liat dan perapiannya menggunakan kayu bakar. Sukinah
menjelaskan bahwa proses pemasakan tersebut memang dipertahankan untuk menjaga
kualitas rasa dari Soto Girin.

”Iya, disini kami memang masih pakai kuali tanah liat dan kayu bakar untuk memasaknya,
supaya nanti rasa sotonya lebih sedap, terus ngaruh juga ke dagingnya jadi lebih empuk.”
jelas Sukinah.

Saat ini, warung soto tersebut dikelola oleh Hanang, sebagai penerus generasi ketiga dari
pendiri Soto Girin. Hanang mengungkapkan bahwa hingga saat ini, Soto Girin memang
menjaga kualitasnya dengan menggunakan bahan alami dengan berbagai macam rempah
yang menjadi ciri khas tersendiri dari soto ini. Menurut Hanang, Soto Girin menjadi pelopor
pertama usaha soto di Sragen sejak tahun 1953. Hal itulah yang menurutnya menjadikan Soto
Girin menjadi warung soto yang paling legendaris di Sragen.

”Iya, kalau cari soto yang legendaris di Sragen, ya Soto Girin. Karena kami memang sudah
berjualan sejak 1953. Resep asli turun-temurun dari mbah, dan hanya ada di Sragen.” tutur
Hanang.

Pikulan atau angkring yang digunakan sebagai rombong jualan di Soto


Girin. Foto : Alena Pinastika Shafira (Sabtu, 9/12/2023)

Hanang juga menceritakan asal-usul bagaimana Soto Girin berdiri dan menjadi kuliner
legendaris khas Sragen seperti sekarang. Termasuk alasan penggunaan pikulan atau angkring
sebagai rombong jualan yang menurutnya hal itu berkaitan dengan sejarah berdirinya Soto
Girin.

”Jadi nama Soto Girin itu kan diambil dari nama mbah saya, Mbah Wagirin. Awalnya mbah
saya itu jual sotonya dipikul, keliling ke kampung-kampung, ke pasar juga. Nah ternyata
sotonya itu laris, bahkan lama-lama mbah saya itu belum keliling saja, sudah banyak orang
yang datang ke rumah. Malah sampai kehabisan, kan akhirnya nggak jadi keliling. Mau bikin
lagi juga bahannya sudah habis. Ya sudah, akhirnya mbah nggak keliling lagi, tapi buka
warung soto di rumah, sampai sekarang alhamdulillah laris. Lokasinya ya di tempat yang
kemarin kebakaran itu. Itu pusatnya.” jelas Hanang.

Seperti yang diketahui, salah satu warung makan Soto Girin yang berlokasi di Jalan Brigjen
Katamso No.8, Kebayan 3, Sragen Kulon, Kecamatan Sragen, Kabupaten Sragen tersebut
memang sempat terbakar pada 17 Agustus 2023, yang saat itu diduga api berasal dari tungku
di dapur. Hanang menuturkan, saat ini lokasi tersebut sedang dibangun kembali oleh
pamannya. Kemudian Hanang kembali berkisah tentang perjalanan Soto Girin hingga saat ini
ia yang mengelolanya sebagai penerus generasi ketiga.

”Ya dulu setelah mbah, yang pertama kali meneruskan itu kan bapak saya. Waktu itu bapak
buka warung di dekat rumah, di Desa Saradan. Terus tahun 1997 bapak pindah kesini, ya
sudah sampai sekarang saya sama kakak saya yang meneruskan. Saya mengelola disini,
kakak saya buka cabang di daerah Nglorog. Jadi kalau dihitung ya sekarang sudah generasi
ketiga.” paparnya.

Sebagai penerus, saat ini ia hanya mengelola satu cabang saja. Hanang mengaku bahwa
sebelumnya ia pernah membuka cabang Soto Girin di Sentra Sukowati. Namun cabang
tersebut tak bertahan lama, hingga akhirnya Hanang memutuskan untuk menutupnya
dikarenakan efek pandemi yang membuat cabang tersebut menjadi sepi pelanggan. Akhirnya,
ia kembali dan fokus untuk mengelola satu cabang saja, yaitu RM Soto Girin Mandari.
Hanang menegaskan bahwa Soto Girin tidak membuka cabang diluar Kabupaten Sragen.
Soto Girin juga menjaga keasliannya dengan tidak membuka waralaba, bahkan tidak semua
kerabat dapat membuka usaha soto dengan nama Girin.

”Iya, kami cuma buka di Sragen, nggak ada yang diluar Sragen dan kami juga nggak
membuka franchise sama sekali. Cuma ada di Sragen, dan tiap cabang itu masih kerabat
semuanya. Bahkan kerabat pun kalau bukan keturunan darah asli Mbah Girin, ya tidak boleh
pakai nama Girin. Boleh buka usaha soto, tapi nggak boleh pakai nama Girin. Jadi yang boleh
pakai ya yang benar-benar asli keturunan Mbah Girin. Kerabat saya itu yang jual soto kalau
dihitung lima belasan ada, tapi kan yang pakai nama Girin cuma delapan.” jelas Hanang.

Satu porsi Soto Girin dibanderol dengan harga yang sangat terjangkau, yaitu Rp. 10.000
untuk mangkuk kecil dan Rp. 15.000 untuk mangkuk besar. Warung soto tersebut buka mulai
pukul 04.30 hingga pukul 12.00, dan setiap harinya tak pernah sepi pelanggan. Hal itu juga
diungkapkan oleh Darsih, yang merupakan karyawan Soto Girin sekaligus kerabat.

Suasana RM Soto Girin Mandari pada Sabtu (9/12/2023). Soto Girin


terpantau ramai pada akhir pekan. Foto : Alena Pinastika Shafira (Sabtu,
9/12/2023)

”Iya, saya disini kan ikut bantu-bantu juga. Jam setengah dua pagi itu kami sudah mulai
masak, karena habis subuh itu kan kami sudah buka, sampai jam dua belas siang.
Alhamdulillah ya, rame lah. Kalau memang sebelum jam dua belas sudah habis ya sudah
kami tutup. Tapi rata-rata setiap harinya, ya sampai dzuhur lah.” tutur Darsih.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Joko, yang sudah bekerja sebagai juru parkir di area
Soto Girin sejak tahun 1999. Menurut Joko, warung soto legendaris tersebut memang cukup
laris, yang membuat penghasilannya sebagai juru parkir terbilang stabil hingga saat ini.

”Iya, kan saya sudah markiri disini sejak tahun 1999 akhir. Sampai sekarang alhamdulillah
penghasilan saya ya banyu mili lah, stabil. Kalau paling rame ya biasanya hari Sabtu –
Minggu, yang datang kan banyak. Yang dari luar kota juga banyak, bisa penuh satu
rombongan. Hari biasa juga, rame lah. Pengunjung warga lokal juga banyak, jadi stabil.”
papar Joko.

Kelezatan Soto Girin yang melegenda dan begitu menggoda ini tentunya dapat menjadi salah
satu pilihan yang dapat anda kunjungi ketika hendak mencicipi kuliner khas Kabupaten
Sragen.
LAMPIRAN

Kunjungan langsung dan wawancara yang dilakukan oleh Kelompok 1 pada Sabtu
(9/12/2023). Dari kiri – kanan: Grecia Wika Meilinda, Erlavina Happy
Setyaningrum, Muhammad Rafi Majid, Alena Pinastika Shafira, Sukinah,
Hanang, Alberto Bisma Natalino, dan Daniel Dwi Yulianto.

Survei Lokasi :
Alberto Bisma Natalino (22410028)

Wartawan :
Alena Pinastika Shafira (22410119)
Muhammad Rafi Majid (22410029)
Alberto Bisma Natalino (22410028)
Daniel Dwi Yulianto (22410025)

Transkrip Wawancara :
Naufal Bagus Ghifari (21410151)
Amung Palimirna Adi (22410013)

Redaktur :
Alena Pinastika Shafira (22410119)
Muhammad Rafi Majid (22410029)

Fotografer Jurnalistik :
Daniel Dwi Yulianto (22410025)
Alena Pinastika Shafira (22410119)
Erlavina Happy Setyaningrum (22410108)
Grecia Wika Meilinda (18410086)

Anda mungkin juga menyukai