Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS

NOVEL
SANG PEMIMPI
M Raffi islami adhitia
Sinopsis Novel SANG PEMIMPI
bercerita tentang masa SMA tiga orang pemuda, yaitu Ikal, Arai dan
Jimbron. Mereka bertiga adalah remaja yang berasal dari Belitong dan
melanjutkan sekolah di Manggar, SMA Negeri pertama di Manggar. Untuk
mencukupi kebutuhan sekolahnya Arai, Ikal dan Jimbron bekerja paruh
waktu sebagai kuli di pasar ikan.

Arai adalah yang paling cerdas diantara mereka bertiga, selalu mengutip
kata-kata inspiratif dari berbagai sumber “tak semua yang dihitung bisa
diperhitungkan dan tak semua yang diperhitungkan bisa dihitung”,
sedangkan Ikal yang sangat mengidolakan H. Roma Irama akan mengutip
kalimat dari lirik lagu raja dangdut tersebut “Darah muda adalah darahnya
para remaja” sedangkan Jibron yang sangat menyukai kuda akan
mengeluarkan kalimat yang tidak jauh-jauh dari bahasan tentang kuda.

Kehidupan SMA adalah perjalanan mencari jati diri. Arai, saat itu jatuh
cinta pada teman sekelasnya, Zakia Nurmala, sedangkan Ikal jatuh cinta
pada putri seorang cina, A Ling, dan Jimbron jatuh cinta padaku.
Tema
Bertemakan tentang perjuangan dan
kegigihan dalam meraih impian untuk
memiliki pengetahuan yang tinggi
Alur
Sang Pemimpi adalah alur campuran,
yaitu kronologis dan flash back.
Sudut Pandang
Dalam novel Sang Pemimpi ini, sudut
pandang yang digunakan adalah sudut
pandang orang pertama, yang berarti
bahwa pengarang juga mempunyai
posisi sebagai pelaku cerita. Pelaku
merupakan pencerita yang serba
tahu, termasuk apapun yang hadir di
benak atau perasaan para tokoh, baik
tokoh utama maupun tokoh lainnya.
Dapat dilihat dari setiap bagian novel
bahwa tokoh “Aku” mendominasi
cerita ini.
Tokoh & Penokohan
01
tokoh utama yang protagonis,
yakni Ikal

tokoh utama tambahan protagonis, yakni


Arai, Jimbron, Pak Balia, Ibu Ikal, Ayah Ikal,
02 Pak Mustar, Ibu Muslimah, Nurmala, A Kiun,
Nurmi, Mei mei, Deborah Wong, Pak Cik
Basman, Taikong Hanim, Capo, Bang Zaitun,
Pendeta Geovanny, Nyonya Lam Nyet Pho,
Mak cik, dan Laksmi.
Latar

Di sekolah, gudang peti es, rumah Senin pagi, Hari Minggu, suatu Suasana tegang, panik,
Ikal, los kontrakan, pabrik cincau, pagi buta, sore hari, 15 terharu, gugup, jengkel,
gubuk arai, tengah lapangan dekat Agustus 1988, usai sholat isya, ketakutan, penyesalan, gaduh,
pukul 12 malam, pagi yang marah, lega, kaget, dan
rumah Nurmala, rumah Bang Zaitun,
bahagia.
Bogor, Terminal Tanjung Priok, UI indah, usai sholat maghrib,
Depok, Bioskop, Terminal Bus lewat tengah malam.
Bogor, dan di kapal
Amanat
Keadaan yang serba kekurangan juga bukan alasan
kita tak dapat bahagia, dalam kekurangan dan
kesulitan itulah kita diajarkan untuk saling berbagi,
saling mengasihi, dan saling membersamai. Ketika
kita telah berdamai dengan kenyataan yang sulit,
maka segala rasa pesimis akan sirna begitu saja,
tekad akan semakin kuat, keyakinan semakin besar,
dan usaha untuk menggapai impian pun semakin
maksimal dilakukan.
Nilai - Nilai yang terkandung
nilai religius (mengikat manusia dengan Tuhan, saling
menghargai dan menghormati, semangat kerja, taat
beragamadan tanpa putus asa), nilai moral
(persahabatan, semangat dan pengorbanan, sikap
jujur, kepedulian terhadap sahabat dan kedisiplinan,
nilai nilai sosial (sifat empati, rela berkorban), nilai
budaya (adat istiadat).
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai