Anda di halaman 1dari 3

Jangan Lupa Pulang

Di sebuah desa kecil yang dikelilingi perbukitan hijau, tinggalah seorang anak laki-laki
bernama Adi. Adi adalah anak yang bersemangat, memiliki keingintahuan yang besar, dan
juga pendiam. Ia tinggal bersama orangtuanya di sebuah rumah kayu sederhana yang terletak
di pinggiran desa. Kehidupan Adi sangat sederhana namun penuh kebahagiaan. Setiap kali ia
berpetualang di sekitar desa, ia selalu diingatkan oleh ibunya untuk tidak lupa pulang
sebelum senja tiba.

Sebagai anak yang gemar berpetualang, Adi sering meninggalkan rumah untuk menjelajahi
hutan sekitar desa. Ia akan mengembara sepanjang hari, menjelajahi sungai kecil, dan
mendaki bukit-bukit kecil di sekitar tempat tinggalnya. Namun, setiap kali ia pergi, ia selalu
diingatkan oleh kata-kata bijak dari ibunya, "Jangan lupa pulang sebelum senja, Adi. Rumah
adalah tempat yang paling nyaman di dunia ini."

Suatu hari, ketika Adi sedang berjalan-jalan di hutan, ia menemukan sebuah jalan setapak
yang tidak pernah ia lihat sebelumnya. Bersemangat, ia mengikuti jalan tersebut dan akhirnya
tiba di sebuah gua yang gelap. Dengan hati berdebar-debar, Adi memasuki gua tersebut dan
menemukan sebuah benda bersinar di ujung gua. Ternyata, benda tersebut adalah sebuah
permata yang sangat cantik dan memancarkan cahaya yang mempesona.

Adi merasa senang sekali dengan penemuannya dan segera membawanya pulang ke desa. Dia
memamerkan permata tersebut kepada seluruh penghuni desa, dan kabar tentang penemuan
Adi menyebar dengan cepat. Orang-orang dari desa tetangga pun datang untuk melihat
permata tersebut, dan mereka terkesima oleh keindahan dan kebesaran batu itu.

Tidak lama kemudian, seorang pedagang kaya datang ke desa. Ia menawarkan harga yang
sangat tinggi untuk permata tersebut dan ingin membelinya dari Adi. Sebagian besar orang di
desa ingin Adi menjual permata tersebut untuk mendapatkan keuntungan yang besar, namun
ibu Adi mendesaknya untuk memikirkan keputusannya dengan bijak. "Keberuntungan datang
dan pergi, tetapi keluarga dan rumah adalah yang tersisa," katanya dengan penuh
kebijaksanaan.
Adi merasa bingung. Dia tidak yakin apa yang seharusnya dilakukan. Di satu sisi, dia ingin
memberikan kebahagiaan bagi keluarganya dengan menjual permata tersebut. Namun di sisi
lain, ia merasa bahwa ada sesuatu yang lebih berharga daripada kekayaan materi.

Suatu malam, ketika bulan purnama menerangi langit, Adi duduk di teras rumahnya. Ia
menatap permata tersebut dengan penuh kukuh, berpikir keras tentang apa yang seharusnya ia
lakukan. Itulah saat ibunya datang dan duduk di sebelahnya. "Adi, kenapa kau terlihat begitu
bingung?" tanya ibunya dengan lembut.

Adi pun menceritakan semua yang ia pikirkan pada ibunya. "Aku tidak tahu apa yang harus
kulakukan, ibu. Aku ingin membuatmu bangga dengan menjual permata ini, tetapi juga
merasa enggan untuk melepaskannya," ucap Adi dengan rasa kekhawatiran di matanya.

Ibunya tersenyum dan memeluk Adi. "Anakku, lupakan permata itu. Apa yang terpenting
dalam hidup adalah kebahagiaan dan kebersamaan keluarga. Kekayaan dari dunia ini dapat
datang dan pergi, namun waktu bersama orang-orang yang kita cintai adalah hal yang benar-
benar berharga. Jangan lupa bahwa rumah ini selalu akan menjadi tempat kau kembali setelah
berpetualang di luar sana."

Kata-kata ibunya membuat hati Adi menjadi lebih tenang. Dia kemudian memutuskan untuk
tidak menjual permata tersebut, dan menyimpannya sebagai kenang-kenangan dari
petualangan istimewanya.

Setelah kejadian itu, Adi kembali menjalani kehidupannya dengan penuh semangat. Ia masih
suka berpetualang di sekitar desa, tetapi kali ini ia lebih sering pulang sebelum senja tiba. Ia
belajar menikmati setiap momen di rumah bersama keluarga, dan menyadari bahwa
kebahagiaan sejati tidak selalu terletak pada harta benda.

Beberapa bulan kemudian, ketika musim panen tiba, desa Adi dihantui oleh bencana alam
yang dahsyat. Banjir yang besar merusak sebagian besar tanaman dan struktur di desa.
Orang-orang desa pun saling membantu untuk membersihkan puing-puing dan memulihkan
kehidupan mereka.
Adi, bersama dengan keluarganya, turut membantu dalam upaya pemulihan tersebut. Mereka
menyadari betapa pentingnya saling membantu di saat-saat sulit, dan betapa berharganya
kebersamaan dalam menghadapi cobaan. Meskipun desa mereka telah rusak, tetapi semangat
gotong royong dan kebersamaan memperkuat mereka, dan membawa harapan untuk masa
depan yang lebih baik.

Tidak lama setelah itu, desa mereka mulai pulih. Semua orang di desa merasa bangga dengan
kegigihan mereka dalam menghadapi bencana tersebut. Mereka merayakan kebersamaan
mereka dengan pesta besar di tengah desa. Semua orang tertawa, bernyanyi, dan menari
bersama.

Adi, yang sejak saat itu lebih menghargai kebersamaan keluarga dan kebahagiaan sederhana,
merasa sangat bahagia melihat senyuman di wajah orang-orang tercinta. Ia menatap ibunya,
yang juga tersenyum bahagia, dan menyadari bahwa ibunya selalu benar. Kebahagiaan sejati
tidak terletak pada permata atau kekayaan materi, melainkan pada cinta dan kebersamaan di
antara keluarga dan orang-orang terdekat.

Dari saat itu, Adi dan keluarganya sering melakukan perjalanan bersama. Mereka pergi ke
tempat-tempat indah di sekitar desa, menikmati alam, dan saling mendukung satu sama lain.
Mereka menemukan kebahagiaan sejati dalam momen-momen sederhana, seperti melihat
matahari terbenam di perbukitan hijau, berjalan-jalan di tepi sungai, atau sekadar duduk di
bawah pohon rindang sambil bercengkerama.

Adi juga belajar bahwa pulang bukan hanya sekadar kembali ke rumah fisik, tetapi juga
kembali ke rasa cinta dan kebersamaan dengan orang-orang terkasih. Dia belajar untuk tidak
pernah lupa bahwa rumah adalah tempat di mana ia merasa paling nyaman dan paling
bahagia, di mana pun dan kapan pun mereka berada.

Dengan kebersamaan dan cinta di antara anggota keluarganya, Adi menyadari bahwa mereka
telah menemukan kekayaan sejati, yaitu kebahagiaan yang berasal dari togetherness of
family. Sejak saat itu, mereka telah mengikat komitmen untuk melakukan perjalanan
keluarga secara teratur, menemukan bahwa kebahagiaan terletak dalam persatuan dan cinta
mereka. Sebab, kebahagiaan hakiki dan memuaskan adalah saat kita kembali pada rumah dan
keluarga.

Anda mungkin juga menyukai