Anda di halaman 1dari 98

ht

tp
s:
//p
ap
ua
bar
at
.b
ps
.g
o.
id
ht
tp
s://
pa
pu
ab
ar
at
.b
ps
.g
o.
id
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
PROVINSI PAPUA BARAT 2022

ISSN : 2089-1660

Katalog BPS : 4102002 91

No Publikasi : 91000 2306

Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm

Jumlah Halaman : xiv + 82 Halaman

id
Naskah:

o.
.g
Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat
ps
.b

Penyunting:
at
ar
ab

Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat


pu
pa

Gambar Kulit:
s ://

Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat


tp
ht

Diterbitkan oleh:

© Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat

Dilarang mengumumkan, mendistribusikan, mengomunikasikan, dan/atau menggandakan


sebagian atau seluruh isi buku ini untuk tujuan komersial tanpa izin tertulis dari Badan Pusat
Statistik
TIM PENYUSUN

Pengarah :
Maritje Pattiwaellapia, SE, M Si

Penanggungjawab Umum :
Citra Yanuar Widayanti, SST, M Stat

Penyunting :
Citra Rizky Handayani, SST

id
o.
.g
Penulis :
ps
Rizqi Aditya Nur Hidayah, SST
.b
at
ar

Pengolah Data :
ab
pu

Rizqi Aditya Nur Hidayah, SST


pa
://

Gambar Kulit :
s
tp

rawpixel com/freepik dan Git Aset


ht

dimodifikasi oleh Rizqi Aditya Nur Hidayah, SST


ht
tp
s://
pa
pu
ab
ar
at
.b
ps
.g
o.
id
KP

I ndeks Pembangunan Manusia Provinsi Papua Barat 2022 merupakan publikasi


tahunan Badan Pusat Statistik (BPS) yang telah dipublikasikan sejak tahun 2008
Secara garis besar publikasi ini memberikan gambaran umum mengenai kondisi capaian
pembangunan manusia di Provinsi Papua Barat tahun 2022

Adapun data dan informasi yang disajikan terdiri dari situasi pembangunan manusia
di Provinsi Papua Barat, hasil penghitungan besaran IPM beserta indeks komponen-
komponen penyusunnya serta perkembangannya, disparitas IPM antarwilayah, dan posisi
absolut antarwilayah dalam pembangunan ekonomi dan pembangunan manusia secara

id
simultan

o.
.g
Data dan informasi pembangunan manusia Papua Barat yang tersaji dalam publikasi
ps
ini diharapkan dapat membantu pemerintah daerah, dunia usaha, dunia pendidikan, dan
.b
masyarakat dalam menyusun strategi dan mengupayakan pembangunan yang lebih baik
at
ar

dan berkelanjutan
ab

Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi hingga terbitnya publikasi ini, kami
pu

sampaikan terima kasih Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna
pa

perbaikan di masa mendatang


s ://
tp
ht

Manokwari, Maret 2023


Kepala Badan Pusat Statistik
Provinsi Papua Barat

Maritje Pattiwaellapia, SE, M Si

V
ht
tp
s://
pa
pu
ab
ar
at
.b
ps
.g
o.
id
ht
tp
s://
pa
pu
ab
ar
at
.b
ps
.g
o.
id

VII
ht
tp
s://
pa
pu
ab
ar
at
.b
ps
.g
o.
id
HALAMAN

Tabel 1 Perbedaan Indikator IPM Metode Lama dan Baru 15

Batas Minimum dan Maksimum Indikator Indeks


Tabel 2 17
Pembangunan Manusia
Konversi Skor Lama Sekolah Berdasarkan Ijazah dan Kelas
Tabel 3 21
Terakhir

id
o.
96 Komoditas Terpilih dalam Perhitungan Pengeluaran

.g
Tabel 4 25
Perkapita Disesuaikan ps
.b
at

Tabel 5 Perbandingan Angka dan Pertumbuhan Harapan Lama Sekolah 42


ar
ab
pu
pa
s://
tp
ht

IX
ht
tp
s://
pa
pu
ab
ar
at
.b
ps
.g
o.
id
HALAMAN

Gambar 1 Perubahan Perhitungan Indeks Pembangunan Manusia 13

Gambar 2 Karakteristik Penduduk Provinsi Papua Barat, 2022 32

Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Papua Barat,


Gambar 3 33
2018-2022

id
o.
.g
Gambar 4 Klasifikasi Capaian Indeks Pembangunan Manusia 34
ps
.b
Gambar 5 Usia Harapan Hidup Saat Lahir Provinsi Papua Barat,
35
at

2018-2022
ar
ab

Gambar 6 Harapan Lama Sekolah dan Rata-rata Lama Sekolah


36
pu

Provinsi Papua Barat, 2018-2022


pa

Gambar 7 Pengeluaran Riil Per Kapita Disesuaikan Di Provinsi Papua


://

37
Barat, 2018-2022
s
tp

Gambar 8 Perbandingan IPM Antarwilayah di Provinsi Papua Barat


ht

38
Tahun 2022
Gambar 9 Perkembangan Laju Pertumbuhan IPM Antarwilayah di
39
Papua Barat Tahun 2021--2022
Gambar 10 Perbandingan Usia Harapan Hidup Antar wilayah di Papua
40
Barat Tahun 2022

Perbandingan Pengeluaran per Kapita yang Disesuaikan di


Gambar 11 43
Papua Barat Tahun 2022 (Ribu Rupiah/Tahun)
Perbandingan Pertumbuhan Pengeluaran per Kapita yang
Gambar 12 44
Disesuaikan di Papua Barat Tahun 2022

XI
ht
tp
s://
pa
pu
ab
ar
at
.b
ps
.g
o.
id
HALAMAN

Lampiran 1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Menurut Kabupaten/


Kota di Provinsi Papua Barat, 2018 – 2022 77

Lampiran 2 Angka Harapan Hidup (AHH) Menurut Kabupaten/Kota di


Provinsi Papua Barat, 2018 – 2022 78

Lampiran 3 Angka Harapan Lama Sekolah (HLS) Menurut Kabupaten/


79

id
Kota di Provinsi Papua Barat, 2018 – 2022

o.
.g
Lampiran 4 Angka Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Menurut Kabupaten/
ps
Kota di Provinsi Papua Barat, 2018 – 2022 80
.b
at

Lampiran 5 Pengeluaran Per Kapita Disesuaikan Menurut Kabupaten/


ar

81
ab

Kota di Provinsi Papua Barat, 2018 – 2022


pu

Lampiran 6 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Menurut Provinsi di


pa

82
Pulau Sulawesi, Maluku, dan Papua, 2018-2022
s://
tp
ht

XIII
ht
tp
s://
pa
pu
ab
ar
at
.b
ps
.g
o.
id
ht
tp
s://
pa
pu
ab
ar
at
.b
ps
.g
o.
id
ht
tp
s://
pa
pu
ab
ar
at
.b
ps
.g
o.
id
Perkembangan Pengukuran Pembangunan

Pada era sebelum tahun 1970, Todaro dan Smith (2003) mengungkapkan bahwa paradigma
pembangunan semata-mata dipandang sebagai fenomena ekonomi Perhatian dunia saat itu
berfokus pada diskusi mengenai pendapatan, modal, pertumbuhan ekonomi, dan hal lain yang
terkait dengan ekonomi Namun dalam perkembangannya, muncul fenomena sosial yang
cenderung bertolak belakang dengan fenomena ekonomi Data empiris menunjukkan, beberapa
negara yang mencapai pertumbuhan ekonomi tinggi juga menghadapi masalah seperti tingginya
pengangguran, kemiskinan, dan masalah sosial lain yang berhubungan dengan manusia Hal ini

id
yang membuat banyak pihak mulai menyadari bahwa pertumbuhan ekonomi tinggi tidak menjadi

o.
jaminan terhadap perbaikan taraf hidup penduduk di suatu negara

.g
ps
Fenomena tersebut mengindikasikan bahwa pendapatan nasional dan pertumbuhan
.b
ekonomi tidak selalu beriringan dengan kesejahteraan penduduk Alasan yang mendasari hal ini
at
ar

adalah angka pendapatan nasional memang bermanfaat secara luas namun tidak menggambarkan
ab

siapa yang menikmati hal tersebut Alasan lain, pendapatan nasional tidak menggambarkan aspek
pu

penting lain, seperti akses terhadap layanan kesehatan yang lebih baik, akses yang lebih luas
pa

untuk pengetahuan, mata pencaharian yang lebih aman, keamanan dari tindak kejahatan, waktu
://

senggang yang memuaskan, dan perasaan ikut serta dalam kegiatan ekonomi, budaya, dan politik
s
tp

Konsep pembangunan yang kurang komprehensif dengan hanya berfokus pada aspek
ht

ekonomi memunculkan pemikiran baru dalam melihat pembangunan Konsep pembangunan


manusia muncul untuk memperbaiki kekurangan tersebut dengan melihat pembangunan secara
lebih komprehensif Konsep pembangunan manusia tidak hanya memperhitungkan aspek
pendapatan, tetapi juga memperhitungkan aspek kesehatan dan pendidikan Konsep
pembangunan manusia kali pertama diperkenalkan oleh United Nations Development Programme
(UNDP) pada tahun 1990 melalui laporan yang berjudul Human Development Report (HDR)
Dalam laporannya, UNDP menekankan bahwa manusia adalah kekayaan bangsa yang
sesungguhnya Dengan dasar tersebut, pembangunan manusia menempatkan manusia sebagai
tujuan akhir dari pembangunan, bukan hanya sebagai input dari pembangunan Oleh karena itu,
dalam sudut pandang pembangunan manusia, tujuan utama dari pembangunan adalah untuk
menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi masyarakat untuk menikmati umur panjang,
hidup sehat, dan menjalankan kehidupan yang produktif (UNDP, 1990)

3
Gagasan pembangunan manusia yang dikemukakan oleh UNDP pada tahun 1990
memberikan pemahaman baru tentang cara pandang melihat pembangunan Cara pandang
pembangunan manusia berbeda dengan pendekatan pembangunan konvensional seperti
pertumbuhan ekonomi, pembentukan modal manusia, pengembangan sumber daya manusia,
kesejahteraan masyarakat atau kebutuhan dasar manusia Perbedaan cara pandang pendekatan
tersebut antara lain:

 Pertumbuhan ekonomi merupakan hal yang diperlukan dalam pembangunan manusia,


tetapi pertumbuhan ekonomi saja tidaklah cukup Kemajuan manusia dalam masyarakat

id
mungkin saja masih rendah meskipun Produk Domestik Bruto (PDB) atau pendapatan per

o.
kapita tumbuh tinggi, atau sebaliknya

.g
 ps
Teori pembentukan modal manusia dan pengembangan sumber daya manusia
.b
memandang manusia terutama sebagai alat dan bukan sebagai tujuan Kedua pendekatan
at

berfokus pada sisi penawaran yang memandang manusia sebagai sumber daya untuk
ar
ab

menghasilkan produksi Akan tetapi, manusia memiliki nilai yang lebih dari sekadar barang
pu

modal untuk kegiatan produksi Manusia juga merupakan tujuan akhir dan penerima
pa

manfaat dari proses ini


://

 Pendekatan kesejahteraan masyarakat lebih memandang manusia sebagai penerima


s
tp

manfaat dari proses pembangunan daripada sebagai agen di dalamnya Pendekatan ini
ht

lebih menekankan kebijakan distribusi daripada struktur produksi

 Pendekatan kebutuhan dasar berfokus pada kelompok barang dan jasa yang dibutuhkan
oleh suatu kelompok masyarakat, seperti makanan, tempat tinggal, pakaian, perawatan
kesehatan, dan air Pendekatan ini berfokus pada penyediaan barang dan jasa
dibandingkan masalah pilihan manusia

Pembangunan Manusia dalam Pengukuran Keberhasilan Pembangunan

Gagasan tentang pembangunan manusia merupakan manifestasi dari konsep kapabilitas


yang dikemukakan oleh Amartya Sen (1987) Menurut Sen, kapabilitas merupakan kemampuan
untuk mencapai sesuatu yang dianggap bernilai Hal yang mendasar bagi hidup manusia pada
dasarnya adalah kemampuan Sen menyebut konsep ini dalam banyak terminologi, yaitu

4
kesempatan, daya, dan juga sebagai kebebasan Kapabilitas seseorang merupakan kombinasi dari
berbagai kesempatan yang bisa diperoleh manusia untuk menjalankan fungsi dalam hidupnya
Dengan kata lain, kapabilitas adalah sebuah bentuk kebebasan untuk mencapai berbagai pilihan
dalam menjalankan fungsi hidup

Dengan konsep kapabilitas, Sen berpendapat bahwa ada tiga aspek yang terkait dengan
pembangunan, yaitu:

1. keberfungsian (functionings) adalah suatu keadaan doing and being seperti dipelihara
dengan baik, terlindungi, cukup makan, dan bebas dari malaria Hal tersebut harus

id
dapat dibedakan dengan komoditas yang digunakan untuk mencapainya karena

o.
.g
misalnya ‘bersepeda’ berbeda dengan ‘memiliki sepeda’;

2.
ps
kemampuan (capabilities) mengacu pada serangkaian fungsi berharga yang dimiliki
.b
at

seseorang Kemampuan seseorang mewakili kebebasan individu untuk memilih antara


ar

kombinasi fungsi berbeda yang dimilikinya untuk alasan yang dianggap bernilai; dan
ab

3. sumber daya (resources) yang merupakan input dan nilainya tergantung pada
pu

kemampuan untuk mengubah sumber daya menjadi fungsi yang berharga


pa
://

Selain Sen, Mahbub ul Haq (1995) juga menjadi tokoh penting yang berperan dalam
s
tp

memformulasikan paradigma pembangunan manusia Haq melihat semakin banyak bukti yang
ht

tidak mendukung keyakinan awal tentang kekuatan trickle down dari kekuatan pasar untuk
memberikan manfaat ekonomi yang merata dan menghapuskan kemiskinan Mahbub ul Haq
mengartikan pembangunan manusia dengan konsep pilihan manusia (people choices) Ia
berpendapat bahwa pembangunan manusia merupakan proses perluasan pilihan yaitu
kebebasan berpolitik, partisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, pilihan untuk berpendidikan,
bertahan hidup dan sehat, menikmati standar hidup layak, serta berpartisipasi di dalam
kehidupan komunitas dan dalam pengambilan keputusan yang berdampak pada kehidupan
mereka Pembangunan ekonomi dan pembangunan manusia dilihat sebagai ruang pilihan-pilihan,
sebagaimana manusia memiliki berbagai potensi dalam dirinya untuk menentukan pilihan
Konsep kapabilitas yang dikemukakan oleh Sen dan konsep pilihan manusia yang dikemukakan
oleh Haq menjadi dasar dalam paradigma pembangunan manusia yang diimplentasikan oleh
UNDP Berdasarkan konsep tersebut, UNDP mendefiniskan pembangunan manusia sebagai
proses perluasan pilihan manusia (enlarging the choice of the people)

5
Capaian pembangunan manusia yang tinggi memerlukan percepatan untuk mendapatkan
hasil yang optimal bagi tiap daerah Berdasarkan pengalaman pembangunan manusia di beberapa
negara, untuk mempercepat pembangunan manusia dapat dilakukan distribusi pendapatan yang
merata dan alokasi belanja publik yang memadai untuk bidang pendidikan dan kesehatan Contoh
sukses adalah Korea Selatan yang konsisten mengaplikasikan dua hal tersebut Sebaliknya Brazil
harus mengalami kegagalan karena ketimpangan distribusi pendapatan dan alokasi belanja publik
yang kurang memadai untuk bidang pendidikan dan kesehatan (UNDP, Bappenas, BPS, 2004)

Luasnya cakupan pembangunan manusia memunculkan kebutuhan suatu alat ukur yang

id
dapat digunakan secara global agar dapat diperoleh indikator pembangunan manusia yang dapat

o.
dibandingkan secara luas Untuk menjawab kebutuhan ini, UNDP menyusun sebuah indeks yaitu

.g
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau disebut Human Development Index (HDI) sebagai alat
ps
ukur pembangunan manusia yang diperoleh dengan tiga aspek pengukuran meliputi Aspek
.b
at

Kesehatan, Aspek Pendidikan, dan Aspek Ekonomi yang mulai dikembangkan sejak tahun 1990
ar

Ketiga aspek ini dianggap cukup mewakili kondisi pembangunan manusia di masyarakat
ab
pu

Manfaat Indeks Pembangunan Manusia


pa

Indeks Pembangunan Manusia merupakan salah satu indikator penting untuk melihat
s://

pembangunan dari sisi manusia Setiap indikator komponen penghitungan IPM dapat digunakan
tp
ht

untuk mengukur capaian pembangunan kualitas hidup manusia

Dalam konteks pengambilan kebijakan, IPM merupakan salah satu indikator target
pembangunan IPM bersama dengan indikator pertumbuhan ekonomi, PDB per kapita,
pertumbuhan investasi, kemiskinan, rasio gini, inflasi, dan pengangguran menjadi indikator
penting dalam Kerangka Ekonomi Makro (KEM) Pemerintah terus mengevaluasi kemajuan KEM
untuk memastikan arah pembangunan berjalan sesuai dengan yang tertuang dalam Rancangan
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)

Dalam konteks penganggaran pembangunan, IPM menjadi sebagai salah satu variabel
dalam penentuan alokasi Dana Alokasi Umum (DAU), bersama dengan jumlah penduduk, luas
wilayah, Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK), dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per
kapita DAU merupakan salah satu transfer dana pemerintah pusat kepada pemerintah daerah
yang bersumber dari pendapatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang
ditujukan untuk pemerataan kemampuan keuangan antardaerah dalam mendanai
pembangunan daerah

6
Selain sebagai salah satu variabel penentuan DAU, komponen IPM (HLS, RLS, dan
pengeluaran riil per kapita yang disesuaikan) juga digunakan dalam penghitungan Dana
Insentif Daerah (DID) DID merupakan salah satu instrument pemerintah dalam meningkatkan
kinerja pemerintah daerah DID adalah dana yang bersumber dari APBN kepada daerah
tertentu berdasarkan kriteria/kategori tertentu dengan tujuan untuk memberikan
penghargaan atas perbaikan dan/atau pencapaian kinerja tertentu di bidang tata kelola
keuangan daerah, pelayanan umum pemerintahan, pelayanan dasar publik, dan kesejahteraan
masyarakat

id
o.
.g
ps
.b
at
ar
ab
pu
pa
s://
tp
ht

7
ht
tp
s://
pa
pu
ab
ar
at
.b
ps
.g
o.
id
ht
tp
s://
pa
pu
ab
ar
at
.b
ps
.g
o.
id
ht
tp
s://
pa
pu
ab
ar
at
.b
ps
.g
o.
id
Sejarah Perhitungan Indeks Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia atau disingkat IPM, pertama diperkenalkan pada tahun 1990
oleh UNDP (United Nation Development Programme) dalam laporan “Global Human
Development Report” sebagai sebuah cara alternatif untuk mengetahui perkembangan
pembangunan kualitas manusia di 177 negara

Di Indonesia, pemantauan pembangunan manusia mulai dilakukan sejak tahun 1996


melalui Laporan Pembangunan Manusia Indonesia Tahun 1996 yang memuat informasi
pembangunan manusia untuk kondisi tahun 1990 dan 1993 Sayangnya, cakupan laporan

id
o.
pembangunan manusia tersebut masih terbatas pada level provinsi Namun mulai tahun 1999,

.g
informasi pembangunan manusia telah disajikan sampai level kabupaten/kota
ps
.b
Di Provinsi Papua Barat, pemantauan pembangunan manusia juga sudah dilakukan sejak
at

tahun 2006 melalui publikasi Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Papua Barat Tahun 2006
ar

yang memuat kondisi pembangunan manusia Provinsi Papua Barat dan Kabupaten/Kota di
ab

wilayah Provinsi Papua Barat tahun 2005


pu
pa

Pengukuran dan Perubahan Perhitungan Indeks Pembangunan Manusia


s://
tp

Seperti halnya dengan konsep pembangunan ekonomi, konsep pembangunan manusia juga
ht

memiliki metode pengukuran tersendiri Berdasarkan perspektif pembangunan, konsep


pembangunan manusia tidak diukur dari pendapatan penduduk semata, tetapi diukur
menggunakan indeks komposit yang disebut sebagai Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Idealnya, Indeks Pembangunan Manusia mencakup sebanyak mungkin variable yang


berkaitan dengan berbagai segi kehidupan manusia yang kompleks, seperti pendidikan,
kesehatan, perekonomian, lingkungan, politik, dsb Tetapi ketersediaan data statistik yang
terbatas tidak memungkinkan hal tersebut Berkenaan dengan itu, maka indikator-indikator
pembentuk indeks pembangunan manusia harus dipilih dengan cermat agar dapat menangkap
dengan baik berbagai dimensi dari pilihan-pilihan manusia Pada tahap awal pengukuran indeks
pembangunan manusia, pilihan difokuskan pada tiga unsur penting dimensi kehidupan manusia,
yaitu usia panjang dan sehat, pengetahuan, dan kehidupan yang layak

Pada awal pengukurannya, Indeks Pembangunan Manusia menggunakan tiga indikator


untuk mencerminkan dimesi yang telah dipilih Pertama, dimensi masa hidup panjang dan sehat

11
(a long and healthy life) Dimensi ini diwakili oleh indikator usia harapan hidup pada saat lahir
Pertimbangan penggunaan indikator ini adalah usia harapan hidup yang tinggi berkaitan dan
dianggap mencerminkan tingkat kesehatan dan gizi yang baik Indikator usia harapan hidup pada
saat lahir menggunakan satuan tahun Kedua, dimensi pengetahuan (knowledge) Dimensi ini
diwakili oleh indikator melek huruf bagi orang dewasa Kemampuan ini dianggap sebagai
langkah awal atau jendela menuju dunia ilmu pengetahuan Indikator melek huruf diukur dalam
persentase penduduk dewasa yang mampu membaca dan menulis Ketiga, kehidupan yang layak
(a decent standard of living) Dimensi ini diwakili oleh indikator pendapatan perkapita Namun
agar dapat diperbandingkan antarnegara, angka pendapatan perkapita perlu disesuaikan

id
o.
dengan daya beli penduduk melalui konsep yang disebut dengan Purchasing Power Parity (PPP)

.g
atau daya beli yang disesuaikan Penyesuaian ini perlu dilakukan untuk mencerminkan adanya
ps
diminishing return of the income utility Di Indonesia sendiri indikator rata-rata pendapatan
.b
perkapita belum tersedia sehingga didekati dengan menggunakan Produk Domestik Bruto (PDB)
at
ar

perkapita
ab

Seiring berjalannya waktu, metode perhitungan Indeks Pembangunan Manusia


pu

mengalami perubahan dan penyesuaian agar dapat menyesuaikan dengan kondisi


pa

pembangunan manusia yang terjadi Adapun perubahan-perubahan tersebut secara ringkas


s ://

dapat dijelaskan sebagai berikut :


tp
ht

 Tahun 1990: komponen indikator pembangunan manusia yang digunakan adalah usia
harapanhidup, angka melek huruf dan produk domestik bruto (PDB) perkapita

 Tahun 1991: awalnya dimensi pengetahuan diukur dengan indikator angka melek huruf
Indikator tersebut kemudian diperluas dengan indikator rata-rata lama bersekolah
Sehingga komponen indikator pembangunan manusia menjadi usia harapan hidup, angka
melek huruf, rata-rata lama sekolah dan produk domestik bruto (PDB) perkapita

 Tahun 1995: karena sulitnya memperoleh informasi rata-rata lama sekolah, kemudian
indikator ini diganti dengan kombinasi angka partisipasi kasar pada tingkat pendidikan
dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi Sehingga komponen indikator
pembangunan manusia menjadi usia harapan hidup, angka melek huruf, kombinasi angka
partisipasi kasar dan produk domestik bruto (PDB) perkapita

 Tahun 2010: UNDP merubah metodologi Indikator angka melek huruf diganti dengan

12
indicator harapan lama sekolah, karena angka melek huruf dianggap sudah tidak relevan
lagi dalam mengukur dimensi pendidikan secara utuh karena tidak dapat menggambarkan
kualitas pendidikan Demikian pula halnya dengan indikator produk domestik bruto (PDB)
perkapita diganti dengan indikator produk nasional bruto (PNB) perkapita, karena produk
domestik bruto (PDB) perkapita dianggap tidak dapat menggambarkan pendapatan
masyarakat pada suatu wilayah Sementara itu, metode agregasi indeks komposit diubah
dari rata-rata aritmatik menjadi rata-rata geometrik

 Tahun 2011: penyempurnaan metodologi kembali dilakukan dengan mengganti tahun


dasar PNB perkapita dari tahun 2000 menjadi tahun 2005

id
 Tahun 2015: penyempurnaan metodologi kembali dilakukan dengan mengganti tahun

o.
dasar PNB perkapita dari tahun 2005 menjadi tahun 2011 Selain itu, metode agregasi indeks

.g
ps
pendidikan juga dirubah dari rata-rata geometrik menjadi rata-rata aritmetik
.b
at
ar
ab
pu
pa
s://
tp
ht

Gambar 1 Perubahan Perhitungan Indeks Pembangunan Manusia

13
Mengapa Perhitungan Indeks Pembangunan Manusia Diubah?

Alasan perlu dilakukan perubahan terhadap metode Indeks Pembangunan Manusia adalah :

1 Beberapa indikator sudah tidak tepat untuk digunakan dalam penghitungan IPM Angka melek
huruf sudah tidak relevan dalam mengukur capaian pendidikan secara utuh karena tidak dapat
menggambarkan kualitas pendidikan Selain itu, angka melek huruf di sebagian besar daerah
sudah tinggi, sehingga tidak dapat menunjukkan perbedaan kualitas pendidikan antar daerah

2 PDB perkapita tidak dapat menggambarkan pendapatan masyarakat pada suatu wilayah

3 Penggunaan rumus rata-rata aritmatik dalam penghitungan IPM menggambarkan bahwa

id
o.
capaian yang rendah di suatu dimensi dapat ditutupi oleh capaian tinggi dari dimensi lain

.g
ps
Adapun hal yang berubah dari Indeks Pembangunan Manusia adalah :
.b
1 Indikator
at
ar

 Angka melek huruf pada metode lama diganti dengan Angka Harapan Lama Sekolah (HLS)
ab
pu

 Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita diganti dengan Produk Nasional Bruto (PNB) per
pa

kapita
://

2 Metode Penghitungan
s
tp

 Metode agregasi diubah dari rata-rata aritmatik menjadi rata-rata geometrik


ht

Apa Keunggulan Perhitungan Metode Baru?

1 Penggunaan indikator yang lebih tepat dan dapat membedakan dengan baik (diskriminatif)
 Dengan memasukkan rata-rata lama sekolah dan angka harapan lama sekolah, bisa
didapatkan gambaran yang lebih relevan dalam pendidikan dan perubahan yang terjadi

 PNB menggantikan PDB karena lebih menggambarkan pendapatan masyarakat pada suatu
wilayah

2 Dengan menggunakan rata-rata geometrik dalam menyusun IPM maka capaian satu dimensi
tidak dapat ditutupi oleh capaian di dimensi lain Artinya, untuk mewujudkan pembangunan
manusia yang baik, ketiga dimensi harus memperoleh perhatian yang sama besar karena sama
pentingnya

14
Cakupan Perubahan Metode Baru

UNDP memperkenalkan penghitungan IPM metode baru dengan beberapa perbedaan nyata
dibandingkan metode lama Setidaknya, terdapat dua hal mendasar dalam perubahan metode
baru ini, mencakupaspek indikator dan cara penghitungan indeks

Tabel 1 Perbedaan Indikator IPM Metode Lama dan Baru

id
o.
.g
ps
.b
at
ar
ab
pu
pa
s ://
tp
ht

Catatan: *Dulu bernama AHH: Angka Harapan Hidup

Pada metode baru, UNDP memperkenalkan indikator baru dimensi pengetahuan yaitu harapan
lama sekolah (HLS) Indikator ini menggantikan indikator AMH yang sudah tidak lagi relevan
UNDP juga mengganti indikator PDB per kapita dengan PNB perkapita

Selain indikator baru, UNDP melakukan perubahan cara penghitungan indeks komposit,
dimana metode rata-rata aritmatik diganti menjadi rata-rata geometrik Tujuannya membuat
indeks cenderung sensitif terhadap ketimpangan Dengan kata lain, metode rata-rata geometrik
menuntut adanya keseimbangan dari ketiga dimensi, sehingga capaian IPM menjadi optimal

15
Dengan dilakukan beberapa perubahan mendasar pada penghitungan IPM, tentunya
membawa dampak Secara langsung, ada dua dampak yang terjadi akibat perubahan metode
penghitungan IPM

Pertama, perubahan level IPM Secara umum, level IPM metode baru akan lebih rendah
dibandingkan IPM metode lama Hal ini terjadi karena adanya perubahan indikator dan cara
penghitungan Penggantian indikator AMH menjadi HLS, membuat angka IPM menjadi rendah
Secara umum AMH sudah di atas 90 persen, sedangkan HLS belum cukup optimal Selain itu,
perubahan rata-rata aritmatik menjadi rata-rata geometrik juga turut andil dalam menurunkan
level IPM metode baru Hal ini karena, ketimpangan antardimensi akan mengakibatkan capaian
IPM menjadi rendah

id
o.
Kedua, terjadi perubahan peringkat IPM Perubahan indikator dan cara penghitungan

.g
ps
membawa dampak pada peringkat IPM Perubahan indikator berdampak pada perubahan indeks
.b
dimensi, sedangkan perubahan cara penghitungan berdampak signifikan terhadap agregasi indeks
at

Namun, perlu dicatat bahwa peringkat IPM antara kedua metode tidak dapat dibandingkan, karena
ar

keduanya menggunakan metode yang tidak sama Beberapa negara yang telah mencoba
ab

mengimplementasikan metode baru penghitungan IPM, mencacat adanya perubahan peringkat


pu

yang terjadi di tingkat regional Contohnya, China yang menerapkan metode baru di tingkat
pa

regional mulai tahun 2013 dengan menggunakan data tahun 2011 Hasilnya, tercatat beberapa
://

provinsi mengalami perubahan peringkat cukup drastis, antara lain Guangdong (4 menjadi 7),
s
tp

Hebei (10 menjadi 16), dan Henan (15 menjadi 20) Filipina juga mengalami hal serupa, seperti
ht

Abra (46 menjadi 51), Aklan (49 menjadi 63), Camiguin (28 menjadi 39), dan Albay (30 menjadi 43)

Implikasi Perhitungan Metode Baru di Indonesia

Indonesia juga turut ambil bagian dalam mengaplikasikan penghitungan metode baru
Dengan melihat secara mendalam tentang kelemahan pada penghitungan metode lama, Indonesia
merasa perlu memperbarui penghitungan untuk menjawab tantangan masyarakat internasional

Pada tahun 2015, Indonesia secara resmi melakukan penghitungan IPM dengan menggunakan
metode baru Namun Indonesia telah melakukan penyesuaian dalam melakukan penghitungan
IPM metode baru, yakni diantaranya:

1. Pada dimensi kesehatan, sumber data yang digunakan dalam penghitungan indikator angka
harapan hidup telah diperbaharui dengan menggunakan Usia Harapan Hidup (UHH) saat lahir
hasil Proyeksi Penduduk (SP2010)

2. Pada dimensi pengetahuan, perubahan indikator perlu dilakukan karena perubahan penimbang
(weight) dalam Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang merupakan sumber data

16
penghitungan Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) dan Angka Harapan Lama Sekolah (HLS) Cakupan
pengukuran rata-rata lama sekolah juga berubah, yang sebelumnya mencakup penduduk usia 15
tahun ke atas menjadi penduduk usia 25 tahun ke atas Perubahan tersebut mempertimbangkan
masih banyaknya masyarakat yang mengenyam pendidikan pada rentang usia 15-25 tahun

3 Pada dimensi pengeluaran, PNB per kapita tidak tersedia pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota,
sehingga digunakan pendekatan pengeluaran per kapita disesuaikan menggunakan data Survei Sosial
Ekonomi Nasional (SUSENAS) Cakupan pengukuran pengeluaran perkapita disesuaikan juga
mengalami perubahan yang sebelumnya hanya mencakup 27 komoditas menjadi 96 komoditas

4 Penentuan nilai maksimum dan minimum menggunakan Standar UNDP untuk keterbandingan

id
global, kecuali standar hidup layak karena menggunakan ukuran rupiah

o.
.g
Tabel 2 Batas Minimum dan Maksimum Indikator Indeks Pembangunan Manusia
ps
.b
at
ar
ab
pu
pa
s ://
tp
ht

Batas maksimum minimum mengacu pada UNDP kecuali indikator daya beli
Keterangan:
* Daya beli minimum merupakan garis kemiskinan terendah kabupaten tahun 2010 (data empiris) yaitu di Tolikara-Papua
** Daya beli maksimum merupakan nilai tertinggi kabupaten yang diproyeksi hingga 2025 (akhir RPJPN) yaitu
pengeluaran perkapita Jakarta Selatan tahun 2025
Sumber: BPS Republik Indonesia

17
Dimensi Kesehatan

Sebenarnya cukup banyak indikator yang dapat digunakan untuk mengukur dimensi umur
panjang dan sehat Namun dengan mempertimbangkan ketersediaan data secara umum, UNDP
memilih indikator usia harapan hidup waktu lahir (life expectancy at birth) sebagai proxy-nya

Usia harapan hidup (UHH) didefinisikan sebagai rata-rata perkiraan banyak tahun yang
dapat ditempuh oleh seseorang selama hidup Secara teori, semakin baik kesehatan seseorang
maka kecenderungan untuk bertahan hidup akan semakin tinggi Sebaliknya, semakin buruk
kesehatannya maka umur kehidupan orang tersebut akan semakin pendek Dengan demikian,
UHH jelas dapat menggambarkan dimensi umur panjang dan sehat

id
o.
Dalam suatu negara yang belum memiliki sistem vital registrasi yang baik seperti

.g
Indonesia, e0 atau UHH dihitung dengan menggunakan metode tidak langsung (dengan Metode
ps
Brass dan Varian Trussel) Metode ini menggunakan dua macam data dasar, yaitu rata-rata
.b
anak yang dilahirkan hidup dan rata-rata anak yang masih hidup yang dilaporkan dari tiap
at
ar

kelompok wanita berumur 15-49 tahun Prosedur penghitungan e0 atau UHH dengan metode
ab

ini hanya efisien jika dilakukan dengan menggunakan Paket Program Mortpack Lite atau
pu

software lainnya Selanjutnya dipilih metode Trussel dengan model West karena menurut
pa

Preston (2004), Metode Trussel dengan Model West sesuai dengan histori kependudukan
://

Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara pada umumnya Sebagai catatan, e0 atau UHH yang
s

diperoleh dengan metode tidak langsung merujuk pada keadaan 3-4 tahun dari tahun survei
tp
ht

Langkah menghitung usia harapan hidup waktu lahir (e 0 atau UHH) adalah sebagai berikut:

1 Mengelompokkan umur wanita dalam interval 15 – 19, 20 – 24, 25 – 29, 30 – 34, 35 – 39, 40
– 44, dan 45 – 49 tahun;

2 Menghitung rata-rata anak yang lahir hidup (ALH) dan rata-rata anak yang masih hidup
(AMH) dari wanita pernah kawin menurut kelompok umur pada poin satu di atas;

3 Input rata-rata anak yang lahir hidup (ALH) dan rata-rata anak yang masih hidup (AMH) pada
point dua di atas pada paket program MORTPACK subprogram CEBCS;

4 Kemudian gunakan Metode Trussel untuk mendapatkan usia harapan hidup waktu lahir (e 0
atau UHH) dengan menggunakan referensi waktu 3 atau 4 tahun sebelum survei;

5 Melakukan ekstrapolasi guna mendapatkan usia harapan hidup waktu lahir (e 0 atau UHH)
tahun ke-t

18
Setelah diperoleh usia harapan hidup waktu lahir (e 0 atau UHH) tahun ke-t, langkah
selanjutnya adalah menghitung Indeks Kesehatan menggunakan rumus berikut:

Keterangan:
UHH : usia harapan hidup pada tahun ke-t
UHHmin : usia harapan hidup minimum = 20 tahun
UHHmaks : usia harapan hidup maksimum = 85 tahun

id
Dimensi Pendidikan

o.
.g
Menghitung Indeks Pendidikan berbeda dengan menghitung Indeks Kesehatan, karena
ps
Indeks Pendidikan mengakomodir dua indikator, Indeks Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Indeks
.b
Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) Indeks Harapan Lama Sekolah (HLS) dihitung berdasarkan perubahan
at
ar

angka harapan lama sekolah (HLS) yang diperoleh dari variabel lama sekolah (dalam tahun) yang
ab

diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang yang dikoreksi dengan
pu

jumlah siswa yang bersekolah di pesantren Indeks Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) dihitung
pa

berdasarkan angka rata-rata lama sekolah (RLS) yang dihitung dengan menggunakan dua variabel
://

secara simultan, yaitu tingkat/kelas yang sedang atau pernah dijalani dan jenjang pendidikan
s
tp

tertinggi yang ditamatkan Selanjutnya, kedua indeks ini dijumlah dan dihitung nilai rata-ratanya
ht

Angka harapan lama sekolah (HLS) dan angka rata-rata lama sekolah (RLS) dihitung
menggunakan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) KOR Dalam penghitungan nilai angka
harapan lama sekolah (HLS), digunakan variabel penduduk usia 7 tahun ke atas, dan penghitungan
angka rata-rata lama sekolah (RLS) menggunakan variabel penduduk usia 25 tahun ke atas

Kedua indikator Indeks Pendidikan dimunculkan dengan harapan dapat mencerminkan


tingkat pendidikan/pengetahuan, dengan angka harapan lama sekolah (HLS) menggambarkan
lamanya pendidikan (dalam tahun) yang diharapkan dapat dicapai oleh setiap anak dan angka rata-
rata lama sekolah (RLS) merupakan gambaran capaian tingkat pendidikan yang telah ditempuh

Berikut langkah-langkah penghitungan angka harapan lama sekolah (HLS):


1 Menghitung jumlah penduduk berusia 7 tahun ke atas menurut umur
2 Menghitung jumlah penduduk berusia 7 tahun ke atas yang masih sekolah menurut umur
3 Menghitung rasio penduduk berusia 7 tahun ke atas yang masih sekolah terhadap jumlah
penduduk berusia 7 tahun ke atas menurut umur Langkah ini menghasilkan partisipasi
sekolah penduduk berusia 7 tahun ke atas menurut umur

19
4 Menghitung harapan lama sekolah (HLS), yaitu dengan menjumlahkan semua partisipasi
sekolah penduduk berusia 7 tahun ke atas menurut umur sebagai berikut:

Keterangan :
HLSa : Harapan Lama Sekolah pada umur a di tahun t
Ei : jumlah penduduk usia i yang bersekolah pada tahun t
Pi : jumlah penduduk usia i pada tahun t

id
o.
i : usia (a, a+1, , n)

.g
Namun, untuk mengakomodir penduduk berusia 7 tahun ke atas yang tidak
ps
tercakup dalam Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), angka harapan lama sekolah (HLS)
.b
at

dikoreksi dengan siswa yang bersekolah di pesantren (sumber data dari Direktorat
ar

Pendidikan Islam), menggunakan rumus berikut:


ab
pu
pa
://

Keterangan
s
tp

HLSa : Harapan Lama Sekolah pada umur a di tahun t


ht

Ei : jumlah penduduk usia i yang bersekolah pada tahun t


Pi : jumlah penduduk usia i pada tahun t
i : usia (a, a+1, , n)
FK : Faktor koreksi pesantren

Setelah mendapatkan angka harapan lama sekolah (HLS), maka langkah selanjutnya adalah
menghitung Indeks Harapan Lama Sekolah menggunakan rumus berikut :

Keterangan
HLS : harapan lama sekolah pada tahun ke-t
HLSmin : harapan lama sekolah minimum = 0 tahun
HLSmaks : harapan lama sekolah maksimum = 18 tahun

20
Angka rata-rata lama sekolah (RLS) dihitung dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
1 Menghitung jumlah penduduk berusia 25 tahun ke atas
2 Melakukan konversi variabel partisipasi sekolah ke variabel lama sekolah sebagai berikut:
a. Jika partisipasi sekolahnya adalah tidak / belum pernah bersekolah, maka lama sekolah = 0
b. Jika partisipasi sekolahnya adalah masih bersekolah atau tidak bersekolah lagi, maka lama
sekolah mengikuti konversi tabel 3

id
Tabel 3 Konversi Skor Lama Sekolah Berdasarkan Ijazah dan Kelas Terakhir

o.
.g
Konversi Konversi
Lama ps Lama
Ijazah Ijazah
.b
Sekolah Sekolah
at

(Tahun) (Tahun)
ar
ab

Tidak punya ijazah 0 D1/D2 14


pu

SD/SDLB/MI/Paket A 6 D3/Sarjana Muda 15


pa
://

SMP/SMPLB/MTs/Paket B 9 D4/S1 16
s
tp

SMA/SMALB/MA/SMK/Paket C 12 S2/S3 18
ht

Keterangan Lama Sekolah

Masih bersekolah di SD s d S1 Konversi ijazah terakhir + kelas terakhir – 1


Konversi ijazah terakhir + 1
Ket: Karena di Susenas kode kelas untuk yang sedang
Masih bersekolah S2 atau S3
kuliah S2 = 6 dan kuliah S3 = 7 tanpa merujuk kelas/
tahun kuliah
Tidak bersekolah lagi tetapi tidak
Konversi ijazah terakhir + kelas terakhir – 1
tamat di kelas terakhir

Tidak bersekolah lagi dan tamat


Konversi ijazah terakhir
pada jenjang

Sumber : Badan Pusat Statistik, Indeks Pembangunan Manusia, 2021

21
3 Menghitung rata-rata lama sekolah (RLS) menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan
RLS : Rata-rata lama sekolah di suatu wilayah
Lama sekolah : Lama sekolah penduduk ke-i di suatu wilayah
penduduk
n : Jumlah penduduk (i=1, 2, 3, …, n)

Setelah mendapatkan angka rata-rata lama sekolah (RLS), maka langkah selanjutnya adalah

id
o.
menghitung Indeks Rata-Rata Lama Sekolah menggunakan rumus berikut:

.g
ps
.b
at

Keterangan
ar

RLS : rata-rata lama sekolah pada tahun ke-t


ab

RLSmin : rata-rata lama sekolah minimum = 0 tahun


pu

RLSmaks : rata-rata lama sekolah maksimum = 18 tahun


pa
://

4 Langkah terakhir setelah mendapatkan nilai Indeks Harapan Lama Sekolah dan Indeks Rata-Rata
s

Lama Sekolah, adalah menghitung Indeks Pendidikan menggunakan rumus berikut:


tp
ht

Dimensi Pengeluaran

Berbeda halnya dengan Indeks Kesehatan dan Indeks Pendidikan yang merupakan indikator
dampak, maka Indeks Pengeluaran diakui sebagai indikator input, yang sebenarnya kurang sesuai
sebagai indeks komponen IPM Walaupun demikian, UNDP tetap mempertahankannya karena
indikator lain yang sesuai tidak tersedia secara global

Selain itu, dipertahankannya indikator input juga merupakan argumen bahwa selain indikator
kesehatan, indikator pendidikan, dan indikator pengeluaran, masih banyak indikator lainnya yang
pantas diperhitungkan dalam perhitungan IPM Permasalahannya adalah bahwa memasukkan
banyak variable atau indikator akan lebih mencerminkan luas dan kompleksitas pembangunan
manusia namun menyebabkan indikator komposit menjadi tidak sederhana atau tidak fokus Dengan
alasan itulah, maka pendapatan nasional bruto (PNB) perkapita yang telah disesuaikan dianggap
mewakili indikator input IPM lainnya

22
Namun sayangnya, untuk keperluan perhitungan IPM, data dasar pendapatan nasional
bruto (PNB) perkapita tidak dapat digunakan untuk mengukur Indeks Pengeluaran karena bukan
ukuran yang peka untuk mengukur daya beli penduduk yang merupakan fokus IPM Sebagai
penggantinya, maka digunakanlah indikator pengeluaran perkapita yang telah disesuaikan untuk
keperluan yang sama

Pengeluaran perkapita yang disesuaikan ini ditentukan dari nilai pengeluaran perkapita dan
paritas daya beli (Purchasing Power Parity - PPP) Rata-rata pengeluaran perkapita setahun
diperoleh dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Konsumsi Pengeluaran yang
dihitung dari level propinsi hingga level kabupaten/kota atas dasar harga konstan tahun
2012=100 Sementara penghitungan paritas daya beli pada metode baru penghitungan IPM,

id
menggunakan 96 komoditas terpilih terdiri dari 66 komoditas makanan dan 30 komoditas non

o.
.g
makanan, dimana metode penghitungannya menggunakan Metode Rao
ps
Penghitungan indikator pengeluaran perkapita yang telah disesuaikan dilakukan melalui
.b
tahapan kegiatan sebagai berikut:
at
ar

1 Menghitung rata-rata pengeluaran perkapita dari Susenas KOR dengan langkah-langkah


ab

berikut:
pu

a Hitung pengeluaran perkapita untuk setiap rumah tangga;


pa

b Hitung rata-rata pengeluaran perkapita untuk setiap provinsi atau kabupaten/kota;


://

c Hitung rata-rata pengeluaran perkapita per tahun dalam ribuan Y(t)=rata-rata pengeluaran
s
tp

perkapita dikali 12 dibagi 1000


ht

2 Menghitung nilai riil rata-rata pengeluaran perkapita perkapita per tahun (atas dasar harga
konstan tahun 2012) dengan rumus :

Keterangan :
Yt* : rata-rata pengeluaran perkapita per tahun atas dasar harga konstan tahun 2012
Yt’ : rata-rata pengeluaran perkapita per tahun pada tahun t
IHK(t, 2012) : IHK tahun t dengan tahun dasar 2012

3 Menghitung paritas daya beli per unit (Purchasing Power Parity - PPP), dengan langkah berikut:
a Menghitung harga rata-rata komoditas terpilih
b Mempelajari pola konsumsi Susenas Modul Konsumsi dengan membandingkannya dengan
pola konsumsi dari Survei Biaya Hidup (SBH) Tujuan dari perbandingan ini adalah untuk
mencari Indeks Harga Konsumen (IHK) yang sesuai untuk komoditas terpilih yang harganya
tidak terdapat pada Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Modul Konsumsi

23
c Menghitung paritas daya beli dengan rumus berikut :

Keterangan :
Pij : harga komoditas i di Jakarta Selatan
Pik : harga komoditas i di kabupaten/kota j
m : jumlah komoditas

d Menghitung pengeluaran perkapita disesuaikan dengan rumus berikut :

id
o.
.g
ps
.b
Keterangan :
at

Yt** : rata-rata pengeluaran perkapita disesuaikan


ar
ab

Yt* : rata-rata pengeluaran perkapita per tahun atas dasar harga konstan tahun ke-t
pu

e Setelah mendapatkan nilai pengeluaran perkapita disesuaikan, adalah menghitung Indeks


pa

Pengeluaran menggunakan rumus berikut:


s ://
tp
ht

Keterangan :
Ln(Pengeluaran) : antilog dari pengeluaran perkapita disesuaikan tahun ke-t
Ln(Pengeluaranmin) : antilog dari pengeluaran perkapita disesuaikan (minimum = Rp 1 007 436,-)
Ln(Pengeluaranmaks) : antilog dari pengeluaran perkapita disesuaikan (maksimum = Rp 26 572 352,- )

24
Tabel 4 96 Komoditas Terpilih dalam Perhitungan Pengeluaran Perkapita Disesuaikan

66 Komoditas Makanan 30 Komoditas Non Makanan


Beras Pepaya Rumah sendiri/bebas sewa
Tepung Terigu Minyak kelapa Rumah kontrak
Ketela pohon/singkong Minyak goreng lainnya Rumah sewa
Kentang Kelapa Rumah dinas
Ikan Tongkol/tuna/cakalang Gula pasir ListrikAir PAM
Ikan Kembung Teh LPG
Ikan Andeng Kopi Minyak tanah

id
Ikan Mujair Garam Lainnya (batu baterai, aki, korek,

o.
obat nyamuk, dll

.g
Ikan Mas Kecap
Ikan Lele Penyedap masakan/vetsin ps Perlengkapan mandi
.b
Ikan segar lainnya Mi instan Barang kecantikan
at

Daging sapi Roti manis/roti lainnya Perawatan kulit, muka kuku, rambut
ar

Daging ayam ras Kue kering Sabun cuci


ab

Daging ayam kampung Kue basah Biaya RS Pemerintah


pu

Telur ayam ras Makanan gorengan Biaya RS Swasta


pa

Susu kental manis Gado-gado/ketoprak Puskesmas/pustu


://

Praktik dokter/poliklinik
s

Susu bubuk Nasi campur/rames


tp

Susu bubuk bayi Nasi goreng SPP


ht

Bayam Nasi putih Bensin


Kangkung Lontong/ketupat sayur Transportasi/pengangkutan umum
Kacang panjang Soto/gule/sop/rawon/cincang Pos dan telekomunikasi
Bawang merah Sate/tongseng Pakaian jadi laki-laki dewasa
Bawang putih Mi bakso/mi rebus/mi goreng Pakain jadi perempuan dewasa
Cabai merah Makanan ringan anak Pakaian jadi anak-anak
Cabai rawit Ikan (goreng/bakar/dll) Alas kaki
Tahu Ayam/daging (goreng/dll) Minyak pelumas
Tempe Makanan jadi lainnya Meubelair
Jeruk Air kemasan gallon Peralatan rumah tangga
Manga Minuman jadi lainnya Perlengkapan perabot rumah tangga
Salak Es lainnya Alat-alat dapur/makan
Pisang ambon Rokok kretek filter
Pisang raja Rokok kretek tanpa filter
Pisang lainnya Rokok putih

Sumber : Badan Pusat Statistik, Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS)

25
Tahap kedua penghitungan IPM setelah menghitung masing-masing indeks komponen
adalah menghitung rata-rata geometrik dari masing-masing indeks komponen IPM tersebut
dengan rumus sebagai berikut :

Klasifikasi/Pemeringkatan Perhitungan IPM Metode Baru

id
Untuk mengukur kecepatan pencapaian IPM dalam suatu kurun waktu sebagai ukuran

o.
.g
kemajuan pembangunan manusia di suatu daerah, maka dilakukanlah klasifikasi atau
ps
pemeringkatan IPM Cara ini dilakukan untuk melakukan keterbandingan posisi relatif capaian
.b
IPM dari satu wilayah terhadap wilayah yang lain berdasarkan peringkatnya dalam suatu
at

kawasan tertentu
ar
ab

Berdasarkan kajian aspek status capaian pembangunan manusia, UNDP (1990) melakukan
pu

klasifikasi atau pemeringkatan tinggi rendahnya capaian IPM menjadi:


pa

a IPM Rendah (Low Human Development), jika nilai IPM kurang dari 50,0
://

b IPM Menengah (Medium Human Development), jika nilai IPM berada antara 50,0 – 79,9
s
tp

c IPM Tinggi (High Human Development), jika nilai IPM sama dengan atau lebih dari 80,0
ht

Kemudian mulai tahun 2010, ketika UNDP merubah metodologi IPM dari metode lama
menjadi metode baru, klasifikasi atau pemeringkatan tinggi rendahnya capaian IPM pun berubah
menjadi:
a IPM Rendah (Low Human Development), jika nilai IPM kurang dari 60,0
b IPM Menengah (Medium Human Development), jika nilai IPM berada antara 60,0 – 79,9
c IPM Tinggi (High Human Development), jika nilai IPM sama dengan atau lebih dari 80,0

Namun, untuk tujuan keterbandingan antarwilayah di Indonesia, yaitu untuk melakukan


keterbandingan antarkabupaten/kota, maka klasifikasi “IPM Menengah” (Medium Human
Development) dimodifikasi oleh UNDP (2010) menjadi dua klasifikasi baru sehingga klasifikasi
atau pemeringkatan status capaian pembangunan manusia berubah menjadi:
a IPM Rendah (Low Human Development), jika nilai IPM kurang dari 60,0
b IPM Sedang (Medium Human Development), jika nilai IPM berada antara 60,0 – 69,9

26
c IPM Tinggi (High Human Development), jika nilai IPM berada antara 70,0 – 79,9
d IPM Sangat Tinggi (Very High Human Development), jika nilai IPM sama dengan atau lebih dari
80,0

Klasifikasi atau pemeringkatan status capaian IPM dapat digunakan secara efektif dalam
rangka advokasi untuk menunjukkan apakah upaya pembangunan yang telah dilakukan dapat
meningkatkan “klasifikasi” atau “peringkat” capaian IPM suatu wilayah

id
o.
.g
ps
.b
at
ar
ab
pu
pa
s://
tp
ht

27
ht
tp
s://
pa
pu
ab
ar
at
.b
ps
.g
o.
id
29
ht
tp
s://
pa
pu
ab
ar
at
.b
ps
.g
o.
id
ht
tp
s://
pa
pu
ab
ar
at
.b
ps
.g
o.
id
Profil Penduduk Provinsi Papua Barat

Dalam proses pembangunan, penduduk merupakan faktor penting yang harus


diperhatikan karena sumber daya alam yang tersedia tidak dapat berdaya guna tanpa adanya
peranan manusia sebagai pengelola Jumlah penduduk yang besar dapat menjadi potensi dan
mendatangkan manfaat bila memiliki kualitas yang baik, namun dapat menjadi beban dan
menimbulkan masalah sosial bila kualitasnya rendah Pentingnya peran penduduk menuntut
pemerintah untuk memperhatikan masalah kependudukan tidak hanya terkait pengendalian
pertumbuhan penduduk saja, tetapi juga pada peningkatan kualitas sumber daya manusia
Informasi kependudukan yang baik diperlukan guna menunjang perencanaan yang berorientasi

id
o.
pada pembangunan berbasis kependudukan Berbagai kebijakan yang akan dilaksanakan terutama

.g
berkaitan dengan masyarakat luas, perlu mempertimbangkan indikator kependudukan untuk
ps
menanggulangi permasalahan akibat pertumbuhan penduduk dengan tepat
.b
at

Menurut Proyeksi Penduduk Interim hasil Sensus Penduduk 2020, penduduk Provinsi
ar

Papua Barat pada tahun 2022 berjumlah 1 183 307 jiwa dengan rincian 622.886 jiwa atau 52,64
ab

persen berjenis kelamin laki-laki dan 560.421 jiwa atau 47,36 persen berjenis kelamin perempuan.
pu

Rasio penduduk laki-laki terhadap perempuan sebesar 111,15, atau setiap 100 penduduk
pa

perempuan terdapat sekitar 111 sampai 112 penduduk laki-laki.


s://
tp

Penduduk usia produktif merupakan suatu modal dalam pelaksanaan pembangunan di


ht

segala sektor, dengan harapan produktifitas dan efektifitas yang terjadi ditunjang pula dengan
sarana dan prasarana pembangunan, dimana manusia merupakan tujuan dan pelaksana
pembangunan. Jika melihat distribusi penduduk menurut kelompok umur, piramida penduduk
Provinsi Papua Barat pada tahun 2022 berbentuk seperti genta, atau penduduk berkumpul di
golongan umur di bawah 60 tahun. Dengan kata lain, penduduk Provinsi Papua Barat masih
didominasi penduduk usia muda. Total penduduk usia produktif (usia 15-64 tahun) di Provinsi Papua
Barat berjumlah 840.776 jiwa, atau sebesar 71,05 persen dari total penduduk.

Lebih lanjut, berdasarkan komposisi penduduk usia produktif dan penduduk usia tidak
produktif (usia 0-14 tahun tahun atau 65 tahun ke atas) dapat diperoleh rasio ketergantungan
penduduk (Dependency Ratio). Rasio ketergantungan penduduk memberikan informasi tentang
tingginya beban yang harus ditanggung oleh penduduk usia produktif untuk membiayai hidup
penduduk usia tidak produktif. Tingkat ketergantungan penduduk usia non produktif terhadap
penduduk usia produktif Provinsi Papua Barat tahun 2022 adalah 40,74 atau setiap 100 penduduk
usia produktif menanggung 40-41 orang usia non produktif. Jika dibandingkan dengan kondisi tahun

31
2021, jumlah penduduk usia produktif Penduduk Provinsi Papua Barat meningkat dari yang
sebelumnya berjumlah 817.853 jiwa dengan persentase 70,70 persen dari total penduduk. Adapun
ratio ketergantungan Penduduk Provinsi Papua Barat pada tahun 2021 mencapai 41,45 atau setiap
100 penduduk usia produktif, menanggung 41-42 penduduk usia tidak produktif.

Persebaran penduduk di wilayah Provinsi Papua Barat tidak merata. Berdasarkan data
penduduk per Kabupaten/Kota tahun 2022 dari Proyeksi Interim hasil Sensus Penduduk 2020,
wilayah dengan kepadatan penduduk tertinggi adalah Kota Sorong dengan kepadatan mencapai
450,49 jiwa per km2, dan selanjutnya adalah Kabupaten Manokwari dengan kepadatan mencapai
61,86 jiwa per km2, sedangkan wilayah dengan dengan kepadatan penduduk terendah adalah di

id
Kabupaten Kaimana dengan 3,92 jiwa per km2 dan Kabupaten Tambrauw dengan 3,10 jiwa per

o.
.g
km2.
ps
.b
at
ar
ab
pu
pa
s://
tp
ht

Gambar 2. Karakteristik Penduduk Provinsi Papua Barat, 2022

32
Status Pembangunan Manusia Provinsi Papua Barat

Pembangunan manusia kian mendapat perhatian dari penyelenggara pemerintah baik di


pusat maupun daerah. Indikasinya perkembangan pembangunan manusia tersebut
dimanifestasikan dalam bentuk Indeks Pembangunan Manusia atau IPM.

Pembangunan manusia di Provinsi Papua Barat tahun 2022 berada pada level sedang,
dengan IPM sebesar 65,89, meningkat 0,63 poin dari tahun 2021 dengan capaian IPM 65,26.
Capaian ini merupakan agregasi dari tiga dimensi penghitungan Indeks Pembangunan Manusia,
yaitu dimensi umur panjang dan hidup sehat, dimensi pendidikan, serta dimensi standar hidup

id
layak.

o.
.g
ps
.b
at
ar
ab
pu
pa
s ://
tp
ht

Gambar 3. Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Papua Barat, 2018-2022


Sumber : Badan Pusat Statistik, Indeks Pembangunan Manusia, 2010-2022

Guna menghitung dimensi umur panjang dan hidup sehat, digunakan indikator Umur
Harapan Hidup (UHH) saat lahir. Saat ini, UHH Provinsi Papua Barat mencapai 71,40 tahun. Hal ini
menunjukkan bahwa bayi baru lahir di Provinsi Papua Barat diperkirakan dapat bertahan hidup
hingga usia 71 sampai 72 tahun.

Rata-rata lama sekolah dan harapan lama sekolah digunakan untuk mengukur dimensi
pendidikan. Rata-rata, penduduk Provinsi Papua Barat usia 25 tahun ke atas sudah menempuh 7,84
tahun masa sekolah atau menyelesaikan pendidikan setara kelas 1 SMP . Selain itu, rata-rata
penduduk usia 7 tahun yang mulai sekolah diharapkan dapat mengenyam pendidikan selama 13,11
tahun atau setara menyelesaikan pendidikan D1.

33
Terakhir, dimensi standar hidup layak Provinsi Papua Barat diwakili oleh indikator
pengeluaranriil per kapita yang disesuaikan. Indikator ini diperoleh nilai konsumsi 96 komoditas
terpilih mencakup makanan dan non-makanan. Adapun besaran nilai pengeluaran riil per kapita
yang disesuaikan Provinsi Papua Barat pada tahun 2022 Rp 8.101.000 per kapita per tahun.

Pembangunan manusia di Provinsi Papua Barat sejak pertama dihitung pada tahun 2004
selalu memperlihatkan perkembangan yang positif. Pada tahun 2022, capaian IPM Provinsi Papua
Barat adalah 65,89. Angka ini menempatkan Provinsi Papua Barat ke dalam kelompok capaian
pembangunan manusia tingkat sedang. Perubahan status pembangunan manusia di suatu wilayah
bias dijadikan acuan dalam membaca perkembangan pembangunan manusia. Adapun klasifikasi

id
status pembangunan manusia adalah sebagai berikut:

o.
.g
ps
.b
at
ar
ab
pu
pa
s://
tp
ht

Gambar 4. Klasifikasi Capaian Indeks Pembangunan Manusia

Selain melihat perkembangan pada klasifikasi capaian, cara lain mengukur


perkembangan pembangunan manusia adalah dengan membandingkan laju Pertumbuhan IPM di
suatu wilayah. Pertumbuhan IPM di Provinsi Papua Barat cenderung berfluktuasi selama periode
2018-2022. Laju pertumbuhan IPM Provinsi Papua Barat tahun 2022 sebesar 0,97 persen,
meningkat dari yang sebelumnya hanya 0,26 persen pada tahun 2021.

Menuju Masyarakat Provinsi Papua Barat yang Sehat

Berbicara tentang kualitas kesehatan maka akan berbicara lebih banyak terkait akses,
pelayanan kesehatan, tenaga medis, dan ketersediaan sarana kesehatan. Kesehatan tidak hanya

34
dipandang sebagai gaya hidup pribadi saja, melainkan kesehatan yang akan dibahas terkait
pentingnya peran serta pemerintah dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya.
Kesehatan yang baik tentu akan mampu memperpanjang usia hidup seseorang.

Salah satu dimensi IPM adalah umur panjang dan hidup sehat yang diwakili oleh
indikator usia harapan hidup (UHH) saat lahir. Usia harapan hidup saat lahir merupakan indikator
yang dapat mencerminkan derajat kesehatan suatu wilayah, baik sarana prasarana, akses, hingga
kualitas kesehatan. UHH saat lahir terus meningkat dari tahun ke tahun. Selama periode 2018-
2022, UHH di Provinsi Papua Barat meningkat sebesar 0,91 tahun, dari 65,55 tahun pada tahun
2018 menjadi 66,46 tahun pada tahun 2022. Hal ini menunjukkan harapan bayi lahir untuk hidup

id
o.
hingga usia tua cukup besar. Kemajuan teknologi di bidang kesehatan, peningkatan jumlah dan

.g
sebaran sarana prasarana kesehatan, serta kepedulian masyarakat terhadap gaya hidup sehat
ps
yang meningkat turut berperan dalam memperbaiki kualitas kesehatan masyarakat.
.b
at
ar
ab
pu
pa
s ://
tp
ht

Gambar 5. Usia Harapan Hidup Saat Lahir Provinsi Papua Barat, 2018-2022
Sumber : Badan Pusat Statistik, Berbagai Survei

35
Menuju Masyarakat KProvinsi Papua Barat yang Madani dan Berwawasan Luas

Pembangunan manusia tidak hanya mencakup bagaimana kondisi kesehatan


penduduk, namun juga bagaimana sosok/pribadi mampu untuk meningkatkan kualitas dirinya
dengan pengembangan kemampuan. Pendidikan merupakan sarana pengembangan kualitas diri
tersebut, juga berfungsi sebagai motor penggerak terbentuknya masyarakat yang madani dan
mampu memanfaatkan sumber daya, peluang, dan kecerdasannya untuk meningkatkan taraf
hidupnya dengan segala kreativitas yang dimiliki.

Dimensi pendidikan dalam penghitungan IPM merupakan agregasi dari Angka


Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS). HLS menghitung harapan

id
o.
lamanya pendidikan penduduk usia 7 tahun ke atas, sedangkan rata-rata lama sekolah

.g
menghitung berapa lama masa sekolah yang telah ditempuh oleh penduduk berusia 25 tahun ke
ps
atas. Kedua indikator ini menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Meskipun demikian laju
.b
at

pertumbuhan RLS relatif sedikit lebih lambat disbanding HLS. Hal ini wajar mengingat harapan
ar

lama sekolah menggambarkan partisipasi sekolah penduduk umur 7 tahun ke atas yang masih
ab

relatif besar pada kelompok pendidikan dasar, yang merupakan indikator proses pembangunan
pu

sebagai ukuran keberhasilan program pendidikan jangka pendek. Disisi lain, rata-rata lama
pa

sekolah menggambarkan indikator output pembangunan jangka panjang sehingga


://

perkembangannya relatif lebih lambat. Kedua indikator ini menggambarkan capaian (stock) dan
s
tp

penambahan (flow) sumber daya manusia berkualitas di suatu wilayah.


ht

Gambar 6. Harapan Lama Sekolah dan Rata-rata Lama Sekolah Provinsi


Papua Barat, 2018-2022
Sumber : Badan Pusat Statistik, Indeks Pembangunan Manusia, 2010-2022

36
Tren angka Harapan Lama Sekolah dan Rata-rata Lama Sekolah di Provinsi Papua Barat meningkat
dari tahun 2018 hingga tahun 2022. Dibandingkan kondisi tahun 2018, Angka Harapan Lama
Sekolah tahun 2022 meningkat sebanyak 0,68 tahun, dan Rata-rata Lama Sekolah meningkat
sebanyak 0,57 tahun.

Menuju Masyarakat Provinsi Papua Barat yang Mandiri dan Kuat Secara Ekonomi
Tujuan pembangunan modal manusia pada gilirannya untuk dapat memposisikan
masyarakat Provinsi Papua Barat menjadi masyarakat yang mandiri dan kuat secara ekonomi.
Kemandirian dapat terbentuk dari perolehan pendapatan yang terus meningkat sehingga

id
pemenuhan kebutuhan dasar semakin baik dan mengarah pada pemenuhan kebutuhan sekunder

o.
dan tersier. Indikator yang mewakili pemenuhan kebutuhan dasar tersebut adalah pengeluaran

.g
riil per kapita yang disesuaikan. ps
.b
Pengeluaran riil per kapita yang disesuaikan di Provinsi Papua Barat cenderung
at

meningkat, meski sempat turun pada tahun 2021 sebagai dampak Pandemi COVID-19. Pada
ar
ab

tahun 2018 pengeluaran per kapita penduduk di Provinsi Papua Barat sebesar 7,82 juta rupiah
pu

per tahun, dan pada tahun 2022 mencapai 8,10 juta rupiah per tahun. Perlu diketahui sebagai
pa

catatan bahwa pengeluaran per kapita di sini adalah pengeluaran per kapita dengan tahun dasar
://

2012 yang sudah disesuaikan antar daerah (pengeluaran per kapita disesuaikan).
s
tp
ht

Gambar 7. Pengeluaran Perkapita Disesuaikan di Provinsi Papua Barat


2018—2022 (ribu rupiah)
Sumber : Badan Pusat Statistik, Indeks Pembangunan Manusia, 2010-2022

37
Perbandingan Pembangunan Manusia Antarwilayah di Papua Barat

Pada tahun 2018, capaian IPM Papua Barat sebesar 63,74, sementara IPM Indonesia
sebesar 71,39. Terdapat selisih capaian IPM Papua Barat dan angka nasional sebesar 7,65 poin.
Pada tahun 2022, selisih capaian ini menurun menjadi 6,45 poin, yang mana IPM Papua Barat
mencapai 65,89 poin sementara IPM Indonesia sebesar 72,91. Untuk melihat kondisi
pembangunan manusia di Provinsi Papua Barat dengan lebih rinci, tentu perlu melihat
bagaimana perkembangan pembangunan di masing-masing kabupaten/kota.

Adapun jika melihat IPM kabupaten/kota di Provinsi Papua Barat, IPM tertinggi untuk

id
kabupaten/kota dicapai oleh Kota Sorong dengan capaian IPM sebesar 78,98. Sementara itu,

o.
capaian terendah adakah Kabupaten Tambrauw dengan IPM sebesar 54,63.

.g
ps
Dilihat dari status pembangunannya, rata-rata kabupaten/kota di Provinsi Papua
.b
Barat berada pada kategori status pembangunan sedang yang mencakup 9 kabupaten, dan
at
ar

terdapat dua kabupaten/kota memiliki status pembangunan manusia tinggi. Tercatat masih ada
ab

dua kabupaten memiliki status pembangunan manusia rendah. Melihat tren IPM yang meningkat
pu

dari tahun ke tahun, maka bukan hal yang tidak mungkin beberapa tahun yang akan datang,
pa

Provinsi Papua Barat dan seluruh kabupatennya akan mengalami perubahan status
://

pembangunan IPM yang didominasi status rendah-sedang menjadi sedang hingga tinggi.
s
tp
ht

Gambar 8 Perbandingan IPM Antarwilayah di Papua Barat Tahun 2022


Sumber : Badan Pusat Statistik, Indeks Pembangunan Manusia, 2010-2022

38
Untuk level kabupaten/kota di Provinsi Papua Barat, yang mempunyai laju pertumbuhan
IPM tertinggi pada periode 2021-2022 adalah Kabupaten Tambrauw dengan capaian sebesar 1,71
persen. Adapun kabupaten dengan pertumbuhan yang paling rendah adalah Kota Sorong dengan
pertumbuhan sebesar 0,62 persen.

id
o.
.g
ps
.b
at
ar
ab
pu
pa
s ://
tp
ht

Gambar 9. Perkembangan Laju Pertumbuhan IPM Antarwilayah di Papua Barat Tahun


2021-2022
Sumber : Badan Pusat Statistik, Indeks Pembangunan Manusia, 2010-2022

Jika dilihat dari laju pertumbuhannya selama dua tahun, pada tahun 2022, laju
pertumbuhan IPM di seluruh kabupaten/kota di Papua Barat mengalami percepatan dibandingkan
tahun 2021. Hal ini terutama terlihat pada Pegunungan Arfak yang bahkan sempat mengalami
kontraksi pada tahun 2021 yang mana nilai IPMnya sempat turun menjadi 56,13 pada tahun 2021,
sedangkan pada tahun 2020 sempat mencapai 56,33.

39
Kondisi dimensi kesehatan pada level kabupaten/kota di Provinsi Papua Barat pada
tahun 2022 cukup beragam. Umur Harapan Hidup saat lahir tertinggi ditempati oleh Kota Sorong
yang mencapai 71,40 tahun. Angka ini berselisih 4,94 tahun dari Umur Harapan Hidup Papua Barat
yang sebesar 66,46 tahun. Umur Harapan Hidup terendah ditempati oleh Kabupaten Teluk
Wondama dengan 60,57 tahun. Meskipun secara angka Umur Harapan Hidup di kabupaten/kota
meningkat, namun gap yang cukup besar antara kabupaten/kota dengan Umur Harapan Hidup
tertinggi dan terendah tentu tetap memerlukan perhatian lebih dalam penangannya.

Pemerataan sebaran sarana-prasarana kesehatan, serta kemudahan akses menuju


fasilitas kesehatan tentu merupakan segelintir upaya yang dapat diusahakan oleh pemerintah

id
daerah dalam menangani permasalahan ini. Tentunya, sosialisasi pentingnya gaya hidup sehat dan

o.
.g
pentingnya gizi seimbang juga perlu turut serta digiatkan.
ps
.b
at
ar
ab
pu
pa
s ://
tp
ht

Gambar 10 Perbandingan Usia Harapan Hidup Antarwilayah di Papua Barat Tahun 2022
Sumber : Badan Pusat Statistik, Berbagai Survei

40
Pada tahun 2022, laju pertumbuhan Umur Harapan Hidup saat lahir di Provinsi Papua
Barat mengalami percepatan dibandingkan tahun sebelumnya. Laju pertumbuhan Umur Harapan
Hidup pada tahun 2021 hanya sebesar 0,18 persen, sementara pada tahun 2022 mencapa 0,48
persen.

Pada level kabupaten/kota, pertumbuhan Umur Harapan Hidup saat lahir cukup
bervariasi, namun semuanya mengalami percepatan pertumbuhan jika dibanding tahun
sebelumnya. Kabupaten Teluk Wondama yang memiliki Umur Harapan Hidup yang terendah,
tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 0,55 persen pada tahun 2022. Pertumbuhan tertinggi
terjadi pada Umur Harapan Hidup Kabupaten Tambrauw yang tumbuh sebesar 0,80 persen pada

id
tahun 2022. Sementara itu, pertumbuhan Umut Harapan Hidup saat lahir terendah terjadi di tiga

o.
.g
kabupaten yaitu Kabupaten Fakfak, Manokwari Selatan, dan Pegunungan Arfak dengan laju
ps
pertumbuhan sebesar 0,46 persen. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan laju
.b
pertumbuhan Umur Harapan Hidup saat lahir rata-rata Provinsi Papua Barat.
at
ar

Terkait kondisi pendidikan di Provinsi Papua Barat, capaiannya tidak jauh berbeda dengan
ab

capaian pendidikan pada level nasional. Provinsi Papua Barat mengalami kenaikan capaian baik
pu

angka harapan lama sekolah maupun rata-rata lama sekolah. Angka harapan lama sekolah di
pa

Provinsi Papua Barat tahun 2022 sebesar 13,21 tahun, atau terpaut 0,11 poin lebih tinggi daripada
://

rata-rata angka Harapan Lama Sekolah Indonesia yang berada di angka 13,10. Sementara untuk Rata
s
tp

-rata Lama Sekolah Provinsi Papua Barat pada tahun 2022 adalah sebesar 7,84 atau terpaut 0,95
ht

poin dari Rata-rata Lama Sekolah Indonesia yang berada pada angka 8,69.

Pada level kabupaten/kota, kondisi pendidikan tidak jauh berbeda dengan kondisi
pendidikan Provinsi Papua Barat. Angka Harapan Lama Sekolah tertinggi dicapai oleh Kabupaten
Fakfak dengan 14,64 tahun, dan Kota Sorong dengan capaian sebesar 14,40 tahun. Sedangkan untuk
Rata-rata Lama Sekolah yang tertinggi juga dicapai oleh Kota Sorong dengan 11,32 tahun. Hal ini
dikarenakan Kota Sorong merupakan pusat pendidikan di Provinsi Papua Barat, merujuk pada
beberapa perguruan tinggi di Papua Barat terletak di kota tersebut. Sedangkan ibukota Provinsi
Papua Barat, Kabupaten Manokwari menempati posisi keempat dengan nilai harapan lama sekolah
dan rata-rata lama sekolah masing-masing 13,77 tahun dan 8,45 tahun.

41
Tabel 4. Perbandingan Angka dan Pertumbuhan Harapan Lama Sekolah dan Rata-rata
Lama Sekolah di Papua Barat Tahun 2022

Angka Pertumbuhan
Wilayah
HLS RLS HLS RLS
Papua Barat 13,21 7,84 0,61 1,95
Fak-Fak 14,64 9,08 0,07 1,23

id
Kaimana 12,49 8,78 0,64 2,33

o.
Teluk Wondama 11,69 7,20 0,52 1,69

.g
Teluk Bintuni 12,44 8,35 ps 0,16 1,58
.b
Manokwari 13,77 8,45 0,81 1,32
at
ar

Sorong Selatan 13,27 7,58 0,76 1,20


ab

Sorong 13,91 8,45 1,38 1,44


pu
pa

Raja Ampat 12,1 8,16 0,33 1,75


://

Tambrauw 12,19 5,64 0,08 4,64


s
tp

Maybrat 13,48 7,19 0,07 3,30


ht

Manokwari Selatan 12,37 6,90 0,16 4,07


Pegunungan Arfak 11,78 5,34 0,51 4,30
Kota Sorong 14,4 11,32 0,07 1,16

Sumber : Badan Pusat Statistik, Berbagai Survei

Dilihat dari pertumbuhannya, kondisi pendidikan di Provinsi Papua Barat cukup beragam.
Laju pertumbuhan Harapan Lama Sekolah tertinggi dicapai oleh Kabupaten Sorong dengan capaian
sebesar 1,38 persen. Sedangkan pertumbuhan tertinggi Rata-rata Lama Sekolah dicapai oleh
Kabupaten Tambrauw dengan capaian hingga 4,64 persen. Dari angka ini dapat disimpulkan bahwa
upaya pembangunan manusia pada dimensi pendidikan di Papua Barat membawa hasil yang cukup
menggembirakan. Capaian ini tentu dapat dijadikan evaluasi lebih lanjut mengingat baik Harapan
Lama Sekolah maupun Rata-rata Lama Sekolah di Papua Barat masih berada di bawah angka
nasional, meski nilainya telah mendekati.

42
Pada dimensi pembangunan manusia dari sisi ekonomi yang diwakili oleh pengeluaran riil
per kapita yang disesuaikan, menunjukkan Provinsi Papua Barat masih berada di bawah rata-rata
nasional. Rata-rata pengeluaran riil per kapita penduduk di Provinsi Papua Barat adalah sebesar
8,086 juta rupiah per tahun, dengan selisih mencapai 3,38 juta rupiah lebih sedikit dibandingkan
dengan rata-rata pengeluaran riil perkapita nasional.

id
o.
.g
ps
.b
at
ar
ab
pu
pa
s ://
tp
ht

Gambar 11. Perbandingan Pengeluaran per Kapita yang Disesuaikan di Papua Barat Tahun
2022 (Ribu Rupiah/Tahun)
Sumber : Badan Pusat Statistik, Survei Sosial Ekonomi Nasional

Pada level kabupaten/kota, pengeluaran riil per kapita yang disesuaikan di Provinsi Papua
Barat cukup beragam. Kota Sorong menempati posisi tertinggi dengan pengeluaran riil per kapita
disesuaikan mencapai 13.874 juta rupiah per tahun lebih tinggi dari rata-rata pengeluaran per kapita
nasional yang mencapai 11,48 juta rupiah pada tahun 2022. Sementara itu, wilayah dengan
pengeluaran riil per kapita terendah di Provinsi Papua Barat adalah Kabupaten Tambrauw dengan
5,08 juta rupiah per tahun.

43
id
o.
.g
ps
.b
at
ar
ab
pu
pa

Gambar 12. Perbandingan Pertumbuhan Pengeluaran Riil per Kapita yang Disesuaikan Di
s ://

Papua Barat Tahun 2022


tp
ht

Sumber : Badan Pusat Statistik, Survei Sosial Ekonomi Nasional

Pada periode 2022, kabupaten/kota yang memiliki pertumbuhan pengeluaran riil per
kapita yang disesuaikan tertinggi adalah Kabupaten Pegunungan Arfak dan Raja Ampat dengan
laju pertumbuhan sebesar 3,89 persen, dan 3,87 persen. Secara provinsi, pengeluaran riil per
kapita Papua Barat tumbuh sebesar 2,17 persen. Hal ini cukup menggembirakan setelah pada
tahun 2021 mengalami kontraksi akibat menurunnya kondisi perekonomian masyarakat akibat
pandemi COVID-19.

44
45
ht
tp
s://
pa
pu
ab
ar
at
.b
ps
.g
o.
id
ht
tp
s://
pa
pu
ab
ar
at
.b
ps
.g
o.
id
Pada bab sebelumnya telah dibahas bagaimana pembangunan manusia di Provinsi Papua
Barat secara umum. Dalam bab ini, akan disajikan profil pembangunan manusia di tiga belas
kabupaten/kota di wilayah Provinsi Papua Barat dan indikator lain yang terkait dengan komponen
penyusun Indeks Pembangunan Manusia.

Pembahasan akan terbagi dalam dua halaman dengan halaman pertama memuat capaian
IPM tahun 2022 dan indikator komponen penyusunnya, status pembangunan manusia
kabupaten.kota serta perbandingan capaian indeks komponen IPM antara kabupaten/kota dengan
provinsi, sementara untuk halaman kedua memuat beberapa indikator yang terkait dengan
pembangunan manusia kondisi tahun 2021 dan 2022. Indikator ini memberikan informasi

id
pelengkap terkait capaian pembangunan manusia di setiap kabupaten/kota yang diharapkan dapat

o.
.g
menjadi bahan pertimbangan dalam perencanaan sekaligus evaluasi upaya pembangunan manusia
di tingkat kabupaten/kota. ps
.b
at

Data setiap kabupaten/kota akan dibahas secara terpisah, dengan urutan sebagai berikut :
ar
ab

1. Kabupaten Fakfak
pu

2. Kabupaten Kaimana
pa

3. Kabupaten Teluk Wondama


://
s

4. Kabupaten Teluk Bintuni


tp

5. Kabupaten Manokwari
ht

6. Kabupaten Sorong Selatan


7. Kabupaten Sorong
8. Kabupaten Raja Ampat
9. Kabupaten Tambrauw
10. Kabupaten Maybrat
11. Kabupaten Manokwari Selatan
12. Kabupaten Pegunungan Arfak
13. Kota Sorong

47
KABUPATEN FAKFAK

Capaian Indikator Komponen Penyusun IPM 2022

Pertumbuhan
Indikator Capaian
(%)
Umur Harapan Hidup saat Lahir 68,75 tahun 0,36

Harapan Lama Sekolah (HLS) 14,64 tahun 0,07

id
o.
Rata-rata Lama Sekolah (RLS) 9,08 tahun 1,23

.g
Pengeluaran Riil per Kapita per Tahun yang Disesuaikan
ps
.b
Rp7 678 ribu 3,12
at
ar

Indeks Pembangunan Manusia 69,12 0,88


ab
pu

Status Pembangunan Manusia Sedang


pa
://

Indeks Indikator Komponen IPM 2022


s
tp
ht

48
Beberapa Indikator yang Terkait dengan Dimensi Pembangunan Manusia, 2021-2022

Indikator Satuan 2021 2022 Selisih

Dimensi Umur Panjang dan Hidup Sehat

Rumah Tangga yang Memiliki Akses Air Minum Layak % 92,46 98,49 6,03

Rumah Tangga yang Tidak Memiliki Fasilitas Buang Air % 6,73 4,06 -2,67
Besar
Morbiditas % 8,40 9,40 1,00

id
o.
Perempuan Pernah Kawin Berusia 15-49 Tahun yang % 92,73 85,86 -6,87

.g
Proses Melahirkan Terakhirnya Ditolong oleh Tenaga
Kesehatan Terlatih
ps
.b
at

Dimensi Pengetahuan
ar
ab

Angka Partisipasi Sekolah 7-12 Tahun % 99,48 97,95 -1,53


pu

Angka Partisipasi Sekolah 13-15 Tahun % 98,47 95,28 -3,19


pa
://

Angka Partisipasi Sekolah 16-18 Tahun % 89,58 87,66 -1,92


s
tp

Angka Partisipasi Murni SD % 97,24 96,25 -0,99


ht

Angka Partisipasi Murni SMP % 76,34 76,81 0,47

Angka Partisipasi Murni SMA % 67,56 68,57 1,01

Dimensi Standar Hidup Layak


PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku Ribu 62 231,01 64 888,97 2 657,965
Rupiah

PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Konstan 2010 Ribu 40 481,62 41 165,43 683,804
Rupiah

Tingkat Pengangguran Terbuka % 7,90 6,75 -1,15

Jumlah Penduduk Miskin Ribu 18,51 18,13 -0,38


Orang
Persentase Penduduk Miskin % 22,86 22,06 -0,80

49
KABUPATEN KAIMANA

Capaian Indikator Komponen Penyusun IPM 2022

Pertumbuhan
Indikator Capaian
(%)

Umur Harapan Hidup saat Lahir 65,27 tahun 0,52

Harapan Lama Sekolah (HLS) 12,49 tahun 0,64

id
o.
.g
Rata-rata Lama Sekolah (RLS) 8,74 tahun 1,86
ps
.b
Pengeluaran Riil per Kapita per Tahun yang Disesuaikan Rp8 453 ribu 3,71
at
ar

Indeks Pembangunan Manusia 66,11 1,22


ab
pu

Status Pembangunan Manusia Sedang


pa
://

Indeks Indikator Komponen IPM 2022


s
tp
ht

50
Beberapa Indikator yang Terkait dengan Dimensi Pembangunan Manusia, 2021-2022

Indikator Satuan 2021 2022 Selisih

Dimensi Umur Panjang dan Hidup Sehat

Rumah Tangga yang Memiliki Akses Air Minum Layak % 79,48 85,88 6,40

Rumah Tangga yang Tidak Memiliki Fasilitas Buang Air % 6,71 8,37 1,66
Besar
Morbiditas % 6,06 12,02 5,96

id
o.
Perempuan Pernah Kawin Berusia 15-49 Tahun yang % 84,48 69,24 -15,24

.g
Proses Melahirkan Terakhirnya Ditolong oleh Tenaga
Kesehatan Terlatih
ps
.b
at

Dimensi Pengetahuan
ar
ab

Angka Partisipasi Sekolah 7-12 Tahun % 98,65 98,62 -0,03


pu

Angka Partisipasi Sekolah 13-15 Tahun % 98,55 98,89 0,34


pa
://

Angka Partisipasi Sekolah 16-18 Tahun % 75,46 75,68 0,22


s
tp

Angka Partisipasi Murni SD % 96,63 97,39 0,76


ht

Angka Partisipasi Murni SMP % 60,93 61,02 0,09

Angka Partisipasi Murni SMA % 57,22 57,03 -0,19

Dimensi Standar Hidup Layak

PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku Ribu 40 984,67 40 549,28 -435,39
Rupiah

PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Konstan 2010 Ribu 27 256,71 27 269,15 12,44
Rupiah

Tingkat Pengangguran Terbuka % 3,23 3,34 0,11

Jumlah Penduduk Miskin Ribu 10,31 10,11 -0,20


Orang
Persentase Penduduk Miskin % 16,04 15,29 -0,75

51
KABUPATEN TELUK WONDAMA

Capaian Indikator Komponen Penyusun IPM 2022

Pertumbuhan
Indikator Capaian
(%)

Umur Harapan Hidup saat Lahir 60,57 tahun 0,55

Harapan Lama Sekolah (HLS) 11,69 tahun 0,52

id
o.
.g
Rata-rata Lama Sekolah (RLS) 7,20 tahun 1,69
ps
.b
Pengeluaran Riil per Kapita per Tahun yang Disesuaikan Rp8 177 ribu 1,78
at
ar

Indeks Pembangunan Manusia 60,87 0,90


ab
pu

Status Pembangunan Manusia Sedang


pa
://

Indeks Indikator Komponen IPM 2022


s
tp
ht

52
Beberapa Indikator yang Terkait dengan Dimensi Pembangunan Manusia, 2021-2022

Indikator Satuan 2021 2022 Selisih

Dimensi Umur Panjang dan Hidup Sehat

Rumah Tangga yang Memiliki Akses Air Minum Layak % 14,12 23,97 9,85

Rumah Tangga yang Tidak Memiliki Fasilitas Buang Air % 12,63 15,93 3,30
Besar
Morbiditas % 6,96 4,4 -2,56

id
o.
Perempuan Pernah Kawin Berusia 15-49 Tahun yang % 64,6 61,07 -3,53

.g
Proses Melahirkan Terakhirnya Ditolong oleh Tenaga
Kesehatan Terlatih
ps
.b
at

Dimensi Pengetahuan
ar
ab

Angka Partisipasi Sekolah 7-12 Tahun % 97,67 98,25 0,58


pu

Angka Partisipasi Sekolah 13-15 Tahun % 96,48 99,63 3,15


pa
://

Angka Partisipasi Sekolah 16-18 Tahun % 71,37 71,06 -0,31


s
tp

Angka Partisipasi Murni SD % 92,61 93,73 1,12


ht

Angka Partisipasi Murni SMP % 66,42 66,46 0,04

Angka Partisipasi Murni SMA % 40,21 40,35 0,14

Dimensi Standar Hidup Layak

PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku Ribu 36 596,64 38 021,07 1 424,43
Rupiah

PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Konstan 2010 Ribu 23 236,73 23 356,27 119,54
Rupiah

Tingkat Pengangguran Terbuka % 2,90 2,86 -0,04

Jumlah Penduduk Miskin Ribu 10,74 10,44 -0,30


Orang
Persentase Penduduk Miskin % 31,61 30,06 -1,55

53
KABUPATEN TELUK BINTUNI

Capaian Indikator Komponen Penyusun IPM 2022

Pertumbuhan
Indikator Capaian
(%)

Umur Harapan Hidup saat Lahir 61,37 tahun 0,62

Harapan Lama Sekolah (HLS) 12,43 tahun 0,08

id
o.
.g
Rata-rata Lama Sekolah (RLS) 8,35 tahun 1,58
ps
.b
Pengeluaran Riil per Kapita per Tahun yang Disesuaikan Rp9 979 ribu 2,79
at
ar

Indeks Pembangunan Manusia 65,27 0,96


ab
pu

Status Pembangunan Manusia Sedang


pa
://

Indeks Indikator Komponen IPM 2022


s
tp
ht

54
Beberapa Indikator yang Terkait dengan Dimensi Pembangunan Manusia, 2021-2022

Indikator Satuan 2021 2022 Selisih

Dimensi Umur Panjang dan Hidup Sehat

Rumah Tangga yang Memiliki Akses Air Minum Layak % 83,68 87,54 3,86

Rumah Tangga yang Tidak Memiliki Fasilitas Buang Air % 4,31 2,95 -1,36
Besar
Morbiditas % 5,61 8,52 2,91

id
o.
Perempuan Pernah Kawin Berusia 15-49 Tahun yang % 90,46 83,46 -7,00

.g
Proses Melahirkan Terakhirnya Ditolong oleh Tenaga
Kesehatan Terlatih
ps
.b
at

Dimensi Pengetahuan
ar
ab

Angka Partisipasi Sekolah 7-12 Tahun % 96,73 99,32 2,59


pu

Angka Partisipasi Sekolah 13-15 Tahun % 95,92 96,54 0,62


pa
://

Angka Partisipasi Sekolah 16-18 Tahun % 71,87 72,12 0,25


s
tp

Angka Partisipasi Murni SD % 93,6 91,78 -1,82


ht

Angka Partisipasi Murni SMP % 69,93 69,15 -0,78

Angka Partisipasi Murni SMA % 56,86 56,94 0,08

Dimensi Standar Hidup Layak

PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku Ribu 350 942,24 378 758,80 27 816,57
Rupiah

PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Konstan 2010 Ribu 280 241,37 277 164,83 -3 076,54
Rupiah

Tingkat Pengangguran Terbuka % 4,74 3,58 -1,16

Jumlah Penduduk Miskin Ribu 20,07 20,45 0,38


Orang
Persentase Penduduk Miskin % 29,79 29,73 -0,06

55
KABUPATEN MANOKWARI

Capaian Indikator Komponen Penyusun IPM 2022

Pertumbuhan
Indikator Capaian
(%)

Umur Harapan Hidup saat Lahir 69,18 tahun 0,52

Harapan Lama Sekolah (HLS) 13,77 tahun 0,81

id
o.
.g
Rata-rata Lama Sekolah (RLS) 8,45 tahun 1,32
ps
.b
Pengeluaran Riil per Kapita per Tahun yang Disesuaikan Rp12 179 ribu 1,69
at
ar

Indeks Pembangunan Manusia 72,60 0,81


ab
pu

Status Pembangunan Manusia Tinggi


pa
://

Indeks Indikator Komponen IPM 2022


s
tp
ht

56
Beberapa Indikator yang Terkait dengan Dimensi Pembangunan Manusia, 2021-2022

Indikator Satuan 2021 2022 Selisih

Dimensi Umur Panjang dan Hidup Sehat

Rumah Tangga yang Memiliki Akses Air Minum Layak % 65,17 81,05 15,88

Rumah Tangga yang Tidak Memiliki Fasilitas Buang Air % 1,87 0,94 -0,93
Besar
Morbiditas % 8,32 9,72 1,40

id
o.
Perempuan Pernah Kawin Berusia 15-49 Tahun yang % 90,78 92,29 1,51

.g
Proses Melahirkan Terakhirnya Ditolong oleh Tenaga
Kesehatan Terlatih
ps
.b
at

Dimensi Pengetahuan
ar
ab

Angka Partisipasi Sekolah 7-12 Tahun % 96,94 96,49 -0,45


pu

Angka Partisipasi Sekolah 13-15 Tahun % 96,14 99,68 3,54


pa
://

Angka Partisipasi Sekolah 16-18 Tahun % 85,93 86,14 0,21


s
tp

Angka Partisipasi Murni SD % 93,24 94,57 1,33


ht

Angka Partisipasi Murni SMP % 76,70 76,64 -0,06

Angka Partisipasi Murni SMA % 69,50 69,77 0,27

Dimensi Standar Hidup Layak

PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku Ribu 50 459,79 52 218,62 1 758,83
Rupiah

PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Konstan 2010 Ribu 33 989,25 34 303,10 313,85
Rupiah

Tingkat Pengangguran Terbuka % 7,04 5,41 -1,63

Jumlah Penduduk Miskin Ribu 35,63 34,96 -0,67


Orang
Persentase Penduduk Miskin % 20,56 19,90 -0,66

57
KABUPATEN SORONG SELATAN

Capaian Indikator Komponen Penyusun IPM 2022

Pertumbuhan
Indikator Capaian
(%)

Umur Harapan Hidup saat Lahir 67,72 tahun 0,50

Harapan Lama Sekolah (HLS) 13,27 tahun 0,76

id
o.
.g
Rata-rata Lama Sekolah (RLS) 7,58 tahun 1,20
ps
.b
Pengeluaran Riil per Kapita per Tahun yang Disesuaikan Rp6 342 ribu 2,49
at
ar

Indeks Pembangunan Manusia 63,08 0,99


ab
pu

Status Pembangunan Manusia Sedang


pa
://

Indeks Indikator Komponen IPM 2022


s
tp
ht

58
Beberapa Indikator yang Terkait dengan Dimensi Pembangunan Manusia, 2021-2022

Indikator Satuan 2021 2022 Selisih

Dimensi Umur Panjang dan Hidup Sehat

Rumah Tangga yang Memiliki Akses Air Minum Layak % 45,73 46,28 0,55

Rumah Tangga yang Tidak Memiliki Fasilitas Buang Air % 20,38 21,36 0,98
Besar
Morbiditas % 7,56 8,29 0,73

id
o.
Perempuan Pernah Kawin Berusia 15-49 Tahun yang % 62,74 40,92 -21,82

.g
Proses Melahirkan Terakhirnya Ditolong oleh Tenaga
Kesehatan Terlatih
ps
.b
at

Dimensi Pengetahuan
ar
ab

Angka Partisipasi Sekolah 7-12 Tahun % 98,94 98,97 0,03


pu

Angka Partisipasi Sekolah 13-15 Tahun % 98,13 98,04 -0,09


pa
://

Angka Partisipasi Sekolah 16-18 Tahun % 79,73 78,96 -0,77


s
tp

Angka Partisipasi Murni SD % 93,50 96,38 2,88


ht

Angka Partisipasi Murni SMP % 56,30 55,43 -0,87

Angka Partisipasi Murni SMA % 54,72 54,38 -0,34

Dimensi Standar Hidup Layak

PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku Ribu 36 961,45 39 057,33 2 095,88
Rupiah

PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Konstan 2010 Ribu 24 461,35 25 512,91 1 051,56
Rupiah

Tingkat Pengangguran Terbuka % 3,55 3,05 -0,50

Jumlah Penduduk Miskin Ribu 9,16 9,33 0,17


Orang
Persentase Penduduk Miskin % 18,55 18,48 -0,07

59
KABUPATEN SORONG

Capaian Indikator Komponen Penyusun IPM 2022

Pertumbuhan
Indikator Capaian
(%)

Umur Harapan Hidup saat Lahir 66,55 tahun 0,50

Harapan Lama Sekolah (HLS) 13,91 tahun 1,38

id
o.
.g
Rata-rata Lama Sekolah (RLS) 8,52 tahun 2,28
ps
.b
Pengeluaran Riil per Kapita per Tahun yang Disesuaikan Rp7 607 ribu 3,50
at
ar

Indeks Pembangunan Manusia 66,69 1,40


ab
pu

Status Pembangunan Manusia Sedang


pa
://

Indeks Indikator Komponen IPM 2022


s
tp
ht

60
Beberapa Indikator yang Terkait dengan Dimensi Pembangunan Manusia, 2021-2022

Indikator Satuan 2021 2022 Selisih

Dimensi Umur Panjang dan Hidup Sehat

Rumah Tangga yang Memiliki Akses Air Minum Layak % 84,38 80,91 -3,47

Rumah Tangga yang Tidak Memiliki Fasilitas Buang Air % 1,75 2,59 0,84
Besar
Morbiditas % 5,62 10,55 4,93

id
o.
Perempuan Pernah Kawin Berusia 15-49 Tahun yang % 80,65 88,27 7,62

.g
Proses Melahirkan Terakhirnya Ditolong oleh Tenaga
Kesehatan Terlatih
ps
.b
at

Dimensi Pengetahuan
ar
ab

Angka Partisipasi Sekolah 7-12 Tahun % 98,57 98,78 0,21


pu

Angka Partisipasi Sekolah 13-15 Tahun % 97,11 97,55 0,44


pa
://

Angka Partisipasi Sekolah 16-18 Tahun % 88,32 88,18 -0,14


s
tp

Angka Partisipasi Murni SD % 96,66 94,76 -1,90


ht

Angka Partisipasi Murni SMP % 73,38 74,40 1,02

Angka Partisipasi Murni SMA % 65,60 65,34 -0,26

Dimensi Standar Hidup Layak

PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku Ribu 91 787,69 91 665,08 -122,61
Rupiah

PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Konstan 2010 Ribu 69 869,04 69 090,75 -778,28
Rupiah

Tingkat Pengangguran Terbuka % 3,36 3,38 0,02

Jumlah Penduduk Miskin Ribu 25,93 26,34 0,41


Orang
Persentase Penduduk Miskin % 27,78 27,58 -0,20

61
KABUPATEN RAJA AMPAT

Capaian Indikator Komponen Penyusun IPM 2022

Pertumbuhan
Indikator Capaian
(%)

Umur Harapan Hidup saat Lahir 65,12 tahun 0,45

Harapan Lama Sekolah (HLS) 12,10 tahun 0,33

id
o.
.g
Rata-rata Lama Sekolah (RLS) 8,16 tahun 1,75
ps
.b
Pengeluaran Riil per Kapita per Tahun yang Disesuaikan Rp8 187 ribu 3,87
at
ar

Indeks Pembangunan Manusia 64,65 1,14


ab
pu

Status Pembangunan Manusia Sedang


pa
://

Indeks Indikator Komponen IPM 2022


s
tp
ht

62
Beberapa Indikator yang Terkait dengan Dimensi Pembangunan Manusia, 2021-2022

Indikator Satuan 2021 2022 Selisih

Dimensi Umur Panjang dan Hidup Sehat

Rumah Tangga yang Memiliki Akses Air Minum Layak % 64,25 77,47 13,22

Rumah Tangga yang Tidak Memiliki Fasilitas Buang Air % 7,35 10,52 3,17
Besar
Morbiditas % 8,92 11,12 2,20

id
o.
Perempuan Pernah Kawin Berusia 15-49 Tahun yang % 49,06 51,41 2,35

.g
Proses Melahirkan Terakhirnya Ditolong oleh Tenaga
Kesehatan Terlatih
ps
.b
at

Dimensi Pengetahuan
ar
ab

Angka Partisipasi Sekolah 7-12 Tahun % 95,89 97,33 1,44


pu

Angka Partisipasi Sekolah 13-15 Tahun % 95,14 95,39 0,25


pa
://

Angka Partisipasi Sekolah 16-18 Tahun % 67,92 67,81 -0,11


s
tp

Angka Partisipasi Murni SD % 94,17 93,28 -0,89


ht

Angka Partisipasi Murni SMP % 50,94 50,97 0,03

Angka Partisipasi Murni SMA % 47,68 47,71 0,03

Dimensi Standar Hidup Layak

PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku Ribu 52 518,09 60 833,97 8 315,88
Rupiah

PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Konstan 2010 Ribu 38 826,12 42 538,15 3 712,03
Rupiah

Tingkat Pengangguran Terbuka % 3,81 3,91 0,10

Jumlah Penduduk Miskin Ribu 8,69 8,69 0,00


Orang
Persentase Penduduk Miskin % 17,50 17,32 -0,18

63
KABUPATEN TAMBRAUW

Capaian Indikator Komponen Penyusun IPM 2022

Pertumbuhan
Indikator Capaian
(%)

Umur Harapan Hidup saat Lahir 60,68 tahun 0,80

Harapan Lama Sekolah (HLS) 12,19 tahun 0,08

id
o.
.g
Rata-rata Lama Sekolah (RLS) 5,64 tahun 4,64
ps
.b
Pengeluaran Riil per Kapita per Tahun yang Disesuaikan Rp5 084 ribu 3,69
at
ar

Indeks Pembangunan Manusia 54,63 1,71


ab
pu

Status Pembangunan Manusia Rendah


pa
://

Indeks Indikator Komponen IPM 2022


s
tp
ht

64
Beberapa Indikator yang Terkait dengan Dimensi Pembangunan Manusia, 2021-2022

Indikator Satuan 2021 2022 Selisih

Dimensi Umur Panjang dan Hidup Sehat

Rumah Tangga yang Memiliki Akses Air Minum Layak % 35,21 69,92 34,71

Rumah Tangga yang Tidak Memiliki Fasilitas Buang Air % 11,73 7,46 -4,27
Besar
Morbiditas % 5,35 7,66 2,31

id
o.
Perempuan Pernah Kawin Berusia 15-49 Tahun yang % 57,63 70,99 13,36

.g
Proses Melahirkan Terakhirnya Ditolong oleh Tenaga
Kesehatan Terlatih
ps
.b
at

Dimensi Pengetahuan
ar
ab

Angka Partisipasi Sekolah 7-12 Tahun % 95,49 97,03 1,54


pu

Angka Partisipasi Sekolah 13-15 Tahun % 95,01 97,66 2,65


pa
://

Angka Partisipasi Sekolah 16-18 Tahun % 81,43 81,66 0,23


s
tp

Angka Partisipasi Murni SD % 93,29 93,91 0,62


ht

Angka Partisipasi Murni SMP % 58,73 59,17 0,44

Angka Partisipasi Murni SMA % 48,16 47,52 -0,64

Dimensi Standar Hidup Layak

PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku Ribu 7 764,53 7 160,21 -604,32
Rupiah

PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Konstan 2010 Ribu 4 699,17 4 257,04 -442,13
Rupiah

Tingkat Pengangguran Terbuka % 1,49 1,46 -0,03

Jumlah Penduduk Miskin Ribu 5,31 5,20 -0,11


Orang
Persentase Penduduk Miskin % 33,86 32,45 -1,41

65
KABUPATEN MAYBRAT

Capaian Indikator Komponen Penyusun IPM 2022

Pertumbuhan
Indikator Capaian
(%)

Umur Harapan Hidup saat Lahir 65,53 tahun 0,43

Harapan Lama Sekolah (HLS) 13,48 tahun 0,07

id
o.
.g
Rata-rata Lama Sekolah (RLS) 7,19 tahun 3,30
ps
.b
Pengeluaran Riil per Kapita per Tahun yang Disesuaikan Rp5 425 ribu 3,43
at
ar

Indeks Pembangunan Manusia 60,49 1,32


ab
pu

Status Pembangunan Manusia Sedang


pa
://

Indeks Indikator Komponen IPM 2022


s
tp
ht

66
Beberapa Indikator yang Terkait dengan Dimensi Pembangunan Manusia, 2021-2022

Indikator Satuan 2021 2022 Selisih

Dimensi Umur Panjang dan Hidup Sehat

Rumah Tangga yang Memiliki Akses Air Minum Layak % 37,95 49,53 11,58

Rumah Tangga yang Tidak Memiliki Fasilitas Buang Air % 5,90 3,55 -2,35
Besar
Morbiditas % 5,18 10,57 5,39

id
o.
Perempuan Pernah Kawin Berusia 15-49 Tahun yang % 81,09 92,91 11,82

.g
Proses Melahirkan Terakhirnya Ditolong oleh Tenaga
Kesehatan Terlatih
ps
.b
at

Dimensi Pengetahuan
ar
ab

Angka Partisipasi Sekolah 7-12 Tahun % 98,56 99,01 0,45


pu

Angka Partisipasi Sekolah 13-15 Tahun % 97,15 96,99 -0,16


pa
://

Angka Partisipasi Sekolah 16-18 Tahun % 81,71 81,59 -0,12


s
tp

Angka Partisipasi Murni SD % 97,82 97,01 -0,81


ht

Angka Partisipasi Murni SMP % 86,21 86,75 0,54

Angka Partisipasi Murni SMA % 68,09 68,20 0,11

Dimensi Standar Hidup Layak

PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku Ribu 17 325,29 17 944,68 619,39
Rupiah

PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Konstan 2010 Ribu 10 785,21 10 971,08 185,86
Rupiah

Tingkat Pengangguran Terbuka % 1,89 2,09 0,20

Jumlah Penduduk Miskin Ribu 13,48 13,66 0,18


Orang
Persentase Penduduk Miskin % 31,39 31,14 -0,25

67
KABUPATEN MANOKWARI SELATAN

Capaian Indikator Komponen Penyusun IPM 2022

Pertumbuhan
Indikator Capaian
(%)

Umur Harapan Hidup saat Lahir 67,84 tahun 0,36

Harapan Lama Sekolah (HLS) 12,37 tahun 0,16

id
o.
.g
Rata-rata Lama Sekolah (RLS) 6,90 tahun 4,07
ps
.b
Pengeluaran Riil per Kapita per Tahun yang Disesuaikan Rp5 691 ribu 3,38
at
ar

Indeks Pembangunan Manusia 60,68 1,39


ab
pu

Status Pembangunan Manusia Sedang


pa
://

Indeks Indikator Komponen IPM 2022


s
tp
ht

68
Beberapa Indikator yang Terkait dengan Dimensi Pembangunan Manusia, 2021-2022

Indikator Satuan 2021 2022 Selisih

Dimensi Umur Panjang dan Hidup Sehat

Rumah Tangga yang Memiliki Akses Air Minum Layak % 72,86 89,30 16,44

Rumah Tangga yang Tidak Memiliki Fasilitas Buang Air % 6,92 5,26 -1,66
Besar
Morbiditas % 8,57 8,03 -0,54

id
o.
Perempuan Pernah Kawin Berusia 15-49 Tahun yang % 82,14 87,40 5,26

.g
Proses Melahirkan Terakhirnya Ditolong oleh Tenaga
Kesehatan Terlatih
ps
.b
at

Dimensi Pengetahuan
ar
ab

Angka Partisipasi Sekolah 7-12 Tahun % 94,49 98,97 4,48


pu

Angka Partisipasi Sekolah 13-15 Tahun % 93,95 94,20 0,25


pa
://

Angka Partisipasi Sekolah 16-18 Tahun % 66,96 66,65 -0,31


s
tp

Angka Partisipasi Murni SD % 94,31 98,11 3,80


ht

Angka Partisipasi Murni SMP % 72,95 72,52 -0,43

Angka Partisipasi Murni SMA % 49,17 49,37 0,20

Dimensi Standar Hidup Layak

PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku Ribu 23 135,73 22 969,17 -166,56
Rupiah

PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Konstan 2010 Ribu 15 762,99 15 451,61 -311,38
Rupiah

Tingkat Pengangguran Terbuka % 2,90 1,06 -1,84

Jumlah Penduduk Miskin Ribu 7,65 7,68 0,03


Orang
Persentase Penduduk Miskin % 29,30 28,55 -0,75

69
KABUPATEN PEGUNUNGAN ARFAK

Capaian Indikator Komponen Penyusun IPM 2022

Pertumbuhan
Indikator Capaian
(%)

Umur Harapan Hidup saat Lahir 67,50 tahun 0,66

Harapan Lama Sekolah (HLS) 11,78 tahun 0,51

id
o.
.g
Rata-rata Lama Sekolah (RLS) 5,34 tahun 4,30
ps
.b
Pengeluaran Riil per Kapita per Tahun yang Disesuaikan Rp5 204 ribu 3,89
at
ar

Indeks Pembangunan Manusia 57,01 1,57


ab
pu

Status Pembangunan Manusia Rendah


pa
://

Indeks Indikator Komponen IPM 2022


s
tp
ht

70
Beberapa Indikator yang Terkait dengan Dimensi Pembangunan Manusia, 2021-2022

Indikator Satuan 2021 2022 Selisih

Dimensi Umur Panjang dan Hidup Sehat

Rumah Tangga yang Memiliki Akses Air Minum Layak % 48,49 77,17 28,68

Rumah Tangga yang Tidak Memiliki Fasilitas Buang Air % 24,78 28,04 3,26
Besar
Morbiditas % 5,19 2,61 -2,58

id
o.
Perempuan Pernah Kawin Berusia 15-49 Tahun yang % 19,08 47,32 28,24

.g
Proses Melahirkan Terakhirnya Ditolong oleh Tenaga
Kesehatan Terlatih
ps
.b
at

Dimensi Pengetahuan
ar
ab

Angka Partisipasi Sekolah 7-12 Tahun % 94,79 92,81 -1,98


pu

Angka Partisipasi Sekolah 13-15 Tahun % 93,52 91,99 -1,53


pa
://

Angka Partisipasi Sekolah 16-18 Tahun % 77,92 72,87 -5,05


s
tp

Angka Partisipasi Murni SD % 94,67 90,40 -4,27


ht

Angka Partisipasi Murni SMP % 51,31 50,71 -0,60

Angka Partisipasi Murni SMA % 49,24 49,38 0,14

Dimensi Standar Hidup Layak

PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku Ribu 6 240,01 7 028,20 788,20
Rupiah

PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Konstan 2010 Ribu 4 060,84 4 532,22 471,38
Rupiah

Tingkat Pengangguran Terbuka % 0,70 0,12 -0,58

Jumlah Penduduk Miskin Ribu 11,85 11,87 0,02


Orang
Persentase Penduduk Miskin % 34,70 33,71 -0,99

71
KOTA SORONG

Capaian Indikator Komponen Penyusun IPM 2022

Pertumbuhan
Indikator Capaian
(%)

Umur Harapan Hidup saat Lahir 71,40 tahun 0,66

Harapan Lama Sekolah (HLS) 14,40 tahun 0,07

id
o.
.g
Rata-rata Lama Sekolah (RLS) 11,32 tahun 1,16
ps
.b
Pengeluaran Riil per Kapita per Tahun yang Disesuaikan Rp13 874 ribu 0,95
at
ar

Indeks Pembangunan Manusia 78,98 0,62


ab
pu

Status Pembangunan Manusia Tinggi


pa
://

Indeks Indikator Komponen IPM 2022


s
tp
ht

72
Beberapa Indikator yang Terkait dengan Dimensi Pembangunan Manusia, 2021-2022

Indikator Satuan 2021 2022 Selisih

Dimensi Umur Panjang dan Hidup Sehat

Rumah Tangga yang Memiliki Akses Air Minum Layak % 91,91 92,72 0,81

Rumah Tangga yang Tidak Memiliki Fasilitas Buang Air % 0,83 1,79 0,96
Besar
Morbiditas % 13,75 8,30 -5,45

id
o.
Perempuan Pernah Kawin Berusia 15-49 Tahun yang % 93,76 92,23 -1,53

.g
Proses Melahirkan Terakhirnya Ditolong oleh Tenaga
Kesehatan Terlatih
ps
.b
at

Dimensi Pengetahuan
ar
ab

Angka Partisipasi Sekolah 7-12 Tahun % 99,95 99,41 -0,54


pu

Angka Partisipasi Sekolah 13-15 Tahun % 97,35 97,16 -0,19


pa
://

Angka Partisipasi Sekolah 16-18 Tahun % 82,78 81,28 -1,50


s
tp

Angka Partisipasi Murni SD % 91,74 92,74 1,00


ht

Angka Partisipasi Murni SMP % 74,86 76,31 1,45

Angka Partisipasi Murni SMA % 71,15 71,39 0,24

Dimensi Standar Hidup Layak

PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku Ribu 53 407,44 54 660,71 1 253,27
Rupiah

PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Konstan 2010 Ribu 34 439,01 34 369,11 -69,91
Rupiah

Tingkat Pengangguran Terbuka % 9,95 10,09 0,14

Jumlah Penduduk Miskin Ribu 41,75 41,93 0,18


Orang
Persentase Penduduk Miskin % 15,35 14,96 -0,39

73
Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat (2021). Statistik Kesejahteraan Rakyat
Provinsi Papua Barat 2021. Diakses pada 09 Maret 2023 dari https://
papuabarat.bps.go.id/publication/2021/12/28/b824758239a786fb71001f4e/
statistik-kesejahteraan-rakyat-provinsi-papua-barat-2021.html
Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat. (2022). Provinsi Papua Barat dalam Angka
2023. Diakses pada 08 Maret 2023, dari https://papuabarat.bps.go.id/
publication/2023/02/28/1675aaebd5ba59b4d6e1cdd3/provinsi-papua-barat-
dalam-angka-2023.html
Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat. (2022). Proyeksi Penduduk Interim Provinsi

id
Papua Barat Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin. Diakses pada 14 Maret

o.
2023, dari https://papuabarat.bps.go.id/indicator/12/279/1/proyeksi-penduduk-

.g
ps
interim-provinsi-papua-barat-menurut-kabupaten-kota-dan-jenis-kelamin.html
.b
Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat (2022). Statistik Kesejahteraan Rakyat
at

Provinsi Papua Barat 2022. Diakses pada 09 Maret 2023, dari https://
ar

papuabarat.bps.go.id/publication/2022/12/28/4207dbe216cc2de5943b0780/
ab

statistik-kesejahteraan-rakyat-provinsi-papua-barat-2022.html
pu
pa

Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat (2023). Jumlah Penduduk Miskin Menurut
Kabupaten/Kota (Ribu Jiwa). Diakses pada 14 Maret 2023, dari https://
s://

papuabarat.bps.go.id/indicator/23/178/1/jumlah-penduduk-miskin-menurut-
tp

kabupaten-kota.html
ht

Haq, Mahbub ul. (1995). Reflections on Human Development. New York: Oxford
University Press.
Sen, A. (1987). Commodities and Capabilities. New Delhi, Oxford University Press.
Todaro, Michel P. dan Stepen C. Smith. (2003). Economic Development/Eighth Edition.
Newyork: Pearson.
United Nations Development Programme. (1990). Human Development Report 1990.
New York: UNDP.

74
75
ht
tp
s://
pa
pu
ab
ar
at
.b
ps
.g
o.
id
ht
tp
s://
pa
pu
ab
ar
at
.b
ps
.g
o.
id
L

Lampiran 1.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menurut Kabupaten/Kota
di Provinsi Papua Barat, 2018-2022

KABUPATEN/KOTA 2018 2019 2020 2021 2022

Fakfak 66,99 67,87 68,36 68,52 69,12

id
Kaimana 63,67 64,59 65,00 65,31 66,11

o.
.g
Teluk Wondama 58,86 59,82
ps 60,21 60,33 60,87
.b
Teluk Bintuni 63,13 64,00 64,55 64,65 65,27
at
ar

Manokwari 71,17 71,67 72,01 72,02 72,60


ab
pu

Sorong Selatan 61,01 61,93 62,42 62,46 63,08


pa

Sorong 64,32 65,29 65,74 65,77 66,69


s ://
tp

Raja Ampat 62,84 63,66 63,89 63,92 64,65


ht

Tambrauw 51,95 52,90 53,45 53,71 54,63

Maybrat 58,16 59,15 59,52 59,70 60,49

Manokwari Selatan 58,84 59,72 59,84 59,85 60,68

Pegunungan Arfak 55,31 56,15 56,33 56,13 57,01

Kota Sorong 77,35 77,98 78,45 78,49 78,98

PAPUA BARAT 63,74 64,70 65,09 65,26 65,89

Sumber : Badan Pusat Statistik, berbagai sumber

77
L

Lampiran 2.
Usia Harapan Hidup (UHH) menurut Kabupaten Kota/
di Provinsi Papua Barat, 2018-2022

KABUPATEN/KOTA 2018 2019 2020 2021 2022

Fakfak 68,12 68,41 68,47 68,50 68,75

id
Kaimana 64,25 64,64 64,81 64,93 65,27

o.
.g
Teluk Wondama 59,53 59,93 60,10 60,24 60,57
ps
.b
Teluk Bintuni 60,15 60,60 60,83 60,99 61,37
at
ar

Manokwari 68,22 68,59 68,68 68,82 69,18


ab
pu

Sorong Selatan 65,83 66,15 66,25 66,39 66,72


pa
://

Sorong 65,71 66,02 66,10 66,22 66,55


s
tp
ht

Raja Ampat 64,42 64,70 64,74 64,83 65,12

Tambrauw 59,56 59,96 60,13 60,20 60,68

Maybrat 64,93 65,17 65,19 65,25 65,53

Manokwari Selatan 67,16 67,48 67,58 67,60 67,84

Pegunungan Arfak 66,89 67,18 67,24 67,26 67,50

Kota Sorong 70,00 70,46 70,70 70,93 71,40

PAPUA BARAT 65,55 65,90 66,02 66,14 66,46

Sumber : Badan Pusat Statistik, berbagai sumber

78
L

Lampiran 3.
Angka Harapan Lama Sekolah (HLS) menurut Kabupaten/Kota
di Provinsi Papua Barat, 2018-2022

KABUPATEN/KOTA 2018 2019 2020 2021 2022

Fakfak 13,85 14,09 14,37 14,63 14,64

id
o.
Kaimana 11,76 11,98 12,13 12,41 12,49

.g
Teluk Wondama 11,05 ps
11,34 11,48 11,63 11,69
.b
at

Teluk Bintuni 11,94 12,17 12,31 12,42 12,44


ar
ab

Manokwari 13,63 13,64 13,65 13,66 13,77


pu
pa

Sorong Selatan 12,56 12,88 13,16 13,17 13,27


s ://

Sorong 13,21 13,43 13,71 13,72 13,91


tp
ht

Raja Ampat 11,65 12,02 12,03 12,06 12,10

Tambrauw 11,80 11,62 11,91 12,18 12,19

Maybrat 12,67 12,91 13,21 13,47 13,48

Manokwari Selatan 12,32 12,33 12,35 12,35 12,37

Pegunungan Arfak 11,33 11,62 11,72 11,72 11,78

Kota Sorong 14,21 14,22 14,38 14,39 14,40

PAPUA BARAT 12,53 12,72 12,91 13,13 13,21

Sumber : Badan Pusat Statistik, berbagai sumber

79
L

Lampiran 4.
Angka Rata-rata Lama Sekolah (RLS) menurut Kabupaten/Kota
di Provinsi Papua Barat, 2018-2022

KABUPATEN/KOTA 2018 2019 2020 2021 2022

Fakfak 8,51 8,64 8,84 8,97 9,08

id
Kaimana 8,09 8,28 8,41 8,58 8,78

o.
.g
Teluk Wondama 6,75 6,87 ps
6,98 7,08 7,20
.b
at

Teluk Bintuni 7,77 7,95 8,08 8,22 8,35


ar
ab

Manokwari 8,04 8,16 8,25 8,34 8,45


pu
pa

Sorong Selatan 7,15 7,26 7,36 7,49 7,58


s ://

Sorong 7,83 8,02 8,17 8,33 8,45


tp
ht

Raja Ampat 7,63 7,80 7,91 8,02 8,16

Tambrauw 4,94 5,07 5,24 5,39 5,64

Maybrat 6,53 6,67 6,85 6,96 7,19

Manokwari Selatan 6,48 6,57 6,63 6,63 6,90

Pegunungan Arfak 4,97 5,08 5,12 5,12 5,34

Kota Sorong 10,93 11,05 11,14 11,19 11,32

PAPUA BARAT 7,27 7,44 7,60 7,69 7,84

Sumber : Badan Pusat Statistik, berbagai sumber

80
L

Lampiran 5.
Pengeluaran Riil Per Kapita Disesuaikan menurut Kabupaten/Kota
di Provinsi Papua Barat
(ribu rupiah)

KABUPATEN/KOTA 2018 2019 2020 2021 2022

Fakfak 7 357 7 608 7 599 7 446 7 678

id
o.
Kaimana 8 071 8 304 8 325 8 151 8 453

.g
Teluk Wondama 7 927 ps
8 198 8 219 8 034 8 177
.b
at

Teluk Bintuni 9 622 9 821 9 974 9 708 9 979


ar
ab

Manokwari 11 789 11 994 12 207 11 977 12 179


pu
pa

Sorong Selatan 6 062 6 252 6 286 6 188 6 342


s ://

Sorong 7 240 7 507 7 495 7 350 7 607


tp
ht

Raja Ampat 7 760 7 958 8 014 7 882 8 187

Tambrauw 4 859 5 001 4 998 4 903 5 084

Maybrat 5 168 5 391 5 336 5 245 5 425

Manokwari Selatan 5 225 5 511 5 505 5 505 5 691

Pegunungan Arfak 4 979 5 120 5 099 5 009 5 204

Kota Sorong 13 484 13 825 13 954 13 744 13 874

PAPUA BARAT 7 816 8 125 8 086 7 929 8 101

Sumber : Badan Pusat Statistik, berbagai sumber

81
L

Lampiran 6.

Indeks Pembangunan Manusia Menurut Provinsi di Pulau Sulawesi,


Maluku, dan Papua, 2018-2022

PROVINSI 2018 2019 2020 2021 2022

Sulawesi Utara 72,20 72,99 72,93 73,30 73,81

id
o.
Sulawesi Tengah 68,88 69,50 69,55 69,79 70,28

.g
ps
Sulawesi Selatan 70,90 71,66 71,93 72,24 72,82
.b
at
ar

Sulawesi Tenggara 70,61 71,20 71,45 71,66 72,23


ab
pu

Gorontalo 67,71 68,49 68,68 69,00 69,81


pa

Sulawesi Barat 65,10 65,73 66,11 66,36 66,92


s ://
tp

Maluku 68,87 69,45 69,49 69,71 70,22


ht

Maluku Utara 67,76 68,70 68,49 68,76 69,47

Papua Barat 63,74 64,70 65,09 65,26 65,89

Papua 60,06 60,84 60,44 60,62 61,39

INDONESIA 71,39 71,92 71,94 72,29 72,91

Sumber : Badan Pusat Statistik, Indeks Pembangunan Manusia, 2010-2022

82
ht
tp
s://
pa
pu
ab
ar
at
.b
ps
.g
o.
id

Anda mungkin juga menyukai