Anda di halaman 1dari 5

Closure

“Li, in-ear nya,” karena terburu-buru, Lian hanya mengambil in-ear miliknya dan

mengalungkannya di leher. Ia pergi ke ruang tunggu sebelah dimana Salsa berada.

Lian tak berpikir banyak apa yang akan Salsa berikan sebagai ‘rezeki’nya itu. Mungkin

hadiah lain? Atau investasi dari agensi Salsa? Atau mungkin yang lebih baik.

TOK TOK

“Sal?”

“Masuk!” Suara Salsa terdengar dari dalam. Lian membuka pintu dan melihat ke dalam

ruangan yang kosong dan hanya ada Salsa disana berdiri di tengah ruangan dengan

tangan yang ada di belakangnya.

“Kenapa?” Tanya Lian. Salsa mengisyaratkan untuk menutup pintu. Setelahnya muncul

asap dari hidung Salsa dan kemudian ia hembuskan lebih banyak sambil terbatuk batuk.

“Sal?!”

Dengan cepat Lian merebut apa yang ada dibelakang Salsa. Rokok Sampoerna miliknya
dan satu puntung rokok yang menyala masih terlihat baru dibakar. “Lo ngapain sih?

Keluarin!”

“Uhuk uhuk, pait anjir.”

“Ya emang pait lo gila sih, minum buruan.” Salsa menerima botol air yang sudah dibuka

oleh Lian dan menghabiskan hampir setengah botol. Kemudian Salsa tertawa kecil

mengundang kerutan dari kepala Lian. Cewek gila. Pikirnya.

“Malah ketawa. Lo ngapain malah mainan gini sih.”


“Nyobain jadi lo.”

“Bodoh!” Lian memasukkan rokok tersebut kedalam saku dan membuang puntung

rokok yang masih menyala tadi.

“Awas ya lo ketauan gini lagi,” tegur Lian.

“Satu doang, siniin.”

“Ga.”

“Siniin kan punya gue.”

“Engga dih.”

“Punya gue, Lian.”

“Gaboleh Salsa.”

“Kalau gitu lo juga jangan ngerokok,” Lian menoleh dan menyadari bahwa ini hanyalah

jebakan Salsa untuk membuatnya berhenti merokok. Lian menggelengkan kepalanya tak

menyangka sambil terkekeh kecil.

“Ini bantu gua ngelepas stress, gabisa berhenti gitu aja, prosesnya lama,” katanya sambil

menunjukkan kembali satu puntung rokok tadi kedepan Salsa.

Kemudian tangan Salsa mengambilnya dan mematahkan rokok tersebut menjadi dua.

“Or gausah pake ini lagi.”

“Terus?”

Salsa hanya melempar senyum jahilnya ke arah Lian tak berniat menjawabnya dengan

kata-kata karena yang ia tawarkan sudah di depan mata.


“Kan belom dimaafin?”

“Hih, dikasih isyarat tidak mau mengerti!” Katanya menirukan nada Dian Sastro.

“Iya ngerti, Sal. Tapi…”

“Ah banyak tapinya, tinggal peluk doang, susah sama cowok champagne problems, dah

gausah aja.”

“Iya iya iya, sini.”

“5 menit lagi Salsa first stage, Salsa mana ya?” tanya staff acara masuk ke banyak ruang

tunggu mencari Salsa. “Di ruangannya sama managernya kalau gasalah.”

Dengan cepat staff acara berlari menuju ruangan Salsa. Saat akan membukanya, pintu

sudah dibuka secara langsung oleh yang di dalam, Lian.

Staff tersebut melotot. “Kalian…ngapain?”

“Apasih pak pertanyaannya kayak kita ngapa ngapain aja, kita lagi briefing buat collab

stage,” jawab Salsa yang hanya membuat Lian mengulum senyum. Wajah merah di

keduanya tak menolong sandiwara Salsa.

“Duluan ya,” kata Lian bersamaan dengan Salsa melambaikan tangannya. Matanya

kembali terarah kepada staff tadi, “Apasih? Otak bapak jangan mesum, orang cuma

pelukan. Mana mic ku yok ke stage.”

Staff tersebut speechless.

***
Lagu kedua telah selesai dinyanyikan oleh Lian. Saatnya menunjukkan perfomance

kolaborasinya dengan Salsa. Tapi sebelum itu Lian ingin mengklarifikasi tentang apa

yang sudah menggemparkan dunia burung biru beberapa waktu yang lalu.

“Ohiya udah beberapa kali ya gua mention kalau bakal ada collab stage hari ini yakan.

Tebak sama siapa?”

“Sama pacarnya!” Teriak salah satu penonton yang mengundang tawa. “Siapa pacar gua?

Gua gapunya pacar.”

“Salsa!!!” Teriak semuanya yang lalu Nathan. dan bandnya tertawa terbahak bahak.

“Heh, bukan anjir!” Lian pun malu karena memang pembelaan apalagi yang harus dia

katakan, memang yang dimaksud adalah Salsa kan?

“Itutuh kemarin Nathan tau gua bakal collab sama Salsa, dia kasih saran buat bangun

chemistry dengan ngobrol duluan sama dia, makannya gua ngetweet gitu, tapi niat gua

bukan ngetweet di akun pertama!” Lantas semua pengunjung tertawa karena cerita

kecerobohan Lian. Beralih ke sorakan ‘cie’ yang panjang sampai Lian baru menyadari

bahwa Salsa sudah masuk panggung.

“Astaga kalian ini, kasian Salsa nanti risih,” kata Lian menyuruh pengunjung untuk

diam.

“Selamat malam Salsa,” sapa Lian.

“Malam Lian.”

Sorakan itu terdengar lagi membuat wajah keduanya merah padam. Karena tak ingin

mengulur waktu, Lian langsung saja ke script selanjutnya. “Sal, hari ini kita mau perform

apasih?”
“Ohiya jadi kita ada special stage nih gais, lagu yang semoga kalian tau semua ya. Lagu

inituh menceritakan tentang sebuah hubungan yang kadang di atas kadang di bawah…”

Salsa terus melanjutkan mentnya sebelum lagu dimulai sementara Lian pergi mengambil

gitar akustiknya.

Gitar yang ia beli sendiri dengan uang sendiri. Ia bangga memainkannya di depan orang,

apalagi sekarang ia akan mengiringi dia dan Salsa bernyanyi bersama.

“This is for all of you, Rock Bottom.”

Seperti yang diharapkan, perfomance mereka berjalan dengan baik, harmonisasi suara

mereka yang indah dan petikan gitar Lian yang handal. Semua orang terbawa suasana

atas chemistry yang mereka keluarkan walaupun dengan jarak yang jauh berdiri di stand

mic masing-masing.

Nathan dan yang lain bernisiatif untuk mengiringi mereka juga pelan-pelan hingga

perfomance ini bukan lagi sebuah cover akustik.

“Oh we’re on the right side of rock bottom, and i hope that we keep falling~”

Semua pengunjung merinding akan penampilan mereka. Sungguh penampilan yang


spektakuler dari dua sejoli yang bersemi kembali.

song // rock bottom by Hailee Steinfeld, DNCE

Anda mungkin juga menyukai