Anda di halaman 1dari 5

Kolaborasi

Setelah apa yang ia dengar dari Aro, Salsa beberapa kali melirik sana sini menantikan

kehadiran Lian. Ingin tahu bagaimana keadaan pria itu secara jelas.

Hari ini Salsa akan meruntuhkan tembok gengsinya. Ia akan mempertanyakan keadaan

Lian.

Kepada manajernya. Tidak mungkin ia bertanya langsung kepada Lian.

“Silahkan mba Salsa boleh masuk ke ruangan,” kata seorang staff yang Salsa percaya
bernama Livia.

“Eum mba, kalau Kaliandra Aditya bareng juga kah rapatnya?” Tanya Salsa.

“Untuk Kak Lian sudah melaksanakan rapat individu terlebih dahulu kak dengan

koorlap dan acara. Kali ini giliran kakak, untuk nanti akan saya arahkan ke ruangan

rapat besarnya agar semua divisi bisa hadir berdiskusi disana bersama,” jelas Livia

panjang lebar.

“Maaf ya mbak dipisah pisah gini, panitia kalau diskusi berisik takut ga kondusif jadi di

sesi aja,” lanjut Livia yang diangguki Salsa.

Selama berjalannya rapat, Salsa terus berasosiasi dengan luar ruangan, saat pintu dibuka

ia akan segera menoleh, atau saat ada suara orang berjalan ia akan langaung teralihkan

perhatiannya.

“Nyari siapa mbak?” Tanya koorlap.

“Engga kok, gaada, maaf ya saya ga fokus terus.”


“Okay, kalau gitu langsung ke pembicaraan intinya. Jadi disini saya divisi acara mau

minta satu perfomance lagi dari kakak dan Lian boleh ga kak?” Ditunjukkanlah sebuah

kertas rundown kepada Salsa.

“Kebetulan di rundown tuh kakak dapet waktu 20 menit masing-masing, jadi total ada

40 menit. Nah daripada menit nya kelamaan, kakak boleh lakuin apa aja disana, boleh

stand up comedy, boleh ajak ngobrol penonton dan lain-lain, nah kita saraninnya sih

kakak sama Kak Lian tuh nyanyi bareng gitu, collab.”

Rasanya ada perasaan yang menggelitik ingin membuat Salsa tertawa. Collab? Dengan
Lian?

Niat Salsa merobohkan egonya hari ini bukan untuk ia bisa berkolaborasi dengan Lian.

Nunjukin perhatian sedikit aja udah dikasih tawaran collab, kalau perhatian gede dah

diajak nikah kali, pikir Salsa.

“Kok senyum kak?”

“Eh yaallah maaf ya. Boleh kok nanti coba dibicarain lagi aja sama Lian, saya ngikut,”

kata Salsa pada akhirnya.

Memasuki ruangan Lian menyapa semua panitia yang hadir disana. Ia juga menyapa
beberapa artis lain yang juga diundang oleh kepanitiaan Get It Event dan berbincang

dengan mereka sebentar.

“Ini acara keren banget gasih, bang, bisa ngundang Salsa. Mana gue fansnya,” kata Rama

vokalis band The Madmax.

“Salsa orangnya fleksibel emang, gue denger dia mau diundang segimana panitia mau

bayar dia,” tambah rekan bandnya. Pembicaraan tentang Salsa ini mengundang senyum

lebar dari Lian.


Ia sangat bangga bila seseorang memuji Salsa. Memang gadis itu terlahir dengan banyak

orang yang memberikan cinta di sekitarnya. Salsa layak mendapatkannya.

“Lo latihan di satu studio yang sama kayak Salsa ya bang? Gimana Salsa? Cantik ga? Baik

gak?” Tanya mereka penasaran. Lian tersenyum canggung. Bagaimana bisa ia menjawab

pertanyaan tersebut bila selama latihan saja ia tak begitu berinteraksi dengannya.

“Latihannya dibedain, gua ga ketemu Salsa.”

“Yahh,” helaan kecewa terdengar membuat Lian tertawa.

Baru saja dibicarakan, Salsa datang dengan managernya bersalaman dengan seluruh

orang di dalam ruangan. Banyak yang menatapnya kagum termasuk Lian.

Saat akan bersalaman dengan band The Madmax, mereka berebut antara siapa yang

harus bersalaman paling dulu membuat seisi ruangan tertawa. “Kak, nanti boleh foto

ga?”

“Boleh kok.”

“Kak tapi aku gamau foto bareng mereka, mau foto berdua aja.”

“Haha iya boleh kok.”

Mereka bersorak kegirangan meramaikan ruangan yang tadinya hening. Saat akan

bersalaman dengan artis lain lagi, Salsa menarik tangannya kembali saat giliran Lian,

berjalan ke tempat duduk disebelahnya.

“Manager lo mana?” Tanya Salsa yang didengar anak band The Madmax sehingga

mereka memiliki spekulasi bahwa Salsa dan Lian mengenal satu sama lain.

“Di luar.”

Langsung Salsa mengirim sinyal kepada Sarah untuk menemui manajer Lian.
“Mau nyulik manager gua?” Tanya Lian bercanda.

“Apasih enggalah. Biar manager gue ngobrol sama manager lo tentang kolaborasi ini.”

Lian ber-oh ria walaupun masih dalam konteks bercanda.

“Lagu apa ya, Sal enaknya,” tanya Lian yang jelas jelas ia sedang membangun

percakapan. Salsa memberinya wajah risih “Emang lo setuju mau kolab?”

“Ya ayok aja, kolab sama artis papan dada kayak lo kenapa ga di gas? Kan bisa pansos

nih gua,” Salsa benci sekali. Benci saat Lian bercanda. Benci saat candaan itu
membuatnya ingin tertawa. Apalagi saat menyebutnya ‘artis papan dada’.

Gaboleh. Lo gaboleh seakan akan kasih dia perhatian. Peringatnya pada diri sendiri.

“Apasih.”

“Kalau lagu ‘Kelabu Riang’ mau?” Usulan Lian membuat Salsa menoleh ke arahnya

dengan wajah terkejut. Bila kalian lupa, Kelabu Riang adalah lagu ciptaan Salsa tentang

Lian. Ia tidak percaya bahwa Lian akan mengetahui tentang lagu itu.

“Bercanda, gausah kaget gitu kali.”

“Gausah aneh-aneh deh lo.”

“Iyaa iya. Lagu apa dong.”

Salsa berpikir sebentar sebelum akhirnya mengirimkan sebuah link lagu kepada Lian.

“Check dm lo.”

“Beneran mau lagu ini?”

“Iya, lo bisa main gitar kan? Akustikan aja…”


Lian hanya memperhatikan Salsa menjelaskan konsep perfomance mereka nanti dengan

tatapan kagum. Sedikit deja vu saat SMA dan Kuliah dulu bagaimana Salsa akan selalu

senantiasa menjelaskan materi yang Lian tidak mengerti.

Salsa pintar, Salsa cantik, Salsa baik hati. Salsa terlalu sempurna untuk dirinya yang

serba kurang. Itulah mengapa Lian pikir Salsa cocok dengan kawannya, Aro yang sangat

bertalenta dan seorang bintang kampus.

Putus dengan Salsa bukanlah kemauan Lian. Tapi Lian pikir itulah hal yang terbaik,

dirinya bukanlah untuk Salsa. Seseorang seperti Arolah yang tepat untuk Salsa. Yang
sederajat.

Fokus akademi militer? What a bullshit. Sejak kapan Lian memiliki minat menjadi abdi

negara? Tapi hanya alasan itulah yang meyakinkan Salsa agar mengakhiri hubungan

dengannya.

Apakah sekarang saat Lian menjadi artis ia merasa pantas untuk Salsa? Dengan

hadirnya pria sempura seperti Aro? Jelas tidak.

Jadi dapat kalian simpulkan bahwa semua ini berawal dari insekuritas dalam hubungan

Lian dan Salsa. Lian merasa tidak pantas untuk bersandingan dengan Salsa.

Anda mungkin juga menyukai