Anda di halaman 1dari 18

COMPLICATED LOVE

Karya : Anovy Fitria Setyani ( XI.A.6/05)

Malam ini terasa begitu dingin. Gadis dengan gaun merah semerah darah itu
melepaskan pandangannya ke seluruh ruangan. Ia tampak heran karena semua orang di
ruangan ini sangat menikmati pesta dansa tanpa seorang pun yang peduli terhadap
perasaannya. Gaun merah yang ia kenakan sama sekali tidak menggambarkan warna
hatinya yang masih hitam dan berkabut. Saat semua orang telah turun ke lantai dansa
dan menari mengikuti irama yang ada, tersisalah dia seorang diri di pojok ruangan tanpa
ada satu orang pun yang menemani. Gadis itu bernama Rani.

Tanpa ia sadari, ada seorang laki-laki berbaju putih duduk di sampingnya sambil
memperhatikan setiap gerak-geriknya. Laki-laki itu menatapnya dengan tatapan sayu.
Rani merasa risih dengan tatapan laki-laki aneh dan tak ia kenal yang duduk di
sampingnya itu. Akhirnya, Rani memutuskan untuk segera pergi. Tapi, laki-laki
tersebut menahannya.

Mau pergi kemana? tanya laki-laki itu masih dengan tatapan sayu yang
dimilikinya.

Aku ingin segera pulang, kata Rani.

Maukah kau berdansa denganku sebelum kau memutuskan untuk pergi? Aku
suntuk sekali di sini. Semua orang telah turun ke lantai dansa. Hanya kita berdua saja
yang belum, ajak laki-laki itu sambil mengulurkan tangannya.

Rani tampak memandang sekeliling lalu berpikir sejenak. Awalnya ia berpikir


ini tidak benar! Laki-laki ini sama sekali tak mengenal dia. Tapi, dengan mudahnya
laki-laki itu mengajaknya berdansa. Namun, karena hatinya butuh kehangatan, akhirnya
ia menerima ajakan laki-laki tersebut.

Tampaknya kau benar, hanya kita saja yang belum turun ke lantai dansa, kata
Rani sambil menerima uluran tangan sang laki-laki.

Mereka turun ke lantai dansa. Menari sambil mengikuti irama yang ada. Laki-
laki itu mendekap gadis yang berada di depannya dengan sangat lembut seolah-olah tak
ingin melepaskan untuk waktu yang lama. Rani pun sangat menikmati dansanya. Bau
parfum laki-laki itu membuatnya semakin nyaman. Tak terasa, malam semakin larut
dan Rani memutuskan untuk segera pulang.

Maaf, aku harus segera pulang, kata Rani tergegas. Terimakasih kau sudah
meluangkan waktumu untuk berdansa denganku. Hati-hati di jalan ya, kata laki-laki itu.

Rani mempercepat langkahnya, namun suara laki-laki itu menghentikannya.


Rani pun berhenti dan melihat ke arah laki-laki itu. Hei, Gadis Merah! Aku

1
menyukaimu! Setelah mendengar ucapan laki-laki itu, Rani berbalik kemudian
bergegas pergi. Disaat yang bersamaan, datang seorang gadis bergaun hitam.
Rambutnya ikal sepunggung kemudian melingkarkan tangannya pada laki-laki itu.

Lama menunggu ya, sayang?

Matahari telah meninggi. Sinarnya telah menerobos masuk melalui jendela


kamar Rani. Namun, ia masih tertidur lelap karena memang hari ini dia libur bekerja.
Saat masih menikmati mimpi indahnya, ia dikejutkan dengan suara telepon. Ia berharap
itu telepon dari seseorang yang ia cintai dan ia tunggu selama ini. Tapi ternyata,

Lisa calling. Ah, sial!

Ada apa, Lis? Kau mengganggu tidurku. Aku ingin bangun siang, tapi kau
membangunkanku sepagi ini. Sudah dulu ya, aku masih ngantuk, kata Rani mengakhiri
percakapan di teleponnya.

Eeeits, jangan di tutup dulu teleponnya, Ran. Aku punya kabar penting buat
kamu. Romi lagi jalan sama cewek lain. Sekarang, mereka di cafe yang sama kayak
aku, kata Lisa.

Kamu jangan terlalu berpikiran negatif, Lis. Siapa tau dia saudaranya yang
datang dari jauh, kata Rani berusaha tenang. Walaupun pikiran dan hatinya sangat
kacau.

Rani sayang, aku tau perbedaan orang pacaran sama bersaudara. Pegang-
pegangan tangan itu namanya saudara? Aku cuma ingin kamu berpikir lagi tentang
hubunganmu dengan Romi, Ran. Aku tidak mau sahabat yang aku sayangi termakan
oleh rayuan buaya macam Romi. Aku harap kamu baik-baik saja, Ran, kata Lisa
menenangkan sahabatnya itu.

Ok. Makasih, Lis atas berita dan nasihatnya, kata Rani sambil menutup
teleponnya. Memang benar, sudah dua hari ini Romi tidak pernah memberi kabar
kepadanya. Jangankan menelepon, mengirim pesan singkat pun tidak. Ia tak tahu lagi
harus berbuat apa. Rani berjalan ke balkon kamarnya, mengambil gitar merah miliknya.
Di sana, ia menyanyikan sebuah lagu yang sangat mewakili perasaannya.

Jika memang diriku bukanlah menjadi pilihan hatimu. Mungkin sudah


takdirnya kau dan aku takkan mesti bersatu. Harus selalu kau tahu, kumencintamu di
sepanjang waktuku. Harus selalu kau tahu semua abadi untuk selamanya

Tak terasa air matanya jatuh membasahi pipinya. Cinta mengapa kau hanya
manis di awal saja? kata Rani sambil menatap kosong ke langit pagi berharap Tuhan
mengirimkan malaikat untuk mendekapnya, mendekap hatinya.

Rani memutuskan untuk melupakan semua yang terjadi pagi ini. Sebenarnya, ia
ingin membuktikan laporan-laporan Lisa dengan matanya sendiri. Tapi, iya percaya

2
pada sahabatnya itu bahwa Lisa tidak mungkin ingin menghancurkan hidupnya. Ia
mempercayai sahabatnya itu lebih dari mempercayai siapapun juga.

Hari ini, Rani berencana untuk pergi ke sebuah restoran untuk makan sepuas
hatinya. Rani memang memiliki masalah. Selain ia memiliki masalah dengan pacarnya,
ia juga memiliki masalah tak pernah kehilangan nafsu makannya dalam keadaan kalut
sekalipun. Ia berencana memesan banyak makanan hari ini.

Eh, kamu Rani ya? kata seorang gadis yang berada di depannya. Iya, kamu
siapa ya? tanya Rani kebingungan.

Kamu sudah lupa Ran sama aku? Aku Nadya, kita kan sudah sahabatan dari
kecil, kata gadis itu.

Nadya? Ya ampun, cantik banget kamu sekarang. Nggak nyangka kita ketemu
di sini ya? kata Rani sambil memeluk sahabatnya itu. Memang benar bahwa sejak
kecil Rani bersahabat dengan Nadya. Tapi, sejak papanya Nadya dipindahkan tugas di
luar pulau, akhirnya Rani dan Nadya harus berpisah untuk waktu yang lama.

Kamuk kok sendirian aja, Ran. Cowok kamu mana? kata Nadya penasaran.

Cowok aku lagi sibuk. Nggak tahu deh sibuk apa, kata Rani sambil tertawa
walaupun dalam hatinya ia merasa teriris. Dia pergi ke restoran ini dengan tujuan
melupakan Romi walaupun masih berstatus sebagai pacarnya. Tapi, ternyata ia gagal
karena Nadya menanyakan tentang pacarnya.

Kamu sudah pesan, Nad? Kamu sekarang tinggal dimana? Kok bisa sampai
sini? kata Rani menanyakan hal-hal kecil hanya untuk sekedar berbasa-basi.

Sudah kok, Ran. Sekarang papa aku dipindah tugas ke Jakarta. Ya aku bisa
sampai sini. Untung ya papa aku dipindahin ke sini, jadi aku bisa ketemu kamu, kata
Nadya sambil mencubit pipi cabi milik Rani.

Sudah berapa tahun sih kita nggak ketemu? tanya Rani sambil menghitung
dengan jari-jari lentiknya. Waaah. Hampir sepuluh tahun ya kita nggak ketemu. Eh,
sekarang ketemu malah sudah jadi tua-tua begini, kata Rani sambil tertawa.

Hahaha. Kamu bisa aja, Ran. Walaupun tua kamu masih cantik kok, kata
Nadya sambil tertawa. Persahabatan yang tak lengkang oleh jawak dan waktu.
Walaupun sudah lama tak pernah bertemu, mereka masih akrab dan tak melupakan satu
sama lain.

Ran, aku pergi dulu ya. Papa aku telepon katanya ada urusan mendadak.
Kapan-kapan main ke rumah aku ya. Ajak pacarmu sekalian, kata Nadya sambil
berlalu. Ah, pacar lagi pacar lagi. Rani menggerutu dalam hati. Tak tahukah sahabatnya
itu bahwa ia sedang menghadapi masalah besar?

3
Ok, Nad. Hati-hati di jalan ya. Salam buat papamu, kata Rani sambil
melambaikan tangan ke arah Nadya.

Setelah Nadya pulang, Rani juga memutuskan untuk pulang dan istirahat dari
segala masalah yang ia hadapi. Ia ingin menenangkan diri di rumahnya yang sepi dan
nyaman. Saat dia baru saja membaringkan diri di atas kasur, Lisa meneleponnya.

Halo, Lis. Ada apa? tanya Rani pada Lisa dengan nada sedikit kesal karena
sahabatnya itu mengganggu waktu istirahatnya.

Halo, Ran. Besok kamu nggak ada acara kan? Pokoknya kamu harus ikut aku.
Ada reunian SMP. Pokoknya kamu harus ikut dan kamu nggak boleh nolak, kata Lisa
dengan sedikit memaksa.

Oke oke, aku ikut. Tapi, itu kan acara reuni sekolahmu. Apa nggak salah kalau
kamu ngajak aku? kata Rani yang sebenarnya malas ke acara semacam itu. Namun, iya
tidak bisa menolak permintaan sahabatnya itu.

Pokonya nggak ada yang salah selama aku sama kamu. Sudah dulu ya, Ran,
kata Lisa menutup teleponnya. Lisa memang selalu mengajak Rani kemanapun ia pergi.
Lisa selalu ingin Rani berada di sampingnya. Menjadi sahabat terbaik yang pernah ia
punya.

Keesokan harinya, Rani sedang sibuk mematut dirinya di depan cermin. Dengan
kaos merah, celana jeans hitam, iya terlihat sangat cantik. Rani mengisir rambutnya
yang hitam lurus kemudian memakai bando sebagai pemanis rambutnya. Tak lupa
bandonya juga berwarna merah. Saat Rani berjalan mengambil tasnya, terdengar
klakson mobil di depan.

Itu pasti Lisa, gumam Rani pada dirinya sendiri. Ia bergegas turun lalu
membuka pintu. Namun, dugaannya salah.

Ran, aku mau ngomong sama kamu, kata laki-laki di depannya. Rani
menggerutu dalam hati. Ternyata bukan Lisa yang datang menjemputnya tapi malah
Romi yang justru datang dan membuatnya teringat dengan masalahnya.

Mau apa lagi kamu datang kesini? Lebih baik kamu pergi dari sini sebelum aku
teriak dan semua tetangga datang ke rumahku untuk menangkapmu! kata Rani dengan
nada tinggi. Dia sudah tersulut emosi sejak melihat Romi berada di depannya.

Oke, oke aku pergi. Tapi, tolong jangan cuek sama aku. Aku sayang kamu,
Ran, kata Romi merayu Rani. Romi bergegas pergi. Sedangkan Rani terpekur di balik
pintu. Menangis. Dia ingat semua laporan Lisa yang diberikan kepadanya.

Tak lama kemudian, datang Lisa menjemputnya untuk pergi ke acara reunian
SMP-nya. Kamu kenapa, Ran? Kok nangis? tanya Lisa dengan cemas. Kalau kamu
sakit, kamu istirahat di rumah aja nggak perlu ikut aku, kata Lisa.

4
Nggak kok, Lis. Aku nggak papa. Yuk berangkat! Nanti kamu telat, kata Rani
pada sahabatnya. Hari ini, aku ingin melepas penat sama sahabat yang paling aku
cintai, sambung Rani sambil menjitak kepala sahabatnya itu.

Mereka pun bergegas masuk ke dalam mobil. Lisa memacu mobilnya dengan
cepat. Ia memilih jalan pintas agar cepat sampai ke tempat tujuan. Sekitar setengah jam
mereka berkendara, akhirnya mereka sampai ke tempat tujuan. Mereka tiba di salah satu
restoran ibukota.

Hai, Lisaaaa, teriak salah seorang pengunjung sambil melambaikan tangan


pada Lisa. Lisa menyelidik siapa perempuan yang meneriakkan namanya sambil
melambaikan tangan. Setelah ia tahu siapa orang itu, ia pun berteriak.

Mandaaaaaa!!! Udah lama nggak ketemu ya. Kamu cantik banget, teriak Lisa
sambil memeluk sahabat lamanya itu. Yang lain mana? tanya Lisa.

Biasalah gank kita kan anaknya pada malesan apalagi anak tengil yang satu itu,
kata Manda pada Lisa. Eh, siapa ini? tanya Manda sambil menunjuk Rani. Rani yang
sedari tadi melamun terkejut dengan perkataan Manda. Ia menjadi orang yang sangat
asing di sini.

Oh, iya. Kenalin ini sahabat dan partner kerjaku. Namanya Rani, kata Lisa
mengenalkan Rani pada Manda. Rani kemudian mengenalkan dirinya sendiri ke Manda.
Tak berselang lama, terlihat segerombolan anak gaul yang datang dari arah pintu
restoran.

Itu mereka! kata Manda ada Lisa sambil menunjuk gerombolan anak tersebut.
Wah, Manuel keren banget ya, kata Manda melongo melihat teman SMP-nya itu.
Manda menyukai Manuel sejak SMP.

Waaah, secret admirer nih, kata Lisa sambil menyenggol tangan Manda. Saat
Lisa dan Manda sibuk terkagum-kagum dengan teman-teman SMP-nya. Rani sibuk
dengan dirinya sendiri. Ia sibuk dengan handphone-nya. Tak terasa, semua teman Lisa
sudah berkumpul. Lalu Rani mengenalkan dirinya. Ada satu orang yang menarik
perhatiannya. Rani merasa tidak asing dengan laki-laki itu. Bau parfumnya juga tak
asing di rongga hidung Rani.

Rani masih sibuk mengingat-ingat siapa laki-laki itu. Namun, lamunannya


hilang ketika Lisa berbicara padanya. Ran, yuk jalan-jalan, ajak Lisa.

Eh, iya. Ayo! kata Rani sambil tergagap. Lalu, Lisa berlalu dari hadapannya.
Saat dia beranjak dari tempat duduknya, laki-laki itu memegang tangannya.

Hai, Gadis Merah! sapa laki-laki itu.

Pantas saja aku merasa tak asing denganmu. Ternyata kau adalah laki-laki yang
ku temui di pesta dansa itu, kata Rani sambil tersenyum.

5
Namaku Raka, kata Raka sambil mengulurkan tangannya pada Rani. Rani
menerima uluran tangan Raka. Lalu mereka beranjak pergi. Tak mereka sadari ternyata
ada seseorang yang memperhatikan mereka.

Rani bersama gank-nya Lisa pergi ke tempat-tempat yang sering dikunjungi


Lisa dan teman-temannya. Rani merasa sangat senang bisa menjadi bagian dari mereka.
Ternyata mereka orangnya asik. Tidak seperti pikiran Rani yang khawatir kalau teman-
teman Lisa akan angkuh padanya.

Kok kamu nggak metik stoberi sih? tanya Raka pada Rani yang sedari tadi
hanya berputar-putar di kebun buah.

Nggak ah, aku suka warna merah. Jadi, sayang banget kan kalau stroberi-
stroberi cantik ini harus aku makan. Mereka indah banget, jawab Rani. Tapi, yang
aku heran dari kamu, bagaimana kamu bisa tahu kalau aku menyukai warna merah?
Sedangkan kamu baru bertemu denganku di tempat itu. Bahkan teman-teman yang
sudah mengenalku untuk waktu yang lama saja baru menyadari kalau aku suka warna
merah. Tapi, kamu. Oceh Rani pada Raka.

Ssssst. Cerewet banget sih kamu. Malam itu kamu pakai baju merah, berarti
kamu suka warna merah, kata Raka sambil memamerkan barisan giginya yang rapi.

Rakaaaa, jawaban kamu nggak logis tahu nggak, kata Rani sambil mencubit
lengan Raka. Rani dan Raka sudah sangat akrab hanya untuk satu kali bertemu. Di
kebun stroberi mereka bermain kejar-kejaran, petak umpet, dan lain-lain. Sejenak Rani
dapat melupakan masalah hidupnya saat bersama Raka.

Hari ini adalah hari kerja. Rani segera mempersiapkan diri untuk bekerja dan
juga mempersiapkan diri untuk mendengar ocehan Lisa. Mereka bekerja di salah satu
kantor redaksi di Jakarta.

Raniiii!!! teriak Lisa menghampiri Rani kemudian memeluk tubuhnya.

Lis, kamu bisa nggak sih nggak teriak-teriak di kantor. Malu tahu kalau
didengar orang, gerutu Rani pada sahabatnya.

Oke siap, Bos, kata Lisa sambil hormat kepada Rani seperti prajurit hormat
kepada komandannya. Eh, Ran, aku mau tanya sama kamu,

Mau tanya apa?

Kamu suka ya sama Raka? tanya Lisa hati-hati.

Ngnggak kok, Lis. Emang kenapa? kata Rani terbata karena harus menutupi
perasaannya yang mulai merasa nyaman di dekat Raka.

6
Aku cuma mau ngingetin kamu, jangan dekat-dekat dengan Raka. Pacarnya itu
anak bos kita. Kamu mau kita kehilangan pekerjaan Cuma gara-gara kamu jatuh cinta
sama si konyol Raka itu?

Ya nggaklah, Lis. Aku tahu kok. Mana mungkin aku menjadi perusak
hubungan orang, kata Rani meyakinkan sahabatnya. Meskipun sebenarnya dia tak
yakin dengan perkataannya itu. Lisa percaya pada sahabatnya karena Lisa sudah
mengenal Rani untuk waktu yang lama.

Hari-hari berlalu seperti biasa. Berangkat kerja, pulang kerja, pergi ke caf, tidur.
Siklus kehidupan yang sangat membosankan bagi Rani. Sampai suatu ketika ia
mendapat telepon dari Lisa yang mengajaknya untuk menikmati cuti di villa milik
Manuel.

Gimana, Ran? Kamu mau ikut? Seru loh. Daripada kamu sendirian di sini,

Iya, aku ikut. Kamu pergi jalan-jalan masak aku harus jaga rumah kayak
satpam sih,

Oke. Nanti aku jemput kamu jam 9 ya, kata Lisa kemudian menutup
teleponnya. Rani segera bersiap. Membawa semua perlengkapan yang ia butuhkan
karena mereka akan menginap di villa Manuel selama 2 hari.

Lis, kita di sana sama siapa aja?

Ya sama anak-anak kemarin lah,

Rani berpikir sejenak. Kalau sama gank-nya Lisa yang kemarin, berarti Raka
ada di sana, kata Rani dalam hati.

Sudah sampai, kata Lisa mengagetkan Rani dari pikirannya. Mereka langsung
menurunkan barang bawaan dan menuju ke villa. Di sana, semua orang sudah
berkumpul. Saat Rani menuju kamar, ada seseorang yang mengikutinya.

Hai, Gadis Merah, sapa orang itu.

Kenapa kamu suka memanggilku Gadis Merah padahal kau sudah mengenalku
dan tahu namaku, gerutu Rani.

Karena aku suka dengan panggilan itu, jawab Raka singkat dengan wajah
polos. Yuk, keluar. Yang lain lagi bikin api unggun,

Mereka menghabiskan malam ini dengan duduk mengelilingi api unggun. Saat
itu, Raka menggenggam tangan Rani lalu memasukkannya ke dalam saku jaketnya.
Awalnya, Rani menolak. Tapi, iya segera dikalahkan oleh tatapan sayu milik Raka. Ah,
laki-laki itu selalu membuatnya kalah.

Dua hari berlalu dengan cepat. Hari ini mereka akan kembali ke Jakarta untuk
masuk kerja. Saat Rani memberesi barang-barangnya, Manda menghampirinya.

7
Hai, sapa Manda. Rani terkejut karena tidak menyadari ternyata ada orang lain
di dalam kamar.

Eh, Man. Sejak kapan kamu di sini?

Barusan kok. Aku mau bilang sesuatu sama kamu. Raka mencintaimu. Tolong
jangan pernah kecewakan dia. Aku sangat mengenal Raka. Karena dulu aku dan dia
pernah menjalin sebuah hubungan. Sebenarnya itu tidak diperbolehkan dalam
persahabatan kita. Tapi, aku terlalu merasa nyaman dengan dia, kata Manda terus
terang pada Rani.

Raka? Suka sama aku? kata Rani setengah tidak percaya. Dari mana kamu
tahu hal itu?

Tatapan Raka padamu itu sudah jelas, Ran. Dia sangat ingin memilikimu untuk
waktu yang lama. Dia tidak ingin melepaskanmu,

Tapi, Raka sudah punya pacar. Mana mungkin aku menjadi perusak hubungan
orang? kata Rani dengan suara parau.

Rani, dengar aku. Raka tidak pernah mencintai Fika. Dia berpacaran dengan
Fika hanya karena wasiat dari kakaknya. Dia hanya mencintai kamu, Ran. Kalau dia
tidak menjadi milikmu sekarang, itu artinya ia mempersiapkanmu untuk masa
depannya, jelas Manda pada Rani. Rani semakin bingung dengan pernyataan Manda
padanya. Ia terngiang dengan kalimat, ..mempersiapkanmu untuk masa depannya.
Apa arti dari semua ini?

Rani selalu teringat kata-kata Manda meskipun kejadian itu telah lama berlalu.
Sekarang, Rani sedang berada di sebuah coffee shop. Di sana ia tampak termenung
memikirkan semua yang terjadi akhir-akhir ini. Statusnya dengan Romi yang masih
belum jelas, tentang Raka dan perasaanya, dan juga tentang statusnya yang sebentar
lagi menjadi perusak hubungan orang. Sebenarnya, dalam lubuk hati yang paling dalam
Rani sama sekali tak ingin menjadi orang ketiga.

Saat Rani masih sibuk dengan pikirannya, dari arah pintu datang seorang laki-
laki dan perempuan bergandengan tangan yang tak asing bagi Rani. Dari kejauhan ia
tampak meneliti siapa orang itu.

Ha? Nadya? Romi? Sedang apa mereka? gumam Rani setengah terbelalak
melihat adegan di depannya. Pacar dan sahabat lamanya itu bergandengan tangan
dengan mesra dan seperti tak menganggapnya di sini. Sampai suatu ketika Nadya
menyapanya.

Hai, Ran. Kok sendirian aja?

Hai, Nad. Iya sendirian. Pacarku dibawa sama sahabat lamaku sendiri, jawab
Rani ketus.

8
Ya Tuhan, siapa dia? Tega-teganya dia berbuat seperti itu sama sahabatnya
sendiri, kata Nadya dengan wajah polos.

Orang itu kamu, Nad! ucap Rani sambil menunjukkan jarinya ke depan mata
Nadya. Romi adalah pacarku. Tapi, kamu malah jalan sama dia. Sahabat macam apa
kamu ini?

Apa? Romi pacarmu? Ran, Ran ini nggak seperti yang kamu pikir. Romi bilang
ke aku kalau dia bukan siapa-siapamu lagi. Plis, Ran dengerin penjelasan aku dulu,
kata Nadya yang terkejut ternyata ia hanya dijadikan selingkuhan oleh Romi. Yang
lebih parahnya lagi, ia menjadi orang ketiga dari hubungan sahabat lamanya sendiri.

Apa-apaan ini, Rom? umpat Nadya.

Maaf, Nad. Aku sangat mencintai kamu. Tapi, sebenarnya aku belum putus
dari Rani. Aku minta maaf, kata Romi dengan suara memelas.

Cukup! Aku nggak mau dengar pertengkaran kalian. Sudah cukup aku saja
yang terluka di sini. Rom, sekarang aku tahu bagaimana hubungan kita sekarang, tegas
Rani.

Ran, tolong dengerin aku dulu, pinta Nadya.

Aku sudah mengikhlaskan Romi buat kamu kok, Nad. Jadi, nggak ada lagi
yang perlu dijelasin. Semoga kalian bahagia. Aku permisi, kata Rani sambil berlalu.
Rani berusaha menahan air matanya agar tidak tumpah di depan Romi dan Nadya. Ia
tak ingin buaya itu mengira bahwa dirinya masih mencintai dan membutuhkannya. Hati
Rani semakin tercabik dengan keadaan ini. Saat dia kalut dalam masalahnya, tiba-tiba
teleponnya berdering.

Halo, Gadis Merah, sapa suara dari seberang.

Iya, halo Ka, terdengar suara Rani yang parau menahan tangis.

Kamu kenapa? Nangis ya? tanya Raka khawatir karena gadis yang dicintainya
menangis.

Aku nggak papa kok. Kamu ada apa telepon aku? kata Rani berusaha tegar.

Jalan, yuk! Di rumah sepi banget. Aku jemput sekarang ya, kata Raka dengan
cepat tanpa meminta jawaban dari Rani. Mau tak mau, Rani harus menerima ajakan
Raka.

Sejurus kemudian, Raka langsung memacu CR-Znya menuju ke tempat Rani. Ia


sangat senang bisa keluar bersama Rani. Sudah tak terpikirkan lagi bahwa ia masih
memiliki Fika.

9
Kita mau kemana, Ka? tanya Rani penasaran. Raka masih merahasiakan
kemana mereka akan pergi. Raka terus memacu mobilnya tanpa menjawab ocehan Rani
sedikitpun. Rani semakin kesal dengan tingkah Raka.

Taraaaa. Kebun stroberi! Kamu suka warna merah, kan? Makanya aku ajak
kamu kesini. Kamu juga sepertinya lagi banyak pikiran. Jadi, kamu bisa menenangkan
pikiranmu di sini untuk sementara waktu, jawab Raka.

Kamu pengertian banget sih, Ka. Aku emang lagi sumpek banget. Nggak di
kantor, nggak di rumah, bikin bete semua, kata Rani sambil memasang muka cemberut.

Jangan cemberut gitu dong. Nanti cantiknya hilang lho. Terus mukanya kayak
nenek sihir, ejek raka. Kemudian Rani mengejarnya. Seperti saat mereka bertemu di
acara reuni mereka bermain kejar-kejaran seperti ini.

Rani sayang, cukup ya kejar-kejarannya. Aku capek, kata Raka ingin segera
mengakhiri permainan mereka. Rani akhirnya mengakhiri kejaran ini. Ia terkejut karena
Raka memanggilnya sayang.

Ran, tujuanku ngajak kamu ke sini buka cuma mau bikin kamu tenang. Aku
mau ngungkapin perasaanku ke kamu, kata Raka dengan sangat hati-hati. Aku suka
sama kamu sejak pertama kali kita ketemu di pesta dansa dulu, Ran. Aku selalu ingin di
dekatmu dan aku merasa nyaman dengan itu. Aku nggak butuh jawaban dari kamu
karena aku yakin kamu juga merasakan hal sama kayak aku, sambung Raka dengan
mantap mengucapkan kata-katanya.

Tapi, Ka kamu masih punya Fika. Mana mungkin aku. Ucapan Rani
terhenti saat Raka tiba-tiba mengecup keningnya. Rani, dengarkan aku. Aku cuma
butuh kamu. Nggak ada yang lain, tukas Raka. Kemudian membawa gadis yang
berada di depannya itu ke dalam pelukannya.

Mereka sangat menikmati berada di posisi ini. Tanpa mereka sadari, ayah Fika
juga berada di kebun stroberi itu dan memperhatikan mereka sejak awal tadi. Saat
bersama Rani, Raka lupa bahwa dirinya memiliki Fika, dan saat bersama Raka, Rani
lupa bahwa ia telah dikhianati oleh pacar dan sahabatnya. Pelukan ini begitu
menenangkan, gumam Rani dalam hati. Saat Raka dan Rani menikmati kebersamaan
mereka, handphone Raka tiba-tiba berdering.

Sayang, kamu dimana? kata suara itu. Dari tadi malam aku telepon kok
nggak bisa? Aku kangen banget sama kamu, sambung suara itu lagi.

Aku lagi sibuk banget, Fik. Sudah dulu ya, jawab Raka ketus dan langsung
menutup teleponnya. Rani termenung. Itu Fika. Rasa bersalah mulai menggelayut di
hati Rani. Tapi apa boleh buat, rasa cintanya terlalu besar untuk Raka. Ia berusaha
mengesampingkan perasaan bersalahnya.

10
Keesokan harinya, Rani masuk kerja dengan hati yang berbunga-bunga. Dia
sudah tak peduli lagi jika harus menjadi perusak hubungan orang. Toh, dia dan Raka
saling mencintai.

Keliahatannya ada yang lagi seneng banget, nih! kata Lisa pada sahabatnya.
Rani hanya membalasnya dengan sebuah senyuman tersungging di bibirnya. Hari ini ia
terlihat berbeda. Ya, ia berbeda karena Raka.

Saat Rani sedang gembira dengan perasaannya, lain halnya dengan Raka yang
harus menghadapi situasi sulit. Hari ini, ia diminta menemui ayah Fika yang tidak lain
adalah bosnya Rani.

Raka, saya sudah tahu semuanya tentang kamu dan Rani. Saya akan
memberimu dua pilihan. Pertama, kamu memilih anak saya, Fika lalu saya tidak akan
memecat rani bahkan bisa menaikkan jabatannya. Kedua, kamu memilih Rani, tapi saya
akan memecatnya dari sini, kata Pak Suryo dengan tegas pada Raka. Raka tak tahu
harus berbuat apa. Ia mencintai Rani tapi tak ingin orang yang dicintainya itu dipecat
dari pekerjaannya. Tapi, ia juga tak bisa memilih Fika, karena memang ia tak pernah
mencintai Fika.

Saya pilih yang pertama, Pak.

Tanpa sepengetahuan Pak Suryo dan Raka, Lisa berada di depan pintu ruangan
Pak Suryo dan mendengar semua percakapan mereka. Ia langsung menghampiri Rani.

Ran, kenapa selama ini kamu bohongin aku? kata Lisa dengan suara parau.

Bohong? Bohong untuk apa, Lis? kata Rani tak mengerti apa yang dikatakan
Lisa.

Kamu pacaran kan sama Raka? Iya, kan? kata Lisa dengan nada tinggi. Rani
hanya terdiam mendengar pertanyaan Rani. Ia tak menyangka bahwa sahabatnya akan
semarah itu padanya.

Aku nggak nyangka ya, Ran kamu tega bohongin aku Cuma gara-gara Raka.
Jangan temui aku, Ran. Aku kecewa sama kamu, kata Lisa kemudian meinggalkan
Rani yang masih terpaku. Masalah apa lagi yang harus aku hadap kali ini? gumamnya
dalam hati.

Beberapa hari berlalu. Ia sama sekali tak pernah berbicara dengan Lisa. Raka
juga tak pernah meneleponnya atau sekedar mengirimkan pesan singkat padanya. Ia
merasa dunia sedang memojokkannya di sudut paling dalam tanpa ada sedikitpun
cahaya yang menerangi. Sepi. Senyap. Ia tak tahu lagi harus berbuat apa.

Pak, saya ingin mengundurkan diri. Ini surat pengunduran diri saya, kata Rani
kepada bosnya.

Kenapa, Rani? Apa kamu tak puas dengan posisimu sekarang?

11
Bukan begitu, Pak. Saya sangat puas. Saya ingin mencari pengalaman yang
lain. Sekali lagi terimakasih atas kebaikan hati Pak Suryo selama ini. Semoga
perusahaan Bapak tetap jaya. Saya permisi, tutur Rani kemudian pergi meninggalkan
kantor bosnya.

Mungkin ini akan menjadi pilihan yang sangat tepat dalam hidupnya. Dia tidak
perlu lagi canggung jika harus bertemu Lisa. Ia juga bisa melupakan Raka dengan
pekerjaan barunya. Tapi, untuk kali kedua, hatinya harus digantung lagi dalam sebuah
hubungan yang tak pasti. Rani memutuskan untuk melamar di sebuah perusahaan EO
terkemuka di Jakarta. Ia mencoba mencari pengalaman baru dalam bekerja.

Setelah beberapa bulan berlalu, ia merasa nyaman berada di sana. Dengan


suasana baru meskipun hatinya masih tertambat pada Raka. Sampai pada suatu ketika
sepasang kekasih datang ke kantornya untuk merencanakan sebuah pernikahan.

Sayang, bukankah di mantan selingkuhanmu? Aku sudah dengar semuanya


dari papa. Pantas saja sikapmu berbeda kepadaku dulu, kata wanita yang baru datang
kepada pacarnya yang tidak lain adalah Raka. Raka hanya diam tak bergeming. Rani
masih sedikit kaget dan hampir menjatuhkan air mata saat bertemu dengan Raka dan
pacarnya. Ia tak menyangka, ternyata kata-kata kepadanya itu hanya sebuah rayuan.

Silahkan, Mbak mau konsep pernikahan yang mana? kata Rani sambil
memperlihatkan catalog konsep pernikahan. Tak ia pedulikan seberapa beratnya
pekerjaan ini. Dimana ia harus menjadi EO dari pernikahan kekasihnya. Tapi, ia
berusaha untuk seprofesional mungkin.

Pokoknya aku mau pernikahan yang elegan tapi mewah. Aku mau konsepnya
warna merah. Tolong jangan di dalam gedung. Biar kesannya lebih natural, tutur Fika
menjelaskan konsep yang ia inginkan.

Seperti ini, Mbak? Ini satu-satunya konsep dengan warna merah yang kami
punya. Karena Mbak mintanya di luar ruangan, jadi saya berpikir untuk menambahkan
hiasan berupa kebn stroberi di sekelilingnya. Atau bahkan kita bisa melaksanakannya di
tengah kebun stroberi. Jadi, lebih natural dan merahnya lebih menyala, tutur Rani.

Oke. Itu ide yang bagus. Jadi, kapan kita bisa membahas acaranya?

Secepatnya akan saya kabari, Mbak.

Gimana, sayang? Kamu suka sama konsep pernikahan kita? Kok kamu diam
saja? Biasanya kamu kan yang paling cerewet. Kemarin semua EO yang kita datangi
kamu tolak mentah-mentah konsepnya, kata Fika pada calon suaminya.

Aku diam berarti aku suka, jawab Raka singkat.

Tolong segera persiapkan semuanya. Aku nggak mau ada cacat sedikitpun di
pernikahanku nanti, kata Fika dengan suara meninggi. Sayang, ayo kita pulang. Aku

12
nggak mau berlama-lama di sini, lanjut Fika yang sedari tadi menyadari bahwa Raka
selalu mencuri pandang untuk melihat Rani.

Fika dan Raka pergi meninggalkan Rani sendirian di kantornya. Rani ingin
menjerit sekeras-kerasnya. Ia tak kuat lagi. bahkan dia tak pernah bermimpi untuk
menjadi EO dari pernikahan Raka. Rasanya lebih dari sekedar sakit. Tapi, ini sangat
merobek hatinya.

Rani memutuskan untuk segera pulang dan menenangkan dirinya di rumah. Tak
berselang lama setelah ia pulang, terdengar suara mobil di depan rumahnya. Rani
bergegas turun, lalu membuka pintu. Lisa.

Ran, maafin aku. Aku nggak seharusnya marah-marah sama kamu. Aku nggak
bisa mkasain perasaanmu. Maafin aku, Ran. Aku egois, kata Lisa memeluk Rani
sambil terisak.

Sudah, Lis. Nggak papa kok. Aku yang seharunya minta maaf karena aku tidak
mendengarkan perkataanmu. Maaf aku membohongimu, tutur Rani.

Aku dengar, Raka akan menikah dengan Fika. Apa itu benar?

Iya, Lis. Mereka akan menikah dan aku yang menjadi EO dari acara mereka,
terang Rani dengan wajah masam dan suara parau menahan tangis.

Apa? Raka udah gila ya? Dia itu nyakitin kamu, malah justru kamu yang jadi
EO-nya? umpat Lisa.

Konsep pernikahan impianku juga aku berikan kepada mereka. Aku nggak
papa kok, Lis. Aku bahagia asal Raka juga bahagia, kata Rani. Walaupun ia tersenyum
tapi hatinya terselimuti awan hitam. Ia menangis sejadinya di pundak Lisa.

Rani tak boleh terlihat rapuh di depan Raka karena ia telah berusaha untuk
membuang kenangan indahnya dengan Raka. Ya harus tetap terlihat tegar apapun
rasanya dan bagaimanapun caranya. Sebagai EO, Rani harus bersikap profesional.

Halo, sapa Rani.

Iya, halo. Ada apa, Ran? jawab Fika dari seberang telepon.

Kalian punya waktu? Aku mau menjelaskan tentang acara dan pre-
weddingnya, kata Rani tercekat.

Kebetulan kita lagi fitting baju. Kamu kesini aja sekalian. Mumpung di sini ada
papa mamaku dan mamanya Raka, kata Fika.

Setelah mendapat alamatnya, Rani segera memacu Juke-nya. Setelah sampai di


sana ia bertemu dengan mantan bos-nya, Pak Surya.

13
Oh, Rani yang jadi EO pernikahan Fika dan Raka? kata Pak Surya. Rani
hanya menjawabnya dengan sebuah senyuman di bibirnya. Senyuman kecil masam
yang sulit diartikan.

Ran, sini, ajak Fika. Jadi, gimana acaranya? tanya Fika. Rani mulai
menjelaskan jalannya acara dari awal sampai akhir. Selama itu pula Rani harus
menahan segala perasaan yang hampir tumpah dari dalam dadanya. Raka juga hanya
termenung mendengar penjelasan Rani tanpa berkata sepatah kata pun. Dalam hati,
Raka ingin sekali memakai baju pengantin dan duduk di pelaminan bersama Rani. Tapi
ternyata, rencana Tuhan berbeda dengan keinginannya.

Oke, aku paham dengan konsep yang kamu jelaskan. Aku percayakan
semuanya di kamu. Tolong urus dengan baik. Karena aku tidak mau menanggung malu
jika acara pernikahanku hancur, kata Fika. Sebelum kamu pulang, ayo ikut aku!
sambung Fika sambil menggandeng tangan Rani.

Pilih salah satu gaun yang kamu suka. Ini sebagai ucapan terimakasihku karena
kamu telah memberikan konsep pernikahan yang luar biasa, kata Fika.

Kemudia Rani melihat-lihat koleksi gaun yang ada di situ. Di sana ada berbagai
model dan warna gaun yang indah. Tapi, bukan Rani namanya kalau ia tak memilih
warna merah.

Maksud kamu apa sih, Fik kayak gitu? tanya Raka.

Sudahlah, kamu diam saja. Apa kamu tak mau melihat kehadiran mantan
selingkuhanmu di acara pernikahan kita? ucap Fika.

Tanggal pernikahan Raka dan Fika telah ditentukan. Rani tak bisa lagi berpikir
jernih saat menanti hari itu tiba.

Yakin, Ran kamu nggak papa? tanya Lisa khawatir pada sahabatnya.

Diselingkuhin Romi sampai berulang kali aja, aku nggak papa, Lis. Apalagi
yang satu ini. Kan aku yang salah. Aku yang jadi perusak hubungan orang. Sebesar
apapun aku mencintai Raka, aku tidak bisa mengubah keadaan. Mungkin Raka memang
bukan jodohku, tutur Rani mencoba meyakinkan dirinya kalau semuanya tidak apa-apa.

Sehari sebelum pernikahan Raka dan Fika, Lisa datang ke rumah Fika untuk
mengambil beberapa berkas dokumen Pak Surya yang tertinggal. Karena saat itu Lisa
tidak terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Di rumah Pak Surya, ia bertemu dengan Fika.

Benar yang ini, Lis?

Iya, Fik. Terimakasih. Aku permisi, kata Lisa. Fika mengantarkannya sampai
ke depan pintu. Saat Lisa akan melangkahkan kaki, ia berbalik dan mengutarakan
sesuatu pada Fika.

14
Fik, aku tahu perasaan kamu. Aku juga awalnya sakit hati mengetahui kalau
Raka dan Rani membohongiku. Tapi, ketika aku pikir kembali bagaimana rasanya di
posisi mereka, aku tahu yang mereka rasakan. Cinta bukan kuasa manusia. Toh, kalau
cinta memilih Raka untuk jatuh cinta pada Rani atau sebaliknya itu juga bukan
kehendak mereka. Aku nggak minta kamu untuk membatalkan pernikahanmu sama
Raka. Tapi, apa kamu tega memisahkan kedua orang yang saling mencintai? Apa kamu
mau Raka menikahimu dan berusaha membahagiakanmu dengan perasaan yang hanya
pura-pura mencintaimu? Apa kamu mau mempunyai suami yang tidak melihatmu
dengan cinta? Pikirkan itu baik-baik, jelas Lisa panjang lebar.

Fika tercekat. Ia menatap Lisa yang sedang berusaha mengintimidasinya. Ia tak


boleh kalah.

Maaf, Lis. Aku sudah berjuang sejauh ini dan aku nggak akan menyerah begitu
aja, kata Fika kemudian menutup pintunya.

Fika berlari ke kamar. Menghempaskan tubuhnya di atas kasur. Yang dibilang


Lisa adalah kenyataan. Tapi, egoiskah ia ingin memiliki sesuatu yang ia inginkan meski
harus mengorbankan perasaan orang lain? Fika berusaha untuk mengabaikan perkataan
Lisa dan hanya fokus pada satu tujuan. Menikah dengan Raka.

Di hari yang sama, Rani mendapat tawaran yang besar dari bosnya. Ia ditawari
untuk menjadi EO sebuah garden party mewah di Paris.

Tapi, Pak saya harus memegang acara pernikahan Raka dan Fika besok. Jadi,
bagaimana saya bisa meninggalkannya?

Tenang saja. Serahkan itu semua pada timmu yang lain. Tapi, pilihan berada di
tanganmu,

Baik, Pak. Saya terima tawarannya, ucap Rani mantap. Daripada ia harus
menanggung luka untuk melihat orang yang disayanginya duduk di pelaminan dengan
orang lain, lebih baik ia pergi ke tempat yang jauh dan berusaha melupakan sakit
hatinya dan semuanya yang telah terjadi.

Hari ini juga, iya berangkat ke Paris. Sudah ia lepas semua beban menjadi EO
pernikahan paling mengerikan baginya. Ia berharap dengan kepergiannya ini, Raka
menjadi bisa menerima Fika menjadi istrinya.

Hati-hati di jalan ya, Ran. Aku bakal kangen sama kamu, ucap Lisa dipelukan
Rani.

Iya, Lisa sayang. Aku juga bakal kangen banget sama kamu. Eh pesawatnya
udah mau berangkat tuh, kata Rani sambil melepaskan pelukan Lisa. Kamu jaga diri
baik-baik ya, tambah Rani.

15
Pesawat yang dinaiki Rani lepas landas meninggalkan bandara begitu juga
dengan hati Rani yang lepas landas meninggalkan kenangan pahit. Ia akan tinggal di
Paris sekitar dua minggu.

Hari ini adalah hari pernikahan Raka dan Fika. Fika sudah siap dengan gaun
pernikahannya. Tapi, ia tampak gelisah tak seperti pengantin pada umumnya. Ia teringat
kata-kata Lisa. Kata-kata Lisa itu membuatnya ragu untuk menjalani pernikahannya
hari ini. Dia masih memikirkan bagaimana jika ternyata setelah menikahpun tak ada
perubahan sikap dan perasaan Raka kepadanya? Ia sangat kalut dengan pikiran ini.

Ia berpikir sejenak kemudian mengambil handphone-nya.

Halo, Ga. Kamu dimana? tanya Fika gelisah.

Halo, ada apa, Fik?

Aku akan jemput kamu sekarang, kata Fika. Kemudian Fika bergegas keluar
menuju garasi mobilnya.

Fika, kamu mau kemana? tanya Pak Suryo.

Maaf, Pa. Fika nggak bisa nikah sama Raka. Maaf udah buat Papa sama Mama
malu gara-gara Fika. Tapi Fika nggak mau mengarungi bahtera rumah tangga dalam
kebohongan, tutur Fika sambil berlinang air mata.

Fika langsung memacu mobilnya menuju ke rumah Raka. Sampai di sana, ia


memaksa Raka untuk masuk ke dalam mobilnya.

Kamu kenapa, sih? Kamu gila, ya? Kamu harusnya sekarang di rumah, nggak
kelayapan kayak gini, kata Raka pada calon istrinya.

Pokoknya kamu diam saja di situ. Pasang sabuk pengaman dan nggak usah
banyak tanya, tegas Fika.

Fika memacu mobilnya menuju rumah Rani. Ia tidak ingin menjadi orang
mengerikan yang memisahkan dua makhluk Tuhan yang saling mencintai. Sampai di
depan rumah Rani, Fika langsung memencet bel yang ada di depan. Tapi, ternyata.

Loh, Lis kok kamu di sini? Rani mana? tanya Fika yang terkejut melihat Lisa
yang keluar dari rumah Rani bukan Rani sendiri.

Harusnya aku yang tanya ngapain kamu sama Raka ke sini? Mau pamer kalau
kalian mau nikah? kata Lisa sinis.

Aku nggak bermaksud gitu, Lis. Pokoknya aku harus tahu, dimana Rani
sekarang?

Rani sekarang di Paris. Dia menjadi EO di acara garden party di sana, ucap
Lisa.

16
Tanpa pikir panjang, Lisa langsung memacu kembali mobilnya itu menuju
bandara. Kebetulan, papanya menghadiahkan bulan madu ke Paris setelah ia dan Raka
menikah.

Ka, aku tahu kamu nggak pernah mencintaiku. Kamu menjadi pacarku karena
wasiat Mas Putra kan? Kamu sudah memenuhi permintaannya. Sekarang kamu tidak
punya hutang apapun kepada Mas Putra. Maaf selama ini aku egois dengan
memaksakan perasaanmu padaku. Aku baru sadar, Ka cinta nggak bisa dipaksain.
Sekarang, kalau kamu beneran cinta sama Rani, kejar dia. Jaga dia baik-baik jangan
buat dia kecewa. Cintai dia dengan hati kamu, tutur Fika sambil menahan air mata.

Tapi, Fik bagaimana dengan orang tua kita? Bagaimana dengan kamu? tanya
Raka khawatir.

Kamu tenang saja. Semua itu biar aku yang urus, kata Fika dengan
menyunggingkan sebuah senyum. Kemudia Raka pergi menuju ke tempat
pemberangkatan.

Semoga kamu bahagia, Ka.

Setelah sampai di Paris, Raka segera mencari taksi dan meminta agar diantarkan
ke Menara Eiffel. Raka sudah tidak sabar untuk bertmeu dengan pujaan hatinya. Dari
kejauhan ia melihat sosok tinggi, putih, langsing berbalut gaun berwarna merah maroon.
Ia yakin itu adalah Rani. Lalu ia meminta sopir untuk menghentikan taksinya.

Sebelum ia menghampiri Rani yang sedang sibuk menikmati malam bersama


teman-teman bulenya, ia berganti pakaian dengan pakaian bak seorang pangeran
berwarna putih bertopeng. Ia membeli sebucket bunga mawar lalu meletakkan cincin di
dalamnya. Pangeran putih itu menghampiri Rani.

Apa ini? Dan siapa kamu? tanya Rani terheran-heran.

Pangeran putih itu memberi isyarat kepada Rani untuk melihat ke dapam bucket
bunga mawar itu. Rani menemukan secarik kertas dan sebuah cincin, lalu ia
membacanya.

Will you marry me? mata Rani terbelalak. Jangan-jangan, kamu.

Pangeran itu pun membuka topengnya. Rani langsung menangis sejadinya.

Hei, kenapa kamu menangis? Seharusnya kamu bahagia, kata Raka khawatir
melihat gadis di hapadapannya menangis.

Dasar, bodoh! Kau tidak seharusnya berada di sini. Kau kan menikah dengan
Fika, kata Rani sambil tersedu.

Rani sayang, kalau aku menikah dengan Fika, nggak mungkin aku di sini,
ucap Raka sambil memeluk Rani. Menenangkan tangis belahan jiwanya.

17
Jadi, jawabannya gimana?

Yes, I will, ucap Rani sambil memukul manja lengan Raka.

Apa? Kurang keras. Aku nggak dengar, goda Raka.

Kamu tuh ya emang rese banget ya. Iya Raka, aku mau nikah sama kamu,

I LOVE YOU, teriak Raka. Kemudian Raka melantunkan sebuah lagu.

. But, I miss screaming and fighting and kissing in the rain and its 2am and
Im cursing your name. You are soin love that you act insane, and thats the way I love
you.

Perjalanan hidup panjang yang dilewati Rani berbuah manis diakhir. Mulai dari
diselingkuhi pacarnya bahkan dengan sahabatnya sendiri, menjadi orang ketiga di
antara pasangan kekasih, sampai bertengkar dengan sahabatnya sendiri. Meskipun Rani
tahu bahwa kisah cintanya terlarang. Tapi, apa daya itu bukan kuasanya. Ia hanya bisa
menjalani dan menerima semua resikonya.

Jadi orang ketiga bukan impian Rani. Ia tahu ini salah dan menyakiti perasaan
orang lain. Tapi, di sisi lain ia bahagia. Pesta dansa malam itu mengubah alur hidupnya.
Memiliki seseorang yang juga mencintainya dan menjaga perasaannya.

Maafkan aku, Fika. Aku mencintai Raka,

18

Anda mungkin juga menyukai