Anda di halaman 1dari 4

HUJAN

oleh : Nurul Meidina Munthe

Hujan turus begitu derasnya sampai-sampai seorang wanita yang tengah berteduh
bersama orang-orang yang tak satupun dikenalnya di halte bus mengumpat di dalam
hatinya.

“sialan, karena hujan aku terjebak disini. Mengapa harus turun sekarang sih, sedikit lagi
padahal aku sampai ke rumah”

Ya, dialah Raini si pembenci hujan. Menurutnya hujan sangat menyebalkan. Ketika hujan
turun, ia tak bisa keluar rumah dengan leluasa. Ia harus menggunakan payung yang
menurutnya mengganggu. Ketika hujan turun, ia tak dapat memakai dress biru selutut
kesukaan nya karena pasti akan kedinginan. Ketika hujan turun, ia tidak dapat berjalan di
pinggir jalan, karena takut terkena cipratan air ketika kendaraan berlalu. Dia sangat
membenci hujan.

Raini melirik jam tangan hitamnya. Sekarang pukul 18.00 WIB dan hari mulai gelap. Di
pandangnya ke sekeliling. Tak ada satupun orang yang menemaninya di halte. Dia tak sadar
kapan orang-orang yang berteduh bersamanya beranjak pergi, mungkin karena terlalu asik
mengumpat. Sebenarnya Raini bisa berlari menerobos hujan karena rumahnya tidak jauh
dari halte. Atau dia juga bisa menghubungi pacarnya untuk menjemputnya. Tapi tidak. Raini
lebih memilih menunggu hujan reda karena ia tau pacarnya memiliki kesibukan tersendiri.

Hujan mulai reda ketika jam menunjukkan pukul 18.30 WIB. Raini memutuskan untuk
berjalan menuju rumahnya. Belum sempat ia melangkah, seseorang menarik tangannya dari
belakang. Raini sangat terkejut. Spontan ia menyikut perut orang itu dengan tangan kanan
nya. Namun orang itu menghindar dengan cepat dan segera berpindah posisi ke hadapan
Raini. Dengan senyum manis nya ia menyapa Raini.

“hai Rain, lama gak ketemu ya”

“Naufall ??? ini kamu kan ? ya ampun akhirnya bisa ketemu. Kenapa bisa ada disini ? kamu
sendiri ? “

“aku Cuma sebentar kok Rain, ada tugas lapangan. Rencana nya sih mau ke rumah kamu”
ujar nufal masih dengan senyum manisnya. “boleh gak nih ?”

“kebetulan aku juga mau pulang,kalo memang kamu mau mampir yaudah yuk”

Raini melangkah lebih dulu diikuti Naufall dibelakangnya. Ia bersikap sok cuek kepada
Naufal padahal dalam hatinya Raini bersorak gembira. Memang Raini sudah memiliki
tambatan hati yang baru, tapi bukan berarti ia sudah melupakan Naufall, cinta pertamanya.
Ia masih dan tetap memiliki rasa yang sama untuk Naufall. Selama ini tanpa sepengetahuan
Khairan, pacarnya, Raini sering mencari tahu tentang Naufall. Mulai dari akun sosial media,
tempat tinggal, pekerjaan, sampai kisah asmara Naufall tersusun rapi dalam satu buku
catatan yang ntah dimana ia sembunyikan.

Sampai dirumah, Raini segera membuatkan teh hangat untuk Naufall.


“nih Fall diminum dulu mumpung masih hangat. Kan enak tuh dingin begini minum yang
hangat-hangat” Raini meletakkan gelas di meja di hadapan Naufall.

“ah makasih ya Rain, tapi aku Cuma sebentar loh mampirnya. Masih banyak pekerjaan yang
harus diurus. Lagian gak enak dilihat tetangga. Nanti kita disangka yang aneh-aneh lagi”
ucap Naufall di ikuti tawa nya yang masih sama seperti tawa nya yang dulu, ketika mereka
masih duduk di bangku SMA.

Ketika sedang asik berbincang, tiba-tiba hujan turun sama derasnya dengan hujan saat
Raini berteduh di halte. Keduanya terkejut tetapi kemudian melanjutkan cerita yang sedang
asik dibahas. Tak jarang terdengar suara tawa dari keduanya seperti sangat menikmati hujan
yang datang. Begitu bahagianya Raini, sempat ia berpikir akan ada kesempatan memiliki
naufall. Ia bahkan tak memikirkan Khairan yang merupakan pacar nya. Ia hanya
menginginkan Naufall. Ia tak butuh apa-apa selain balasan perasaan dari Naufall.

Tanpa mereka sadari,sudah hampir satu jam mereka bertukar cerita. Naufall melihat jam
dinding yang tergantung di rumah Raini. Sudah pukul 19.45 WIB pikirnya. Tanpa pikir
panjang Naufall segera berpamitan pada Raini.

“Rain sudah jam segini,aku pamit pulang dulu ya. Karena kesaikan cerita sama kamu aku
sampai lupa waktu”

“tapi kan Fall, di luar masih hujan. Kamu pulangnya gimana ? apa perlu aku pesankan
taksi ?” tanya Raini sambil mengangkat telepon genggamnya.

Sambil menggeleng Naufall menolak halus tawaran raina

“gausah Rin,aku bisa minta supirku untuk menjemput kok,kamu temani aku saja di depan
menunggu jemputanku”

15 menit mereka menunggu akhirnya jemputan Naufall datang. Sebelum masuk ke mobil
Naufall sempat memberi sesuatu kepada Raini.

“oia Rain hampir lupa, ini undangan pernikahan aku sama Dayra. Acaranya tinggal dua
minggu lagi. Kamu datang ya. Kamu kan sahabat ku. Aku pamit ya, bye Rain”

Raini hanya membalas dengan senyum kecutnya. Ketika naufall sudah masuk ke mobil,
setitik air jatuh dari mata Raini. Harapannya pupus seketika. Naufall datang bukan karena
Naufall menyukai nya,tapi karena Naufall menganggapnya sahabat. Sahabat. Tak lebih.

Ketika sedang meluapkan kesedihannya lewat air mata, Raini tersadar ada seseorang berdiri
di depannya. Dia berusaha fokus melihat wajar orang tersebut. Khairan. Itu memang
Khairan. Tetapi ketika Raini melihat sekali lagi, ia mendapati raut wajah Khairan sangat
berbeda dari biasanya. Ada raut kekecewaan dalam wajahnya. Tanpa bicara sepatah kata
pun, Khairan menarik tangan Raini dengan lembut menuju ruang tamu. Khairan masih
menghapus air mata Raini walaupun dalam hati ada rasa kecewa. Saat Raini mulai tenang,
Khairan membuka pembicaraan

“kenapa kamu gak ngabarin aku dari tadi sore ? apa ada urusan yang lebih penting Raini ?”

“maaf Ran,aku memang ada urusan mendadak”


“urusan mendadak apa? bertemu Naufall dan mengajaknya mampir? itu? lalu kenapa kamu
menangis di depan rumah hujan-hujan begini? menangisi Naufall yang akan menikah 2
minggu lagi?”

“maaf Ran” perlahan air mata Raini terjatuh kembali

“aku gak butuh maaf kamu Raini. Aku Cuma butuh kejujuran. Kenapa kamu terima aku kalo
kamu sukasama Naufall. Aku tulus sayang sama kamu Rain.”

“aku ta-“ belum sempat Raini menyelesaikan perkataannya, Khairan langsung memotong
nya

“kalo kamu tau seharusnya kamu mengambil keputusan yang tidak menyakiti hati
siapapun.”

Di sela-sela suara hujan mulai terdengar isakan Raini. Dia tak pernah melihat Khairan
semarah ini. Kini dia takut Khairan pergi. Tapi perbuatan apapun yang salah pasti akan
mendapat hukuman. Begitu juga dengan Raini. Ia telah menyakiti hati Khairan. Ia mencintai
orang lain ketika berstatus pacaran dengan Khairan. Namun ia juga tidak ingin Khairan pergi.
Dia membutuhkan Khairan dan segala kelembutan dan perhatian yang pernah dia dapatkan.

“aku sayang sama kamu, tapi aku rasa lebih baik kita selesai Raini. Aku gak mau jadi
cadangan yang hanya kamu butuhkan saat Naufall pergi. Kalo kamu masih sayang sama satu
orang, jangan pernah terima pertanyaan cinta dari orang lain. Aku pamit Raini”

Khairan beranjak dari tempat duduknya, melangkah ke luar rumah. Mendengar perkataan
Khairan, Raini hanya bisa menangis. Dia kehilangan 2 orang yang dibutuhkannya dan
kejadiannya ketika hujan turun. Hal yang paling di bencinya. Ketika Khairan pergi, Raini
berjalan ke teras rumahnya. Sambil memandang hujan dan berlinang air mata, Raini berkata
“aku akan tetap membenci hujan”

Anda mungkin juga menyukai