Anda di halaman 1dari 5

Part 2

"Bagiku. Gitar adalah salah satu alat musik yang selalu aku mainkan, karena aku mampu
mendeskripsikan tentang apa yang aku rasa melalui petikan-petikan chord gitar, dan kamu itu
bagaikan sebuah melodi yang indah. Kamu harus tahu bahwa aku mencintaimu sama seperti aku
mencintai gitarku."

-Zivan Aryatama Putra-

***

Happy Reading!
If you don't like my story, you can leave peacefully, and thank you!

***

Pagi ini Zivan sudah berjanji kepada (Namakamu) untuk bertemu, karena sudah hampir
seminggu ini Zivan sangat sibuk sekali, dan sulit untuk memberi waktunya untuk gadis cantik
tersebut.

(NamaLengkapmu), seorang gadis cantik, tinggi, putih dan jangan lupa dia mempunyai lesung
yang membuat kesan manis di pipinya. Meskipun pipinya sedikit agak tembam, namun itu tidak
membuat dirinya terlihat jelek. Beruntung sekali, gadis cantik ini. Ia mampu memenangkan hati
laki-laki dingin, serta cuek seperti Zivan. Percaya atau tidak, itu terserah kalian. Yang pasti,
takhta kerajaan hati Zivan sudah miliknya.

Kemudian, Zivan mengirim pesan untuk kekasih.

Setiap kali setelah ia mengirim pesan kepada gadisnya ini, ada rasa tersendiri yang
menyenangkan. Biarkan saja orang lain mengatakan bahwa dirinya, BUCIN. Mereka tidak
pernah merasakan bagaimana rasanya mencintai seseorang.

Zivan yang baru saja mengambil kunci motornya, langkahnya langsung terhenti ketika namanya
di panggil oleh salah satu temannya. "Jip, kamu mau kemana?" tanya Elman kepada Zivan. "Aku
mau keluar sebentar, nanti aku balik lagi." Setelah menjawab pertanyaan Elman, Zivan langsung
berlalu meninggalkan teman-temannya.

"Dasar BUCIN." Begitulah ledekan Yoga kepada Zivan saat mereka melihat Zivan ingin
menemui gadis yang berhasil memenangkan hatinya. Mereka semua tahu bahwa Zivan adalah
salah satu di antara mereka yang sulit untuk jatuh cinta, entah darimana (Namakamu) bisa
memenangkan hati Zivan. Yang pasti, (Namakamu) adalah gadis yang beruntung bisa dicintai
oleh Zivan.

***
Kini Zivan sudah tiba di depan rumah gadis itu, ia melepaskan helmnya dan merapihkan
rambutnya. Kemudian ia turun, dan memijit bel yang tertera di pintu rumah itu.

Ting.. Nong..
Ting.. Nong..

(Namakamu) yang mendengar suara bel yang berbunyi, langsung menyambarnya tas nya dan
bercermin sebentar. Melihat apakah dirinya sudah tampil dengan baik, atau belum. Setelah
merasa cukup, ia bergegas turun ke bawah untuk menemukan kekasihnya.

"Hai." (Namakamu) menyapa laki-laki yang ada di hadapannya kini. "Iya, kamu udah siap?"
tanya laki-laki itu. (Namakamu) menganggukan kepalanya. "Udah, mau jalan sekarang?" Zivan
menganggukan kepalanya. Laki-laki itu melihat kearah dalam rumah, dan bertanya kepada
kekasihnya itu. "Bunda, ada?" tanyanya. (Namakamu) mengangguk. "Ada di dalam-" Tiba-tiba
Safira menghampiri (Namakamu). "Ada siapa sayang? Kok nggak di ajak masuk?" tanya
perempuan paruh baya itu. "Eh, ada Nak Zivan. Kok nggak masuk?" Zivan langsung menyalami
tangan Safira, dan Safira langsung tersenyum.

"Iya, Tante. Zivan mau ngajak (Namakamu) pergi sebentar, boleh 'kan Tante?" tanya Zivan.
Kemudian Safira melirik anak perempuannya sejenak dengan tersenyum. "Boleh kok, jangan
malam-malam ya pulangnya." (Namakamu) tersenyum, seperti inikah rasanya pacaran jika
diketahui oleh orang tua. Meminta izin secara langsung, saling mengenal, dan sudah di pastikan
akan baik-baik saja hubungan mereka. Semoga saja.

"Yaudah, Bun. Aku sama Zivan jalan dulu ya." (Namakamu) menyalami tangan Bundanya, dan
di susul oleh Zivan. "Hati-hati ya kalian di jalan, Zivan jangan ngebut-ngebut ya bawa
motornya." Zivan menganggukan kepalanya, paham. Setelah itu Safira kembali masuk ke dalam
rumah.

"Sini kepala kamu, aku pakaikan helm dulu." (Namakamu) mengerucutkan bibirnya, Zivan selalu
saja begitu. Ia pasti memakaikan helm untuknya, padahal ia bisa memakainya sendiri. "Nah,
udah. Bentar ya, aku naik dulu." Kemudian Zivan menaiki motornya, dan memakai helm nya.
"Ayo, naik."

(Namakamu) menginjak pedal motor yang tinggi itu. Jujur, sebenarnya ia tidak pernah suka saat
Zivan menjemputnya dengan motornya yang ini, ia lebih senang ketika Zivan menjemputnya
dengan motor matic. "Udah siap?" tanya Zivan, (Namakamu) menjawab pertanyaan Zivan
dengan sedikit berteriak. "Udah." Kemudian Zivan melajukan motornya meninggalkan
pekarangan rumah tersebut.

***

"Li, mau kemana kau?" tanya Aldy saat ia melihat Ali beranjak dari duduknya. Ali menoleh
kearah Aldy. "Aku mau keluar sebentar." Kemudian Yoga pun bertanya. "Heh, mau ketemu
pacarmu, kah?" Ali tersenyum dan menganggukan kepalanya, lalu ia pergi meninggalkan teman-
temannya.
Bagi Ali, pacarnya juga adalah kebahagiaannya. Lagipula, kekasihnya tidak pernah melarangnya
untuk bermain dengan teman-temannya, jadi untuk membalas kebaikan kekasihnya. Ia harus bisa
membagi waktu antara teman dan pacar.

Ali memakai helm nya dan menyalakan mesin motornya, kemudian ia melajukan motornya.

***

Zivan menepikan motornya di suatu tempat wisata yang ada di tengah kota Samarinda. Pulau
Beras Basah, suatu pulau yang ada di Selat Makassar, Bontang, Kalimantan Timur. Suatu pulau
yang menampakan keindahan pasir putih dan kejernihan air yang berkilau kebiruan.

(Namakamu) mengernyitkan keningnya, bingung. "Kita ngapain kesini? Aku kira kita mau
kerumah kamu, ketemu teman-temanmu." Zivan tersenyum, kemudian ia menggenggam tangan
gadis itu dan menariknya masuk kedalam tempat wisata tersebut.

(Namakamu) hanya diam saja mengikuti langkah kaki laki-laki tersebut, meskipun di dalam
hatinya banyak sekali pertanyaan yang ingin ia tanyakan. Kemudian, Zivan menariknya untuk
duduk diatas pasir. Tiba-tiba ada seorang laki-laki yang mengantarkan sebuah gitar kepada
Zivan.

"Terima kasih banyak, Mas." Laki-laki tersebut tersenyum, kemudian berlalu pergi
meninggalkan Zivan bersama (Namakamu). "Kita mau ngapain di sini, Jipan?" Zivan tertawa
saat mendengar gadis yang ada dihadapannya ini memanggilnya dengan sebutan "JIPAN", jika
sudah mamangggilnya seperti itu. Sudah di pastikan, gadis tersebut kesal dengannya.

"Hahaha, aku lagi pengen berdua sama kamu. Sebentar aja, nanti kita kesana." Kemudian, Zivan
mulai memainkan gitarnya.

Intro guitar

Cantik
Ingin rasa hati berbisik
Untuk melepas keresahan
Dirimu

O.o.Cantik...
Bukan kuingin mengganggumu
Tapi apa arti merindu
Selalu, ...
Ooo...

Walau mentari terbit di utara


Hatiku hanya untukmu...
Ada hati yang termanis dan penuh cinta
Tentu saja kan kubalas seisi jiwa
Tiada lagi
Tiada lagi yang ganggu kita
Ini kesungguhan
Sungguh aku sayang kamu..

O.o.Cantik...
Bukan kuingin mengganggumu
Tapi apa arti merindu
Selalu, ...
Ooo...

Walau mentari terbit di utara


Hatiku hanya untukmu...
Ada hati yang termanis dan penuh cinta
Tentu saja kan kubalas seisi jiwa
Tiada lagi
Tiada lagi yang ganggu kita
Ini kesungguhan
Sungguh aku sayang kamu

Ingin ku berjalan menyusuri cinta


Cinta yang abadi untukmu selamanya...
Heeeei... heya ya ya heya ya ya heya...
Ada hati yang termanis dan penuh cinta
Tentu saja kan kubalas seisi jiwa
Tiada lagi
Tiada lagi yang ganggu kita
Ini kesungguhan
Sungguh aku sayang kamu

Ada hati yang termanis dan penuh cinta


Tentu saja kan kubalas seisi jiwa
Tiada lagi
Tiada lagi yang ganggu kita
Ini kesungguhan
Sungguh aku sayang kamu
Ini kesungguhan
Sungguh aku sayang kamu..

Setelah mendengar permainan gitar yang di mainkan oleh kekasihnya, (Namakamu) bertepuk
tangan. Sungguh, ia beruntung mendapatkan seorang laki-laki seperti Zivan. Walaupun,
terkadang laki-laki itu cuek dan dingin, tetapi (Namakamu) tahu bahwa laki-laki ini begitu sangat
menyayanginya.
"Boleh aku meminta agar kita selalu bersama? Mengenalmu adalah hal yang tak pernah
terlintas di benakku. Pikiranku saat itu adalah cukup mengagumimu, mengetahui aktifitasmu,
dan mendoakanmu adalah hal bahagia yang aku lakukan. Sepertinya aku harus berterima kasih
kepada Tuhan, yang telah mengizinkanku untuk menjadi kekasihmu. Aku sayang kamu, Van."

Zivan memandangi gadisnya, ia mengernyitkan keningnya. "Kamu kenapa?" tanyanya.


(Namakamu) hanya menggelengkan kepalanya. "Enggak apa." Zivan memandang sarkastik.
"Yakin?" (Namakamu) langsung menganggukan kepalanya. Zivan meletakan gitar tersebut.
"Yang, udah yuk." Zivan membantu (Namakamu) beranjak dari duduknya, dan mereka
meninggalkan tempat tersebut.

Author Note : aku nulis ini nggak semuanya murni kehidupan mereka, hanya terinspirasi
dari kehidupan mereka aja. Bukan murni kehidupan mereka, jadi mohon maaf kalau ada
yang berbeda. Hehe, ini hanya imajinasi aku aja. Terima kasih.

To be continue
19/07/19
Vote and comments!
Jangan lupa share ke teman-temannya ya! Hehe. Terima kasih banyak.

Love,
BSA💐

Anda mungkin juga menyukai