Anda di halaman 1dari 2

Pertemuan dan Penyesalan

Namaku Levin. Aku mempercayai orang yang paling kucintai di dunia ini. Mungkin waktu
dua belas tahun jelas bukanlah waktu singkat. Aku mengenalnya lebih dari dua belas tahun.
Dia tahu seluk belukku. Dia tahu watakku. Dia tahu segalanya dariku. Sejak kecil aku merasa
bahagia bersamanya. Senyumnya, tawanya, candanya, dan kelakuannya. Semua tergambar
jelas di pikiranku. Aku tak pernah melupakan apa yang telah terjadi kepada kita.

“Vin, kenapa mukamu?”, tanya si Zody. Seseorang yang aku cintai selama ini. “Aku
terpeleset.” Dan ini adalah kalimat kekhawatiran pertama yang dilontarkan dirinya padaku.
Aku bahagia tanpa sebab. Seorang anak masih usia tujuh tahun namun sudah dikhawatirkan
orang lain. Sungguh bahagia dikala itu.Di saat diriku tak mau bermain. Sudah tertanam lama
dari diriku bahwa aku tidak suka bermain bersama dengan teman – teman. “Vin, kenapa kau
disini? Ayo ikut kesana.” Aku cukup senang karena disaat tidak ada yang peduli denganku,
dia justru datang padaku.

Hari demi hari berlalu. Aku merupakan bintang kelas. Diasering mendatangiku dan bertanya
cara menyelesaikan suatu soal. Aku tidak merasa sebal sama sekali justru aku merasa senang
karena yang bertanya adalah dia. Bahkan aku berbeda, dengan yang lainnya. Tiap orang
bertanya soal pasti kita langsung menjawabnya tanpa mencari tahu detailnya dia tidak bisa.
Tapi karena itu dia, aku bertanya secara detail bagian mana kamu tidak bisa. Coba kamu
kerjakan lagi dan aku mengeceknya. Sungguh diriku terlalu serius untuk merubahnya agar
setara denganku. Suatu ketika dia curhat denganku, “Vin, aku suka sama cewek ini.”
Jantungku bagai berhenti berdetak. Perasaan selama ini yang kupendam. Yang belum sempat
kuucapkan. Namun dia sudah jatuh hati kepada orang lain. Aku bahkan belum sempat untuk
berkata tiga kata “Aku cinta kamu”. Aku hanya bisa pura – pura mendukungnya. Lalu dia
bertanya balik padaku, “Hei, cepat beritahu orang yang kamu sukai itu siapa.” Aku tidak bisa
berkata apa – apa. Orang yang aku cintai dari dulu sampai sekarang itu sama yaitu kamu.
“Aku menyukai kakak tingkat kita, dia sungguh keren.” Aku memang suka menyerah.
Mengakui perasaanku saja tidak bisa.

Tiga tahun kemudian... Kita bertemu di SMA. Dia tak pernah menyapaku. Dia populer,
mempunyai banyak pengagum. Aku bahkan bukan siapa – siapa dibandingkan dengan
mantannya. Satu hal yang kusesali. Aku menyesal pernah mengenalmu, aku menyesal
mengajarimu, aku menyesal pernah sakit hati demi dirimu, aku menyesal mencintaimu, dan
aku menyesal menghabiskan usia mudaku hanya untuk menyimpan dirimu dihatiku.
Namaku Zalfa Khayliz Leviratna Arif. Aku lahir tanggal 4 Desember 1999. Aku suka
menulis sejak kecil. Menulis dibuku harian adalah hobiku dari kecil. Menjadi novelis
mungkin pernah terbayangkan dalam benakku. Namun, sebagai sampingan. Mengingat
hidupku yang bagaikan roller coaster ini. Aku sudah mengalami banyak hal. Dan jika suatu
saat berkesempatan, aku ingin menuliskan kisah hidupku dan membukukannya.

Anda mungkin juga menyukai