Anda di halaman 1dari 7

BAHAGIA ITU SEDERHANA Oleh Murni Oktarina

Perasaan hangat saat merasakan rasa istimewa, melambungkan angan-anganku sejauh-jauhnya hingga tak terjamah lagi oleh mata manusia manapun. Keberanian menyeruak dari hati yang terdalam menepiskan rasa ragu atas perasaan yang tengah ku rasakan kini. Sejenak aku mencoba singgah dan saat itu juga aku tak mau pergi lagi. Masih tetap singgah walau mungkin tak terlihat. Hanya bisa menepi dan bersembunyi di balik dinding yang bernamakan kerahasiaan. Sungguh aku tahu hal ini tak mudah, namun aku sudah terlanjur terbawa arus atas sosoknya yang indah di pandanganku. Aku merasakan kebahagiaan. Bahagia yang sederhana ketika merasakan rasa istimewa.Tetapi terkadang ada perih yang aku rasakan. Terkadang juga ada sedikit kebahagiaan yang aku dapatkan. Tinggal bagaimana aku bisa memaknai dan sampai sejauh mana aku sanggup bertahan akan perasaan tak terbalas ini. Aku hanya manusia yang memiliki hati dan kebetulan merasakan rasa istimewa pada manusia yang juga memiliki hati. Bedanya denganku, manusia yang bernama Diraz tak memiliki rasa istimewa pada manusia yang bernama Mikha. Kini aku terdampar di tengah lautan hatinya. Aku tenggelam dalam lembah perasaanku. Tak akan ada yang bisa membawaku ke daratan karena besarnya ombak cinta yang tengah menggulungku. Tapi sungguh aku merasakan bahagia. Bahagia itu sederhana ketika kita jatuh cinta. Aduh, sakit! keluhku meringis saat kakiku bersenggolan dengan kursi di depanku. Perlahan aku duduk dan memulai mengurut-urut kakiku yang terkena benturan kursi tadi. Gara-gara terpana melihat Diraz, kakiku merasakan nikmatnya bersentuhan dengan kursi. Pedih terasa di bagian kakiku, tapi aku merasa bahagia, masih bisa melihat Diraz hari ini. Nih kartu kuliahmu, Kha. Eh, kenapa kakimu diurut-urut seperti itu? tanya Sonya mengamati tanganku yang menari-nari di atas kakiku. Aku tersenyum menahan sakit, Terbentur di kursi itu, Son. kataku sambil menunjuk kursi di depanku. Kok bisa? Ada-ada saja kamu Mikha. Aku bantu mengurut kakimu ya. Beberapa menit kemudian setelah aku merasa kaki ini sudah cukup baikan, kami melangkah keluar ruangan dan menuju ke kantin untuk mengisi perut yang berontak meminta asupan energi. Lagi-lagi, sosok Diraz lewat di hadapanku. Kali ini aku berusaha untuk tidak tersandung kursi atau hal lain yang dapat menimbulkan kerugian pada anggota tubuhku. Sedikit gugup aku mencoba tenang membawa mangkuk yang berisi bakso favoritku ke salah satu meja yang telah ditempati Sonya. Begitu tampak kebencian di wajah Diraz saat dia tak sengaja menoleh ke arahku tadi. Aku tak tahu harus bagaimana, mau minta maaf tapi aku takut malah akan membuatnya marah.Hal rutin yang aku lakukan setiap pukul delapan malam adalah online lalu log in ke akun facebook. Kemudian membuka profil facebook Diraz. Hanya dengan melihat-lihatnya aku merasakan bahagia. Walau hampir setiap hari ketemu dan melihat Diraz karena kami selalu satu ruangan saat kuliah, aku tak pernah bosan melihat-lihat facebooknya sekedar ingin tahu keadaannya atau apa saja yang dia lakukan seharian ini dan tentu saja tak lupa melihat komentar-komentar dari setiap status yang dia tulis di sana. Sebenarnya sampai sekarang aku masih takut-takut untuk melihat-lihat profil facebook Diraz, takut jika ketahuan oleh orang lain. Maka dari itu aku hanya membuka profilnya jika sudah berada di rumah Sekarang aku tidak lagi menjadi teman akrabnya juga teman di akun facebook Diraz sejak kejadian dua minggu yang lalu. Diraz yang telah berhasil mencuri hatiku, dia juga yang berhasil membuatku merasakan malu yang cukup besar pada kejadian dua minggu yang lalu.Aku termenung membaca komentar dari statusnya 15 menit yang lalu. Maafkan aku, aku lakukan ini demi kebaikanmu Komentar: Clarabela Assyifa : Dimaafkan yank, :D Diraz Pranata : Hahaa Bela. Clarabela Assyifa: Kenapa ketawa yank? Bela memanggil Diraz yank? Apa benar gosip yang ku dengar beberapa hari yang lalu kalau Bela menyatakan cinta ke Diraz dan Diraz menerimanya. Tapi kenapa masih berstatus lajang, belum ada perubahan status hubungan di facebooknya Diraz jika mereka telah resmi jadian. Setetes air bening keluar dari mataku. Tak sengaja dan tak ku ingini. Aku menghapus air bening itu dari pelupuk mataku dan tersenyum. Mikha, kamu sudah terlanjur terdampar dan tenggelam di hatinya. Saat ini hanya ada satu yang bisa dilakukan. Ikhlas. Dengan begitu kamu akan merasa bahagia tanpa harus memiliki hati dan cintanya. Aku mengatakan kata-kata itu dalam hati guna menghibur diriku sendiri. Di depan laptopku yang masih menyala, aku melamun dan mengenang kembali kejadian dua minggu yang lalu. Kejadian yangtakbisakulupakan.

Teman-teman, lihat nih. Si Mikha lagi membuka profil facebook Diraz loh! teriak Bela sambil merebut laptopku.Aku cemas dan berusaha merebut kembali laptop itu dari tangan Bela. Tapi, kerumunan temanteman yang penasaran membuat aku kesulitan. Aku hanya terdiam. Tak berapa lama kemudian Diraz datang dan langsung diseret Bela untuk melihat laptopku. Mikha benar-benar menyukaimu Diraz. Coba cek saja di folder documentnya, foto-fotomu yang di facebook hampir semuanya didownload. Dasar cewek tak tahu malu, caci Bela sambil memandang sinis padaku yang hanya bisa tertunduk pasrah. Diraz melihat-lihat isi document di laptopku, wajahnya berubah ketika menemukan foto-fotonya ada di laptopku. Pandangannya beralih memperhatikan diriku yang berdiri kaku. Tiba-tiba,gubraakk! Diraz memukul meja dengan keras hingga laptopku bergeser dan hampir terjatuh. Hapus semua fotofotoku! Jangan ganggu aku, aku tak sudi disukai oleh cewek sepertimu! bentak Diraz emosi dan seketika melangkahkan kakinya menjauh. Bela tersenyum mengejek padaku kemudian menyusul Diraz yang sudah tak terlihat lagi.Begitu ku sesali apa yang telah terjadi padaku waktu itu. Sungguh rasa malu sangat aku rasakan saat itu hingga sampai sekarang aku masih dihantui rasa malu dan bersalah. Aku tak berani lagi menatap Diraz secara langsung ataupun bertemu dia. Memang benar apa yang dikatakan Bela jika aku tak pantas untuk menyukai apalagi mencintai Diraz, cowok yang memiliki banyak kelebihan dan idola para gadis di kampusku. Jadi aku harus melupakan perasaanku pada Diraz. Namun, Sonya bilang padaku kalau rasa suka atau cinta itu adalah hak masing-masing manusia. Jadi sah-sah saja dan tak ada yang bisa melarang. Aku lebih memilih apa yang dikatakan Sonya karena memang aku tak sanggup membunuh perasaan ini. Aku akan berusaha agar perasaan ini terjaga dengan baik sehingga tak ada lagi seorang pun yang tahu.Aku adalah makhluk biasa yang mempunyai rasa cinta pada seseorang. Sebenarnya memang tak salah jika kita mencintai seseorang. Tapi, kenapa Diraz sampai begitu benci padaku yang mencintainya. Sampai saat ini aku tak menemukan jawaban itu. Namun aku tak akan ambil pusing. Sudah cukup bagiku hanya merasakan cinta ini, mengagumi dari jauh dan yang terpenting Diraz bahagia dan baik-baik saja maka aku pun turut bahagia. Cinta tak bisa dipaksakan, cinta tak harus memiliki dan cinta tetaplah cinta yang hanya bisa dinilai oleh hati.Mikha, kamu baik-baik saja, kan? Dari tadi aku perhatikan dirimu melamun terus. Ada masalah sahabatku? Cerita saja! ujar Sonya dengan suara pelan karena kami sedang kuliah dan dosen lagi memberikan penjelasan di depan dengan suara lantang. Aku hanya menggeleng lalu tersenyum dan mengalihkan pandanganku ke sebelah kanan agak ke depan.Aku menatap sosok Diraz dari belakang.Ooh, aku tahu. Tentang Diraz ya? hehe, cerita saja sehabis kuliah nanti, Kha! kata Sonya sambil mencubit gemas pipiku. Hanya meringis yang bisa ku lakukan akibat cubitan Sonya. Sudah menjadi kebiasaannya mencubiti pipiku yang katanya buat gemas. Biasanya aku akan membalas mencubit pipinya juga, tapi aku ingat kondisi jika saat ini kami sedang mengikuti perkuliahan. Satu jam kemudian sang dosen telah meninggalkan ruangan. Aku mengambil botol minum dari dalam tasku dan meneguknya sedikit demi sedikit.Ayo donk cerita, cerita, cerita! Sonya membalik kursi dan menghadapku. Wajahnya yang imut terlihat makin imut jika matanya memancarkan rasa penasaran.Setelah Diraz dan teman-teman yang lain sudah pada keluar, aku menceritakan semua yang aku rasakan, aku yang tak bisa menghilangkan rasa istimewaku pada Diraz, aku yang bingung kenapa Diraz terlihat membenciku dan sangat terganggu jika aku mempunyai rasa suka padanya. Begitulah, Son. Aku hanya berharap saat ini Diraz, Bela dan teman-teman yang lain menyangka kalau aku sudah benar-benar melupakan Diraz dan tak lagi menyukainya, Aku doakan itu Mikha. Kagum deh pada dirimu yang sanggup menghadapi perasaan seperti ini. Menyimpannya dan menahannya hingga sekarang. Aku akan bantu mencari tahu kenapa Diraz bersikap seperti itu padamu. Sahabatku ini kan gadis yang cantik, lucu, baik hati dan pintar pula. Bila dibandingkan dengan si Bela yang jahat itu, kamu lebih segalanya dari dia. Yakinlah kalau Diraz lebih memilihmu daripada Bela. Sebelum kejadian yang gara-gara Bela itu, Diraz kan baik-baik saja padamu seperti biasanya, duduk berdekatan dengan kita, masih ngobrol dan dia masih sering jahilin kamu. Mungkin ada sesuatu hal yang membuat Diraz berubah seolah membencimu terus-terusan Mikha, Pikiranku menerawang dan mencerna perkataan Sonya. Benar juga, sejak Diraz tahu kalau aku menyukainya itulah yang membuat sikapnya berubah dan membenciku. Sangat aku sesali tindakan Bela yang waktu itu membuatku malu dihadapan Diraz dan teman-teman kuliahku. Seandainya itu tak terjadi tentu sekarang aku masih bisa berteman dan dekat dengan Diraz. Aku merasa bangga bisa dekat dengan Diraz dibanding para cewek-cewek lainnya. Bela yang sudah lama menyukai Diraz saja tidak

terlalu dekat. Malah Diraz pernah bilang jika dia agak risih dengan Bela yang agresif. Hanya dengan kamu aku merasa nyaman Mikha, kata Diraz kira-kira sebulan yang lalu saat kami masih sebagai teman dekat. Aku tersenyum mengingat kenangan yang kurang lebih sudah dua tahun kami lalui bersama, yang awalnya kenal karena masuk organisasi yang sama hingga menjalin pertemanan yang sangat akrab. Pada akhirnya aku merasakan jatuh cinta padanya sekitar enam bulan yang lalu. Rasa cinta itu hanya aku simpan dan berusaha tak ada yang tahu sekalipun pada Sonya, sahabatku dari SMA. Namun, tak ku sangka akan ketahuan oleh Bela yang tak suka padaku karena aku dekat dengan Diraz. Terjadilah hal yang aku takutkan, kenyataan bahwa aku telah jauh dari Diraz, seseorang yang aku cintai.Selalu berusaha tak menangisi kenyataan ini. Toh, aku tetap merasakan bahagia. Cinta yang suci tanpa syarat akan selalu menciptakan kebahagiaan. Walau telah jauh dariku, aku masih bisa memandang sosoknya diam-diam, itu suatu kebahagiaan. Walau tak berkomunikasi dengannya lagi, aku masih tahu kegiatannya dari membaca di kronologi facebooknya, itu juga suatu kebahagiaan. Walau dia tak tersenyum lagi untukku tapi aku masih bisa melihat senyumnya saat dia tersenyum pada Sonya, itu pun suatu kebahagiaan. Walau seakan sikapnya padaku menunjukkan kebencian, aku masih bahagia karena itu berarti dia masih menganggapku ada. Bahagia itu sederhana ketika aku merasakan cinta pada seseorang. Cinta suci tanpa syarat dan tanpa mengharapkan apa-apa dari rasa cinta itu sendiri. Aku mencari-cari Sonya karena aku tak melihat dia ada di ruang kuliah padahal tasnya sudah ada. Ku langkahkan kaki menuju halaman belakang kampus yang biasa jadi tempat bermain futsal. Ternyata Sonya ada di sana lagi duduk berdua dengan Diraz. Aku melangkah dengan diam-diam mendekati arah belakang mereka dan mendengarkan pembicaraan mereka. Jadi begitulah sebabnya Sonya kenapa aku marah sekali saat tahu Mikha benar-benar jatuh cinta padaku juga. Aku telah berusaha membunuh rasa cintaku padanya setelah tahu kenyataan pahit itu. Aku tak menyangka ternyata Mikha juga cinta padaku. Aku ingin marah, aku tak ingin takdir ini! kata Diraz dengan terbata-terbata menjelaskan pada Sonya sambil menyeka matanya yang berair. Aku mengerti Diraz kenapa kamu bertindak seolah membenci Mikha, agar Mikha juga membencimu dan melupakanmu. Tapi, caramu tak berhasil karena Mikha tetap menyayangimu. Menurutku sebaiknya kamu bilang yang sebenarnya jika kamu terkena HIV, aku yakin Mikha mengerti dan tak akan memandang negatif terhadap dirimu, Air mataku jatuh perlahan, aku menangis mengetahui hal yang sebenarnya kenapa Diraz berubah sikap padaku. Ketahuilah Diraz, bagaimanapun kondisimu, aku akan tetap cinta kamu. Cukup hanya dengan mencintaimu aku bisa bahagia. Kapan pun dan bagaimana pun keadaannya, cinta yang tulus dan suci tanpa syarat akan mudah membawa kebahagiaan karena bahagia itu sederhana ketika merasakan rasa istimewa yang disebut cinta.

SEBUAH DOA UNTUK SANG KEKASIH Oleh Nurucian Setyowati


Langit sore itu begitu indah, berwarna jingga dan sepasang burung pun menari indah di langit. Namun hati ku masih terasa risau karna Rino belum juga membalas SMS ku. Rino memang bukan lah kekasih ku tapi juga bukan teman atau sahabat ku. Aku dan Rino menjalani hubungan tanpa status semenjak kita putus pada tanggal 27 November 2011 lalu. Tapi aku dan Rino saling mencintai dan menyayangi layaknyasepasangkekasih. Belakangan ini hubungan ku dan dia memang agak merenggang dikarnakan ia cemburu pada sepupu ku dan karna sikap ku yang tak ingin berkomitmen dengan hubungan kami. Dan yang aku tahu dia pun sedang dekat dengan seorang murid SMP negri yang ada di Depok yang bernama Shifa.Jam sudah menunjukan pukul tujuh malam tapi tidak ada SMS darinya sama sekali. Aku masih menanti balasan darinya. Aku berfikir mungkin ia sudah memiliki kekasih baru sehingga ia enggan membalas SMS ku. Dan pada pukul setengah delapan malam ia akhirnya membalas sms ku dengan jawaban seperti ini: Sayang, maaf baru bales. Tadi aku lagi sibuk. Sayang kamu lagi apa? Hehe yang aku sayang banget sama kamu. Sayang aku mohon yah kamu jangan tinggalin aku lagi. Jangan berpaling lagi yah dari aku, walau aku suka ngeselin. Hehe ....Perasaan ku pun sedikit lega saat membaca SMS dari Rino. Mataku pun seakan mulai terasa begitu berat. Akhirnya aku pun tertidur. Dan saat aku tertidur aku bermimpi bahwa ternyata Rino dan Shifa telah berpacaran semenjak tanggal 5 Januari kemarin. Aku pun terbangun dari tidur ku dan aku pun menangis karna merasa takut kehilangan Rino dan mimpi itu jadi

kenyataan. Pada saat aku ingin sarapan pagi aku membaca SMS dari Rino yang ingin mengubah status berhubungannya di facebook. Karna semenjak saat kami putus kami belum mengganti status berhubungan kami menjadi lajang. Tapi ternyata setelah ku lihat di facebook ternyata setatus hubungannya bukanlah berubah menjadi lajang tetapi berubah menjadi berpacaran dengan Shifa. Aku pun tak dapat berkata apa- apa, dada ku terasa sangat sesak, air mata ku pun berderai. Betapa tidak, ia berkata pada ku bahwa ia tak ingin aku berpaling darinya. Tapi apa yang ia lakukan pada ku, ia malah berpaling dari ku. Hari itu kini menjadi hari yang tak kan terlupakan selama hidup ku, tanggal 7 Januari 2012. Aku pun hilang arah saat itu. Aku tak bisa menahan kesedihan ku, bagai teriris sembilu hati ini. Mengapa mimpiku harus menjadi kenyataan, aku tahu aku salah, tapi mengapa ia tak pernah mengatakan apa yang ia inginkan padaku hingga ia tak perlu meninggalkan ku. Hari itu aku menjadi tak karuan apa lagi saat itu kesehatan ku sedang kurang baik.Aku begitu tak kuasa menerima kenyataan yang terjadi, orang yang paling ku sayangi dan kucintai tega berbuat seperti ini, di saat aku mencoba memperbaiki keadaan. Aku tak pernah sedikit pun membagi cinta ku untuknya, walau aku pernah mendua demi apapun itu semua bukan karna aku mencintai orang itu tapi karna aku ingin membuat orang itu bisa menjadi kekasih sahabat ku. Namun kini yang kurasakan hanyalah pedih di hati. Semua ucapanya yang bagai angin surga hanyalah semu.Aku termenung di depan jendela kamar ku sore itu, berulang kali ku lihat handphone ku tapi tak ada SMS satupun dari Rino. Ku lihat sepasang burung yang biasa terbang bersama kini hanya sendiri di atas atap rumah tetangga ku. Sore yang awalnya cerah pun kini berganti menjadi badai. Dan aku pun hanya terdiam di sudut kamar ku. Tak ada lagi kini orang yang memperdulikan ku. Hanya suara rintik hujan dan denting jam yang menemani ku.Malam ini adalah malam bulan purnama, bintang pun berkeling indah, seakan menghibur ku dan mengajak ku tersenyum dan melupakan semua kesedihan ku. Tapi keindahan malam itu tak sama sekali mengubah kekacauan hati ku. Aku bagai orang yang kehilangan akal sehatku, terkadang aku tersenyum- senyum sendiri ketika membayangkan saat aku dan Rino masih bersama, tapi aku bisa menangis hingga terisak- isak ketika aku menyadari keadaan ku sekarang. Malam itu aku mengenakan pakaian terbaik ku, dan aku berhias diri di depan cermin, aku merias diri ku dengan sangat anggun layaknya sang putri yang ingin pergi kepesta dansa bersama sang pangeran di malam yang indah. Saat ku melihat ke cermin aku melihat Rino berdiri dibelakangku.Aku pun berdiri dan menatapnya.Sayang, Kataku pada Rino. Dan Rino pun tersenyumdenganindahnya.Kamu di sini yang? Yang, bagaimana dengan penampilan ku, aku cantiktidak?tanyaku padanya denganp enuhharu. Iyasayangkamucantiksekali?katanyapadakudenganlembut. Aku pun bahagia sekali mendenganrnya. Mata ku pun bekaca- kaca menatap wajahnya yang indah dan rupawan. Ketika aku hendak memeluknya tiba-tiba ia hilang bagai asap yang di hembus angin. Dan aku pun tersadar bahwa semua itu hanya halusinasi ku, semua itu tak mungkin menjadi kenyataan, dan kini yang tersisa hanya kesedihan, dan penyesalan serta kekecewaan ku saja. Jangankan iya datang menghampiri ku, smsku pun tak sama sekali di respon olehnya. Taukah ia disana disini kuterluka karna sikapnya. Rasanya aku terjatuh dan tak dapat bangkit kembali. Aku pun membenamkan wajah ku di bantal dan aku pun tertidur dalam tangis ku. Terkadang sekilas terlintas di dalam fikiranku bahwa aku harus membencinya karna ia telah menyakitiku. Tapi apadaya diriku tak mampu untuk membencinya.Sinar sang surya pun masuk melalui celah- celah tirai kamar ku dan menyambut ku pagi itu. Rino yang biasa menyapa setiap pagi ku lewat sms kini telah tak perduli lagi pada ku. Dan aku pun mulai sadar bahwa aku tak boleh terlarut dalam kesedihan ku. Walau perih terasa aku harus belajar melepaskannya. Di dalam tangis ku aku berdoa pada Tuhan, ya Tuhan jika berkenan ku meminta aku berharap semoga Rino bisa lebih bahagia dengan kekasihnya yang baru, dan ampuni hamba mu ini yang begitu berdosa, aku merindukan sesuatu yang bukan milik ku, tapi ya Tuhan, jika iya memang jodoh ku kembalikan ia dalam peluk ku dalam cinta yang sempurna, namun jika ia bukan jodoh ku bantu aku melupakannya, bantu aku ya Tuhan untuk mengikhlaskanya, pertemukan dan jodohkan aku dengan orang yang bisa membahagiakan ku dan menjadi yang terbaik untuk ku dan tak akan lagi menyakiti ku.

Dia Bukan Untukku


Awal masuk sekolah pasti ada MOS yaitu Masa Orientasi Siswa. Aku menginjak ke SMP, bersama teman-teman SD ku dulu aku berkumpul dan membicarakan tentang MOS. Gadis, begitu teman-teman memanggilku. teman-teman, kataku menghampiri mereka. kamu gugus mana? tanya Vhe, temanku. ini aku cari-cari namaku gak ketemu-ketemu, kataku mengusap keringat yang membasahi wajahku. ya udah kita cari sama-sama yuk, ajak Ze, temenku. Kami bertiga mencari

namaku yang semenjak tadi tak ketemu-ketemu. Gadis, sini deh, kata Ze memanggilku. ada namaku? tanyaku penasaran. ini nih kita satu gugus, Gadis Grittenatha Gladia, Zeazahra Modhyantias, Vhealovin Jhuastian, kata Ze membaca nama kita bertiga. wah, hebat kau Ze. Dari tadi aku cari-cari gak ketemu, kataku memuji Ze. ya udah kita masuk yuk, ajak Vhe.Hari pertama MOS itu sangat membosankan bagiku. Apa lagi harus berpanas-panasan untuk upacara pembukaan MOS. Banyak korban pingsan di lapangan sekolah itu. Tenggorokanku mulai kering dan sungguh membuat kepalaku menjadi pusing. Tak lama, aku merasa sudah tak berdaya dan jatuh pingsan. Tak lama aku membuka kedua mataku dan ternyata aku berada di UKS sekolah. Bersama anggota PMR yang menjadi kakak kelasku waktu itu. Aku masih lemas untuk beranjak dari tempat tidur. Dua sahabatku datang menjengukku. Dan aku di tuntutnya untuk berjalan menuju kelas.Sampai di kelas aku menerima materi awal-awal perkenalan. Kutatap wajah seorang cowok yang berada di seberang mejaku saat itu. Sebelum materi di mulai, absensi siswa MOS saat itu di percepat. Berpasang-pasangan. Dan tak kusangka namaku dipanggil dan cowok yang berada di sampingku tadi juga maju dan ternyata dia bernama Arezaldhi Birasanjaya. Setelah tanda tangan kehadiran, kami kembali ke tempat duduk semula. Materi pembelajaran untuk jam pertama sudah usai saatnya istirahat. Aku, Vhe, dan Ze menyergap kantin sekolah dan berdesak-desakan. Dan kulihat lagi cowok yang mempunyai nama Arezaldhi Birasanjaya sedang asyiknya ngobrol dengan teman barunya di depan kelas. Sepertinya aku merasakan yang namanya cinta pada pandangan pertama. Sudah 15 menit waktu untuk istirahat. Waktunya masuk kembali untuk bermain dan belajar.MOS sudah berjalan tiga hari. Hari ini adalah hari terakhir MOS. Dengan aturan hari ini, aku memakai kaos kaki berbeda warna, dengan rambut yang di kucir sangat banyak seperti orang gila. Semua murid MOS mengikuti upacara penutupan MOS. Hari yang panas. Terasa seperti di panggang. Banyak korban pingsan di lapangan itu. Akhirnya upacara penutupan MOS dipercepat.Hari ini adalah hari pertama aku masuk sekolah. Bisa bertemu banyak teman baru. Mereka semua baik kepadaku. Saat aku berkenalan dengan salah satu temanku yang bernama Algea Radista, mataku teralihkan oleh satu sosok yang mungkin pernah aku kenal. Saat ku tatap pekat wajahnya ternyata dialah Arezaldhi Birasanjaya. Dia kan, gumamku dalam hati. halo?Kenapa melongo gitu Dis? tanya Gea sambil melambai-lambaikan tanganya di depan wajahku. emm, aku tersentak olehnya. kenapa? tanya Gea penasaran. oh, ga gak pa papa, kataku gagap. Gea memandangiku dengan wajah bingung. Seperti otaknya penuh dengan tanda tanya. Gadis, sapa Ze dan Vhe. ehh kalian, kataku memandang Ve dan Zhe. Vhe dan Ze tersenyum manis kepada Gea. ini Gea, kataku memperkenalkan. aku Vhe, kata Vhe memperkenalkan dirinya. aku Ze, kata Ze juga memperkenalkan dirinya. so beautiful, kata Vhe memuji kecantikan Gea. thank you very much, kata Gea menjawab pujian Vhe dengan malu.Aku, Vhe, Ze, dan Gea sudah berteman sangat lama. Sudah lima bulan aku masuk di kelas 7 C. Bersama-sama dengan ketiga sahabatku itu. Tiba-tiba perbincanganku tersentak oleh sosok cowok yang memasuki kelasku. Dia Dia Dis, kenapa melongo? gertak Ze. eemm, eh, eng enggak papa, kataku gugup. kenapa sih? tanya Gea. iya, pelit banget gak mau ngasih tau, tanya Vhe semakin mendesak. Mereka bertiga melihatku memandangi Arezaldhi sejak tadi. oo, itu toh yang buat kamu melongo, ucap Gea menggentakkan jantungku. siapa, mana? kataku bertanya-tanya dengan ragu. itu tuh, kata Gea menyenggol lenganku dan melirik Arezaldhi. apaan?. sok gak tau nih, gertak Gea lagi. Aku semakin salah tingkah dibuatnya. Sosok cowok itu pun pergi meninggalkan kelasku. siapa emangnya? tanya Vhe dan Ze bersamaan. Arezaldhi, kata Gea. kamu suka ya Dis? tanya Ze ingin tau. sok tau kamu Ge, kataku. uhuui, jatoh ciinta agi, ledek Ze. apaan sih kalian? kataku meninggalkan mereka bertiga yang semakin meledekku.Suatu hari acara ulang tahun sekolahku. Setiap kelas harus menampilkan minimal satu pementasan. Semua teman kelasku memilihku untuk menyanyi solo. Tapi aku seorang remaja yang demam panggung. Dan aku pun ditemani oleh Gea yang suaranya lumayan bagus walaupun nggak sebagus suaraku hehehe J. Malam ulang tahun itu tiba yang memang bertepatan dengan hari ulang tahunku. grogi aku Ge, kataku sambil gemeteran. enjoy saja Dis, kata Gea memberiku semangat. aku bener-bener demam panggung, kataku dengan keringat dingin. nanti ada Reza kan yang ngeliat? ejek Gea. jadi nama panggilanya Reza, kataku sedikit tersenyum. iya. Hari yang membuatku di selimuti oleh kegerogian yang luar biasa. Karena aku dan Gea akan mewakili kelasku untuk memberikan penampilan yang terbaik.Acara itu pun dimulai. Dimulai dari kelas 9 lalu dilanjutkan kelas 8 lalu menuju kelas 7. Penampilan yang begitu spektakuler telah ditampilkan dengan penuh semangat. Beribu-ribu tepuk tangan mengiri suasana tersebut. Tiba giliran kelas 7 C yang menampilkan aktrasinya. Jantungku semakin berdebar dengan kencang. Keringat bercucuran ke seluruh badan. Dengan genggaman erat tangan Gea aku dengan gugupnya menaiki panggung dan mengecek mikrofon. Tepuk tangan pun mulai terdengar. Seolah aku tak bisa membayangkan diriku nanti. Dentuman

musik R&B mulai terdengar. Dalam hitungan detik syair lagu akan mulai dinyanyikan. Gea dengan semangat dan PD-nya menari-nari happy, sedangkan aku ???? Keringat bercucuran dari tubuhku. Keringat dingin menyelimuti seluruh tubuhku. Dengan perasaan yang tak karuan aku mulai melantunkan lagu kesukaanku itu. Siswa-siswa bertepuk tangan lama kelamaan aku merasa semakin enjoy. Saat aku menyanyi, aku melihat Reza tersenyum kepadaku. Aku membalas senyumanya yang tak kalah manis hehe J. Lagu itu pun usai ku nyanyikan. Pertunjukan kurang dua kelas lagi. Ada yang dans, drama, nyanyi, pelawak, sampai dengan band.Hari itu hari yang menyenangkan bagiku. Melihat ia tersenyum kepadaku membuatku semakin bersemangat. Gadis, sapa Ze. Eh, Ze. Yang lain kemana? kataku balik tanya. tuh, kata Ze menunjuk Vhe dan Gea. Vhe dan Gea melambaikan tanganya kepadaku dan Ze. Tiba-tiba Ze menarik tanganku meninggalkan tempat itu. Gadis, Ze. Mau kemana? tanya Gea. bentar aja, teriak Ze dari kejauhan. Gea mengajakku ke tempat yang sepi, dan Ze tampak serius memandangku. apa kamu bener suka Reza? tanya Ze menatap kedua mataku. Aku tidak tau harus berkata apa. Semua kebingunan merasuki otakku. Aku terdiam mematung. iya, kataku lirih. aku punya informasi tentang si Reza itu, ungkap Ze. info apa? tanyaku kebingungan. dia sudah mempunyai pacar, kata Ze berbisik kepadaku. kamu tau dari siapa? tanyaku sedih. kamu tau Viona Adelima kan? kata Ze menguatkan. ya. dialah pacarnya, kata Ze. Aku sedikit ragu dan meneteskan air mata. kenapa aku mencintai orang yang salah selama ini? kataku menambah tangisanku. Isak tangisku terdengar oleh Vhe dan Gea. kenapa dia? tanya Vhe dan Gea. kamu tidak salah mencintai dia tetapi kamu hanya belum beruntung mendapatkanya, hibur Ze. Ze berbisik kepada Gea dan Vhe atas semua ini. sudahlah Dis, kenapa harus menangis karena cinta? hibur Gea. iya, dia bukan sosok yang baik untuk kamu. Banyak cowok yang mau sama kamu di luar sana. Bahkan lebih baik dari Reza, ungkap Vhe memberi semangat. Aku terharu dengan semuanya. Aku memeluk erat tubuh ketiga sahabatku itu dengan penuh keikhlasan dan aku tau dia bukanlah untukku.

(by : Wahyu D. Pertiwi) LUKA YANG TEROBATI


Di tengah awan hitam yang membumbung tinggi aku terduduk dihalte karena menunggu sebuah kendaraan umum yang melintas, hingga air jatuh dari langit apa yang ku tunggu tak kunjung datang. hah mana hujan taksi belum dateng. Menunggu kendaran yang akan mengatarku pulang hingga sebuah kendaraan pribadi dengan plat nomor luar daerah menghampiriku, tenyata pria yang dahulu pernah hadir dalam kehidupanku, akan tetapi tak pernah berjua selama 10 tahun kini hadir kembali di hadapanku, walau dalam hati ini masih sangat membencinya, aku bahkan tak ingin mengulang ke dalam lubang yang sama lagi.Iya, benar dahulu aku memang mencintai dan menyayangi layak nya sang kekasih yang setia, waktu berjalan di tengah keindahan dunia yang dahulu kami rengkuh berdua menjalani hari-hari tanpa henti hanya untuk berjua demi melepas kerinduan yang mendera hati, walau terkadang perjumpaan kami selalu terhalang jarak. Tapi itu bukan suatu masalah bagi kami karena kekuatan cinta yang mensirnakan hal itu, memang kalau bersua tentang cinta tak ada habis nya bahkan terkadang cinta bisa membuat kita gila dan membutakan segala hal. Itulah yang pernah aku alami.Kami dahulu saling mengisi hati satu sama lain dengan penuh rasa kasih sayang, disaat ia dalam masalah yang teramat menderanya aku selalu hadir disisinya untuk memberi support, akan tetapi dikala aku sedang tersandung masalah ia tak pernah hadir.Aku dapat memakluminya, tapi semakin lama masalah ku semakin sulit hingga orang-orang terdekat aku pergi meninggalkan ku karena mereka tidak setuju kalau aku bercinta dengan nya. Tapi dengan kekuatan cinta yang aku miliki saat itu, aku rela kehilangan mereka demi ia yang mengisi relung hati ini.Aku gila dimakan cinta yang ia berikan kepadaku sampai aku terjatuh dalam permainan yang sudah diskenariokannya, sungguh saat itu aku tak sedikit pun menaruh rasa curiga kepada ia, walau sudah banyak orang bersua kalau aku hanya jadi bahan peramainan ia saja.Hingga suatu saat aku menyaksikan nya sendiri dengan menggunakan kedua bola mata yang telah membara, ia sedang memadu kasih dengan orang yang selama ini aku anggap kawan yang bisa diandalkan, sungguh teramat sakit hati ini, walau seperti itu aku tak sedikit pun menaruh rasa dendam. Hingga aku memutuskan untuk berpetualang kembali dengan kehidupan baru, di kota yang saat ini aku bermukim untuk melanjutkan sekolah. Sering kali aku memutuskan untuk melupakan nya untuk selamanya, tapi hati ini tak bisa ditipu juga karena aku juga selalu mengingat masa-masa indah yang dahulu kala sampai saat ini. Hay, apa kabarmu ucapnya yang telah meninggalkan tempat mengemudinya tadi.Aku tak kan pernah tergoda ,kembali dengan kata-kata manisnya. Sampai ia bercerita sejak kepergianku yang misterius itu ia

selau memikirkan dan merasa dirinya adalah orang yang paling bodoh didunia. Aku tak terpengaruh atas semua yang ia ucapkan lalu aku pergi meninggalkan nya yang jauh-jauh datang hanya untuk menemuiku. Dan dia tak putus asa dia mengejarku hingga aku teriaki dia copet. Seketika orang-orang yang berada di sekitarku memukulinya hingga dia tak sadarkan diri. Aku merasa bersalah atas perlakuanku padanya, lalu aku membawanya kerumah sakit agar dia mendapat pertolongan. Hingga sebuah tangan yang lemah membelai rambutku, tersontak aku bangun dari tidurku. sudah siuman kataku memecah keheningan ruangan Tak sedikitpun ia bersua, mungkin karena fisiknya yang masih lemas karena menepuh perjalanan jauh dan dikeroyok massa karena ulahku. maafin, aku iya tadi bilangin kamu copet dengan penuh rasa bersalah hingga mengeluarkan air mata tidak apa-apa, aku bisa memakluminya kenapa kamu seperti itu, tapi satu yang harus kamu tau, aku kesini hanya untuk bertemu kamu dan meminta maaf atas kejadian tempo hari mungkin kamu belum bisa memaafkan ku tapi itu semua terjadi diluar pemikiran aku suara yang tertahan rasa sakit yang mendera sudahlah... jangan terlalu banyak berbicara kamu masih sakit. iya, aku maafin kamu kamu mau kan kembali kepadaku sambil memegang kedua tangan ku ia memohon saat ini aku belum bisa memberikan jawaban buat kamu tapi....... Belum usai dia berbicara aku telah meninggalkannya untuk sejenak memikirkan apa yang harus aku lakukan. Sebelum mengambil keputusan yang sangat vital dalam kehidupanku, hingga aku memberitahukan hal ini kepada teman terdekatku. Tapi percuma saja ia juga tak bisa memberikan jalan keluar antara memilih iya atau tidak. Aku menemuinya kembali untuk menanyakan hal ini. apakah kamu serius atas omongan kamu tadi ? menanyakan hal tersebut aku serius, kalau memang aku tak serius tak mungkin aku jauh-jauh datang dari palembang ke bali hanya untuk memberitahukan hal sebenarnya. Ia memberitahukan yang sebenarnya apa yang terjadi terus kenapa kamu baru mencariku sekarang kamu salah besar, aku sudah mencari kamu kemana-mana hingga aku tanya teman, sahabat bahkan keluarga kamu tapi apa hasilnya nihil mereka tak ingin aku tahu keberadaan kamu. Sembil meneteskan air mataMemang sebelum aku berangkat dahulu sempat berpesan kepada mereka agar tak memberitahu keberadaan ku, karena aku tak mau ia menemuiku kembali. terus kamu tahu dari siapa bahwa aku ada di baliaku tahu dari teman yang liburan di bali,katanya dia melihat kamu tapi dia tak tahu apakan itu benar kamu atau bukan, karena kamu keburu naik taksi.Setelah dapat kabar dari dia aku langung berangkat kesini untuk memastikan sendiri, apakah benar itu kamu atau bukan. Tapi sepertinya sia-sia hampir seminggu aku mencarimu tak kunjung jua, hampir aku untuk memutuskan pulang tapi tuhan berbicara lain aku melihat yang risau di halte tadi, aku kegirangan langsung aku berhentikan mobilku tepat didepan mu. Aku juga minta maaf atas omongan aku tadi, tak semestinya aku berbicara seperti itu. Tapi 1 hal yang harus kamu tau minggu depan aku akan pergi ke italia untuk melanjutkan study ku kamu nggak salah kok, aku yang salah karena tak mengijinkan mu untuk menemuiku, tapi 1 hal yang perlu kamu tahu. Aku juga 4 hari lagi akan pergi pergi kemana pergi melanjutkan study sama seperti kamu. Aku juga akan ke italia dia terkejut atas perkataanku kamu dikota mana ucapnya yang sangat gembira atas kabarku aku tak akan memberitahu kamu tapi kalau kamu memang cinta dan sayang sama aku pasti kamu akan mencariku kembali dan aku akan memberi jawabannya saat kamu menemui ku lagi disana. yang membuatnya sedikit kecewa baiklah kita akan bertemu disana dan juga aku akan mencarimu mu karena aku memang mencintai dan menyayangi mu. Seminggu berada di sana aku di kaget kan dengan seseorang yang mengambil tas ku secara paksa, tapi entah mengapa aku tak menjerit tapi mengejarnya hingga sampai di sebuah toko bunga dia berenti dan menoleh kearah ku. Ternyara dia dan semakin terkejut diriku saat melihat orang di sekeliling membawa bunga, entah apa yang dia akan lakukan. Dia mendekatiku dengan membawa sekuntum bunga dan kotak kecil yang berisikan cincin. Dan menyatakan cinta di depan keramaian manusia, sungguh hal yang membuatku malu tapi jug membuat ku gembira karena dia memang benar mencintaiku walau dia juga telah membuat hatiku terluka tapi semua itu telah terobati.

Anda mungkin juga menyukai