Anda di halaman 1dari 3

APA KABARMU HARI INI?

“Apa kabarmu hari ini? Surat yang aku kirimkan padamu tak kunjung datang ataukah
memang kau tak mau membalasnya sama sekali. Aku selalu ingin bertanya kepadamu, apakah
kau masih belum bisa memaafkanku atas kejadian bertahun-tahun lalu di lapangan sepak bola
sekolah? Aku mohon maafkan aku jika kesalahanku padamu saat itu sangat membuatmu marah.
Balaslah suratku ini, Din. Aku hanya ingin mendengar kau baik-baik saja di pulau seberang.
Salam rindu, Fanya”
Sejak kejadian bertahun-tahun lalu di lapangan sekolah SMA-ku, Dini tak pernah mau
membalas suratku. Kejadian yang mungkin membuatnya merasakan malu selama hidupnya,
sepertinya memang aku tak pantas untuk dimaafkan. Bagaimana tidak? Ia sahabatku yang sangat
menyukai lelaki dingin dan cuek. Ia tak pernah tau cara menghargai orang yang menyukainya,
tapi Dini tak pernah menyerah akan rasa sukanya itu. Ia akan kejar sampai dapat.
Dini sahabatku satu-satunya semasa SMA. Aku tipe orang yang tak pandai bergaul
seperti Dini. Dia punya teman yang sangat banyak, sepertinya satu sekolah tak ada yang tidak
mengenalnya. Dini memilih untuk menjadi satu-satunya sahabatku setelah aku dibully oleh
kakak kelasku yang merasa jadi penguasa sekolah. Mereka benar-benar memanfaatkan sifat
diamku untuk mereka suruh mengantarkan surat ke lelaki yang mereka suka. Hingga pada suatu
waktu, salah satu lelaki yang mereka suka marah dan muak akan surat-surat yang terus
dikirimkan oleh kakak kelasku. Lelaki itu membentakku secara terang-terangan di depan kakak
kelasku lainnya dan juga teman-temanku, seakan-akan aku yang menyukainya padahal aku
hanya disuruh.
Semenjak kejadian itu, Dini selalu bersamaku. Berdua kemana-mana, sampai semua
bilang kami seperti anak kembar. Memang seperti itu kenyataannya, semenjak ada dia
disampingku, aku lebih banyak disapa teman-temanku. Dini membuat perubahan besar di
hidupku dan juga penyelamat masa SMA-ku. Mulai saat itu juga, teman-teman Dini harus
menjadi temanku juga. Aku mulai menemukan jati diriku.
Jika memang seorang sahabat menyayangimu dengan tulus, ia akan melakukan apapun
yang terbaik untukmu dan juga sebaliknya. Tak ada yang bisa menggantikan posisinya disisimu.
Dia adalah orang yang berharga. Ia tak dapat ditemukan di sembarang tempat dan di sembarang
waktu. Membayangkan kehilangannya saja adalah hal yang mengerikan. Aku tidak pernah
membayangkan jika Dini tak datang kepadaku dan memilih untuk bersamaku.
Suatu hari Dini mengatakan kepadaku bahwa ia menyukai seorang lelaki. Kelvin
namanya. Lelaki yang terkenal paling dingin di SMA-ku. Bisa-bisanya Dini menyukai lelaki
seperti itu, aku tak habis pikir. Memang, Kelvin punya kharisma tersendiri. Dia orang yang bijak
dalam mengambil keputusan, tak pernah mengikuti emosinya di dalam situasi apapun. Dia juga
memegang beberapa ekskul di sekolahku. Dini menyukai hal-hal sederhana tentang Kelvin.
Perhatian-perhatian kecil selalu ia kasih. Kebetulan juga mereka satu ekskul di jurnalistik. Tapi,
perhatian-perhatian kecil yang Dini berikan ke Kelvin tak berarti apa-apa. Mereka hanya sebatas
teman sekolah.
Kadang aku menganggap Kelvin adalah orang yang bodoh. Dia tak pernah tau bagaimana
Dini menyukainya, secara tidak langsung Kelvin sudah mengabaikan sebuah permata. Tak
sedikit juga lelaki yang menginginkan Dini. Tapi, Dini tak pernah tertarik dengan percintaan
anak SMA yang hanya kesenangan belaka. Dia pernah mengatakan itu kepadaku, tak sadar juga
ia sudah masuk ke dalam lingkup percintaan anak SMA. Bagi Dini, perempuan yang paling
beruntung adalah perempuan yang pernah ataupun saat ini dicintai oleh Kelvin. Saat itu, aku
mengatakan ibunya yang paling beruntung, dia melahirkan seorang lelaki yang paling dingin dan
disukai oleh orang humble seperti Dini. Dini setuju tapi ia mengatakan mantannya lah yang juga
beruntung. Aku membalasnya, mantannya adalah orang yang paling tidak beruntung karena dia
ditinggalkan, jika dia beruntung, Kelvin tak akan meninggalkannya.
Aku terkadang berfikir, bagaimana jika Dini memiliki seorang pacar? Apakah dia masih
berteman denganku atau dia akan sibuk dengan lelakinya itu? Aku menakutkan jika Dini
memiliki seorang pacar, ia akan lupa waktunya dengan sahabatnya ini. Aku terlalu menganggap
Dini lebih dari sahabat, dia sudah seperti kakak-ku yang selalu melindungiku dan menghiburku
di segala waktu. Kehilangannya seperti kehilangan anggota keluargaku sendiri.
Di akhir tahun masa SMA-ku, sekolahku mengadakan acara tahunan kelas. Seperti lomba
antar kelas dan ekskul-ekskul berkecimpung langsung di acara ini. Dini selalu dipilih untuk
menjadi pembawa acara. Tak heran, dia punya suara yang renyah dan ramah. Saat itulah semua
peristiwa dimulai. Saat pertandingan olahraga, Dini jelas tidak menjadi pembawa acara. Kami
menonton bersama di pinggir lapangan. Saat pertandingan sepak bola, Kelvin juga ikut
pertandingan itu. Dini mengambil posisi paling depan saat pertandingan itu. Aku tak dapat
tempat, akhirnya aku memilih tetap di belakang dan ikut menonton. Tak pernah aku melihat Dini
sesumringah itu.
Seperti yang kukatakan di awal, Dini seorang yang humble dan ramah. Dia bersorak
paling rame seakan-akan menyorak kepada Kelvin, tentunya bersama teman-teman supporter
lainnya. Tapi memang, suara Dini paling nyaring. Entah bagaimana awal semua terjadi, tiba-tiba
Kelvin dengan sengaja menendang bola kea rah supporter. Itu sudah menyalahi aturan
permainan. Dia dengan sengaja atau tidak tapi bola itu mengenai tepat di wajah Dini. Jelas, dia
mimisan. Bayangkan saja bagaimana aku sontak langsung berlari ke Dini. Aku
mengkhawatirkannya dan juga marah. Dan hal ini terjadi. Aku mencaci maki dan marah-marah
tidak terima ke Kelvin, orang yang paling disukai Dini. Bagaimana bisa ia melakukan itu?
Memang Kelvin tidak punya hati.
Saat itulah Dini juga marah kepadaku. Ia marah karena aku mencaci maki seorang Kelvin
yang telah melukainya bertubi-tubi. Dia mengatakan tak seharusnya aku mengatakan hal buruk
kepada Kelvin, dia tak sengaja. Dan saat itulah hubungan persahabatanku dengan Dini renggang
sampai hari kelulusan. Tak ada foto dan tak ada ucapan perpisahan aku dengan Dini.
Menyedihkan.
Tak ada kabar Dini setelah hari kelulusan itu. Hingga saat aku telah diterima di salah satu
universitas negeri, aku lupa jika hubunganku dengan Dini sudah renggang. Tanpa sadar aku
pergi ke rumahnya dan ingin mengabarkan berita bahagiaku kepadanya. Dini sudah tak ada.
Rumahnya kosong, ia pergi.
Setiap bulan aku mengirimkan surat yang entah kutujukan kemana, tapi jelas itu untuk
Dini. Surat yang kukirim selalu kembali ke rumahku, alamat tidak jelas. Permintaan maafku tak
pernah ia dengar hingga sekarang. Aku harap dapat bertemu dengannya.

Anda mungkin juga menyukai