Menurut kalian semua, seberapa berhargakah seorang sahabat?
Bagiku, sahabat adalah sesosok manusia yang patut diperjuangkan. Sosok
yang layak untuk membuatku melakukan apapun demi dirinya. Sosok yang akan selalu kuperjuangkan hingga akhir. Walaupun seringkali, aku dikhianati karena hal itu. Sahabat pertamaku adalah Bella, seorang gadis cantik yang selalu bersinar dan gemilang. Agak ceroboh dan pelupa, namun dia sangat cerdas dan merupakan peraih tetap juara 1 di nyaris segala bidang. Sayangnya, kami tinggal di kota yang berbeda. Keluarga Bella tinggal di ibukota provinsi Jawa Barat yang tak lain adalah Kota Bandung, sedangkan aku tinggal di kota kecil yang tidak begitu terkenal bernama Kota Tasikmalaya. Kami bertemu saat berusia 4 tahun, karena orangtua kami telah bersahabat sejak masih kuliah. Aku tidak begitu ingat saat pertama kali aku bertemu dengannya, namun aku ingat aku selalu menginap di rumahnya saat sedang liburan. Sahabat keduaku adalah Chandra, walau dia lebih bisa disebut sebagai teman bermain. Kami dekat saat TK, dimana kami sering bermain bersama. Aku ingat dia rajin sekali membawakanku cokelat, karena kami sama-sama menyukai makanan manis tersebut. Sahabat ketigaku adalah Siska. Kami bertemu saat TK, dan akrab hingga kelas 5 SD. Hubungan persahabatan kami retak akibat pengkhianatannya, namun sekarang aku tidak peduli lagi padanya. Aku akui, aku pun turut bersalah padanya. Sahabat keeempatku adalah Elina. Kami dekat sejak masuk SD, dan berlangsung hingga kini. Dia adalah sahabatku yang paling konyol dan setia. Sayang, aku harus berpisah dengannya saat kenaikan kelas 2 SMP, karena aku akan melanjutkannya di Bandung bersama Bella. Sejujurnya aku sangat senang dengan keputusan itu, karena dengan begitu aku dapat lebih dekat dengan Bella. Benar saja, seminggu setelah aku masuk ke sekolah itu, aku dan Bella semakin akrab. Kami seolah-olah tidak dapat dipisahkan. Kami bahkan menerapkan prinsip “mine’s your’s” yang artinya “milikku adalah milikmu”. Bella rupanya sangat terkenal di sekolah itu. Dia merupakan siswi emas bagi para guru, idola bagi para adik kelas, dan siswi favorit kakak kelas. Aku merasa bangga sebagai sahabatnya. Aku bangga menjadi “asisten”nya. Karena seperti yang sudah kusebutkan tadi, aku rela melakukan apapun demi sahabatku. Tapi, tahukah kalian, bahwa seseorang yang begitu gemilang pun memiliki rahasia yang amat busuk di dalam hatinya? Kalau kalian tidak percaya, akulah contoh terbesarnya. Aku dikenal sebagai siswi yang dingin dan cukup berkarisma. Aku adalah satu-satunya siswa pindahan dari kota kecil yang berhasil lolos pemilihan kandidat calon ketua OSIS dan mendapat peringkat 10 besar di UTS semester pertama. Aku menjabat sebagai wakil ketua kelas di kelas A yang dikenal elit, dan Ketua Bidang Kerohanian dalam struktur kepemimpinan OSIS, berhubung nilai agamaku selalu tertinggi di kelas. Namun, dibalik itu semua, percayalah bahwa hatiku sekelam arang.