Anda di halaman 1dari 6

Tugas membuat cerpen

Nama : Raka Wibisono Prasetya

Kelas : 9B

No absen : 29
Menurut kalian semua, seberapa berhargakah seorang sahabat?

Bagiku, sahabat adalah sesosok manusia yang patut diperjuangkan. Sosok yang layak untuk membuatku
melakukan apapun demi dirinya. Sosok yang akan selalu kuperjuangkan hingga akhir. Walaupun
seringkali, aku dikhianati karena hal itu.

Sahabat pertamaku adalah Fira, seorang gadis cantik yang selalu bersinar dan gemilang. Agak ceroboh
dan pelupa, namun dia sangat cerdas dan merupakan peraih tetap juara 1 di nyaris segala bidang.
Sayangnya, kami tinggal di kota yang berbeda. Keluarga Fira tinggal di ibukota provinsi Jawa Barat yang
tak lain adalah Kota Bandung, sedangkan aku tinggal di kota Jakarta

Kami bertemu saat berusia 4 tahun, karena orangtua kami telah bersahabat sejak masih kuliah. Aku
tidak begitu ingat saat pertama kali aku bertemu dengannya, namun aku ingat aku selalu menginap di
rumahnya saat sedang liburan.

Sahabat keduaku adalah Chandra, walau dia lebih bisa disebut sebagai teman bermain. Kami dekat saat
TK, dimana kami sering bermain bersama. Aku ingat dia rajin sekali membawakanku cokelat, karena
kami sama-sama menyukai makanan manis tersebut.

Sahabat ketigaku adalah Riska. Kami bertemu saat TK, dan akrab hingga kelas 5 SD. Hubungan
persahabatan kami retak akibat pengkhianatannya, namun sekarang aku tidak peduli lagi padanya. Aku
akui, aku pun turut bersalah padanya.

Sahabat keeempatku adalah Elaina. Kami dekat sejak masuk SD, dan berlangsung hingga kini. Dia adalah
sahabatku yang paling konyol dan setia. Sayang, aku harus berpisah dengannya saat kenaikan kelas 2
SMP, karena aku akan melanjutkannya di Bandung bersama Fira

Sejujurnya aku sangat senang dengan keputusan itu, karena dengan begitu aku dapat lebih

dekat dengan Fira.


Benar saja, seminggu setelah aku masuk ke sekolah itu, aku dan Fira semakin akrab. Kami seolah-olah
tidak dapat dipisahkan. Kami bahkan menerapkan prinsip “mine’s your’s” yang artinya “milikku adalah
milikmu”.

Fira rupanya sangat terkenal di sekolah itu. Dia merupakan siswi emas bagi para guru, idola bagi para
adik kelas, dan siswi favorit kakak kelas. Aku merasa bangga sebagai sahabatnya. Aku bangga menjadi
“asisten”nya. Karena seperti yang sudah kusebutkan tadi, aku rela melakukan apapun demi sahabatku.

Tapi, tahukah kalian, bahwa seseorang yang begitu gemilang pun memiliki rahasia yang amat busuk di
dalam hatinya?

Kalau kalian tidak percaya, akulah contoh terbesarnya.

Aku dikenal sebagai siswi yang dingin dan cukup berkarisma. Aku adalah satu-satunya siswa pindahan
dari kota kecil yang berhasil lolos pemilihan kandidat calon ketua OSIS dan mendapat peringkat 10 besar
di UTS semester pertama. Aku menjabat sebagai wakil ketua kelas di kelas A yang dikenal elit, dan Ketua
Bidang Kerohanian dalam struktur kepemimpinan OSIS, berhubung nilai agamaku selalu tertinggi di
kelas.

Namun, dibalik itu semua, percayalah bahwa hatiku sekelam arang.

Aku pandai berbohong dan merancang alasan. Aku memiliki pengetahuan dan pengamatan yang luas
sehingga berbagai informasi yang sudah kukumpulkan dapat kuolah menjadi suatu alasan yang logis.
Aku juga pandai memanipulasi orang. Aku tahu cara membujuk seseorang dengan jitu. Dan aku tidak
segan-segan menggunakan seluruh kemampuanku itu untuk menjebak musuh-musuh Bella.
Ya, sebagai idola sekolah, Bella juga memiliki banyak musuh dalam selimut. Contohnya saja, anak tak
berbakat yang selalu menjadi siswi yang tak diinginkan saat kerja kelompok, Nana.

Karena anak malang itu lemah dalam bidang akademi dan hanya menonjol dalam bidang olahraga
Basket, anak itu mudah sekali dijatuhkan. Hanya dengan sedikit kabar tak sedap yang kusebarkan di
kelas, dalam waktu singkat dia benar-benar jatuh.

Caranya mudah saja, aku menjebaknya saat festival sekolah hingga Bella terluka parah dan dialah yang
dituduh melakukannya. Kalian tahu, iri hati dapat dimanfaatkan untuk menghancurkan orang itu sendiri.
Dengan sedikit dorongan saja, seseorang yang penakut pun mampu membunuh sahabatnya sendiri.
Dalam kasus Nana, seorang yang sangat munafik pun dapat memperlihatkan kemunafikkannya saat
dirinya sedang dilalap emosi. Setelah kejadian itu, aku tinggal menceritakan teori konspirasiku kepada
seorang temanku yang hobi bergosip sehingga aku tidak perlu repot menyebarkannya sendiri.

Kedua adalah sahabat karib Nana yang merupakan saingan berat Fira dalam memperebutkan juara
umum, Diandra. Dia memiliki paras yang cantik, namun sayang, apa yang ada di dalam berbeda dengan
yang terlihat. Setelah kuselidiki, Diandra menjalin hubungan gelap dengan kakak kandungnya sendiri
yang sudah SMA. Tentu saja, reputasi Diandra yang dikenal cantik, baik, dan pintar itu akan hancur
seketika jika seluruh sekolah tahu akan hal itu.

Yah, aku tidak akan menyia-nyiakan rahasia segelap itu. Kalian tahu, aku sangat menyukai rahasia-
rahasia gelap yang dipendam oleh siswa-siswa terpopuler di sekolah, dan kemudian mengumumkannya
dengan girang ke seluruh dunia.

Karena itu, aku segera membuat poster tentang hal itu, berikut bukti-bukti yang berhasil kudapatkan
berkat kemampuanku meyakinkan orang lain untuk melakukan apapun yang kuminta, dan kemudian
dipajang di mading sekolah. Aku girang sekali setelah mendapat kabar bahwa Diandra dan kakaknya
dikeluarkan secara tidak hormat oleh sekolah.

Mungkin kalian bertanya-tanya, apa gunanya aku menceritakan hal itu pada kalian semua. Yah, ceritaku
belum selesai.
"Bagaimana?" Tanya Fira saat kami mengobrol di toilet perempuan.

Aku tersenyum sembari mengeluarkan foto Diandra dan kakaknya yang sedang bermesraan di Kevin
belakang sekolah. "Beres. Semuanya berjalan sesuai dengan yang kurencanakan."

"Terima kasih, Lea," ujarnya saat mengambil foto itu dari tanganku. "Akhirnya perempuan sialan itu
pergi dari kehidupanku. Dengan cara yang menyenangkan pula."

Aku menggenggam tangan Fira. "Apapun untukmu, Ral," aku melirik jam tanganku. "Selanjutkan siapa?"

Fira tampak berpikir sejenak. "Desna. Dia hampir menyusulku saat UAS kemarin."

"Baiklah. Itu pasti akan sangat mudah, mengingat rumahnya dekat dengan rumahmu."

Fira menepuk pundakku. "Kau sudah membantuku mengeliminasi 2 musuhku. Tidakkah kau juga
memiliki beberapa orang yang tidak kau sukai?" Tanyanya.
Aku menghembuskan nafas berat. "Tentu saja ada. Aku ingin membalaskan dendamku pada
pengkhianat menjjikkan itu."

"Yah, dia memang menjijikkan. Tidak bisa kubayangkan bagaimana dia tega mencuri karyamu dan
mengakuinya sebagai karya buatannya," tukas Fira setuju. "Kalau begitu, ayo kita serang dia."

"Bagaimana? Dia kan sudah tinggal di Jawa Tengah?"

"Mudah saja. Kau tanyakan media sosialnya pada teman-teman lamamu, lalu kita teror pengkhianat
menjikkan itu lewat sana dengan kemampuanmu."

Aku merasa mendapat pencerahan setelah itu. "Menarik. Akan kulakukan."

Ya, seperti yang kukatakan tadi, seseorang yang begitu gemilang pun pasti memiliki sesuatu yang
sekelam langit malam di hatinya. Dalam kasus ini, segala hal yang kulakukan adalah permintaan dari Fira
sendiri. Aku tentu saja dengan senang hati membantunya menyusun rencana, strategi jitu untuk
menjebak musuh, dan menyudutkan musuh dengan rahasia tergelap mereka.

Dan sesuai dengan yang kuceritakan tadi, aku dan Fira tidak terpisahkan. Pemikiran kami nyaris sama,
dan kami tidak memiliki rahasia apapun satu sama lain. Aku bahkan tahu rahasia terkelam Bella
mengenai keluarganya. Tapi karena kami saling mengetahui rahasia itulah, kami tidak akan berkhianat
satu sama lain. Karena itu juga, kami adalah Best Friend Forever

Selesai

Anda mungkin juga menyukai