Anggaran Dasar Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia
Anggaran Dasar Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia
PEMBUKAAN
Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha, Otonomi Daerah yang telah terbentuk pada
hakekatnya merupakan suatu upaya demokratisasi system pemerintahan, system
pelaksanaan pembangunan dan system pelayanan masyarakatyang secara
konstitusional diamanatkan dalam Undang – Undang Dasar 1945 yang dalam
pelaksanaannya diwujudkan dalam kewenangan untuk mengatur dan kepentingan
masyarakat, menurut prakarsa masyarakat dan berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai
dengan Peraturan Perundang –undangan yang berlaku, Otonomi Daerah adalah sebuah
agenda Nasional yang sangat penting dan strategis dalam memelihara identitas,
persatuan dan kesatuan bangsa guna mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional yang
berwawasan keadilan, kebenaran, makmur dan sejahtera.
Keberhasilan dalam melaksanakan Otonomi Daerah akan sangat menentukan perjalan
dan nasib bangsa dan Negara di masa mendatang. Untuk mendukung pelaksanaan
Otonomi Daerah diperlukan adanya suatu wadah kerjasama Pemerintah Desa yang
dinamakan Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia ( APDESI ) Pembentukan
APDESI merupakan perwujudan amanat Undang – Undang Dasar tahun 1945 yang
pelaksanaannya tercantum dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah. Dalam melaksanakan misinya, Asosiasi bertujuan untuk
menciptakan iklim yang kondusif terhadap pelaksanaan kerjasama antara Pemerintah
Desa untuk memfaatkan peluang yang bersekala nasional, regional dan global guna
kepentingan desa dalam rangka meningkatkan kesejahteraan, kemakmuran dan
kemaslahatan masyarakat desa sesuai dengan amanat Pembukaan Undang – Undang
Dasar 1945. guna mewujudkan tujuan tersebut APDESI berkewajiban dan berhak
menetapkan perwakilannya yang duduk memperjuangkan kepentingan desa.
Sebagai landasan dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut perlu ditetapkan Konstitusi
Asosiasi Pemerintah Desa Seluru Indonesia (APDESI) dengan diiiringi semoga Tuhan Yang Maha
Esa memberikan petunjuk dan kekuatan guna suksesnya pelaksanaan Visi dan Misi Asosiasi.
Untuk memperjuangkan kepentinagan dalam menentukan kebijakan agar lebih berpihak
kepada masyarakat pedesaan. Maka para Kepala Desa, Pamong Desa baik yang aktif maupun
yang purna bhakti bersepakat untuk berhimpun dalam sebuah organisasi Pemerintah Desa
yang Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga disusun sebagai berikut :
BAB I
NAMA, WAKTU, KEDUDUKAN, DAN BENTUK
Pasal 1
(1) Organisasi ini bernama Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia, disingkat
APDESI.
(2) APDESI didirikan pada tanggal 17 Mei 2005 di Jakarta , untuk waktu yang tidak
ditentukan.
(3) Organisasi tingkat Pusat berkedudukan di Ibukota Negara Republik Indonesia.
Pasal 2
APDESI adalah organisasi profesi berbentuk kesatuan dengan ruang lingkup nasional,
berdaulat dan mandiri, atas dasar kesamaan kegiatan, profesi di bidang pemerintah
desa, serta pembangunan pedesaan.
BAB II
ASAS DAN TUJUAN
Pasal 3
APDESI berasaskan Pancasila.
Pasal 4
Tujuan APDESI adalah meningkatkan harkat dan martabat Aparatur Pemerintah Desa
dan masyarakat sehingga terwujudnya Desa maju yang sejahtera, adil dan demokratis
dalam rangka mewujudkan tujuan Nasional sebagaimana termaktub dalam Pembukaan
Undang Undang Dasar 1945.
BAB III
SIFAT DAN FUNGSI
Pasal 5
(1) APDESI Bersifat independent
(2) Independen sebagaimana yang dimaksud ayat (1) tidak terlibat dan/ atau
melibatkan diri dalam gerakan-gerakan yang mengarah pada kepentingan golongan
kelompok, politik dan kekuasaan.
Pasal 6
(1) Fungsi sarana mempunyai arti sebagai sarana komunikasi, fasilitasi, koordinasi,
mediasi, advokasi dan perjuangan bagi pemerintah dan masyarakat desa.
(2) Fungsi kemitraan mempunyai arti sebagai mitra pemerintah dan lembaga-lembaga
non pemerintah dalam masalah-masalah yang menyangkut kepentingan desa.
BAB IV
VISI DAN MISI
Pasal 8
VISI
Terwujudnya Pemerintah Desa yang maju, Sejahtera, Adil, dan Demokratis.
Pasal 9
MISI
Misi APDESI Adalah :
BAB IV
DOKTRIN DAN ATRIBUT
Pasal 10
(1) Doktrin APDESI ditetapkan tersendiri oleh Musyawarah Paripurna Organisasi tingkat
Pusat.
(2) Doktrin APDESI adalah kesatuan pemikiran APDESI yang mengandung prinsip-prinsip
perjuangan APDESI, dan merupakan pedoman, pegangan dan bimbingan dalam
pelaksanaan fungsi dan peranan APDESI sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
Bangsa Indonesia.
Pasal 11
(1) APDESI mempunyai atribut-atribut, terdiri dari Panji / Lambang dan Lagu.
(2) Ketentuan tentang Atribut APDESI ditetapkan tersendiri oleh Musyawarah
Paripurna Organisasi Tingkat Pusat.
BAB V
KEANGGOTAAN DAN MASA BAKTI
Pasal 12
(1) Anggota organisasi ini adalah:
a. Anggota Biasa adalah para Kepala Desa baik yang aktif maupun purna bhakti, para
Pamong Desa baik yang aktif maupun Purna Bhakti.
b. Anggota Istimewa adalah seseorang yang mempunyai perhatian dan kepedulian
terhadap perkembangan Desa.
c. Anggota Kehormatan adalah para pejabat negara, pengusaha dan tokoh – tokoh
yang memberikan dukungan bagi upaya – upaya pertumbuhan dan perkembangan Desa
(2) Setiap anggota biasa mempunyai hak bicara dan hak memberikan suara, hak
memilih dan hak dipilih menjadi pengurus organisasi, kecuali anggota istimewa dan
kehormatan hanya mempunyai hak bicara.
(3) Setiap anggota wajib menjunjung tinggi nama dan kehormatan organisasi, wajib
mentaati Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta Peraturan Organisasi,
wajib aktif melaksanakan program organisasi.
Pasal 13
Keanggotaan APDESI berhenti karena:
a. Meninggal dunia.
b. Mengundurkan diri.
c. Membubarkan diri atau dibubarkan.
d. Diberhentikan sebagai anggota dalam rangka tindakan disiplin organisasi.
Pasal 14
MASA BAKTI
Masa bakti kepengurusan APDESI di semua tingkatan adalah 5 ( lima ) tahun.
BAB VI
STRUKTUR ORGANISASI DAN SUSUNAN
KEPENGURUSAN
Pasal 15
Struktur Organisasi terdiri dari Organisasi Tingkat Nasional, Organisasi Tingkat
Propinsi, Organisasi Tingkat Kabupaten / Kota, Organisasi Tingkat Kecamatan.
Pasal 16
(1) Struktur kepengurusan terdiri dari:
a. Dewan Pimpinan Pusat disingkat DPP dengan ruang lingkup nasional, berkedudukan
di Ibukota Negara.
b. Dewan Pimpinan Daerah disingkat DPD dengan ruang lingkup kewenangan Propinsi,
berkedudukan di Ibukota Propinsi.
(2) Susunan DPP terdiri dari Ketua Umum, beberapa orang Ketua, seorang Sekretaris
Jenderal, beberapa orang Wakil Sekretaris Jenderal, seorang Bendahara Umum,
beberapa orang Bendahara, dan beberapa orang Ketua Departemen.
(3) Susunan DPD dan DPC, terdiri dari seorang Ketua, beberapa orang Wakil Ketua,
seorang Sekretaris, beberapa orang Wakil Sekretaris, seorang Bendahara, beberapa
orang Wakil Bendahara, beberapa orang Ketua Biro di DPD dan beberapa orang Ketua
Bagian di DPC.
(4) Susunan DPK terdiri dari seorang Ketua, seorang Wakil Ketua, seorang Sekretaris,
seorang Wakil Sekretaris, seorang Bendahara dan beberapa ketua seksi.
Pasal 17
Pada setiap tingkat kepengurusan diadakan Departemen, Biro, Bidang dan Seksi yang
bersifat otonom, sepanjang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan yang
diprogramkan oleh APDESI.
BAB VII
WEWENANG, KEWAJIBAN, DAN TANGGUNG JAWAB
Pasal 17
(1) DPP adalah penyelenggara dan penanggung jawab tertinggi Organisasi.
c. Membekukan sementara DPD yang melanggar Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga.
Pasal 18
(1) Dewan Pimpinan Daerah adalah pelaksana kepengurusan organisasi di wilayahnya.
(2) Pada tingkat DPP, DPD dan DPC diadakan Badan Pertimbangan Organisasi, dengan
kewajiban diminta atau tidak diminta memberikan pertimbangan kepada Dewan Pimpinan di
masing-masing tingkat kepengurusan tersebut baik oleh seorang atau lebih atau keseluruhan
anggota Badan Pertimbangan Organisasi.
BAB VIII
MUSYAWARAH DAN RAPAT
Pasal 20
Musyawarah dan Rapat terdiri dari :
Pasal 21
(1) Musyawarah Nasional merupakan pemegang kekuasaan tertinggi organisasi,
diadakan sekali dalam lima tahun, dengan wewenang:
d. Menerima pengunduran diri Dewan Pimpinan Pusat serta memilih dan menetapkan
Dewan Pimpinan Pusat yang baru.
(2) Musyawarah Nasional Luar Biasa mempunyai wewenang yang sama dengan
Musyawarah Nasional, diadakan se-waktu-waktu apabila dipandang perlu, dengan
ketentuan:
b. Diadakan oleh Dewan Pimpinan Pusat atas kehendak sendiri maupun atas
permintaan sekurang-kurangnya lebih separoh jumlah DPD dan DPC.
(3) Rapat Kerja Nasional diadakan dua kali dalam lima tahun, dengan wewenang;
(4) Musyawarah Paripuma Organisasi di tingkat DPP diadakan sedikit-dikitnya dua kali
dalam setahun, dengan wewenang:
b. Memilih dan menetapkan salah seorang Ketua DPP untuk menjabat sebagai Ketua
Umum sampai berakhirnya masa bakti DPP bersangkutan, bila Ketua Umum
berhalangan tetap.
c. Memilih dan menetapkan salah seorang Wakil Sekretaris Jenderal DPP untuk
menjabat sebagai Sekretaris Jenderal sampai berakhirnya masa bakti DPP
bersang¬kutan, bila Sekretaris Jenderal berhalangan tetap.
d. memilih dan menetapkan pengisian lowongan antar waktu untuk jabatan lain dalam
DPP.
(5) Yang dimaksud berhalangan tetap dalam ayat (4) adalah karena;
a. Mengundurkan diri,
(6) Musyawarah Daerah / Cabang / Kecamatan diadakan sekali dalam lima tahun,
dengan wewenang:
(7) Musyawarah Paripurna Organisasi ditingkat DPD atau DPC diadakan sedikit-dikitnya
dua kali dalam setahun,dengan wewenang:
b. Memilih dan menetapkan salah seorang Wakil Ketua DPD atau DPC untuk menjabat
sebagai Ketua DPD atau DPC sampai berakhirnya masa bakti DPD atau DPC
bersangkutan, bila Ketua DPD atau DPC berhalangan tetap.
c. Memilih dan menetapkan pengisian lowongan antar waktu untuk jabatan lain dan
DPD/DPC.
(8) Yang dimaksud dengan berhalangan tetap dalam ayat (7) adalah karena:
-Mengundurkandiri.
- Meninggal dunia.
(9) Rapat Kerja Daerah / Cabang / Kecamatan diadakan sekurang-kurangnya dua kali
dalam lima tahun,dengan wewenang:
BAB IX
HUBUNGAN DENGAN ORGANISASI
KEMASYARAKATAN LAINNYA
Pasal 22
APDESI menjalin, membina dan mengembangkan hubungan kerjasama dengan
organisasi kemasyarakatan pada umumnya dan khususnya yang mempunyai kegiatan,
profesi dan fungsi di bidang pembangunan perdesaan di dalam negeri maupun di luar
negari.
BAB X
KEUANGAN
Pasal 23
Keuangan Organisasi diperoleh dari :
BAB XI.
PEMBUBARAN
Pasal 24
(1) Pembubaran organisasi hanya dapat dilakukan di dalam suatu Musyawarah Nasional
atau Musyawarah Nasional Luar Biasa yang diadakan khusus untuk itu yang dihadiri
sekurang-kurangnya 2/3 ( dua pertiga dari jumlah yang berhak hadir sebagai peserta
Musyawarah Nasional atau Musyawarah Nasional Luar Biasa bersangkutan.
(2) Keputusan pembubaran organisasi hanya sah jika disetujui dengan mufakat bulat
atau oleh dua pertiga dari jumlah suara peserta yang hadir.
(3) Dalam hal organisasi bubar, maka kekayaan organisasi diserahkan kepada Badan-
badan/Lembaga-lembaga Sosial di Indonesia oleh Tim Likuidasi yang dibentuk oleh
Musyawarah Nasional atau Musyawarah Nasional Luar Biasa.
BAB XIII
PENUTUP
Pasal 25
(1) Anggaran Dasar ini hanya dapat diubah dan ditambah oleh Musyawarah Nasional
atau Musyawarah Nasional Luar Biasa.
(2) Hal-hal yang belum diatur di dalam Anggaran Dasar ini akan diatur lebih lanjut
dalam Anggaran Rumah Tangga.
(3) Pelaksanaan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga diatur dalam Peraturan
Organisasi yang ditetapkan oleh DPP.
Ditetapkan di :
Pada tanggal SS :
Ketua, Sekretaris,