Anda di halaman 1dari 4

Begini Cara Mengganti Direktur BUMDes

Berdesa.com – Salahsatu yang menentukan maju dan tidaknya Badan Usaha Milik Desa
(BUMDes) adalah Direktur BUMDes. Apa pasal? Karena seorang direktur bakal menjadi
lokomotif terutama ide untuk membangun BUMDes menjadi lembaga usaha yang
menguntungkan baik profit maupun benefit. Masalahnya, bagaimana jika seorang direktur
dianggap tidak mampu membangun BUMDes. Bagaimana cara mengganti Direktur
BUMDes?

Sebagai lembaga baru di ranah desa, perangkat dan warga desa masih terus mempelajari
mengenai metode kepengurusan BUMDes. Masalahnya, bukan persoalan mudah bagi warga
desa memutuskan untuk mengganti orang yang duduk pada jabatan tertentu. Kenapa? Karena
budaya ewuh-prakewuh yang melekat kuat di desa.Termasuk pada lembaga bernama
BUMDes ini.

Sebelum memutuskan mengganti seorang direktur Badan Permusyawaratan Desa (BPD),


kepala desa dan tokoh masyarakat harus lebih dahulu bertemu dan mendiskusikan mengenai
hal itu dengan mendengarkan aspirasi warga. Butuh sebuah ukuran yang jelas kenapa seorang
direktur harus dicopot dan diganti. Paling tidak dengan mengukur melalui empat hal ini:

1. Apakah Direktur dianggap tidak memiliki kemampuan entrepreneurship dalam


mengembangkan usaha BUMDes?
2. Apakah Direktur BUMDes dianggap tidak memiliki jiwa kepempimpinan dan
manajerial lembaga?
3. Apakah Direktur keterampilan komunikasi dan taknik fasilitasi?
4. Apakah si Direktur ternyata tidak menguasai pola keuangan yang baik?

Jika empat unsur di atas tidak terpenuhi dan atau satu atau lebih unsur di atas tetapi
menciptakan pengaruh kuat kemandegan atau kerugian yang dialami BUMDes, maka
memang lebih baik menggantinya. Caranya?

Direktur BUMDes tidak bisa dicopot oleh Kepala Desa atau BPD. Soalnya, posisi ini
ditetapkan oleh Musyawarah Desa. Tahukah Anda, Musyawarah Desa adalah keputusan
tertinggi bagi sebuah desa sehingga keputusan itu tidak bisa dilakukan bahkan oleh kuasa
seorang Kepala Desa sekalipun. Satu-satunya yang bisa menggantikan yaitu Musyawarah
Desa lagi. Tapi apakah Musyawarah Desa bisa dilakukan sewaktu-waktu untuk
menggantikan posisi direktur BUMDes misalnya? Bisa, bisa sekali.

Syaratnya, musyawarah itu harus diusulkan oleh beberapa pihak yang menjadi representasi
warga dan telah melalui berbagai pertimbangan demi menciptakan lembaga yang lebih baik.
Maka kemudian dilakukanlah Musyawarah Desa Luar Biasa (Musdeslub). Kata luar biasa
ditambahkan dalam agenda seperti ini sebagai penanda bahwa agenda itu dilakukan di luar
jadwal yang telah ditetapkan karena adanya kepentingan yang sangat mendesak.

Sama dengan Musdes sebelumnya, Musdes ini harus pula menyertakan seluruh perwakilan
atau bisa juga 50 persen + 1 jika itu sudah ditetapkan dalam AD/ART. Agendanya jelas yakni
mengganti Direktur atau pengurus BUMDes. Biasanya agenda ini sekalian membahas
berbagai hal yang berhubungan dengan kemajuan BUMDes.
Kenapa harus dengan Musdes? Karena direktur dan pengurus BUMDes ditetapkan dengan
keputusan forum yang sama. Lain hanya dengan beberapa anggota struktur misalnya di
tingkat seksi atau ketua divisi pada struktur operasional di bawah pengurus inti. Hal ini
biasanya sudah diatur dalam AD/ART. Itulah pentingnya AD/ART BUMDes, tata aturan
inilah yang menjadi kitab untuk menyelesaikan berbagai persoalan kelembagaan BUMDes di
desa Anda. Bravo BUMDes.

Siapa Yang Bisa Memberhentikan Ketua


BUMDes?
Ketua Bumdes (penyebutan berdasarkan Permendagri) atau Direktur Bumdesa (penyebutan
berdasarkan Permendes) adalah orang yang secara organisasional berada pada posisi paling
tinggi dalam struktur organisasi BUMDes. Sedangkan kepala desa dalam struktur organisasi
BUMDes posisinya adalah sebagai pengawas dari jalannya BUMDes. Lalu, dapatkah Kepala
Desa menurunkan atau mengganti Ketua/Direktur Bumdes?

Jawabannya tidak, karena kewenangan tertinggi dalam bumdes ada di dalam Musyaarah Desa
(MUSDES), sehingga kepala desa tidak mempunyai kewenangan untuk memberhentikan
Ketua Bumdes.

Lalu bagaimana proses pemberhentian ketua/direktur Bumdes?

Proses pemberhantian ketua Bumdes dapat dilakukan dengan mengadakan MUSDES Luar
Biasa. Hasil keputusan yang didapat Musyawarah Desa sajalah yang dapat menurunkan ketua
Bumdes.

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam sistem pemerintahan desa sekarang ini
menempati posisi yang sangat penting. Tapi sebenarnya, apa saja tugas para anggota BPD
yang terhormat itu sehingga menjadi begitu penting bagi warga desa? Inilah penjabaran dari
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No 110 Tahun 2016 tetang Badan
Permusyawaratan Desa.

Fungsi BPD adalah membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa bersama Kepala
Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa dan melakukan pengawasan
kinerja kepala desa. Dari tiga tugas ini sudah jelas BPD adalah lembaga yang memiliki
kekuatan dalam dalam menyepakati peraturan desa yang bakal menjadi pedoman pelaksanaan
pembangunan desa.

BPD juga memiliki kekuatan untuk menyampaikan aspirasi warga. Penyampaian aspirasi
dilakukan melalui beberapa tahap kerja yakni BPD harus melakukan penggalian aspirasi
masyarakat, menampung aspirasi masyarakat yang disampaikan ke BPD dan mengelola
aspirasi masyarakat sebagai sebuah energi positif dalam merumuskan langkah kebijakan
desa.

BPD juga menyalurkan aspirasi dari warga desa pada Kepala desa yang kemudian dijadikan
pedoman oleh kepala desa beserta jajarannya dalam melaksanakan program pembangunan
desanya. Hebatnya, BPD juga sekaligus memiliki kekuatan untuk mengawasi proses
pembangunan desa dalam seluruh aspek. Ini menunjukkan betapa kuatnya BDP dalam ranah
politik dan sosial desa.

Selain itu BPD juga berhak menyenggarakan Musyawarah Desa (Musdes) pada agenda-
agenda yang mengharuskan adanya Musdes, salahsatunya Musdes membahas rencana
lahirnya Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Tanpa persetujuan BPD, BUMDes tak bisa
melenggang dan membentuk dirinya. Sekaligus BUMDes adalah salahsatu lembaga yang
bakal mengawasi jalannya proses yang berjalan pada BUMDes.

Adanya UU N0. 6 Tahun 2014 tentang Desa yang menempatkan desa sebagai subyek bagi
pembangunan di wilayahnya sendiri membuat peran BPD mutlak dan penting. Pasalnya, desa
yang selama ini diposisikan sebagai obyek, kini telah menjadi subyek bagi pengembangan
potensi dirinya sendiri.

BUMDes misalnya, adalah salahsatu produk yang dibentuk untuk mendorong peningkatan


kesejahteraan desa meliputi seluruh warganya dengan memanfaatkan sebaik-baiknya aset dan
potensi yang dimiliki. BUMDes bisa berjalan dengan menggunakan penyertaan modal dari
desa dan atau bekerjasama dengan pihak ketiga.

Sebagai sebuah lembaga usaha yang sekaligus mengemban misi pemberdayaan potensi desa,
BUMDes harus memiliki kemampuan manajerial yang tangguh. Di sinilah tantangannya.
Kebaruan wacana BUMDes membuat banyak desa masih kebingungan dengan apa yang akan
dilakukan BUMDes jika lembaga itu terbentuk. Di lain sisi pemerintah pusat telah
menganggarkan dana yang jumlahnya cukup besar bagi desa demi mendukung
pengembangan kesejahteraannya. 

Maka BPD menjadi sangat penting untuk mengawasi bagaimana dana yang ada dimanfaatkan
untuk program-program yang sesuai dengan apa yang telah disusun desa sekaligus
mengawasi berjalannya proses realiasi program. BPD pula yang diharapkan mampu
menciptakan kepatuhan dari perangkat teknis desa agar tidak terjadi penyimpangan-
penyimpangan.

Begitu pentingnya tugas dan peran BPD di desa sekarang ini. Sehingga tidak berlebihan jika
warga desa sangat berharap BPD mampu membuat aspirasi warga tersalurkan dengan baik.
Untuk memahami berbagai esensi yang ada dalam peraturan ini bakal lebih gamblang jika
Anda mempelajari pasal demi pasal di dalamnya.

Terkait Laporan Pertanggung jawaban (LPj) Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), Badan
Pemusyawarahan Desa (BPD) Lengkese Kecamatan Mangarabombang lewat Suhardi Dg
Borong meminta agar secepatnya Kepala Desa (Kades) Lengkese melakukan rapat
Musyawarah Desa (Musdes).

Hal itu mengacu pada Peraturan Pemerintah Desa nomor 4 tahun 2015 pasal 31 ayat 3 yang
berbunyi pemerintah desa mempertanggungjawabkan tugas pembinaan terhadap BUMDes
kepada BPD yang disampaikan melalui Musdes.

Dikatakan Dg Borong, pihaknya hanya menjalankan tugas selaku BPD yang tidak lepas dari
desakan masyarakat selaku wakil mereka di tingkat desa, apalagi sekarang ini sudah lewat per
31 Desember 2019.
Adapun terang Dg Borong, BPD Desa Lengkese sudah menempuh langkah terkait rapat
Musdes LPj Bumdes.

“Kami sudah menyurati secara tertulis kepada Kades, namun tak diindahkan juga,” tandasnya

Anda mungkin juga menyukai