Anda di halaman 1dari 155

IDE BUNUH DIRI DITINJAU DARI SELF-STIGMA DAN

PERCEIVED BURDENSOMENESS PADA ORANG


DENGAN EPILEPSI (ODE)

Skripsi

PUTRI MULYANI
1931080349

Program Studi : Psikologi Islam

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG
1444 H /2023 M

i
IDE BUNUH DIRI DITINJAU DARI SELF-STIGMA DAN
PERCEIVED BURDENSOMENESS PADA ORANG
DENGAN EPILEPSI (ODE)

Skripsi

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-


Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana S1
dalam Ilmu Ushuluddin dan Studi Agama

Oleh :
PUTRI MULYANI
1931080349

Program Studi: Psikologi Islam

Pembimbing I : Faisal Adnan Reza, S.Psi.,M.Psi.,Psikolog


Pembimbing II : Mustamira Sofa Salsabila, S.Psi., M.Si

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG
1444 H /2023 M

ii
ABSTRAK
Ide Bunuh Diri Ditinjau Dari Self-Stigma Dan Perceived
Burdensomeness Pada Orang Dengan Epilepsi (ODE)
Oleh :
Putri Mulyani
Epilepsi merupakan suatu gangguan pada sistem saraf pusat yang
ditandai dengan kejang dan menimbulkan dampak neurobiologik,
psikologik dan sosial. Dampak psikologis yang diterima ODE
menyebabkan keadaan depresi yang tak jarang berujung pada upaya
bunuh diri. Self-stigma dan perceived burdensomeness merupakan
faktor yang mempengaruhi ide bunuh diri pada ODE. Penelitian ini
bertujuan menguji hubungan self-stigma dan perceived burdensomeness
dengan ide bunuh diri pada ODE, menguji hubungan self-stigma dengan
ide bunuh diri pada ODE, menguji hubungan perceived
burdensomeness dengan ide bunuh diri pada ODE, dan menguji
perbedaan ide bunuh diri pada ODE remaja dan ODE dewasa awal.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain
penelitian korelasional. Teknik pengambilan sampel menggunakan
accidental sampling dengan total sampel sebanyak 66 ODE. Teknik
pengumpulan data menggunakan skala psikologi meliputi skala ide
bunuh diri berjumlah 19 aitem (α= 0.907), pada self-stigma berjumlah
29 aitem (α= 0.940), dan pada perceived burdensomeness berjumlah 6
aitem (α=0.938 ). Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis
regresi berganda yang dibantu dengan program SPSS 26 For Windows.
Hasil analisis data menunjukan nilai p=0.000(p<0.05), dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara self-stigma dan perceived
burdensomeness dengan ide bunuh diri pada ODE dengan sumbangan
efektif sebesar 45.9% sisanya 54.1% dipengaruhi oleh variabel lain
yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Nilai t = 0.108 dengan Sig.
0.915 (p>0.05) yang berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antara
tingkat ide bunuh diri pada ODE remaja dan ODE dewasa awal.

Kata Kunci : Ide Bunuh diri, Self-Stigma, Perceived Burdensomeness,


Epilepsi

iii
ABSTRACT
SUICIDAL IDEATION IN PERSON WITH EPILEPSY (PWE) AS
MEASURED BY SELF-STIGMA AND PERCEIVED
BURDENSOMENESS
Author :
Putri Mulyani
Epilepsy is a disorder of the central nervous system characterized by
seizures and causes neurobiological, psychological and social impacts.
The psychological impact received by ODEs causes a state of
depression that often leads to suicide attempts. Self-stigma and
perceived burdensomeness are factors that influence suicidal ideation
in ODE. This study aims to examine the relationship between self-
stigma and perceived burdensomeness with suicidal ideation in ODE,
examine the relationship between self-stigma and suicidal ideation in
ODE, examine the relationship between perceived burdensomeness with
suicidal ideation in ODE, and examine the differences in suicidal
ideation in adolescent ODE and early adult ODE.
This research is a non-experimental quantitative research with
correlational research design. The sampling technique used accidental
sampling with a total sample of 66 ODE. Data collection techniques
using psychological scales include suicidal ideation scales totaling 19
items (α = 0.907), on self-stigma totaling 29 items (α = 0.940), and on
perceived burdensomeness totaling 6 items (α = 0.938). The analysis
technique used is multiple regression analysis techniques assisted by
the SPSS Statistic Version 26 For Windows program.
The results of data analysis showed a value of p=0.000 (p<0.05), it
can be concluded that there is a relationship between self-stigma and
perceived burdensomeness with suicidal ideation in ODE with an
effective contribution of 45.9%, the remaining 54.1% is influenced by
other variables not examined in this study. The value of t = 0.108 with
Sig. 0.915 (p>0.05) which means there is no significant difference
between the level of suicidal ideation in adolescent ODE and early
adult ODE.

Keywords : Suicidal Ideation, Self-Stigma, Perceived Burdensomeness,


Epilepsy
iv
PEDOMAN TRANSLITERASI

Penulisan transliterasi Arab-Latin dalam skripsi ini menggunakan


pedoman transliterasi Berdasarkan Keputusan Bersama (SKB) Menteri
Agama RI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 158 Tahun
1987 dan No. 0543b/U/1987 yang secara garis besar dapat diuraikan
sebagai berikut :

1. Konsonan

Arab Latin Arab Latin Arab Latin Arab Latin

‫أ‬ A ‫ذ‬ Dz ‫ظ‬ Zh ‫م‬ M

‫ب‬ B ‫ر‬ R „ ‫ن‬ N


‫ع‬ (koma
‫ت‬ T ‫ز‬ Z terbalik ‫و‬ W
di atas)
‫ث‬ Ts ‫س‬ S ‫غ‬ Gh ‫ه‬ H

‫ج‬ J ‫ش‬ Sy ‫ف‬ F


(Apostrof,
‫ح‬ H ‫ص‬ Sh ‫ق‬ Q ‫ء‬ tetapi
tidakdilambang
kan apabila
‫خ‬ Kh ‫ض‬ Dh ‫ك‬ K terletak di awal
kata)
‫د‬ D ‫ط‬ Th ‫ل‬ L ‫ي‬ Y

2. Vocal

Vokal Pendek Contoh Vokal Contoh Vokal


Panjang Rangkap
‫ﹷ‬ A ‫جاهلية‬ ‫ا‬ Ȃ ‫بينكن‬ ‫…ﻱ‬ Ai
‫ﹻ‬ I ‫يسعى‬ ‫ﻱ‬ Ȋ ‫قىل‬ ‫…ﻭ‬ Au
‫ﹹ‬ U ‫فروض‬ ‫ﻭ‬ Ȗ

v
3. Ta Narbutah
Ta marbutah yang hidup atau mendapat harakat fathah, kasroh
dan dhammah, trasnliterasinya adalah /t/. Sedangkan ta marbuthah
yang mati atau mendaat harakat sukun, translatiresinya adalah /h/.
Seperti kata : Thalhah, Raudhah, Jannatu al-Na‟im.
4. Syaddah dan Kata Sandang
Transeliterasinya tanpa syaddah dilambangkan dengan huruf
yang diberi tanda syaddah itu. Seperti kata : Nazzala, Rabbaba.
Sedangkan kata sandang “al”, baik pada kata yang dimulai dengan
huruf qamariyah maupun syamsiyyah. Contohnya : al-markaz, al-
syamsu.

vi
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Putri Mulyani


NPM : 1931080349
Jurusan/Prodi : Psikologi Islam
Fakultas : Ushuluddin dan Studi Agama

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Ide Bunuh Diri Ditinjau


dari Self-Stigma dan Perceived Burdensomeness” adalah benar
merupakan hasil karya peneliti dan bukan hasil plagiasi dari karya orang
lain. Apabila dikemudian hari ditemukan adanya plagiasi, maka peneliti
bersedia menerima konsekuensi sesuai aturan yang berlaku di
Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.

Demikian surat penyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.


Wassalamualaikum Wr.Wb.

Bandar Lampung, 29 Desember 2022

Yang menyatakan,

Putri Mulyani

1931080349

vii
MOTTO

ّ‫ف ه‬
‫ّللاُ نا ْفسًا اِ اَل ُو ْس اعهاا‬ ُ ِّ‫اَل يُ اكل‬
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya” (Qs. Al-Baqarah :286)

x
PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil‟ alamin. Yang uatama dari segala sembah


sujud dan terucap syukur kepada Allah SWT. Taburan cinta dan kasih
sayang-Mu telah memberikan kekuatan, membekaliku dengan ilmu
serta meperkanalkanku dengan cinta. Atas karuania serta kemudahan
yang Engkau berikan, akhirnya skripsi yang sederhana ini dapat
terselesaikan. Sholawat serta salam selalu terlimpahkan kepada
junjungan Baginda Nabi Muhammad Shallallahu A‟laihi Wassalam.
Segala syukur kuucapkan kepadaMu Ya Rabb, karena sudah
menghadirkan orang-orang berarti disekeliling saya. Yang selalu
memberi semangat dan doa, sehingga skripsi saya ini dapat diselesaikan
dengan baik. Karya yang sederhana ini, kupersembahkan untuk orang-
orang tercinta dan tersayang :

1. Kedua orang tuaku yang sangat aku sayangi, Bapak Supriyanto dan
Ibu Sri Hartati yang dengan ketulusan dan segenap hatinya selalu
mendo‟akanku, merawatku, menjagaku, memberikan kasih sayang
dan cintanya kepadku, serta selalu memotivasi anaknya agar
menggapai cita-cita dan harapan yang diinginkan anaknya.
2. Untuk kakak dan sahabatku yang sangat aku sayangi, Ageng Adi
Wibowo, Orenda, Edi Kurniawan dan Elin Sundari yang menjadi
pelengkap kebahagiaan dan menjadi penyemangat motivasi besar
bagiku agar cepat menyelesaikan tugas akhir ini.

xi
RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap Putri Mulyani, dilahirkan di Pringsewu pada tanggal


19 April 2001. Anak ketiga dari tiga bersaudara, dengan ayah yang
bernama Supriyanto dan ibu bernama Sri Hartati. Untuk pertama kali
menempuh pendidikan di :

1. TK Dharma Wanita, Muara Sungkai, Lampung Utara, Lulus


tahun 2007
2. SD Negeri 1 Patoman, Pringsewu, Lulus tahun 2013
3. SMP Negeri 1 Pringsewu, Pringsewu, Lulus tahun 2016
4. SMA Negeri 1 Pagelaran, Pringsewu, Lulus tahun 2019

Pada tahun 2019 terdaftar sebagai salah satu mahasiswa pada


program S1 Psikologi Islam, Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama,
Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.

xii
KATA PENGANTAR

Bismillahirohmanirohim

Assalamuallaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillahirobbil‟alamin. Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat


Allah SWT, yang telah memberikan segala kenikmatan, ilmu
pengetahuan, kemudahan dan petunjuk-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat dalam memenuhi
gelar Sarjana Psikologi.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini, peneliti menyadari bahwa


skripsi yang ditulis masih jauh dari kata kesempurnaan, sehingga kritik
dan saran yang membangun sangat dibutuhkan untuk kedapannya.
Selain itu, terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan, bimbingan dari pihak-pihak yang turut serta dalam
memberikan dukungan secara moril maupun materil. Oleh karena itu,
dengan segala hormat peneliti mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Wan Jamaluddin Z, M. Ag., Ph.D selaku


Rektor UIN Raden Intan Lampung.
2. Bapak Dr. H. Ahmad Isnaeni, MA selaku Dekan Fakultas
Ushuluddin dan Studi Agama.
3. Bapak Drs. M. Nursalim Malay, M.Si selaku Ketua Prodi Psikologi
Islam dan Ibu Annisa Ftriani, S.Psi, MA selaku Sekretaris Prosi
Psikologi Islam yang telah memberikan arahan serta informasi
penting dalam hal perkuliahan dan telah menyetujui skripsi ini
untuk disidangkan.
4. Bapak Faisal Adnan Reza, S.Psi.,M.Psi.,Psikolog selaku dosen
pembimbing I dan Ibu Mustamira Sofa Salsabila, S.Psi., M.Si
selaku dosen pembimbung II, yang sealalu memberikan arahan
masukan, bantuan dan tidak pernah lelah mengarahkan peneliti
dalam penyusunan skripsi. Semangat yang selalu diberikan,
dukungan kepada peneliti sehingga mampu bertahan dan mampu
menyelesaikan skripsi ini, kesabaran dan dedikasi yang luar biasa
untuk peneliti.

xiii
5. Bapak Rahmad Purnama, M.Si selaku Dosen Pembimbing
Akademik yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam
hal permasalahan perkuliahan dari semester awal sampai semester
akhir.
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ushuludin dan Studi Agama UIN
Raden Intan Lampung yang telah mendidik serta meberikan ilmu
kepada peneliti selama perkulaiahan.
7. Sahabat dari SMA yang selalu memberikan motivasi dan semangat
dalam menyelesaikan skripsi ini yaitu Elin Sundari.
8. Sahabat dari awal masuk kuliah hingga saat ini, Meriyam Tasya
Zanaria, Tasa Amalia Tifa, Tiara Ayu Amani, Zahra Rahma Fadila
dan Zakia Salsabilla.
9. Keluarga besar Psikologi angkatan 2019 khususnya pada kelas E
yang telah membantu dan belajar bersama selama kuliah.
10. Teman-teman ODE di seluruh wilayah Indonesia khususnya yang
tergabung dalam Komunitas Epilepsi Indonesia (KEI) dan jalin
ikatan ODE yang telah meluangkan waktunya untuk mengisi skala
penelitian ini.
11. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu
yang telah berjasa membantu baik secara moril dan materil dalam
penyelesaian skripsi
Peneliti berharap kepada Allah SWT semoga apa yang telah
mereka berikan dengan segala kemudahan dan keihkhlasannya akan
menjadi pahala dan amal yang barokah serta mendapat kemudahan dari
Allah SWT. Amiin.

xiv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................... i


ABSTRAK ........................................................................................ iii
PEDOMAN TRANSLITERASI ....................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ................................ vii
PERSETUJUAN............................................................................. viii
PENGESAHAN ................................................................................ ix
MOTTO ............................................................................................. x
PERSEMBAHAN ............................................................................. xi
RIWAYAT HIDUP ......................................................................... xii
KATA PENGANTAR .................................................................... xiii
DAFTAR ISI ................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL......................................................................... xviii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................... xix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................... xx
BAB I PENDAHULUAN .................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 10
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 10
D. Manfaat Penelitian ................................................................. 11
E. Penelitian Terdahulu Yang Relevan ........................................ 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................... 17
A. Ide Bunuh Diri ........................................................................ 17
1.Pengertian Ide Bunuh Diri.................................................... 17
2.Aspek-Aspek Ide Bunuh Diri ............................................... 18
3.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ide Bunuh Diri ............ 19

xv
4.Ide Bunuh Diri Dalam Perspektif Islam ............................... 23
B. Self-stigma .............................................................................. 24
1. Pengertian Self-stigma ..................................................... 24
2. Aspek-Aspek Self-stigma ................................................ 25
C. Perceived Burdensomeness ..................................................... 26
1.Pengertian Perceived Burdensomeness ................................ 26
2.Aspek-Aspek Perceived burdensomeness ............................ 27
D. Hubungan Antara Ide Bunuh Diri Ditinjau Dari Self-Stigma dan
27Perceived Burdensomenes................................................... 27
E. Kerangka Berpikir ................................................................... 29
F. Hipotesis ................................................................................. 31
BAB III METODE PENELITIAN ................................................. 33
A. Identifikasi Variabel dan Definisi Oprasional ......................... 33
1.Identifikasi Variabel ............................................................. 33
2.Definisi Operasional ............................................................ 33
B. Populasi dan Subjek Penelitian ............................................... 34
1.Populasi................................................................................ 34
2.Teknik Pengambilan Sampel ................................................ 36
C. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 36
1.Skala Ide Bunuh Diri ............................................................ 37
2.Skala Self-stigma ................................................................. 37
3.Skala Perceived Burdensomeness ........................................ 38
D. Validitas dan Reliabilitas ........................................................ 39
1.Validitas Alat Ukur .............................................................. 39
2.Reliabilitas ........................................................................... 40
E. Metode Analisis Data .............................................................. 40

xvi
BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN .............. 41
A. Orientasi Kancah Persiapan Penelitian .................................... 41
1.Orientasi Kancah .................................................................. 41
2.Persiapan Penelitian ............................................................. 41
3.Pelaksanaan Try Out ............................................................ 43
4.Uji Seleksi Aitem dan Reliabilitas Instrumen....................... 43
B. Pelaksanaan Penelitian ............................................................ 47
1.Penentuan Subjek Penelitian ................................................ 47
2.Pelaksanaan Pengumpulan Data ........................................... 47
3.Skoring................................................................................. 48
C. Analisis Data Penelitian .......................................................... 49
1.Deskripsi Statistik Variabel Penelitian ................................. 49
2.Kategorisasi Skor Variabel Penelitian .................................. 50
3.Uji Asumsi ........................................................................... 55
4.Uji Hipotesis ........................................................................ 57
D. Pembahasan ............................................................................ 60
BAB V PENUTUP ........................................................................... 67
A. Kesimpulan ................................................................................ 67
B. Rekomendasi .............................................................................. 68
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 69

xvii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Populasi Penelitian ............................................................... 35


Tabel 2 Blueprint Skala Ide Bunuh Diri ........................................... 37
Tabel 3 Blueprint Skala Self-Stigma ................................................ 38
Tabel 4 Blueprint Skala Perceived Burdensomeness ........................ 39
Tabel 5 Distribusi Aitem Valid serta Gugur Skala Ide Bunuh Diri .. 44
Tabel 6 Distribusi Aitem Valid dan Gugur Skala Self-Stigma ......... 45
Tabel 7 Distribusi Aitem Valid serta Gugur Skala Perceived
Burdensomeness ................................................................... 46
Tabel 8 Deskripsi Data Penelitian .................................................... 49
Tabel 9 Kategori Ide Bunuh Diri Remaja .......................................... 50
Tabel 10 Kategori Ide Bunuh Diri Dewasa Awal ............................. 51
Tabel 11 Kategori Self-Stigma ODE Remaja ................................... 52
Tabel 12 Kategori Self-Stigma ODE Dewasa Awal .......................... 53
Tabel 13 Kategori Perceived Burdensomeness ODE Remaja........... 54
Tabel 14 Kategori Perceived Burdensomeness ODE Dewasa Awal . 55
Tabel 15 Hasil Uji Lineritas ............................................................. 56
Tabel 16 Model Summary R-Square ................................................ 57
Tabel 17 Hasil Uji Hipotesis Kedua dan Ketiga ............................... 58
Tabel 18 Deskripsi Ide Bunuh Diri Ditinjau Dari Usia..................... 59
Tabel 19 Hasil Uji T- Independent Sampels ..................................... 60

xviii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Bagan hubungan VB dengan VT ..................................... 30


Gambar 2 Pie Cart Kategorisasi Ide Bunuh Diri Pada ODE Usia
Remaja ............................................................................ 50
Gambar 3 Pie Cart Kategorisasi Ide Bunuh Diri Pada ODE Dewasa
Awal ................................................................................ 51
Gambar 4 Pie Cart Kategorisasi Self-Stigma Pada ODE Usia Remaja52
Gambar 5 Pie Cart Kategorisasi Self-Stigma Pada ODE Usia Dewasa
Awal ................................................................................ 53
Gambar 6 Pie Cart Kategorisasi Perceived Burdensomeness Pada ODE
Usia Remaja .................................................................... 54
Gambar 7 Pie Cart Kategorisasi Perceived Burdensomeness Pada ODE
Usia Dewasa Awal .......................................................... 55

xix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rancangan Skala Penelitian .......................................... 79


Lampiran 2 Validitas Reliabilitas Hasil Uji Coba Terpakai ............ 89
Lampiran 3 Skala Penelitian............................................................. 95
Lampiran 4 Bule Print Penelitian ................................................... 104
Lampiran 5 Skala Penelitian By Goggle Form ............................... 106
Lampiran 6 Data Skor Penelitian................................................... 118
Lampiran 7 Tabulasi Data Penelitian ............................................. 122
Lampiran 8 Hasil Uji Asumsi ......................................................... 124
Lampiran 9 Hasil Uji Hipotesis ...................................................... 128
Lampiran 10 Sumbangan Efektif.................................................... 131
Lampiran 11 Turnitin ..................................................................... 133

xx
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Penyakit kronis adalah penyakit dengan ciri bersifat menetap,
menyebabkan ketidakmampuan terhadap penderitanya, dan
membutuhkan waktu yang lama bagi penderita untuk sembuh (Lubkin
& Larsen, 2006). World Health Organization (2018) menjelaskan
bahwa penyakit kronis adalah penyakit dengan waktu yang lama yang
berkembang secara lambat dan merupakan akibat faktor genetik,
fisiologis, perilaku dan lingkungan.
Menurut Smeltzer dan Suzanna (2002) berdasarkan dari pengertian
dan ciri-cirinya, penyakit kronis merupakan gangguan kesehatan yang
membutuhkan pengawasan dan pengobatan dalam waktu yang lama.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa penyakit
kronis didefinisikan sebagai gangguan kesehatan yang dalam proses
penyembuhannya membutuhkan waktu cukup panjang hal tersebut
dapat menyebabkan pasiennya merasa sangat sakit dan lemah.
Seiring dengan penyembuhan penyakit kronis yang membutuhkan
waktu lama membuat penderitanya rentan mengalami stress, putus
asa, dan gangguan psikologis lainnya. Christensen (2006) membagi
beberapa penyakit kronis, yaitu seperti mortal illnesses, at risk
illnesses, dan lived with illnesses. Mortal illnesses, individu dalam
ketegori ini kehidupannya terancam dan merasakan gejala-gejala
penyakit serta risiko kematian. Contoh penyakit yang termasuk dalam
ketegori ini adalah kanker dan penyakit kardiovaskuler. At risk
illnesses, yang ditekankan dalam kategori ini adalah risiko
penyakitnya bukan pada penyakitnya. Hipertensi dan penyakit yang
berhubungan dengan hereditas merupakan contoh penyakit yang
masuk kedalam at risk illnesses. Kategori lived with illnesses yaitu
tidak mengalami kehidupan yang mengancam tetapi diharuskan
beradaptasi serta mempelajari kondisi penyakitnya selama hidup.
Contoh penyakit yang masuk kedalam kategori ini adalah asma,
diabetes, arthritis, dan epilepsi.

1
2

Epilepsi merupakan suatu keadaan munculnya serangan berupa


perpindahan sel saraf otak yang abnormal, tak beraturan, terjadi
berulang kali, serta mengakibatkan gangguan sensorik, motorik, atau
fungsi mental sementara (Sander & Shorvon, 1996). Epilepsi
merupakan penyakit yang kompleks, dikarenakan tidak hanya
berdampak pada medis, melainkan juga stigma yang melekat sebagai
dampak psikososial bagi Orang Dengan Epilepsi, yang selanjutnya
disebut ODE.
Dampak psikososial yang dialami ODE menjadi kompleks ketika
muncul gejala medis yang diikuti dengan permasalahan psikis seperti
rasa malu, takut untuk melakukan sesuatu dan merasa hidupnya
bermasalah hingga akhirnya merasa depresi (Tunnajah, 2015). Hasil
penelitian Maryanti (2016) juga menjelaskan bahwa epilepsi
memberikan dampak yang negatif terhadap kesejahteraan sosial dan
psikologis seseorang. Pengaruh tersebut seperti isolasi sosial,
stigmatisasi, atau ketidakmapuan.
Stigma yang berhubungan dengan epilepsi seperti kehilangan
pekerjaan, tidak diizinkan menikah, serta kehilangan kesempatan
pendidikan. Angka kejadian epilepsi mencapai 70 juta orang di
seluruh dunia dengan rata-rata 85%-90% ODE tinggal di negara
berkembang. Sekitar 80%-90% ODE di negara berkembang tidak
menerima pengobatan, sedangkan 30%-40% ODE yang menerima
pengobatan anti-epilepsi tidak menunjukan perbaikan. Kasus epilepsi
di Indonesia kira-kira berkisar antara 50-70 kasus per 100.000 orang
(Salsabila, Hildayani, & Madjid, 2020)
Epilepsi merupakan gangguan neurologis kronis yang disebebkan
oleh gangguan signal listrik di otak serta dapat terjadi di semua usia
(Weinman & Horne, 2005). Epilepsi bukan hanya permasalah
kesehatan secara fisik ataupun medis tetapi juga akan berpengaruh
terhadap kehidupan psikologis penderita dan keluarganya. Gangguan-
gangguan tertentu akan lebih sering muncul pada penderita epilepsi
seperti depresi, gangguan cemas, dan migrain.
Beberapa stigma yang dapat mempengaruhi ODE adalah cedera,
malu, kematian, takut kejang, tidak diizinkan menikah, kesempatan
pendidikan, dan kehilangan perkerjaan. Hal tersebut memicu rasa
rendah diri, hilangnya kepercayaan dan harga diri, yang dapat
3

menyebabkan ODE mengalami depresi yang berkepanjangan hingga


memunculkan ide bunuh diri (Bosak et al., 2012).
Mula (2017) menjelaskan bahwa 11,5% kematian epilepsi
disebabkan oleh bunuh diri, dan bunuh diri tiga kali lebih sering
terjadi daripada populasi umum. Komorbid yang sering terjadi pada
ODE salah satunya adalah gejala depresi, pravelensi depresi pada
ODE diperkirakan antara 9-62% (Elger et al., 2017). Elger
menambahkan bahwa kejang pada epilepsi menyebabkan keadaan
depresi atau bunuh diri.
Jones et al., (2003) melakukan penelitian tentang faktor risiko pada
epilepsi ditemukan sebanyak 32-48% ODE mengalami depresi dan
memiliki tingkat percobaan bunuh diri yang lebih tinggi dibandingan
populasi umum. Risiko tertinggi bunuh diri diidentifikasilan pada
pasien dengan epilepsi dan penyakit psikiatri komordibitas (J.
Christensen et al., 2007).
Selain itu, faktor risiko bunuh diri pada ODE termasuk beban obat
anti epilepsi yang tinggi, sering kejang, hubungan keluarga, riwayat
keluarga, masalah kesehatan, kecemasan yang parah, dan gangguan
kognitif (Hesdorffer et al., 2006). Komorbid depresi pada epilepsi
mempengaruhi secara negatif pada kualitas hidup, dan resiko bunuh
diri.
Beberapa penelitian menjelaskan ODE mempunyai kecenderungan
untuk bunuh diri salah satunya yaitu penelitian Saefulloh et al., (2019)
mengatakan bahwa usia kejang, durasi dan frekuensi bakitan, stress
status pekerjaan, status pendidikan, kemampuan diri dalam menangani
penyakitnya, dan masalah-masalah sosial merupakan faktor-faktor
akibat penyakit epilepsi yang dapat menyebababkan kejadian depresi
sehingga mempengaruhi kualitas hidup ODE, status kesehatan,
stigmastisasi, serta ide untuk bunuh diri.
Hasil meta analisis Abraham et al., (2019) yang mengukur
hubungan antara epilepsi dan bunuh diri dalam bentuk ide bunuh diri,
upaya bunuh diri, dan kematian akibat bunuh diri menyatakan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara epilepsi dan bunuh diri.
Bunuh diri meningkat diantara orang-orang dengan epilepsi dan
gangguan neurologis lainnya. 23 penelitian yang dianalisis didapatkan
prevalensi ide bunuh diri ODE berkisar 23,2%.
4

Wirrell et al., (2020) menunjukan bahwa tindakan melukai diri


sendiri dan ide bunuh diri secara signifikan lebih umum pada remaja
dan dewasa awal dengan epilepsi. Gangguan depresi mayor telah
dikaitkan dengan risiko lima kali lebih tinggi untuk upaya bunuh diri
pada remaja. ODE merasa memiliki masalah perilaku, kurang kasih
sayang, kesetiaan, dan kejujuran. Oleh karena itu, remaja dengan
epilepsi berinteraksi terhadap teman sebaya secara negatif (Cheung &
Wirrell, 2006).
Depresi pada remaja erat kaitannya dengan risiko bunuh diri.
Intensitas dari ide bunuh diri menunjukan korelasi yang paling tinggi
dengan intensitas dari depresi. Menurut Darmaningtyas (2002) ide
bunuh diri digambarkan sebagai tindakan yang mengakibatkan
kematian yang dilakukan oleh dirinya sendiri dalam kondisi sadar dan
secara sengaja. Bunuh diri juga menjadi suatu fenomena kematian
secara tidak wajar yang menjadi salah satu dari masalah kesehatan
masyarakat yang serius dan memerlukan perhatian di berbagai negara.
Terdapat 800.00 kematian per tahun atau dengan kata lain setiap 40
detik terdapat satu individu yang meninggal disebabkan oleh bunuh
diri (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2019). Bunuh diri
adalah penyebab utama dari 1,44% kematian seluruh dunia dan
merupakan peringkat ke-18 penyebab kematian terbanyak. Bunuh diri
adalah penyebab kematian keempat pada generasi muda.
Bunuh diri juga menjadi pemicu kematian kedua pada kelompok
umur 15-29 tahun dan 78% terjadi di negara berpendapatan rendah
atau menengah. Indonesia pun termasuk kedalam negara yang
terperosok dalam fenomena suicide, hal tersebut pun diperkuat dari
laporan Bank Dunia yang menyatakan saat ini Indonesia masuk
kedalam negara berpendapatan menengah kebawah (Syahrial, 2021).
Percobaan bunuh diri dan bunuh diri diawali dari sebuah ide bunuh
diri. Hal ini berarti disetiap orang yang melakukan bunuh diri diawali
dari memikirkan atau mencoba bunuh diri, faktor permasalahan yang
menyebabkan ide bunuh diri tersebut pun bervariasi. Santrock (2012)
menjelaskan bahwa kasus bunuh diri langka terjadi di masa kanak-
kanak, meningkat ketika remaja, dan semakin banyak kasus bunuh diri
yang terjadi ketika akan memasuki masa dewasa.
5

Fenomena bunuh diri meningkat pesat diusia remaja 15 tahun dan


terus meningkat hingga menginjak dewasa (World Health
Organization (WHO), 2021). Tindakan bunuh diri jarang terjadi di
usia anak-anak, meningkat ketika remaja, dan semakin tinggi ketika
menjelang dewasa atau dewasa awal (Santrock, 2011). Di Indonesia
sendiri data mengenai kematian dan penyebabnya belum tercatat
dengan baik dikarenakan banyak kasus bunuh diri yang tidak
dilaporakan, dengan alasan menjaga kehormatan dari pelaku bunuh
diri.
Masa remaja adalah masa pencarian identitas yang melibatkan
interaksi sosial atau hubungan sosial dengan orang lain, terutama pada
masa remaja akhir. Selain itu remaja yang sudah mulai menjalin
hubungan dengan lawan jenis juga membentuk interaksi dengan orang
lain (Santrock, 2007). Remaja juga dituntut harus mandiri, artinya
mereka harus mampu mengatasi kesulitannya sendiri.
Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak menuju
masa dewasa yang ditandai dengan terjadinya perubahan biologis,
kognitif, dan sosial-emosional (Santrock, 2003). Pada masa ini, remaja
akan menghadapi berbagai tugas perkembangan yang sebagian besar
berkaitan dengan aspek sosial, seperti membentuk hubungan dengan
teman sebaya pria dan wanita, mencapai peran sosial sesuai dengan
gender, mencapai kemandirian emosional, dan menampilkan perilaku
yang bertanggung jawab secara sosial (Hurlock, 1980).
Remaja diharapkan dapat menguasai tugas-tugas perkembangan
tersebut. Kegagalan dalam menyelesaikan tugas perkembangan dapat
disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah kondisi
kesehatan yang buruk (Hurlock, 1980). Epilepsi pada usia remaja
sampai dengan dewasa awal merupakan suatu kondisi yang dapat
menghalangi untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas
perkembangannya.
Seperti yang dialami oleh ODE berinisial M, ia menjadi
penganguran setelah kontrak kerjanya tidak diperpanjang karena ia
sering kambuh saat sedang bekerja di pabrik. Hal serupa terjadi pada
ODE berinisial A, semasa SMA ia dijauhi oleh teman-temannya
karena epilepsi dianggap sebagai penyakit menular dan penyakit
akibat gangguan mahluk halus. Seharusnya di masa remaja, individu
6

memiliki tugas perkembangan diantaranya yakni bergaul dan


menghabiskan waktu dengan teman sebaya (Santrock, 2011). Namun,
A dijauhi oleh teman-temannya sehingga tugas perkembangannya
menjadi terhambat.
Remaja dengan epilepsi memiliki peningkatan insiden depresi
karena serangan epilepsi tidak dapat diprediksi, efek samping yang
tidak dapat dikendalikan , dan persepsi negatif tentang diri mereka
sendiri (Marin, 2005). Saefulloh et al., (2019) mengatakan bahwa usia
kejang, durasi dan frekuensi bangkitan, stres status pekerjaan, status
pendidikan, kemampauan diri dalam menangani penyakitnya, dan
masalah-masalah sosial merupakan faktor-faktor akibat penyakit
epilepsi yang dapat menyebabkan kejadian depresi sehingga
mempengaruhi kualitas hidup ODE, status kesehatan, stigmatisasi,
serta ide untuk bunuh diri.
Terdapat tiga macam dari perilaku bunuh diri, yaitu completed
suicide, suicide attempt, dan suicide ideation. Completed suicide
adalah suatu perilaku individu dimana melakukan tindakan bunuh diri
secara fatal dan menyebabkan kematian secara cepat. Suicide attempt
adalah suatu perilaku ketika individu mencoba melukai diri sendiri
dengan tujuan bunuh diri, tetapi mereka tidak mati
Suicide Ideation adalah rencana seseorang untuk bunuh diri, hal
tersebut hanya sebatas pemikiran dan belum terlaksana (Nolen, 2007).
The Tree-Step Theory : “Ideation-to-Action” mengacu pada teori
bunuh diri yang dikembangkan oleh Klonsky & May (2015),
menyatakan bahwa perilaku bunuh diri selalu diawali dengan ide atau
pemikiran untuk bunuh diri.
Menurut Reynolds (1991) ide bunuh diri adakah pemikiran yang
melibatkan perencanaan, perilaku dan hasil tentang bunuh diri. Ideator
bunuh diri adalah seseorang yang telah memiliki rencana dan
keinginan untuk bunuh diri tetapi belum pernah mencoba upaya bunuh
diri secara terbuka. Ide bunuh diri merupakan faktor paling kuat yang
menyebabkan banyak kasus percobaan ataupun kematian karena
bunuh diri Mann (dalam Wong et al., 2011).
Wawancara yang dilakukan pada subjek DE (21) Kamis, 10 Maret
2022, subjek menuturkan bahwa setelah didiagnosa epilepsi, subjek
mengalami perubahan hidup dalam dirinya, seperti merasa tidak bisa
7

hidup layaknya orang pada umumnya, diharuskan selalu berada


dirumah karena takut ketika serangan datang. Subjek juga merasa
bahwa epilepsi membuat subjek merasa membebani orang lain
dikarenakan sudah banyak menyusahkan orang lain terutama keluarga.
Subjek tidak mau orang lain tahu bahwa subjek menderita epilepi,
dikarenakan banyak stigma yang beredar, seperti masyarakat
disekitarnya menganggap epilepsi adalah suatu penyakit menular.
Subjek merasa epilepsi sebagai aib dalam dirinya. Berdasarkan hasil
wawancara awal diketahui bahwa subjek cenderung memiliki
keinginan bunuh diri. Subjek merasa dampak epilepsi tersebut
membuat subjek tertekan, merasa lelah, dan menyerah bahkan
memikirkan bagaimana cara untuk mengakhiri hidup.
Hasil wawancara awal menunjukan bahwa subjek merasa menjadi
beban bagi orang lain terutama orang tua serta stigma masyarakat
berperan terhadap ide bunuh diri subjek. Hal tersebut sesuai dengan
penelitian Mula (2018) tentang peningkatan angka bunuh diri pada
epilepsi, dijelaskan bahwa salah satu faktor munculnya ide bunuh diri
dipengaruhi oleh perceived burdensomeness dikarenakan dampak
yang diterima ODE seperti serangan kejang, tidak bisa beraktifitas
seperti orang normal, dan adanya stigma dari masyarakat. Erlangsen et
al., (2015) menjelaskan beberapa penyakit fisik seperti kanker,
penyakit jantung, serebrovaskular, dan epilepsi dapat memicu resiko
tindakan bunuh diri.
Berita mengenai ide bunuh diri maupun bunuh diri pada ODE.
Suadnyana (2018) melaporkan Senin, 29 Januari 2018 remaja berusia
18 tahun asal desa Bunutin, Kintamani, Bangil nekat mengakhiri
hidupnya dengan posisi leher tergantung disebuah pondokan milik
keluarganya. Dari hasil pemaparan keluarga korban bunuh diri
dikarenakan penyakit epilepsi yang dideritanya sejak umur 10 tahun
tidak kunjung sembuh.
Sugeng Riyanto (23) pemuda asal Gunung Kidul, Yogyakarta.
Sugeng sempat merencanakan bunuh diri dikarenakan memiliki
penyakit epilepsi yang membuatnya tidak bisa bekerja untuk mebantu
Ibunya dan merasa putus asa dikarenakan sering mengalami
kekambuhan (BBC Indonesia, 2017). Dari hal terebut dapat
disimpulkan bahwa ide bunuh diri Sugeng disebabkan oleh kondisi
8

kesehatanya yang mempunyai penyakit epilepsi dan Sugeng merasa


menjadi beban untuk Ibunya dikarenakan tidak bisa bekerja untuk
memenuhi kebutuhan hidup.
Berdasarkan beberapa penjelasan diatas diduga terdapat hubungan
antara self-stigma, perceived burdensomeness dengan ide bunuh diri.
Ide bunuh diri disebabkan oleh beberapa faktor seperti adanya
permasalahan di dalam keluaraga, tekanan hidup, gangguan
kepribadian, dan kondisi kesehatan (Jones et al., 2003). Ide bunuh diri
pada ODE juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tidak memiliki
pekerjaan, penggunaan levetiracetam, depresi, dan stigma (Lin et al.,
2021).
Stigma adalah segala bentuk atribut fisik dan sosial yang
mengurangi identitas sosial seseorang, mendiskualifikasikan orang itu
dari penerimaan seseorang (Goffman, 1963). Epilepsi dikaitkan
dengan stigma yang tinggi. Epilepsi umumnya disalahartikan sebagai
gangguan yang memiliki bentuk “penyakit jiwa” sehingga merusak
harga diri ODE. Terdapat dua macam stigma menurut Corrigan,
(2004) yaitu public stigma dan self stigma. Public stigma mengacu
pada sikap negatif yang dibawa oleh masyarakat tentang orang-orang
dengan karakteristik yang tidak dihargai.
Self stigma atau stigma pada diri sendiri merupakan sebuah kondisi
seseorang yang meyakini bahwa stigma yang diberikan oleh orang
lain atau masyarakat terhadap dirinya adalah suatu hal yang benar.
Adanya stigma dari masyarakat menganggap bahwa penyebab epilepsi
yaitu sebuah akibat dari dosa dan kerasukan yang dilakukan oleh ODE
(Temkin, 1971).
Self stigma memiliki banyak dampak negatif seperti isolasi diri,
keterlambatan dalam pengobatan, tingkat psikopatologi yang lebih
tinggi dan menurunkan kualitas hidup (Ritsher & Phelan, 2004).
Stigma berperan penting dalam perilaku bunuh diri, dijelaskan dalam
bahwa tingkat self-stigma yang tinggi berhubungan dengan
peningkatan depresi serta penurunan harga diri dan kualitas hidup
subjek yang berakhir pada bunuh diri (Behavior, 2017).
Thomas Joiner‟s Interpersonal Theory of Suicide (IPTS)
menyebutkan bahwa thwarted belongingness (TB) dan perceived
burdensomeness (PB) merupakan faktor yang mengarah pada
9

keinginan bunuh diri (Klonsky et al., 2018). Joiner (2005)


menjelaskan bahwa faktor utama bunuh diri adalah kombinasi antara
serta thwarted belongingness, dan perceived burdensomeness yang
tinggi.
Teori tersebut dinamakan Interpersonal Theory of Suicide.
Thwarted belongingness adalah perasaan terasingkan dari lingkungan
sosial. Perceived burdensomeness adalah perasaan bahwa individu
merasa menjadi beban bagi orang lain. Melihat efek yang diterima
orang dengan epilepsi seperti serangan kejang, tidak bisa berkatifitas
seperti orang normal, dan adanya stigma dari masyarakat.
ODE akan merasa tertekan sehingga menganggap diri mereka
beban dan ideasi bunuh diri muncul (Mula, 2018). Kondisi kesehatan
juga berkaitan dengan perceived burdensomeness, dimana seseorang
yang mempunyai kondisi kesehatan buruk lebih banyak mendapatkan
perawatan dari lingkungan sekitar khusunya anggota keluarga,
sehingga menganggap diri mereka beban dan ideasi bunuh diri mulai
muncul (Cukrowicz et al., 2011).
Berdasarkan hasil penelitian Hollingsworth. et al., (2017)
Mikroagresi rasial dikaitkan dengan perceiveid burdensomeness yang
tinggi akan meningkatkan ide bunuh diri. Terdapat pengaruh yang
signifikan dari beberapa disabilitas fisik dan kondisi kesehatan pada
ide bunuh diri melalui perceiveid burdensomeness dan depresi pada
(Khazem et al., 2017).
Peningkatan perceiveid burdensomeness terjadi pada pasien
dengan nyeri kronis disebabkan oleh kebutuhan akan orang lain
ditabah dengan keadaaan kecacatan yang berkontribusi pada perasaaan
tidak berdaya (McGeary et al., 2006). Cousineau et al., (2003)
memeriksa kognisi pasien sakit kronis yang mengacu pada konsep
perceiveid burdensomeness, didapatkan bahwa kehawatiran, empati,
dan pemberian perawatan dari orang lain mengakibatkan rasa
bersalah, rasa tanggung jawab, dan berkurangnya rasa percaya diri
pada pasien sakit kronis.
Baumeister (1990) menambahkan rasa sakit fisik menimbulkan
penderitaan, menjauhi hubungan sosial, membahayakan berbagai
aktivitas pekerjaan, dan menjadi fokus utama perhatian orang lain. Hal
tersebut dapat mengurangi kualitas hidup orang. Semua ini dapat
10

berkontribusi untuk thwarted belongingness dan perceiveid


burdensomeness bagi orang yang dicintai, dan memfasilitasi
kebutuhan untuk melarikan diri dengan kematian bunuh diri.
Hooley et al., (2014) menunjukan bahwa seseorang yang menderita
kondisi sakit fisik merasakan bahwa mereka menciptakan beban bagi
orang lain, serta keluarga atau teman-teman akan lebih baik tanpa
mereka (perceiveid burdensomeness). Hal tersebut menunjukan bahwa
kondisi ini dapat menyebabkan pikiran untuk bunuh diri, bahkan
dalam individu tanpa diagnosis psikiatri.
Penelitian ini merupakan suatu kebaruan yang belum pernah
diteliti sebelumnya. Beberapa penelitian sebelumnya telah membahas
mengenai ide bunuh diri tetapi dalam variabel yang berbeda.
Kebaruan dalam penelitian ini yaitu variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah self stigma , perceived burdensomeness, dan ide
bunuh diri. Dimana sejauh dari hasil telaah literatur peneliti belum ada
yang mengkaitkan variabel self-stigma, perceived burdensomeness,
dan ide bunuh diri secara bersama-sama.
Berdasarkan permasalahan-permasalahan di atas beserta teori dan
hasil penelitian tentang self-stigma dan perceived burdensomeness
sebagai faktor dari ide bunuh diri melatarbelakangi peneliti untuk
mengkaji lebih lanjut dengan judul penelitian “Ide Bunuh Diri
Ditinjau Dari Self Stigma dan Perceived Burdensomeness Pada Orang
Dengan Epilepsi (ODE).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan dari latar belakang di atas, rumusan
masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat
hubungan antara self-stigma dan perceived burdensomeness dengan
ide bunuh diri pada ODE?”.

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Menguji hubungan antara self stigma dan perceived
burdensomeness dengan kecenderungan ide bunuh diri pada
orang dengan epilepsi (ODE)
11

2. Menguji hubungan antara self stigma dengan kecenderungan ide


bunuh diri pada orang dengan epilepsi (ODE)
3. Menguji hubungan antara perceived burdensomeness dengan
kecenderungan ide bunuh diri pada orang dengan epilepsi (ODE)
4. Menguji perbedaan ide bunuh diri pada ODE remaja dan ODE
dewasa awal.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat bermanfaat baik itu secara teoritis maupun
praktis. Adapun manfaaat penelitian ini:
1. Manfaat Teroritis
Penelitian ini diharapkan dapat berkontibusi dan
menambah kajian penelitian terkait psikologi khususnya
psikologi sosial, psikologi klinis, dan kesehatan mental yang
berhubungan dengan ide bunuh diri pada orang dengan
epilepsi (ODE).
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Keluarga ODE
Bagi keluarga yang memiliki ODE diharapkan
menjadi bahan pertimbangan dalam memperlakukan
ODE agar tidak merasa menjadi beban dan
menghilangkan pemikiran bunuh diri. Menjadi sumber
informasi bagi keluarga ODE mengenai faktor
berkembangnya kecenderungan ide bunuh diri pada ODE
sehingga bisa menjadi acuan untuk mendeteksi keinginan
bunuh diri.
Mampu menerima kondisi ODE dengan tetap
memberikan perhatian tanpa menganggapnya orang yang
lemah yang tidak dapat melakukan aktivitas sama sekali.
b. Bagi ODE
Penelitian ini dapat membantu ODE untuk mampu
mengelola dan menyikapi kondisinnya, sehingga
mengurangi keinginan untuk bunuh diri. Bagi ODE
diharapkan dapat mengurangi self stigma dan perceived
burdensomeness sehingga tidak adanya pemikiran untuk
bunuh diri.
12

c. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman dan
sarana informasi bagi masyarakat dalam memberikan
dukungan yang lebih baik kepada ODE sehingga dapat
hidup berdampingan dengan masyarakat tanpa merasa
rendah diri dan menjadi beban bagi masyarakat.
Dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan dan
bimbingan dalam upaya meningktakan kesadaran dan
mengurangi stigma terkait epilepsi dimasyarakat
sehingga ODE mampu bersosialisasi dengan baik.
d. Bagi Para Psikolog dan Ilmuwan Psikologi
Penelitian ini dapat membantu dalam
mengidentifikasi dan mengetahui ide bunuh diri pada
ODE sehingga dapat mengarahkan untuk tidak
melakukan bunuh diri. Sebagai sumber informasi dalam
upaya pengurangan percobaan bunuh diri, yaitu dalam
bentuk upaya yang sifatnya preventif (pencegahan)
maupun yang sifatnya kuratif (penanganan). Sebagai
bahan rujukan untuk memberikan ide bunuh diri.

E. Penelitian Terdahulu Yang Relevan


Penelitian ini dilakukan terkait dengan hasil penelitian-penelitian
terdahulu yang pernah dilakukan sebagai dasar untuk perbandingan
dan kajian. Pada bagian ini peneiliti mencantumkan penelitian
terdahulu dan membuat ringkasannya. Peneliti merujuk beberapa
penelitian sebagai rujukan dalam memperkaya bahan kajian pada
penelitian ini. Hasil-hasil penelitian terdahulu yang digunakan sebagai
perbandingan tidak terlepas dari topik penelitian mengenai ide bunuh
diri.
Dengan adanya langkah ini, maka akan dapat dilihat sejauh mana
keasliannya dan posisis penelitian uang hendak dilakukan. Berikut
merupkan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan ide bunuh diri :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Harahap & Amalia (2021) Yang
berjudul “Pengaruh Perceived Burdensomeness, Thwarted
Belongingness, dan Religiusitas Terhadap Ideasi Bunuh Diri pada
Lansia”. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang
13

hendak dilakukakan peneliti sekarang yaitu variabel bebas dan


subjek. Pada penelitian terdahulu variabel yang digunakan adalah
Perceived Burdensomeness, Thwarted Belongingness, dan
Religiusitas. Sedangkan variabel yang digunakan dalam penelitian
yang hendak dilakukan adalah self-stigma, dan Perceived
Burdensomeness. Pada penelitian terdahulu subjek yang diteliti
adalah lansia, sedangkan pada penelitian yang hendak diteliti
adalah. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang
hendak diteliti adalah variabel bebas perceived
burdensomeness,dan variabel terikat ide bunuh diri.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Febriana et al., (2021) yang
berjudul “Perceived Stress, Self-Compasion, Dan Suicidal Ideation
Pada Mahasiswa”. Perbedaan penelitian terdahulu dengan
penelitian yang hendak dilakukan peneliti yaitu dalam variabel dan
subjek. Variabel yang digunakan pada penelitian terdahulu yaitu
Perceived Stress, Self-Compasion, Dan Suicidal Ideation.
Sedangkan varaiabel pada penelitian sekarang adalah self-stigma,
perceived burdensomeness, dan ide bunuh diri. Subjek pada
penelitian terdahulu adalah mahasiswa, sedangkan subjek pada
penelitian yang akan diteliti adalah ODE . Persamaan penelitian
terdahulu dengan penelitian yang hendak diteliti terletak pada
variabel terikat yaitu suicidal ideation atau ide bunuh diri.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Ahmedani et al., (2017) yang
berjudul “Major Physical Health Conditions and Risk of Suicide”.
Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang hendak
diteliti yaitu dalam variabel. Pada penelitian terdahulu variabel
yang digunakan dua yaitu Physical Health Conditions dan Risk of
Suicide. Sedangkan pada penelitian yang hendak diteliti terdapat
tiga variabel yaitu self-stigma, perceived burdensomeness, dan ide
bunuh diri. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang
hendak diteliti terdapat pada variabel bunuh diri.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Vyandri & Ambarini, (2019) yang
berjudul “Pengaruh Neurotisme Dan Self-Criticism Terhadap Ide
Bunuh Diri Pada Santri MA Pondok Pesantren Amanatul Ummah
Surabaya”. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang
akan diteliti yaitu terdapat dalam variabel bebas dan subjek. Pada
14

penelitian terdahulu varibel bebas yang digunakan adalah


neurotisme dan self-criticism sedangkan pada penelitian yang
hendak diteliti variabel yang digunakan adalah self-stigma dan
perceived burdensomeness. Subjek pada penelitian sebelumnya
adalah Santri MA Pondok Pesantren sedangkan pada penelitian
yang hedak diteliti ODE. Persamaan pada penelitian terdahulu
dengan penelitian yang hendak diteliti terdapat pada variabel ide
bunuh diri.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Duffy et al., (2020) yang berjudul
“Perceived Burdensomeness Uniquely Accounts For Suicidal
Ideation Severit In Social Anxiety Disorder”. Perbedaan penelitian
terdahulu dengan penelitian yang akan diteliti yaitu terdapat dalam
variabel bebas dan subjek. Pada penelitian terdahulu variabel yang
digunakan adalah hanya dua yaitu Perceived burdensomeness dan
suicidal ideation, sedangkan pada penelitian yang hendak diteliti
menggunakan tiga variabel yaitu self-stigma, perceived
burdensomeness dan suicidal ideation. Subjek yang digunakan
pada penelitian terdahulu adalah orang dengan gangguan
kecemasan sedangkan penelitian yang hendak diteliti
menggunakan subjek ODE.
6. Penelitian yang dilakukan oleh Khazem et al., (2017) berjudul
“Thwarted Belongingness And Perceived Burdensomeness Explain
The Associations Of COVID-19 Social And Economic
Consequences To Suicide Risk”. Perbedaan penelitian terdahulu
dengan penelitian yang akan diteliti yaitu terdapat dalam variabel
bebas dan subjek. Pada penelitian terdahulu variabel bebas yang
digunakan yaitu Thwarted belongingness ,perceived
burdensomeness, sedangkan pada penelitian yang hendak diteliti
menggunakan variabel self-stigma dan perceived burdensomeness.
Subjek pada penelitian sebelumnya adalah usia dewasa, sedangkan
pada penelitian ini yaitu ODE.
7. Penelitian yang dilakukan oleh Baams et al., (2018) dengan judul
“Minority Stress, Perceived Burdensomeness, And Depressive
Symptoms Among Sexual Minority Youth”. Hasil dalam penelitian
tersebut terdapat hubungan antara perceived burdensomeness
dengan stress minoritas dan gejala depresi pada remaja minoritas
15

seksual. Subjek dalam penelitian ini sebanyak 267 remaja berusia


16-22 tahun. Perbedaan penelitian terdahulu dan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti yaitu perbedaan dalam penentuan variabel
terikat, variabel bebas, dan subjek. Dimana pada penelitian
terdahulu variabel terikat yang digunakan yaitu stress minoritas
dan gejala depresi sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti
menggunakan variabel terikat ide bunuh diri. Pada variabel bebas
di penelitian terdahulu menggunakan perceived burdensomeness,
sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti menggunakan dua
variabel bebas yaitu self-stigma dan perceived burdensomeness.
Subjek pada penelitian terdahulu menggunakan populasi umum di
usia 16-22, sedangkan pada penelitian yang dilakukan peneliti,
subjek yang didpilih yaitu ODE usia 18-39 tahun.
8. Penelitian yang dilakukan oleh Wang et al., (2018) dengan judul
“The Interplay Of Family Cohesion, Self-Stigma, And Suicidal
Ideation in People Of ColorWith Psychotic Spectrum Disordes”.
Self-stigma berhubungan dengan peningkatan ide bunuh diri ketika
kohensi keluarga berada di atas tingkat rara-rata. Perbedaan
penelitian terdahulu dan penelitian yang dilakukan oleh peneliti
yaitu dalam penentuan variabel bebas dan subjek. Varibael bebas
di penelitan sebelumnya menggunakan family cohesion dan self-
stigma, sedangkan pada penelitian yang dilakukan peneliti
menggunakan dua variabel bebas yaitu self-stigma dan perceived
burdensomeness. Subjek pada penelitian terdahulu yaitu orang
dengan gangguan spektrum psikotik, sedangkan subjek pada
penelitian yang dilakukan peneliti ODE.
16 16
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Ide Bunuh Diri


1. Pengertian Ide Bunuh Diri
Maramis (2004) menjelaskan bunuh diri sebagai perbuatan
yang mengarah untuk mengakhiri hidup dalam waktu singkat.
Bunuh diri merupakan perilaku seseorang dengan niatan dan
kesengajaan untuk membunuh dirinya sendiri atau melakukan
tindakan mengambil nyawanya sendiri (Reber, 2010). Tindakan
bunuh diri mengarah pada perilaku dan pikiran-pikiran yang
berhubungan dengan tujuan individu untuk mengakhiri hidup diri
sendiri (Fortinash & Worret, 2012).
Menurut Keliat et al., (2011) perilaku yang dilakukan secara
sadar untuk mengakhiri hidupnya disebut bunuh diri. Keliat
(2006) menjelaskan bahwa bunuh diri terdiri dari tiga hal yaitu
ide bunuh diri, ancaman bunuh diri, dan percobaan bunuh diri.
Tiga hal teresbut menjadi prediktor penting dari meningkatnya
jumlah kematian akibat bunuh diri. Bunuh diri adalah rangkaian
yang mencakup ide bunuh diri, upaya bunuh diri dan
penyelesaian bunuh diri. Sebanyak 95% dari pelaku bunuh diri
melaporkan ide bunuh diri sebelumnya (Klonsky et al., 2016).
Ide bunuh diri merujuk pada suatu gagasan yang masih
berwujud potensi dan belum dilakukan dalam tindakan nyata atau
masih berupa gagasan untuk bunuh diri yang belum
dimanifestasikan dalam perilaku yang tampak. Ide bunuh diri
tidak terjadi dengan sendirinya tetapi meruapakan hasil dari
beberapa proses pengalaman dalam diri Beck (dalam
Stevia,1992).
Freud (dalam Maramis, 1998) mengatakan bahwa ide bunuh
diri merupakan keinginan berupa gagasan dalam diri individu
yang kemudian mendapatkan halangan untuk mengekspresikan
kemarahan dan permusuhan terhadap orang yang dicintai dan

17
18

memaksa individu untuk menimbulkan dorongan agresif yang


tidak dapat disalurkan atau diekspresikan pada dirinya sendiri.
Reynolds (1991) menjelaskan bahwa pemikiran mengenai
perencanaan, perilaku dan hasil tentang bunuh diri, kematian,
serta perilaku yang merugikan diri sendiri disebut dengan ide
bunuh diri. Ide bunuh diri adalah istilah luas yang mencakup dari
keinginan untuk mati sampai kepada perencanaan detail untuk
melakukukan bunuh diri (Joiner et al., 2003). Keinginan tersebut
merupakan suatu kebutuhan afeksi yang tidak didapat dari orang
yang dicintai, sementara itu individu tersebut tidak dapat
mengekspresikan kemarahan yang terpendam pada orang yang
dibencinya sehingga halangan menyatakan amarah dan
permusuhan itu ditimpakan pada dirinya sendiri.
Menurut Fortinash & Worret (2012) ide bunuh diri adalah
suatu rencana untuk mengakhiri hidupnya yang dapat
diekspresikan secara verbal atau menggunakan cacatan yang
mempunyai tujuan tetentu atau untuk memperlihatkan kepada
orang disekitar tentang pemikiran bunuh diri yang dimilikinya.
Ide bunuh diri merupakan mencakup pemikirian untuk
membunuh diri sendiri, membuat rencana dimana, kapan dan
bagaimana bunuh diri akan dilakukan, serta pemikiran tentang
bagaimana bunuh diri mempengaruhi orang lain (Zulaikha &
Febriyana, 2018).
Berdasarkan pemaparan berbagai tokoh di atas dapat diketahui
bahwasannya ide bunuh diri merupakan suatu gagasan atau
pemikiran untuk mengakhiri hidupnya sendiri mulai dari
perencanaan mengenai kapan, dimana, dan bagaimana bunuh diri
itu dilakukan.

2. Aspek-Aspek Ide Bunuh Diri


Menurut Beck et al., (1979) , pada dasarnya ide bunuh diri
mempunyai tiga aspek yaitu:
a. Keinginan bunuh diri aktif
Aspek ini mencakup adanya keinginan untuk melakukan
tindakan bunuh diri, keinginan untuk mati, dan memiliki
penyebab untuk melakukan tindakan bunuh diri.
19

b. Persiapan
Komponen ini mencakup adanya pemikiran terkait rencana
bunuh diri dan keinginan untuk melakukan upaya bunuh diri.
c. Keinginan bunuh diri pasif
Aspek ini mencakup adanya keinginan untuk mengakhiri
hidup atau upaya bunuh diri, tetapi tidak ada rencana untuk
melakukanya serta cenderung tidak ingin dekatahui orang
lain.
Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan
bahwasanya terdapat tugas aspek ide bunuh diri yaitu keinginan
bunuh diri aktif, kerahasiaan, dan keinginan bunuh diri pasif.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ide Bunuh Diri


Faktor-faktor ide bunuh diri pada remaja berdasarkan Pratiwi
dan Underwati (2014) antara lain:
a. Faktor keluarga
Sebagaian besar waktu remaja dihabiskan di dalam
keluarga. Adanya pertengkaran dari orang tua merupakan
salah satu faktor dari munculnya pemikiran untuk bunuh
diri.
b. Faktor percintaan
Pada masa remaja, mereka cenderung akan memaknai
sebuah hubungan secara “sedikit berlebihan”, jadi jika
didalam hubungan percintaan tersebut mendapatkan suatu
masalah remaja cenderung merespon secara emosional dan
menjadikan bunuh diri sebagai sebuah solusi.
c. Faktor tekanan psikologis
Tekanan psikologis pada masa remaja berasal dari diri
mereka sendiri. Remaja akan melihat diri mereka sendiri dan
orang lain seperti apa yang mereka inginkan, bukan seperti
apa yang terjadi sehingga menyebabkan tinginya emosi.
Tekanan psikologis pada remaja juga bisa berasal dari
kegagalan dalam meraih keinginan. Tekanan-tekanan
psikologis tersebut pada remaja akan memunculkan ide
bunuh diri.
d. Faktor masalah yang dihadapi
20

Besarnya suatau masalah yang dihadapi dapat


menyebabakan remaja memiliki ide bunuh diri. Remaja yang
memiliki kemampuan baik dalam memecahkan masalah
cenderung merespon masalah dengan positif dan lebih baik.
Mereka lebih logis dalam mencari solusi. Berbeda dengan
yang tidak memiliki kemampuan yang baik untuk
memecahkan masalah, mereka akan cenderung emosional
dan cepat menyerah. Remaja yang tidak memiliki
kemampuan untuk memecahkan masalah ini cenderung akan
memikirkan solusi yang mengarah kepada bunuh diri.
d. Faktor kurangnya memperoleh perhatian
Perhatian atau dukungan sosial sangat penting
diberikan kepada remaja. Misalnya ketika remaja
menghadapi kesulitan atau suatu masalah, remaja
membutuhkan perhatian untuk ditemani dan didengarkan
mengenai masalah yang sedang dihadapi. Ketika disisi
remaja ada yang memberi perhatian remaja akan merasa
lebih kuat. Hat tersebut berbeda dengan remaja yang kurang
mendapatkan perhataian, remaja akan menganggap masalah
yang berat hanya dihadapinya sendiri, merasakan beban, dan
tidak ada yang membantunya sehinga sampai pada titik
dimana remaja memikirkan untuk menyerah pada
kehidupan.
e. Faktor harga diri rendah
Merasa tidak berguna, merasa malu, merasa bodoh,
merasa serba kurang, iri atas kebahagiaan orang, serta
merasa hanya menyusahkan orang lain merupakan ciri
individu yang memiliki harga diri rendah. Remaja yang
memiliki harga diri rendah juga cenderung akan menarik
diri. Jika hal tersebut tidak segera diatasi maka akan
menyebabkan depresi dan berlanjut ke perilaku kekerasan
sampai pada perencanaan bunuh diri.
f. Faktor masalah sosial dan ekonomi
Tanpa uang yang cukup individu terbatas dalam
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Tak hanya itu, orang-
21

orang dengan pendapatan rendah sering mengalami rasa


malu dan diremehkan..
g. Faktor keputusasaan
Upaya bunuh diri yang fatal tercermin dalam
tingginya tingkat keputusasaan yang berulang.
h. Faktor kesehatan
Dampak dari masalah kesehatan yang buruk yaitu
dapat membatasi remaja melakukan aktivitas yang mereka
inginkan sehingga menurunkan tingkat kebahagian. Banyak
remaja yang akan berpikir untuk mengakhiri hidupnya
sebagai cara untuk menghentikan rasa sakit akibat masalah
kesehatan. Memiliki suatu masalah kesehatan diharuskan
untuk meminum obat-obatan dan tidak sedikit obat-obatan
tersebut yang memberikan pusing, efek tersebut dapat
membatasi remaja untuk melakukan aktivitas dan harus
mematuhi aturan-aturan yang menimbulkan rasa bosan dan
kurang bahagia.
i. Faktor bosan hidup
Remaja mengalami perasaan bosan hidup dapat
disebebkan oleh kematian seseorang yang disayang baik
keluarga, orang tua, maupun kekasih, ketakutan akan masa
depan, serta kegagalan dalam meraih keinginan juga menjadi
faktor-faktor munculnya ide bunuh diri

Faktor-faktor ide bunuh diri pada ODE berdasarkan Lin et al.,


(2021) adalah sebagai berikut:

a. Status Pekerjaan
Seseorang yang tidak memiliki pekerjaan atau
pengangguran akan memiliki pendapatan yang rendah. ODE
memiliki beban ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan
dengan orang sehat. Ketika ODE menjalani berbagai macam
pengobatan tetapi memiliki pendapatan yang rendah akan
menyebabakan tekanan kepada ODE.
b. Penggunaan Obat Antiepilepsi (OAE)
Penggunaan obat antiepilepsi seperti levetiracetam,
topiramate, dan vigabatrin menyebabkan peningkatan tiga
22

kali lebih besar terkait risiko bunuh diri dibandingkan tanpa


menggunakan obat anti epilepsi
c. Depresi
Risiko bunuh diri 2,6 kali lebih tinggi pada ODE dengan
gangguan kejiwaan, termasuk depresi, kecemasan, dan
psikosis.
d. Stigma
Stigma berhubungan dengan self-esteem dan self-
competence yang rendah, penurunan rasa kemampuan,
peningkatan rasa kerentanan, peningkatan gejala depresi dan
kecemasan yang pada akhirnya menurunan kualitas hidup.
Stigma secara garis besar dapat dibagi menjadi public stigma
(prasangka sosial terhadap suatu penyakit) dan self-stigma
(prasangka yang dimiliki pasien terhadap dirinya).
Individu dengan skizofrenia dan depresi yang memiliki
self-stigma yang tinggi tentang dirinya. Self-stigma
merupakan faktor utama dalam pengobatan ODE
dikarenakan dapat mempengaruhi efek pengobatan,
prognosis pasien, dan kualitas hidup. Self-stigma
menghambat kehidupan orang-orang dengan penyakit kronis
maupun gangguan kejiwaan dan mengakibatkan
meningkatnya pemikiran bunuh diri.

Joiner ( 2005) mengusulkan The Interpersonal


Psychological Theory Of Suicide (IPTS) atau dalam bahasa
Indonesia teori bunuh diri interpersonal psikologis yang
menyebutkan bahwa ide bunuh diri muncul dari dua faktor yaitu :
a. Perceived Burdensomeness adalah keyakinan bahwa orang
lain akan mendapat manfaat dari kematian seseorang atau
bahwa kematian seseorang lebih berharga daripada
nyawanya (mis., keluarga saya akan lebih bahagia atau lebih
baik tanpa saya)
b. Thwarted belongingness terdiri dari rasa kesepian dan
kurangnya perhatian timbal balik yang dirasakan, termasuk
isolasi sosial, keterhubungan yang rendah, dan dukungan
sosial yang buruk.
23

Berdasarkan penjelasan di atas bahwa faktor yang


mempengaruhi ide bunuh diri yaitu keluarga, percintaan, tekanan
psikologis, masalah yang dihadapi, kurangnya perhatian, masalah
disekolah dan pertemanan, harga diri rendah, sosial dan ekonomi,
keputusasaan, kesehatan, bosan hidup, status pekerjaan,
penggunaan obat anti epilepsi (OAE), depresi, stigma, perceived
burdensomeness, serta thwarted belongingness.

4. Ide Bunuh Diri Dalam Perspektif Islam


Islam menjelaskan bahwa perilaku yang dibenci oleh Alllah
SWT adalah bunuh diri, hal ini dijelaskan dalam beberapa ayat
Al-Quran :

ِ ‫از ِه ْى اِ ٌْ نَّ ْى ي ُْؤ ِيُُىْ ا بِ ٰه َرا ا ْن َح ِد ْي‬


‫ث اَ َسفًا‬ ٰ ٰٓ ٰ َ ‫اخ ٌع ََّ ْف َس‬ َ َّ‫فَهَ َعه‬
ِ َ‫ك عَهى اث‬ ِ َ‫ك ب‬
Artinya: Maka barangkali engkau (Muhammad) akan
mencelakakan dirimu karena bersedih hati setelah mereka
berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini
(Al-Qur'an) (Q.S Al-Kahf 18: 6)

ِ َ‫ٰيٰٓاَيُّهَا انَّ ِريٍَْ ٰا َيُُىْ ا ََل تَأْ ُكهُ ْٰٓىا اَ ْي َىانَ ُك ْى بَ ْيَُ ُك ْى بِا ْنب‬
ٍ ‫اط ِم اِ ََّلٰٓ اَ ٌْ تَ ُكىْ ٌَ تِ َجا َزةً ع ٍَْ تَ َس‬
ۗ ‫اض ِّي ُْ ُك ْى‬
‫ّللاَ َكاٌَ ِب ُك ْى َز ِح ْي ًًا‬ ّ ٰ ٌَّ ِ‫َو ََل تَ ْقتُهُ ْٰٓىا اَ َْفُ َس ُك ْى ۗ ا‬
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu
saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak
benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka
sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh
dirimu. (Q.S An-Nisa 3:29)
Berdasarkan ayat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
adanya larangan untuk mencelakai diri sendiri ataupun orang lain
secara sengaja yang akan berdampak pada kematian. Bunuh diri
dilarang karena pertama, menandai bahwa pelaku tidak bisa
menerima kenyataan dan perubahan kehidupan yang dijalani.
Kedua, menandakan ketidaksiapan menempuh masa depan yang
selalu ada tantangan dan halangan. Ketiga, mendahului ketetapan
Tuhan (dalam hal kematian) (Rosyid, 2014). Pada cerita lain
disebutkan dalam sebuah hadis Nabi SAW bersabda siapapun
yang mati dengan cara menjatuhkan dirinya sendiri dari gunung
maka dirinya kelak akan jatuh ke neraka jahanam.
24

Jika ada seseorang kemudian mati setelah meminum racun,


maka racun itu kelak akan diminum juga di neraka jahanam
(Imam & Mubhar, 2019). Dalam konteks bunuh diri, ulama fiqh
sepakat berdasarkan ayat ini untuk mengharamkan tindakan
bunuh diri. Hal ini disebabkan Allah maha penyayang sehingga
nyawa manusia bernialai sangat berharga.
Pembunuhan sangat dikecam keras dalam Al-Quran.
Pembunuhan yang dimaksud tidak hanya pembunuhan terhadap
orang lain tetapi juga berbentuk pembunuhan kepada diri sendiri.
(Firmansyah, 2022). Bunuh diri dilarang oleh agama dan akibat
dari bunuh diri tersebut kelak akan mendapatkan hukuman pada
hari kiamat. Hal ini dijelaskan dalam hadis nabi :
‫يٍ حهف بسيهت غيس اإلسالو كاذبا فهى كًا قال ويٍ قتم َفسه بشيء عتب بيه في َازجهدو‬

‫ونعٍ انًؤيٍ كقتهه ويٍ زيى يؤيُا بكس فهى كقتهه‬

Artinya: "Barangsiapa bersumpah dengan agama selain Islam


dalam keadaan dusta, maka dia sebagaimana yang dia katakan.
Barangsiapa membunuh dirinya dengan sesuatu, dia akan disiksa
dengan sesuatu itu dalam neraka Jahannam. Melaknat seorang
Mukmin seperti membunuhnya. Dan barangsiapa menuduh
seorang Mukmin dengan kekafiran maka itu seperti
membunuhnya (HR. Al Bukhari, no 6105).

B. Self-stigma
1. Pengertian Self-stigma
Stigma didefinisikan sebagai suatu proses sosial yang diamati
saat ada unsur pelebelan, stereotip dan diskriminasi karena ada
karakteristik spesifik sebelumnya yang berbeda dan tidak dapat
diterima (Lestari et al., 2017). Terdapat dua macam stigma
menurut Corrigan (2004) yaitu public stigma dan self stigma.
Public stigma mengacu pada sikap negatif yang dibawa oleh
masyarakat tentang orang-orang dengan karakteristik yang tidak
dihargai.
Self stigma atau stigma pada diri sendiri merupakan sebuah
kondisi seseorang yang meyakini bahwa stigma yang diberikan
oleh orang lain atau masyarakat terhadap dirinya adalah suatu hal
25

yang benar. Corrigan (2004) menjelaskan self-stigma adalah


seseorang yang setuju atas stereotip negatif yang ada di
masyarakat bahwa dirinya lemah dan tidak dapat merawat dirinya
sendiri.
Self-stigma adalah proses penilaian internal dimana orang
memperhitungkan dirinya sendiri. Penilaian tersebut didapatkan
dari pesan yang diterima dari norma- norma sosial, namun pada
kesimpulannya penilaian terhadap diri sendiri diciptakan sendiri
oleh orang itu sendiri (Viteva & Semerdjieva, 2015). Self-stigma
ialah gabungan dari sebagian prasangka serta stereotype orang
lain mengenai individu dengan masalah psikologis menjadi
keyakinan tentang diri sendiri (Lucksted & Drapalski, 2015).
Self-stigma disebut juga penerimaan diri yang negatif atau
pengakuan seseorang bahwa masyarakat memiliki prasangka
buruk dan akan mendeskriminasi mereka karena label penyakit
yang dimiliki (Reysa, 2018). Corrigan & Rao (2012) mengatakan
seseorang yang telah menginternalisasikan stereotip negatif akan
memiliki reaksi emosional yang negatif, yang akan
mengakibatkan pada penurunan penggunaan pelayanan
kesehatan, kualitas hidup yang rendah, dan status kesehatan yang
buruk.
Self-stigma merupakan internalisasi dari sikap publik yang
negatif dan sering dialami oleh ODE (Kuramochi et al., 2021).
Stigma pada epilepsi adalah masalah yang kompleks untuk
diteliti karena mencakup sikap dan keyakinan pribadi, unsur tidak
terbuka dan manajemen pengungkapan serta pengaruh dari
lingkungan sosial (Leaffer et al., 2014).
Berdasarkan pemaparan tokoh di atas dapat diketahui
bahwasannya self-stigma adalah penilaian negatif dari
masyarakat mengenai individu yang meyakini bahwa stigma yang
diberikan terhadap dirinya adalah suatu hal yang benar.

2. Aspek-Aspek Self-stigma
Menurut Ritsher et al., (2003) self-stigma dari lima aspek,
yaitu:
a. Keterasingingan (alienation)
26

Merasa malu, rendah diri atau kecwa pada diri sendiri


karena mempunyai suatu penyakit. Merasa bahwa penyakit
adalah suatu kesalahan, telah menghancurkan kehidupan,
serta merasa bahwa orang lain tidak mampu memahami.
b. Pandangan Setuju (stereotype endorsement)
Menerapkan pandangan setuju pada diri sendiri, seperti
orang dengan suatu penyakit cenderung melakukan
kekerasan, tidak dapat menjalani kehidupan yang baik atau
bermanfaat, tidak dapat melakukan hal-hal khas tertentu
(misalnya menikah, bekerja dengan pekerja tetap,
berkontribusi pada masyarakat).
c. Pengalaman Diskriminasi (discrimination experience)
Merasa didikriminasi, dilindungi, diabaikan atau tidak
dianggap serirus, percaya bahwa orang lain tidak
menginginkan hubungan dengan Anda, merasa tidak mampu
mempercayi banyak hal.
d. Penarikan Diri Dari Lingkungan (Social Withdrawal )
Menghindari dekat dengan orang yang tidak memiliki
suatu penyakit, bersosialisasi atau berbicara tentang diri
sendiri karena merasa seperti menjadi beban, tidak pada
tempatnya atau tidak mampu, seperti berpotensi
mempermalukan orang yang dicintai.
e. Resistensi Terhadap Stigma (Stigma Resistance)
Kemampuan untuk menangkal atau tetap tidak
terpengaruh oleh stigma penyakit yang dialamai individu.

C. Perceived Burdensomeness
1. Pengertian Perceived Burdensomeness
Perceived burdensomeness adalah suatau keadaan mental
yang dicirikan oleh persepsi bahwa orang lain akan “lebih baik
jika saya pergi.” (Ryan & Deci, 2000) . Perceived
burdensomeness diartikan sebagai sebuah persepsi menjadi beban
orang lain contohnya seperti keluarga, teman, atau masyarakat
(Joiner, 2005). Perselisihan keluarga, pengangguran, dan
gangguan fungsional dikaitkan dengan bunuh diri sepanjang
27

hidup karena faktor-faktor ini cenderung menimbulkan persepsi


beban pada orang lain (Conwell et al., 2000).
Perceived burdensomeness merupakan keyakinan bahwa
seseorang telah menjadi masalah bagi orang lain sehingga mereka
akan lebih baik jika individu tersebut pergi (Wilson et al., 2017).
Perceived burdensomeness terdiri dari keyakinana bahwa diri
sendiri telah menjadi beban orang lain atau bahwa keberadaaaan
seseorang menguras sumber daya orang lain atau masyarakat
secara keseluruhan (Orden et al., 2010). Berdasarkan pemaparan
tokoh diatas dapat diketahui bahwasanya perceived
burdensomeness adalah suatau keyakinan yang salah bahwa
mereka telah menjadi beban bagi orang lain.

2. Aspek-Aspek Perceived burdensomeness


Menurut Van Orden et al., (2012) konstruksi psikologis ini,
pada gilirannya,
Perceived burdensomeness terdiri dari dua dimensi fungsi
interpersonal:
a. Perasaan tidak mampu untuk bertanggung jawab atas orang
lain
Perasaan tidak mampu bertanggung jawab
mengakibatkan seberapa besar individu menganggap dirinya
menjadi beban bagi orang lain
b. Kognisi membenci diri sendiri
Membenci diri sendiri yang berkaitan dengan self-esteem
rendah, menyalahkan diri sendiri dan agitasi.
Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwasanya
terdapat tiga aspek ide bunuh diri yaitu keinginan bunuh diri
aktif, kerahasiaan, dan keinginan bunuh diri pasif

D. Hubungan Antara Ide Bunuh Diri Ditinjau Dari Self-Stigma


dan Perceived Burdensomenes Pada Orang Dengan Epilepsi
(ODE)
Ide bunuh diri meliputi pemikiran bahwa hidup tidak layak untuk
dijalani, pemikiran konkret untuk bunuh diri, pemikiran matang untuk
membunuh diri sendiri, dan pemikiran untuk menyakiti diri sendiri.
28

Insiden bunuh diri maupun ide bunuh diri meningkat pada ODE yang
mengalami kejang berulang dan mengalami depresi (Ammal et al.,
2007).
Komordibitas psikiatrik yang paling sering terjadi pada pasien
epilepsi adalah depresi (Fisher et al., 2014). Komorbidibitas gangguan
depresi memerlukan perhatian lebih karena berisiko mengurangi
kualitas hidup dan komplikasi yang mengancam jiwa seperti bunuh
diri (Ekinci et al., 2009). Epilepsi tidak hanya memberikan dampak
medis tetapi juga dampak psikososial.
Tekanan sosial yang diterima ODE membuat menjadi tidak
percaya diri, dikarenakan orang lain cenderung menjauhi ODE dan
tidak mau berteman karena merasa jijik. Sehingga ODE menimbulkan
persepsi bahwa epilepsi itu memalukan (Nurviana et al., 2011).
Persepsi negatif merupakan bagian dari respon yang disebabkan oleh
self-stigma (Corrigan & Rao, 2012).
Self-stigma adalah persepsi negatif yang muncul dari respons
emosional seseorang karena suatu penyakit yang berdampak pada rasa
malu, penurunan self-estem , putus asa, dan bunuh diri (Oexle et al.,
2017). Self-stigma muncul pada ODE dengan keyakinan negatif
seperti takut dianggap sebagai individu yang tidak kompoten, kejang
pada epilepsi akan menggangu orang lain serta membuat orang
tersebut akan merasa tidak nyaman, tidak yakin dengan kemampuan
untuk bekerja, merasa tidak normal, merasa malu, dan kehilangan
kepercayaan diri (Kuramochi et al., 2020).
Kondisi kesehatan dimana di dalam penelitian ini adalah epilepsi,
berkaitan dengan perceived burdensomeness, dimana seseorang yang
mempunyai kondisi kesehatan buruk lebih banyak mendapatkan
perawatan dari lingkungan sekitar khusunya anggota keluarga,
sehingga menganggap diri mereka beban dan ideasi bunuh diri mulai
muncul (Cukrowicz et al., 2011).
Individu yang sakit harus mematuhi aturan-aturan sehingga dapat
menyebakan rasa bosan dan kurang bahagia. Keadaan negatif seperti
menganggur, konflik keluarga, atau memiliki penyakit fisik adalah
stressor yang dapat dengan mudah memicu perceived burdensomeness
pada individu, dan terkait dengan perilaku bunuh diri. Berdasarkan
penjelasan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian guna
29

mengetahui hubungan self-stigma, perceived burdensomeness dengan


ide bunuh diri.

E. Kerangka Berpikir
Epilepsi merupakan suatu keadaan munculnya serangan berupa
perpindahan sel saraf otak yang abnormal, tak beraturan, terjadi
berulang kali, serta mengakibatkan gangguan sensorik, motorik, atau
fungsi mental sementara (Sander & Shorvon, 1996). (Elger et al.,
2017). Jones et al., (2003) melakukan penelitian tentang faktor risiko
pada epilepsi ditemukan sebanyak 32-48% ODE mengalami depresi
dan memiliki tingkat percobaan bunuh diri yang lebih tinggi
dibandingan populasi umum.
Menurut Darmaningtyas (2002) ide bunuh diri digambarkan
sebagai tindakan yang mengakibatkan kematian yang dilakukan oleh
dirinya sendiri dalam kondisi sadar dan secara sengaja. Banyak faktor
yang menyebabkan ide bunuh diri baik itu dari kuar lingkungan
maupun dalam diri individu tersebut. Terdapat beberapa faktor yang
menyebabkan ide bunuh diri yaitu self-stigma dan perceived
burdensomeness. Adapaun aspek-aspek yang berkaitan dengan ide
bunuh diri yaitu, keinginan aktif bunuh diri, persiapan, keinginan pasif
bunuh diri.
Epilepsi tidak hanya memberikan dampak medis, tetapi juga
memberikan dampak psikososial seperti stigma. Stigma yang dapat
mempengaruhi ODE adalah malu kematian, tidak diizinkan menikah,
kesempatan pendidikan dan kehilangan pekerjaan. Terdapat hal yang
menjadi resiko utama self-stigma muncul karena epilepsi, seperti takut
dianggap sebagai individu yang tidak kompeten, kejang pada epilepsi
akan menggangu orang lain serta membuat orang tersebut akan merasa
tidak nyaman, tidak yakin dengan kemampuan untuk bekerja, merasa
tidak normal, merasa malu, dan kehilangan kepercayaan diri
(Kuramochi et al., 2020).
Self-stigma berperan penting dalam perilaku bunuh diri, dijelaskan
dalam Behavior (2017) bahwa tingkat self-stigma yang tinggi
berhubungan dengan peningkatan depresi serta penurunan harga diri
dan kualitas hidup subjek yang berakhir pada bunuh diri. Terdapat
30

teori yang menjelaskan mengenai perceived burdensomeness, teori


tersebut adalah Interpersonal Theroy of Suicide (ITPS).
Teori tersebut menjelaskan jika perceived burdensomeness
merupakan salah satu faktor dari ide bunuh diri. Cukrowicz et al.,
(2011) menjelaskan bahwa seseorang yang mempunyai kondisi
kesehatan buruk lebih banyak mendapatkan perawatan dari
lingkungan sekitar khususnya anggota keluarga, sehingga
menganggap diri mereka beban (perceiveid burdensomeness).
Berdasarkan pada kajian teori dan kerangka pikir maka hipotesis
yang akan diuji hubungannya dalam penelitian ini adalah ada atau
tidaknya hubungan antara self-stigma dan perceiveid burdensomeness
dengan ide bunuh diri pada ODE, hubungan antara self-stigma dengan
ide bunuh diri pada ODE, dan hubungan antara perceived
burdensomeness dengan ide bunuh diri pada ODE.
Uraian diatas dapat digambarkan dibagan sebagai berikut :

Self-stigma
Ide

Bunuh Diri
Perceived

Burdensomenes

Gambar 11
Gambar
Bagan hubungan antara self-stigma dan perceived
burdensomeness dengan ide bunuh diri
Keterangan :

X1 = Self-stigma

X2 = Perceived Burdensomenes

Y = Ide Bunuh Diri


31

F. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori diatas, maka dapat diajukan hipotesis
sebagai berikut :
1. Terdapat hubungan antara Self-stigma (X1) dan Perceived
Burdensomenes (X2) dengan Ide Bunuh Diri (Y) Pada ODE.
2. Terdapat hubungan antara Self-stigma (X1) dengan Ide Bunuh
Diri (Y) Pada ODE.
3. Terdapat hubungan antara Perceived Burdensomenes (X2)
dengan Ide Bunuh Diri (Y) Pada ODE.
4. Ada perbedaan ide bunuh diri antara ODE remaja dan ODE
dewasa awal.
32
32
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel dan Definisi Oprasional


1. Identifikasi Variabel
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari satu
varibel terikat (dependent) dan dua varibel bebas (independent),
yang dirumuskan sebagai berikut :
Variabel dependen (Y) : Ide Bunuh Diri
Variabel Independen (X) : X1 = Self-stigma
X2 = Perceived Burdensomeness

2. Definisi Operasional
a. Ide Bunuh Diri
Ide bunuh diri adalah pemikiran, perencanaan
mengenai bunuh diri yang mengacu pada pikiran dan
perilaku yang terkait dengan tekad seseorang untuk
mengakhiri hidup mereka sendiri (Connor & Nock, 2014).
Variabel ide bunuh diri diukur menggunakan skala dari
penelitian Kesuma et al., (2021) dengan mengacu pada teori
yang dikembangkan oleh Beck et al., (1979). Skala ide
bunuh diri mengukur tiga aspek yaitu keinginan bunuh diri
aktif, persiapan, dan keinginan bunuh diri pasif.

b. Self-stigma
Self-stigma disebut juga penerimaan diri yang negatif
atau pengakuan seseorang bahwa masyarakat memiliki
prasangka buruk dan akan mendeskriminasi mereka karena
label penyakit yang dimiliki. Self-stigma adalah prasangka
negatif ODE terhadap dirinya sendiri atas kondisi
kesehatanya. Self-stigma diukur dengan skala dari penelitian

33
34

(Lestari et al., 2017) berdasarkan lima aspek yaitu,


keterasingan (alienation), pandangan setuju (stereotype
endorsment), item, pengalaman diskriminasi (discrimination
experience), penarikan diri dari lingkungan sosial (social
withdrawal), dan resistensi terhadap stigma (stigma
resistance)
Salah satu contoh item dalam skala ini adalah „orang-
orang mengabaikan saya karena mempunyai diagnose
epilepsi’.Berdasarkan dari data yang didapatkan adalah data
interval, semakin tinggi nilainya maka semakin tinggi juga
self-stigma..

c. Perceived Burdensomeness
Perceived burdensomeness adalah suatu persepsi
mengenai kematian berharga daripada hidupnya bagi orang
lain. Perceived burdensomenes menyatakan bahwa individu
yang berpikir tentang, mencoba, dan mati dengan bunuh diri
keliru menerjemahkan kebencian diri mereka menjadi
perasaan yang dapat dikorbankan (Van Orden et al., 2010).
Perceived burdensomenes diukur menggunakan skala
Interpersonal Needs Questionnaire (INQ) dengan dimensi
perasaan tidak mampu untuk bertanggung jawab atas orang
lain dan kognisi membenci diri sendiri.

B. Populasi dan Subjek Penelitian


1. Populasi
Sugiyono (2011) menyatakan populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai
kualitas dan ciri tertentu yang ditentukan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Adapun populasi
pada penelitian ini yaitu ODE usia 18-40 tahun yang telah
didiagnosis oleh dokter spesialis saraf memiliki gangguan
epilepsi.
35

Tabel 1
Populasi Penelitian Orang Dengan Epilepsi (ODE)
Gambaran Partisipan Frekuensi Persentase
Usia
Remaja
18 4 18%
19 7 32%
20 6 27%
21 5 23%
Dewasa Awal
22 4 9%
23 4 9%
24 6 14%
25 3 7%
26 3 7%
27 6 14%
28 3 7%
29 1 2%
30 3 7%
32 4 9%
34 3 7%
37 1 2%
38 2 5%
39 1 2%
Jenis Kelamin
Remaja
Laki-Laki 7 32%
Perempuan 15 68%
Dewasa Awal
Laki-Laki 16 36%
Perempuan 28 64%
Pendidikan
Remaja
36

SD 1 5%
SMA 18 82%
S1 3 14%
Dewasa Awal
SD 2 5%
SMP 2 5%
SMA 13 30%
D1 1 2%
D3 5 11%
S1 18 41%
S2 3 7%
Pekerjaan
Remaja
Bekerja 2 9%
Tidak Bekerja 2 9%
Belum Bekerja 18 82%
Dewasa Awal
Bekerja 20 45%
Tidak Bekerja 13 30%
Belum Bekerja 11 25%
2. Teknik Pengambilan Sampel
Sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi disebut dengan sampel. Teknik Sampling disebut juga
pengambilan sampel. Teknik pengambilan sampel digunakan
untuk menentukan sampel dalam penelitian. Teknik pengambilan
sampel yang akan digunakan adalah teknik accidental sampling.
Accidental sampling merupakan teknik penentuan sampel
berdasarkan kebetulan, dimana setiap pasien yang bertemu secara
kebutulan dengan peneliti dan dianggap memenuhi syarat sebagai
sampel (Sugiyono, 2016). Adapun karakteristik sampel dalam
penelitian ini adalah orang dengan epilepsi (ODE) berusia 18-40
tahun.

C. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data adalah kegiatan penelitian yang
bertujuan untuk memperoleh fakta mengenai variabel yang diteliti
37

secara akurat dan efisien (Azwar, 2005). Metode untuk


mengumpulkan data pada penelitian ini dengan menggunakan skala
Likert. Skala Likert digunakan untuk menunjukan sikap yang akan
diukur dengan cara meminta individu untuk menanggapi suatu daftar
pernyataan mengenai variabel. Skala yang digunakan dalam penelitian
ini adalah :

1. Skala Ide Bunuh Diri


Variabel ide bunuh diri diukur menggunakan skala dari
penelitian Kesuma et al., (2021) dengan mengacu pada teori yang
dikembangkan oleh Beck et al., (1979). yang terdiri dari tiga
aspek ide bunuh diri. Skala terdiri dari 19 item pernyataan.
Dibawah ini merupakan blueprint skala ide bunuh diri. Semakin
tinggi skor yang didapat maka semakin tinggi juga ODE
mempunyai ide bunuh diri.

Tabel 2
Blueprint Skala Ide Bunuh Diri
No Aspek Aitem Jumlah
1. Keinginan bunuh diri 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 10
aktif 9, 15, 16
2. Persiapan 5, 10, 11, 13, 18, 6
19
3. Keinginan bunuh diri 12, 14, 17 3
pasif
Jumlah 19

2. Skala Self-stigma
Skala Self-stigma diukur dengan skala Epilepsy Self Stigma
Scale yang adaptasi dari penelitian Ritsher et al., (2003)
berdasarkan lima aspek yaitu, pandangan setuju (stereotype
endorsment), pengalaman diskriminasi (discrimination
experience), penarikan diri dari lingkungan sosial (social
withdrawal), dan resistensi terhadap stigma (stigma resistance) .
Salah satu contoh item dalam skala ini adalah „Orang-orang
mengabaikan saya karena mempunyai diagnosa epilepsi;.
38

Responden diminta untuk menyatakan kesetujuan atau


ketidaksetujuan terhadap isi pernyataan dalam empat macam
kategori jawaban, yaitu Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju
(TS), Setuju (S), dan Sangat Setuju (SS). Pernyataan yang
diajukan berjumlah 29 item.

Tabel 3
Blueprint Skala Self-Stigma
No Aspek No. item Jumlah
1. Keterasingan (Alienation) 1, 4, 7, 10, 6
18, 23,
2. Pandangan Kesetujuan (Stereotype 2, 5, 6, 8, 15, 7
Endorsment) 19, 27
3. Pengalaman Diskriminasi 9, 11, 14, 17, 5
(Discrimination Experience) 22,
4. Penarikan Sosial (Social Withdrawal) 12, 13, 16, 6
20, 25, 29
5. Resistensi Terhadap Stigma (Stigma 3, 21, 24, 26, 5
Resistance) 28,
Jumlah 29

3. Skala Perceived Burdensomeness


Skala ini digunakan untuk mengungkap perceived
burdensomeness pada seseorang yang akan diungkap dengan
kuesioner kebutuhan interpersonal atau Interpersonal Needs
Questionnaire (INQ) dikembangkan oleh Van Orden et al.,
(2012). Skala perceived burdensomenes berdasarkan dua aspek
yaitu, perasaan tidak mampu untuk bertanggung jawab atas orang
lain dan kognisi membenci diri sendiri (Van Orden et al.,2008).
Responden diminta untuk menyatakan kesetujuan atau
ketidaksetujuan terhadap isi pernyataan dalam empat macam
kategori jawaban, yaitu Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju
(TS), Setuju (S), dan Sangat Setuju (SS). Dibawah ini merupakan
blueprint skala Perceived burdensomeness :
39

Tabel 4
Blueprint Skala Perceived Burdensomeness
No Aspek No. Aitem Jumlah
1 Perasaan Tidak Mampu Bertanggung 1,2,3,5 4
Jawab Atas Orang Lain

2 Kognisi membenci diri sendiri 4,6 2


Jumlah 6

D. Validitas dan Reliabilitas


Salah satu poin utama dari setiap kegiatan penelitian di bidang
ilmu-ilmu sosial dan psikologi adalah permasalahan bagaimana
mendapatkan data informasi yang akurat, menyeluruh dan obyektif.
Hal tersebut sangat penting dikarenakan hasil dan kesimpulan
penelitian dapat dipercaya apabila didasarkan pada informasi yang
juga dapat dipercaya (Azwar, 2012). Berdasarkan setiap penelitian
baik atau tidaknya suatu alat pengumpulan data dalam
mengungkapkan keadaan yang akan diukur, tergantung pada validitas
dan reliabilitas alat ukur yang akan digunakan.

1. Validitas Alat Ukur


Arikunto (1999) menjelaskan bahwa ukuran yang
mencerminkan tingkat kesahihan suatu tes disebut dengan
validitas. Pada penelitian ini terdapat tiga skala yang akan
digunakan yaitu skala self-stigma, perceived burdensomeness,
dan ide bunuh diri. Alat ukur yang memiliki validitas tinggi maka
akan memperoleh eror pengukuran yang kecil, artinya skor (nilai)
setiap subjek yang diperoleh dari alat ukur tersebut tidak jauh
berbeda dari skor (nilai) sebenarnya (Azwar, 2013).
Tes dapat dikatakan valid jika tes tersebut mengukur apa yang
hendak diukur. Tes dikatakan memiliki validitas tinggi jika
hasilnya sesuai dengan kriteria, dalam arti tes dan kriteria
memiliki kesejajaran. Semua item dengan koefisin korelasi
minimal 0.30 daya pembedanya dianggap memuaskan. Tetapi
jika jumlah item tidak mencukupi dapat diturunkan batas kriteria
40

0,3 menjadi 0,25 agar jumlah item yang diharapkan tercapai.


Sangat tidak disarankan menurunkan batas kriteria di bawah 0,25.

2. Reliabilitas
Reliabilitas berasal dari kata reliability. Istilah dari reliabilitas
memiliki berbagai nama lain yaotu seperti konsistensi,
reliabilitas, stabilitas, dan ketangguhan. Reliabilitas instrumen
mengacu pada kekuatan instrumen dalam menghasilkan skor
yang cermat dengan eror pengukuran kecil (Azwar, 2013).
Reliabilitas adalah penanda yang menunjukan sejauh mana alat
ukur dapat dipercaya atau diandalkan. Sehingga uji reliabilitas
dapat digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur, atau
apakah alat ukur tersebut tetap konsisten setelah dilakukan
pengukuran berulang-ulang. Koefisien reliabilitas berada pada
rentan 0 sampai dengan 1.
Semakin mendekati angka 1 berarti semakin tinggi
reliabilitas. Sebaliknya koefisien yang semakin semakin
mendekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitasnya (Azwar,
2015). Dalam penelitian ini uji reliabilitasnya yang dipakai
adalah alpha. Alat ukur dapat dikatakan reliabel jika
menghasilkan hasil yang sama meskipun dilakukan pengukuran
berulang-ulang (Widi, 2011).

E. Metode Analisis Data


Dalam penelitian ini teknik analisis data menggunakan data
kuantitatif. Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis
menggunakan analisis regresi berganda dua prediktor, teknik ini
dipergunakan dalam statistic parametric dengan menguji ada
tidaknya hubungan antara self-stigma (X1) dan perceived
burdensomeness (X2) dengan ide bunuh diri (Y) pada ODE. Teknik
tersebut juga dipakai untuk menguji ada hubungan dua variabel bebas
(X1 dan X2) atau variabel terikat. Program SPSS 26 for windows
digunakan sebagai alat bantu untuk mengetahui ada atau tidaknya
hubungan self-stigma dan perceived burdensomeness dengan ide
bunuh diri pada ODE.
BAB IV

PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Orientasi Kancah Persiapan Penelitian


1. Orientasi Kancah
Penelitian dengan judul ide bunuh diri ditinjau dari self-stigma
dan perceived burdensomeness pada ODE. Pada penelitian ini
dilakukan secara online, sehingga pengumpulan data dilakukan
dengan menggunakan kuesioner dalam bentuk google form.
Kuesioner disebarkan melalui media sosial, grup ataupun
komunitas epilepsi di seluruh Indonesia dan subjek yang mengisi
merupakan individu yang sesuai dengan kriteria yang telah
tertulis di google form.
Dikarenakan subjek yang sulit dan sangat jarang, maka
peneliti menyebarkan kuesioner di seluruh Indonesia. Terdiri dari
Provinsi Sumatera, Jawa, dan Bali. Wilayah Indonesia
merupakan suatu tempat yang digunakan peneliti sebagai tempat
penelitian. Pada 1924, pemakain nama Indonesia dimulai dengan
terbitnya koran Indonesia Merdeka milik Perhimpunan Indonesia.
Kemudian penggunaan secara nasional bersama-sama terucap
dalam ikrar Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 hingga akhirnya
resmi bernama Indonesia memalui proklamasi Kemerdekaan 17
Agunstus 1945. Jumlah penduduk di Indonesia sebanyak 276, 4
juta pada tahun 2021, dengan jumlah penduduk lagi laki-laki
sebanyak 136.66 juta orang dan penduduk perempuan di
Indonesia sebayak 133,54 juta orang. Indonesia memiliki luas
wilayah yaitu 1.905 km². Indonesia memiliki 38 provinsi.

2. Persiapan Penelitian
Persiapan penelitian dilakukan agar berjalan dengan lancar
dan terarah. Adapun persiapan yang harus dilakukan demi
berlangsungnya suatu penelitian dalam persiapan penelitian yaitu
berkaitan dengan perizinan dan penyusunan alat ukur yang akan
digunakan dalam penelitian :
41
42

a. Persiapan Administrasi
Pada penelitian ini peneliti mencari data melalui
social media dan komunitas-komunitas ODE di seluruh
Indonesia menggunakan layanan google form. Peneliti
mencari data ODE satu persatu dan menghubunginya,
setelah mengubungi dan mendapatkan persetujuan dari ODE
terkait, maka peneliti menyebarkan atau mengirimkan
kuesioner.
b. Persiapan Alat Ukur
Mempersiapkan Instrumen/alat ukur seperti variabel ide
bunuh diri diukur menggunakan skala dari penelitian
Indahningrum et al., (2020) dengan mengacu pada teori yang
dikembangkan oleh Beck et al., (1979). Skala ide bunuh diri
mengukur tiga aspek yaitu keinginan bunuh diri aktif,
persiapan, dan keinginan bunuh diri pasif berdasarkan.
Instrument self-stigma yang menggunakan skala dari
penelitian (Lestari et al., 2017) dengan mengacu pada teori
Internalized Stigma of Epilepsy (ISEP) yang dikembangkan
oleh Ritsher et al., (2003). ISEP berdasarkan lima aspek
yaitu, keterasingan, pandangan kesetujuan, pengalaman
diskriminasi, penarikan diri dari lingkungan sosial, dan
resistensi terhadap stigma.
Instrumen Perceived burdensomeness diukur
menggunakan skala dari penelitian Harahap, D. R., dan
Amalia (2021) dengan mengacu teori kebutuhan
interpersonal atau Interpersonal Needs Questionnaire (INQ)
yang dikembangkan oleh Van Orden et al., (2012). Skala
INQ mengukur dua aspek yaitu, perasaan tidak mampu
untuk bertanggung jawab atas orang dan kognisi membenci
diri sendiri.
Instrumen self-stigma dibagi menjadi dua jenis
pernyataan, yaitu favorable dan unfavorable dengan empat
alternatif jawaban pada setiap penyataan. Pernyataan
favorable dimulai dari sangat setuju (SS) mendapat point 4,
setuju (S), mendapat point 3, tidak setuju (TS) mendapat
point 2, sangat tidak setuju (STS) mendapat point 1.
43

Pernyataan unfavorable dimulai dari (SS) mendapat point


1, setuju (S), mendapat point 2, tidak setuju (TS) mendapat
point 3, sangat tidak setuju (STS) mendapat point 4.
Instrumen perceived burdensomeness memiliki 6 butir
dengan empat pilihan jawaban. Instrumen ide bunuh diri
memiliki 19 butir dengan empat plihan jawaban dari 0
sampai 3. setelah semua persiapan sudah terlengkapi maka
akan dilakukan uji baca pada instrumen penelitian sebagai
tahap awal dari proses analisis penelitian.

3. Pelaksanaan Try Out


Data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data try out terpakai. Item-item yang digunakan pada penelitian
ini menggunakan data terpakai (uji coba terpakai), dimana
peneliti hanya melakukan satu kali pengumpulan data kemudian
digunakan juga untuk pengujian statistika seperti reliailitas,
validitas, uji asumsi, dan analisis data dengan bantuan prtogram
SPSS 26 for windows. Try out atau uji coba terhadap instrumen
penelitian adalah verifikasi atau uji coba yang dilakukan sebelum
penelitian.
Penelitian ini juga melakukan uji coba seperti uji kebahasaan
dan uji baca untuk melihat seberapa jauh subjek memahami
aitem-aitem instrumen penelitian. Kemudian aitem-aitem
instrumen penelitian yang telah melalui suatu proses uji coba
maka dapat dilihat aitem mana saja yang sudah tidak dipahami
oleh subjek, yang selanjutnya aitem tersebut akan diperbaiki
dalam kebahasaanya.
Peneliti melakukan uji baca di tanggal 19 Oktober 2022
dengan total subyek 3 ODE. Sebelum menyebarkan instrumen
penelitian, peneliti menjelaskan alur pengerjaan terhadap tiga
instrumen kepada responden yang peneliti temui secara langsung.
Peneliti mendorong subjek untuk menjawab jujur sesuai dengan
yang dialamainya atau berdasarkan keadaan dirinya.

4. Uji Seleksi Aitem dan Reliabilitas Instrumen


Proses menghitung reliabilitas dan seleksi aitem pada
penelitian ini menggunakan bantuan SPSS veri 26.0 for windows.
44

Perhitungan reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini


adalah Alpha Cronbach. Untuk menentukan reliabilitas penelitian
ini, indeks kefisien korelasi diasumsikan konsisten dengan
koefisien korelasi penelitian. Aitem valid dan gugur dapat dilihat
dari hasil koefisien korelasi ≥ 0.30. untuk seluruh aitem dengan
nilai koefisien korelasi ≥ 0.30 maka aitem tersebut telah
memenuhi kriteria dan dapat digunakan dalam istrumen.
Sedangkan aitem yang tidak valid adalah aitem yang tidak
memenuhi kriteria dengan nilai di bawah koefisien korelasi.
a. Hasil Seleksi Aitem Instrumen Ide Bunuh Diri
Terkait hasil seleksi aitem instrumen ide bunuh diri
dengan jumlah aitem 19 pernyataan. Seleksi aitem
dilaksanakan dalam dua putaran dengan dua item gugur pada
puataran pertama, dan 17 lainna valid hingga putaran kedua.
Nilai koefisiesn Alpha Cronbach pada putaran pertama
adalah 0.885. selanjutnya pada putaran kedua peneliti
menghilangkan aitem yang gugur dan melakukan penguian
putaran keua mendapatkan nilai koefisien sebesar 0.907
dapat diartikan bahwa sangat reliabel atau dapat dipercaya.
Berdasarkan hasil seleksi tersebut telah didapatkan 17 aitem
yang valid. Adapun sebaran item gugur dan valid dapat
dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5
Distribusi Aitem Valid serta Gugur Skala Ide Bunuh Diri
No Aspek Aitem Aitem Aitem Koefisien
Semula Gugur Valid Korelasi
1. Keinginan 10 0 10 0.472-
bunuh diri 0.693
aktif
2. Persiapan 6 2 4 0.417-
0.668
3. Keinginan 3 0 3 0.401-
bunuh diri 0.653
pasif
Jumlah 19 2 17
45

b. Hasil Seleksi Aitem Instrumen Self-Stigma


Terkait hasil seleksi aitem instrumen self-stigma dengan
jumlah 29 aitem penyataan. Seleksi aitem dilaksanakan
dalam dua putaran dengan lima aitem gugur pada putaran
pertama, dan 24 lainnya valid hingga putaran kedua. Nilai
koefisiesn Alpha Cronbach pada putaran pertama adalah
0.931 selanjutnya pada putaran kedua peneliti
menghilangkan aitem yang gugur dan melakukan pengujian
putaran kedua mendapatkan nilai koefisien sebesar 0.940
dapat diartikan bahwa instrumen tersebut sangat reliabel.
Berdasarkan hasil seleksi tersebut telah didapatkan 24 aitem
yang valid. Adapun sebaran item gugur dan valid dapat
dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6
Distribusi Aitem Valid dan Gugur Skala Self-Stigma
No Aspek Aitem Aitem Aitem Koefisien
Semula Gugur Valid Korelasi
1. Keterasingan 6 0 6 0.562-0.775
(Alienation)
2. Pandangan 7 0 7 0.462-0.714
Kesetujuan
(Stereotype
Endorsment)
3. Pengalaman 5 0 5 0.405-0.725
Diskriminasi
(Discrimination
Experience)
4. Penarikan Sosial 6 0 6 0.432-0.748
(Social
Withdrawal)
5. Resistensi 5 3 2 0.228-0.271
Terhadap
Stigma (Stigma
Resistance)
46

Total 29 2 17

c. Hasil Seleksi Aitem Instrumen Perceived Burdensomeness


Terkait hasil seleksi aitem instrumen perceived
burdensomeness dengan jumlah 6 aitem pernyataan.
Seleksi aitem dilaksanakan dalam satu putaran dengan tida
ada aitem gugur. Nilai koefisiesn Alpha Cronbach adalah
0.938. Berdasarkan hasil seleksi tersebut telah didapatkan
6 aitem yang valid. Adapun sebaran item gugur dan valid
dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 7
Distribusi Aitem Valid serta Gugur Skala Perceived
Burdensomeness
Aitem Aitem Aitem Koefisien
No Aspek
Semula Gugur Valid Korelasi
1. Perasaan 4 0 4 0.769-0.849
Tidak Mampu
Bertanggung
Jawab Atas
Orang Lain
2. Kognisi 2 0 2 0.841--.859
membenci
diri sendiri
Total 6 0 6

Reliabilitas merupakan sejauh mana hasil suatu pengukuran


dapat dipercaya hanya dalam beberapa kali pelaksanan
pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama. Suatu
penelitian yang reliabel hasilnya akan tetap sama apabila diukur
pada waktu yang berbeda. Proses menguji reliabilitas aitem pada
penelitian ini menggunakan bantuan SPSS 26 for windows.
Pengujian reliabilitas pada penelitian ini menggunakan
rumus Alpha Cronbach. Reliabilitas dinyatakan dengan koefisien
reliabilitas yang angkanya berkisar mulai dari 0 sampai dengan 1.
47

Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati 1 berarti semakin


tinggi reliabilitasnya. Sebaliknya, koefisien yang semakin rendah
mendekati 0 berarti semakin rendahnya reliabilitasnya (Saifuddin
Azwar, 2009).
Koefisien reliabilitas instrumen ide bunuh diri memperoleh
angka α = 0.907 yang dapat diartikan bahwa sangat reliabel atau
dapat dipercaya. Hasil uji reliabilitas instrumen Self-Stigma
memperoleh angka α = 0.940 yang dapat diartikan bahwa aitem
sangat reliabel atau dapat dipercaya. Hasil uji koefisien
reliabilitas instrumen perceived burdensomeness dengan 66
responden memperoleh angka α = 0.938 yang dapat diartikan
aitem sangat reliabel atau dapat dipercaya. dapat disimpulkan
bahwa ketiga instrumen tersebut memiliki reliabilitas tinggi.

B. Pelaksanaan Penelitian
1. Penentuan Subjek Penelitian
Orang Dengan Epilepsi (ODE) sebagai bagian dari subjek
yang akan dimintai bantuan untuk menyelesaikan penelitian ini.
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah accidental
sampling, yaitu suatu metode penentuan sampel dengan
mengambil subjek yang kebetulan ada atau tersedia di suatu
tempat sesuai dengan konteks penelitian (Notoatmodjo, 2010).
Pada penelitian ini jumlah subjek yang digunakan sebanyak 66
ODE diseluruh Indonesia.

2. Pelaksanaan Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran ketiga
instrumen yakni instrumen ide bunuh diri, self-stigma,
dan perceived burdensomeness yang dilakukan pada tanggal 19
Oktober sampai 9 Desember 2022 dan disebarkan melalui
puskesmas, media sosial dan komunitas ODE seluruh Indonesia.
Pada penelitian ini, penulis menggunakan penelitian data
terpakai (uji coba terpakai). Hadi (2000) mengemukakan
sejumlah penelitian menggunakan apa yang disebut uji coba
terpakai, dibedakan dengan uji coba terpisah. Pada uji coba
terpakai, hasil uji cobanya dari aitem-aitem langsung digunakan
48

untuk menguji hipotesis. Alasan digunakan uji coba terpakai


karena keterbatasan subjek, selain itu juga untuk
memeperhitungkan efektivitas waktu pengumpulan data supaya
lebih singkat.
Penyebaran instrumen penelitian ini dilakukan secara online
dan offline dengan menyebarkan pernyataan-pernyataan
instrumen melalui google form dan cetak. Pada penelitian ini,
penulis menggunakan penelitian dengan pengambilan sampel
secara kebetulan ditemui dengan peneliti (accidental sampling).
Menurut Notoatmodjo (2010) pengambilan sampel secara
accidental sampling adalah penentuan sampel dengan mengambil
subjek yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat sesuai
dengan konteks penelitian.
Sebelum penyebaran dilakukan, peneliti menerangkan
penjelasan mengenai tata cara pengisian pada ketiga instrumen
tersebut. Setelah pengumpulan data dilakukan langkah berikutnya
ialah pengskoringan. Pengskoringan dilakukan untuk
menganalisis data yang diperoleh kemudian akan diaujukan
hipotesis sesuai dengan prosedur.

3. Skoring
Setelah semua data terkumpul, langkah selanjutnya ialah
pemberian nilai sebagai bahan analisis data. Pemberian skor pada
instrumen self-stigma dan perceived burdensomeness dimulai
dari 1 sampai 4, sedangkan untuk instrumen ide bunuh diri
dimulai dari skor 0 sampai 2. Nilai tertinggi yang didapatkan
pada instrumen self-stigma dan perceived burdensomeness yaitu
4 dan nilai terendah yaitu 1, sedangkan nilai tertinggi yang
didapatkan dari ide bunuh diri yaitu 2 dan terendah 0. Tahap
selanjutnya dilakukan penjumlahan skor instrumen dari tiap-tiap
subjek dan dianalisis data akan menggunakan skor total
instrumen dari subjek.
49

C. Analisis Data Penelitian


1. Deskripsi Statistik Variabel Penelitian
Data berikutnya merupakan hasil dari data instrumen ide
bunuh diri, self-stigma, dan dan perceived burdensomeness yang
disebarkan pada ODE di seluruh Indonesia.

Tabel 8
Deskripsi Data Penelitian
Skor Empirik
Variabel Aitem
Min Maks Mean sd (σ)
Ide Bunuh Diri 19 0 32 7.879 6.418
Self-Stigma 29 32 84 58.985 14.688
Perceived Burdensomeness 6 6 22 11.848 4.721

Skor Hipotetik
Variabel Aitem
Min Maks Mean sd (σ)
Ide Bunuh Diri 19 0 38 19 6.333
Self-Stigma 29 29 116 72,5 14,5
Perceived Burdensomeness 6 6 24 15 3

Keterangan skor hipotetik :


a. Skor Minimal (Xmin) adalah hasil perkalian jumlah butir
instrumen dengan nilai terendah dari pembobotan
pemilihan jawaban.
b. Skor maksikam (Xmax) adalah hasil perkalian jumlah
butir instrumen dengan nilai tertinggi dari pembobotan
nilai jawaban.
c. Rata-rata hipotetik (μ) dengan rumus (μ)= (skor min+
skor maks) : 2
d. Standar deviasi (σ) hipotetik adalah σ = (skor maks-skor
min) : 6
50

2. Kategorisasi Skor Variabel Penelitian


Setelah melakukan deskripsi data penelitian, selanjutnya
peneliti melakukan pengkategorisasian atau pengkelompokkan
skor variabel yang sudah didapat pada ODE. Kategorisasi
variabel bertujuan untuk menempatkan individu dalam
kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut
suatu kontinum berdasarkan atribut yang telah diukur. Berikut
disajikan tabel dan deskripsi kategorisasi skor pada setiap
variabel penelitian.
a. Kategoriasi Ide Bunuh diri
Berikut ini merupakan kategorisasi variabel ide bunuh
diri. Terdapat tida kategori yang disajikan yaitu kategori
tinggi, sedang, dan rendah.

Tabel 9
Kategori Ide Bunuh Diri Remaja
Kategori Rentang Skor Frekuensi Presentase(%)
Tinggi X > 14 4 18%
Sedang 2 ≤ X < 14 17 77%
Rendah X<2 1 5%
Total 22 100%

IDE BUNUH DIRI REMAJA


REND
AH
TINGG
5%
I
18%

SEDAN
G
77%

Gambar 2
Pie Cart Kategorisasi Ide Bunuh Diri Pada ODE Usia Remaja
51

Dari tabel serta pie cart di atas, terlihat bahwa kategorisasi ide
bunuh diri pada ODE remaja dibagi menjadi tiga kategori yaitu
kategori tinggi berkisar X > 14 yang didapat dari 4 ODE remaja
menunjukan presentase sebesar 18%. Kategori sedang dari kisaran 2 ≤
X < 14 skor yang didapat dari ODE remaja menunjukan nilai
persentase sebesar 5% dan dikategorikan dari skor X< 2 yang didapat
dari ODE remaja sehingga memiliki persentase sebesar 5%.

Tabel 10
Kategori Ide Bunuh Diri Dewasa Awal
Kategori Rentang Skor Frekuensi Presentase(%)
Tinggi X > 14 5 11%
Sedang 1 ≤ X < 14 36 82%
Rendah X<1 3 7%
Total 44 100%

IDE BUNUH DIRI


DEWASA AWAL
RENDA
H
TINGGI
6%
14%

SEDAN
G
80%
Gambar 3
Pie Cart Kategorisasi Ide Bunuh Diri Pada ODE Dewasa Awal

Dari tabel serta pie cart di atas, terlihat bahwa kategorisasi ide
bunuh diri pada ODE usia dewasa di bagi menjadi tiga kategori
yaitu kategori tinggi berkisar X > 14 yang didapat dari 5 ODE
dewasa menunjukan presentase sebesar 11%. Kategori sedang dari
kisaran 1 ≤ X < 14 skor yang di dapat dari 36 ODE dewasa
52

menunjukan nilai persentase sebesar 82% dan dikategorikan dari


skor X< 1 yang didapat dari ODE dewasa awal sehingga memiliki
persentase sebesar 7%.

Tabel 11
Kategori Self-Stigma ODE Remaja
Kategori Rentang Skor Frekuensi Presentase(%)
Tinggi X > 74 5 23%
Sedang 45 ≤ X < 75 12 54%
Rendah X < 45 5 23%
Total 22 100%

SELF-STIGMA ODE
REMAJA
RENDA
TINGGI H
23% 23%

SEDANG
54%

Gambar 4
Pie Cart Kategorisasi Self-Stigma Pada ODE Usia Remaja

Dari tabel serta pie cart di atas, terlihat bahwa kategorisasi self-
stigma pada ODE usia remaja dibagi menjadi tiga kategori yaitu
kategori tinggi berkisar X > 74 yang didapat dari 5 ODE remaja
menunjukan presentase sebesar 23%. Kategori sedang dari kisaran
45 ≤ X < 74 skor yang di dapat dari 12 ODE remaja menunjukan
nilai persentase senesar 54% dan dikategorikan dari skor X< 45
yang didapat dari 5 ODE remaja sehingga memiliki persentase
sebesar 5%.
53

Tabel 12
Kategori Self-Stigma ODE Dewasa Awal
Kategori Rentang Skor Frekuensi Presentase(%)
Tinggi X > 74 9 20%
Sedang 44 ≤ X < 74 26 59%
Rendah X < 44 9 21%
Total 44 100%

SELF-STIGMA ODE
DEWASA AWAL
TINGGI
20% RENDA
H
21%

SEDAN
G
59%
Gambar 5
Pie Cart Kategorisasi Self-Stigma Pada ODE Usia Dewasa Awal

Dari tabel serta pie cart di atas, terlihat bahwa kategorisasi ide
bunuh diri pada ODE usia dewasa awal dibagi menjadi tiga
kategori yaitu kategori tinggi berkisar X > 74 yang didapat dari 9
ODE dewasa awal menunjukan presentase sebesar 20%. Kategori
sedang dari kisaran 44 ≤ X < 74 skor yang di dapat dari 26 ODE
deawasa menunjukan nilai persentase sebesar 59% dan
dikategorikan dari skor X< 44 yang didapat dari 9 ODE dewasa
awal sehingga memiliki persentase sebesar 21%.
54

Tabel 13
Kategori Perceived Burdensomeness ODE Remaja
Kategori Rentang Skor Frekuensi Presentase(%)
Tinggi X > 16 4 18%
Sedang 6 ≤ X < 16 18 82%
Rendah X<6 0 0%
Total 44 100%

PERCEIVED
BURDENSOMENESS ODE
REMAJA
Rendah TINGGI
0% 18%

SEDANG
82%

Gambar 6
Pie Cart Kategorisasi Perceived Burdensomeness Pada ODE Usia
Remaja

Dari tabel serta pie cart di atas, terlihat bahwa kategorisasi


perceived burdensomeness pada ODE usia remaja dibagi menjadi
tiga kategori yaitu kategori tinggi berkisar X > 16 yang didapat
dari 4 ODE remaja menunjukan presentase sebesar 18%. Kategori
sedang dari kisaran 6 ≤ X < 16 skor yang didapat dari 18 ODE
remaja menunjukan nilai persentase sebesar 82% dan
dikategorikan dari skor X< 6 yang didapat dari 0 ODE remaja
sehingga memiliki persentase sebesar 0%.
55

Tabel 14
Kategori Perceived Burdensomeness ODE Dewasa Awal
Kategori Rentang Skor Frekuensi Presentase(%)
Tinggi X > 17 6 14%
Sedang 7 ≤ X < 17 29 66%
Rendah X<7 9 20%
Total 44 100%

PERCEIVED
BURDENSOMENESS
ODE DEWASA AWAL
RENDA
TINGGI H
14% 20%

SEDAN
G
66%
Gambar 7
Pie Cart Kategorisasi Perceived Burdensomeness Pada ODE Usia
Dewasa Awal

Dari tabel serta pie cart di atas, terlihat bahwa kategorisasi


perceived burdensomeness pada ODE usia dewasa awal di bagi
menjadi tiga kategori yaitu kategori tinggi berkisar X > 17 yang
didapat dari 6 ODE dewasa awal menunjukan presentase sebesar
14%. Kategori sedang dari kisaran 7 ≤ X < 17 skor yang didapat
dari 29 ODE dewasa menunjukan nilai persentase sebesar 66%
dan dikategorikan dari skor X< 7 yang didapat dari 9 ODE
dewasa awal sehingga memiliki persentase sebesar 20%.

3. Uji Asumsi
Uji asumsi bertujuan untuk apakah standar dari data yang
didapatkan memenuhi standar analisis parametrik atau tidak. Uji
asumsi terdiri dari uji normalitas, dan uji lineritas.
56

a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah data
berditribusi secara normal atau tidak. Uji normalitas dalam
penelitian ini menggukan SPSS 26 for windows dengan
teknik kolmogorov-smirnov, apabila p>0.05, maka dapat
dikatkan bahwa data berdistribusi normal. Di bawah ini
adalah tabel ringkasan uji normalitas distrubusi data
penelitian. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai
signifikansi di atas 0.05 yaitu sebesar 0.200, hal ini berarti
data residual tersebut berdistribusi secara normal.
b. Uji Linieritas
Salah satu asumsi analisis regresi adalah linieritas.
Artinya, apakah garis regresi antara X dan Y membentuk
garis linear (garis lurus). Uji linearitas digunakan untuk
mengetahui apakah penelitian ini terdapat hubungan antar
variabel bebas dengan variabel terikat dengan taraf
signifikan p > 0.05 dengan begitu dapat dilanjutkan untuk uji
suatu hubungan antar variabel. Uji linieritas dalam penelitian
ini terdapat hubungan antar kedua variabel bebas, yakni self-
stigma dan perceived burdensomeness dengan ide bunuh
diri.

Tabel 15
Hasil Uji Lineritas
Variabel Deviation Taraf Keterangan
from Signifikan
linearity
(F)
Ide Bunuh Diri 1.224 0.301 > Liner
dengan Self- 0.05
Stigma
Ide Bunuh Diri 2.106 0.033 < Tidak
dengan Perceived 0.05 Liner
Burdensomeness
57

Dari hasil data di atas diperoleh nilai F linierity sebesar


65.136 (p <0.05), dengan demikian dapat dikatakan model
linier menjelaskan dengan baik hubungan antar variabel.
Deviation from Linearity adalah F= 2.106 dengan Sig. 0.033
(p< 0,05) maka dapat dikatakan hubungan antara self-stigma
dengan ide bunuh diri adalah tidak linier, namun jika nilai
tersebut tidak signifikan, menunjukan tidak ada perbedaan
data dengan data linier ideal, dengan demikian dapat
dinyatakan data tersebut linier dan dilanjutkan untuk uji
hubungan atau uji hipotesis.

4. Uji Hipotesis
Setelah uji asumsi terpenuhi, langakah selanjutnya yaitu uji
hipotesis, yang gunanya untuk mengetahui apakah terdapat
hubungan antara self-stigma (X1) dan perceived burdensomeness
(X2) dengan ide bunuh diri (Y). Pada penelitian ini dilakukan uji
korelasi dengan menggunakan analisis regresi berganda yang
mana didasarkan dari uji prasayrat yang memenuhi untuk
dilanjutkan ke analisis statistik parametrik.
a. Uji Hipotesis Pertama
Uji hipotesis pertama pada penelitian ini yaitu ”terdapat
hubungan antara self-stigma dan perceived burdensomeness
dengan ide bunuh diri pada ODE”. Peneliti menggunakan
teknik analisis regresi berganda menggunakan bantuan
software SPSS 26.0 for windows. Di bawah ini adalah tabel
hasil uji hipotesis yang dilakukan, sebagai berikut :

Tabel 16
Model Summary R-Square
Model R R Square F Sig
Ide Bunuh Diri*self- 0.677 0.459 26.681 0.000
stigma*perceived
burdensomeness*

Berdasarkan tabel 16, menunjukkan hasil analisis regresi


berganda diperoleh nilai signifikansi 0.000 (F=26.681; P <
0.05) dengan R Square 0.459, hal ini menunjukan bahwa
58

hipotesis diterima, dimana terdapat hubungan yang


signifikan antara self-stigma (X1) dan perceived
burdensomeness (X2) dengan ide bunuh diri (Y) pada ODE
menunjukan nilai R square sebesar 0.459 nilai tersebut
menunjukan bahwa sumbangan efektif self-stigma dan
perceived burdensomeness terhadap ide bunuh diri pada
ODE sebesar 45.9% sisanya 54.1% dipengeruhi oleh
variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Tabel 17
Hasil Uji Hipotesis Kedua dan Ketiga
Variabel Pearson Sig. Keterangan
Correlation
Self-Stigma dengan 0.501 0.000 Positif
Ide Bunuh Diri Signifikan
Perceived 0.676 0.000 Positif
Burdensomeness Signifikan
dengan Ide Bunuh
Diri

b. Uji hipotesis kedua


Hipotesis kedua pada penelitian ini adalah terdapat
hubungan antara self-stigma dengan ide bunuh diri pada
ODE. Berdasarkan hasil uji hipotesis pada tabel diatas dapat
diketahui self-stigma dengan ide bunuh diri diperoleh rx1y =
0.501 dengan Sig. 0.000 (p < 0,01) dapat diartikan terdapat
hubungan positif antara self-stigma dengan ide bunuh diri
pada ODE. Semakin tinggi self-stigma yang dialami maka
akan semakin tinggi ide bunuh diri pada ODE. Sumbangan
efektif pada variabel self-stigma (0.054 X 0.501 X 100%=
2.7%).
c. Uji hipotesis ketiga
Hipotesis ketiga pada penelitian ini adalah terdapat
hubungan antara perceived burdensomeness dengan ide
bunuh diri pada ODE. Berdasarkan hasil uji hipotesis pada
tabel diatas diperoleh rx1y = 0.576 dengan sig. 0.000
59

(p<0.01) dapat diartikan terdapat hubungan positif antara


perceived burdensomeness dengan ide bunuh diri pada ODE.
Semakin tinggi perceived burdendomeness yang dialami
maka akan semakin tinggi ide bunuh diri pada ODE.
Sumbangan efektif pada variabel perceived burdensomeness
(0.718x 0.676x 100= 0.485 =48.53%).
d. Uji Hipotesis keempat
Berdasarkan deskripsi data subjek di atas, diketahui
bahwa rentang umur subjek penelitian berada diantara 18-39
tahun. Peneliti akan mencoba melihat rentan umur mana
yang memiliki ide bunuh diri yang lebih tinggi. Peneliti
menjadi dua kategori usia yaitu remaja (18-21 tahun) dan
dewasa awal (22-39 tahun). Jika nilai sig. 2-tailed < 0.05
maka dapat dipahami dalam konteks ini terdapat perbedaan
yang signifikian antara ODE usia remaja dan ODE dewasa
awal. Berikut ini akan digambarkan deskripsi terkait usia.

Tabel 18
Deskripsi Ide Bunuh Diri Ditinjau Dari Usia
Std. Std. Error
Usia N Mean
Deviation Mean
Ide Bunuh Remaja 22 8 6.459 1.377
Diri
Dewasa 44 7.82 6.471 0.976
Awal

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah


ODE remaja sebanyak 22 dan jumlah ODE dewasa awal
sebanyak 44. Mean skor ide bunuh diri untuk ODE remaja
adalah sebesar 8. Mean skor ODE dewasa awal sebesar 7.82
dengan demikian secara deskriptif dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat perbedaan rata-rata tingkat ide bunuh diri
antara ODE remaja dan dewasa awal. Selanjutnya untuk
melihat apakah perbedaan tersebut signifikan atau tidak,
rinciannya terdapat pada tabel berikut.
60

Tabel 19
Hasil Uji T- Independent Sampels
Variabel Levene's Test for Equality of Variances
F Sig Sig. (2-tailed)
Ide Bunuh Diri 0.039 0.845 0.915

Hasil uji beda untuk mengetahui perbedaan ide bunuh diri


pada ODE remaja dan ODE dewasa awal diperoleh t = 0.108
dengan Sig. 0.915 (p>0.05) berarti tidak ada perbedaan
yang signifikan antara tingkat ide bunuh diri pada ODE
remaja dan ODE dewasa awal.

D. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan
antara self-stigma dan perceived burdensomeness dengan ide bunuh
diri pada ODE, serta mengetahui perbedaan ide bunuh diri pada
ODE remaja dan ODE dewasa awal. Untuk mengetahui hubungan
tersebut analisis data dilakukan menggunakan teknik korelasi
berganda dengan bantuan aplikasi SPSS 26.0 for windows. Penelitian
ini dibuktikan dengan beberapa tahap, yaitu persiapan, tahap mencari
instrumen, tahap uji coba, tahap pengambilan data, dan tahap
perhitungan data. Penyebaran kuesioner diberikan kepada ODE di
seluruh Indonesia, dengan jumlah subjek yang didapatkan yaitu 66
subjek. Pengambilan sampel menggunakan teknik accidental
sampling.
Terdapat tiga hipotesis yang telah didapatkan yaitu, terdapat
hubungan yang signifikan pada pengujian hipotesis pertama antara
self-stigma dan percived burdensomeness dengan ide bunuh diri
dengan R = 0.677 dan nilai F= 26.681 dengan p= 0.000 (p < 0.01)
dengan sumbangan efektif sebesar 45.9% sisanya 54.1% dipengaruhi
oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini yang berarti
hipotesis pertama diajukan diterima. Hasil tersebut mempunyai artinya
bahwa semakin tinggi variabel self-stigma maka yang secara positif
dapat mempengaruhi secara signifikan terhadap ide bunuh diri pada
ODE. Hal tersebut menunjukkan bahwa seseorang yang semakin
61

tinggi variabel perceived burdensomeness, maka semakin tinggi ide


bunuh diri yang dialami.
Pada uji hipotesis kedua diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan
positif yang signifikan antara self-stigma dengan ide bunuh diri pada
ODE dengan nilai koefisien korelasi (rx1y) = 0.501 dengan nilai Sig.
0.000 (p < 0.01) hal ini menunjukkan hipotesis kedua dapat diterima.
Hal ini dapat diartikan bahwa perceived burdensomeness berpengaruh
dengan ide bunuh diri, yang dimana ketika perceived burdnsomeness
pada ODE tinggi maka ide bunuh diri yang dialami ODE juga tinggi.
Hal tersebut senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Blixen
et al., (2020) menyatakan bahwasannya tingkat self-stigma yang tinggi
mempengaruhi ide bunuh diri sepuluh kali lebih umum dintara ODE
daripada populasi lainnya. Semakn tinggi self-stigma maka ide bunuh
diri pada ODE semakin tinggi, begitu juga sebaliknya semakin rendah
self-stigma maka semakin rendah ide bunuh diri pada ODE.
Hipotesis ketiga dalam penelitian ini yaitu adanya hubungan
signifikan antara perceived burdensomeness dengan ide bunuh diri
pada ODE. Berdasarkan hasil uji hipotesis dapat diperoleh koefisien
korelasi (rx2y) = 0.676 dengan nilai Sig. 000 ( p < 0.01) hal ini
menunjukkan hipotesis ketiga dapat diterima. Hasil pengujian
hipotesis ketiga meunjukkan bahwa terdapat hubungan posistif
signifikan antara perceived burdensomeness dengan ide bunuh diri
pada ODE.
Sehingga sapat dikatakan perceived burdensomeness berhubungan
dengan ide bunuh diri pada ODE. Ketika perceived burdensomeness
pada ODE tinggi maka ide bunuh diri pada ODE semakin tinggi juga.
Begitupula sebaliknya semakin rendah perceived burdensomeness
pada ODE maka semakin rendah juga ide bunuh diri pada ODE.
Sumbangan efektif pada variabel perceived burdensomeness 48.53%
terhadap ide bunuh diri pada ODE.
Hal ini senada dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Sommerfeld & Malek, (2019) yang menyatakan perceived
burdensomeness memiliki hubungan yang signifikan dengan ide
bunuh diri pada ODE,Individu yang memiliki penyakit fisik seperti
epilepsi yakin bahwa ia adalah individu yang merepotkan orang lain,
62

dan berpikir bahwa orang lain akan senang ketika individu tersebut
tidak ada atau menghilang.
Keyakinan-keyakinan tersebut merupakan faktor dari resiko ide
bunuh diri (Khazem et al., 2017). Perceived burdensomeness dapat
memicu gejala depresi, yang mengarah ke ide bunuh diri. Individu
dengan berbagai kondisi kesehatan yang buruk percaya bahwa kondisi
mereka menyebabkan beban bagi orang lain, seperti orang-orang
mungkin memerlukan bantuan orang lain untuk tugas sehari-hari (Chu
et al., 2018).
Penelitian ini memiliki tiga pengkategorian yakni rendah, sedang,
dan tinggi. Kategorisasi ide bunuh diri pada ODE remaja dibagi tiga
kategori yakni tinggi kisaran X >14 yang didapat dari 4 ODE remaja
menunjukkan nilai persen sebesar 18%. Kategori sedang dari kisaran
skor 2 ≤ X < 14 yang didapat dari 17 ODE menunjukkan nilai persen
77% dapat diartikan sebanyak 17 ODE memiliki ide bunuh diri namun
dalam kategorisasi sedang, dan kategori rendah dari skor X < 2 yang
didapat dari 1 ODE sehingga nilai persen menjadi 5%. Kategori pada
variabel ide bunuh diri dengan jumlah responden (n=22) ODE remaja.
Kategorisasi ide bunuh diri pada ODE dewasa awal, yakni tinggi
kisaran X >14 yang didapat dari 5 ODE dewasa awal menunjukkan
nilai persen sebesar 11%. Kategori sedang dari kisaran skor 1 ≤ X <
14 yang didapat dari 36 ODE menunjukkan nilai persen 82% dapat
diartikan sebanyak 36 ODE memiliki ide bunuh diri namun dalam
kategorisasi sedang, dan kategori rendah dari skor X < 1 yang didapat
dari 3 ODE sehingga nilai persen menjadi 7%. Kategori pada variabel
ide bunuh diri dengan jumlah responden (n=22) ODE dewasa awal.
Kategorisasi self-stigma pada ODE remaja, yakni tinggi kisaran X
>74 yang didapat dari 5 ODE remaja menunjukkan nilai persen
sebesar 23%. Kategori sedang dari kisaran skor 45 ≤ X < 75 yang
didapat dari 12 ODE menunjukkan nilai persen 54% dapat diartikan
sebanyak 12 ODE merasakan self-stigma namun dalam kategorisasi
sedang, dan kategori rendah dari skor X < 45 yang didapat dari 5 ODE
sehingga nilai persen menjadi 23%. Kategori pada variabel self-stigma
dengan jumlah responden (n=22) ODE remaja.
Kategorisasi self-stigma pada ODE dewasa awal , yakni tinggi
kisaran X > 74 yang didapat dari 9 ODE remaja menunjukkan nilai
63

persen sebesar 20%. Kategori sedang dari kisaran skor 44 ≤ X < 74


yang didapat dari 26 ODE menunjukkan nilai persen 59% dapat
diartikan sebanyak 26 ODE mengalami self-stigma namun dalam
kategorisasi sedang, dan kategori rendah dari skor X < 44 yang
didapat dari 9 ODE sehingga nilai persen menjadi 21%. Kategori pada
variabel self-stigma dengan jumlah responden (n=44) ODE dewasa
awal.
Kategorisasi perceived burdensomeness pada ODE remaja, yakni
tinggi kisaran X >16 yang didapat dari 4 ODE remaja menunjukkan
nilai persen sebesar 18%. Kategori sedang dari kisaran skor 6 ≤ X <
16 yang didapat dari 18 ODE menunjukkan nilai persen 82% dapat
diartikan sebanyak 18 ODE merasakan perceived burdensomeness
namun dalam kategorisasi sedang, dan kategori rendah dari skor X < 6
yang didapat dari 0 ODE sehingga nilai persen menjadi 0%. Kategori
pada variabel perceived burdensomeness dengan jumlah responden
(n=22) ODE remaja.
Kategorisasi perceived burdensomeness pada ODE dewasa awal,
yakni kategori tinggi X >17 yang didapat dari 6 ODE dewasa awal
menunjukkan nilai persen sebesar 14%. Kategori sedang dari kisaran
skor 7 ≤ X < 17 yang didapat dari 29 ODE menunjukkan nilai persen
66% dapat diartikan sebanyak 29 ODE merasakan perceived
burdensomeness namun dalam kategorisasi sedang, dan kategori
rendah dari skor X < 7 yang didapat dari 9 ODE sehingga nilai persen
menjadi 20%. Kategori pada variabel perceived burdensomeness
dengan jumlah responden (n=44) ODE dewasa awal.
Pemaparan di atas terdapat suatu hubungan positif yang
mempengaruhi self-stigma dan perceived burdensomeness dengan ide
bunuh diri pada ODE. Hal tersebut senada dengan penelitian yang
dilakukan oleh Blixen et al., (2020) menyatakan bahwasannya tingkat
self-stigma yang tinggi mempengaruhi ide bunuh diri sepuluh kali
lebih umum dintara ODE daripada populasi lainnya.
Self-stigma pada ODE memberikan dampak yang negatif bagi
kehidupan ODE, bahkan ketika perawatan medis untuk epilepsi
semakin baik, stigma pada epilepsi tetap menjadi faktor penting yang
menyebabakan dampak psikologis pada ODE (Blixen et al., 2020).
Pada penelitian yang dilakukan Wilner et al., (2014) menunjukan
64

bahwa terdapat hubungan positif antara self-stigma dengan ide bunuh


diri pada ODE, dimana ODE dengan self-stigma yang tinggi memiliki
ide bunuh diri yang tinggi.
Hasil penelitian di Eropa mengemukakan bahwa lebih dari separuh
orang yang hidup dengan epilepsi merasa terstigmatisasai (World
Health Organization (WHO), 2022.). Self-stigma yang dihasilkan oleh
gangguan mental atau fisik dapat menjadi faktor risiko yang signifikan
untuk bunuh diri (Carpiniello & Pinna, 2017). Dari hasil penelitian
Zhao et al., (2021) mengemukakan bahwa self-stigma dapat
mengakibatkan ide bunuh diri apabila diperparah denggan depresi,
dan pengangguran.
Terdapat hubungan antara perceived burdensomeness dengan ide
bunuh diri pada ODE. Hasil penelitian ini sejalan dengan Sommerfeld
& Malek, (2019) variabel perceived burdensomeness memiliki
hubungan yang signifikan dengan ide bunuh diri pada ODE, individu
yang memiliki penyakit fisik yakin bahwa ia adalah individu yang
merepotkan orang lain, dan berpikir bahwa orang lain akan senang
ketika individu tersebut tidak ada atau menghilang.
Keyakinan-keyakinan tersebut merupakan faktor dari resiko ide
bunuh diri (Khazem et al., 2017). Perceived burdensomeness dapat
memicu gejala depresi, yang mengarah ke ide bunuh diri. Individu
dengan berbagai kondisi kesehatan yang buruk percaya bahwa kondisi
mereka menyebabkan beban bagi orang lain, seperti orang-orang
mungkin memerlukan bantuan orang lain untuk tugas sehari-hari (Chu
et al., 2018).
Hipotesis keempat dalam penelitian ini yaitu adanya perbedaan ide
bunuh diri antara ODE remaja dan ODE dewasa awal. Hasil uji
hipotesis keempat menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan ide bunuh
diri antara ODE remaja maupun ODE dewasa awal. Hal tersebut
dilihat dari hasil yang didapatkan p sebesar 0.915 (p > 0.05). Apabila
dilihat berdasarkan kategorisasi nilai, ODE remaja maupun dewasa
memiliki skor nilai yang tidak jauh beda. Hal tersebut dapat dilihat
dari hasil kategorisasi bahwa ide bunuh diri pada tingkat sedang ODE
remaja mendapatkan hasil sebesar 77% berjumlah 17 , dan ide bunuh
diri pada ODE dewasa awal mendapatkan nilai sebesar 82%
berjumlah 36% subjek. Maka, bila dilihat dari rata-rata antara ODE
65

remaja sebesar 8 dan perempuan sebesar 7.82 yang artinya tidak


memiliki perbedaan yang signifikan.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan tidak
adanya perbedaan ide bunuh diri antara ODE remaja dan ODE dewasa
awal. Hasil yang sama ditunjukkan oleh penelitian Andrijić et al.,
(2014) tidak ada perbedaan yang signifikan antara karakteristik
demografi seperti usia dan jenis kelamin terhadap ide bunuh diri.
Berbeda pada penelitian yang dilakukan oleh Falcone et al., (2020)
menunjukkan bahwa masalah bunuh diri lebih tinggi untuk ODE
remaja dibandingkan ODE dewasa awal. ODE remaja memiliki
kerinduan dan keinginan untuk bisa menjalani kehidupan normal.
ODE memiliki keterbatasan dalam melakukan aktiivtas sehari-hari,
dimana ODE akan merasa cemas jika tiba-tiba serangan muncul. ODE
dewasa awal memiliki penyesuaian hidup yang lebih baik karena
epilepsi yang dijalaninya lebih lama.
Ide bunuh diri pada ODE remaja dan dewasa awal berada dalam
kategori sedang dikarenakan subjek pada penelitian ini sebagian besar
berada dalam sebuah grup atau komunitas epilepsi. ODE yang
tergabung dalam grup saling mendukung, memotivasi, mendoakan
satu sama lain. Aktivitas-ativitas yang terjadi di dalam grup
merupakan bentuk dukungan bagi ODE. Jika ada ODE yang
menceritakan masalah dan kesedihannya di dalam grup, anggota di
grup tersebut akan memberi respon menguatkan untuk tidak menyerah
dan selalu bersyukur.
Hal tersebut sebagai bentuk dukungan sosial yang diberikan oleh
komunitas. Menurut Southwick et al., (2016) dukungan sosial yang
berasal dari komunitas dapat membantu menumbuhkan resiliensi
dalam diri individu. Hal ini juga terjadi pad ODE, dimana grup
menjadi megurangi stres dan membantu ODE menyesuaikan diri
dengan keadaanya, membuat ODE memiliki cara untuk mengatasi
stres dan dapat beradaptasi secara positif dengan keadaan sulit yang
dialami. Dengan begitu dukungan sosial dalam grup tersebut dapat
menurunkan ide bunuh diri pada ODE. ODE remaja dan ODE dewasa
awal lebih sering berbagi cerita mengenai faktor yang menyebabakan
memiliki ide bunuh diri di media sosial atau komunitas daripada
dengan dokter mereka (Pourmand et al., 2019).
66

Penelitian ini tentunya memiliki kekurangan karena terdapat


keterbatasan dari peneliti. Terdapat fakotr lain yang memengaruhi ide
bunuh diri pada ODE selain self-stigma dan perceived
burdensomeness. sehingga peneliti selanjutnya dapat melakukan
pengembangan dengan memasukkan faktor-faktor lain. Kekurangan
lain pada penelitian ini ialah jumlah subjek yang terbatas.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian, akan disimpulkan seperti berikut ini


:
1. Terdapat hubungan secara signifikan antara self-stigma dan
perceived burdensomeness dengan ide bunuh diri pada ODE
dengan nilai koefisien korelasi Rx1.2-y = 0.677 dan nilai F =
26.281 dengan p = 0.000 (p < 0,01). Didapatkan nilai R-
Square dengan nilai 0.459 yang berarti sumbangan efektif
self-stigma dan perceived burdensomeness terhadap ide bunuh
diri pada ODE sebesar 45.9% sisanya 54.1% dipengeruhi oleh
variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
2. Terdapat hubungan secara positif signifikan antara self-stigma
dengan ide bunuh diri pada ODE. Nilai koefisien korelasi
(rx1y) = 0.501 dengan nilai Sig. 0.000 (p<0.01). hasil
pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa terdapat
hubungan positif signifikan anatar self-stigma dengan ide
bunuh diri pada ODE. Self-stigma memberikan sumbangan
efektif sebesar 2.7% terhadap ide bunuh diri pada ODE.
3. Terdapat hubungan secara positif signifikan antara perceived
burdensomeness dengan ide bunuh diri pada ODE dengan
niali koefisiesn korelasi (rx2y) = 0.676 dengan nilai Sig. 0000
(p<0.01) hal ini menunjukan hipotesis ketiga dapat diterima.
Perceived burdensomenees memberikan sumbangan efektif
sebesar 48.5% terhadap ide bunuh diri pada ODE.
4. Nilai t = 0.108 dengan Sig. 0.915 (p>0.05) yang berarti tidak
ada perbedaan yang signifikan antara tingkat ide bunuh diri
pada ODE remaja dan ODE dewasa awal.

67
68

B. Rekomendasi
Berikut rekomendasi yang dapat peneliti berikan kepada peneliti
selanjutnya dan juga pihak-pihak yang terkait dengan penelitian :
1. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini hanya mengkaji hubungan antara self-stigma
dan perceived burdensomeness dengan ide bunuh diri pada ODE.
Tentu saja ada faktor lain yang mempengaruhi ide bunuh diri
pada ODE. Fakor lain yang belum terungkap dalam penelitian ini,
merupakan peluang bagi peneliti lain untuk melakukan
penelitian. Peneliti selanjutnya disarankan untuk meneliti dengan
lebih banyak subjek lagi.
2. Bagi ODE
ODE diharapkan banyak melakukan kegiatan yang postif dan
menyenangkan serta berteman dengan kelompok yang positif,
agar selalu berpikiran positif. Sehingga dapat mengurangi
timbulnya ide bunuh diri pada ODE.
3. Bagi Masyarakat
Pada penelitian ini diketahui, self-stigma dan perceived
burdensomeness berhubungan secara signifikan dengan ide
buhuh diri pada ODE. Oleh karena itu peneliti menyarakan agar
pembaca dan masyarakat untuk memberikan dukungan yang
lebih baik kepada ODE sehingga ODE dapat hidup berdampingan
dengan lingkungannya tanpa merasa terstigma, rendah diri, dan
merasa menjadi beban bagi orang lain.
69

DAFTAR PUSTAKA
Abraham, N., Buvanaswari, P., Rathakrishnan, R., Tran, B. X., Thu,
G. V., Nguyen, L. H., Ho, C. S., & Ho, R. C. (2019). A meta-
analysis of the rates of suicide ideation, attempts and deaths in
people with epilepsy. International Journal of Environmental
Research and Public Health, 16(8).
https://doi.org/10.3390/ijerph16081451
Ahmedani, B. K., Peterson, E. L., Hu, Y., Rebecca, C., Lynch, F., Lu,
C. Y., & Waitzfelder, B. E. (2017). Major Physical Health
Conditions and Risk of Suicide. 53(3), 308–315.
https://doi.org/10.1016/j.amepre.2017.04.001.Major
Ammal, M. S., George, K. V., & Jayakumari, I. (2007). Effect of
phytoactive compounds on in vitro cholesterol crystal growth.
Crystal Research and Technology, 42(9), 876–880.
https://doi.org/10.1002/CRAT.200710943
Andrijić, N. L., Alajbegović, A., Zec, S. L., & Loga, S. (2014).
Suicidal ideation and thoughts of death in epilepsy patients.
Psychiatria Danubina, 26(1), 52–55.
Arikunto, S. (1999). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta : Rineka.
Azwar. Saifuddin. (2013). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Azwar, S. (2005). Sikap Manusia : Teori dan Pengukurannya.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Azwar, Saifuddin. (2015). Penyusunan Skala Psikologi (edisi 2).
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
B, K. (2006). Proses Keperawatan Jiwa Jakarta : EGC (Edisi II).
Jakarta : EGC.
Baams, L., Dubas, J. S., Russell, S. T., Buikema, R. L., & van Aken,
M. A. G. (2018). Minority stress, perceived burdensomeness,
and depressive symptoms among sexual minority youth. Journal
of Adolescence, 66, 9–18.
https://doi.org/10.1016/J.ADOLESCENCE.2018.03.015
70

Baumeister, R. F. (1990). Suicide as escape from self. Psychological


Review, 97(1), 90–113. https://doi.org/10.1037/0033-
295X.97.1.90
BBC Indonesia. (2017, September 13). Sempat mencoba bunuh diri,
pria di Gunung Kidul bangkit dengan dukungan keluarga. BBC
News. https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-41237122
Beck, A. T., Kovacs, M., & Weissman, A. (1979). Assessment of
suicidal intention: The Scale for Suicide Ideation. Journal of
Consulting and Clinical Psychology, 47(2), 343–352.
https://doi.org/10.1037//0022-006x.47.2.343
Behavior, L. (2017). Self-Stigma Mediates the Impact of Insight on
Current Suicide Ideation in Suicide Attempters with
Schizophrenia : Results of a Moderated Mediation Approach. 1–
16. https://doi.org/10.1111/sltb.12384
Blixen, C., Ogede, D., Briggs, F., Aebi, M. E., Burant, C., Wilson, B.,
Terashima, J. P., & Sajatovic, M. (2020). Correlates of Stigma in
People with Epilepsy. Journal of Clinical Neurology (Seoul,
Korea), 16(3), 423. https://doi.org/10.3988/JCN.2020.16.3.423
Bosak, M., Dudek, D., & Siwek, M. (2012). Depression in patients
with epilepsy. Psychiatria Polska, 46(5), 891–903.
https://europepmc.org/article/med/23394027
Carpiniello, B., & Pinna, F. (2017). The Reciprocal Relationship
between Suicidality and Stigma. Frontiers in Psychiatry,
8(MAR), 1. https://doi.org/10.3389/FPSYT.2017.00035
Cheung, C., & Wirrell, E. (2006). Adolescents‟ perception of epilepsy
compared with other chronic diseases: “through a teenager‟s
eyes.” Journal of Child Neurology, 21(3), 214–222.
https://doi.org/10.2310/7010.2006.00053
Christensen, J., Vestergaard, M., Mortensen, P. B., Sidenius, P., &
Agerbo, E. (2007). Epilepsy and risk of suicide: a population-
based case-control study. Lancet Neurology, 6(8), 693–698.
https://doi.org/10.1016/S1474-4422(07)70175-8
Christensen, K. (2006). Adult Health Nursing, Ffth Edition.
Philadelhia: Mosby Company.
Chu, C., Walker, K. L., Stanley, I. H., Hirsch, J. K., Greenberg, J. H.,
71

David Rudd, M., & Joiner, T. E. (2018). Perceived problem-


solving deficits and suicidal ideation: Evidence for the
explanatory roles of thwarted belongingness and perceived
burdensomeness in five samples. Journal of Personality and
Social Psychology, 115(1), 137–160.
https://doi.org/10.1037/pspp0000152
Conwell, Y., Lyness, J. M., Duberstein, P., Cox, C., Seidlitz, L.,
DiGiorgio, A., & Caine, E. D. (2000). Completed suicide among
older patients in primary care practices: A controlled study.
Journal of the American Geriatrics Society, 48(1), 23–29.
https://doi.org/10.1111/J.1532-5415.2000.TB03024.X
Corrigan, P. (2004). How stigma interferes with mental health care.
American Psychologist, 59(7), 614–625.
https://doi.org/10.1037/0003-066X.59.7.614
Corrigan, P. W., & Rao, D. (2012). On the Self-Stigma of Mental
Illness: Stages, Disclosure, and Strategies for Change. Canadian
Journal of Psychiatry. Revue Canadienne de Psychiatrie, 57(8),
464. https://doi.org/10.1177/070674371205700804
Cousineau, N., McDowell, I., Hotz, S., & Hébert, P. (2003).
Measuring chronic patients‟ feelings of being a burden to their
caregivers development and preliminary validation of a scale.
Medical Care, 41(1), 110–118.
https://doi.org/10.1097/00005650-200301000-00013
Cukrowicz, K. C., Cheavens, J. S., Van Orden, K. A., Ragain, R. M.,
& Cook, R. L. (2011). Perceived Burdensomeness and Suicide
Ideation in Older Adults. Psychology and Aging, 26(2), 331–338.
https://doi.org/10.1037/a0021836
Darmaningtyas. (2002). Menyingkap Tragedi Bunuh Diri di
Gunungkidul. Yogyakarta: Salwa Press.
David Klonsky, E., & May, A. M. (2015). The three-step theory
(3ST): A new theory of suicide rooted in the “ideation-to-action”
framework. International Journal of Cognitive Therapy, 8(2),
114–129. https://doi.org/10.1521/ijct.2015.8.2.114
Duffy, M. E., Mueller, N. E., Cougle, J. R., & Joiner, T. E. (2020).
Journal of A ff ective Disorders Perceived burdensomeness
uniquely accounts for suicidal ideation severity in social anxiety
72

disorder. 266(January), 43–48.


https://doi.org/10.1016/j.jad.2020.01.116
Ekinci, O., Titus, J. B., Rodopman, A. A., Berkem, M., & Trevathan,
E. (2009). Depression and anxiety in children and adolescents
with epilepsy: prevalence, risk factors, and treatment. Epilepsy &
Behavior : E&B, 14(1), 8–18.
https://doi.org/10.1016/J.YEBEH.2008.08.015
Elger, C. E., Johnston, S. A., & Hoppe, C. (2017). Diagnosing and
treating depression in epilepsy. Seizure, 44, 184–193.
https://doi.org/10.1016/J.SEIZURE.2016.10.018
Erlangsen, A., Stenager, E., & Conwell, Y. (2015). Physical diseases
as predictors of suicide in older adults: a nationwide, register-
based cohort study. Social Psychiatry and Psychiatric
Epidemiology, 50(9), 1427–1439.
https://doi.org/10.1007/s00127-015-1051-0
Falcone, T., Dagar, A., Castilla-Puentes, R. C., Anand, A.,
Brethenoux, C., Valleta, L. G., Furey, P., Timmons-Mitchell, J.,
& Pestana-Knight, E. (2020). Digital conversations about suicide
among teenagers and adults with epilepsy: A big-data, machine
learning analysis. Epilepsia, 61(5), 951–958.
https://doi.org/10.1111/epi.16507
Febriana, Y., Purwono, R. U., & Djunaed, A. (2021). PERCEIVED
STRESS, SELF-COMPASSION, DAN SUICIDAL IDEATION
PADA MAHASISWA. Psikologi Ilmiah, 13(1), 60–70.
Firmansyah, I. R. (2022). Suicidal thought dalam al quran (studi
analisis penafsiran surah an nisa ayat 29-30 perspektif tafsir
maqa<s}idi ).
Fisher, R. S., Acevedo, C., Arzimanoglou, A., Bogacz, A., Cross, J.
H., Elger, C. E., Engel, J., Forsgren, L., French, J. A., Glynn, M.,
Hesdorffer, D. C., Lee, B. I., Mathern, G. W., Moshé, S. L.,
Perucca, E., Scheffer, I. E., Tomson, T., Watanabe, M., &
Wiebe, S. (2014). ILAE official report: a practical clinical
definition of epilepsy. Epilepsia, 55(4), 475–482.
https://doi.org/10.1111/EPI.12550
Fortinash, & Worret, H. (2012). Psychiatric Mental Health Nursing.
St. Louis : Elsevier.
73

Goffman, E. (1963). Stigma: Notes on the Management of Spoiled


Identity. America: Prentice Hall, Inc. EngleWood cliffs, N.J
United.
Harahap, D. R., & Amalia, I. (2021). Pengaruh Perceived
Burdensomeness , Thwarted Belongingness ,. Journal of
Psychology, 9(1), 16–28.
Hesdorffer, D. C., Allen Hauser, W., Olafsson, E., Ludvigsson, P., &
Kjartansson, O. (2006). Depression and suicide attempt as risk
factors for incident unprovoked seizures. Annals of Neurology,
59(1), 35–41. https://doi.org/10.1002/ANA.20685
Hooley, J. M., Franklin, J. C., & Nock, M. K. (2014). Chronic pain
and suicide: Understanding the association. Current Pain and
Headache Reports, 18(8). https://doi.org/10.1007/S11916-014-
0435-2
Hurlock, E. B. (1980). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan.
Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Gramedia.
Imam, O. :, & Mubhar, Z. (2019). Bunuh Diri Dalam Al-Qur‟an. Al-
Mubarak: Jurnal Kajian Al-Qur’an Dan Tafsir, 4(1), 42–57.
https://doi.org/10.47435/AL-MUBARAK.V4I1.62
Indahningrum, R. putri, Naranjo, J., Hernández, Naranjo, J., Peccato,
L. O. D. E. L., & Hernández. (2020). Pengujian Struktur Faktor
Pada Konstruk Beck Scale for Suicide Ideation dengan Individu
Dewasa Awal [Ubiversitas Tarumanegara]. In Applied
Microbiology and Biotechnology (Vol. 2507, Issue 1).
https://doi.org/10.1016/j.solener.2019.02.027%0Ahttps://www.g
older.com/insights/block-caving-a-viable-alternative/%0A???
John W. Santrock. (2007). Perkembangan Anak (Jilid 1 Ed). Jakarta :
PT. Erlangga.
Joiner, T. E. (2005). Why People Die by Suicide. Massachusetts:
Harvard University Press.
Joiner, Thomas E., Steer, R. A., Brown, G., Beck, A. T., Pettit, J. W.,
& Rudd, M. D. (2003). Worst-point suicidal plans: A dimension
of suicidality predictive of past suicide attempts and eventual
death by suicide. Behaviour Research and Therapy, 41(12),
1469–1480. https://doi.org/10.1016/S0005-7967(03)00070-6
74

Jones, J. E., Hermann, B. P., Barry, J. J., Gilliam, F. G., Kanner, A.


M., & Meador, K. J. (2003). Rates and risk factors for suicide,
suicidal ideation, and suicide attempts in chronic epilepsy.
Epilepsy and Behavior, 4(SUPPL. 3), 31–38.
https://doi.org/10.1016/j.yebeh.2003.08.019
Keliat, B. A., Akemat, Helena, N., & Nurhaeni, H. (2011).
Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunikasi: CMHN (Basic
Course). 417.
https://www.researchgate.net/publication/317543552_Keperawat
an_kesehatan_jiwa_komunitas_CMHN_Basic_Course
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2019). Situasi dan
Pencegahan Bunuh Diri. In Pusat Data dan Informasi (pp. 1–
10).
Kesuma, V. M., Atmodiwirjo, E. T., & Idulfilastri, R. M. (2021).
Pengujian Struktur Faktor Pada Konstruk Beck Scale for Suicide
Ideation Dengan Individu Dewasa Awal. Jurnal Muara Ilmu
Sosial, Humaniora, Dan Seni, 5(2), 549.
https://doi.org/10.24912/jmishumsen.v5i2.11310.2021
Khazem, L. R., Jahn, D. R., Cukrowicz, K. C., & Anestis, M. D.
(2017). Health conditions, physical disabilities, perceived
burdensomeness, and depressive symptoms influence suicidal
ideation. Death Studies, 41(4), 220–225.
https://doi.org/10.1080/07481187.2016.1251509
Klonsky, E. D., May, A. M., & Saffer, B. Y. (2016). Suicide, Suicide
Attempts, and Suicidal Ideation. Annual Review of Clinical
Psychology, 12, 307–330. https://doi.org/10.1146/ANNUREV-
CLINPSY-021815-093204
Klonsky, E. D., Saffer, B. Y., & Bryan, C. J. (2018). Ideation-to-
action theories of suicide: a conceptual and empirical update.
Current Opinion in Psychology, 22, 38–43.
https://doi.org/10.1016/j.copsyc.2017.07.020
Kuramochi, I., Horikawa, N., Shimotsu, S., Hiwatashi, T., Watanabe,
M., Okazaki, M., & Yoshimasu, H. (2020). The self-stigma of
patients with epilepsy in Japan: A qualitative approach. Epilepsy
and Behavior, 109, 106994.
https://doi.org/10.1016/j.yebeh.2020.106994
Kuramochi, I., Iwayama, T., Horikawa, N., Shimotsu, S., Watanabe,
75

S., Yamanouchi, H., & Yoshimasu, H. (2021). Development and


validation of the Epilepsy Self-Stigma Scale. Epilepsia Open,
6(4), 748–756. https://doi.org/10.1002/epi4.12547
Leaffer, E. B., Hesdorffer, D. C., & Begley, C. (2014). Psychosocial
and sociodemographic associates of felt stigma in epilepsy.
Epilepsy and Behavior, 37, 104–109.
https://doi.org/10.1016/J.YEBEH.2014.06.006
Lestari, N. D., Mutiawati, E., Rahmawati, E., Octaviana, F., &
Bachtiar, A. (2017). Analisis Properti Psikometri Internalized
Stigma of Epilepsy Versi Indonesia. Neurona, 34(2).
Lin, M., Chen, J., Li, S., Qin, Y., Wang, X., Liu, Y., Abdulaziz, A. T.
A., Liu, W., Zhou, D., & Li, J. (2021). Risk factors for suicidal
tendency in people with epilepsy in China: a case–control study.
Scientific Reports, 11(1). https://doi.org/10.1038/S41598-021-
81870-9
Lubkin, I.M., & Larsen, P. . (2006). Chronic illness: Impact and
interventions (6th ed.). Jones and Bartlett Publishers.
Lucksted, A., & Drapalski, A. L. (2015). Self-Stigma Regarding
Mental Illness: Definition, Impact, and Relationship to Societal
Stigma. Psychiatric Rehabilitation Journal, 38(2), 99–102.
https://doi.org/10.1037/PRJ0000152
Maramis, W. F. (2004). Ilmu Kedokteran Jiwa (8 (ed.)). Airlangga.
Marin, S. (2005). The impact of epilepsy on the adolescent. MCN The
American Journal of Maternal/Child Nursing, 30(5), 321–326.
https://doi.org/10.1097/00005721-200509000-00010
McGeary, D. D., Mayer, T. G., & Gatchel, R. J. (2006). High pain
ratings predict treatment failure in chronic occupational
musculoskeletal disorders. The Journal of Bone and Joint
Surgery. American Volume, 88(2), 317–325.
https://doi.org/10.2106/JBJS.D.02968
Mula, M. (2017). Depression in epilepsy. Current Opinion in
Neurology, 30(2), 180–186.
https://doi.org/10.1097/WCO.0000000000000431
Mula, M. (2018). Do anti-epileptic drugs increase suicide in epilepsy?
10 years after the FDA alert.
76

Https://Doi.Org/10.1080/14737175.2018.1427067, 18(3), 177–


178. https://doi.org/10.1080/14737175.2018.1427067
Nolen Hoksema, S. (2007). Abnormal Psychology (6th ed.). New
York: McGraw-Hill Book Education.
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka
Cipta.
Nurviana, E. V., Siswati, & Dewi, K. S. (2011). Penerimaan diri pada
penderita epilepsi. Jurnal Psikologi Proyeksi, 5(1), 10–16.
O‟Connor, R. C., & Nock, M. K. (2014). The psychology of suicidal
behaviour. The Lancet Psychiatry, 1(1), 73–85.
https://doi.org/10.1016/S2215-0366(14)70222-6
Oexle, N., Rüsch, N., Viering, S., Wyss, C., Seifritz, E., Xu, Z., &
Kawohl, W. (2017). Self-stigma and suicidality: a longitudinal
study. European Archives of Psychiatry and Clinical
Neuroscience, 267(4), 359–361. https://doi.org/10.1007/s00406-
016-0698-1
Pourmand, A., Roberson, J., Caggiula, A., Monsalve, N., Rahimi, M.,
& Torres-Llenza, V. (2019). Social Media and Suicide: A
Review of Technology-Based Epidemiology and Risk
Assessment. Telemedicine and E-Health, 25(10), 880–888.
https://doi.org/10.1089/tmj.2018.0203
Reber, S.A., Reber, S. . (2010). Kamus Psikologi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Reysa, M. (2018). Self-Stigma pada Orang Dengan HIV dan AIDS
(ODHA) di Kota Makassar.
Ristya Widi E. (2011). UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS DALAM
PENELITIAN EPIDEMIOLOGI KEDOKTERAN GIGI |
STOMATOGNATIC - Jurnal Kedokteran Gigi.
https://jurnal.unej.ac.id/index.php/STOMA/article/view/2083
Ritsher, J. B., Otilingam, P. G., & Grajales, M. (2003b). Internalized
stigma of mental illness: Psychometric properties of a new
measure. Psychiatry Research, 121(1), 31–49.
https://doi.org/10.1016/J.PSYCHRES.2003.08.008
Ritsher, J. B., & Phelan, J. C. (2004). Internalized stigma predicts
erosion of morale among psychiatric outpatients. Psychiatry
77

Research, 129(3), 257–265.


https://doi.org/10.1016/J.PSYCHRES.2004.08.003
Rosyid, M. (2014). Kontribusi Penyuluh Agama dalam
Meminimalisasi Bunuh Diri. Jurnal Bimbingan Konseling Islam,
5(2), 353–384.
Ryan, R. M., & Deci, E. L. (2000). The Darker and Brighter Sides of
Human Existence: Basic Psychological Needs as a Unifying
Concept. Psychological Inquiry, 11(4), 319–338.
https://doi.org/10.1207/S15327965PLI1104_03
Saefulloh, M. N., Astuti, R. D. I., Nurruhyuliawati, W., Andriane, Y.,
& Dewi, M. K. (2019). Hubungan Lama Pengobatan dan Jenis
Obat Anti Epilepsi dengan Derajat Depresi pada Pasien Epilepsi.
Jurnal Integrasi Kesehatan & Sains, 1(2), 157–161.
https://doi.org/10.29313/jiks.v1i2.4344
Salsabila, M. S., Hildayani, R., & Madjid, E. M. (2020). How
Epilepsy Knowledge, Perception of Stigma, and Age of People
with Epilepsy (PWE) Contribute to Self-Disclosure of the
Diagnosis. In L. Hanum (Ed.), Promoting Well-Being in A
Multicultural Society (pp. 327–345). Nova Science Publishers,
Inc.
Sander, J. W. A. S., & Shorvon, S. D. (1996). Epidemiology of the
epilepsies. Journal OfNeurology, Neurosurgery, and Psychiatry,
61, 433–443. https://doi.org/10.1136/jnnp.61.5.433
Santrock, J, W. (2011). Life-Span Development (Perkembangan Masa
Hidup). Erlangga.
Santrock, J. W. (2012). Life-span development: Perkembangan masa
hidup edisi ketigabelas (13th ed.). Erlangga.
Santrock John W. (2003). Adolescence. Perkembangan Remaja (Edisi
Keen). Jakarta: Erlangga.
Smeltzer, & Suzanna. (2002). Buku ajar keperawatan medical bedah
Brunner & Suddarth (Edisi 8). Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Sommerfeld, E., & Malek, S. (2019). Perfectionism Moderates the
Relationship between Thwarted Belongingness and Perceived
Burdensomeness and Suicide Ideation in Adolescents.
78

Psychiatric Quarterly, 90(4), 671–681.


https://doi.org/10.1007/s11126-019-09639-y
Southwick, S. M., Sippel, L., Krystal, J., Charney, D., Mayes, L., &
Pietrzak, R. H. (2016). Why are some individuals more resilient
than others: the role of social support. World Psychiatry, 15(1),
77. https://doi.org/10.1002/WPS.20282
Suadnyana, S. (2022). Diduga Depresi, Pria di Bangli Bali Tewas
Gantung Diri Jelang Menikah. DetikNews.
https://news.detik.com/berita/d-5997875/diduga-depresi-pria-di-
bangli-bali-tewas-gantung-diri-jelang-menikah
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: PT Alfabet.
Syahrial, M. (2021, July 11). Indonesia Turun Kelas Jadi Negara
Berpendapatan Menengah ke Bawah. Kompas.Com.
https://www.kompas.com/tren/read/2021/07/11/113300865/indo
nesia-turun-kelas-jadi-negara-berpendapatan-menengah-ke-
bawah
Temkin O. (1971). The falling sickness. Baltimore: John Hopkins
Press.
Tunnajah, S. (2015). Kebahagiaan Pada Orang Dengan Epilepsi
(ODE). Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Van Orden, K. A., Cukrowicz, K. C., Witte, T. K., & Joiner, T. E.
(2012). Thwarted belongingness and perceived burdensomeness:
Construct validity and psychometric properties of the
Interpersonal Needs Questionnaire. Psychological Assessment,
24(1), 197–215. https://doi.org/10.1037/a0025358
Van Orden, K. A., Witte, T. K., Cukrowicz, K. C., Braithwaite, S. R.,
Selby, E. A., & Joiner, T. E. (2010). The interpersonal theory of
suicide. Psychological Review, 117(2), 575–600.
https://doi.org/10.1037/A0018697
Viteva, E., & Semerdjieva, M. (2015). Enacted stigma among patients
with epilepsy and intellectual impairment. Epilepsy and
Behavior, 42, 66–70.
https://doi.org/10.1016/J.YEBEH.2014.11.020
Vyandri, S. A., & Ambarini, & T. kurniati. (2019). Pengaruh
79

Neurotisme Dan Self-Criticsm Terhadap Ide Bunuh Diri Pada


Santri MA Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya.
Jurnal Psikologi Klinis Dan Kesehatan Mental Tahun, Vol. 8,
60–75.
W., H. D., Cole, A. B. O‟Keefe, V. M., Tucker, R. P., Story, C. R., &
Wingate, L. R. (2017). Experiencing racial microaggressions
influences suicide ideation through perceived burdensomeness in
African Americans. Journal of Counseling Psychology, 64(1),
104–111.
Wang, W., Xiao, C., Yao, X., Yang, Y., Yan, H., & Li, S. (2018).
Psychosocial health and suicidal ideation among people living
with HIV/AIDS: A cross-sectional study in Nanjing, China.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0192940
Weinman R & Horne R. (2005). Patient provider Interaction and
Health Care Comunication. Brighton, Falmer: University of
Brighton.
William M. Reynolds. (1991). Psychometric Characteristics of the
Adult Suicidal Ideation Questionnaire in College Students.
Journal of Personality Assessment, 56(2), 289–307.
https://doi.org/https://doi.org/10.1207/s15327752jpa5602_9
Wilner, A. N., Sharma, B. K., Soucy, A., Thompson, A., & Krueger,
A. (2014). Common comorbidities in women and men with
epilepsy and the relationship between number of comorbidities
and health plan paid costs in 2010. Epilepsy & Behavior : E&B,
32, 15–20. https://doi.org/10.1016/J.YEBEH.2013.12.032
Wilson, K. G., Kowal, J., Caird, S. M., Castillo, D., McWilliams, L.
A., Heenan, A., & Wilson, G. (2017). Self-perceived burden,
perceivedburdensomeness, and suicidal ideation in patientswith
chronic pain. Canadian Journal of Pain, 1(1), 127–136.
https://doi.org/10.1080/24740527.2017.1368009
Wirrell, E. C., Bieber, E. D., Vanderwiel, A., Kreps, S., & Weaver, A.
L. (2020). Self-injurious and suicidal behavior in young adults,
teens, and children with epilepsy: A population-based study.
Epilepsia, 61(9), 1919–1930. https://doi.org/10.1111/EPI.16618
Wong, Y. J., Koo, K., Tran, K. K., Chiu, Y. C., & Mok, Y. (2011).
Asian American college students‟ suicide ideation: A mixed-
80

methods study. Journal of Counseling Psychology, 58(2), 197–


209. https://doi.org/10.1037/a0023040
World Health Organization (WHO). (2021). Suicide worldwide in
2019: global health estimates. In World Health
Organization,Geneva.
https://apps.who.int/iris/rest/bitstreams/1350975/retrieve
World Health Organization (WHO). (2022). Epilepsy.
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/epilepsy
Wulan Maryanti, N. C. (2016). Epilepsi dan Budaya. Buletin
Psikologi, 24(1), 23. https://doi.org/10.22146/bpsi.16358
Zhao, Y., Liu, X., & Xiao, Z. (2021). Effects of perceived stigma,
unemployment and depression on suicidal risk in people with
epilepsy. Seizure, 91(April), 34–39.
https://doi.org/10.1016/j.seizure.2021.04.021
Zulaikha, A., & Nining Febriyana. (2018). Bunuh Diri pada Anak dan
Remaja. Jurnal Psikiatri Surabaya, 7(2), 62–72.
https://doi.org/10.20473/JPS.V7I2.19466
81

LAMPIRAN 1
RANCANGAN SKALA PENELITIAN
82

SKALA 1: Ide Bunuh Diri


1. Saya memiliki keinginan untuk tetap hidup
 Sedang ke tinggi
 Rendah
 Tidak ada
2. Saya berharap untuk mengakhiri hidup
 Tidak ada
 Rendah
 Sedang ke tinggi
3. Saya memiliki alasan untuk tetap hidup dibandingkan mati
 Hidup lebih penting daripada mati
 Sama baiknya untuk hidup maupun mati
 Lebih besar alasan untuk mati daripada hidup
4. Saya berkeinginan untuk bunuh diri
 Tidak ada
 Lemah
 Sedang ke kuat
5. Saya berkeinginan untuk bunuh diri secara pasif
 Saya akan mengambil tindakan pencegahan untuk
menyelamatkan hdup
 Saya akan membiarkan hidup atau mati secara
kebetulan
 Saya akakn menghindari langkah yang diperlukan
untuk menyelamatkan atau mempertahankan
kehidupan
6. Munculnya durasi atau lamanya keinginan bunuh diri saya
 Singkat
 Lebih lama
 Terus menerus atau hampir terus menerus
7. Frekunsi munculnya ide bunuh diri yang saya alami
 Jarang atau sesekali
 Kadang-kadangg mncul
 Selalu muncul
8. Sikap saya terhadap ide atau keinginan bunuh diri
 Menolak
83

 Acuh tak acuh, ambivalen (menerima dan menolak)


 Menerima
9. Kontrol saya atas tindakan atau keinginan untuk bunuh diri
 Memiliki control diri
 Tidak yakin mengontrol diri
 Tidak mampu mengontrol diri
10. Adanya penghalang untuk melakukan bunuh diri (misalnya,
dari keluarga dan agama)
 Tidak akan mencoba karena ada penghalang
 Khawatir terhadap penghalang yang ada
 Tidak khawatir terhadap penghalang yang ada
11. Alasan pemikiran untuk bunuh diri
 Untuk memanipulasi lingkungan, untuk mendapatkan
perhatian, atau balas dendam
 Kombinasi dari pilihan di atas dan di bawah
 Melarikan diri, memecahkan masalah, atau sebagai
tindakan untuk mengakhiri hidup
12. Saya memiliki metode khusus atau rencana spesifik untuk
melakukan bunuh diri
 Tidak merencanakan atau tidak dipertimbangkan
 Dipertimbangkan, namun tidak secara rinci
 Rencana dipertimbangkan secara rinci
13. Saya memiliki peluang untuk melakukan tindakan bunuh diri
 Metode tidak tersedia, tidak ada peluang
 Metode membutuhkan waktu atau upaya, dan peluang
tidak tersedia
 Metode dan peluang sudah tersedia atau sudah
diantisipasi
14. Saya merasa memiliki kemampuan untuk melaksanakan
tindakan bunuh diri
 Tidak berani, terlalu lemah, takut, tidak kompeten
 Tidak yakin akan keberanian atau tidak berani, namun
berkompeten
 Berkompeten dan berani
15. Saya memiliki harapan dari tindakan bunuh diri yang aktual
atau nyata
84

 Tidak ada
 Tidak pasti atau tidak yakin
 Ada
16. Saya memiliki persiapan nyata untuk melakukan upaya bunuh
diri
 Tidak ada
 Ada sedikit usaha (misalnya sedang mengumpulkan
pil atau obat-obatan)
 Persiapan sudah lengkap (misalnya memiliki pil,
pistol)
17. Saya mempunyai catatan bunuh diri
 Tidak ada
 Sudah mulai membuat tetapi tidak selesai, hanya ada
dipikiran
 Memiliki catatn bunuh diri yang sudah diselesaikan
18. Saya memiliki tindakan terakhir (misalnya tekad)
 Tidak ada
 Hanya ada dipikiran atau hanya ada keyakinan
 Membuat perencanaan yang pasti dan sudah bertekat
19. Saya menyembunyikan rencana bunuh diri saya
 Mengungkapkan ide secara terbuka
 Menahan diri untuk mengungkapkan
 Berusaha untuk menyembunyikan atau berbohong
85

SKALA 2: Self-Stigma

No Pernyataan STS TS S SS
1. Saya merasa terasing karena
memiliki diagnosis epilepsi.
2. Karena memiliki diagnosis epilepsi,
anggapan yang keliru tentang
epilepsi berlaku pada saya
3. Saya merasa nyaman tampil di depan
umum bersama seseorang yang
diketahui memiliki diagnosis
epilepsi.
4. Terdiagnosis epilepsi telah
menghancurkan hidup saya.
5. Orang akan mengetahui saya
memiliki diagnosis epilepsi dari
penampilan saya.
6. Karena memiliki diagnosis epilepsi,
saya membutuhkan bantuan orang
lain untuk membuat keputusan dalam
hidup saya.
7. Orang tanpa epilepsi tidak mungkin
dapat mengerti saya
8. Saya tidak dapat memberikan
kontribusi (sumbangan manfaat)
apapun pada masyarakat karena saya
mengalami epilepsi.
9. Karena didiagnosis epilepsi, tidak
ada orang yang tertarik untuk
mendekati saya
10. Saya merasa malu karena memiliki
diagnosis epilepsi.
11. Orang-orang memperlakukan saya
secara berbeda karena saya
didiagnosis epilepsi.
86

12. Saya menghindar untuk dekat dengan


orang-orang yang tidak memiliki
epilepsi agar tidak ditolak.
13. Saya tidak bercerita banyak tentang
diri saya karena tidak mau
membebani orang lain dengan
diagnosis epilepsi saya
14. Orang-orang mengabaikan saya
karena memiliki diagnosis epilepsi.

15. Orang Dengan Epilepsi (ODE)


sebaiknya jangan menikah.
16. Saya tidak bersosialisasi seperti yang
dulu karena epilepsi membuat saya
terlihat aneh.
17. Karena memiliki diagnosis epilepsi
orang-orang sering melindungi atau
memperlakukan saya seperti anak
kecil
18. Saya kecewa dengan diri saya karena
memiliki diagnosis epilepsi.

19. ODE akan cenderung melakukan


kekerasan.
20. Pandangan negatif tentang epilepsi
membuat saya terisolasi dari
kehidupan yang sehari-hari.
21. Hidup dengan epilepsi telah
membuat saya menjadi orang yang
tangguh.
22. Orang-orang berpikir bahwa saya
tidak dapat berprestasi karena
memiliki diagnosis epilepsi.
23. Saya merasa iri pada orang lain yang
tidak mengalami epilepsi.
24. Secara umum, saya bisa hidup sesuai
yang saya inginkan.
87

25. Saya menjauh dari lingkungan sosial


untuk melindungi keluarga atau
teman saya dari perasaan malu
26. Saya dapat memiliki hidup yang
sempurna meskipun saya memiliki
diagnosis epilepsi.
27. ODE tidak dapat memiliki hidup
yang berharga.
28. ODE memberikan kontribusi penting
pada masyarakat.
29. Berada di sekitar orang-orang yang
tidak memiliki epilepsi membuat
saya merasa asing atau tidak mampu.

SKALA 3 :Perceived Burdensomeness

No Pernyataan STS TS S
SS
Orang-orang dalam hidup saya akan
1
merasa lebih baik jika saya pergi
Orang-orang dalam hidup saya akan
2
merasa lebih bahagia tanpa saya
3 Saya merasa menjadi beban masyarakat
Kematian saya akan melegakan orang-
4
orang dalam hidup saya
Orang-orang dalam hidup saya
5
berharap bisa terbebas dari saya
Saya memperburuk keadaan bagi
6
orang-orang dalam hidup saya
88

Blue Print skala ide bunuh diri


No Aspek Aitem Jumlah
1. Keinginan bunuh diri 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10
aktif 15, 16
2. Persiapan 5, 10, 11, 13, 18, 6
19
3. Keinginan bunuh diri 12, 14, 17 3
pasif
Jumlah 19

Blueprint skala self-stigma


No Aspek No. item Jumlah
1. Keterasingan (Alienation) 1, 4, 7, 10, 18, 6
23,
2. Pandangan Kesetujuan 2, 5, 6, 8, 15, 19, 7
(Stereotype Endorsment) 27
3. Pengalaman Diskriminasi 9, 11, 14, 17, 22, 5
(Discrimination Experience)
4. Penarikan Sosial (Social 12, 13, 16, 20, 6
Withdrawal) 25, 29
5. Resistensi Terhadap Stigma 3, 21, 24, 26, 28, 5
(Stigma Resistance)
Jumlah 29

Blueprint skala perceived burdensomeness

No Aspek No. Aitem Jumlah


1 Perasaan Tidak Mampu Bertanggung 1,2,3,5 4
Jawab Atas Orang Lain

2 Kognisi membenci diri sendiri 4,6 2


Jumlah 6
89

LAMPIRAN 2
VALIDITAS RELIABILITAS HASIL UJI
COBA TERPAKAI
90

VALIDITAS DAN RELIABILITAS


SKALA IDE BUNUH DIRI

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.885 19

Item-Total Statistics
Scale
Mean if Scale Corrected Cronbach's
Item Variance if Item-Total Alpha if
Deleted Item Deleted Correlation Item Deleted
VAR00001 7.70 38.399 .547 .879
VAR00002 7.56 36.096 .674 .873
VAR00003 7.42 35.633 .677 .873
VAR00004 7.64 36.327 .678 .873
VAR00005 7.26 38.502 .198 .894
VAR00006 7.55 37.421 .473 .880
VAR00007 7.55 37.913 .484 .880
VAR00008 7.56 36.927 .658 .875
VAR00009 7.76 37.694 .657 .876
VAR00010 7.53 37.176 .504 .879
VAR00011 6.50 40.008 .067 .897
VAR00012 7.47 37.514 .403 .883
VAR00013 7.52 36.038 .667 .873
VAR00014 7.56 36.742 .647 .875
VAR00015 7.45 35.913 .614 .875
VAR00016 7.73 38.171 .521 .879
VAR00017 7.65 37.000 .582 .876
VAR00018 7.55 36.498 .641 .874
VAR00019 6.88 36.847 .419 .883
91

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.907 17

Item-Total Statistics
Scale Mean Scale Corrected Cronbach's
if Item Variance if Item-Total Alpha if Item
Deleted Item Deleted Correlation Deleted
VAR00001 5.70 34.584 .536 .903
VAR00002 5.56 32.250 .690 .898
VAR00003 5.42 31.910 .677 .898
VAR00004 5.64 32.481 .693 .898
VAR00006 5.55 33.606 .472 .905
VAR00007 5.55 34.036 .490 .904
VAR00008 5.56 33.142 .657 .899
VAR00009 5.76 33.940 .641 .901
VAR00010 5.53 33.145 .538 .902
VAR00012 5.47 33.699 .401 .908
VAR00013 5.52 32.284 .668 .898
VAR00014 5.56 32.927 .653 .899
VAR00015 5.45 32.129 .620 .900
VAR00016 5.73 34.232 .538 .903
VAR00017 5.65 33.184 .585 .901
VAR00018 5.55 32.621 .659 .899
VAR00019 4.88 33.062 .417 .908
92

VALIDITAS DAN RELIABILITAS


SKALA SELF-STIGMA

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.931 29

Item-Total Statistics
Scale Mean Scale Corrected Cronbach's
if Item Variance if Item-Total Alpha if Item
Deleted Item Deleted Correlation Deleted
VAR00001 28.55 198.283 .743 .926
VAR00002 28.27 202.540 .523 .929
VAR00003 28.79 213.985 .275 .932
VAR00004 28.50 199.823 .659 .928
VAR00005 28.82 206.736 .477 .930
VAR00006 27.98 202.015 .497 .930
VAR00007 28.17 200.233 .606 .928
VAR00008 28.74 204.933 .495 .930
VAR00009 28.62 199.162 .719 .927
VAR00010 28.41 195.076 .782 .926
VAR00011 28.15 199.854 .698 .927
VAR00012 28.61 199.412 .731 .927
VAR00013 27.88 205.985 .383 .932
VAR00014 28.53 200.253 .641 .928
VAR00015 29.12 207.154 .651 .929
VAR00016 28.59 198.922 .697 .927
VAR00017 28.24 206.463 .388 .931
VAR00018 28.30 198.184 .710 .927
VAR00019 28.82 205.474 .482 .930
93

VAR00020 28.42 196.894 .745 .926


VAR00021 28.76 213.448 .148 .934
VAR00022 28.50 202.469 .565 .929
VAR00023 27.88 199.800 .580 .929
VAR00024 28.59 213.445 .167 .933
VAR00025 28.55 202.344 .616 .928
VAR00026 28.71 213.285 .158 .934
VAR00027 28.95 203.736 .724 .928
VAR00028 28.44 210.373 .296 .932
VAR00029 28.53 202.038 .688 .928

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.940 26

Item-Total Statistics
Scale
Mean if Scale Corrected Cronbach's
Item Variance if Item-Total Alpha if Item
Deleted Item Deleted Correlation Deleted
VAR00001 26.06 187.350 .755 .935
VAR00002 25.79 191.185 .545 .938
VAR00003 26.30 202.953 .271 .940
VAR00004 26.02 189.092 .659 .936
VAR00005 26.33 195.856 .476 .939
VAR00006 25.50 190.654 .517 .939
VAR00007 25.68 188.651 .640 .937
VAR00008 26.26 194.440 .479 .939
VAR00009 26.14 188.366 .724 .936
VAR00010 25.92 184.594 .778 .935
VAR00011 25.67 188.656 .719 .936
VAR00012 26.12 188.477 .742 .935
94

VAR00013 25.39 194.150 .418 .940


VAR00014 26.05 189.521 .642 .937
VAR00015 26.64 196.512 .634 .938
VAR00016 26.11 188.158 .700 .936
VAR00017 25.76 195.048 .408 .940
VAR00018 25.82 187.505 .711 .936
VAR00019 26.33 194.810 .473 .939
VAR00020 25.94 186.119 .750 .935
VAR00022 26.02 191.492 .573 .938
VAR00023 25.39 189.166 .577 .938
VAR00025 26.06 191.258 .630 .937
VAR00027 26.47 192.930 .723 .936
VAR00028 25.95 200.875 .228 .941
VAR00029 26.05 190.875 .707 .936

VALIDITAS DAN RELIABILITAS


SKALA PERCEIVED BURDENSOMENESS

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.938 6

Item-Total Statistics
Scale Mean Scale Corrected Cronbach's
if Item Variance if Item-Total Alpha if Item
Deleted Item Deleted Correlation Deleted
VAR00001 5.03 16.461 .773 .931
VAR00002 4.91 16.361 .769 .931
VAR00003 4.80 15.453 .849 .922
VAR00004 4.86 14.920 .841 .923
VAR00005 4.88 15.462 .799 .928
VAR00006 4.76 15.356 .859 .920
95

LAMPIRAN
LAMPIRAN 33
SKALA PENELITIAN
SKALA PENELITIAN
96

Assalamualaikum wr. wb.

Salam Sejahtera.

Salam hormat saudara/i sekalian.

Perkenalkan, kami dari tim peneliti Prodi Psikologi Islam UIN Raden
Intan Lampung saat ini sedang melakukan penelitian mengenai
Dinamika Psikologis Pada Orang Dengan Epilepsi (ODE).

Partisipan penelitian kami adalah Orang Dengan Epilepsi (ODE)


berusia 15-30 tahun.

Apabila saudara/i memenuhi kriteria tersebut, kami mohon


kesediaannya untuk menjadi partisipan penelitian dengan mengisi
kuesioner berikut.

Pengisian kuesioner ini membutuhkan waktu sekitar 15-20 menit.

Segala data dan informasi yang diberikan dijamin kerahasiaannya dan


hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

Sebagai bentuk apresiasi meski sederhana, kami menyediakan voucher


berupa pulsa hp/gopay/shopeepay sebesar Rp. 20.000 (sesuai pilihan)
kepada 20 orang yang terpilih secara acak.

Terimakasih atas kesediaan saudara/i menjadi partisipan dalam


penelitian ini.

Salam hangat,
Putri Mulyani

SKALA IDE BUNUH DIRI


1. Saya memiliki keinginan untuk tetap hidup
 Sedang ke tinggi
 Rendah
97

 Tidak ada
2. Saya berharap untuk mengakhiri hidup
 Tidak ada
 Rendah
 Sedang ke tinggi
3. Saya memiliki alasan untuk tetap hidup dibandingkan mati
 Hidup lebih penting daripada mati
 Sama baiknya untuk hidup maupun mati
 Lebih besar alasan untuk mati daripada hidup
4. Saya berkeinginan untuk bunuh diri
 Tidak ada
 Lemah
 Sedang ke kuat
5. Saya berkeinginan untuk bunuh diri secara pasif
 Saya akan mengambil tindakan pencegahan untuk
menyelamatkan hdup
 Saya akan membiarkan hidup atau mati secara
kebetulan
 Saya akakn menghindari langkah yang diperlukan
untuk menyelamatkan atau mempertahankan
kehidupan
6. Munculnya durasi atau lamanya keinginan bunuh diri saya
 Singkat
 Lebih lama
 Terus menerus atau hampir terus menerus

7. Frekunsi munculnya ide bunuh diri yang saya alami


 Jarang atau sesekali
 Kadang-kadangg mncul
 Selalu muncul
8. Sikap saya terhadap ide atau keinginan bunuh diri
 Menolak
 Acuh tak acuh, ambivalen (menerima dan menolak)
 Menerima
9. Kontrol saya atas tindakan atau keinginan untuk bunuh diri
 Memiliki control diri
98

 Tidak yakin mengontrol diri


 Tidak mampu mengontrol diri
10. Adanya penghalang untuk melakukan bunuh diri (misalnya,
dari keluarga dan agama)
 Tidak akan mencoba karena ada penghalang
 Khawatir terhadap penghalang yang ada
 Tidak khawatir terhadap penghalang yang ada
11. Alasan pemikiran untuk bunuh diri
 Untuk memanipulasi lingkungan, untuk mendapatkan
perhatian, atau balas dendam
 Kombinasi dari pilihan di atas dan di bawah
 Melarikan diri, memecahkan masalah, atau sebagai
tindakan untuk mengakhiri hidup
12. Saya memiliki metode khusus atau rencana spesifik untuk
melakukan bunuh diri
 Tidak merencanakan atau tidak dipertimbangkan
 Dipertimbangkan, namun tidak secara rinci
 Rencana dipertimbangkan secara rinci
13. Saya memiliki peluang untuk melakukan tindakan bunuh diri
 Metode tidak tersedia, tidak ada peluang
 Metode membutuhkan waktu atau upaya, dan peluang
tidak tersedia
 Metode dan peluang sudah tersedia atau sudah
diantisipasi
14. Saya merasa memiliki kemampuan untuk melaksanakan
tindakan bunuh diri
 Tidak berani, terlalu lemah, takut, tidak kompeten
 Tidak yakin akan keberanian atau tidak berani, namun
berkompeten
 Berkompeten dan berani

15. Saya memiliki harapan dari tindakan bunuh diri yang aktual
atau nyata
 Tidak ada
 Tidak pasti atau tidak yakin
 Ada
99

16. Saya memiliki persiapan nyata untuk melakukan upaya bunuh


diri
 Tidak ada
 Ada sedikit usaha (misalnya sedang mengumpulkan
pil atau obat-obatan)
 Persiapan sudah lengkap (misalnya memiliki pil,
pistol)
17. Saya mempunyai catatan bunuh diri
 Tidak ada
 Sudah mulai membuat tetapi tidak selesai, hanya ada
dipikiran
 Memiliki catatn bunuh diri yang sudah diselesaikan
18. Saya memiliki tindakan terakhir (misalnya tekad)
 Tidak ada
 Hanya ada dipikiran atau hanya ada keyakinan
 Membuat perencanaan yang pasti dan sudah bertekat
19. Saya menyembunyikan rencana bunuh diri saya
 Mengungkapkan ide secara terbuka
 Menahan diri untuk mengungkapkan
 Berusaha untuk menyembunyikan atau berbohong
100

Petunjuk Pengisian

Pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai dengan


perasaan Anda dengan cara memberi tanda checklist (√) pada pilihan
jawaban yang sudah disediakan.

Pilihan jawaban tersebut adalah :


SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : SangatTidak Setuju
Jangan lewatkan pernyataan ini hingga selesai. SELAMAT
MENGERJAKAN 

SKALA SELF-STIGMA
No Pernyataan STS TS S SS
1. Saya merasa terasing karena memiliki
diagnosis epilepsi.
2. Karena memiliki diagnosis epilepsi,
anggapan yang keliru tentang epilepsi
berlaku pada saya
3. Saya merasa nyaman tampil di depan
umum bersama seseorang yang
diketahui memiliki diagnosis epilepsi.
4. Terdiagnosis epilepsi telah
menghancurkan hidup saya.
5. Orang akan mengetahui saya memiliki
diagnosis epilepsi dari penampilan
saya.
6. Karena memiliki diagnosis epilepsi,
saya membutuhkan bantuan orang lain
untuk membuat keputusan dalam hidup
saya.
7. Orang tanpa epilepsi tidak mungkin
dapat mengerti saya
101

8. Saya tidak dapat memberikan


kontribusi (sumbangan manfaat)
apapun pada masyarakat karena saya
mengalami epilepsi.
9. Karena didiagnosis epilepsi, tidak ada
orang yang tertarik untuk mendekati
saya
10. Saya merasa malu karena memiliki
diagnosis epilepsi.
11. Orang-orang memperlakukan saya
secara berbeda karena saya didiagnosis
epilepsi.
12. Saya menghindar untuk dekat dengan
orang-orang yang tidak memiliki
epilepsi agar tidak ditolak.
13. Saya tidak bercerita banyak tentang diri
saya karena tidak mau membebani
orang lain dengan diagnosis epilepsi
saya
14. Orang-orang mengabaikan saya karena
memiliki diagnosis epilepsi.

15. Orang Dengan Epilepsi (ODE)


sebaiknya jangan menikah.
16. Saya tidak bersosialisasi seperti yang
dulu karena epilepsi membuat saya
terlihat aneh.
17. Karena memiliki diagnosis epilepsi
orang-orang sering melindungi atau
memperlakukan saya seperti anak kecil
18. Saya kecewa dengan diri saya karena
memiliki diagnosis epilepsi.

19. ODE akan cenderung melakukan


kekerasan.
102

20. Pandangan negatif tentang epilepsi


membuat saya terisolasi dari kehidupan
yang sehari-hari.
21. Hidup dengan epilepsi telah membuat
saya menjadi orang yang tangguh.

22. Orang-orang berpikir bahwa saya tidak


dapat berprestasi karena memiliki
diagnosis epilepsi.
23. Saya merasa iri pada orang lain yang
tidak mengalami epilepsi.
24. Secara umum, saya bisa hidup sesuai
yang saya inginkan.
25. Saya menjauh dari lingkungan sosial
untuk melindungi keluarga atau teman
saya dari perasaan malu
26. Saya dapat memiliki hidup yang
sempurna meskipun saya memiliki
diagnosis epilepsi.
27. ODE tidak dapat memiliki hidup yang
berharga.
28. ODE memberikan kontribusi penting
pada masyarakat.
29. Berada di sekitar orang-orang yang
tidak memiliki epilepsi membuat saya
merasa asing atau tidak mampu.
103

Petunjuk Pengisian :

Bacalah seluruh pernyataan dengan cermat dan seksama sebelum


Anda menjawabnya. Berilah tanda checklist (√) pada kolom pilihan
jawaban yang dirasa paling menggambarkan perasaaan anda selama
2 minggu terakhir termasuk hari ini dengan pilihan jawaban
sebagai berikut :

SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : SangatTidak Setuju
Jangan lewatkan pernyataan ini hingga selesai. SELAMAT
MENGERJAKAN 

SKALA PERCEIVED BURDENSOMENESS


No Pernyataan STS TS S
SS
Orang-orang dalam hidup saya akan
1
merasa lebih baik jika saya pergi
Orang-orang dalam hidup saya akan
2
merasa lebih bahagia tanpa saya
3 Saya merasa menjadi beban masyarakat
Kematian saya akan melegakan orang-
4
orang dalam hidup saya
Orang-orang dalam hidup saya berharap
5
bisa terbebas dari saya
Saya memperburuk keadaan bagi orang-
6
orang dalam hidup saya
104

LAMPIRAN 4
BULE PRINT PENELITIAN
105

Sebaran Aitem Baik Skala Ide Bunuh Diri


No Aspek Aitem Jumlah
1. Keinginan bunuh diri 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 10
aktif 9, 15, 16
2. Persiapan 10, 13, 18, 19 4
3. Keinginan bunuh diri 12, 14, 17 3
pasif
Jumlah 15

Sebaran Aitem Baik Skala Self-Stigma


No Aspek No. item Jumla
h
1. Keterasingan (Alienation) 1, 4, 7, 10, 18, 6
23,
2. Pandangan Kesetujuan 2, 5, 6, 8, 15, 7
(Stereotype Endorsment) 19, 27
3. Pengalaman Diskriminasi 9, 11, 14, 17, 5
(Discrimination Experience) 22,
4. Penarikan Sosial (Social 12, 13, 16, 20, 6
Withdrawal) 25, 29
5. Resistensi Terhadap Stigma 3, 28 2
(Stigma Resistance)
Jumlah 26

Sebaran Aitem Baik Skala Perceived Burdensomeness


No Aspek No. Aitem Jumlah
1 Perasaan Tidak Mampu Bertanggung 1,2,3,5 4
Jawab Atas Orang Lain

2 Kognisi membenci diri sendiri 4,6 2


Jumlah 6
106

LAMPIRAN 5
SKALA PENELITIAN BY GOGGLE FORM
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118

LAMPIRAN 6
DATA SKOR PENELITIAN
119

TABULASI SKALA IDE BUNUH DIRI


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Total
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 0 0 0 0 0 0 1 5
2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 2
4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 1 0 0 0 0 1 4
5 1 2 2 2 0 1 1 1 0 2 2 2 1 1 2 1 2 1 2 26
6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2 3
7 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 10
8 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 2 1 1 2 18
9 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 2 2 1 0 0 0 2 1 0 9
10 1 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 1 1 2 2 1 2 2 2 32
11 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 2 0 1 1 2 0 1 1 1 17
12 0 0 1 0 2 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4
13 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 2 14
14 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 2 0 0 0 0 0 0 0 1 5
15 0 0 0 0 2 1 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 1 6
16 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 2 1 1 1 0 2 0 0 2 11
17 0 0 0 0 2 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 5
18 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 2 6
19 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2
20 1 0 2 0 2 0 0 0 1 1 0 1 2 1 1 1 2 2 1 18
21 1 0 0 0 2 0 0 0 0 0 2 0 0 1 1 0 0 0 1 8
22 0 0 0 0 2 0 0 1 0 0 2 2 2 1 0 0 0 0 2 12
23 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 4
24 0 2 1 1 0 2 1 1 0 1 1 0 2 1 1 0 0 1 2 17
25 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 1 4
26 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 2 1 1 1 1 0 1 1 1 13
27 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 1 3
28 0 1 1 0 0 1 0 0 0 2 1 0 0 0 2 0 0 0 2 10
29 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 2 0 2 1 1 0 0 1 1 15
30 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
31 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 1 3
32 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 2
33 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 4
34 0 0 1 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
35 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
36 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 1 0 5
37 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 7
38 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 2 0 0 0 1 5
39 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 2 1 1 0 0 0 1 0 2 9
40 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 2 1 0 0 1 1 1 0 2 10
41 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 1 2 1 0 1 0 0 0 1 8
42 1 0 1 0 1 1 0 1 0 2 1 1 1 2 0 0 0 0 2 14
43 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 25
44 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2 4
45 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
46 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 2 2 0 1 0 0 0 0 2 13
47 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 3
48 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 2 0 8
49 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 4
50 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 2 4
51 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 2
52 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 2
53 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 2 1 0 0 1 1 1 13
54 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 2 1 1 0 1 0 0 1 1 12
55 0 0 0 0 0 2 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 5
56 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 5
57 0 1 0 0 2 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 5
58 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 5
59 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 3
60 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2 1 0 0 1 0 0 0 2 7
61 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 5
62 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 2 0 0 0 1 0 0 0 1 7
63 0 1 2 1 2 1 1 1 0 0 2 1 1 0 1 0 0 1 1 16
64 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 2 4
65 0 1 0 2 0 0 1 0 0 0 1 2 0 0 0 0 0 0 2 9
66 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 2 0 0 0 0 0 0 1 1 6
120

TABULASI SKALA SELF-STIGMA


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 Total
1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 36
2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 3 3 1 1 3 1 2 2 3 4 1 1 2 4 4 1 4 1 4 1 57
3 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 2 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 38
4 2 3 2 2 2 2 2 1 1 2 3 1 2 2 1 1 3 2 1 2 1 1 3 2 1 2 1 2 2 52
5 3 4 4 4 1 4 4 3 2 4 2 3 2 3 3 3 2 3 2 2 3 3 4 3 2 3 3 3 2 84
6 1 4 1 1 1 2 1 1 1 1 3 1 1 3 1 1 3 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 41
7 1 2 2 1 1 3 3 3 1 2 2 1 4 1 1 2 1 3 1 2 1 4 3 1 2 1 1 1 2 53
8 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 2 3 82
9 4 4 1 3 2 1 4 1 4 3 4 4 3 4 2 4 1 3 1 4 1 4 2 2 4 1 1 1 4 77
10 2 3 2 3 1 4 4 1 4 3 3 2 2 1 1 4 4 4 4 4 2 3 3 2 3 1 2 3 3 78
11 2 2 1 2 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 2 1 2 2 1 55
12 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 38
13 1 3 2 2 2 3 2 1 1 1 3 2 3 2 1 1 2 2 1 2 2 1 3 2 2 1 1 1 3 53
14 2 2 2 2 1 2 2 3 2 2 2 2 4 2 1 3 3 2 1 3 2 2 4 2 3 2 2 2 2 64
15 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 4 1 4 1 4 1 44
16 2 4 1 2 2 4 2 2 2 2 2 2 4 3 2 3 2 2 2 2 1 2 2 1 2 1 2 1 2 61
17 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 4 1 4 1 4 1 44
18 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 2 2 3 3 4 3 2 3 2 2 3 72
19 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 35
20 2 2 2 2 2 3 2 1 2 1 2 3 2 2 1 3 3 3 3 2 2 2 3 1 2 1 3 3 3 63
21 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3 3 1 3 2 2 3 3 2 3 2 3 3 70
22 2 3 3 3 2 4 4 4 4 3 2 2 3 2 2 2 2 3 3 3 1 2 4 2 2 2 2 3 2 76
23 1 3 3 2 1 2 1 2 2 2 2 2 3 1 1 3 3 1 1 2 1 3 3 2 1 2 1 2 2 55
24 2 2 2 1 1 3 3 1 2 3 2 2 4 3 1 1 1 3 2 2 1 3 3 1 1 2 1 2 2 57
25 3 3 2 3 2 4 4 4 2 3 3 1 4 2 1 4 4 3 1 2 2 2 4 2 2 1 2 2 3 75
26 2 1 1 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 58
27 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 32
28 3 2 2 2 3 3 3 2 3 3 4 3 3 4 2 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 76
29 1 2 2 3 1 1 4 1 1 3 2 1 4 1 1 1 2 3 1 3 2 3 4 1 1 1 1 2 1 54
30 3 3 1 2 1 2 2 1 3 3 3 2 2 3 1 2 3 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 3 2 65
31 3 3 1 2 2 4 3 3 2 3 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 66
32 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 65
33 3 3 3 2 2 4 2 2 2 3 3 2 4 2 2 3 4 2 4 4 2 3 4 2 2 2 2 2 3 78
34 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 2 1 1 1 2 35
35 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 1 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 2 2 3 75
36 1 1 4 4 1 4 2 4 4 4 2 1 2 1 1 1 1 4 1 1 4 1 1 1 4 1 1 1 1 59
37 2 3 2 3 2 3 3 2 2 4 3 3 4 2 2 3 1 4 1 4 2 2 4 3 2 4 2 3 1 76
38 1 2 1 1 1 3 3 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 3 2 1 1 1 2 2 43
39 3 4 3 2 1 4 2 1 3 3 3 3 3 3 1 2 2 2 2 2 2 1 4 2 3 1 1 3 2 68
40 3 3 3 1 2 3 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 3 2 1 4 2 3 2 2 2 2 69
41 2 2 1 2 1 1 2 2 2 1 2 2 3 2 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 48
42 2 3 3 2 1 2 2 2 3 2 2 3 2 2 1 1 1 2 1 1 2 1 3 2 2 2 2 2 3 57
43 3 3 3 3 2 2 3 3 3 4 4 3 3 4 2 3 3 4 2 1 3 3 4 2 3 2 3 2 3 83
44 3 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 4 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 2 2 2 2 2 3 76
45 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 3 2 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 37
46 3 3 2 4 2 4 3 1 3 4 3 3 2 3 1 2 2 2 2 3 1 2 4 1 3 2 3 2 3 73
47 2 3 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 1 1 1 2 3 2 2 1 2 3 2 1 2 1 2 2 52
48 1 1 3 1 2 3 3 2 1 1 3 2 2 2 1 2 3 1 2 2 1 1 2 2 2 1 1 2 1 51
49 1 1 2 1 2 2 3 1 1 1 2 1 4 1 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 46
50 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 3 2 1 2 1 2 1 37
51 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 3 1 1 1 3 2 2 2 1 1 1 2 2 1 1 2 2 50
52 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 3 2 1 1 1 35
53 3 3 2 3 2 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 2 2 69
54 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 2 2 2 69
55 1 2 1 1 1 4 2 1 1 1 1 1 3 1 1 2 3 2 2 1 1 2 3 3 1 2 1 1 2 48
56 3 2 3 3 1 3 3 1 2 3 3 4 4 2 2 2 3 4 1 2 1 4 4 1 4 1 2 4 3 75
57 1 1 2 1 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 2 2 2 2 3 2 60
58 1 1 3 3 3 2 1 1 1 2 3 2 2 3 1 1 3 3 3 2 3 2 3 1 2 3 2 2 2 61
59 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 32
60 3 3 1 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 3 2 1 3 1 1 3 3 3 3 3 3 3 1 2 3 71
61 1 2 1 2 2 3 2 2 2 1 2 2 3 1 1 3 1 2 2 3 2 3 3 3 2 2 1 3 2 59
62 3 3 2 1 1 3 4 3 2 2 4 3 3 3 1 2 3 3 1 3 1 1 1 2 2 2 2 3 2 66
63 4 1 2 3 3 3 3 2 3 4 4 3 4 4 2 2 3 3 2 4 1 3 3 2 3 1 3 2 3 80
64 2 3 2 2 1 3 2 2 1 1 3 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 2 45
65 1 3 2 4 1 4 4 1 1 1 1 1 4 1 1 3 2 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 2 2 51
66 2 3 2 2 4 3 4 2 2 3 3 2 3 3 2 2 4 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 72
3882
121

TABULASI SKALA PERCEIVED BURDENSOMENESS


1 2 3 4 5 6 Total
1 1 1 1 1 1 2 7
2 1 1 1 1 1 1 6
3 1 1 1 1 1 1 6
4 2 2 2 2 2 2 12
5 3 3 4 4 4 4 22
6 1 1 1 1 1 1 6
7 3 3 2 3 3 2 16
8 3 3 3 3 3 3 18
9 2 2 3 3 4 3 17
10 2 2 4 4 3 3 18
11 2 3 2 3 3 3 16
12 1 1 1 1 1 1 6
13 1 1 2 1 1 1 7
14 2 2 3 2 3 3 15
15 1 1 1 1 1 1 6
16 2 2 2 2 2 2 12
17 1 2 1 1 1 1 7
18 3 3 3 3 3 3 18
19 1 1 1 1 1 1 6
20 3 1 3 3 3 3 16
21 2 2 2 2 2 2 12
22 2 2 2 2 2 2 12
23 1 3 1 1 3 2 11
24 3 3 3 3 2 3 17
25 1 1 1 1 1 1 6
26 2 3 2 2 3 3 15
27 1 1 1 1 1 1 6
28 2 3 3 2 2 3 15
29 1 3 2 4 4 3 17
30 2 2 3 2 2 3 14
31 2 2 1 1 1 2 9
32 2 2 2 2 2 2 12
33 2 3 2 2 2 3 14
34 1 1 1 1 1 1 6
35 1 1 2 2 2 2 10
36 1 1 1 1 1 1 6
37 2 2 3 3 1 4 15
38 1 1 1 1 1 1 6
39 2 2 3 1 2 2 12
40 3 3 3 1 2 2 14
41 2 2 2 2 2 2 12
42 2 1 2 3 3 2 13
43 3 3 4 4 4 4 22
44 3 3 3 3 3 2 17
45 1 1 1 1 1 1 6
46 3 3 3 3 3 3 18
47 1 2 2 2 2 2 11
48 1 1 2 1 2 2 9
49 1 1 1 1 1 1 6
50 1 1 1 2 1 1 7
51 2 2 2 1 1 2 10
52 1 2 1 2 1 2 9
53 3 3 3 3 3 2 17
54 3 3 3 3 3 3 18
55 1 1 2 1 1 1 7
56 3 3 3 3 3 2 17
57 1 2 2 2 2 2 11
58 3 2 1 1 1 2 10
59 1 1 1 1 1 1 6
60 3 3 3 4 2 4 19
61 1 1 2 3 3 3 13
62 2 2 2 2 2 2 12
63 3 3 3 3 2 3 17
64 1 1 1 1 1 1 6
65 1 1 2 1 1 1 7
66 3 3 3 2 2 3 16
782
122

LAMPIRAN 7
TABULASI DATA PENELITIAN
123

TABULASI DATA PENELITIAN


KETIGA VARIABEL PENELITIAN

NO Y X1 X2 36 5 59 6
1 5 36 7 37 7 76 15
2 0 57 6 38 5 43 6
3 2 38 6 39 9 68 12
4 4 52 12 40 10 69 14
5 26 84 22 41 8 48 12
6 3 41 6 42 14 57 13
7 10 53 16 43 25 83 22
8 18 82 18 44 4 76 17
9 9 77 17
45 0 37 6
10 32 78 18
46 13 73 18
11 17 55 16
47 3 52 11
12 4 38 6
48 8 51 9
13 14 53 7
49 4 46 6
14 5 64 15
50 4 37 7
15 6 44 6
16 11 61 12
51 2 50 10
17 5 44 7 52 2 35 9
18 6 72 18 53 13 69 17
19 2 35 6 54 12 69 18
20 18 63 16 55 5 48 7
21 8 70 12 56 5 75 17
22 12 76 12 57 5 60 11
23 4 55 11 58 5 61 10
24 17 57 17 59 3 32 6
25 4 75 6 60 7 71 19
26 13 58 15 61 5 59 13
27 3 32 6 62 7 66 12
28 10 76 15 63 16 80 17
29 15 54 17 64 4 45 6
30 1 65 14 65 9 51 7
31 3 66 9 66 6 72 16
32 2 65 12
33 4 78 14
34 3 35 6
35 2 75 10
124

LAMPIRAN 8
HASIL UJI ASUMSI
125

UJI ASUMSI

1. UJI NORMALITAS

Descriptive Statistics
Minim Maxim Std.
N um um Mean Deviation
Self_Stigma 66 32 84 58.82 14.775
Perceived_Burdensome 66 6 22 11.85 4.721
ness
Ide_Bunuh_Diri 66 0 32 7.92 6.395

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardize
d Residual
N 66
a,b
Normal Parameters Mean .0000000
Std. Deviation 4.72210222
Most Extreme Absolute .079
Differences Positive .079
Negative -.046
Test Statistic .079
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
126

2. UJI LINIERITAS

ANOVA Table
Sum of Mean
Square Squar
s df e F Sig.
Ide Bunuh Betwee (Combin 1987.4 40 49.68 1.8 .06
Diri * Self- n ed) 97 7 01 1
Stigma Groups Linearity 670.73 1 670.7 24. .00
8 38 319 0
Deviation 1316.7 39 33.76 1.2 .30
from 59 3 24 1
Linearity
Within Groups 689.53 25 27.58
3 1
Total 2677.0 65
30

ANOVA Table
Mean
Sum of Squar
Squares df e F Sig.
Ide Bunuh Betwee (Combin 1699.4 13 130.7 6.9 .00
Diri * n ed) 74 29 54 0
Perceived Groups Linearity 1224.4 1 1224. 65. .00
Burdensom 93 493 136 0
eness Deviatio 474.98 12 39.58 2.1 .03
n from 2 2 06 3
Linearity
Within Groups 977.55 52 18.79
6 9
Total 2677.0 65
30
127

3. Uji Homogenitas
Test of Homogeneity of Variances
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
Self-Stigma Based on Mean .308 1 64 .581

Based on .327 1 64 .569


Median
Based on .327 1 63.26 .569
Median and with 6
adjusted df

Based on .308 1 64 .581


trimmed mean
Perceived Based on Mean .643 1 64 .426
Burdensomeness
Based on .553 1 64 .460
Median
Based on .553 1 63.96 .460
Median and with 7
adjusted df

Based on .572 1 64 .452


trimmed mean
Ide Bunuh Diri Based on Mean .039 1 64 .845

Based on .044 1 64 .834


Median
Based on .044 1 61.97 .835
Median and with 6
adjusted df
Based on .028 1 64 .867
trimmed mean
128

LAMPIRAN 9
HASIL UJI HIPOTESIS
129

LINIER REGRESION

Model Summary
Adjusted R Std. Error of
Model R R Square Square the Estimate
1 .677a .459 .441 4.796
a. Predictors: (Constant), Perceived Burdensomeness, Self-
Stigma

ANOVAa
Sum of Mean
Model Squares df Square F Sig.
1 Regressio 1227.644 2 613.822 26.681 .000b
n
Residual 1449.386 63 23.006
Total 2677.030 65
a. Dependent Variable: Ide Bunuh Diri
b. Predictors: (Constant), Perceived Burdensomeness, Self-Stigma
130

CORRELATION VARIABEL SELF-STIGMA DAN PERCEIVED


BURDENSOMENESS DENGAN IDE BUNUH DIRI PADA ORANG
DENGAN EPILEPSI (ODE)

Correlations
Perceived
Self- Burdenso Ide Bunuh
Stigma meness Diri
**
Self-Stigma Pearson 1 .772 .501**
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000
N 66 66 66
**
Perceived Pearson .772 1 .676**
Burdensomeness Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000
N 66 66 66
**
Ide Bunuh Diri Pearson .501 .676** 1
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000
N 66 66 66
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
131

LAMPIRAN 10
SUMBANGAN EFEKTIF
132

SUMBANGAN EFEKTIF
1) SE variabel self-stigma (X1) dengan ide bunuh diri (Y)
SE (X1) % = Beta X1 . rxy . 100%
SE (X1) % = -0.054 . 0.501. 100%
SE (X1) % = 2.7%
2) SE variabel perceived burdensomeness (X2) dengan ide
bunuh diri (Y)
SE (X1) % = Beta X1 . rxy . 100%
SE (X1) % = 0,718 . 0.676. 100%
SE (X1) % = 48.5%
3) SE Total
SE% = SE (X1) % + SE (X2)%
= 2.7% + 48.5%
= 51.2%
133

LAMPIRAN 11
TURNITIN
134
135

Anda mungkin juga menyukai