Anda di halaman 1dari 58

Machine Translated by Google

Pt 1 Kapal Laut
Vol V Aturan Materi
Bagian 16 Baling-Baling Terbuat dari Paduan Tembaga Cor

Bagian 16 Baling-Baling Terbuat dari Paduan Tembaga Cor


A. Ruang lingkup . . .... . ...
. . ... . . ... . . .... . ... . .... . .... . 16-1
B. Persetujuan Pengecoran . . . . . . . . . . . .... . .... . .... . .... . 16-1
C. Persyaratan Umum Proses .. . .... . .... . .... . .... . .... . 16-2
D. Pencetakan dan Pengecoran yang Berlaku untuk Pengecoran .. .. ... . . . .... . ... . . 16-2
DAN. Dimensi, Toleransi Dimensi dan Geometris Komposisi .... . ... . . ... . . 16-3
F. Kimia dan Sifat Metalurgi . . .... . ... . . ... . . 16-3
G. Sifat Mekanik dan Pengujian Definisi . . . . . . . . . . . . .... . .... . .... . 16-4
H. Zona Kemiringan dan Keparahan Pengujian .. . .... . .... . .... . .... . 16-5
SAYA. Non-Destruktif Kriteria . . . ... . . ... . .... . .... . .... . .... . 16-9
J. Penerimaan untuk Pengujian Penetran Cair . . . . .... . .... . ... . . 16-10
K. Perbaikan Cacat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .... . .... . 16-12
L. Pengelasan Prosedur . ... . .... . .... . .... . .... . .... . 16-13
M. Perbaikan Operasi Pelurusan. .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .... . .... . 16-15
N. Identifikasi dan Penandaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .... . .... . 16-16
HAI. Sertifikat Produsen . ... . .... . .... . .... . .... . .... . 16-16

A. Ruang Lingkup

1. Peraturan ini berlaku untuk pengujian manufaktur dan metode perbaikan baling-baling,
bilah baling-baling dan bos baling-baling terbuat dari paduan tembaga cor. Dengan persetujuan BKI, Peraturan ini boleh
juga dapat diterapkan pada perbaikan baling-baling yang rusak dalam pelayanan.

(IACS UR W24 1.1 dan 1.3)

2. Apabila diusulkan penggunaan paduan alternatif, rincian komposisi kimianya, mekanisnya


properti dan perlakuan panas harus diserahkan untuk persetujuan.

(IACS UR W24 1.2)

B. Persetujuan Pengecoran

1. Persetujuan

Semua baling-baling dan komponen baling-baling harus diproduksi oleh pabrik pengecoran yang telah disetujui oleh
BKI. Coran tersebut harus diproduksi dan diuji sesuai dengan persyaratan Peraturan ini.

(IACS UR W24 2.1)

2. Permohonan persetujuan

Merupakan tanggung jawab produsen untuk memastikan pengendalian kualitas, proses dan produksi yang efektif selama produksi berlangsung
manufaktur dipatuhi dalam spesifikasi manufaktur. Spesifikasi manufaktur
disampaikan kepada BKI pada saat persetujuan awal, dan sekurang-kurangnya memuat hal-hal sebagai berikut:
deskripsi fasilitas pengecoran, spesifikasi material paduan tembaga, pengaturan runner dan feeder,
prosedur manufaktur, pengujian non-destruktif dan prosedur perbaikan.

(IACS UR W24 2.2)

Biro Klasifikasi Indonesia - 2024 Consolidated Edition Halaman 16-1


Machine Translated by Google
Pt 1 Kapal Laut
Vol V Aturan Materi
Bagian 16 Baling-Baling Terbuat dari Paduan Tembaga Cor C.

3. Ruang lingkup uji persetujuan

Ruang lingkup uji persetujuan harus sesuai dengan Pedoman Persetujuan dan Persetujuan Jenis Bahan dan Peralatan untuk
Pemanfaatan Laut (Pt.1 Vol.W). Pengujian juga harus mencakup penyediaan potongan sampel cetakan dengan kualitas pengecoran
yang memenuhi syarat untuk disetujui untuk menunjukkan bahwa komposisi kimia dan sifat mekaniknya memenuhi persyaratan
yang ditetapkan dalam Peraturan ini.

(IACS UR W24 2.3)

4. Peralatan uji

Pabrik pengecoran harus mempunyai laboratorium yang dilengkapi peralatan yang sesuai dan dikelola oleh personel yang
berkualifikasi untuk melakukan pengujian bahan cetakan, analisis kimia, pengujian mekanis, pemeriksaan mikrostruktur dan
pengujian non-destruktif.

Apabila kegiatan pengujian ditugaskan ke perusahaan lain atau laboratorium lain, informasi tambahan yang diperlukan oleh BKI
harus disertakan.

(IACS UR W24 2.4)

C. Proses Pencetakan dan Pengecoran

1. Transmisi

Pengecoran harus dilakukan dalam cetakan kering menggunakan logam cair yang telah dihilangkan gasnya. Proses pengecoran
harus diawasi untuk mencegah terjadinya pusaran air. Peralatan dan/atau prosedur khusus harus tersedia untuk memastikan tidak
ada terak yang masuk ke dalam cetakan.

(IACS UR W24 3.1)

2. Perlakuan panas yang menghilangkan stres

Perlakuan panas penghilang stres mungkin diperlukan untuk mengurangi tegangan sisa. Untuk tujuan ini, pabrikan coran harus
menyerahkan spesifikasi yang berisi rincian perlakuan panas kepada BKI untuk disetujui. Suhu penghilang stres dan waktu
penahanan diberikan pada Tabel 16.4 dan 16.5.

(IACS UR W24 3.2)

D. Persyaratan Umum yang Berlaku untuk Pengecoran

1. Bebas dari cacat

Semua coran harus berada dalam kondisi sempurna sesuai dengan metode pembuatannya dan harus bebas dari cacat yang dapat
merugikan penerapannya dalam pelayanan. Cacat pengecoran kecil yang masih terlihat setelah pemesinan, seperti bekas pasir dan
terak kecil, penutup dingin kecil dan keropeng harus dihilangkan oleh pabrikan, lihat K.

(IACS UR W24 4.1)

2. Perbaikan cacat

Cacat pengecoran yang dapat mengganggu kemudahan servis pengecoran, seperti inklusi besar non-logam, rongga penyusutan,
lubang tiupan, dan retakan tidak diperbolehkan. Mereka harus dihilangkan dengan salah satu metode yang dijelaskan dalam K. dan
diperbaiki dalam batas yang berlaku untuk zona keparahan yang bersangkutan. Laporan komprehensif mengenai perbaikan yang
dilakukan harus diberikan kepada Surveyor.

(IACS UR W24 4.2)

Halaman 16-2 Biro Klasifikasi Indonesia - 2024 Consolidated Edition


Machine Translated by Google
Pt 1 Kapal Laut
Vol V Aturan Materi
Bagian 16 Baling-Baling Terbuat dari Paduan Tembaga Cor DAN.

E. Dimensi, Toleransi Dimensi dan Geometris


1. Verifikasi dimensi, toleransi dimensi dan geometri merupakan tanggung jawab Pihak
pembuatan.

Laporan mengenai pemeriksaan yang bersangkutan harus diserahkan kepada Surveyor, yang mungkin memerlukan pemeriksaan tersebut
dibuat di hadapannya.

(IACS UR W24 5.1)

2. Semua baling-baling harus seimbang secara statis seperti yang ditentukan dalam gambar yang disetujui. Keseimbangan dinamis adalah
diperlukan untuk baling-baling dengan kecepatan operasi lebih dari 500 rpm.

(IACS UR W24 5.2)

F. Komposisi Kimia dan Sifat Metalurgi


1. Komposisi kimia

Paduan tembaga cor standar yang umum digunakan untuk baling-baling dibagi lagi menjadi kelas CU1, CU2,
CU3 dan CU4 tergantung pada komposisi kimianya, seperti ditunjukkan pada Tabel 16.1. Paduan tembaga cor yang
komposisi kimia yang berbeda dari paduan standar yang ditunjukkan pada Tabel 16.1 harus disetujui secara khusus oleh
BKI.

Tabel 16.1: Komposisi kimia paduan tembaga cor standar untuk baling-baling

Komposisi kimia [%]


Kelas casting
Dengan Al MN Zn Fe Di dalam sn hal
CU1
52 – 62 0,5 – 3,0 0,5 – 4,0 35 – 40 0,5 – 2,5 maks. 1,0 maks. 1,5 maks. 0,5
(Mn-perunggu)
CU2
50 – 57 0,5 – 2,0 1,0 – 4,0 33 – 38 0,5 – 2,5 3,0 – 8,0 maks. 1,5 maks. 0,5
(Mn-Ni-perunggu)
CU3
77 – 82 7,0 – 11,0 0,5 – 4,0 maks. 1,0 2,0 – 6,0 3,0 – 6,0 maks. 0,1 maks. 0,03
(Ni-Al-perunggu)
CU4
70 – 80 6,5 – 9,0 8,0 – 20,0 maks. 6,0 2,0 – 5,0 1,5 – 3,0 maks. 1,0 maks. 0,05
(Mn-Al-perunggu)

Pabrikan harus menyimpan catatan analisis kimia dari cetakan produksi yang akan dibuat
disediakan kepada Surveyor.

(IACS UR W24 6.1)

2. Sifat metalurgi

Catatan

Komponen utama struktur mikro paduan tembaga kadar CU1 dan CU2 adalah alfa
dan fase beta. Karakteristik operasional yang penting, seperti keuletan dan ketahanan terhadap korosi
kelelahan, sangat dipengaruhi oleh proporsi fase beta. (sebagian besar fase beta
memiliki efek merugikan pada karakteristik ini). Untuk memastikan keuletan dan ketahanan dingin yang memadai terhadap
kelelahan korosi, proporsi fase beta harus dijaga tetap rendah. Konsep setara seng
harus digunakan sebagai kontrol karena merangkum pengaruh kecenderungan berbagai unsur kimia
untuk menghasilkan fase beta dalam struktur.

Struktur mikro coran kelas CU1 dan CU2 masing-masing harus mengandung komponen fase alfa sebesar at
paling sedikit 25% yang harus dibuktikan oleh pabrikan pada batang sampel. Untuk memastikan keuletan yang memadai dan
ketahanan terhadap kelelahan korosi, proporsi fase beta harus dijaga tetap rendah. Untuk tujuan ini seng
setara didefinisikan dengan rumus berikut; itu tidak boleh melebihi nilai 45%:

Biro Klasifikasi Indonesia - 2024 Consolidated Edition Halaman 16-3


Machine Translated by Google

Pt 1 Kapal Laut
Vol V Aturan Materi
Bagian 16 Baling-Baling Terbuat dari Paduan Tembaga Cor G.

100 × %Cu
Setara Seng (%) = 100 –
100+SEBUAH

Dimana A adalah jumlah aljabar dari nilai-nilai berikut:

A = 1 %Sn + 5 %Al – 0, 5 %Mn – 0, 1 %Fe – 2, 3 %Ni

Catatan

Tanda minus di depan unsur Mn, Fe, dan Ni menandakan bahwa unsur-unsur tersebut cenderung mengecil
proporsi fase beta.

Struktur mikro paduan jenis CU1 dan CU2 harus diverifikasi dengan menentukan proporsi alfa
fase. Untuk tujuan ini, setidaknya satu spesimen harus diambil dari setiap heat. Proporsi alfa
fase harus ditentukan sebagai nilai rata-rata dari 5 hitungan.

(IACS UR W24 6.2)

G. Sifat Mekanik dan Pengujiannya

1. Paduan cor standar

Sifat mekaniknya harus sesuai dengan data yang diberikan pada Tabel 16.2. Nilai-nilai ini berlaku untuk
benda uji dibuat dari benda uji yang dituang secara terpisah sesuai dengan Gambar 16.1 atau sesuai
dengan standar yang diakui.

Catatan

Sifat-sifat ini merupakan ukuran kualitas mekanik logam pada setiap panas; dan mereka
umumnya tidak mewakili sifat mekanik dari pengecoran itu sendiri, yang mungkin sampai
30% lebih rendah dibandingkan potongan sampel yang dicetak secara terpisah.

Sifat mekanik batang sampel yang dicor secara integral harus tunduk pada persetujuan khusus oleh BKI.

(IACS UR W24 7.1)

2. Paduan lainnya

Sifat mekanik paduan lain yang tidak ditunjukkan pada Tabel 16.2 harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan
sesuai spesifikasi yang telah disetujui oleh BKI.

(IACS UR W24 7.2)

Tabel 16.2: Sifat mekanik paduan tembaga cor standar untuk baling-baling (sampel cor terpisah
bagian-bagian)

Bukti stres Kekuatan tarik Pemanjangan


Rp0,2 Rm A5
Kelas casting
[N/mm2] [N/mm2] [%]
mnt mnt. menit.

CU1 175 440 20

CU2 175 440 20

CU3 245 590 16

CU4 275 630 18

Halaman 16-4 Biro Klasifikasi Indonesia - 2024 Consolidated Edition


Machine Translated by Google
Pt 1 Kapal Laut
Vol V Aturan Materi
Bagian 16 Baling-Baling Terbuat dari Paduan Tembaga Cor H.

Gambar 16.1: Potongan sampel yang dituang secara terpisah

3. Uji tarik dan benda uji

Uji tarik dan benda uji harus sesuai dengan Bagian 2, D.

Umumnya, benda uji harus diambil dari potongan sampel yang dicetak secara terpisah sesuai dengan 1. Sampel uji harus dicetak
dalam cetakan yang terbuat dari bahan yang sama dengan cetakan baling-baling dan harus didinginkan dalam kondisi yang sama
dengan baling-baling. Setidaknya satu benda uji tarik harus diambil dari setiap sendok.

Jika baling-baling diberi perlakuan panas, sampel uji juga harus diberi perlakuan panas.

Jika benda uji diambil dari benda uji yang dicor secara integral, hal ini harus mendapat persetujuan khusus dengan BKI. Jika
memungkinkan, sampel uji harus ditempatkan pada bilah di area antara 0,5 hingga 0,6 R, di mana R adalah jari-jari baling-
baling. Bahan contoh uji harus dikeluarkan dari pengecoran dengan prosedur non-termal.

(IACS UR W24 7.3)

H. Definisi Zona Kemiringan dan Keparahan


1. Pengertian miring

Kemiringan baling-baling didefinisikan sebagai berikut:

Sudut kemiringan maksimum sudu baling-baling adalah sudut yang jika dilihat dari sudu, terbentuk antara satu garis yang
ditarik melalui ujung sudu dan garis tengah poros dan garis kedua yang melalui garis tengah poros yang berfungsi sebagai
bersinggungan dengan tempat kedudukan titik tengah bagian bilah heliks (lihat Gambar 16.2).

Baling-baling miring tinggi memiliki sudut kemiringan lebih dari 25ÿ dan baling-baling miring rendah memiliki sudut hingga 25ÿ .

Biro Klasifikasi Indonesia - 2024 Consolidated Edition Halaman 16-5


Machine Translated by Google
Pt 1 Kapal Laut
Vol V Aturan Materi
Bagian 16 Baling-Baling Terbuat dari Paduan Tembaga Cor H.

Gambar 16.2: Definisi sudut kemiringan

(IACS UR W24 8.1)

1.1 Zona keparahan

Untuk menghubungkan tingkat inspeksi dengan kekritisan cacat pada bilah baling-baling dan untuk membantu mengurangi risiko
patah tulang akibat kelelahan setelah perbaikan, bilah dibagi menjadi tiga zona tingkat keparahan yang ditetapkan A, B, dan C.

Zona A adalah area yang mengalami tekanan operasi terbesar dan oleh karena itu memerlukan tingkat inspeksi tertinggi. Bilah-bilah
di area ini biasanya paling tebal sehingga memberikan tingkat kekencangan terbesar pada pengelasan perbaikan dan hal ini pada
gilirannya menyebabkan tegangan sisa tertinggi di dalam dan di sekitar pengelasan perbaikan. Tegangan tarik sisa yang tinggi
sering menyebabkan retak lelah selama operasi selanjutnya sehingga menghilangkan tegangan tersebut dengan perlakuan panas
sangat penting untuk setiap pengelasan yang dilakukan pada zona ini. Pengelasan di Zona A biasanya tidak diperbolehkan.
Pengecualian terhadap ketentuan ini hanya dapat dilakukan apabila BKI telah memberikan persetujuannya berdasarkan
pertimbangan khusus. Dalam bidang ini, setiap upaya harus dilakukan untuk memperbaiki baling-baling yang cacat atau rusak tanpa
menggunakan pengelasan, meskipun hal ini mengakibatkan pengurangan penampang, asalkan kemungkinan ini dapat diizinkan.
Jika persetujuan diberikan untuk perbaikan dengan pengelasan, hal ini harus diikuti dengan perlakuan panas yang menghilangkan
stres.

Zona B adalah area dimana tekanan operasi bisa tinggi. Dalam hal ini, perbaikan dengan pengelasan harus dihindari sedapat
mungkin, namun secara umum dapat dilakukan jika BKI telah memberikan persetujuan sebelumnya. Rincian lengkap mengenai
cacat atau kerusakan dan prosedur perbaikan yang dimaksudkan harus diserahkan untuk setiap instansi guna mendapatkan
persetujuan tersebut.

Zona C adalah area dimana tegangan operasinya rendah dan bilah baling-balingnya relatif tipis, sehingga perbaikan dengan
pengelasan dianggap cukup aman. Perbaikan seperti ini diperbolehkan asalkan dilakukan dengan menggunakan metode yang
disetujui.

(IACS UR W24 8.2)

1.2 Baling-baling dengan kemiringan rendah

Zona ”A” adalah daerah pada sisi tekanan sudu antara fillet dan jari-jari 0,4 R dan pada kedua sisinya dibatasi oleh 0,15 × panjang
tali busur Cr dari tepi depan dan 0,20 × Cr dari trailing edge, lihat Gambar 16.3.

Halaman 16-6 Biro Klasifikasi Indonesia - 2024 Consolidated Edition


Machine Translated by Google
Pt 1 Kapal Laut
Vol V Aturan Materi
Bagian 16 Baling-Baling Terbuat dari Paduan Tembaga Cor H.

Gambar 16.3: Zona gravitasi, untuk baling-baling miring rendah yang dicor secara integral

Jika radius bos Rb lebih besar dari 0,27 R, batas Zona “A” akan ditingkatkan menjadi nilai 1,5 × Rb .

Zona A juga mencakup area bos baling-baling cor terpisah yang terletak di area jendela yang ditunjukkan pada Gambar 16.5, dan
juga area flensa dan fillet bilah dengan pitch yang dapat dikontrol dan bilah baling-baling yang terpasang, seperti dijelaskan pada
Gambar .16.6. Selanjutnya permukaan lancip bagian dalam dari bos digolongkan sebagai Zona

Zona B merupakan sisa luas sisi tekanan sampai jari-jari 0,7 R dan pada sisi hisap luas antara fillet dan jari-jari 0,7 R, lihat Gambar
16.3.

Zona C adalah luas di luar radius 0,7 R pada kedua sisi sudu. Hal ini juga mencakup permukaan hub dari baling-baling monoblok
dan seluruh permukaan hub dari baling-baling pitch yang dapat dikontrol selain dari yang ditetapkan Zona A di atas.

(IACS UR W24 8.2.1)

1.3 Baling-baling dengan kemiringan tinggi

Zona A adalah luas sisi tekanan yang terletak dalam batas-batas sebagai berikut:

— dari fillet dan kurva penghubung mulai dari fillet dan tepi depan sampai dengan jari-jari 0,9 R dan juga tepi belakang, dimana
kurva pada 0,7 R adalah setengah lebar bilah (0,5 Cr ); dan 0,4 R pada panjang tali busur 0,3 Cr. Permukaan isap meliputi
luas antara fillet dan jari-jari 0,9 R yang mempunyai lebar 0,15 Cr diukur dari tepi belakang.

— selanjutnya permukaan lancip bagian dalam digolongkan sebagai Zona A.

Zona B terdiri dari sisa permukaan sudu.

Zona A dan Zona B ditunjukkan pada Gambar 16.4.

(IACS UR W24 8.2.2)

Biro Klasifikasi Indonesia - 2024 Consolidated Edition Halaman 16-7


Machine Translated by Google
Pt 1 Kapal Laut
Vol V Aturan Materi
Bagian 16 Baling-Baling Terbuat dari Paduan Tembaga Cor H.

Gambar 16.4: Zona keparahan pada sudu dengan sudut kemiringan lebih besar dari 25ÿ

(IACS UR W24 Gbr.4)

Gambar 16.5: Zona keparahan pada bos baling-baling pitch yang dapat dikontrol

(IACS UR W24 Gambar.5)

Halaman 16-8 Biro Klasifikasi Indonesia - 2024 Consolidated Edition


Machine Translated by Google
Pt 1 Kapal Laut
Vol V Aturan Materi

Bagian 16 Baling-Baling Terbuat dari Paduan Tembaga Cor SAYA.

Gambar 16.6: Zona keparahan baling-baling dengan pitch tetap dan dapat dikontrol

Catatan

Permukaan bilah baling-baling yang tersisa harus dibagi menjadi zona keparahan seperti yang diberikan untuk baling-baling cor
padat (lih . Gambar 16.3 dan Gambar 16.4)

(IACS UR W24 Gambar.6)

I. Tes Non-Destruktif
1. Kualifikasi personel yang terlibat dalam NDT

Lihat Peraturan untuk Persetujuan Produsen dan Pemasok Jasa (Pt.1, Vol.XI) Bagian.3.S.6 dan 7.

(IACS UR W24 9.1)

2. Pengujian visual

Semua hasil coran harus diperiksa 100% secara visual oleh pabrikan. Coran harus bebas dari retak, robekan panas atau ketidaksempurnaan
lainnya yang karena sifat, derajat atau luasnya, akan mengganggu penggunaan coran. Pemeriksaan visual umum harus dilakukan oleh
Surveyor.

(IACS UR W24 9.2)

Biro Klasifikasi Indonesia - 2024 Consolidated Edition Halaman 16-9


Machine Translated by Google

Pt 1 Kapal Laut
Vol V Aturan Materi
Bagian 16 Baling-Baling Terbuat dari Paduan Tembaga Cor J.

3. Pengujian penetran cair

Prosedur pengujian penetran cair harus diserahkan ke BKI dan harus sesuai dengan ISO 3452-1:2013 atau
standar yang diakui. Kriteria penerimaan ditentukan dalam J.

Zona keparahan A harus dilakukan pengujian penetran cair di hadapan Surveyor.

Di zona B dan C, pengujian penetran cair harus dilakukan oleh pabrikan dan dapat disaksikan oleh Surveyor atas
permintaannya.

Jika perbaikan telah dilakukan baik dengan penggerindaan, pelurusan atau pengelasan, area yang diperbaiki juga
harus dilakukan pengujian penetran cair terlepas dari lokasi dan/atau zona keparahannya.

(IACS UR W24 9.3)

4. Pengujian radiografi dan ultrasonik

Apabila diwajibkan oleh BKI atau bila dianggap perlu oleh pabrikan, pengujian non-destruktif lebih lanjut (misalnya
pengujian radiografi dan/atau ultrasonik) harus dilakukan. Kriteria penerimaan atau tingkat mutu yang diterapkan
harus disepakati antara produsen dan BKI sesuai dengan standar yang diakui.

Catatan

Karena efek pelemahan ultrasonik dalam paduan tembaga cor, pengujian ultrasonik mungkin tidak praktis
dalam beberapa kasus, tergantung pada bentuk/ jenis/ ketebalan, dan arah pertumbuhan butir coran.

Dalam kasus seperti itu, penetrasi ultrasonik yang efektif ke dalam cetakan harus ditunjukkan secara
praktis pada item tersebut. Hal ini biasanya ditentukan melalui refleksi dinding belakang, dan/ atau fitur
target dalam casting.

(IACS UR W24 9.4)

J. Kriteria Penerimaan untuk Pengujian Penetran Cair

1. Definisi indikasi penetran cair

Indikasi : Dalam pengujian penetran cair, indikasinya adalah adanya bleed-out yang terdeteksi pada cairan
penetran dari diskontinuitas pada material yang muncul setidaknya 10 menit setelah pengembang diaplikasikan.

Indikasi yang relevan : Hanya indikasi yang mempunyai dimensi lebih besar dari 1,5 mm yang dianggap relevan
untuk kategorisasi indikasi.

Indikasi non linier : indikasi yang dimensi terbesarnya kurang dari tiga kali dimensi terkecilnya (yaitu l < 3 w).

Indikasi linier : indikasi dengan dimensi terbesar tiga kali atau lebih kali dimensi terkecilnya (yaitu l ÿ 3 w).

Indikasi selaras :

1) Indikasi tidak linier membentuk suatu kesejajaran bila jarak antar indikasi kurang dari 2 mm dan paling
sedikit tiga indikasi sejajar. Penjajaran indikasi dianggap sebagai indikasi unik dan panjangnya sama
dengan panjang keseluruhan penjajaran.

2) Indikasi linier membentuk suatu keselarasan bila jarak antara dua indikasi lebih kecil dari panjang indikasi
terpanjang.

Halaman 16-10 Biro Klasifikasi Indonesia - 2024 Consolidated Edition


Machine Translated by Google
Pt 1 Kapal Laut
Vol V Aturan Materi
Bagian 16 Baling-Baling Terbuat dari Paduan Tembaga Cor J.

Ilustrasi indikasi penetran cair diberikan pada Gambar 16.7.

(IACS UR W24 10.1)

Gambar 16.7: Bentuk indikasi

(IACS UR W24 Gbr.7)

2. Standar penerimaan

2.1 Permukaan uji harus dibagi lagi menjadi area acuan berukuran 100 cm2 persegi atau . Setiap area referensi mungkin
persegi panjang dengan dimensi utama tidak melebihi 250 mm.

Area referensi untuk indikasi evaluasi harus ditempatkan pada lokasi yang paling tidak menguntungkan bagi masing-masing indikasi.

Indikasi relevan yang terdeteksi, sehubungan dengan ukuran dan jumlahnya, tidak boleh melebihi nilai yang diberikan dalam
Tabel 16.3.

2.2 Untuk keperluan pengelasan, area yang dipersiapkan harus selalu dievaluasi sebagai Zona A terlepas dari lokasinya.
Hal yang sama berlaku untuk lokasi pengelasan setelah selesai dikerjakan atau digiling.

(IACS UR W24 10.2)

Biro Klasifikasi Indonesia - 2024 Consolidated Edition Halaman 16-11


Machine Translated by Google

Pt 1 Kapal Laut
Vol V Aturan Materi
Bagian 16 Baling-Baling Terbuat dari Paduan Tembaga Cor K.

Catatan

Lubang bos baling-baling dengan pitch yang dapat dikontrol dimaksudkan untuk memasang bos pada poros baling-baling
akan diklasifikasikan sebagai Zona A.

Area bilah baling-baling yang tersisa harus dibagi lagi menjadi area yang terancam punah
baling-baling dengan jarak tetap (lihat Gambar 16.3 dan 16.4)

K. Perbaikan Cacat
1. Definisi

Indikasi yang melebihi nilai maksimum standar penerimaan yang ditentukan pada Tabel 16.3, seperti
retakan, rongga penyusutan, keropeng dan inklusi terak, lubang tiupan atau inklusi non-logam lainnya dan juga
diskontinuitas lainnya, yang mungkin mengganggu keselamatan pengoperasian baling-baling, harus dianggap sebagai
cacat dan harus diperbaiki.

(IACS UR W24 11.1)

Tabel 16.3: Jumlah dan ukuran indikasi yang diizinkan pada area referensi seluas 100 cm2 sebagai fungsi dari
zona keparahan
Jumlah maksimal Maksimum yang diizinkan
Kerasnya Jumlah maksimal
Bentuk indikasi untuk setiap bentuk dimensi "a" atau "l" untuk
zona indikasi
indikasi 1)2) indikasi [mm]
linier non- 5 4
A 7 linier 2 3
selaras 2 3
non-linier 10 6
B 14 linier 4 6
selaras 4 6
non-linier 14 8
C 20 linier 6 6
selaras 6 6
1) Indikasi non-linier individual dengan diameter kurang dari 2 mm di Zona A dan berdiameter
kurang dari 3 mm di zona lain tidak dianggap relevan.

2) Jumlah indikasi nonlinier dapat ditingkatkan hingga jumlah maksimum yang diizinkan, atau
bagiannya, diwakili oleh tidak adanya indikasi linier atau selaras.

2. Metode perbaikan

2.1 Cacat biasanya dihilangkan dengan metode mekanis seperti penggilingan, pemotongan atau penggilingan. Oleh
dengan izin BKI, perbaikan dengan pengelasan dapat dilakukan dengan ketentuan sesuai spesifikasi yang diberikan pada 3., 4. dan 5.
telah dipatuhi.

2.2 Setelah penggilingan atau chipping, penggilingan harus dilakukan untuk cacat yang tidak dapat dilas.
Penggilingan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga kontur depresi tanah sehalus
mungkin untuk menghindari konsentrasi tegangan atau untuk meminimalkan korosi kavitasi. Eliminasi total
bahan yang cacat harus diverifikasi dengan pengujian penetran cair.

2.3 Lokasi pengelasan yang lebih kecil dari 5 cm2 harus dihindari.

(IACS UR W24 11.2)

Halaman 16-12 Biro Klasifikasi Indonesia - 2024 Consolidated Edition


Machine Translated by Google
Pt 1 Kapal Laut
Vol V Aturan Materi
Bagian 16 Baling-Baling Terbuat dari Paduan Tembaga Cor L.

3. Perbaikan cacat pada Zona A

3.1 Perbaikan dengan pengelasan di Zona A umumnya tidak diperbolehkan kecuali mendapat izin khusus dari BKI.

Dalam beberapa kasus, perancang baling-baling dapat menyerahkan dokumentasi teknis untuk mengusulkan zona A yang dimodifikasi
berdasarkan analisis beban hidrodinamik dan tegangan terperinci untuk dipertimbangkan oleh BKI.

3.2 Penggilingan diperbolehkan sepanjang ketebalan bilah yang ditentukan dalam gambar dipertahankan.

3.3 Setelah penggilingan atau pemahatan, cacat yang belum dilas harus dihilangkan dengan cara penggilingan.
Penggerindaan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga alur yang dibentuk oleh penggerindaan membentuk kontur yang halus untuk
menghindari terbentuknya puncak tegangan atau terjadinya korosi rongga.

3.4 Apabila penggilingan harus dilakukan lebih dalam dari yang dijelaskan di atas, hal ini harus diperiksa dan disetujui kasus per kasus
oleh BKI.

(IACS UR W24 11.3)

4. Perbaikan cacat pada Zona B

4.1 Cacat dengan kedalaman dB tidak lebih dari dB = t/40 mm (t = ketebalan minimum lokal sebagaimana ditentukan dalam Peraturan)
atau tidak lebih dalam dari 2 mm di bawah ketebalan lokal sebagaimana ditentukan dalam Peraturan harus dihilangkan dengan
penggerindaan. Untuk tujuan evaluasi, dimensi yang lebih besar harus menjadi standar.

4.2 Cacat dengan kedalaman lebih besar dari angka yang diperbolehkan untuk penggilingan dapat diperbaiki dengan pengelasan.

(IACS UR W24 11.4)

5. Perbaikan cacat pada Zona C

Perbaikan dengan pengelasan biasanya diperbolehkan di Zona C.

(IACS UR W24 11.5)

6. Perbaikan dokumentasi

Pengecoran harus menyimpan catatan inspeksi, pengelasan, dan perlakuan panas berikutnya, yang dapat ditelusuri ke setiap
pengecoran.

Sebelum pengelasan dimulai, rincian lengkap mengenai luas dan lokasi perbaikan, usulan prosedur pengelasan, perlakuan panas dan
prosedur pemeriksaan selanjutnya harus diserahkan ke BKI untuk disetujui.

(IACS UR W24 11.6)

L. Prosedur Perbaikan Pengelasan

1. Umum

Sebelum pengelasan dimulai, pabrikan harus menyampaikan kepada BKI spesifikasi rinci prosedur pengelasan yang mencakup
persiapan las, parameter pengelasan, logam pengisi, pemanasan awal dan perlakuan panas pasca pengelasan serta prosedur inspeksi.

Semua perbaikan las harus dilakukan sesuai dengan prosedur yang memenuhi syarat, dan oleh tukang las yang memenuhi syarat
dengan standar yang diakui. Uji Kualifikasi Prosedur Pengelasan harus dilakukan sesuai dengan Lampiran 1 dan disaksikan oleh
Surveyor.

(IACS UR W24 12.1)

Biro Klasifikasi Indonesia - 2024 Consolidated Edition Halaman 16-13


Machine Translated by Google

Pt 1 Kapal Laut
Vol V Aturan Materi
Bagian 16 Baling-Baling Terbuat dari Paduan Tembaga Cor L.

2. Persiapan lokasi pengelasan

Cacat yang perlu dihilangkan dengan pengelasan harus dihaluskan hingga menjadi bahan dasar yang kuat
kesesuaian dengan persyaratan yang tercantum dalam K.2. Alur pengelasan harus disiapkan sedemikian rupa
yang akan memungkinkan perpaduan yang baik dari bagian bawah alur. Untuk memastikan bahwa cacat telah sepenuhnya
dihilangkan dengan penggilingan, lokasi penggilingan harus dilakukan pengujian penetran cair jika ada
Surveyor.

(IACS UR W24 12.2)

3. Prosedur perbaikan pengelasan

3.1 Pengelasan busur logam digunakan untuk semua jenis perbaikan pengelasan pada baling-baling paduan tembaga cor.

Pengelasan busur dengan elektroda berlapis dan proses busur logam terlindung gas (GMAW) umumnya diterapkan.
Pengelasan tungsten berpelindung argon (GTAW) harus digunakan dengan hati-hati karena masukan panas spesifik yang lebih tinggi
proses ini. Rekomendasi ini berlaku untuk logam pengisi, pemanasan awal, dan perlakuan menghilangkan stres
suhu diberikan pada Tabel 16.4.

Tabel 16.4: Logam pengisi dan perlakuan panas yang direkomendasikan

Pemanasan awal Interpass- Pelurusan Panas

perlakuan panas suhu menghilangkan stres


Kelas bahan pengisi pengecoran
[ ÿC] [ ÿC] suhu suhu
menit. maks. [ ÿC] [ ÿC]
Untuk perunggu 1)
CU1 150 300 350 - 550 500 - 800
Mn perunggu

Untuk perunggu
CU2 150 300 350 - 550 500 - 800
Perunggu Ni-Mn

Untuk perunggu

CU3 2) 50 250 450 – 500 700 - 900


Perunggu Ni-Al

Perunggu Mn-Al

CU4 Perunggu Mn-Al 100 300 450 - 600 700 - 850

1) Perunggu Ni-Al dan perunggu Mn-Al juga dapat digunakan.

2) Perlakuan panas penghilang stres tidak diperlukan jika logam pengisi perunggu Ni-Al digunakan.

3.2 Semua baling-baling biasanya harus dilas pada posisi bawah (datar). Jika hal ini tidak memungkinkan,
metode pengelasan busur pelindung gas inert harus digunakan.

Lokasi pengelasan harus bersih dan kering. Batang las yang tertutup harus dikeringkan sebelum digunakan sesuai dengan ketentuan
spesifikasi pabrikan.

Untuk membatasi risiko distorsi dan pembentukan retakan, suhu antar lintasan harus dijaga tetap rendah. Ini
terutama berlaku dalam kasus paduan CU3.

Terak, undercut dan cacat pengelasan lainnya harus dihilangkan sebelum proses pengelasan berikutnya dilakukan.

3.3 Semua pekerjaan pengelasan sebaiknya dilakukan di bengkel, terlindung dari angin dan
dampak cuaca.

3.4 Dengan pengecualian paduan CU3, semua las perbaikan harus diberi perlakuan penghilang tegangan untuk
menghindari retak korosi tegangan. Namun, perawatan pereda stres untuk pengecoran kelas CU3 mungkin diperlukan
dimana perbaikan besar harus dilakukan di Zona B (dan di Zona A dengan persetujuan khusus) atau dimana
logam pengisi yang digunakan rentan terhadap retak korosi tegangan. Dalam hal ini, tergantung pada
Sejauh perbaikan yang diperlukan, baling-baling harus diberi perlakuan panas yang menghilangkan tegangan
setelah pengelasan, pada suhu berkisar antara 450ÿC hingga 500ÿC, atau dianil dalam suhu tersebut
kisaran 650ÿC dan 800ÿC (lihat Tabel 16.4).

Halaman 16-14 Biro Klasifikasi Indonesia - 2024 Consolidated Edition


Machine Translated by Google

Pt 1 Kapal Laut
Vol V Aturan Materi
Bagian 16 Baling-Baling Terbuat dari Paduan Tembaga Cor M.

3.5 Waktu penahanan untuk perlakuan penghilang tegangan paduan tembaga untuk baling-baling harus sesuai dengan
nilai yang diberikan pada Tabel 16.5. Proses pemanasan dan pendinginan harus lambat dan dilakukan
dalam kondisi terkendali. Kecepatan pendinginan setelah perawatan pereda stres tidak boleh melebihi
50ÿC/jam hingga suhu 200ÿC.

(IACS UR W24 12.3)

M. Operasi Pelurusan

1. Penerapan beban pelurusan

Hanya beban statis yang boleh digunakan untuk operasi pelurusan panas dan dingin.

(IACS UR W24 13.1)

2. Pelurusan panas

Daerah yang diperbaiki las dapat dikenakan pelurusan panas, asalkan dapat dibuktikan bahwa las tersebut
propertinya tidak terganggu oleh operasi pelurusan panas.

Saat meluruskan baling-baling yang cacat atau mengubah jarak baling-baling, area kerja, bersama-sama
dengan zona 500 mm di kedua sisi area, harus dipanaskan hingga pelurusan panas yang direkomendasikan
suhu yang ditentukan dalam Tabel 16.5.

Proses pemanasan harus dilakukan secara perlahan dan seragam dan titik sumber panas seperti
oxyacetylene atau oxy-propane tidak boleh digunakan. Waktu yang cukup harus diberikan untuk memastikan bahwa
seluruh ketebalan bagian mata pisau direndam secara merata. Suhu harus dijaga dalam kisaran tersebut
kisaran suhu yang disarankan selama seluruh proses pelurusan. Elemen termokopel
atau krayon penunjuk suhu harus digunakan untuk mengukur suhu.

(IACS UR W24 13.2)

3. Pelurusan dingin

Pelurusan dingin hanya boleh digunakan jika diperlukan perbaikan kecil pada ujung dan tepi pisau. Perlakuan penghilang stres
harus dilakukan setelah pelurusan dingin pada bilah pisau yang terbuat dari CU1, CU2
dan nilai pengecoran CU4 lihat Tabel 16.4.

(IACS UR W24 13.3)

Tabel 16.5: Waktu tunggu [h] untuk perlakuan panas penghilang tegangan pada paduan tembaga tuang untuk baling-baling

Menghilangkan stres Nilai pengecoran CU1 dan CU2 Nilai pengecoran CU3 dan CU4
perawatan panas
Jam untuk masing-masing Maksimum Jam untuk masing-masing Maksimum
suhu
Jam yang direkomendasikan dengan ketebalan 25 mm Jam yang direkomendasikan dengan ketebalan 25 mm
[ ÿC]
[H] [H] [H] [H]
350 5 15 — —

400 1 5 — —

450 1/2 2 5 15
500 1/4 1 1 5
550 1) 1/4 1/2 1/2 2
600 1) — — 1/4 1
1)
Suhu dalam kisaran 550°C dan 600ÿC hanya boleh digunakan untuk paduan CU4.

Biro Klasifikasi Indonesia - 2024 Consolidated Edition Halaman 16-15


Machine Translated by Google
Pt 1 Kapal Laut
Vol V Aturan Materi
Bagian 16 Baling-Baling Terbuat dari Paduan Tembaga Cor N.

N. Identifikasi dan Penandaan


1. Identifikasi

Pabrikan harus menerapkan suatu sistem untuk identifikasi semua coran, yang memungkinkan material ditelusuri ke coran
aslinya. Surveyor harus diberikan fasilitas penuh untuk menelusuri pengecoran bila diperlukan.

(IACS UR W24 14.1)

2. Menandai

Setiap baling-baling pengecoran yang telah selesai harus ditandai oleh pabrikan sekurang-kurangnya dengan rincian sebagai berikut:

— Tingkat pengecoran atau sebutan singkat yang sesuai

— Tanda pabrikan

— Nomor panas, nomor pengecoran atau tanda lain yang memungkinkan proses pembuatan ditelusuri kembali

— Tanggal pemeriksaan akhir

— Nomor sertifikat tes BKI

— Simbol kelas es, jika ada

— Sudut kemiringan bilah untuk baling-baling dengan kemiringan tinggi.

(IACS UR W24 14.2)

O. Sertifikat Pabrikan
— Pembeli dan nomor pesanan

— Nomor proyek pembuatan kapal, jika diketahui

— Deskripsi casting dengan nomor gambar

— Diameter, jumlah bilah, tinggi nada dan arah putaran

— Tingkat paduan dan komposisi kimia setiap panas

— Nomor panas atau pengecoran

– Berat akhir

— Hasil pengujian non-destruktif dan rincian prosedur pengujian, jika memungkinkan

— Bagian struktur alfa untuk paduan CU1 dan CU2

— Hasil uji mekanis

— Memberikan nomor identifikasi

— Sudut kemiringan untuk baling-baling kemiringan tinggi, lihat H.1

(IACS UR W24 15)

Halaman 16-16 Biro Klasifikasi Indonesia - 2024 Consolidated Edition


Machine Translated by Google

Pt 1 Kapal Laut
Vol V Aturan Materi
Bagian 17 Baling-Baling Terbuat dari Paduan Baja Cor Stainless

Bagian 17 Baling-Baling Terbuat dari Baja Cor Stainless


Paduan
A. Ruang lingkup . . .... . ... . . ... . . ... . . ... . . ... .
.... . .... . 17-1
B. Persetujuan Pengecoran . . . . . . . . . . . . . . . . .... .
.... . .... . 17-1
C. Persyaratan Umum yang Berlaku untuk Pengecoran . . . . . .... .
.... . ... . . 17-2
D. Dimensi, Toleransi Dimensi dan Geometris Komposisi .... .
... . . ... . . 17-2
DAN.
Kimia dan Sifat Mekanik Perlakuan Panas . . . . . . . .... .
.... . ... . . 17-2
F. . . ... . . ... . .... . .... .
.... . .... . 17-3
G. Inspeksi dan Pengujian . . . . ... . . ... . .... . .... .
.... . .... . 17-4
H. Definisi kemiringan, zona keparahan . .... . .... . .... .
.... . .... . 17-5
SAYA. Pengujian Non-Destruktif . . . ... . . ... . .... . .... .
.... . .... . 17-5
J. Kriteria Penerimaan untuk Pengujian Penetran Cair dan Pengujian Partikel Magnetik . . . 17-6
K. Perbaikan Cacat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 17-7
L. Pengelasan Prosedur . ... . .... . .... . .... . .... . .... . 17-8
M. . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Perbaikan Identifikasi dan Penandaan 17-9
N. Sertifikat yang Dikeluarkan oleh Produsen . . . . . . . . .... . .... . .... . 17-9

A. Ruang Lingkup

Peraturan ini berlaku untuk pembuatan, pengujian dan metode perbaikan baling-baling, baling-baling
bilah dan bos baling-baling terbuat dari paduan baja cor tahan karat.

Apabila penggunaan paduan alternatif diusulkan, komposisi kimianya, sifat mekaniknya harus diperhatikan
dan perlakuan panas harus diserahkan untuk disetujui.

Dengan persetujuan BKI, Peraturan ini dapat diterapkan pula terhadap perbaikan baling-baling yang rusak
dalam pelayanan.

(IACS UR W27 1.1, 1.2 dan 1.3)

B. Persetujuan Pengecoran

1. Persetujuan

Semua baling-baling dan komponen baling-baling harus diproduksi oleh pabrik pengecoran yang telah disetujui oleh
BKI. Coran tersebut harus diproduksi dan diuji sesuai dengan persyaratan Peraturan ini.

(IACS UR W27 2.1)

2. Permohonan persetujuan

Merupakan tanggung jawab produsen untuk memastikan pengendalian kualitas, proses dan produksi yang efektif selama produksi berlangsung
manufaktur dipatuhi dalam spesifikasi manufaktur. Spesifikasi manufaktur
disampaikan kepada BKI pada saat persetujuan awal, dan sekurang-kurangnya memuat hal-hal sebagai berikut:
deskripsi fasilitas pengecoran, spesifikasi material baja, pengaturan runner dan feeder,
prosedur manufaktur, pengujian non-destruktif dan prosedur perbaikan.

(IACS UR W27 2.2)

Biro Klasifikasi Indonesia - 2024 Consolidated Edition Halaman 17-1


Machine Translated by Google
Pt 1 Kapal Laut
Vol V Aturan Materi
Bagian 17 Baling-Baling Terbuat dari Paduan Baja Cor Stainless C.

3. Ruang lingkup uji persetujuan

Ruang lingkup uji persetujuan harus sesuai dengan Pedoman Persetujuan dan Persetujuan Jenis Bahan dan Peralatan
untuk Pemanfaatan Laut (Pt.1 Vol.W). Pengujian juga harus mencakup penyediaan potongan sampel cetakan dengan
kualitas pengecoran yang memenuhi syarat untuk disetujui untuk menunjukkan bahwa komposisi kimia dan sifat mekaniknya
memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Peraturan ini.

(IACS UR W27 2.3)

4. Peralatan uji

Pabrik pengecoran harus mempunyai laboratorium yang dilengkapi peralatan yang sesuai dan dikelola oleh personel yang
berkualifikasi untuk melakukan pengujian bahan cetakan, analisis kimia, pengujian mekanis, pemeriksaan mikrostruktur
bahan logam dan pengujian non-destruktif. Apabila kegiatan pengujian ditugaskan kepada perusahaan lain atau laboratorium
lain, informasi tambahan yang diperlukan oleh BKI harus disertakan.

(IACS UR W27 2.4)

C. Persyaratan Umum yang Berlaku untuk Pengecoran


1. Bebas dari cacat

Semua coran harus berada dalam kondisi sempurna sesuai dengan metode pembuatannya dan harus bebas dari cacat
yang dapat merugikan penerapannya dalam pelayanan. Cacat pengecoran kecil yang masih terlihat setelah pemesinan,
seperti bekas pasir dan terak kecil, penutup dingin kecil dan keropeng harus dihilangkan oleh pabrikan, lihat K.

(IACS UR W27 3.1)

2. Perbaikan cacat

Cacat pengecoran yang dapat mengganggu kemudahan servis pengecoran, seperti inklusi besar non-logam, rongga
penyusutan, lubang tiupan, dan retakan tidak diperbolehkan. Mereka harus dihilangkan dengan salah satu metode yang
dijelaskan dalam K. dan diperbaiki dalam batas yang berlaku untuk zona keparahan yang bersangkutan. Laporan
komprehensif mengenai perbaikan yang dilakukan harus diberikan kepada Surveyor.

(IACS UR W27 3.2)

D. Dimensi, Toleransi Dimensi dan Geometris

1. Verifikasi dimensi, toleransi dimensi dan geometri adalah tanggung jawab pabrikan.

Laporan mengenai pemeriksaan yang bersangkutan harus disampaikan kepada Surveyor, yang mungkin memerlukan dilakukannya
pemeriksaan di hadapannya.

(IACS UR W27 4.1)

E. Komposisi Kimia dan Perlakuan Panas


1. Komposisi kimia paduan cor standar yang umum digunakan untuk baling-baling baja tahan karat ditunjukkan pada Tabel
17.1. Paduan baling-baling yang komposisi kimianya berbeda dengan paduan standar yang ditunjukkan pada Tabel 17.1
harus disetujui secara khusus oleh BKI.

(IACS UR W27 5.1)

Halaman 17-2 Biro Klasifikasi Indonesia - 2024 Consolidated Edition


Machine Translated by Google
Pt 1 Kapal Laut
Vol V Aturan Materi
Bagian 17 Baling-Baling Terbuat dari Paduan Baja Cor Stainless F.

Tabel 17.1: Komposisi kimia paduan baling-baling standar yang terbuat dari baja tuang tahan karat

Komposisi kimia [%] 1)


Jenis paduan C MN Kr Untuk 1) Di dalam

maks. (%) Maks. (%) (%) (%) 0,5 (%)


Martensit 12Cr1Ni 0,15 2 11,5 –17,0 Maks. 2,0
Martensit 13Cr4Ni 0,06 2 11,5 – 17,0 1 3,5 – 5,0
Martensit 16Cr5Ni 0,06 2 15,0 –17,5 1,5 3,5 – 6,0
Austenitik 19Cr11Ni 0,12 1,6 8,0 – 13,0 16,0 – 21,0 4

1) Nilai minimum harus sesuai dengan standar nasional atau internasional yang diakui.

2. Pabrikan harus menyimpan catatan analisa kimia cetakan produksi, yang mana harus
disediakan kepada Surveyor sehingga ia dapat yakin akan komposisi kimia masing-masing
pengecoran berada dalam batas yang ditentukan.

(IACS UR W27 5.2)

3. Coran martensit harus diaustenitisasi dan ditempa. Pengecoran austenitik harus menjadi solusi
diperlakukan.

(IACS UR W27 6.)

F. Sifat Mekanik
1. Karakteristik mekanis paduan baling-baling standar harus sesuai dengan data yang diberikan dalam Tabel
17.2. Nilai-nilai ini berlaku untuk benda uji yang diambil dari batang sampel yang dicor secara integral yang dilekatkan pada
hub atau pada bilahnya. Ketebalan kupon uji harus sesuai dengan standar yang diakui.

(IACS UR W27 7.1)

2. Jika batang sampel terletak pada bilah baling-baling, maka batang sampel harus berada pada titik antara 0,5 sampai
0,6 R, dimana R adalah jari-jari sudu. Batang sampel hanya boleh dikeluarkan dari cetakan ketika dipanaskan
pengobatan telah selesai. Penghapusan harus dilakukan dengan prosedur non-termal.

(IACS UR W27 7.2 7.3)

3. Sifat mekanik paduan baling-baling yang tidak ditunjukkan pada Tabel 17.2 harus memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dalam spesifikasi yang telah disetujui oleh BKI.

Tabel 17.2: Sifat mekanik paduan baling-baling standar yang terbuat dari baja tuang tahan karat (Integral
batang sampel cor)

Buktikan stres Daya tarik Pemanjangan KV 1)

Rp0,2 Rm A Merah. Di wilayah Z [J]


Jenis paduan
[T/mm2] [T/mm2] [%] menit. (%) menit.

menit. menit. menit.

12Cr1Ni 440 590 15 30 20

13Cr4Ni 550 750 15 35 30

16Cr5Ni 540 760 15 35 30

19Cr11Ni 180 2) 440 30 40 -

1)
Tidak diperlukan untuk layanan umum dan notasi kelas Ice terendah. Untuk notasi kelas Ice lainnya,
pengujian harus dilakukan pada -10 ÿC.
2)
Nilai Rp1,0 adalah 205 N/mm2 .

Biro Klasifikasi Indonesia - 2024 Consolidated Edition Halaman 17-3


Machine Translated by Google

Pt 1 Kapal Laut
Vol V Aturan Materi
Bagian 17 Baling-Baling Terbuat dari Paduan Baja Cor Stainless G.

4. Batang uji yang dicor secara terpisah dapat digunakan dengan persetujuan BKI terlebih dahulu. Batang uji harus dituang dari
panas yang sama dengan tuang yang ditunjukkan dan diberi perlakuan panas dengan tuang yang ditunjukkan.

(IACS UR W27 7.4)

G. Inspeksi dan Pengujian

Inspeksi dan pengujian berikut harus dilakukan. Dimensi benda uji dan metode pengujian diberikan pada Bagian 2.

1. Komposisi kimia

Pabrikan harus menentukan komposisi kimia dari setiap panas.

2. Uji tarik

2.1 Kuat tarik (Rm), tegangan tahan 0,2 % dan/atau 1,0 % (Rp0,2 atau Rp1,0) dan perpanjangan (A) ditentukan dengan uji tarik.
Untuk tujuan ini, satu benda uji harus diambil dari setiap pengecoran.

(IACS UR W27 7.5)

2.2 Sebagai alternatif dari 2.1, jika sejumlah baling-baling kecil berukuran kira-kira sama, dan diameternya kurang dari 1 m, dibuat
dari satu cetakan dan diberi perlakuan panas dalam muatan tungku yang sama, prosedur pengujian batch dapat dilakukan dengan
menggunakan metode pengujian batch terpisah. sampel uji cor dengan dimensi yang sesuai. Setidaknya satu benda uji harus
disediakan untuk setiap kelipatan lima pengecoran dalam batch.

3. Uji tumbukan batang berlekuk

Satu set benda uji tumbukan batang bertakik, masing-masing terdiri dari 3 benda uji takik Charpy V, harus diambil dari setiap
pengecoran atau kumpulan uji, lihat 2. Kecuali ditentukan atau disepakati lain, pengujian harus dilakukan pada suhu kamar.
Hasilnya dihitung sebagai rata-rata dari 3 benda uji yang salah satu hasilnya mungkin berada di bawah nilai rata-rata tetapi tidak
lebih rendah dari 70% dari nilai tersebut.

4. Permukaan akhir dan dimensi

4.1 Pengecoran baling-baling harus dipantau di seluruh tahap produksi; seluruh permukaan harus diperiksa secara menyeluruh
oleh Surveyor dalam kondisi pengerjaan akhir. Pemeriksaan tersebut juga harus mencakup lubang bos.

4.2 Pabrikan harus memeriksa dimensi dan kemudian menyampaikan laporan pemeriksaan dimensi kepada Surveyor. Surveyor
dapat mendesak agar pemeriksaan dimensi dilakukan di hadapannya.

4.3 Penyeimbangan statis harus dilakukan pada semua baling-baling sesuai dengan gambar yang disetujui.
Penyeimbangan dinamis mungkin diperlukan untuk baling-baling yang bekerja di atas 500 rpm.

(IACS UR W27 4.2)

4.4 Surveyor mungkin memerlukan area tertentu pada baling-baling untuk digores sedikit agar terlihat pengelasan produksi.

Catatan

Solusi berikut dapat digunakan untuk etsa:

— Baja martensit-feritik:

12,5 ml HCl + 2,5 g asam pikrat + 250 ml alkohol

— Baja austenitik:

– 3 bagian volume gliserin, 2 bagian HCl dan 1 bagian HNO3

Halaman 17-4 Biro Klasifikasi Indonesia - 2024 Consolidated Edition


Machine Translated by Google

Pt 1 Kapal Laut
Vol V Aturan Materi
Bagian 17 Baling-Baling Terbuat dari Paduan Baja Cor Stainless H.

H. Definisi kemiringan, zona keparahan


1. Untuk menghubungkan tingkat inspeksi dengan kritisnya ketidaksempurnaan pada bilah baling-baling dan untuk
membantu mengurangi risiko kegagalan akibat retak lelah setelah perbaikan, bilah baling-baling dibagi menjadi tiga zona
tingkat keparahan yang ditetapkan A, B, dan C. Definisi kemiringan, dan , zona tingkat keparahan diberikan di Bagian 16, H.

(IACS UR W27 8.1)

I. Tes Non-Destruktif

1. Kualifikasi personel yang terlibat dalam NDT

Lihat Peraturan untuk Persetujuan Produsen dan Pemasok Jasa (Pt.1, Vol.XI) Bagian.3.S.6 dan 7.

(IACS UR W27 9.1)

2. Pengujian visual

Semua hasil coran harus 100% diperiksa secara visual oleh pabrikan. Cetakan harus bebas dari retakan, sobekan panas
atau ketidaksempurnaan lainnya yang karena sifat, derajat atau luasnya, akan mengganggu penggunaan cetakan.
Pemeriksaan visual umum harus dilakukan oleh Surveyor.

(IACS UR W27 9.3)

3. Pengujian penetran cair

Prosedur pengujian penetran cair harus diserahkan ke BKI dan harus sesuai dengan ISO 3452-1:2013 atau standar yang
diakui. Kriteria penerimaan ditentukan dalam J.

Untuk semua baling-baling, bilah dan hub yang dicetak secara terpisah, permukaan yang dicakup oleh zona keparahan A,
B, dan C harus diuji penetran cairan. Pengujian zona A dilakukan dengan disaksikan Surveyor, sedangkan pengujian zona
B dan C dapat disaksikan oleh Surveyor atas permintaannya.

Jika perbaikan telah dilakukan dengan penggerindaan atau pengelasan, area yang diperbaiki juga harus dilakukan pengujian
penetran cair, terlepas dari lokasi dan/atau zona keparahannya. Perbaikan las, terlepas dari lokasinya, harus selalu dinilai
berdasarkan zona A.

(IACS UR W27 9.3)

4. Pengujian partikel magnetik

Pengujian partikel magnetik dapat digunakan sebagai pengganti pengujian penetran cair untuk pemeriksaan coran baja
tahan karat martensit.

Prosedur pengujian partikel magnetik harus diserahkan ke BKI dan harus sesuai dengan ISO 9934-1:2016 atau standar
yang diakui.

(IACS UR W27 9.4)

5. Tes radiografi dan ultrasonik

Apabila diwajibkan oleh BKI atau bila dianggap perlu oleh pabrikan, pengujian non-destruktif lebih lanjut (misalnya pengujian
radiografi dan/atau ultrasonik) harus dilakukan. Kriteria penerimaan atau tingkat mutu yang diterapkan kemudian disepakati
antara produsen dan BKI sesuai dengan standar yang diakui.

Catatan:

Karena efek pelemahan ultrasonik dalam coran baja austenitik, pengujian ultrasonik mungkin tidak praktis dalam
beberapa kasus, tergantung pada bentuk/ jenis/ ketebalan, dan arah pertumbuhan butiran coran.

(IACS UR W27 9.5)

Biro Klasifikasi Indonesia - 2024 Consolidated Edition Halaman 17-5


Machine Translated by Google
Pt 1 Kapal Laut
Vol V Aturan Materi
Bagian 17 Baling-Baling Terbuat dari Paduan Baja Cor Stainless J.

J. Kriteria Penerimaan Pengujian Penetran Cair dan Pengujian Partikel Magnetik


1. Definisi indikasi penetran cair

Indikasi: Dalam pengujian penetran cair, indikasinya adalah adanya bleed-out yang dapat dideteksi dari cairan
penetran dari diskontinuitas pada bahan yang muncul setidaknya 10 menit setelah bahan pengembang
diaplikasikan.
Indikasi yang relevan: hanya indikasi yang mempunyai dimensi lebih besar dari 1,5 mm yang dianggap relevan
untuk kategorisasi indikasi.
Indikasi non-linear: indikasi dengan dimensi terbesar kurang dari tiga kali dimensi terkecilnya (yaitu l < 3 w).

Indikasi linier: indikasi dengan dimensi terbesar tiga kali atau lebih kali dimensi terkecilnya (yaitu l ÿ 3 w).

Indikasi selaras:

1) Indikasi tidak linier membentuk suatu kesejajaran bila jarak antar indikasi kurang dari 2 mm dan paling
sedikit tiga indikasi sejajar. Penjajaran indikasi dianggap sebagai indikasi unik dan panjangnya sama
dengan panjang keseluruhan penjajaran.

2) Indikasi linier membentuk suatu keselarasan bila jarak antara dua indikasi lebih kecil dari panjang indikasi
terpanjang.

Ilustrasi indikasi penetran cair diberikan pada Gambar 17.1.


(IACS UR W27 10.1)

Gambar 17.1: Bentuk indikasi

Halaman 17-6 Biro Klasifikasi Indonesia - 2024 Consolidated Edition


Machine Translated by Google
Pt 1 Kapal Laut
Vol V Aturan Materi
Bagian 17 Baling-Baling Terbuat dari Paduan Baja Cor Stainless K.

2. Standar penerimaan

2.1 Permukaan yang akan diperiksa harus dibagi lagi menjadi area referensi seluas 100 cm2 . Setiap area referensi
dapat berbentuk persegi atau persegi panjang dengan dimensi utama tidak melebihi 250 mm.

Area referensi untuk indikasi evaluasi harus ditempatkan pada lokasi yang paling tidak menguntungkan bagi masing-masing indikasi.

2.2 Indikasi relevan yang terdeteksi, sehubungan dengan ukuran dan jumlahnya, tidak boleh melebihi nilai yang ditetapkan
diberikan pada Tabel 17.3.

2.3 Untuk keperluan pengelasan, area yang dipersiapkan harus selalu dievaluasi sebagai Zona A terlepas dari lokasinya.
Hal yang sama berlaku untuk lokasi pengelasan setelah selesai dikerjakan. dan/atau digiling.

(IACS UR W27 10.2)

Tabel 17.3: Jumlah dan ukuran indikasi relevan yang diperbolehkan dalam area referensi 100 cm2,
1)
tergantung pada zona keparahan

Maks. total Maks. dimensi


Kerasnya Maks. nomor untuk
jumlah Jenis indikasi 1) 2)
indikasi
zona setiap jenis
indikasi (mm)
Non-linier 5 4
A 7 Linier 2 3

Selaras 2 3
Non-linier 10 6
B 14 Linier 4 6

Selaras 4 6
Non-linier 14 8
C 20 Linier 6 6

Sejajar 6 6

1) Indikasi non-linier tunggal kurang dari 2 mm di zona A dan kurang dari 3 mm untuk zona lainnya
dianggap tidak relevan.

2) Jumlah indikasi nonlinier dapat ditambah sampai jumlah maksimum, atau


bagiannya, diwakili oleh tidak adanya indikasi linier atau selaras.

K. Perbaikan Cacat
1. Coran yang rusak harus diperbaiki sesuai dengan persyaratan yang diberikan dalam 2. sampai 7. dan, jika
berlaku, persyaratan L.

2. Pada umumnya perbaikan harus dilakukan dengan cara mekanis, misalnya dengan penggilingan, chipping atau penggilingan.
Alur yang dihasilkan harus menyatu dengan permukaan sekitarnya untuk menghindari kontur yang tajam.
Penghapusan lengkap bahan yang cacat harus diverifikasi dengan pengujian penetran cair, atau magnetis
pengujian partikel jika berlaku.

(IACS UR W27 11.2)

3. Perbaikan las hanya boleh dilakukan jika dianggap perlu dan telah dilakukan sebelumnya
persetujuan Surveyor. Lokasi pengelasan yang lebih kecil dari 5 cm² harus dihindari.

(IACS UR W27 11.3)

4. Bentuk galian harus sesuai sehingga memungkinkan akses yang baik untuk pengelasan. Alur yang dihasilkan harus
selanjutnya digiling halus dan penghapusan seluruh bahan yang cacat harus diverifikasi oleh
pengujian penetran cair. Lasan yang luasnya kurang dari 5 cm² harus dihindari.

(IACS UR W27 11.4)

Biro Klasifikasi Indonesia - 2024 Consolidated Edition Halaman 17-7


Machine Translated by Google
Pt 1 Kapal Laut
Vol V Aturan Materi
Bagian 17 Baling-Baling Terbuat dari Paduan Baja Cor Stainless L.

5. Penggerindaan di zona keparahan A dapat dilakukan hingga ketebalan bilah dapat dipertahankan. Pengelasan reparasi umumnya tidak
diperbolehkan di Zona Berat A dan hanya diperbolehkan setelah mendapat pertimbangan khusus dari BKI.

Dalam beberapa kasus, perancang baling-baling dapat menyerahkan dokumentasi teknis untuk mengusulkan zona A yang
dimodifikasi berdasarkan analisis beban hidrodinamik dan tegangan terperinci untuk dipertimbangkan oleh BKI.

(IACS UR W27 11.5)

6. Cacat pada zona keparahan B yang kedalamannya tidak melebihi t/40 mm (t = ketebalan minimum lokal sebagaimana ditentukan
dalam Peraturan) atau 2 mm, mana pun yang terbesar, harus dihilangkan dengan penggerindaan. Untuk tujuan evaluasi, dimensi
yang lebih besar harus menjadi standar. Cacat yang lebih dalam dapat diperbaiki dengan pengelasan dengan persetujuan terlebih
dahulu dari BKI.

(IACS UR W27 11.6)

7. Perbaikan dengan pengelasan biasanya diperbolehkan di Zona C.

(IACS UR W27 11.7)

8. Perbaikan dokumentasi

Pengecoran harus menyimpan catatan inspeksi, pengelasan, dan perlakuan panas berikutnya, yang dapat ditelusuri ke setiap
pengecoran.

Sebelum pengelasan dimulai, rincian lengkap mengenai luas dan lokasi perbaikan, usulan prosedur pengelasan, perlakuan panas
dan prosedur pemeriksaan selanjutnya harus diserahkan kepada BKI untuk disetujui.

(IACS UR W27 11.8)

L. Prosedur Perbaikan Pengelasan

1. Aturan umum

1.1 Sebelum pengelasan dimulai, pabrikan harus menyerahkan kepada BKI spesifikasi pengelasan rinci yang berisi semua rincian
pengelasan seperti persiapan lokasi pengelasan, parameter pengelasan, logam pengisi, pemanasan awal, perlakuan panas pasca
pengelasan dan prosedur inspeksi.

(IACS UR W27 12.1)

1.2 Semua perbaikan las harus dilakukan sesuai dengan prosedur yang memenuhi syarat, dan oleh tukang las yang memenuhi
syarat sesuai standar yang diakui. Uji Kualifikasi Prosedur Pengelasan harus dilakukan sesuai dengan Lampiran 2 dan disaksikan
oleh Surveyor.

2. Persiapan lokasi pengelasan

Cacat yang perlu dihilangkan dengan pengelasan harus dihaluskan hingga menjadi logam induk yang sehat sesuai dengan
persyaratan yang dinyatakan dalam J.2. Alur pengelasan harus disiapkan sedemikian rupa sehingga memungkinkan penyatuan
bagian bawah alur dengan baik. Untuk memastikan bahwa cacat telah dihilangkan seluruhnya dengan penggerindaan, lokasi
penggilingan harus dilakukan pengujian penetran pewarna cair di hadapan Surveyor.

(IACS UR W27 12.2)

3. Prosedur pengelasan

3.1 Pengelasan busur logam dengan elektroda atau kawat pengisi yang digunakan dalam prosedur pengujian harus digunakan.
Bahan habis pakai pengelasan harus disimpan dan ditangani sesuai dengan rekomendasi pabrikan.

(IACS UR W27 12.4)

3.2 Pengelasan harus dilakukan dalam kondisi terkendali, bebas angin dan cuaca buruk.

(IACS UR W27 12.3)

Halaman 17-8 Biro Klasifikasi Indonesia - 2024 Consolidated Edition


Machine Translated by Google
Pt 1 Kapal Laut
Vol V Aturan Materi
Bagian 17 Baling-Baling Terbuat dari Paduan Baja Cor Stainless M.

3.3 Terak, takik, dan cacat pengelasan lainnya harus dihilangkan sebelum proses pengelasan berikutnya dilakukan.

(IACS UR W27 12.5)

4. Perlakuan panas pasca pengelasan

4.1 Baja martensit harus ditempa ulang di tungku setelah perbaikan pengelasan. Namun, tergantung pada persetujuan
sebelumnya, penghilangan stres lokal dapat dipertimbangkan untuk perbaikan kecil.

(IACS UR W27 12.6)

4.2 Setelah perlakuan panas selesai, perbaikan las dan material di sekitarnya harus digiling halus.
Semua perbaikan las harus diuji penetran cair.

(IACS UR W27 12.7)

M. Identifikasi dan Penandaan


1. Identifikasi

Pabrikan harus menerapkan sistem pemantauan produksi yang memungkinkan coran ditelusuri kembali ke panasnya. Atas
permintaan, Surveyor harus diberikan fasilitas penuh untuk melakukan penelusuran pengecoran.

(IACS UR W27 13.1)

2. Menandai

Sebelum pemeriksaan akhir oleh Surveyor, pabrikan harus menandai setiap baling-baling tuang yang telah selesai sekurang-
kurangnya dengan rincian sebagai berikut:

— tingkat pengecoran atau sebutan singkat yang sesuai

— tanda pabrikan

— Nomor sertifikat BKI

— nomor panas, nomor pengecoran atau tanda lain yang memungkinkan proses pembuatan ditelusuri kembali

— tanggal pemeriksaan akhir

— simbol kelas es, jika memungkinkan

— sudut kemiringan bilah untuk baling-baling dengan kemiringan tinggi.

Stempel BKI dibubuhkan pada saat casting telah diterima.

(IACS UR W27 13.1 dan 13.2)

N. Sertifikat yang Diterbitkan oleh Produsen


Untuk setiap baling-baling yang telah diterima, pabrikan harus menyerahkan kepada Surveyor sertifikat pemeriksaan yang
memuat rincian sebagai berikut:

— nama pembeli dan nomor pesanan

— nomor gedung baru, jika diketahui

— deskripsi pengecoran dan nomor gambar

— diameter, jumlah bilah, nada dan arah putaran

— sudut kemiringan untuk baling-baling kemiringan tinggi

Biro Klasifikasi Indonesia - 2024 Consolidated Edition Halaman 17-9


Machine Translated by Google

Pt 1 Kapal Laut
Vol V Aturan Materi
Bagian 17 Baling-Baling Terbuat dari Paduan Baja Cor Stainless N.

— berat akhir

— jenis paduan, nomor panas dan komposisi kimia

— pengecoran nomor identifikasi

— rincian waktu dan suhu perlakuan panas

— hasil uji mekanis

— hasil pengujian non-destruktif dan rincian prosedur pengujian jika berlaku.

(IACS UR W27 14.1)

Halaman 17-10 Biro Klasifikasi Indonesia - 2024 Consolidated Edition


Machine Translated by Google

Pt 1 Kapal Laut
Vol V Aturan Materi
Lampiran 1 Uji Kualifikasi Prosedur Pengelasan untuk Perbaikan Baling-Baling Paduan Tembaga Cor

Lampiran 1 Uji Kualifikasi Prosedur Pengelasan untuk


Perbaikan Baling-Baling Paduan Tembaga Cor
A. Benda . .... . ... . . ... . . ... . . ... . . ... . .... . .... . A1-1
B. Uji Umum dan Pengelasan Sampel . .... . .... . .... . .... . .... . A1-1
C. Ujian dan Tes . . . .. . . ... . .... . .... . .... . .... . A1-2
D. Rentang ... . ... . . ... . . ... . . ... . .... . .... . .... . A1-4
DAN.
Persetujuan Catatan Uji . . . . . ... . . ... . .... . .... . .... . .... . A1-4

A.Umum

1. Lampiran ini memberikan persyaratan untuk uji kualifikasi prosedur pengelasan yang dimaksudkan untuk perbaikan
baling-baling paduan tembaga cor.

(IACS UR W24 Lampiran 1.1)


2. Untuk persetujuan prosedur pengelasan, harus dilakukan uji kualifikasi prosedur pengelasan
dengan hasil yang memuaskan. Uji kualifikasi harus dilakukan dengan proses pengelasan yang sama,
logam pengisi, pemanasan awal dan perlakuan penghilang tegangan sebagaimana yang dimaksudkan untuk diterapkan pada pekerjaan perbaikan yang sebenarnya.

Spesifikasi prosedur pengelasan (WPS) mengacu pada hasil pengujian yang dicapai selama prosedur pengelasan
pengujian kualifikasi.
(IACS UR W24 Lampiran 1.2)
3. Prosedur pengelasan yang memenuhi syarat di pabrik berlaku untuk pengelasan di bengkel yang sama
manajemen teknis dan mutu.
(IACS UR W24 Lampiran 1.3)

B. Benda Uji dan Pengelasan Sampel


1. Rakitan uji, yang terdiri dari sampel cor, harus berukuran cukup untuk menjamin panas yang wajar
distribusi dan sesuai Gambar A1.1 dengan dimensi minimum:

Biro Klasifikasi Indonesia - 2024 Consolidated Edition Halaman A1-1


Machine Translated by Google
Bagian 1 Kapal Laut
Vol V Aturan Materi
Lampiran 1 Uji Kualifikasi Prosedur Pengelasan untuk Perbaikan Baling-Baling Paduan Tembaga Cor C.

1 : Persiapan dan penyesuaian sambungan sebagaimana dirinci dalam


spesifikasi prosedur pengelasan awal
a : nilai minimal 150 mm
b : nilai minimum 300 mm
t : ketebalan bahan

Gambar A1.1: Benda uji untuk prosedur perbaikan pengelasan

Sampel uji dengan ketebalan minimal 30 mm harus digunakan.

(IACS UR W24 Lampiran 2.1)

2. Persiapan dan pengelasan benda uji harus dilakukan sesuai dengan kondisi umum
pekerjaan perbaikan pengelasan yang diwakilinya.

(IACS UR W24 Lampiran 2.2)

3. Pengelasan rakitan uji dan pengujian benda uji harus disaksikan oleh Surveyor.

(IACS UR W24 Lampiran 2.3)

C.Ujian dan Tes

1. Rakitan uji harus diperiksa secara non destruktif dan destruktif sesuai Tabel A1.1
dan Gambar A1.2:

(IACS UR W24 Lampiran 3.1)

Tabel A1.1: Jenis pengujian dan cakupan pengujian

Jenis tes 1) Luasnya pengujian

Pengujian visual 100% sesuai 2.

Pengujian penetran cair 100% sesuai 2.

Uji tarik melintang Dua spesimen sesuai 3.

Pemeriksaan makro Tiga spesimen sesuai 4.

1) Uji bengkokan atau patah merupakan kewenangan BKI.

Halaman A1-2 Biro Klasifikasi Indonesia - 2024 Consolidated Edition


Machine Translated by Google
Pt 1 Kapal Laut
Vol V Aturan Materi
Lampiran 1 Uji Kualifikasi Prosedur Pengelasan untuk Perbaikan Baling-Baling Paduan Tembaga Cor C.

Gambar A1.2: Benda uji

2. Uji non destruktif

Rakitan uji harus diperiksa dengan pengujian visual dan penetran cair sebelum pemotongan benda uji.
Dalam hal perlakuan panas pasca pengelasan diperlukan atau ditentukan, pengujian non-destruktif harus dilakukan
dilakukan setelah perlakuan panas. Retak tidak diperbolehkan. Ketidaksempurnaan terdeteksi dengan pengujian penetran cair
harus dinilai sesuai dengan standar evaluasi untuk Zona A yang diberikan pada Tabel 16.3.

(IACS UR W24 Lampiran 3.2)

3. Uji tarik

Dua uji tarik harus disiapkan seperti yang ditunjukkan pada Aturan Pengelasan (Pt.1, Vol.VI) Bagian 11, Gambar 11.1.
Sebagai alternatif, benda uji tarik sesuai dengan standar yang diakui dan dapat diterima oleh BKI dapat digunakan. Itu
kekuatan tarik harus memenuhi nilai yang diberikan pada Tabel A1.2.

(IACS UR W24 Lampiran 3.3)

Tabel A1.2: Nilai kekuatan tarik yang diperlukan

Kekuatan Tarik Rm
Tipe Paduan
(N/mm2) menit.
CU1 370

CU2 410

CU3 500

CU4 550

Biro Klasifikasi Indonesia - 2024 Consolidated Edition Halaman A1-3


Machine Translated by Google
Bagian 1 Kapal Laut
Vol V Aturan Materi
Lampiran 1 Uji Kualifikasi Prosedur Pengelasan untuk Perbaikan Baling-Baling Paduan Tembaga Cor D.

4. Pemeriksaan makroskopis

Tiga benda uji harus disiapkan dan digores pada satu sisi untuk memperlihatkan dengan jelas logam las, garis fusi, dan zona yang
terpengaruh panas seperti yang ditunjukkan pada Gambar A1.2. Media etsa dengan unsur-unsur berikut akan cocok untuk tujuan ini:

— 5 gram besi (III) klorida

— 30ml asam hidroklorik

— 100 ml air suling

Spesimen uji harus diperiksa untuk mengetahui ketidaksempurnaan yang ada pada logam las dan zona yang terkena panas. Retakan
dan kekurangan fusi tidak diperbolehkan. Ketidaksempurnaan seperti rongga atau inklusi terak yang lebih besar dari 3 mm tidak
diperbolehkan.

(IACS UR W24 Lampiran 3.4)

5. Pengujian ulang

Jika benda uji gagal memenuhi salah satu persyaratan Lampiran ini, maka dilakukan rujukan untuk prosedur pengujian ulang yang
diberikan dalam Bagian 2, H.

(IACS UR W24 Lampiran 3.5)

D. Catatan Uji

1. Kondisi pengelasan untuk rakitan pengujian dan hasil pengujian harus dicatat dalam catatan kualifikasi prosedur pengelasan.
Bentuk catatan kualifikasi prosedur pengelasan dapat diambil dari Peraturan BKI atau dari standar terkait.

(IACS UR W24 Lampiran 4.1)

2. Pernyataan hasil penilaian setiap benda uji, termasuk pengujian ulang, harus dibuat untuk setiap catatan kualifikasi prosedur
pengelasan. Item relevan yang terdaftar untuk WPS harus disertakan.

(IACS UR W24 Lampiran 4.2)

3. Catatan kualifikasi prosedur pengelasan ditandatangani oleh Surveyor yang menyaksikan pengujian dan disertai identitas BKI.

(IACS UR W24 Lampiran 4.3)

E. Rentang Persetujuan

1. Umum

Semua kondisi validitas yang dinyatakan di bawah ini harus dipenuhi secara independen satu sama lain. Perubahan di luar rentang
yang ditentukan memerlukan pengujian prosedur pengelasan baru.

Kualifikasi WPS yang diperoleh pabrikan berlaku untuk pengelasan di bengkel atau lokasi di bawah kendali teknis dan kualitas yang
sama dengan pabrikan tersebut.

(IACS UR W24 Lampiran 5.1)

2. Logam dasar

Kisaran kualifikasi yang berkaitan dengan logam tidak mulia diberikan pada Tabel A1.3.

(IACS UR W24 Lampiran 5.2)

Halaman A1-4 Biro Klasifikasi Indonesia - 2024 Consolidated Edition


Machine Translated by Google

Pt 1 Kapal Laut
Vol V Aturan Materi
Lampiran 1 Uji Kualifikasi Prosedur Pengelasan untuk Perbaikan Baling-Baling Paduan Tembaga Cor DAN.

Tabel A1.3: Kisaran kualifikasi untuk logam tidak mulia

Kelas bahan paduan tembaga digunakan


Rentang persetujuan
untuk kualifikasi
CU1 CU1

CU2 ”CU1; CU2”


CU3 CU3

CU4 CU4

3. Ketebalan

Kualifikasi WPS yang dilakukan pada rakitan las dengan ketebalan t berlaku untuk rentang ketebalan tersebut
diberikan pada Tabel A1.4.

(IACS UR W24 Lampiran 5.3)

Tabel A1.4: Kisaran kualifikasi ketebalan

Ketebalan benda uji, t (mm)


Rentang persetujuan

30 ton ÿ3mm

4. Posisi pengelasan

Persetujuan untuk tes yang dilakukan pada posisi apa pun terbatas pada posisi itu.

(IACS UR W24 Lampiran 5.4)

5. Proses pengelasan

5.1 Persetujuan ini hanya berlaku untuk proses pengelasan yang digunakan dalam pengujian prosedur pengelasan. Lari tunggal adalah
tidak memenuhi syarat uji las butt multi-run yang digunakan dalam Lampiran ini.

(IACS UR W24 Lampiran 5.5)

6. Logam pengisi

Persetujuan ini hanya berlaku untuk logam pengisi yang digunakan dalam uji prosedur pengelasan.

(IACS UR W24 Lampiran 5.6)

7. Masukan panas

Batas atas masukan panas yang disetujui adalah 25% lebih besar dari yang digunakan dalam pengelasan benda uji.

Batas bawah masukan panas yang disetujui adalah 25% lebih rendah dari yang digunakan dalam pengelasan benda uji.

(IACS UR W24 Lampiran 5.7)

8. Pemanasan awal dan suhu interpass

Suhu pemanasan awal minimum tidak boleh kurang dari suhu yang digunakan dalam uji kualifikasi.

Suhu interpass maksimum tidak boleh lebih tinggi dari suhu yang digunakan dalam uji kualifikasi.

(IACS UR W24 Lampiran 5.8)

Biro Klasifikasi Indonesia - 2024 Consolidated Edition Halaman A1-5


Machine Translated by Google
Bagian 1 Kapal Laut
Vol V Aturan Materi
Lampiran 1 Uji Kualifikasi Prosedur Pengelasan untuk Perbaikan Baling-Baling Paduan Tembaga Cor DAN.

9. Perlakuan panas pasca pengelasan

Perlakuan panas yang digunakan dalam uji kualifikasi harus ditentukan dalam pWPS. Waktu perendaman bisa disesuaikan
sebagai fungsi ketebalan.

(IACS UR W24 Lampiran 5.9)

Halaman A1-6 Biro Klasifikasi Indonesia - 2024 Consolidated Edition


Machine Translated by Google

Pt 1 Kapal Laut
Vol V Aturan Materi
Lampiran 2 Uji Kualifikasi Prosedur Pengelasan untuk Perbaikan Prop. yang terbuat dari Paduan Baja Cor Stainless

Lampiran 2 Uji Kualifikasi Prosedur Pengelasan untuk


Perbaikan Baling-Baling berbahan Stainless Cast
Paduan Baja
A. Benda . .... . ... . . ... . . ... . . ... . . ... . .... . .... . A2-1
B. Uji Umum dan Pengelasan Sampel . .... . .... . .... . .... . .... . A2-1
C. Pemeriksaan dan Tes . . . .. . . ... . .... . .... . .... . .... . A2-2
D. Catatan tes ... . ... . . ... . . ... . . ... . .... . .... . .... . A2-5
DAN.
Rentang persetujuan . . . . . ... . . ... . .... . .... . .... . .... . A2-5

A.Umum

1. Lampiran ini memberikan persyaratan untuk uji kualifikasi prosedur pengelasan yang dimaksudkan untuk perbaikan
baling-baling baja tuang.

(IACS UR W27 Lampiran A.1.1)


2. Untuk persetujuan prosedur pengelasan, uji kualifikasi prosedur pengelasan harus dilakukan dengan
hasil yang memuaskan. Uji kualifikasi harus dilakukan dengan proses pengelasan yang sama, logam pengisi,
perlakuan pemanasan awal dan penghilang stres sebagaimana yang dimaksudkan untuk diterapkan pada pekerjaan perbaikan yang sebenarnya. Pengelasan

spesifikasi prosedur mengacu pada hasil pengujian yang dicapai selama kualifikasi prosedur pengelasan
pengujian.

(IACS UR W27 Lampiran A.1.2)


3. Prosedur pengelasan yang memenuhi syarat di pabrik berlaku untuk pengelasan di bengkel yang sama
manajemen teknis dan mutu.
(IACS UR W27 Lampiran A.1.3)

B. Benda Uji dan Pengelasan Sampel

1. Rakitan uji, yang terdiri dari sampel cor, harus berukuran cukup untuk menjamin panas yang wajar
distribusi dan sesuai Gambar A2.1 dengan dimensi minimum:

Biro Klasifikasi Indonesia - 2024 Consolidated Edition Halaman A2-1


Machine Translated by Google
Pt 1 Kapal Laut
Vol V Aturan Materi
Lampiran 2 Uji Kualifikasi Prosedur Pengelasan untuk Perbaikan Prop. berbahan Stainless Cast Steel Alloy C.

1 : Persiapan dan penyesuaian sambungan sebagaimana dirinci dalam


spesifikasi prosedur pengelasan awal
a : nilai minimum 150 mm
b : nilai minimum 300 mm
t : ketebalan bahan

Gambar A2.1: Benda uji untuk prosedur perbaikan pengelasan

Dimensi dan bentuk alur harus mewakili pekerjaan perbaikan sebenarnya.

(IACS UR W27 Lampiran A.2.1)

2. Persiapan dan pengelasan benda uji harus dilakukan sesuai dengan kondisi umum
pekerjaan perbaikan pengelasan yang diwakilinya.

(IACS UR W27 Lampiran A.2.2)

3. Pengelasan rakitan uji dan pengujian benda uji harus disaksikan oleh Surveyor.

(IACS UR W27 Lampiran A.2.3)

C.Ujian dan Tes

Rakitan uji harus diperiksa secara non-destruktif dan destruktif sesuai dengan Tabel A2.1 dan Gambar.
A2.2:
Tabel A2.1: Jenis pengujian dan cakupan pengujian

Jenis tes Luasnya pengujian


Pengujian visual 100% sesuai pasal 1.
Pengujian penetran cair 1) 100% sesuai pasal 1.
Uji tarik melintang Dua spesimen sesuai pasal 2.
Tes tikungan 2) Dua spesimen akar dan dua spesimen muka sesuai pasal 3.
Pemeriksaan makro Tiga spesimen sesuai pasal 4.
Uji dampak Dua set tiga spesimen sesuai pasal 5.
Uji kekerasan Sesuai pasal 6.
1) Pengujian partikel magnetik dapat digunakan sebagai pengganti pengujian penetran cair untuk baja tahan karat martensit.
2) t ÿ 12 mm, uji tekuk muka dan akar dapat diganti dengan uji tekuk 4 sisi

(IACS UR W27 Lampiran A.3.1)

Halaman A2-2 Biro Klasifikasi Indonesia - 2024 Consolidated Edition


Machine Translated by Google
Pt 1 Kapal Laut Vol V
Peraturan Material Lampiran 2
Prosedur Pengelasan Uji Kualifikasi Perbaikan Alat Peraga berbahan Stainless Cast Steel Alloy C.

1. Tes non-destruktif

Rakitan uji harus diperiksa dengan pengujian visual dan penetran cair, atau pengujian partikel magnetik jika ada, sebelum
pemotongan benda uji. Dalam hal perlakuan panas pasca pengelasan diperlukan atau ditentukan, pengujian non-destruktif harus
dilakukan setelah perlakuan panas.

Tidak ada retakan yang diizinkan. Ketidaksempurnaan yang dideteksi dengan pengujian penetran cair, atau pengujian partikel
magnetik jika berlaku, harus dinilai sesuai dengan Bagian. 17, J.

(IACS UR W27 Lampiran A.3.2)

2. Uji tarik

Dua benda uji tarik melintang datar harus disiapkan. Prosedur pengujian harus sesuai dengan Peraturan Pengelasan (Pt.1, Vol.VI)
Sec.11, Gambar.11.1. Sebagai alternatif, spesimen uji tarik menurut standar yang diakui dan dapat diterima oleh BKI dapat
digunakan.

Kekuatan tarik harus memenuhi nilai minimum yang ditentukan dari bahan dasar. Lokasi patahan harus dilaporkan, yaitu logam
las, HAZ atau material dasar.

(IACS UR W27 Lampiran A.3.3)

3. Tes tikungan

Uji tekuk melintang untuk sambungan butt harus sesuai dengan Bagian 2.G, atau menurut standar yang diakui. Diameter mandrel
harus 4 x tebal kecuali untuk baja austenitik, dalam hal ini diameter mandrel harus 3 x tebal.

Sudut lentur harus arah 180ÿ lebih . Setelah pengujian, benda uji tidak boleh menunjukkan adanya cacat terbuka
besar dari 3 mm. Cacat yang muncul pada sudut benda uji selama pengujian harus diselidiki kasus per kasus.

Dua benda uji akar dan dua benda uji tekukan muka harus diuji. Untuk ketebalan 12 mm atau lebih, spesimen tekuk empat sisi
dapat diuji sebagai alternatif.

(IACS UR W27 Lampiran A.3.4)

4. Pemeriksaan makro

Dua bagian makro harus disiapkan dan digores pada satu sisi untuk memperlihatkan dengan jelas logam las, garis fusi, dan zona
yang terpengaruh panas. Bagian tersebut harus diperiksa dengan mata (dibantu dengan lensa tangan berdaya rendah jika
diinginkan) untuk mengetahui adanya ketidaksempurnaan pada logam las dan HAZ. Retakan dan kekurangan fusi tidak
diperbolehkan. Ketidaksempurnaan seperti inklusi terak, dan pori-pori lebih besar dari 3 mm tidak diperbolehkan.

(IACS UR W27 Lampiran A.3.5)

5. Uji dampak

Uji dampak diperlukan, dimana bahan dasar diuji dampaknya. Benda uji takik Charpy V harus sesuai dengan Bagian 2. Dua set
harus diambil, satu set dengan takik diposisikan di tengah lasan dan satu set dengan takik diposisikan di HAZ (yaitu titik tengah
las). takik masing-masing harus berada pada jarak 1 mm hingga 2 mm dari garis fusi.

Temperatur pengujian dan energi tumbukan harus memenuhi persyaratan yang ditentukan untuk bahan dasar.

(IACS UR W27 Lampiran A.3.6)

Biro Klasifikasi Indonesia - 2024 Consolidated Edition Halaman A2-3


Machine Translated by Google
Pt 1 Kapal Laut Vol V Peraturan
Material Lampiran 2 Prosedur

Pengelasan Uji Kualifikasi Perbaikan Alat Peraga berbahan Stainless Cast Steel Alloy C.

6. Uji kekerasan

Bagian makro yang mewakili awal pengelasan harus digunakan untuk pengujian kekerasan HV 10. Lekukan harus melintasi 2 mm di
bawah permukaan. Setidaknya tiga lekukan individu harus dibuat pada logam las, HAZ (kedua sisi) dan pada bahan dasar (kedua
sisi). Nilai-nilai tersebut harus dilaporkan sebagai informasi.

(IACS UR W27 Lampiran A.3.7)

7. Pengujian ulang

Jika benda uji gagal memenuhi salah satu persyaratan Lampiran ini, referensi dibuat untuk prosedur pengujian ulang yang diberikan
dalam Peraturan Pengelasan (Pt.1, Vol.VI) Sec.12.F.4.4.

(IACS UR W27 Lampiran A.3.8)

Gambar A2.2: Rakitan Uji Las

Halaman A2-4 Biro Klasifikasi Indonesia - 2024 Consolidated Edition


Machine Translated by Google
Pt 1 Kapal Laut Vol V Peraturan
Material Lampiran 2 Prosedur
Pengelasan Uji Kualifikasi Perbaikan Alat Peraga berbahan Stainless Cast Steel Alloy D.

D. Catatan pengujian

1. Kondisi pengelasan untuk rakitan pengujian dan hasil pengujian harus dicatat dalam kualifikasi prosedur pengelasan. Bentuk
catatan kualifikasi prosedur pengelasan dapat diambil dari Peraturan BKI atau dari standar terkait.

(IACS UR W27 Lampiran A.4.1)

2. Pernyataan hasil penilaian setiap benda uji, termasuk pengujian ulang, harus dibuat untuk setiap catatan kualifikasi prosedur
pengelasan. Item relevan yang terdaftar untuk WPS harus disertakan.

(IACS UR W27 Lampiran A.4.2)

3. Catatan kualifikasi prosedur pengelasan ditandatangani oleh Surveyor yang menyaksikan pengujian dan dicantumkan tanda
pengenal BKI.

(IACS UR W27 Lampiran A.4.3)

E. Rentang persetujuan

1. Umum

Semua kondisi validitas yang dinyatakan di bawah ini harus dipenuhi secara independen satu sama lain. Perubahan di luar rentang
yang ditentukan memerlukan pengujian prosedur pengelasan baru.

(IACS UR W27 Lampiran A.5.1)

Kualifikasi WPS yang diperoleh pabrikan berlaku untuk pengelasan di bengkel atau lokasi di bawah kendali teknis dan kualitas
yang sama dengan pabrikan tersebut.

2. Logam dasar

Rentang persetujuan untuk baling-baling cor baja terbatas pada tingkat baja yang diuji.

(IACS UR W27 Lampiran A.5.2)

3. Ketebalan

Kualifikasi WPS yang dilaksanakan pada rakitan las dengan ketebalan t berlaku untuk kisaran ketebalan yang diberikan pada
Tabel A2.2.

(IACS UR W27 Lampiran A.5.3)

Tabel A2.2: Kisaran kualifikasi ketebalan

Ketebalan benda uji, t (mm) Rentang persetujuan

15 < t ÿ 30 3 mm hingga 2t

t > 30 0,5t sampai 2t atau 200 mm, mana saja yang lebih besar

4. Posisi pengelasan

Persetujuan untuk tes yang dilakukan pada posisi apa pun terbatas pada posisi itu.

(IACS UR W27 Lampiran A.5.4)

5. Proses pengelasan

Persetujuan ini hanya berlaku untuk proses pengelasan yang digunakan dalam pengujian prosedur pengelasan. Proses sekali jalan tidak
memenuhi syarat uji las butt multi-jalan yang digunakan dalam Lampiran ini.

(IACS UR W27 Lampiran A.5.5.1)

Biro Klasifikasi Indonesia - 2024 Consolidated Edition Halaman A2-5


Machine Translated by Google
Pt 1 Kapal Laut Vol V Peraturan
Material Lampiran 2 Prosedur

Pengelasan Uji Kualifikasi Perbaikan Alat Peraga berbahan Stainless Cast Steel Alloy E.

6. Logam pengisi

Persetujuan ini hanya berlaku untuk logam pengisi yang digunakan dalam uji prosedur pengelasan.

(IACS UR W27 Lampiran A.5.6)

7. Masukan panas

Batas atas masukan panas yang disetujui adalah 15% lebih besar dari yang digunakan dalam pengelasan benda uji.

Batas bawah masukan panas yang disetujui adalah 15% lebih rendah dari yang digunakan dalam pengelasan benda uji.

(IACS UR W27 Lampiran A.5.7)

8. Pemanasan awal dan suhu interpass

Suhu pemanasan awal minimum tidak boleh kurang dari suhu yang digunakan dalam uji kualifikasi.

Suhu interpass maksimum tidak boleh lebih tinggi dari suhu yang digunakan dalam uji kualifikasi.

(IACS UR W27 Lampiran A.5.8)

9. Perlakuan panas pasca pengelasan

Perlakuan panas yang digunakan dalam uji kualifikasi harus ditentukan dalam pWPS. Waktu penahanan dapat disesuaikan dengan
fungsi ketebalan.

(IACS UR W27 Lampiran A.5.9)

Halaman A2-6 Biro Klasifikasi Indonesia - 2024 Consolidated Edition


Machine Translated by Google

Pt 1 Kapal Laut
Vol V Aturan Materi
Lampiran 3 Proses Uji. untuk Kualifikasi Kor. Melawan. Baja untuk Tangki Minyak Kargo di Kapal Tanker Minyak Mentah

Lampiran 3 Tata Cara Uji Kualifikasi


Baja Tahan Korosi untuk Tangki Minyak Kargo
di Kapal Tanker Minyak Mentah

A. . ....
Ruang lingkup . . ... . . ... . . ... . . ... . . ... . .... . .... . A3-1
B. Pengujian . . . . . . ... . . ... . . ... . . ... . . ... . .... . .... . A3-1

A. Ruang Lingkup

Prosedur ini memberikan rincian prosedur pengujian sebagaimana dimaksud dalam Bagian 4, B.1.5 Peraturan ini.

B.Pengujian

Baja tahan korosi harus diverifikasi dengan pengujian berikut.

1. Uji Simulasi Kondisi Dek Atas


1.1 Kondisi Pengujian

Pengujian pada simulasi kondisi dek atas di tangki minyak kargo (COT) harus memenuhi hal-hal berikut ini
kondisi:
1.1.1 Baja tahan korosi dan baja konvensional harus diuji pada waktu yang bersamaan.

1.1.2 Komposisi kimia baja konvensional harus memenuhi persyaratan Tabel A3.1.
Sifat mekanik benda uji harus mewakili baja yang digunakan sesuai tujuannya
aplikasi kapal.

Tabel A3.1: Komposisi kimia untuk baja konvensional (%)


Al
C MN Dan P S Nbmax Vmax
(larut dalam asam) min

0,13 – 0,17 1,00 – 1,20 0,15 – 0,35 0,010 – 0,020 0,002 – 0,008 0,015 0,02 0,1

Timaks (Nb+V+Ti)maks Cumax Klimaks Nimax Momax Maks lainnya

0,02 0,12 0,1 0,1 0,1 0,02 0,02 (masing-masing)

1.1.3 Pengujian baja tahan korosi harus dilakukan selama 21, 49, 77 dan 98 hari. Tes untuk
baja konvensional harus dilakukan selama 98 hari. Pengujian sambungan las harus dilakukan untuk 98
hari.
1.1.4 Harus ada lima benda uji untuk setiap periode pengujian
1.1.5 Ukuran setiap benda uji adalah 25 ± 1 mm x 60 ± 1 mm x 5 ± 0,5 mm. Permukaan benda uji
harus dipoles dengan kertas ampelas #600. Ukuran benda uji sambungan las adalah 25 ± 1 mm x 60
± 1 mm x 5 ± 0,5 mm, termasuk lebar bagian logam las 15 ± 5 mm.

Biro Klasifikasi Indonesia - 2024 Consolidated Edition Halaman A3-1


Machine Translated by Google
Pt 1 Kapal Laut Vol V Aturan
Material Lampiran 3 Uji Proc. untuk

Kualifikasi Kor. Melawan. Baja untuk Tangki Minyak Kargo di Kapal Tanker Minyak Mentah B.

Gambar A3.1: Benda uji untuk uji korosi

1.1.6 Permukaan benda uji, kecuali permukaan uji, harus dilindungi dari lingkungan korosif agar tidak mempengaruhi hasil
pengujian.

1.1.7 Peralatan uji terdiri dari ruang ganda, dan suhu ruang luar harus dikontrol.

1.1.8 Mensimulasikan kondisi dek atas sebenarnya, siklus pengujian dijalankan dengan air suling dan simulasi gas COT (4 ± 1%
O2 - 13 ± 2% CO2 - 100 ± 10 ppm SO2 - 500 ± 50 ppm H2S - 83 ± 2% N2).
Jarak yang cukup antara permukaan benda uji dan air suling harus dijaga untuk menghindari percikan air suling. Laju aliran gas
minimum adalah 100 cc per menit selama 24 jam pertama dan 20 cc per menit setelah 24 jam.

1.1.9 Benda uji harus dipanaskan selama 19 ± 2 jam pada 50 ± 2 ÿC dan 3 ± 2 jam pada 25 ± 2 ÿC dan waktu transisi minimal 1
jam. Waktu yang diperlukan untuk 1 siklus adalah 24 jam. Suhu air suling harus dijaga tidak lebih tinggi dari 36ÿC, sedangkan
suhu benda uji adalah 50ÿC.

Gambar A3.2: Contoh peralatan uji korosi yang disimulasikan untuk dek atas

1.2 Hasil Pengujian Logam Dasar

Sebelum pengujian, data pengukuran berikut harus dilaporkan:

— Ukuran dan berat benda uji;

dan, setelah pengujian, data pengukuran berikut harus dilaporkan:

— Penurunan berat (selisih antara berat awal dan berat setelah pengujian) baja konvensional (WC)
dan baja tahan korosi (W21, W49, W77 dan W98);

Halaman A3-2 Biro Klasifikasi Indonesia - 2024 Consolidated Edition


Machine Translated by Google
Pt 1 Kapal Laut
Vol V Aturan Materi
B.
Lampiran 3 Proses Uji. untuk Kualifikasi Kor. Melawan. Baja untuk Tangki Minyak Kargo di Kapal Tanker Minyak Mentah

— Hilangnya korosi pada baja konvensional (CLC) dan baja tahan korosi (CL21, CL49, CL77 dan CL98),
dihitung dengan rumus berikut:

10 × WC
CLC(mm) =
S×D

10 x W21
CL21(mm) =
S×D

10 x L49
CL49(mm) =
S×D

10 x L77
CL77(mm) =
S×D

10 x W98
CL98(mm) =
S×D

dimana:

WC = penurunan berat baja konvensional (g) (rata-rata lima benda uji)


W21= penurunan berat baja tahan korosi setelah 21 hari (g) (rata-rata lima benda uji)
W49 = penurunan berat baja tahan korosi setelah 49 hari (g) (rata-rata lima benda uji)
W77 = penurunan berat baja tahan korosi setelah 77 hari (g) (rata-rata lima benda uji)
W98 = penurunan berat baja tahan korosi setelah 98 hari (g) (rata-rata lima benda uji)
= luas permukaan (cm2 )
D = massa jenis (g/cm3 )
S

Pengujian dianggap dilakukan dengan tepat jika CLC antara 0,05 dan 011 (laju korosi adalah
antara 0,2 dan 0,4 mm/tahun). Konsentrasi H2S dalam simulasi gas COT dapat ditingkatkan
menyesuaikan CLC;

— Koefisien A dan B baja tahan korosi, dihitung dari hasil pengujian untuk 21, 49, 77 dan 98
hari dengan metode kuadrat terkecil.

Hilangnya korosi pada baja tahan korosi digambarkan sebagai berikut:

CL = SEBUAH×t B

A(mm) dan B = koefisien


T = masa ujian (hari);

— Perkiraan kerugian korosi setelah 25 tahun (ECL) dihitung dengan rumus berikut:

ECL (mm) = A×(25 ×365)B

1.3 Hasil Uji Sambungan Las

Batas permukaan antara logam dasar dan logam las harus diamati dengan mikroskop sebanyak 1000 kali
pembesaran.

1.4 Kriteria Penerimaan

Hasil pengujian berdasarkan ketentuan 1.2 dan 1.3 harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

— ECL(mm) ÿ 2 (untuk logam tidak mulia); Dan

— tidak ada permukaan terputus-putus (misalnya, langkah) antara logam dasar dan logam las (untuk sambungan las).

Biro Klasifikasi Indonesia - 2024 Consolidated Edition Halaman A3-3


Machine Translated by Google
Pt 1 Kapal Laut Vol V Aturan
Material Lampiran 3 Uji Proc. untuk

Kualifikasi Kor. Melawan. Baja untuk Tangki Minyak Kargo di Kapal Tanker Minyak Mentah B.

1.5 Laporan pengujian

Laporan pengujian harus mencakup informasi berikut:

— nama pabrikan;

— tanggal ujian;

— komposisi kimia dan proses baja yang tahan korosi;

— hasil tes menurut 1.2 dan 1.3; Dan

— penilaian menurut 1.4.

2. Uji pada Simulasi Kondisi Bawah Bagian Dalam

2.1 Kondisi Pengujian

Pengujian pada simulasi kondisi dasar bagian dalam di tangki minyak kargo (COT) harus memenuhi setiap kondisi berikut:

2.1.1 Pengujian harus dilakukan selama 72 jam untuk logam tidak mulia, dan 168 jam untuk sambungan las.

2.1.2 Setidaknya terdapat lima benda uji baja tahan korosi untuk logam dasar dan sambungan las. Sebagai perbandingan,
setidaknya lima benda uji logam dasar baja konvensional harus diuji dalam kondisi yang sama.

2.1.3 Ukuran tiap benda uji adalah 25 ± 1 mm x 60 ± 1 mm x 5 ± 0,5 mm untuk benda uji dengan logam dasar saja, dan 25 ± 1
mm x 60 ± 1 mm x 5 ± 0, 5 mm untuk spesimen dengan sambungan las termasuk bagian logam las dengan lebar 15 ± 5 mm
seperti ditunjukkan pada Gambar A3.3. Permukaan benda uji harus dipoles dengan kertas ampelas #600, kecuali lubang untuk
menggantung.

Gambar A3.3: Benda uji untuk uji korosi

2.1.4 Sampel digantung dalam larutan dari tali pancing (diameter 0,3 mm hingga 0,4 mm, terbuat dari nilon) untuk menghindari
korosi seperti celah dan/atau lokal. Contoh konfigurasi uji korosi ditunjukkan pada Gambar A3.4.

Halaman A3-4 Biro Klasifikasi Indonesia - 2024 Consolidated Edition


Machine Translated by Google
Pt 1 Kapal Laut Vol V Aturan
Material Lampiran 3 Uji Proc.
untuk Kualifikasi Kor. Melawan. Baja untuk Tangki Minyak Kargo di Kapal Tanker Minyak Mentah B.

2.1.5 Larutan uji mengandung 10% massa NaCl dan pH-nya 0,85 disesuaikan dengan larutan HCl. Larutan uji harus diganti
dengan yang baru setiap 24 jam untuk meminimalkan perubahan pH larutan uji. Volume larutan lebih dari 20 cc/cm2 (luas
permukaan benda uji). Suhu larutan uji harus dijaga pada 30 ± 2 ÿC.

Gambar A3.4: Benda uji untuk uji korosi

2.2 Hasil Pengujian Logam Dasar

Sebelum pengujian, data berikut harus diukur dan dilaporkan:

— Ukuran dan berat benda uji;

dan, setelah pengujian, data pengukuran berikut harus dilaporkan:

— Penurunan berat badan (perbedaan antara berat awal dan berat setelah pengujian);

— Laju korosi (CR) dihitung dengan rumus berikut:

365(hari) × 24(jam) × L × 10
CR (mm/tahun) =
S × 72 (jam) × D
dimana:
DI DALAM
= susut berat (g), =
S luas permukaan (cm2 ) =
D massa jenis (g/cm3 )

— Untuk mengidentifikasi spesimen yang mempunyai celah dan/atau korosi lokal, CR harus diplot pada grafik statistik distribusi
normal. Kr. data yang menyimpang dari distribusi statistik normal harus dihilangkan dari hasil pengujian. Contohnya
ditunjukkan pada Gambar. A3.5 untuk referensi;

— Perhitungan rata-rata data CR (CRave):

Biro Klasifikasi Indonesia - 2024 Consolidated Edition Halaman A3-5


Machine Translated by Google
Pt 1 Kapal Laut Vol V Aturan
Material Lampiran 3 Uji Proc. untuk

Kualifikasi Kor. Melawan. Baja untuk Tangki Minyak Kargo di Kapal Tanker Minyak Mentah B.

Gambar A3.5: Contoh plot CR pada grafik distribusi normal (Dalam hal ini data CR • harus ditinggalkan dan dihilangkan.)

2.3 Hasil Uji Sambungan Las

Batas permukaan antara logam dasar dan logam las harus diamati dengan mikroskop dengan perbesaran 1000 kali.

2.4 Kriteria Penerimaan

Hasil pengujian berdasarkan 2.2 dan 2.3 harus memenuhi kriteria berikut:

— CRave (mm/tahun) ÿ 1,0 (untuk logam tidak mulia); Dan

— tidak ada permukaan terputus-putus (misalnya, langkah) antara logam dasar dan logam las (untuk sambungan las).

2.5 Laporan Uji

Laporan pengujian harus mencakup informasi berikut:

— nama pabrikan;

— tanggal ujian;

— komposisi kimia dan proses baja yang tahan korosi;

— hasil tes menurut 2.2 dan 2.3; Dan

— penilaian menurut 2.4.

Halaman A3-6 Biro Klasifikasi Indonesia - 2024 Consolidated Edition


Machine Translated by Google

Pt 1 Kapal Laut
Vol V Aturan Materi
Lampiran 4 Metode Pengujian Ketangguhan Retak Rapuh, Kca

Lampiran 4 Metode Uji Penangkapan Retak Rapuh


Ketangguhan, Kca
A. Ruang lingkup . . .... . ... . . ... . . ... . . ... . . ... . .... . .... . A4-1
B. Prosedur pengetesan . . ... . . ... . . ... . . ... . .... . .... . .... . A4-1
C. Penentuan Kca pada Suhu Tertentu dan Evaluasinya .. . . ... . . A4-1

A. Ruang Lingkup

ISO 20064: 2019 memberikan metode pengujian untuk penentuan ketangguhan penahan retak getas pada baja
dengan menggunakan pelat lebar dengan gradien suhu. Lampiran ini menetapkan prosedur pengujian retak getas
ketangguhan penangkapan (yaitu Kca) baja menggunakan parameter mekanika patah dan metode penentuan Kca
pada suhu tertentu yang ditentukan dalam ISO 20064:2019. Selain itu, Lampiran ini menetapkan
metode evaluasi Kca pelat uji. Lampiran ini berlaku untuk baja struktural lambung dengan ketebalan
lebih dari 50 mm dan tidak lebih besar dari 100 mm yang ditentukan dalam Sec. 4, B. dan L.

B. Prosedur Pengujian

Prosedur pengujian meliputi alat pengujian, benda uji, metode pengujian, penentuan penangkapan
ketangguhan, pelaporan hasil pengujian, dll harus sesuai dengan ISO 20064:2019. Sebagai metode untuk
memulai retak getas, mekanisme pembebanan sekunder dapat digunakan sesuai dengan Lampiran D ISO
20064:2019, kecuali kalimat pertama pada Lampiran B.2.4 ISO 20064:2019 direvisi menjadi “Dapatkan
nilai {Kca/[K0 ÿ exp(–c/TcaK)]} untuk setiap titik data”.

C. Penentuan Kca pada Suhu Tertentu dan Evaluasinya

1. Metode

Cara melakukan beberapa pengujian untuk mendapatkan nilai Kca pada temperatur tertentu harus sesuai
dengan Lampiran B ISO 20064: 2019.

2. Evaluasi

Perkiraan garis lurus plot Arrhenius untuk data Kca valid dengan metode interpolasi harus memenuhi
dengan yang berikut 1) atau 2):

1) Suhu evaluasi Kca (yaitu - 10 derajat C) terletak di antara batas atas dan bawah
suhu penangkapan, dengan Kca yang sesuai dengan suhu evaluasi tidak lebih rendah dari
Kca yang dibutuhkan (misalnya 6000 N/mm3/2 atau 8000 N/mm3/2 ), seperti ditunjukkan pada Gambar A4.1.

2) Suhu yang sesuai dengan Kca yang dibutuhkan (misalnya 6000 N/mm3/2 atau 8000 N/mm3/2 ) terletak
antara batas atas dan bawah suhu penangkapan, dengan suhu yang sesuai
ke Kca yang diperlukan tidak lebih tinggi dari suhu evaluasi (yaitu -10 derajat C), seperti yang ditunjukkan pada Gambar.
A4.2.

Biro Klasifikasi Indonesia - 2024 Consolidated Edition Halaman A4-1


Machine Translated by Google
Bagian 1 Kapal Laut
Vol V Aturan Materi
Lampiran 4 Metode Pengujian Ketangguhan Retak Rapuh, Kca C.

Gambar A4.1: Contoh evaluasi Kca pada -10 derajat C

Gambar A4.2: Contoh evaluasi suhu yang sesuai dengan Kca yang dibutuhkan

Jika kedua angka 1) dan 2) di atas tidak terpenuhi, lakukan pengujian tambahan untuk memenuhi kondisi ini.

Halaman A4-2 Biro Klasifikasi Indonesia - 2024 Consolidated Edition


Machine Translated by Google
Pt 1 Kapal Laut
Vol V Aturan Bahan
Lampiran 5 Garis Besar Persyaratan Melakukan Uji Suhu Penangkapan Retak (CAT) Iso-termal

Lampiran 5 Garis Besar Persyaratan untuk Melakukan


Suhu Penangkapan Retak Iso-termal (CAT)
Tes
A. Lingkup aplikasi . . . . ... . . ... . .... . .... . . . . . . . . . . . A5-1
B. Simbol dan Maknanya . . . .... . .... . .... . . . . . . . . . . . A5-1
C. Mencoba peralatan . . . . . ... . . ... . .... . .... . . . . . . . . . . . A5-1
D. Spesimen uji . . ... . . ... . . ... . . ... . .... . . . . . . . . . . . A5-2
DAN. Metode pengujian . . . ... . . ... . . ... . . ... . .... . . . . . . . . . . . A5-5
F. Pengukuran setelah Tes dan Penilaian Validasi Tes . . . . . . . . . . . . . . A5-8
G. Keputusan “menangkap” atau “menyebarkan” . . . . . . . . . .... . . . . . . . . . . . A5-9
H. Pelaporan Uji T, Tarrest dan . . . . . . . . . . .... . . . . . . . . . . . A5-9
SAYA.
Penentuan CAT . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ... . . . . . . . . . . . A5-10
J. Penggunaan tes untuk pengujian kualifikasi materi . . . . . . .... . . . . . . . . . . . A5-11

A. Ruang Lingkup Penerapan

1. Lampiran ini diterapkan sesuai dengan ruang lingkup yang ditentukan dalam Bagian 4, L.
2. Lampiran ini menetapkan persyaratan prosedur pengujian dan kondisi pengujian saat menggunakan
uji penahan retak isotermal untuk menentukan hasil pengujian yang valid dalam kondisi isotermal dan agar
menetapkan suhu penahan retak (CAT). Lampiran ini berlaku untuk baja dengan ketebalan lebih dari 50 mm
dan tidak lebih besar dari 100 mm.

3. Metode ini menggunakan suhu isotermal pada benda uji yang dievaluasi. Kecuali
ditentukan dalam Lampiran ini, parameter pengujian lainnya harus sesuai dengan ISO 20064: 2019.
4. Tabel 4.28 memberikan persyaratan yang relevan untuk sifat penahan retak getas yang dijelaskan oleh retakan tersebut
suhu penangkapan (CAT).
5. Produsen wajib menyerahkan prosedur pengujian kepada BKI untuk ditinjau sebelum pengujian.

B. Simbol dan Maknanya


Tabel A5.1 melengkapi Tabel 1 dalam ISO 20064:2019 dengan simbol khusus untuk uji isotermal.

C.Peralatan Pengujian
1. Peralatan uji yang digunakan harus berjenis hidrolik dengan kapasitas yang cukup untuk memberikan gaya tarik
beban setara dengan ÿ SMYS dari mutu baja yang akan disetujui.
2. Sistem kendali suhu harus dilengkapi untuk menjaga suhu di wilayah yang ditentukan
spesimen dalam jarak ± 2 ÿC dari Ttarget.
3. Metode untuk memulai retak getas dapat berupa tipe beban jatuh, tipe senapan angin, atau tab tegangan ganda
jenis pelat.
4. Persyaratan rinci peralatan pengujian harus sesuai dengan ISO 20064:2019.

Biro Klasifikasi Indonesia - 2024 Consolidated Edition Halaman A5-1


Machine Translated by Google
Pt 1 Kapal Laut
Vol V Aturan Bahan
Lampiran 5 Garis Besar Persyaratan Melakukan Uji Suhu Penangkapan Retak (CAT) Iso-termal D.

Tabel A5.1: Nomenklatur tambahan pada Tabel 1 dalam ISO 20064: 2019

Simbol Satuan Makna


T mm Ketebalan benda uji
L mm Panjang benda uji
DI DALAM mm Lebar benda uji

amn mm Panjang takik yang dikerjakan pada tepi spesimen

LSG mm Panjang alur samping pada permukaan samping dari tepi spesimen. LSG adalah
didefinisikan sebagai panjang alur dengan kedalaman konstan kecuali bagian melengkung
secara mendalam di ujung alur samping.

dSG mm Kedalaman alur samping pada bagian dengan kedalaman konstan

LEB-min mm Panjang minimum antara tepi spesimen dan berkas elektron


zona peleburan kembali depan

LEB–s1,–s2 mm Panjang antara tepi spesimen dan zona peleburan kembali berkas elektron
depan muncul di kedua permukaan sisi spesimen

LLTG mm Panjang zona gradien suhu lokal untuk landasan retak getas

penangkapan mm Panjang retakan yang tertahan

sasaran °C Suhu uji target

tes °C Suhu pengujian yang ditentukan

Tarrest °C Suhu pengujian target di mana perilaku penangkapan retak getas yang valid berada
diamati

P N/mm2 Tegangan uji yang diterapkan pada penampang W xt


SMYS N/mm2 Kekuatan luluh minimum yang ditentukan dari mutu baja yang diuji
disetujui
KUCING °C Suhu penangkapan retak, suhu terendah, Tarrest, di mana
retakan rapuh yang sedang berjalan ditahan

D. Benda uji

1. Inisiasi retakan tipe dampak

1.1 Benda uji harus sesuai dengan ISO 20064:2019, kecuali ditentukan lain dalam ini
Mencaplok.

1.2 Dimensi spesimen ditunjukkan pada Gambar A5.1. Lebar benda uji, W harus 500 mm. Ujian
panjang spesimen, L harus sama dengan atau lebih besar dari 500 mm.

1.3 Takik berbentuk V untuk permulaan retak getas dikerjakan pada tepi spesimen sisi tumbukan. Itu
panjang takik keseluruhan yang dikerjakan harus sama dengan 29 mm dengan rentang toleransi ±1 mm.

1.4 Persyaratan alur samping dijelaskan pada 4.

Halaman A5-2 Biro Klasifikasi Indonesia - 2024 Consolidated Edition


Machine Translated by Google
Pt 1 Kapal Laut Vol V
Peraturan Material Lampiran 5
Garis Besar Persyaratan Melakukan Uji Iso-termal Crack Arrest Temperature (CAT) D.

Gambar A5.1: Dimensi benda uji untuk benda uji tipe tumbukan

Catatan:

Jari-jari takik potongan gergaji dapat dikerjakan dalam kisaran 0,1 mmR dan 1 mmR untuk mengontrol inisiasi retak getas
pada pengujian.

2. Inisiasi retak tipe tegangan ganda

2.1 Referensi harus dibuat pada ISO 20064: 2019 untuk bentuk dan ukuran pada tab pembebanan sekunder dan metode
pembebanan sekunder untuk inisiasi retak getas.

2.2 Dalam pengujian tipe tegangan ganda, pelat tab pembebanan sekunder dapat dikenakan pendinginan lebih lanjut untuk
meningkatkan permulaan retak getas yang mudah.

3. Pengaturan zona yang rapuh

3.1 Zona getas harus diterapkan untuk memastikan timbulnya retakan getas yang berjalan. Pengelasan Berkas Elektron (EBW)
atau Gradien Suhu Lokal (LTG) dapat diterapkan untuk memfasilitasi zona yang rapuh.

3.2 Dalam penggetasan EBW, pengelasan berkas elektron diterapkan sepanjang jalur perambatan retak awal yang diharapkan,
yaitu garis tengah benda uji di depan V-notch yang dikerjakan.

3.3 Penetrasi menyeluruh melalui ketebalan spesimen diperlukan di sepanjang zona getas.
Penetrasi EBW satu sisi lebih disukai, namun penetrasi EB dua sisi juga dapat diterapkan bila daya EBW tidak cukup untuk
mencapai penetrasi lengkap oleh EBW satu sisi.

3.4 Penggetasan EBW direkomendasikan untuk disiapkan sebelum pemesinan kontur spesimen.

3.5 Dalam penggetasan EBW, zona harus memiliki kualitas yang sesuai.

Catatan:

EBW terkadang berperilaku tidak stabil pada titik awal dan akhir. Garis EBW direkomendasikan untuk dimulai dari sisi
ujung zona getas ke tepi spesimen dengan kontrol daya yang meningkat atau cara go/ return pada titik awal untuk menjaga
kestabilan EBW.

3.6 Dalam sistem LTG, gradien suhu lokal yang ditentukan antara ujung takik mesin dan wilayah pengujian isotermal diatur setelah
kontrol suhu isotermal. Pengendalian suhu LTG harus dicapai sesaat sebelum timbulnya retak getas, namun gradien suhu yang
stabil sepanjang ketebalan harus dipastikan.

Biro Klasifikasi Indonesia - 2024 Consolidated Edition Halaman A5-3


Machine Translated by Google
Pt 1 Kapal Laut Vol V Peraturan
Material Lampiran 5 Garis Besar

Persyaratan Melakukan Uji Iso-termal Crack Arrest Temperature (CAT) D.

4. Alur samping

4.1 Alur samping pada permukaan samping dapat dikerjakan sepanjang zona getas untuk menjaga agar perambatan retak getas
tetap lurus. Alur samping harus dikerjakan dalam kasus tertentu sebagaimana ditentukan dalam Bagian ini.

4.2 Dalam penggetasan EBW, alur samping tidak wajib dilakukan. Penggunaan EBW menghindari bibir geser.
Akan tetapi, bila bibir geser terlihat jelas pada spesimen yang retak, misalnya bibir geser dengan ketebalan lebih dari 1 mm pada
kedua sisi, maka alur samping harus dibuat untuk menekan bibir geser.

4.3 Dalam penggetasan LTG, alur samping wajib dilakukan. Alur samping dengan bentuk dan ukuran yang sama harus dikerjakan
pada kedua permukaan sisi.

4.4 Panjang alur samping, LSG tidak boleh lebih pendek dari jumlah panjang zona getas yang disyaratkan.

4.5 Ketika alur samping akan dipasang, kedalaman alur samping, jari-jari ujung dan sudut terbuka tidak diatur, namun dipilih secara
memadai untuk menghindari bibir geser dengan ketebalan lebih dari 1 mm di kedua sisi. Contoh dimensi alur samping ditunjukkan
pada Gambar A5.2.

4.6 Ujung alur samping harus dikerjakan untuk membuat kedalaman alur secara bertahap menjadi dangkal dengan kelengkungan
lebih besar atau sama dengan kedalaman alur, dSG. Panjang alur samping, LSG didefinisikan sebagai panjang alur dengan
kedalaman konstan kecuali kedalaman bagian melengkung di ujung alur samping.

5. Panjang nominal zona getas

5.1 Panjang zona getas harus paling sedikit 150 mm.

5.2 Panjang zona EBW diatur oleh tiga pengukuran pada permukaan rekahan setelah pengujian seperti ditunjukkan pada Gambar.
A5.3, LEB–min antara tepi spesimen dan garis depan EBW, serta LEB–s1 dan LEB–s2.

Gambar A5.2: Konfigurasi dan dimensi alur samping

Gambar A5.3: Definisi panjang EBW

Halaman A5-4 Biro Klasifikasi Indonesia - 2024 Consolidated Edition


Machine Translated by Google
Pt 1 Kapal Laut Vol V
Peraturan Material Lampiran 5
Garis Besar Persyaratan Melakukan Uji Iso-termal Crack Arrest Temperature (CAT) E.

5.3 Panjang minimum antara tepi spesimen dan garis depan EBW, LEB-min tidak boleh lebih kecil dari 150 mm. Namun, hal ini
dapat diterima bahkan jika LEB–min tidak lebih kecil dari 150 mm-0,2t, dimana t adalah ketebalan spesimen. Jika LEB–min lebih
kecil dari 150 mm, margin keamanan suhu harus dipertimbangkan dalam uji T (lihat H.1.2).

5.4 Dua lainnya adalah panjang antara tepi spesimen dan bagian depan EBW yang muncul pada kedua permukaan
samping, yang dilambangkan dengan LEB–s1 dan LEB–s2. LEB –s1 dan LEB–s2 harus tidak lebih kecil dari 150 mm.

5.5 Dalam sistem LTG, LLTG ditetapkan sebagai 150 mm.

6. Detail pelat tab / pin chuck dan pengelasan benda uji ke pelat tab

6.1 Konfigurasi dan ukuran pelat tab dan pin chuck harus mengacu pada ISO 20064: 2019. Distorsi pengelasan pada spesimen
terintegrasi yang dilas dengan spesimen, pelat tab, dan pin chuck juga harus memenuhi persyaratan dalam ISO 20064: 2019.

E.Metode pengujian

1. Pramuat

Pemuatan awal pada suhu kamar dapat diterapkan untuk menghindari timbulnya retakan getas yang tidak terduga pada pengujian.
Nilai beban yang diterapkan tidak boleh lebih besar dari tegangan uji. Preloading dapat diterapkan pada suhu yang lebih tinggi
dari suhu lingkungan ketika diperkirakan akan terjadi retakan getas pada proses preloading. Namun, spesimen tidak boleh terkena
suhu lebih tinggi dari 100ÿC.

2. Pengukuran dan kontrol suhu

2.1 Rencana kendali suhu yang menunjukkan jumlah dan posisi termokopel harus sesuai dengan bagian ini.

2.2 Termokopel harus dipasang pada kedua sisi benda uji dengan interval maksimum lebar keseluruhan 50 mm dan arah
memanjang pada posisi tengah benda uji (0,5 W) dalam kisaran ±100 mm dari garis tengah dalam arah memanjang, lihat Gambar
A5.4.

Gambar A5.4: Lokasi pengukuran suhu

2.3 Untuk penggetasan EBW

2.3.1 Suhu termokopel pada kisaran 0,3W ÿ 0,7W baik dalam arah lebar maupun memanjang harus dikontrol dalam ± 2 ÿC dari
suhu pengujian target, Ttarget.

2.3.2 Ketika semua suhu terukur pada kisaran 0,3W ÿ 0,7W telah mencapai Ttarget, kontrol suhu stabil harus dipertahankan
setidaknya selama 10 + 0,1 xt [mm] menit untuk memastikan distribusi suhu seragam hingga pertengahan ketebalan sebelum
menerapkan beban uji.

Biro Klasifikasi Indonesia - 2024 Consolidated Edition Halaman A5-5


Machine Translated by Google
Pt 1 Kapal Laut Vol V Peraturan
Material Lampiran 5 Garis Besar

Persyaratan Melakukan Uji Iso-termal Crack Arrest Temperature (CAT) E.

2.3.3 Ujung takik mesin dapat didinginkan secara lokal untuk memulai retakan getas dengan mudah. Meskipun demikian,
pendinginan lokal tidak boleh mengganggu kontrol suhu stabil pada kisaran 0,3W ÿ 0,7W.

2.4 Untuk penggetasan LTG:

2.4.1 Dalam sistem LTG, selain pengukuran suhu yang ditunjukkan pada Gambar A5.4, diperlukan pengukuran suhu tambahan
pada ujung takik mesin, A0 dan B0 . Posisi termokopel dalam zona LTG ditunjukkan pada Gambar A5.5.

Gambar A5.5: Detail zona LTG dan termokopel tambahan A0

2.4.2 Suhu termokopel pada kisaran 0,3W ÿ 0,7W baik dalam arah lebar maupun memanjang harus dikontrol dalam ± 2 ÿC dari
suhu pengujian target, Ttarget. Namun pengukuran suhu pada 0,3W (lokasi A3 dan B3) harus sesuai dengan 2.4.6 di bawah.

2.4.3 Setelah semua suhu terukur pada kisaran 0,3W ÿ 0,7W telah mencapai target T, kontrol suhu stabil harus dipertahankan
setidaknya selama 10 + 0,1 xt [mm] menit untuk memastikan distribusi suhu seragam hingga pertengahan -ketebalan, kemudian
beban uji diterapkan.

2.4.4 LTG dikendalikan oleh pendinginan lokal di sekitar ujung takik mesin. Profil LTG harus dicatat dengan pengukuran suhu
dari A0 hingga A3 yang ditunjukkan pada Gambar A5.6.

2.4.5 Zona LTG terbentuk berdasarkan gradien suhu di tiga zona, Zona I, Zona II, dan Zona III. Kisaran yang dapat diterima
untuk setiap gradien suhu tercantum pada Tabel A5.2.

2.4.6 Pengukuran suhu di A2, B2 dan A3, B3 harus memenuhi persyaratan berikut:

T di A3, T di B3 < Ttarget–2 ÿC

T pada A2 < T pada A3–5 ÿC

T pada B2 < T pada B3–5 ÿC

2.4.7 Tidak ada persyaratan untuk T pada A0 dan T pada suhu A1 bila T pada A3 dan T pada A2 memenuhi persyaratan di atas.
Wajah B juga sama.

Halaman A5-6 Biro Klasifikasi Indonesia - 2024 Consolidated Edition


Machine Translated by Google
Pt 1 Kapal Laut
Vol V Aturan Bahan
Lampiran 5 Garis Besar Persyaratan Melakukan Uji Suhu Penangkapan Retak (CAT) Iso-termal E.

2.4.8 Suhu dari A0, B0 hingga A3, B3 harus ditentukan pada tahap perencanaan pengujian, lihat Tabel
A5.2 yang memberikan gradien suhu yang direkomendasikan di tiga zona, Zona I, Zona II dan Zona III di
zona LTG.

Gambar A5.6: Skema profil gradien suhu di zona LTG

Tabel A5.2: Kisaran LTG yang dapat diterima

Daerah Lokasi dari tepi Kisaran gradien suhu yang dapat diterima
Zona I 29mm – 50mm 2,00 °C/mm – 2,30 °C/mm
Zona II 50mm – 100mm 0,25 °C/mm – 0,60 °C/mm
Zona III 1) 100mm – 150mm 0,10 °C/mm – 0,20 °C/mm

Catatan 1: Pengaturan Zona III bersifat wajib

2.4.9 Profil suhu di zona LTG yang disebutkan di atas harus dipastikan setidaknya setelah waktu penahanan
selama 10 + 0,1 xt [mm] menit untuk memastikan distribusi suhu yang seragam hingga ketebalan tengah sebelum rapuh
inisiasi retak.

2.4.10 Penerimaan LTG dalam pengujian ditentukan dari Tabel A5.2 berdasarkan pengukuran
suhu dari A0 hingga A3.

2.5 Untuk benda uji inisiasi retak tipe tegangan ganda:

2.5.1 Kontrol suhu dan waktu penahanan pada kondisi tunak harus sama dengan EBW
penggetasan yang ditentukan dalam 2.3 atau kasus penggetasan LTG yang ditentukan dalam 2.4.

3. Inisiasi pembebanan dan retak getas

3.1 Sebelum pengujian, suhu pengujian target (Ttarget) harus dipilih.


3.2 Prosedur pengujian harus sesuai dengan ISO 20064: 2019 kecuali tegangan yang diterapkan harus
2
3
SMYS dari kelas baja yang diuji.

3.3 Beban uji harus ditahan pada beban target uji atau lebih tinggi selama minimal 30 detik sebelum retak
inisiasi.

3.4 Retakan getas dapat diawali oleh benturan atau tegangan pelat tab sekunder setelah seluruh suhu
pengukuran dan gaya yang diterapkan dicatat.

Biro Klasifikasi Indonesia - 2024 Consolidated Edition Halaman A5-7


Machine Translated by Google
Pt 1 Kapal Laut Vol V Peraturan
Material Lampiran 5 Garis Besar

Persyaratan Melakukan Uji Iso-termal Crack Arrest Temperature (CAT) F.

F. Pengukuran Setelah Tes dan Penilaian Validasi Tes


1. Inisiasi dan validasi retakan getas

1.1 Jika retak getas terjadi secara spontan sebelum gaya uji tercapai atau waktu penahanan yang ditentukan pada gaya uji tidak
tercapai, maka pengujian tersebut tidak sah.

1.2 Jika retak getas terjadi secara spontan tanpa tumbukan atau tegangan tab sekunder tetapi setelah waktu yang ditentukan pada
gaya uji tercapai, maka pengujian tersebut dianggap sebagai permulaan yang sah. Penilaian validasi jalur retakan dan penampakan
retakan berikut ini harus diperiksa.

2. Pemeriksaan dan validasi jalur crack

2.1 Apabila jalur retak getas pada zona getas menyimpang dari garis EBW atau alur samping pada sistem LTG akibat defleksi retak
dan/atau percabangan retak, maka pengujian tersebut dianggap tidak sah.

2.2 Seluruh jalur retakan dari ujung zona yang mengalami embrittled harus berada dalam kisaran yang ditunjukkan pada Gambar
A5.7. Jika tidak, tes tersebut dianggap tidak valid.

Gambar A5.7: Kisaran jalur perambatan retakan utama yang diijinkan

3. Pemeriksaan permukaan patahan, pengukuran panjang retak dan validasinya

3.1 Permukaan retakan harus diamati dan diperiksa. Retakan “inisiasi” dan “propagasi” harus diperiksa validitasnya dan penilaian
dicatat. Posisi “penangkapan” retakan harus diukur dan dicatat.

3.2 Jika titik pemicu timbulnya retak terdeteksi dengan jelas pada akar alur samping, selain ujung takik V, maka pengujian tersebut
tidak sah.

3.3 Dalam pengaturan penggetasan EBW, panjang zona EBW diukur dengan tiga pengukuran LEB–s1, LEB–s2 dan LEB–min, yang
didefinisikan dalam D.5. Jika salah satu atau kedua LEB–s1 dan LEB–s2 lebih kecil dari 150 mm, pengujian tersebut tidak valid.
Jika LEB–min lebih kecil dari 150 mm - 0,2t, pengujian tersebut tidak valid.

3.4 Jika bibir geser dengan ketebalan lebih dari 1 mm pada kedua sisi dekat permukaan samping zona getas terlihat jelas terlepas
dari benda uji dengan atau tanpa alur samping, maka pengujian tersebut tidak sah.

3.5 Dalam pengaturan penggetasan EBW, penetrasi retakan getas di luar garis depan EBW harus diperiksa secara visual. Jika area
penampakan patah getas yang berlanjut dari garis depan EB tidak terdeteksi, maka pengujian tersebut tidak valid.

Halaman A5-8 Biro Klasifikasi Indonesia - 2024 Consolidated Edition


Machine Translated by Google
Pt 1 Kapal Laut Vol V
Peraturan Material Lampiran 5
Garis Besar Persyaratan Melakukan Uji Iso-termal Crack Arrest Temperature (CAT) G.

3.6 Cacat las pada zona getas EBW harus diperiksa secara visual. Jika terdeteksi, itu harus diukur.
Panjang proyeksi cacat pada garis ketebalan melalui daerah las EB sepanjang jalur retak getas harus diukur, dan rasio total
penempatan bagian cacat yang diproyeksikan terhadap ketebalan total didefinisikan sebagai fraksi garis cacat (Lihat Gambar
A5.8). Jika pecahan garis cacat lebih besar dari 10%, pengujian tersebut tidak valid.

3.7 Dalam penggetasan EBW dengan penetrasi dua sisi, celah pada permukaan rekahan zona embrittle yang disebabkan oleh
pertemuan garis fusi ganda yang tidak tepat terlihat terdeteksi pada garis penetrasi dua sisi yang tumpang tindih, pengujian
tersebut tidak valid.

Gambar A5.8: Prosedur penghitungan pecahan garis cacat

G. Keputusan “menangkap” atau “menyebarkan”

1. Keputusan ujian akhir “menangkap”, “menyebarkan” atau “tidak sah” ditentukan berdasarkan persyaratan 2 sampai 6 berikut.

2. Jika retakan getas yang diawali tertahan dan benda uji yang diuji tidak pecah menjadi dua bagian, maka terjadi patahan
permukaan harus diekspos dengan prosedur yang ditentukan dalam ISO 20064:2019.

3. Apabila benda uji tidak pecah menjadi dua bagian selama pengujian, panjang retakan yang ditahan, hentian harus diukur pada
permukaan retakan. Panjang dari tepi benda uji sisi tumbukan hingga ujung retakan yang ditahan (posisi terpanjang) didefinisikan
sebagai penangkapan.

4. Untuk LTG dan EBW, aarrest harus lebih besar dari LLTG dan LEB–s1, LEB–s2 atau LEB–min. Jika tidak, tes tersebut dianggap
tidak valid.

5. Sekalipun benda uji dipecah menjadi dua bagian selama pengujian, hal ini dapat dianggap sebagai “penahanan” jika timbulnya
kembali retakan getas terlihat jelas. Bahkan pada permukaan patahan yang seluruhnya ditempati oleh patah getas, ketika bagian
permukaan retak getas dari zona getas dikelilingi terus menerus oleh garis sobek ulet tipis, pengujian tersebut dapat dinilai sebagai
perilaku inisiasi ulang. Jika demikian, panjang retakan maksimum pada bagian yang dikelilingi garis sobek dapat diukur sebagai
hentian. Jika inisiasi ulang tidak terlihat jelas, tes tersebut dianggap “menyebar”.

6. Pengujian dinilai sebagai “arrest” jika nilai aarrest tidak lebih besar dari 0,7W. Jika tidak, tes tersebut dinilai “menyebarkan”.

H. Uji T, Penentuan Tarrest dan CAT

1. Penentuan uji

1.1 Harus dipastikan pada catatan pengukuran termokopel bahwa semua pengukuran suhu pada rentang 0,3W ÿ 0,7W baik lebar
maupun arah memanjang berada dalam kisaran Ttarget ± 2 ÿC pada getas

Biro Klasifikasi Indonesia - 2024 Consolidated Edition Halaman A5-9


Machine Translated by Google
Pt 1 Kapal Laut Vol V Peraturan
Material Lampiran 5 Garis Besar

Persyaratan Melakukan Uji Iso-termal Crack Arrest Temperature (CAT) I.

inisiasi retak. Jika tidak, tes tersebut tidak valid. Namun, pengukuran suhu pada 0,3W (lokasi A3 dan B3) dalam sistem LTG harus
dikecualikan dari persyaratan ini.

1.2 Jika LEB–min pada penggetasan EBW tidak lebih kecil dari 150 mm, uji T dapat didefinisikan sama dengan Ttarget.
Jika tidak, Ttest harus disamakan dengan Ttarget + 5ÿC.

1.3 Dalam penggetasan LTG, uji T dapat disamakan dengan Ttarget.

1.4 Keputusan penangkapan akhir pada pengujian T diakhiri dengan paling sedikit dua pengujian pada kondisi pengujian yang sama yang
dinilai sebagai “penangkapan”.

2. Penentuan tarrest

Ketika setidaknya dua pengujian “penangkapan” berulang muncul pada Ttarget yang sama, perilaku penangkapan retakan getas
pada Ttarget akan ditentukan (Tarrest = Ttarget). Ketika hasil pengujian “sebarkan” disertakan dalam beberapa hasil pengujian pada
Ttarget yang sama, Ttarget tersebut tidak dapat diputuskan sebagai Tarrest.

3. Penentuan CAT

3.1 Ketika CAT ditentukan, diperlukan satu pengujian “propagate” selain dua pengujian “arrest”. Suhu pengujian target, Ttarget
untuk pengujian “propagate” disarankan untuk memilih 5ÿC lebih rendah dari Tarrest. Suhu minimum Tarrest ditentukan sebagai
CAT.

3.2 Dengan hanya uji “penangkapan”, tanpa uji “propagasi”, hanya diputuskan bahwa CAT lebih rendah dari uji T pada kedua uji
“penangkapan”, yaitu bukan CAT deterministik.

I. Pelaporan
Hal-hal berikut ini harus dilaporkan:

1) Bahan uji: kelas dan ketebalan

2) Uji kapasitas mesin

3) Dimensi benda uji: ketebalan t; lebar W dan panjang L; detail takik dan panjang aMN, samping
detail alur jika dikerjakan;

4) Tipe zona getas: embrittlement EBW atau LTG

5) Dimensi spesimen terintegrasi: Ketebalan pelat tab, lebar pelat tab, panjang unit spesimen terintegrasi termasuk pelat tab,
dan jarak antara pin pemuatan, distorsi sudut, dan ketidaksejajaran linier

6) Informasi pemicu retak getas: jenis benturan atau tegangan ganda. Jika tipe tumbukan, tipe jatuhkan beban atau
jenis senapan angin, dan energi tumbukan yang diterapkan.

7) Kondisi pengujian; beban yang diterapkan; stres pramuat, stres uji

— Penilaian untuk batas tegangan pramuat, persyaratan waktu tahan di bawah tegangan uji yang stabil.

8) Suhu pengujian: catatan suhu lengkap dengan posisi termokopel untuk suhu terukur (gambar dan/atau tabel) dan suhu
pengujian target.

— Penilaian batas penyebaran suhu di wilayah isotermal.

— Penilaian untuk persyaratan gradien suhu lokal dan persyaratan waktu penahanan setelah gradien suhu lokal stabil
sebelum pemicu retak getas, jika sistem LTG digunakan.

9) Jalur retak dan permukaan patahan: foto spesimen yang diuji menunjukkan permukaan patahan pada kedua sisi dan tampak
sisi jalur retak; Tandai pada posisi “ujung zona rapuh” dan “penangkapan”.

Halaman A5-10 Biro Klasifikasi Indonesia - 2024 Consolidated Edition


Machine Translated by Google
Pt 1 Kapal Laut Vol V Peraturan
Material Lampiran 5 Garis Besar
Persyaratan Melakukan Uji Iso-termal Crack Arrest Temperature (CAT) J.

— Penilaian untuk kebutuhan jalur crack.

— Penilaian lokasi pemicu pembelahan (apakah tepi alur samping atau tepi takik V).

10) Informasi zona tergetar:

Saat EBW digunakan: LEB–s1, LEB–s2 dan LEB–min

— Penilaian untuk persyaratan ketebalan bibir geser

— Penilaian apakah area penampakan patah getas berlanjut dari garis depan EBW

— Penilaian untuk persyaratan cacat EBW

— Penilaian untuk panjang EBW, persyaratan LEB–s1, LEB–s2 dan LEB–min

Saat LTG digunakan: LLTG

— Penilaian untuk persyaratan ketebalan bibir geser

Hasil tes:

Apabila benda uji tidak pecah menjadi dua bagian setelah pemicu retakan getas, panjang retakan ditahan
penangkapan

Ketika spesimen pecah menjadi dua bagian setelah pemicu retak getas,

— Penilaian apakah inisiasi kembali retakan getas atau tidak.

Jika demikian, ditangkap panjang retakan dan penangkapan:

— Penilaian untuk penangkapan dalam rentang yang valid (0,3W < penangkapan ÿ 0,7W)

— Keputusan akhir berupa “penangkapan”, “sebarluaskan” atau “tidak sah”

11) Hasil pengukuran dinamis: Riwayat kecepatan perambatan retak, dan perubahan regangan pada pin chuck,
jika diperlukan.

J. Penggunaan tes untuk pengujian kualifikasi materi

Jika diperlukan, metode ini juga dapat digunakan untuk menentukan suhu terendah di mana baja dapat menahan retakan getas (CAT
yang ditentukan) sebagai karakteristik sifat material sesuai dengan H.3.

Biro Klasifikasi Indonesia - 2024 Consolidated Edition Halaman A5-11


Machine Translated by Google
Pt 1 Kapal Laut
Vol V Aturan Bahan
Lampiran 5 Garis Besar Persyaratan Melakukan Uji Iso-termal Crack Arrest Temperature (CAT) J.

Halaman ini sengaja dikosongkan

Halaman A5-12 Biro Klasifikasi Indonesia - 2024 Consolidated Edition

Anda mungkin juga menyukai