Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

DAYA SAING EKONOMI KREATIF DAN MODEL


PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF
Dosen Pengampu : Metasari Kartika, SE, ME

Disusun Oleh Kelompok 3 :


1. Gusmita Refalina Sari (B1011221054)
2. Ayulfary Dikaalfiah (B1011221072)
3. Adellia (B1011221075)
4. Harfiza Harunia (B1011221087)
5. Eliana Putri (B1011221101)

MATA KULIAH EKONOMI KREATIF


KELAS B REGULER A
PRODI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
TAHUN 2023
1. Daya Saing Industri Kreatif
A. Definisi Industri Kreatif
Ada beberapa definisi industri kreatif menurut para ahli yaitu :
a) Menurut Departemen Perdagangan RI (2009:5)
Industri kreatif adalah industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas,
keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan dan
lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan memberdayakan daya kreasi
dan daya cipta individu tersebut.
b) Menurut Simatupang (2007)
Industri kreatif adalah industri yang mengandalkan talenta, keterampilan,
dan kreativitas yang merupakan elemen dasar setiap individu. Unsur utama
industri kreatif adalah kreativitas, keahlian, dan talenta yang berpotensi
meningkatkan kesejahteraan melalui penawaran kreasi intelektual.
c) Menurut UK DCMS Task Force (1988:4)
Industri kreatif merupakan industri yang berasal dari kreativitas individu,
keterampilan, dan bakat yang secara potensial menciptakan kekayaan, dan
lapangan pekerjaan melalui eksploitasi dan membangkitkan kekayaan
intelektual dan daya cipta individu.
d) Menurut UNCTAD dan UNDP dalam Creative Economy Report, (2008:4)
Industri kreatif dapat didefinisikan sebagai siklus kreasi, produksi, serta
distribusi 41 barang dan jasa yang menggunakan kreativitas dan modal
intelektual sebagai input utama.
e) Menurut UNESCO
Industri kreatif adalah industri yang mengkombinasikan kreativitas,
keterampilan, dan kecakapan untuk menghasilkan kekayaan dan lapangan
kerja.
Dari beberapa pengertian industri diatas, dapat disimpulkan pengertian industri
kreatif adalah sektor industri yang bergantung pada kreativitas, keterampilan,
bakat, dan keahlian individu untuk menciptakan produk atau jasa yang memiliki
nilai tambah. Industri ini mengandalkan kreasi intelektual dan daya cipta
individu sebagai input utama dalam siklus kreasi, produksi, dan distribusi
barang dan jasa yang dapat menghasilkan kekayaan dan lapangan kerja. Dalam
konteks industri kreatif, kreativitas dan keahlian individu menjadi unsur utama
yang dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial.
(Basri, A. I. (2022). EKkonomi Kreatif. yogyakarta: lembaga pemngembangan pendidikan)

B. Daya Saing Industri Kreatif


Danicl H. Phink (4 Whole New Mind. 2008) seperti dijelaskan kembali oleh
Departemen Perdagangan RI mengatakan bahwa di era kreativitas. Bila ingin
maju kita harus melengkapi kemampuan teknologi kita (hi-tech) dengan hasrat
untuk mencapai tingkat /righ concepi dan high touch. High concept adalah
kemampuan menciptakan keindahan artistic dan emosional, mengenali pola-pola
dan peluang, menciptakan narasi yang indah dan menghasilkan temuan-temuan
yang belum disadari orang lain. High touch adalah Kemampuan berempati,
memahami esensi interaksi manusia, dan menemukan makna.

Howard Gardner dengan bukunya Five Minds of The Future menyatakan bahwa
terdapat beberapa pola piker utama yang diperlukan di masa yang akan datang.
yaitu: Pola pikir disipliner (The Disciplinary Mind), yaitu pola pikir yang
dipelajari di bangku sekolah. Dahulu yang dianggap sebagai disiplin ilmu adalah
ilmu-ilmu seperti sains, matematika, dan sejarah. Saat ini, sekolah-sekolah harus
menambahkan untuk mengajarkan paling tidak satu bidang seni secara serius
seperti halnya disiplin ilmu lainnya, Pola pikir mensin-tesa (The Synthetizing
Mind), yaitu kemampuan menggabungkan ide-ide dari berbagai disiplin ilmu atau
menyatukannya Ke dalam satu kesatuan dan kemampuan menyampaikan hasil
miegrasi itu kepada orang banyak. Pola pikir sintesa melatih kesabaran untuk
berpikir luas dan fleksibel, bersedia menerima sudut pandang dari multi disiplin.
Dalam konteks luas. dengan semakin banyaknya orang seperti ini di dalam suatu
komunitas, maka komunitas itu akan menjadi semakin produktif dan kreatif.
Dalam konteks bisnis. ide-ide baru tersebut akan lebih mudah diterima oleh
konsumen. Dalam hal memperkenalkan produk atau jasa baru. sirategi
komunikasi dan pencitraan (branding) yang diperkuat dengan kemampuan sintesa
akan meningkatkan kesuksesan di pasar, Pola pikir kreasi (The Creating Mind),
yau kemampuan untuk mengungkapkan dan menemukan jawaban dari suatu
permasalahan dari fenomena yang ditemuinya. Dalam konteks desain, proses
kreasi selalu diawali dengan pengumpulan permasalahan-permasalahan yang ada
yang harus dipecahkan. Di akhir proses. akan dihasilkan desain-desain baru yang
tidak lain adalah hasil pemecahan suatu masalah. Dalam konteks bisnis.
kemampuan ini bisa menggerakkan perusahaan-perusahaan untuk. lebih proaktif,
tidak hanya mengikuti wrend, tetapi juga menciptakan trend, Pola pikir
penghargaan (The Respectful Mind). yaitu kesadaran untuk mengapresiasi
perbedaan diantara kelompok-kelompok manusia. Pola pikir seperti ini sangat
dibutuhkan dalam menciptakan keharmonisan di dalam lingkungan.

Sementara itu. Wiko (2010:22) menjelaskan bahwa landasan dasar dari konsep
ekonomi kreatif ini adalah dimana ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan
input utama dalam mendorong pembangunan ekonomi dan menciptakan
pertumbuhan ekonomi yang baik. Ekonomi kreatif menjadi agenda dan dasar dari
suatu negara dalam membangun ekonominya. /nvesimeni of human capilal
menjadi pragram dan kebijakan dalam menetapkan pertumbuhan ekonomi. Ini
telah merubah paradigma pembangunan ekonomi global yang menganut prinsip
bahwa kekayaan alam merupakan kunci bagi pembangunan dan pertumbuhan
ekonomi suatu bangsa untuk bersaing dalam pembangunan global. Terbukti saat
ini, negara-negara dengan sumber kekayaan alam yang sangat minim seperti
Singapura, Swiss, Finlandia dan beberapa negara lainnya mampu bersaing dengan
ketahanan ekonomi yang kuat dalam perekonomian global. Kunci dari
keberhasilan tersebut adalah pada pemanfaatan sumber daya manusia yang
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sumber daya ini yang terus dipacu dan didorong untuk menghasilkan inovasi dan
produktivitas agar ekonomi dapat tumbuh dan kesejahteraan masyarakat dapat
ditingkatkan. Ekonomi kreatif pada prinsipnya adalah pengembangan sumber
daya manusia yang bermutu tinggi dan didayagunakan sepenuhnya dalam
pembangunan. Dalam ekonomi kreatif, tenaga kerja dan teknologi merupakan dua
faktor utama yang harus dimanfaatkan semaksimal mungkin dalam menciptakan
produktivitas tinggi dan secara agregatif nantinya akan mendorong pembangunan
dan pertumbuhan ekonomi, dari aspek tenaga kerja, konsep ckonomi kreatif
adalah menciptakan tenaga kerja yang memiliki skill dan ilmu pengetahuan yang
baik sehingga dalam proses pekerjaan dapat memberikan output yang baik
dibandingkan tenaga kerja dengan skill dan ilmu pengetahuan yang rendah.
Sumber daya manusia yang lebih terdidik dengan skill yang dapat dihandalkan
lebih bisa melakukan inovasi-inovasi dalam bekerja. Dari aspek teknologi,
perkembangan teknologi yang semakin pesat merupakan efek dari peningkatan
kualitas pendidikan secara global, telah mampu menciptakan nila tambah (yelug
added) yang sangat besar dalam output produksi, Teknologi mempercepat proses
produksi, dengan teknologi terjadi efisiensi biaya produksi dan menuju kepada
daya saing produk. Penelitian tentang peran industri kreatif dalam mempengaruhi
performa inovasi ekonomi pernah dilakukan oleh Kathrin Muller, Christian
Rammer, dan Johannes Truby (2008) di Eropa. Penelitian tersebut berupaya
menganalisis Liga peran utama industri kreatif terhadap inovasi ekonomi. Yang
pertama adalah, industri kreatif adalah sumber utama dari ide-ide inovatif
potensial yang berkontribusi terhadap pembaruan/inovasi produk barang dan jasa.
Yang kedua, industri kreatif menawarkan jasa yang dapat digunakan sebagai input
dari aktivitas inovatif perusahaan dan organisasi baik yang berada di dalam
lingkungan industri kreatif maupun yang berada di luar industry kreatif. Yang
terakhir adalah, industri kreatif menggunakan teknologi secara intensif. sehingga
dapat mendorong inovasi dalam bidang teknologi tersebut.

Indusiri kreatif dalam jurnal ini digambarkan sebagai kegiatan ekonomi yang
berkeyakinan penuh pada kreativitas individu. Dalam mengklasi
fikasikanperusahaan-perusahaan dalam bidang industri kreatif. Muller dan rekan-
rekannya menggunakan analisis derajat kreativitas. Analisis derajat kreativitas ini
dibagi menjadi liga, yaitu: kreativitas pegawai, kreativitas produk, dan kreativitas
dalam proses produksinya. Penelitian lain yang digunakan sebagai bahan rujukan
adalah adalah jurnal penelitian yang ditulis oleh Lynnette Claire (2009). Claire
menulis tentang bagaimana menumbuhkan ekonomi kreatif—dalam penelitian ini
adalah di Tacoma, USA. Dalam peneli- tiannya. Claire meneliti dengan
menggunakan sebuah eksperimen yang diberi nama “Tacoma Experimenit".
Dalam eksperimen ini. direkrut 30 orang dengan latar belakang profesi dari
berbagai bidang. Diantaranya adalah, dari bidang bisnis, pemerintahan,
pendidikan, pekerja seni, dan bidang non-profil untuk bekerja selama setahun
dalam eksperimen ini.
Proses proyek eksperimen ini lebih kepada bagaimana 30
orang tersebut saling menjaga komunikasi antara satu dengan lainnya sehingga
tercipta hubungan yang baik antara masing-masing orang. Dengan Komunikasi
tersebut. diyakini nilai kreatif seseorang akan meningkat. Hal ini sesuai dengan
tujuan penelitian tersebut yang ingin menunjukkan, bagaimana sebuah kota dapat
menyatukan orang-orang dari berbagai bidang profesi, pebisnis. dan pe-merintah,
serta sektor-sektor non profit, dalam menciptakan ekonomi kreatif yang lebih
kuat. Inti dari penelitian tersebut adalah saring atau saling bertukar ide dan
informasi antar individu dapat meningkatkan nilai kreativitas seseorang.
Penelitian Claire cukup memberikan wawasan mengenai pengembangan ekonomi
kreatif. Bahwa, meskipun kreativitas seseorang cenderung merupakan nilai
individual orang tersebut, namun perkembangan- nya memerlukan pengaruh dari
lingkungan luar atau dalam hal ini orang lain. Masing-masing pihak dalam
penelitian Claire, yaitu pebisnis, pemerintah, dan lembaga non-profit.
berkedudukan sepadan dan saling mempengaruhi satu sama lain dalam hal
perubahan nilai kreativitasnya,

Untuk kasus Indonesia, penelitian Togar R. Simatupang (2007) layak untuk


disimak. Dr. Togar menjelaskan kondisi industri kreatif di Finlandia. Singapura.
Malaysia. dan Bangalore sebagai bahan sumber inspirasi arah kebijakan
pengembangan industri kreatif di Jawa Barat. Dr. Togar mengatakan, bahwa
industri kreatif merupakan pilar utama ekonomi kreatif yang memberikan dampak
positif bagi kehidupan berbangsa dan bernegara, Dr, Togar kemudian
menganalisis potensi dan tantangan Jawa Barat dalam mengembangkan industri
kreatifnya. Di dalam penelitian tersebut dijelaskan peran dari tiga pemegang
kepentingan ekonomi kreatif, yaitu pemerintah, perusahaan/ pengusaha. dan
masyarakat.
(Dias satria, a. p. (2011). Strategi pengembangan industri kreatif untuk meningkatkan daya
saing pelaku ekonomi lokal. jurnal aplikasi manajemen , 301-308)

2. Model Pengembangan Ekonomi Kreatif

Di Indonesia, Ekonomi Kreatif muncul melalui kebijakan negara. Tetapi bukan


berarti kegiatan ekonomi kreatif baru muncul seiring dengan kebijakan
pemerintah tersebut. Ekonomi Kreatif telah lama tumbuh dan berkembang di
masyarakat, namun secara khusus mendapat perhatian dan pembinaan yang kuat
dari pemerintah baru dimulai pada era pemerintahan SBY maupun Joko Widodo.
Secara kronologis kebijakan ekonomi kreatif dimulai oleh pernyataan Presiden
untuk meningkatkan industri kerajinan dan kreativitas bangsa, terselenggaranya
Pekan Produk Budaya Indonesia 2007, yang berubah nama menjadi Pekan
Produk Kreatif Indonesia 2009, terbitnya Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2009
tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif, hingga Perpres Nomor 92 Tahun 2011
yang menjadi dasar hukum terbentuknya kementerian baru yang mengurusi
ekonomi kreatif, yaitu Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dengan
Menterinya, Mari Elka Pangestu. Kemudian lebih lanjut terbitlah pada tahun
2012, Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tentang Rencana
Strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2012- 2014. Di
dalam rencana strategis itu telah tersusun dengan detail pengembangan ekonomi
kreatif di Indonesia. Salah satu alasan dari pengembangan industri kreatif adalah
adanya dampak positif yang akan berpengaruh pada kehidupan sosial, iklim
bisnis, peningkatan ekonomi, dan juga berdampak para citra suatu kawasan
tersebut. Dalam konteks pengembangan ekonomi kreatif pada kota-kota di
Indonesia, industri kreatif lebih berpotensi untuk berkembang pada kota-kota
besar atau kota-kota yang telah “dikenal”. Hal ini terkait dengan ketersediaan
sumber daya manusia yang handal dan juga tersedianya jaringan pemasaran yang
lebih baik dibanding kota-kota kecil. Namun demikian, hal itu tidak menutup
kemungkinan kota-kota kecil di Indonesia untuk mengembangkan ekonomi
kreatif. Bagi kota-kota kecil, strategi pengembangan ekonomi kreatif dapat
dilakukan dengan memanfaatkan landmark kota atau kegiatan sosial seperti
festival sebagai venue untuk mengenalkan produk khas daerah (Christopherson:
2004).
Model pengembangan ekonomi kreatif di Kabupaten Sambas adalah dengan
meningkatkan kualitas sumber daya manusia khususnya industri kreatif berbasis
budaya seperti kerajinan tenun yang muncul dari kelompok industri kecil
menengah, dengan mempunyai keunikan dan nilai jual untuk dikembangkan.
Sebagai contoh adalah industri kreatif tenun di Desa Sumber Harapan yang
sengaja memproduksi desain produk dalam jumlah kecil, dan unik. Hal tersebut
lebih memunculkan kesan eksklusif bagi konsumen sehingga produk tenun
menjadi layak untuk dibeli dan bahkan dikoleksi. Selain itu, hal lain yang bisa
dilakukan dalam pengembangan ekonomi kreatif ini adalah dengan meningkatkan
nilai jual budaya menjadi sebuah destinasi wisata budaya khususnya di Desa
Sumber Harapan sehingga mampu dijadikan sebagai modal pariwisata budaya di
Kabupaten Sambas, khusunya untuk budaya tenun Sambas. Kedua, adapun model
pengembangan ekonomi kreatif berbasis wisata budaya di Kabupaten Sambas
adalah dengan meningkatkan nilai jual budaya lokal yang ada di kabupaten
Sambas. Khusus untuk Kecamatan Sambas, Desa Wisata Sumber Harapan yang
terletak di Utara Kota Sambas merupakan salah satu potensi wisata yang
mestinya harus didukung secara optimal. Adanya gagasan serta inisiatif untuk
menjadikan Desa ini sebagai daerah tujuan wisata merupakan satu hal yang harus
didorong. Desa Sumber Harapan menjadai icon daerah wisata di Kabupaten
Sambas yang wajib dikunjungi oleh turis lokal maupun luar negeri. Dengan
promosi yang massif, pembinaan kepada masyarakat untuk meningkatkan
kepedulian pada budaya, peningkatan fasilitas penunjang, manajemen yang
profesional merupakan beberapa hal yang harus dilakukan dalam mendorong
perkembangan wisata budaya di Desa Sumber Harapan.
(Sumar’in, A. d. (2017). Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Wisata Budaya:. Jurnal
Ekonomi Bisnis dan Kewirausahaan, 6, 1-17)

3. Peran Aktor Penggerak Ekonomi Kreatif


Mengutip pada blue-print Pengembangan Ekonomi Kreatif 2025 Departemen
Perdagangan Republik Indonesia, struktur industri kreatif yang ada saat ini
dipayungi oleh hubungan antara Cendekiawan (Intellectuals), Bisnis (Business)
dan pemerintah (Government) yang disebut sebagai sistem ‘triple helix’ yang
merupakan aktor utama penggerak lahirnya kreativitas, ide, ilmu pengetahuan dan
teknologi yang vital bagi tumbuhnya industri kreatif di Indonesia.
a) Cendekiawan (Intellectuals)
Cendekiawan adalah orang‐orang yang dalam perhatian utamanya mencari
kepuasan dalam mengolah seni, ilmu pengetahuan atas renungan metafisika,
dan bukan hendak mencari tujuan‐tujuan praktis, serta para moralis yang
dalam sikap pandang dan kegiatannya merupakan perlawanan terhadap
realisme massa.
Dalam konteks industri kreatif, cendekiawan mencakup budayawan,
seniman, punakawan, begawan, para pendidik di lembaga ‐lembaga
pendidikan, para pelopor di paguyuban, padepokan, sanggar budaya dan seni,
individu atau kelompok studi dan peneliti, penulis, dan tokoh ‐tokoh lainnya
di bidang seni, budaya (nilai, filsafat) dan ilmu pengetahuan yang terkait
dengan pengembangan industri kreatif. Cendekiawan disini memiliki peran
sebagai sebagai agen yang menyebarkan dan mengimplementasikan ilmu
pengetahuan, seni dan teknologi, serta sebagai agen yang membentuk nilai‐
nilai yang konstruktif bagi pengembangan industri kreatif dalam masyarakat.
Akademisi sebagai bagian dari komunitas cendekiawan di dalam lembaga
pendidikan tinggi dan lembaga penelitian, memiliki peranan yang besar
dalam mengembangkan ekonomi kreatif. Kontribusi akademisi tersebut dapat
dijabarkan dalam tiga bentuk peranan, seperti juga yang termuat dalam Tri
Dharma Perguruan Tinggi, yaitu:
1) Peran pendidikan ditujukan untuk mendorong lahirnya generasi kreatif
Indonesia dengan pola pikir yang mendukung tumbuhnya karsa dan
karya dalam industri kreatif
2) Peran penelitian dilakukan untuk memberi masukan tentang model
kebijakan pengembangan industri kreatif dan instrumen yang
dibutuhkan, serta menghasilkan teknologi yang mendukung cara kerja
dan penggunaan sumber daya yang efisien dan menjadikan industry
kreatif nasional yang kompetitif; dan
3) Peran pengabdian masyarakat dilakukan untuk membentuk masyarakat
dengan institusi/tatanan sosial yang mendukung tumbuh suburnya
industri kreatif nasional.
b) Bisnis (Business)
Aktor bisnis merupakan pelaku usaha, investor dan pencipta teknologi-
teknologi baru, serta juga merupakan konsumen industri kreatif. Aktor bisnis
juga perlu mempertimbangkan dan mendukung keberlangsungan industri
kreatif dalam setiap peran yang dilakoninya. Misalnya melalui prioritas
penggunaan input antara industri 59 kreatif domestik, seperti jasa industri
kreatif dalam riset, iklan dan lainnya. Peran bisnis dalam pengembangan
industri kreatif ini adalah:
1) Pencipta, yaitu sebagai center of excellence dari kreator produk dan jasa
kreatif, pasar baru yang dapat menyerap produk dan jasa yang
dihasilkan, serta pencipta lapangan pekerjaan bagi individu‐individu
kreatif ataupun individu pendukunglainnya.
2) Pembentuk Komunitas dan Entrepreneur kreatif, yaitu sebagai motor
yang membentuk ruang publik tempat terjadinya sharing pemikiran,
mentoring yang dapat mengasah kreativitas dalam melakukan bisnis di
industri kreatif, business coaching atau pelatihan manajemen
pengelolaan usaha di industri kreatif.
Dalam menjalankan perannya, bisnis dituntut untuk menggunakan
kemampuan konseptual yang tinggi, mampu menciptakan variasi baru berupa
produk dan jasa, mahir berorganisasi, bekerjasama, berdiplomasi (semangat
kolaborasi dan orkestrasi), tabah menghadapi kegagalan yang dialami,
menguasai konteks teknikal dan kemampuan perencanaan finansial.
c) Pemerintah (Government)
Keterlibatan pemerintah dalam pembangunan industri kreatif sangatlah
dibutuhkan terutama melalui pengelolaan otonomi daerah yang baik,
penegakan demokrasi, dengan prinsip‐prinsip good governance. Ketiganya
bukan merupakan hal yang baru, memang sudah menjadi agenda utama
reformasi. Jika berhasil dengan baik, ketiganya merupakan kondisi positif bagi
pembangunan industri kreatif. Para ahli percaya, kemajuan pembangunan
ekonomi kreatif sangat dipengaruhi oleh lokasi/place (identik dengan otonomi
daerah), dan toleransi/pola pikir kreatif (identik dengan demokrasi). Sementara
prinsip‐prinsip good governance; partisipasi, penegakan hukum, transparansi,
responsiveness, equity (keadilan), visi strategis, efektivitas dan efisiensi, 65
profesionalisme, akuntabilitas, dan supervisi (arahan), adalah prinsip‐prinsip
pengelolaan dimana industri kreatif bisa tumbuh agresif.
Peran utama Pemerintah dalam pengembangan industri kreatif adalah:
1. Katalisator, fasilitator dan advokasi yang memberi rangsangan,
tantangan, dorongan, agar ide‐ide bisnis bergerak ke tingkat kompetensi
yang lebih tinggi.
2. Regulator yang menghasilkan kebijakan‐kebijakan yang berkaitan
dengan people, industri, insititusi, intermediasi, sumber daya, dan
teknologi. Pemerintah dapat mempercepat perkembangan industri kreatif
jika pemerintah mampu membuat kebijakan‐kebijakan yang
menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi industri kreatif.
3. Konsumen, investor bahkan entrepreneur. Pemerintah sebagai investor
harus dapat memberdayakan asset negara untuk menjadi produktif dalam
lingkup industri kreatif dan bertanggung jawab terhadap investasi
infrastruktur industri. Sebagai konsumen, pemerintah perlu
merevitalisasi kebijakan procurement yang dimiliki, dengan prioritas
penggunaan produk‐produk kreatif. Sebagai entrepreneur, pemerintah
secara tidak langsung memiliki otoritas terhadap badan usaha milik
pemerintah (BUMN).
4. Urban planner. Kreativitas akan tumbuh dengan subur di kota kota yang
memiliki iklim kreatif. Agar pengembangan ekonomi kreatif ini berjalan
dengan baik, maka perlu diciptakan kota‐kota kreatif di Indonesia.
Pemerintah memiliki peran sentral dalam penciptaan kota kreatif
(creative city), yang mampu mengakumulasi dan mengkonsentrasikan
energi dari individu‐individu kreatif menjadi magnet yang menarik minat
individu/perusahaan untuk membuka usaha di Indonesia.
(Purnomo, R. A. (2016). Ekonomi Kreatif : Pilar Pembangunan Indonesia. surkarta: Ziyad
Visi Media, 6, 53-67)
4. Strategi Pengembangan Ekonomi Kreatif

Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2009 tentang


Pengembangan Ekonomi Kreatif, bahwa dalam rangka mendorong percepatan
pengembangan ekonomi kreatif di berbagai wilayah, khususnya kabupaten/kota
sebagai penghasil utama produk unggulan, maka perlu dilakukan percepatan ke
arah pemanfaatan sumber daya ekonomi lokal dan penggunaan produk yang telah
memperoleh sentuhan nilai tambahan secara optimal dan berkelanjutan. Ekonomi
kreatif merupakan aktivitas perekonomian yang lebih mengandalkan ide atau
gagasan (kreatif) untuk mengelola material yang bersumber dari lingkungan di
sekitarnya menjadi bernilai tambah ekonomi (Howkins, 2001). Jika dikaitkan
dengan pariwisata, maka ekonomi kreatif sebagai penggerak pengembangan
pariwisata merupakan ide dan gagasan yang diberikan sentuhan kreatifitas dan
inovasi guna meningkatkan nilai ekonomi dari aspek-aspek pariwisata (atraksi,
objek, fasilitas, transportasi, produk, dan layanan) sehingga akan meningkatkan
kunjungan wisatawan dan mewujudkan kepuasan wisatawan. Pada saat itulah
perputaran ekonomi terjadi yang akan membawa pada kesejahteraan. Sinergi antara
ekonomi dan pariwisata akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi dan
perkembangan pariwisata yang positif. Secara umum, pengembangan
pemberdayaan masyarakat (komunitas setempat) melalui ekonomi kreatif sangat
membawa dampak positif dan merupakan salah satu model pengembangan
pembangunan pariwisata ke depan. Dalam kaitan dengan pemberdayaan tidak
hanya dalam pengembangan potensi ekonomi masyarakat yang sedang tidak
berdaya, namun juga pada upaya peningkatan harkat, martabat, percaya diri, dan
harga diri, serta terpeliharanya tatanan nilai budaya setempat (Wulandari, 2014).
Ekonomi kreatif memang sangat strategis untuk dikolaborasikan dengan
pariwisata. Strategi-strategi tersebut masih berfokus pada aspek fisik saja. Lebih
lanjut lagi, strategi yang diterapkan seharusnya tidak hanya membagun aspek fisik
namun aspek non-fisik, seperti penyelenggaraan pameran, pelatihan, atau agenda
pariwisata lainnya. Kreatifitas dan inovasi dapat dituangkan pada konsep acara
agar dapat menarik lebih banyak wisatawan. Pengembangan ekonomi kreatif yang
dilakukan oleh Herie Saksono (2012: 98) diarahkan pada talenta (ide kreatif dan
inovatif) dengan nilai ekonomi yang mampu merubah kualitas hidup manusia
menjadi lebih sejahtera. Bahwa terdapat tantangan yang harus diatasi dalam
mengembangkan ide, kreatif dan inovatif sebagai instrumen penting ekonomi
kreatif. Meskipun ekonomi kreatif dianggap sebagai alternatif solusi permasalahan
perekonomian akan tetapi dalam penyelenggaraan-nya masih menemui berbagai
hambatan terutama dalam melihat sejauhmana kreatifitas mampu memicu daya
saing daerah dan daya saing nasional. (Ahmad Sururi, 2017). Oleh karena itu pola
dasar pada pengembangan pariwisata berbasis ekonomi kreatif dengan memacu
kuantitas dan kualitas berbagai produksi ekonomi kreatif. Produk ekonomi kreatif
yang bagus kemudian akan menjadi daya pikat wisatawan, sehingga daya tarik
wisata yang ditawarkan tidak hanya potensi wisata alam, namun juga berbagai
produk kreatif dan inovatif.

Namun demikian, dalam pengembangan tersebut memerlukan sinergi yang kuat


antar stakeholder yaitu pemerintah, cendekiawan, tokoh masyarakat, dan para
pelaku wisata. Walaupun pada akhirnya, semua strategi pengembangan tersebut
akan bertumpu pada peran aktif masyarakat. Oleh karena itu menjadi salah satu
alasan kenapa pengembangan industri kreatif sangat penting, karena memberikan
adanya dampak positif yang akan berpengaruh pada kehidupan sosial (kualitas
hidup, pemerataan, Kesejahteraan dan peningkatan toleransi social), inovasi dan
kreativitas (ide dan gagasan dan penciptaan nilai), iklim bisnis dan peningkatan
ekonomi (PDB, menciptakan lapangan pekerjaan, pemasaran dan dampak sektor
lain). Terbentuk sumber daya terbarukan (Berbasis Pengetahuan, Kreativitas dan
Green Community) serta berdampak pula pada citra dan identitas suatu bangsa dan
kawasan (turisme, ikon nasional/daerah, membangun warisan budaya dan nilai
lokal). Terkait dengan pengembangan ekonomi kreatif dalam kawasan Pariwisata,
maka dalam Kawasan Pengembangan Lambu, Sape, Komodo dan Sangiang,
(LASAKOSA) yang merupakan daerah potensi pengembangan pariwisata dan
perikanan laut, apalagi Kecamatan Sape sebagai pintu gerbang perkonomian.
Selain itu keberadaan pelabuhan Kecamatan Sape di selat Sape sebagai jalur
transportasi laut dari dan menuju Bima-Labuan Bajo Provinsi Nusa Tenggara
Timur, dijadikan sebagai jantung kegiatan Pusat Kegiatan Provinsi ataupun
Nasional. Selain itu, potensi Agroindustri dan Agrobisnis dalam hal perikanan dan
kelautan menjadi sektor unggulan di Kecamatan ini. Dengan melihat besarnya
potensi yang dimiliki oleh Bima bagian timur yang dalam hal ini bukan hanya
Kecamatan Sape saja melainkan Kecamatan Lambu dengan memimiliki daya tarik
obyek wisata Pantai Lairit, Pantai Pink dan Pantai Kelapa, sangat tepat dijadikan
wilayah pengembangan untuk kawasan timur Kabupaten Bima.

Sementara pengembangan kawasan Pulau Sangiang menjadi destinasi pertama


pada rute Kawasan Sangiang Api. Sangiang Api merupakan gunung berapi yang
masih aktif hingga saat ini. Wisatawan dapat melakukan aktifitas-aktifitas seru di
pulau ini, misalnya wisata adventure (petualang) pendakian di lereng Gunung
Sangiang, Snorkeling (menyelam), melihat proses penanaman dan pengolahan
tanaman kapas. Melalui Pengembangan potensi Kawasan LASAKOSA yang
merupakan kawasan yang kaya potensi di Wilayah Bima sekaligus terkoneksi
dengan Komodo di NTT dan Makasar di Sulawesi Selatan, maka akan mendukung
percepatan, terpelihara dan berkembangnya nilai budaya lokal Bima, memperkuat
karakter dan potensi beberapa kawasan wisata andalan, serta pengembangan SDM
Pariwisata dan investasi. Adapun peluang kepariwisataan di Kabupaten Bima
yaitu :
1) Potensi destinasi wisata yang melimpah pada tiap Kawasan
2) Potensi wisata budaya dan kuliner yang beraneka ragam
3) Masyarakat yang sudah mulai terbuka akan potensi wisata dan
pengunjungnya
4) Layanan infrastruktur yang kian ditingkatkan oleh Pemerintah Scientific
Creativity Technological Creativity Economic Creativity Culturalc
Creativity 50 Volume 19| Nomor 1 | Juni 2022 Daerah
5) Program kegiatan pemerintah yang mendukung kepariwisataan.
Sementara itu salah satu strategi didalam pengembangan pariwisata dengan
mengembangkan ekonomi kreatif masyarakat setempat. Ekonomi kreatif
diharapkan mampu memberikan dampak positif bagi peningkatan ekonomi daerah.
Sejalan dengan pasal 4 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009, “Kepariwisataan
bertujuan untuk (a) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi, (b) Meningkatkan
kesejahteraan rakyat, (c) Menghapus kemiskinan, (d) Mengatasi pengangguran, (e)
Melestarikan alam, lingkungan dan sumber daya alam, (f) Memajukan kebudayaan
(g) Mengangkat citra bangsa, (h) Memupuk rasa cinta tanah air, (i) Memperkukuh
jati diri dan kesatuan bangsa dan (j) Mempererat persahabatan antar bangsa.
Sejalan dikemukakan oleh Rakib (2017) bahwa keragaman budaya dan adat
istiadat merupakan potensi dalam mengembangkan ekonomi kreatif.
Pengembangan kearifan lokal berbasis budaya menjadi keunggulan yang harus
ditonjolkan. Berdasarkan hasil observasi (Tauhid, dkk, 2021) bahwa dalam proses
pengembangan kawasan dan mendorong percepatan kepariwisataan melalui
pengembangan ekonomi kreatif di kawasan Lasakosa di Kabupaten Bima tidak
luput dari kendala dan permasalahannya yaitu :
1) Faktor keamanan yang masih relatif kurang
2) Potensi pariwisata di kabupaten Bima belum dikelola secara optimal
3) Sarana prasarana pendukung kepariwisataan belum memadai
4) Promosi pariwisata belum maksimal
5) Sumber Daya Manusia terkait kepariwisataan yang masih kurang
6) Kelompok–kelompok Sadar wisata yang ada belum diberdayakan secara
optimal.
Oleh karena itu dalam mengatasi permasalahan tersebut sebagaimana hasil
penelitian yang dilakukan oleh Jeni Susyanti (2014;657-658) bahwa perlu
dilakukan penerapan model pengembangan ekonomi kreatif yang dikembangkan
untuk Indonesia berupa bangunan yang terdiri dari komponen pondasi, 5 pilar, dan
atap yang saling menguatkan sesuai dengan (Sumber Daya), Institution, Financial
Intermediary, diatasnya terdapat Atap: Bangunan ekonomi kreatif ini dipayungi
oleh interaksi triple helix yang terdiri dari Intellectuals (Intelektual), Business
(Bisnis), dan Government (Pemerintah) sebagai para aktor utama penggerak
industri kreatif. Intellectual, kaum intelektual yang berada pada institusi pendidikan
formal, informal dan non formal yang berperan sebagai pendorong lahirnya ilmu
dan ide yang merupakan sumber kreativitas dan lahirnya potensi kreativitas insan
Indonesia. Business, pelaku usaha yang mampu mentransformasi kreativitas
menjadi bernilai ekonomis. Government, pemerintah selaku fasilitator dan
regulator agar industri kreatif dapat tumbuh dan berkembang. Hal senada
sebagaimana hasil riset Tri Budiprayitno, dkk (2019) bahwa ekonomi kreatif ini
harus dikembangkan secara berkelanjutan dengan penguatan disegala aspek seperti
sumberdaya, industri, pembiayaan, pemasaran, teknologi dan infrastruktur. Selain
itu, dari sisi kelembagaan juga haru kuat dan bersinergi, antara Pemerintah,
masyarakat bisnis, intelektual dan komunitas sebagai bagian dari kelembagaan
ekonomi keratif haruslah bersinergi dalam menggali dan mengembangkan potensi-
potensi yang ada. Keterlibatan lintas pelaku/aktor dalam berbagi tugas dan peran,
sehingga menghasilkan program/kegiatan yang kolaboratif dan sinergis dalam
pembangunan perkotaan. Stakeholder atau aktor dalam kota kreatif dikenal dengan
sebutan penta helix yang terdiri dari lima unsur ABCGM (Academic, Business,
Community, Government and Media), yaitu akademisi, kalangan bisnis, komunitas,
pemerintah dan media (Slamet dkk, 2017).
(Tauhid, A. h. (2022). MODEL PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF DALAM. Jurnal
Ilmu Administrasi, 19, 47-63)
DAFTAR PUTAKA

Basri, A. I. (2022). EKkonomi Kreatif. yogyakarta: lembaga pemngembangan pendidikan.


Dias satria, a. p. (2011). Strategi pengembangan industri kreatif untuk meningkatkan daya
saing pelaku ekonomi lokal. jurnal aplikasi manajemen , 301-308.
Purnomo, R. A. (2016). Ekonomi Kreatif : Pilar Pembangunan Indonesia. surkarta: Ziyad
Visi Media, 6, 53-67.
Sumar’in, A. d. (2017). Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Wisata Budaya:. Jurnal
Ekonomi Bisnis dan Kewirausahaan, 6, 1-17.
Tauhid, A. h. (2022). MODEL PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF DALAM. Jurnal
Ilmu Administrasi, 19, 47-63.

Anda mungkin juga menyukai