Anda di halaman 1dari 14

IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA

Kurikulum Merdeka sebagai opsi satuan Pendidikan dalam rangka pemulihan


pembalajaran tahun. 2022 s.d. 2024

Kurikulum Merdeka sebagai opsi pemulihan pembelajaran


Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikburistek) mengeluarkan
kebijakan dalam pengembangan Kurikulum Merdeka yang diberikan kepada satuan pendidikan
sebagai opsi tambahan dalam rangka melakukan pemulihan pembelajaran selama 2022-2024.
Kebijakan Kemendikburistek terkait kurikulum nasional akan dikaji ulang pada 2024
berdasarkan evaluasi selama masa pemulihan pembelajaran.

Merujuk pada kondisi dimana pandemii Corona19 yang meyebabkan banyaknya kendala dalam
proses pembelajaran di satuan Pendidikan yang memberikan dapak yang cukup signifikan.
Kurikulum 2013 yang di digunakan pada masa sebelum pandemic menjadi satu satuanya
kurikulum yang digunakan satuan Pendidikan dalam pembelajaran. Masa pandemic 2020 s.d.
2021 Kemendikburistek mengeluarkan kebijakan penggunaan Kurikulum 2013 dan Kurikulum
Darurat (Kur-2013 yang disederhanakan) menjadui rujukan kurikulum bagi satuan Pendidikan.
Masa pandemic 2021 s.d. 2022 Kemendikburistek mengeluarkan kebijakan penggunaan
Kurikulum 2013, Kurikulum Darurat, dan Kurikulum Merdeka di Sekolah Penggerak (SP) dan
SMK Pusat Keunggulan (PK).

Pada masa sebelum dan pandemic, Kemendikburistek mengeluarkan kebijakan penggunaan


kurikulum 2013 kemudian kurikulum 2013 di sederhanakan menjadi kurikulum darurat yang
memberikan kemudahan bagi satuan Pendidikan dalam mengelola pembelajaran jadi lebih
mudah dengan substansi materi yang esensial. Kurikulum Merdeka di SP/SMK-PK menjadi
angin segar dalam upaya perbaikan dan pemulihaan pembelajaran yang diluncurkan pertama kali
tahun 2021.

Pemulihan pembelajaran tahun 2022 s.d. 2024, Kemendikburistek mengeluarkan kebijakan


bahwa sekolah yang belum siap untuk menggunakan kurikulum merdeka masih dapat
menggunakan Kurikulum 2013 sebagai dasar pengelolaan pembelajaran, begitu juga Kurikulum
Darurat yang merupakan modifikasi dari kurikulum 2013 masih dapat digunakan oleh satuan
Pendidikan tersebut. Kurikulum Merdeka sebagai opsi bagi semua satuan Pendidikan yang
didalam proses pendataan merupakan satuan Pendidikan yang siap melaksanakan kurikulum
merdeka.

Tahun 2024 menjadi penentuan kebijakan kurikulum nasional berdasarkan evaluasi terhadap
kurikulum pada masa pemulihan pembelajaran. Evaluasi ini menjadi acuan Kemendikburistek
dalam mengambil kebijakan lanjutan paska pemulihan pembelajaran.

Mari instal Platform Merdeka Mengajar pada gawai Android melalui


tautan bit.ly/platformmerdekamengajar

Tahapan Implementasi Kurikulum Merdeka

Tahapan Implementasi IKM


Kurikulum merdeka tidak dilaksanakan secara serentak dan massif, hal ini sesuai kebijakan dari
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikburistek) yang
memberikan keleluasaan satuan pendidikan dalam mengimplementasikan kurikulum. Beberapa
program yang mendukung implementasi kurikulum merdeka (IKM) adalah adanya program
Sekolah Penggerak (SP) dan Sekolah Menengah Kejuruan Pusat Keunggula (SMK-PK) dimana
Kemendikburistek pada program tersebut adalah memberikan dukungan dalam impelentasi
kurikulum merdeka (KM) dari dua kegiatan tersebut didapatkan pengalaman yang baik dalam
mengimplementasikan KM sehingga menjadi praktik baik dan konten pembelajaran dari
implementasi KM pada SP/SMK-PK terdidentifikasi dengan baik dan dapat menjadi
pembelajaran abgi satuan Pendidikan lainnya.

Penyediaan dukungan implementasi KM yang diberikan oleh Kemendikburistek adalah


bagaimana kemendikbudritek memberikan dukungan pembelajaran Implementasi KM secara
mandiri dan dukungan pendataan Implementasi KM jalur mandiri, dari dukungan tersesbut akan
mendapatkan calon satuan Pendidikan yang terdata berminat dan akan memperoleh
pendampingan pembelajaran untuk implementasi KM Jalur Mandiri, sehingga Guru, Kepala
Sekolah dan Pengawas serta aktor lain dapat mengadakan kegiatan berbagi praktik baik
implementasi KM dalam bentuk seminar maupun lokakarya secara mandiri.

Hasil pendataan yang dilakukan oleh Kemendikburistek memperoleh data kesiapan satuan
Pendidikan dalam mengimpelentasikan KM jalur mandiri, satuan Pendidikan akan memperoleh
dukungan yang baik dari kemendikbudristek dalam menjalankan implementasi KM Jalur
Mandiri. Praktik-praktik baik dan konten pembelajaran dari implementasi KM Jalur mandirii
teridentifikasi dengan jelas sehiangga menjadi fokus pada pendampingan oleh
kememdikbudristek. Satuan Pendidikan yang mengimpelentasikan KM jalur mandiri akan
memperoleh pengalaman dalam implementasi KM Jalur Mandiri.

SP/SMK-PK yang telah mengimplementasikan KM dapat saling memberikan praktik baik dan
pembelajaran, saling berbagi praktik baik sehingga terbentuk jejaring dukungan antar guru dan
tenaga kependidikan untuk berbagi konten pembelajaran dan praktik baik implementasi KM
secara luas, komunitas yang berkembang mendukung Ekosistem Siap Menerapkan Kurikulum
Merdeka Secara Nasional pada 2024 yang secara massif.

Strategi Implementasi Kurikulum Merdeka Jalur Mandiri

Strategi IKM jalur mandiri


Kurikulum Merdeka yang menjadi kebijakan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset,
dan Teknologi (Kemendikburistek) yang dimulai pada 2021 dengan kurikulum yang diterapkan
pada Sekolah Penggerak. Pada tahun 2022 ini Kemendikburistek akan mencoba untuk
melakukan pendataan yang nantinya akan menjadi dasar pada penerapan Kurikulum Merdeka ini
kedepannya.
Ada beberapa strategi implementasi kurikulum merdeka jalur mandiri yang akan dijadikan tinjak
lanjut dari kebijakan Kemendikburistek. Strategi pertama, Rute Adopsi Kurikulum Merdeka
Secara Bertahap, pendekatan strategi ini adalah bagaimana memfasilitasi satuan pendidikan
mengenali kesiapannya sebagai dasar menentukan pilihan implementasi kurikulum merdeka
serta memberikan umpan balik berkala (3 bulanan) untuk memetakan kebutuhan penyesuaian
dukungan implementasi kurikulum merdeka dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

Strategi kedua, Menyediakan Asesmen & Perangkat Ajar (High Tech), pendekatan strategi yang
menggunakan teknologi informasi dan komunikasi yang berfungsi dalam menyediakan beragam
pilihan asesmen dan perangkat ajar (buku teks, modul ajar, contoh projek, contoh kurikulum)
dalam bentuk digital yang dapat digunakan satuan pendidikan dalam melakukan pembelajaran
berdasarkan kurikulum merdeka.

Strategi ketiga, Menyediakan Pelatihan Mandiri & Sumber Belajar Guru (High Tech),
pendekatan strategi yang juga menggunakan teknologi informasi dan komunikasi yang berfungsi
dalam melakukan pelatihan mandiri kurikulum merdeka yang dapat diakses secara daring oleh
guru dan tenaga kependidikan untuk memudahkan adopsi kurikulum merdeka disertai sumber
belajar dalam bentuk video, podcast, atau ebook yang bisa diakses daring dan didistribusikan
melalui media penyimpanan (flashdisk).

Strategi keempat, Menyediakan Narasumber Kurikulum Merdeka (High Touch), pendekatan


strategi yang digunakan dalam menyediakan narasumber kurikulum merdeka dari Sekolah
Penggerak/SMK PK yang telah mengimplementasikan kurikulum merdeka. Pengimbasan bisa
dilakukan dalam bentuk webinar atau pertemuan luring yang diadakan pemerintah daerah atau
satuan pendidikan. Pertemuan luring bisa dilakukan dalam bentuk seminar tatap muka,
workshop, maupun pertemuan lainnya yang di lakukan di daerah maupun satuan pendidikan.

Strategi yang terkahir adalah strategi kelima, Memfasilitasi Pengembangan Komunitas Belajar
(High Touch), Komunitas belajar dibentuk oleh lulusan Guru Penggerak maupun diinisiasi
Pengawas Sekolah sebagai wadah saling berbagi praktik baik adopsi kurikulum merdeka di
internal satuan pendidikan maupun lintas satuan pendidikan.
Strategi Implementasi Kurikulum Merdeka Jalur Mandiri yang diawali dengan pendataan yang
dilakukan oleh Kemendikburistek dimaksudkan untuk melihat kesiapan satuan Pendidikan dalam
mengimpelentasikan kurikulum merdeka. Harapan dari pendataan ini adalah Kemendikburistek
dapat melihat sejauh mana kesiapan satuan Pendidikan yang nantinya akan mengimpelemtasikan
kurikulum merdeka kedepannya dan tuidak memaksakan implementasi secara massif.

IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA

Pilihan yang ditawarkan kepada satuan Pendidikan dalam IKM jalur mandiri

Pilihan IKM jalur mandiri


Pilihan Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) yang di tawarkan oleh Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikburistek) memberikan keleluasaan
kepada satuan Pendidikan untuk menentukan pilihan berdasarkan Angket Kesiapan IKM yang
mengukur bagiamana kesiapan guru dan tenaga kependidikan dalam melaksanakan
impelementasi kurrikulum merdeka. Pada angket pendataan yang dikemabangkan dan di isi oleh
guru dan tenaga kependidikan pada satuan pendidikan tidak ada pilihan yang paling benar,
semua akan menyesuaikan dengan kesiapan satuan Pendidikan. Angket kesiapan yang
memberikann pilihan yang paling sesuai terkait kesiapan satuan Pendidikan, dimana semakin
sesuai maka semakin efektif implementasi kurikulum merdeka yang akan dilaknsakan di satuan
Pendidikan.

Pilihan kesatu Mandiri Belajar, pilihan yang memberikan kebebasan kepada satuan Pendidikan
saat menerapkan kurikulum Merdeka beberapa bagian dan prinsip Kurikulum Merdeka, tanpa
mengganti kurikulum satuan pendidikan yang sedang diterapkan pada satuan pendidikan PAUD,
kelas 1, 4, 7 dan 10. Pilihan kedua Mandiri Berubah, pilihan yang memberikan keleluasaan
kepada satuan Pendidikan saat menerapkan kurikulum merdeka dengan menggunakan perangkat
ajar yang sudah disediakan pada satuan pendidikan PAUD, kelas 1, 4, 7 dan 10. Pilihan ketiga
Mandiri Berbagi, pilihan yang memberikan keleluasaan kepada satuan Pendidikan dalam
menerapkan kurikulum merdeka dengan mengembangkan sendiri berbagai perangkat ajar pada
satuan pendidikan PAUD, kelas 1, 4, 7 dan 10.

Peran Platform Merdeka Mengajar dalam Impelemnatsi Kurikulum Merdeka

Platform Merdeka Mengajar


Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikburistek)
mengembangkan Platform Merdeka Mengajar (PMM) yang merupakan platform edukasi yang
menjadi teman penggerak untuk pendidik dalam mewujudkan Pelajar Pancasila yang memiliki
fitur Belajar, Mengajar, dan Berkarya.

Platform Merdeka Mengajar menyediakan referensi bagi guru untuk mengembangkan praktik
mengajar sesuai dengan Kurikulum Merdeka, dalam fitur Mengajar, ada fitur Perangkat Ajar
yang dapat digunakan oleh Guru dan Tenaga Kependidikan dalam mengembangkan diri, saat ini
tersedia lebih dari 2000 referensi perangkat ajar berbasis Kurikulum Merdeka. Fitur asesmen
murid yang dikembangkan untuk membantu guru dan tenaga kependidikan melakukan analisis
diagnostik terkait kemampuan peserta didik dalam literasi dan numerasi dengan cepat sehingga
dapat menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan tahap capaian dan perkembangan peserta
didik.

Platform Merdeka Mengajar memberikan kesempatan yang setara bagi guru untuk terus belajar
dan mengembangkan kompetensinya kapan pun dan di mana pun guru berada. Fitur Belajar pada
Platform Merdeka Mengajar memberikan fasilitas Pelatihan Mandiri yang memberikan
kesempatan kepada gurud an tenaga kependidikan untuk dapat memperoleh materi pelatihan
berkualitas dengan mengaksesnya secara mandiri. Fitur lain dari Belajar adalah Video Inspirasi,
fitur ini memberikan kesempatan kepada Guru dan tenaga kependidikan bisa mendapatkan
beragam video inspiratif untuk mengembangkan diri dengan akses tidak terbatas yang pada
akhirnya adalah mengembangakn kualitas dari komptensinya dalam impelementasi kurikulum
merdeka.

Platform Merdeka Mengajar mendorong guru untuk terus berkarya dan menyediakan wadah
berbagi praktik baik. Fitur lainnya adalah Berkarya, dimana fitur ini adalah memberikan “Bukti
Karya Saya” yang merupakan best praktis dari hasil impelemnatsi pembelajaran terutama terkait
best praktis pembelajaran pada kurikulum merdeka, Guru dan tenaga kependidikan dapat
membangun portofolio hasil karyanya agar dapat saling berbagi inspirasi dan berkolaborasi
sehingga guru dapat maju Bersama.

PMM yang dikembangkan diharapkan mampu menjadi partner guru dalam implementasi
kurikulum merdeka dengan semangat kolaborasi dan saling berbagi. Konten konten yang
dikembangkan oleh kemendikbudristek memberikan pemahaman lebih saat implementasi dan
pembelajaran di satuan Pendidikan yang telah ikut serta dalam implementasi kurikulum merdeka.

Mari instal Platform Merdeka Mengajar pada gawai Android melalui


tautan bit.ly/platformmerdekamengajar

201510929406@guruku.id

SAOQO

Pembelajaran Berdiferensiasi dan Penerapannya di Kelas

Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang mengakomodir kebutuhan


belajar murid. Guru memfasilitasi murid sesuai dengan kebutuhannya, karena setiap
murid mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, sehingga tidak bisa diberi
perlakuan yang sama. Dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi guru perlu
memikirkan tindakan yang masuk akal yang nantinya akan diambil, karena
pembelajaran berdiferensiasi tidak berarti pembelajaran dengan memberikan perlakuan
atau tindakan yang berbeda untuk setiap murid, maupun pembelajaran yang
membedakan antara murid yang pintar dengan yang kurang pintar.

Ciri-ciri atau kerekteristik pembelajaran berdiferensiasi antara lain; lingkungan belajar


mengundang murid untuk belajar, kurikulum memiliki tujuan pembelajaran yang
didefinisikan secara jelas, terdapat penilaian berkelanjutan, guru menanggapi atau
merespon kebutuhan belajar murid, dan manajemen kelas efektif.

Contoh kelas yang menerapkan pembelajaran berdiferensiasi adalah ketika proses


pembelajaran guru menggunakan beragam cara agar murid dapat mengeksploitasi isi
kurikulum, guru juga memberikan beragam kegiatan yang masuk akal sehingga murid
dapat mengerti dan memiliki informasi atau ide, serta guru memberikan beragam pilihan
di mana murid dapat mendemonstrasikan apa yang mereka pelajari. Contoh kelas yang
belum menerapkan pembelajaran berdiferensiasi adalah guru lebih memaksakan
kehendaknya sendiri. Guru tidak memahami minat, dan keinginan murid. Kebutuhan
belajar murid tidak semuanya terenuhi karena ketika proses pembelajaran
menggunakan satu cara yang menurut guru sudah baik, guru tidak memberikan
beragam kegiatan dan beragam pilihan.

Untuk dapat menerapkan pembelajaran berdiferensiasi di kelas, hal yang harus


dilakukan oleh guru antara lain:

1. Melakukan pemetaan kebutuhan belajar berdasarkan tiga aspek, yaitu: kesiapan


belajar, minat belajar, dan profil belajar murid (bisa dilakukan melalui
wawancara, observasi, atau survey menggunakan angket, dll)
2. Merencanakan pembelajaran berdiferensiasi berdasarkan hasil pemetaan
(memberikan berbagai pilihan baik dari strategi, materi, maupun cara belajar)

3. Mengevaluasi dan erefleksi pembelajaran yang sudah berlangsung.

Pemetaan kebutuhan belajar merupakan kunci pokok kita untuk dapat menentukan
langkah selanjutnya. Jika hasil pemetaan kita tidak akurat maka rencana pembelajaran
dan tindakan yang kita buat dan lakukan akan menjadi kurang tepat. Untuk memetakan
kebutuhan belajar murid kita juga memerlukan data yang akurat baik dari murid, orang
tua/wali, maupub dari lingkungannya. Apalagi dimasa pandemi seperti ini, dimana murid
melaksanakan PJJ sehingga interaksi secara langsung antara guru dengan murid
sangat jarang. Akibatnya data yang kita kumpulkan untuk memetakan kebutuhan
belajar murid sulit kita tentukan valid atau tidaknya. Dukungan dari orang tua dan murid
untuk memberikan data yang lengkap dan benar sesuai kenyataan yang ada. Tidak
ditambahi dan juga tidak dikurangi. Orang tua dan murid harus jujur ketika guru
melakukan pemetaan kebutuhan belajar, baik elalui wawancara, angket, survey, dll.

Terdapat tiga strategi diferensiasi diantaranya;

1. Direfensiasi konten

Konten adalah apa yang kita ajarkan kepada murid. Konten dapat dibedakan sebagai
tanggapan terhadapa kesiapan, minat, dan profil belajar murid maupun kombinasi dari
ketiganya.

Guru perlu menyediakan bahan dan alat sesuai dengan kebutuhan belajar murid.

2. Diferensiasi proses

Proses mengacu pada bagaimana murid akan memahami atau memaknai apa yang
dipelajari.
Diferensiasi proses dapat dilakukan dengan cara:

a. menggunakan kegiatan berjenjang

b. meyediakan pertanyaan pemandu atau tantangan yang perlu diselesaikan di


sudut-sudut minat,

c. membuat agenda individual untuk murid (daftar tugas, memvariasikan lama waktu
yang murid dapat ambil untuk menyelesaikan tugas,

d. mengembangkan kegiatan bervariasi

3. Diferensiasi produk

Produk adalah hasil pekerjaan atau unjuk kerja yang harus ditunjukkan murid kepada
kita (karangan, pidato, rekaman, doagram) atau sesuatu yang ada wujudnya.

Produk yang diberikan meliputi 2 hal:

a. memberikan tantangan dan keragaman atau variasi,

b. memberikan murid pilihan bagaimana mereka dapat mengekspresikan


pembelajaran yang diinginkan.

Penerapan pembelajaran berdiferensiasi akan memberikan dampak bagi sekolah,


kelas, dan terutama kepada murid. Setiap murid memiliki karakteristik yang berbeda-
beda, tidak semua murid bisa kita beri perlakuan yang sama. Jika kita tidak
memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan murid maka hal tersebut dapat
menghambat murid untuk bisa maju dan berkembang belajarnya. Dampak dari kelas
yang menerapkan pembelajaran berdiferensiasi antara lain; setiap orang merasa
disambut dengan baik, murid dengan berbagai karakteristik merasa dihargai, merasa
aman, ada harapan bagi pertumbuhan, guru mengajar untuk mencapai kesuksesan,
ada keadilan dalam bentuk nyata, guru dan murid berkolaborasi, kebutuhan belajar
murid terfasilitasi dan terlayani dengan baik. Dari beberapa dampak tersebut
diharapkan akan tercapai hasil belajar yang optimal.

Dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi tentunya kita akan mengalami


berbagai tantangan dan hambatan. Guru harus tetap dapat bersikap positif, Untuk tetap
dapat bersikap positif meskipun banyak tantangan dalam penerapan pembelajaran
berdiferensiasi adalah:

1. Terus belajar dan berbagi pengalaman dengan teman sejawat lainnya yang
mempunyai masalah yang sama dengan kita (membentuk Learning
Community)
2. Saling mendukung dan memberi semangat dengan sesama teman sejawat.
3. Menerapkan apa yang sudah kita peroleh dan bisa kita terapkan meskipun
belum maksimal.

4. Terus berusaha untuk mengevaluasi dan memperbaiki proses pembelajaran


yang sudah diterapkan

Pembelajaran berdiferensiasi sangat berkaitan dengan filosofi pendidikan menurut Ki


Hajar Dewantara, nilai dan peran guru penggerak, visi guru penggerak, serta budaya
positif. Salah satu filosofi pendidkan menurut Ki Hajar Dewantara adalah sistem
“among”, guru harus dapat menuntun murid untuk berkembang sesuai dengan
kodratnya, hal ini sangat sesuai dengan pembelajaran berdiferensiasi. Salah satu nilai
dan peran guru penggerak adalah menciptakan pembelajaran yang berpihak kepada
murid, yaitu pembelajaran yang memerdekakan pemikiran dan potensi murid. Hal
tersebut sejalan dengan pembelajaran berdiferensiasi. Salah satu visi guru penggerak
adalah mewujudkan merdeka belajar dan profil pelajar pancasila, untuk mewujudkan
visi tersebut salah satu caranya adalah dengan menerapkan pembelajaran
berdiferensiasi. Budaya positif juga harus kita bangun agar dapat mendukung
pembelajaran berdirensiasi.

Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang mengakomodasi dari


semua perbedaan murid, terbuka untuk semua dan memberikan kebutuhan-kebutuhan
yang dibutuhkan oleh setiap individu. Keberagaman dari setiap individu murid harus
selalu diperhatikan, karena setiap peserta didik tumbuh di lingkungan dan budaya yang
berbeda sesuai dengan kondisi geografis tempat tinggal mereka. Pembelajaran
dilakukan dengan beragam cara untuk memahami informasi baru bagi semua murid
dalam komunitas ruang kelasnya yang beraneka ragam, termasuk cara untuk:
mendapatkan konten; mengolah, membangun, atau menalar gagasan; dan
mengembangkan produk pembelajaran dan ukuran evaluasi sehingga semua murid di
dalam suatu ruang kelas yang memiliki latar belakang kemampuan beragam bisa
belajar dengan efektif. Selain itu juga memastikan setiap murid di kelasnya tahu bahwa
akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang prosesnya. Strategi
Pembelajaran berdiferensiasi ada 3 yaitu: diferensiasi konten, diferensiasi proses, dan
diferensiasi produk.

Diferensiasi Konten

Berhubungan dengan apa yang diajarkan pada murid dengan mempertimbangkan


pemetaan kebutuhan belajar murid baik itu dalam aspek kesiapan belajar, aspek minat
murid dan aspek profil belajar murid atau kombinasi dari ketiganya.
 Kesiapan belajar murid bukanlah tentang tingkat intelektualitas (IQ). Hal ini lebih
kepada informasi tentang apakah pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki
murid saat ini, sesuai dengan keterampilan atau pengetahuan baru yang akan
diajarkan.
 Minat merupakan salah satu motivator penting bagi murid untuk dapat ‘terlibat
aktif’ dalam proses pembelajaran. Murid yang berbeda akan menunjukkan minat
pada topik yang berbeda. Gagasan untuk membedakan melalui minat adalah
untuk “menghubungkan” murid pada pelajaran untuk menjaga minat mereka.
Dengan menjaga minat murid tetap tinggi, diharapkan dapat meningkatkan
kinerja murid dalam hal ini salah satu contohnya setiap murid memiliki gaya
belajar yang berbeda.

 Pemetaan kebutuhan belajar murid berdasarkan profil belajar adalah untuk


memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar secara natural dan efisien
dengan demikian guru perlu memvariasikan metode dan pendekatan mengajar
mereka.

Diferensiasi Proses

Dalam kegiatan ini guru perlu memahami apakah murid akan belajar secara
berkelompok atau mandiri. Guru menetapkan jumlah bantuan yang akan diberikan pada
murid-murid. Siapa sajakah murid yang membutuhkan bantuan dan siapa sajakah
murid yang membutuhkan pertanyaan pemandu yang selanjutnya dapat belajar secara
mandiri. Semua hal tersebut harus dipertimbangkan dalam skenario pembelajaran yang
akan dirancang. Cara diferensiasi proses di antaranya:

 Kegiatan berjenjang, di mana semua murid bekerja membangun pemahaman


yang sama tetapi dilakukan dengan dukungan, tantangan dan kompleksitas yang
berbeda.
 Menyediakan pertanyaan pemandu atau tantangan melalui sudut-sudut minat,
dengan demikian akan mendorong murid mengeksplorasi berbagai materi yang
dipelajari.

 Membuat agenda individual untuk murid, misalnya guru membuat daftar tugas
berisi pekerjaan umum untuk semua kelas serta daftar pekerjaan yang terkait
dengan kebutuhan individual murid. Jika murid telah selesai mengerjakan
pekerjaan umum maka mereka dapat selesai melihat agenda individual dan
pekerjaan yang dibuat khusus untuk mereka

 Memfasilitasi lama waktu yang murid dapat ambil untuk menyelesaikan tugas.
Dalam hal ini untuk memberikan dukungan bagi murid yang mengalami kesulitan
atau sebaliknya mendorong murid yang cepat untuk mengejar topik secara lebih
mendalam.

 Mengembangkan kegiatan yang bervariasi yang mengakomodasi gaya belajar


visual, auditori dan kinestetik.
 Menggunakan pengelompokan yang fleksibel yang sesuai dengan kesiapan,
kemampuan dan minat murid.

Diferensiasi Produk

Produk adalah hasil pekerjaan atau unjuk kerja yang harus ditunjukan pada guru.
Produk adalah sesuatu yang ada wujudnya bisa berbentuk karangan, tulisan, hasil tes,
pertunjukan, presentasi, pidato, rekaman, diagram, dan sebagainya. Yang paling
penting produk ini harus mencerminkan pemahaman murid yang berhubungan dengan
tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Cara mendiferensiasi produk dapat dilakukan dengan mempertimbangkan kebutuhan


belajar murid terlebih dahulu sebelum memberikan penugasan produk. Penugasan
produk harus membantu murid secara individual atau kelompok, menentukan kembali
atau memperluas apa yang mereka pelajari selama periode waktu tertentu (satu
semester atau satu tahun). Produk sangat penting karena mewakili pemahaman dan
aplikasi dalam bentuk yang luas, produk juga merupakan elemen kurikulum yang
langsung dapat dimiliki oleh murid.

Diferensiasi produk meliputi dua hal yaitu memberikan tantangan atau keragaman dan
memberikan murid pilihan bagaimana mereka dapat mengekspresikan pembelajaran
yang diinginkan. Sangat penting bagi guru untuk menentukan ekspetasi pada murid, di
antaranya menentukan: 1) kualitas pekerjaan apa yang diinginkan; 2) konten apa yang
harus ada pada produk; 3) Bagaimana cara mengerjakannya; 4) Sifat dari produk akhir
apa yang diharapkan

Walaupun murid memberikan informasi tambahan membantu guru memodifikasi


prasyarat produk yang harus dihasilkan agar sesuai dengan kesiapan, minat dan
kebutuhan belajar individu namun gurulah yang tetap harus mengetahui dan
mengkomunikasikan indikator kualitas dari produk tersebut.

Lingkungan yang Mendukung Pembelajaran yang Berdiferensiasi

Apa yang kita lakukan sebagai guru untuk menciptakan lingkungan yang mendukung
pembelajaran berdiferensiasi? Pembelajaran berdiferensiasi harus dibangun dengan
“learning community” atau komunitas belajar yaitu komunitas yang semua anggotanya
adalah pembelajar. Guru akan mengembangkan murid-muridnya untuk
mengembangkan sikap-sikap dan praktik-praktik yang selalu mendukung lingkungan
belajar. Komunitas belajar yang efektif mendukung pembelajaran berdiferensiasi
adalah:

1. Setiap orang dalam kelas akan menyambut dan merasa disambut dengan
baik. Iklim ini bukan hanya dilihat dari sikap dan tindakan guru yang ramah dan
menyabut murid tetapi juga sikap yang ditunjukkan antarmurid. Ruang kelas
akan dipenuhi dengan hasil belajar murid atau berbagai hal di mama murid
berperan di dalamnya.
2. Setiap orang dalam kelas akan saling menghargai. Baik guru murid orang tua
maupun kepala sekolah akan berbagi kebutuhan, perasaan diterima, dihormati,
aman sukses dan sebagainya. Apapun perbedaan yang dimiliki mereka semua
tentu memiliki perasaan dan emosi manusia yang sama oleh karena itu dalam
kelas yang mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi guru akan
membelajarkan murid muridnya untuk membedakan perasaan yang mereka
miliki terhadap apa yang dilakukan oleh seseorang dan nilai dari orang tersebut.
Guru membantu murid memecahkan secara konsruktif dan tidak akan pernah
membuat perasaan siapapun menjadi kecil.

3. Murid akan merasa aman. Aman tidak hanya secara fisik tetapi juga secara
psikis. Murid-murid yang berada dalam kelas tahu persis mereka boleh bertanya
jika membutuhkan bertanya, mengatakan tidak tahu jika tidak tahu. Mereka tahu
bahwa dalam belajar mereka dapat mengambil risiko untuk mencoba berbagai
ide-ide kreatif.

4. Ada harapan bagi pertumbuhan. Tujuan pembelajaran berdiferensiasi untuk


membantu setiap murid tumbuh semaksimal mungkin sesuai kemampuannya.
Dengan demikian guru akan berusaha mengetahui perkembangan setiap
muridnya dan perkembangan kelasnya secara keseluruhan. Murid juga akan
belajar memaknai pertumbuhan mereka sendiri. Mereka akan berbicara tujuan
pembelajaran dan cara pencapaiannya. Semua pertumbuhan yang ditunjukkan
murid seberapa kecilnya akan layak dicatat dan diperhatikan oleh guru.
Pertumbuhan setiap murid akan berbeda-beda bentuknya. Pertumbuhan
tersebut adalah sebuah perayaan dan pertumbuhan tersebut tidak akan lebih
daripada apapun.

5. Guru mengajar untuk mencapai kesuksesan. Guru mencari tahu di mana


posisi murid dikaitkan dengan tujuan pembelajaran utama yang ingin dicapai dan
kemudian memberikan pengalaman belajar yang akan mendorong murid sedikit
lebih jauh dan lebih cepat daripada kemampuan mereka saat ini atau zona
nyaman mereka. Guru akan merancang pembelajaran yang sedikit melampaui
apa yang murid kuasai saat itu, pada saat itu murid akan keluar dari zona
nyaman mereka dan merasakan sedikit tantangan. Saat murid mengalami
tantangan tersebut guru akan memastikan bahwa dukungan akan diberikan pada
murid tersebut, sehingga tantangan tersebut dapat dilampaui sehingga murid
tidak akan menjadi frustasi. Bantuan atau dukungan inilah yang disebut
“scaffolding”. Jadi pembelajaran yang dirancang tidak terlalu mudah dan tidak
terlalu sulit sehingga setiap murid dapat merasakan kesuksesan.

6. Ada keadilan dalam bentuk nyata. Dalam kelas yang menerapkan


pembelajaran berdiferensiasi, adil berarti berusaha memastikan semua murid
mendapatkan apa yang dia butuhkan untuk tumbuh dan sukses. Murid dan guru
adalah sebuah tim untuk berusaha untuk berusaha memastikan bahwa kelas
berjalan dengan baik untuk semua orang di kelas tersebut.

7. Guru dan berkolaborasi untuk pertumbuhan dan kesuksesan


bersama. Setiap orang harus mengambil tanggung jawab baik untuk
kesejahteraan diri mereka sendiri maupun kesejahteraan orang lain. Untuk itu
guru dan murid bekerja sama untuk kesuksesan bersama. Walaupun guru
pemimpin kelas, namun murid juga secara sadar mengambil tanggung jawab
untuk kesuksesan kelasnya. Mereka akan berusaha untuk menyelesaikan
pekerjaan mereka, memecahkan semua permasalahan dengan cara yang
konstruktif dan akan membantu mengembangkan rutinitas yang efektif.

Peran pengawas sekolah dalam proyek penguatan profil pelajar pancasila :

1. Mengawasi apakah projek sudah berjalan sesuai dengan yang diharapkan

2. Memberikan pendampingan dan pembinaan kepada satuan pendidikan

3. Memberikan informasi terbaru berkaitan dengan kebijakan pendidikan khususnya yang


berhubungan dengan kurikulum dan Projek Penguatan Profil
Pelajar Pancasila

4. Memberikan solusi alternatif ketika sekolah mengalami kendala dalam menjalankan


projek

Anda mungkin juga menyukai