PERENCANAAN AKHIR
Dari hasil kontrol kecukupan dimensi portal pada Bab 1.C.1 dan Bab 1.C.2 telah
ditetapkan bahwa untuk balok-balok di Lantai atap digunakan dimensi 200/300, Lantai 3 digunakan
dimensi 250/350 dan Lantai 2 digunakan dimensi 300/400. Untuk Kolom Lantai 1 digunakan dimensi
kolom 500/500 sedangkan untuk Lantai 2 dan 3 digunakan dimensi kolom 450/450. Karena dimensi
portal berubah, maka perhitungan diulang dari awal.
1b). Perhitungan momen lentur. Hasil hitungan momen lentur pada balok maupun kolom akibat
beban mati disajikan pada Tabel 2.1 dan Tabel 2.2, serta dilukiskan pada Gambar 2.4, sedangkan hasil
gaya geser disajikan pada Tabel 2.3 dan Tabel 2.4, serta dilukiskan pada Gambar 2.5.
Gambar 2.3 Beban mati (kN/m’) pada portal akhir
Gambar 2.4 Diagram bidang momen (kN.m) akibat beban mati pada portal akhir
1c). Perhitungan gaya geser. Hasil hitungan gaya geser (gaya lintang) pada balok maupun kolom
akibat beban mati dari Lampiran 2 dituliskan dalam Tabel 2.3 dan Tabel 2.4 serta dilukiskan pada
Gambar 2.5.
Tabel 2.3 Gaya geser balok akibat beban mati
Besar geser pada posisi balok (kNm)
Lantai Nama dan Bentang Balok Dimensi (mm)
Ujung Kiri Lapangan Ujung Kanan
B18-1 (5,5) -26,134 -0,454 27,885
B21-1 (4,5) -14,829 4,8285 12,568
Atap 200/300 -12,568 14,829
B24-1(4,5) 8,2215
B27-1(5,5) -27,885 -3,0805 26,134
B17-1 (5,5) -51,757 -1,535 53,784
B20-1 ( 4,5) -33,918 -4,114 31,909
Lantai 3 250/350 -31,909 33,918
B23-1 (4,5) 13,9595
B26-1 (5,5) -53,784 -4,577 51,757
B16-1 (5,5) -51,043 -1,005 53,755
B19-1 (4,5) -34,241 9,922 30,979
Lantai 2 300/400 -30,979 34,241
B22-1 (4,5) 14,815
B25-1 (5,5) -53,755 -5,073 51,043
1d). Perhitungan gaya aksial kolom. Gaya aksial pada kolom portal akibat beban mati dihitung
dengan cara menggunakan program bantu sap2000, Berikut hasil perhitungan dilukiskan pada tabel
2.5 dan gambar 2.7.
Hasil hitungan gaya aksial kolom akibat beban mati yang bekerja pada portal tersebut dituliskan
dalam Tabel 2.5 dan dilukiskan pada Gambar 2.7.
Tabel 2.5 Gaya aksial kolom akibat beban mati
2. Beban hidup
2a). Perhitungan beban.Karena denah bangunan tetap (tidak berubah) maka besar
beban hidup yang bekerja pada balok-balok Portal B juga tetap. Beban hidup yang bekerja
pada balok-balok portal B berupa beban segitiga maupun trapesium yang telah dilukiskan
pada Gambar 2.8. Gaya dalam dihitung dengan bantuan program sap2000 (Lihat Lampiran
2.2) Hasil hitungan gaya dalam yang berupa momen lentur, gaya geser dan gaya
normal/aksial disajikan pada tabel 2.6 sampai dengan tabel 2.10 serta dilukiskan pada
gambar 2.10 sampai dengan 2.12. Berikut adalah beban mati yang diinputkan beserta bentuk
pembebanan pada portal tinjauan yaitu portal B.
Gambar 2.8 Beban hidup (kN/m’) pada portal akhir
2b).Perhitungan momen lentur. Hasil hitungan momen lentur pada balok maupun kolom akibat
beban hidup pada portal akhir dituliskan dalam Tabel 2.6 dan Tabel 2.7, serta dilukiskan pada Gambar
2.10.
Tabel 2.6 Momen lentur balok akibat beban hidup
Gambar 2.10 Diagram bidang momen (kN.m) akibat beban hidup pada portal akhir
2c).Perhitungan gaya geser. Hasil hitungan gaya geser (gaya lintang) pada balok maupun
kolom akibat beban hidup pada portal akhir dituliskan dalam Tabel 2.8 dan Tabel 2.9, serta dilukiskan
pada Gambar 2.11.
Tabel 2.8 Gaya geser balok akibat beban hidup
Besar geser pada posisi balok (kNm)
Lantai Nama dan Bentang Balok Dimensi (mm)
Ujung Kiri Lapangan Ujung Kanan
B18-1 (5,5) -11,418 -0,2125 12,219
B21-1 (3,5) -6,549 -1,3485 5,601
Atap 200/300 -5,601 6,549
B24-1(3,5) 0,0735
B27-1(5,25) -12,219 -1,414 11,418
B17-1 (5,25) -21,448 -0,8565 22,345
B20-1 ( 3,5) -13,296 -2,0485 12,164
Lantai 3 250/350 -12,164 13,126
B23-1 (3,5) -0,6055
B26-1 (5,25) -22,345 -2,202 21,448
B16-1 (5,25) -21,294 -0,6255 22,5
B19-1 (3,5) -13,405 -2,467 11,885
Lantai 2 300/400 -11,885 13,405
B22-1 (3,5) -0,187
B25-1 (5,25) -22,5 -2,433 21,294
2d). Perhitungan gaya aksial kolom. Gaya aksial kolom portal akhir akibat beban hidup
dihitung dengan cara tributary area system seperti pada Bab 1.B.1.1d).
Hasil hitungan gaya aksial kolom akibat beban hidup disajikan pada Tabel 2.10 dan Gambar
2.12.
Tabel 2.10 Gaya aksial kolom akibat beban hidup
Lantai Nama dan Bentang Kolom DimensiBesar
(mm)momen pada posisi kolom (kNm)
Ujung Bawah Ujung Atas
K3-1 (3,0) -78,918 -11,418
K6-1 (3,0) -86,268 -18,768
Atap K9-1 (3,0) 450/450 -78,702 -11,202
K12-1 (3,0) -86,268 -18,768
K15-1 (3,0) -78,918 -11,418
K2-1 (3,0) -167,866 -100,366
K5-1 (3,0) -186,239 -121,739
Lantai 3 K8-1 (3,0) 450/450 -170,53 -103,03
K11-1 (3,0) -189,239 -121,739
K14-1 (3,0) -167,866 -100,366
K1-1 (3,0) -256,66 -189,16
K4-1 (3,0) -292,644 -225,144
Lantai 2 K7-1 (3,0) 500/500 -261,8 -194,3
K10-1 (3,0) -292,644 -225,144
K13-1 (3,0) -256,66 -189,16
Gambar 2.12 Diagram gaya aksial kolom (kN) akibat beban hidup pada portal akhir
3. Beban gempa
Beban Gempa yang bekerja pada portal dihitung dengan analisis satitc ekuivalen
menurut Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan gedung apartemen di kota
Surakarta. ( BSN,2012. Tatacara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan
Gedung dan Non Gedung, SNI 1726-2012, ICS 91.120.25;91.080.01 )
3a) Berat total bangunan. Berat total bangunan dihitung seperti pada Bab I.B.3.
Berat total lantai atap (Wa) : (fr = 0,5)
Beban mati:
Berat pelat, tebal 10 cm = 0,10.5.20.25 = 250 kN
Lapis kedap air tebal 3 cm = 0,03.5.20.19 = 57 kN
Berat balok 200/300 = 0,3.(0,3-0,1).(20+4.5).25 = 60 kN
Berat dinding tebal 15 cm, tinggi (3/2-0,3/2) m,
= 0,15.1,35(20-3.0,45) + 4.(5.0,45).18 = 165,777 kN
Berat kolom 450/450 = 0,45.0,45.(3/2-0,3/2).5.25 = 34,17 kN +
Jumlah WD,a = 566,947 kN
Beban hidup:
Berat air hujan, tebal 5 cm = 0,05.5.20.10 = 50 kN
Beban hidup atap 1kN/m2 = 1.5.20 = 150 kN
+
Jumlah Wl,a = 200 kN
Berat total Wa = WDa + fr.WL,a = 566,947 + 0,5.200 = 666,947 kN
+
Jumlah WD,3 = 636,0645 kN
Beban hidup lantai 2,5 kN/m2, WL,3 = 2,5.5.20 = 250 kN
Beban total W3 = WD,3+fr.WL,3 = 363,0645 + 0,3.250 = 711,0645 kN
Berat Total Lantai 2 (W2) : (fr = 0,3)
Beban mati:
Berat pelat, tebal 12 cm = 0,12.5.20.25 = 300 kN
Berat spesi 3cm dan keramik = (0,03.19+0,17).5.20 = 74 kN
Berat balok 300/400 = 0,3.(0,4-0,12).(20+4.5).25 = 84 kN
Berat dinding atas tebal 15 cm, tinggi 3 m,
= 0,15.3.(20-3.0,5) + 4.(5.0,5).18 = 188,325 kN
Berat kolom 500/500 = 0,5.0,5.(3/2).5.25 = 46,875 kN
+
Jumlah WD,2 = 693,2 kN
Beban hidup lantai 2,5 kN/m2, WL,2 = 2,5.5.20 = 250 kN
Beban total W2 = WD,2+fr.WL,2 = 693,2 + 0,3.250 = 768,2 kN
Berat total bangunan ,Wt = Wa +W3 + W2
= 666,947 + 711,0645 + 768,2
= 2146,2115 kN
3b). Perhitungan beban. Karena dimensi portal telah ditetapkan, maka beban gempa dihitung
berdasarkan periode fundamental gedung.
Periode alami fundamental gedung Ta = 0,0466.H0,9 = 0,0466.10,50,9 = 0,387 detik
Menentukan niilai C
1. Wilayah Samarinda diperoleh Ss=0,1169 ; dan S1=0,0958
2. t= 95 kPa, jadi termasuk tanah SC (tanah keras)
3. Kelas situ SD, dengan ; Ss = 0,603, diperoleh Fa = 1,32
S1 = 0,239, diperoleh Fv = 1,2
4. SMS = Fa.Ss = 1,3.0,1169 = 0,152 ; SM1 = Fv.S1 = 1,5.0,0958 = 0,144
5. SDS = 2/3.SMS = 2/3.0,152 = 0,1013 ; SD1 = 2/3.SM1 = 2/3.0,144 = 0,0958
6. Ts = SD1/SDS = 0,0958/0,1013 = 0,946 detik
7. Karena Ta (0,387 detik) < Ts, maka C = SDS = 0,1013
Dari hitungan gempa pada bab I.B.3.3b diperoleh faktor respon gempa C= 0,53, faktor
keutamaan Ie = 1,0 dan factor reduksi gempa R = 3 (portal beton bertulang sebagai SRPMB).
C . Ie 0,1013 .1 , 0
Jadi, V = .W t= 2146,2115= 72,4704 kN
R 3
Ta = 0,387 detik < (0,5 detik), jadi = k = 1
W i. h K
i
F i= .V
∑ (W i . hi ) dengan K= 1
Proses hitungan dilaksanakan pada tabel berikut ini :
Tabel 2.11 Beban horizontal akibat gempa pada tiap lantai (Fi)
Lantai Berat Lantai Tinggi Lantai Wi.hik Fi Jumlah Fi
i Wi Hi (kNm) (kN) (kN)
Atap 666,947 9 6002,523 34,59 34,59
3 711,0645 6 4266,387 2459 2459
2 768,2 3 2304,6 13,28 13,28
Jumlah 2146,2115 12573,51 72,46 72,46
Hasil hitungan beban gempa pada Tabel 2.11 dilukiskan seperti pada Gambar 2.13
3c). Perhitungan momen lentur. Hasil hitungan momen lentur pada balok maupun kolom (lihat
Lampiran 2) dituliskan dalam Tabel 2.12 dan Tabel 2.13, serta di lukiskan pada Gambar 2.14.
Tabel 2.12 Momen lentur balok akibat beban gempa ke kanan (positif) dan ke kiri (negatif)
Nama dan Momen Gempa Posotif (Kn.M) Momen Gempa Negatif (Kn.M)
Lantai
Bentang Balok Ujung Kiri Lapangan Ujung Kanan Ujung Kiri Lapangan Ujung Kanan
B18-1 (5,5) 9,0624 1,39215 -7,7146 -9,0624 -1,3922 7,7146
B21-1 (4,5) 7,874 -2,16375 -7,8476 -7,874 2,16375 7,8476
Atap
B24-1(4,5) 7,8163 -2,16455 -7,8088 -7,8163 2,16455 7,8088
B27-1(5,5) 7,5571 -0,5709 -8,8143 -7,5571 0,5709 8,8143
B17-1 (5,5) 17,383 1,94955 -15,7888 -17,383 -1,9496 15,7888
Lantai 3 B20-1 ( 4,5) 17,1055 -4,5629 -16,8933 -17,1055 4,5629 16,8933
B23-1 (4,5) 16,8322 -4,8053 -16,9781 -16,8322 4,8053 16,9781
B26-1 (5,5) 15,5378 -0,3754 -17,0251 -15,5378 0,3754 17,0251
B16-1 (5,5) 21,6067 2,74605 -19,1813 -21,6067 -2,7461 19,1813
Lantai 2 B19-1 (4,5) 20,2195 -5,4602 -20,0436 -20,2195 5,4602 20,0436
B22-1 (4,5) 19,9693 -5,63195 -20,0648 -19,9693 5,63195 20,0648
B25-1 (5,5) 18,8444 -0,7915 -21,1105 -18,8444 0,7915 21,1105
Tabel 2.13 Momen lentur kolom akibat beban gempa ke kanan (positif) dan ke kiri (negatif)
Nama dan Momen Gempa Posotif (Kn.M) Momen Gempa Negatif (Kn.M)
Lantai
Bentang Balok Ujung Atas Ujung Bawah Ujung Atas Ujung Bawah
K3-1 (3,0) 3,666 -9,0624 -3,666 9,0624
K6-1 (3,0) 10,6442 -15,5886 -10,6442 15,5886
Atap K9-1 (3,0) 1,10E+01 -1,57E+01 -1,10E+01 1,57E+01
K12-1 (3,0) 10,47 -15,3659 -10,47 15,3659
K15-1 (3,0) 3,4967 -8,8143 -3,4967 8,8143
K2-1 (3,0) 10,5863 -13,717 -10,5863 13,717
K5-1 (3,0) 20,6432 -22,2501 -20,6432 22,2501
Lantai 3 K8-1 (3,0) 2,11E+01 -2,27E+01 -2,11E+01 2,27E+01
K11-1 (3,0) 20,4602 -22,0459 -20,4602 22,0459
K14-1 (3,0) 10,515 -13,5285 -10,515 13,5285
K1-1 (3,0) 26,2161 -11,0204 -26,2161 11,0204
K4-1 (3,0) 29,5067 -18,7576 -29,5067 18,7576
Lantai 2 K7-1 (3,0) 2,94E+01 -1,89E+01 -2,94E+01 1,89E+01
K10-1 (3,0) 29,0776 -18,449 -29,0776 18,449
K13-1 (3,0) 25,3784 -10,5954 -25,3784 10,5954
Gambar 2.14 Diagram bidang momen (kNm) akibat beban gempa ke arah kanam (positif) pada
portal akhir.
3d). Perhitungan gaya geser. Hasil hitungan gaya geser pada balok maupun kolom akibat
beban gempa yang bekerja pada portal (lihat Lampiran 2) dituliskan dalam Tabel 2.16 dan Tabel
2.17, serta dilukiskan pada Gambar 2.15
Tabel 2.14 Gaya geser balok akibat beban gempa ke kanan (positif) dan ke kiri (negatif)
Nama dan Momen Gempa Posotif (Kn.M) Momen Gempa Negatif (Kn.M)
Lantai
Bentang Balok Ujung Kiri Lapangan Ujung Kanan Ujung Kiri Lapangan Ujung Kanan
B18-1 (5,5) 3,05 4,575 3,05 -3,05 -4,575 -3,05
B21-1 (4,5) 3,494 5,241 3,494 -3,494 -5,241 -3,494
Atap
B24-1(4,5) 3,472 5,208 3,472 -3,472 -5,208 -3,472
B27-1(5,5) 2,977 4,4655 2,977 -2,977 -4,4655 -2,977
B17-1 (5,5) 6,031 9,0465 6,031 -6,031 -9,0465 -6,031
B20-1 ( 4,5) 7,555 11,3325 7,555 -7,555 -11,3325 -7,555
Lantai 3
B23-1 (4,5) 7,513 11,2695 7,513 -7,513 -11,2695 -7,513
B26-1 (5,5) 5,921 8,8815 5,921 -5,921 -8,8815 -5,921
B16-1 (5,5) 7,416 11,124 7,416 -7,416 -11,124 -7,416
B19-1 (4,5) 8,947 13,4205 8,947 -8,947 -13,4205 -8,947
Lantai 2
B22-1 (4,5) 8,896 13,344 8,896 -8,896 -13,344 -8,896
B25-1 (5,5) 7,265 10,8975 7,265 -7,265 -10,8975 -7,265
Tabel 2.15 Gaya geser kolom akibat beban gempa ke kanan (positif) dan ke kiri (negatif)
Nama dan Momen Gempa Posotif (Kn.M) Momen Gempa Negatif (Kn.M)
Lantai
Bentang Balok Ujung Atas Ujung Bawah Ujung Atas Ujung Bawah
K3-1 (3,0) 4,243 4,243 -4,243 -4,243
K6-1 (3,0) 8,744 8,744 -8,744 -8,744
Atap K9-1 (3,0) 8,89E+00 8,89E+00 -8,89E+00 -8,89E+00
K12-1 (3,0) 8,612 8,612 -8,612 -8,612
K15-1 (3,0) 4,104 4,104 -4,104 -4,104
K2-1 (3,0) 8,101 8,101 -8,101 -8,101
K5-1 (3,0) 14,298 14,298 -14,298 -14,298
Lantai 3 K8-1 (3,0) 1,46E+01 1,46E+01 -1,46E+01 -1,46E+01
K11-1 (3,0) 14,169 14,169 -14,169 -14,169
K14-1 (3,0) 8,014 8,014 -8,014 -8,014
K1-1 (3,0) 12,412 12,412 -12,412 -12,412
K4-1 (3,0) 16,088 16,088 -16,088 -16,088
Lantai 2 K7-1 (3,0) 1,61E+01 1,61E+01 -1,61E+01 -1,61E+01
K10-1 (3,0) 15,842 15,842 -15,842 -15,842
K13-1 (3,0) 11,991 11,991 -11,991 -11,991
Gambar 2.15 Diagram gaya geser (kN) akibat beban gempa ke arah kanan (positif) pada portal akhir.
3e). Perhitungan gaya aksial kolom. Hasil hitungan gaya aksial semua kolom akibat beban
gempa arah ke kanan maupun ke kiri secara lengkap dituliskan dalam Tabel 2.16 , dan dilukiskan
seperti pada Gambar 2.16.
Tabel 2.16 Gaya aksial kolom akibat beban gempa ke kanan (positif) dan ke kiri (negatif)
Nama dan Momen Gempa Posotif (Kn.M) Momen Gempa Negatif (Kn.M)
Lantai
Bentang Balok Ujung Atas Ujung Bawah Ujung Atas Ujung Bawah
K3-1 (3,0) 3,05 3,05 -3,05 -3,05
K6-1 (3,0) 0,443 0,443 -0,443 -0,443
Atap K9-1 (3,0) -0,021 -0,021 0,021 0,021
K12-1 (3,0) -0,496 -0,496 0,496 0,496
K15-1 (3,0) -2,977 -2,977 2,977 2,977
K2-1 (3,0) 9,082 9,082 -9,082 -9,082
K5-1 (3,0) 1,967 1,967 -1,967 -1,967
Lantai 3 K8-1 (3,0) -0,063 -0,063 0,063 0,063
K11-1 (3,0) -2,088 -2,088 2,088 2,088
K14-1 (3,0) -8,897 -8,897 8,897 8,897
K1-1 (3,0) 16,498 16,498 -16,498 -16,498
K4-1 (3,0) 3,499 3,499 -3,499 -3,499
Lantai 2 K7-1 (3,0) -0,114 -0,114 0,114 0,114
K10-1 (3,0) -3,72 -3,72 3,72 3,72
K13-1 (3,0) -16,162 -16,162 16,162 16,162
Gambar 2.16 Diagram gaya aksial (kN) akibat beban gempa ke arah kanan (positif) pada portal
akhir.
4. Kombinasi beban
Gaya dalam akibat beban mati, beban hidup, dan beban gempa yang tercantum dalam
Lampiran 2, di atas bekerja pada portal dengan kombinasi tertentu, dan diperhitungkan sebagai kuat
perlu (U) menurut persamaan berikut:
1) Bekerja beban mati D saja, dirumuskan :
U = 1,4.D
2) Bekerja beban mati D dan beban hidup L, dirumuskan :
U = 1,2.D + 1,6.L
3) Bekerja beban mati D, beban hidup L, dan beban gempa E (Earth Quake Load).
U = 1,2.D + 1,0.L + 1,0.E(+) dan U = 0,9.D + 1,0.E(-)
4) Bekerja beban mati D dan beban gempa E,
U = 0,9.D + 1,0 E(+) dan U = 0,9.D + 1,0 E(-)
Catatan : E(+) berarti beban gempa bekerja pada portal ke arah kanan ()
E(-) berarti beban gempa bekerja pada portal ke arah kiri ()
Pada perencanaan portal, kuat perlu U dari berbagai jenis kombinasi beban tersebut dapat
berupa momen Mu, gaya geser perlu Vu, dan gaya aksial Pu. Hasil hitungan berbagai kuat perlu U
dituliskan di dalam Tabel yang disajikan pada Tabel 2.17 sampai Tabel 2.21.
Tabel 2.18 Hasil hitungan momen perlu balok
Posisi Momen Lentur Balok Mu (kN.m)
Lantai No balok
ujung 1.4D 1.2D+1.6L 1.2D+L+E(+) 1.2D+L+E(-) 0.9D+E(+) 0.9D+E(-)
kiri -32,980 -28,269 -29,566 -47,690 -12,139 -30,264
B18 Lapangan 41,857 56,989 50,465 47,680 28,300 25,516
Kanan -39,755 -54,174 -54,352 -38,922 -33,271 -17,842
kiri -23,419 -31,909 -19,596 -35,344 -7,181 -22,929
B21 Lapangan 11,211 15,802 11,316 15,643 5,043 9,371
Kanan -16,274 -22,371 -27,061 -11,365 -18,310 -2,615
Atap
kiri -16,274 -22,371 -11,397 -27,029 -2,646 -18,278
B24 Lapangan 9,226 14,290 9,733 14,062 3,767 8,096
Kanan -23,419 -31,909 -35,279 -19,662 -22,864 -7,246
kiri -39,755 -54,174 -39,080 -54,194 -17,999 -33,114
B27 Lapangan 41,549 56,565 48,138 49,279 26,139 27,281
Kanan -32,980 -44,843 -47,442 -29,814 -30,016 -12,387
kiri -67,079 -91,822 -61,567 -96,333 -25,740 -60,506
B17 Lapangan 67,193 93,463 81,962 78,063 45,145 41,246
Kanan 45,030 0,326 -1,111 30,467 13,159 44,737
kiri -43,434 -58,896 -33,666 -67,877 -10,816 -45,027
B20 Lapangan 25,290 36,386 26,307 35,433 11,695 20,821
Kanan -37,139 -50,040 -77,299 -26,319 -40,769 -6,982
Lt. 3
kiri -37,139 -50,040 -26,380 -60,045 -7,043 -40,707
B23 Lapangan 23,541 35,080 24,686 34,297 10,328 19,939
Kanan -43,434 -58,896 -67,749 -33,793 -44,900 -10,944
kiri -74,828 -102,410 -72,520 -103,596 -32,566 -63,642
B26 Lapangan 66,841 92,982 79,223 79,974 42,594 43,345
Kanan -67,079 -91,822 -107,333 -61,925 -60,148 -26,097
kiri -64,395 -88,359 -54,316 -97,529 -19,790 -63,004
B16 Lapangan 68,347 95,208 84,220 78,728 46,683 41,191
Kanan -74,795 -102,577 -107,333 -68,971 -67,264 -28,901
kiri -45,557 -61,938 -33,135 -73,574 -9,067 -49,506
B19 Lapangan 25,012 35,768 24,934 35,855 10,619 21,539
Kanan -35,307 -47,680 -61,192 -21,105 -42,741 -2,654
Lt. 2
kiri -35,307 -47,680 -21,179 -61,118 -2,728 -42,667
B22 Lapangan 22,165 33,632 22,512 33,776 8,617 19,881
Kanan -45,557 -61,938 -73,419 -33,289 -49,351 -9,222
kiri -74,795 -102,577 -69,308 -106,996 -29,238 -66,927
B25 Lapangan 67,874 94,562 80,126 81,709 42,842 44,425
Kanan -64,395 -88,359 -97,033 -54,812 -62,507 -20,286
B. Penulangan Balok
1. Tulangan longitudinal
1a). Hitungan tulangan. Tulangan longitudinal dihitung dari momen perlu (M u(-) dan Mu(+))
yang bekerja pada penampang balok. Contoh hitungan dilaksanakan pada Balok B20 ujung kiri,
lapangan, dan ujung kanan.
(√
a= 1- 1-
2. K
0,85 . f c ').d
a= (1−√1− 02,.853.538
. 25 )
. 2 92 = 53,52 mm
'
0 , 85 . f c . a . b 0 , 85. 25 . 53 ,52 . 250
As = = =¿812,411 mm2
fy 350
As,min = 1,4.b.d/fy = 1,4.250.292/350 = 292 mm2
(600 + 350)2
= 6,833479051 Mpa
K< Kmaks (maka dipakai tulangan tunggal)
a= .d
2.0,5637,
= (1 - √1 - ). 292
0,85.25
= 7,852 mm
0,85.𝑓′ 𝑐 .𝑎 .𝑏
As = 𝑓𝑦 0,85. 7,852. 300 = 119,1821 mm2
= 350
As,min = 1,4.b.d/fy = 1,4.250.292/350 = 292 mm2
Jadi pada balok B20 ujung kiri dipasang tulangan sebagai berikut:
Tulangan atas 4D22, luasnya = 4.1/4.π.232 = 1661,903 mm2
Tulangan bawah 2D22, luasnya = 2.1/4.π.232 = 830,951 mm2
1b). Kontrol momen desain. Untuk mengetahui apakah balok dengan tulangan
terpasang tersebut mampu mendukung beban yang ada, maka perlu dikontrol dengan syarat
bahwa momen desain Md minimal sama dengan momen perlu M u, atau ditulis : Md harus ≥
Mu.
Momen desain Balok B20 ujung kiri :
1) Momen negatif, Mu(-) = 66,877kNm = 67877000Nmm (lihat Tabel 2.18)
54
ds1 = 58 + 8 + 23/2
= 58 mm, dipakai ds1 = 58 mm
ds2 = D + Snv = 23 + 25 = 48 mm
ds = ds1 + ds2/2 = 60 + 44 / 2 = 82 mm
d’s = 58 mm
d = 350 – 82 = 292 mm
dd = 350 – 58 – 48 = 244 mm
As = 6D23 = 2492,854 mm2
As’ = 3D23 = 1246,427 mm2
( As− A ' s ) . fy ( 2 492,854−1246,427 ) . 350
a= = = 82,118 mm
'
0 , 85 . f c .b 0 ,85 . 2 5 .250
600 . β 1 . d ' s 600 . 0 , 85 .58
a ’ minleleh = = = 118,32 mm
600−fy 600−3 50
a < amin,leleh, maka tulangan tekan belum leleh, dihitung a lagi seperti berikut :
'
600 . A s−As . fy 600 .1246,4269−2 492 , 85 .3 5 0
p= '
= = -7,821
1 ,7 . f c . b 1 , 7 . 25 .250
' '
600 . β 1. d s . A s 600 . 0 , 85 . 58 .830,9513
q= '
= = 4626,7366
0 , 85 . f c . b 0 , 85 . 25 .25 0
Jadi :
a (76,289 mm) < amin,leleh (118,32 mm), maka tulangan tekan belum leleh (OK)
a (76,289 mm) < amax,leleh (130,989 mm), maka tulangan tarik sudah leleh (OK)
fs’ = 600.(a.-β1.ds’)/a
= 600.(76,28896 -0,85.58)/76,28896 = 212,264 mpa
Mnc = 0,85.fc’.a.b.(d-a/2)
= 0,85.25.76,289.250.(292-76,289/2) = 102883860,0 Nmm.
Mns = As’.fs’.(d-ds’)
= 830,951.212,264(292-58) = 41273102,3 Nmm, +
55
Mn = 144156962,3 Nmm
(-)
Md = ϕ.Mn = 0,9. 144156962,3 = 129741266 Nmm = 129,74 kNm
Jadi : Md(-) (129,74 kNm) > Mu(-) (43,434 kNm) (Aman).
2) Momen positif, Mu(+) = 10,816 kNm = 10816000 Nmm (lihat Tabel 2.18)
ds1 = 40 + 8 + 23/2
= 58 mm, dipakai ds1 = 58 mm
ds = 58 mm
d’s = 58 + 48 / 2 = 82 mm
d = 350 – 58 = 292 mm
As = 2D22 = 830,951 mm2
As’= 4D22 = 1661,903 mm2
fs’ = 600.(a.-β1.ds’)/a
= 600.( 28,63336 - 0,85.58)/ 28,63336 = 433,061 MPa
Maka, dipakai f’s = 0,000 MPa
56
Mnc = 0,85.fc’.a.b.(d-a/2)
= 0,85.25.28,633.250.(292-28,633/2) = 42239714,9 Nmm.
Mns = As’.fs’.(d-ds’)
= 1661,903 . 433,061.(292-82) = 168411008,5 Nmm. +
Mn = 210650723,4 Nmm
Md(+)= ϕ.Mn = 0,9. 210650723,4= 189585651,1 Nmm = 189,59 kNm
Jadi : Md(+) (189,59 kNm) > Mu(+) (67,877 kNm) (Aman)
Momen desain Md(+) = 830,851 kNm > Mu(+) = 35,433 kNm (Aman)
2) Balok B20 ujung kanan, tulangan atas 6D22, bawah 2D22, sehingga diperoleh :
Momen desain Md(-) = 830,951 kNm > Mu(-) = 77,299 kNm (Aman)
Momen desain Md(+) = 1661,903 kNm > Mu(+) = 6,982 kNm (Aman)
1c). Selimut momen balok. Tulangan atas Balok B20 ujung kiri berjumlah 6 batang,
sedangkan pada lapangan 2 batang. Kelebihan 4 batang tulangan ini diputus sepanjang Id, agar
tulangan dapat mengembangkan tegangannya sampai batas leleh.
Pasal 12.2.2 SNI Beton-2013, karena digunakan tulangan D20 dan spasi bersih tulangan
= (300 – 2.40 – 2.6 – 3.22)/3 = 47,333 mm (>2D), maka nilai Id dihitung dengan persamaan :
f y .ψ ψe
ld = t.
. d bdan Id harus ≥ 300 mm
1 , 7 . λ . √f ' c
Dengan :
ψt = 1,0 (jarak bersih tulangan atas dan bawah < 300 mm)
ψe = 1,0 (tulangan tidak dilapisi epoksi atau pelapis lain)
λ = 1,0 (dipakai beton normal)
db = 23 (diameter batang tulangan yang disalurkan)
35 0 . 1 .1
ld = . 23 = 1150 mm dipakai 1150 mm = 1,15 m (>300mm...OK)
1 , 4 .1 . √ 25
57
Pada ujung kiri tulangan dari Balok B20 ujung kiri diberikan kait 90°, menurut pasal
12.5.1, panjang penyaluran tulangan kait (Idh) dihitung dengan persamaan berikut :
58
Gambar 2.17 Selimut momen Balok B20
2. Tulangan geser
Tulangan geser (begel) dihitung dari gaya geser perlu (V u) terbesar yang bekerja
pada balok, dan nilai Vu tersebut boleh diambil pada jarak d dari muka kolom (V ud).
Contoh hitungan dilaksanakan pada Balok B20 dengan bentang 6,2 m (as ke as) atau
bentang bersih 5,75 m. Bentang bersih dibagi menjadi 5 bagian, yaitu 1,10 m dari muka
kolom (kanan dan kiri), kemudian 1,10 m berikutnya, dan 1,35 m pada tengah bentang.
Dari Tabel 2.19 pada Balok B20 ujung kiri, nilai Vu terbesar adalah -141,482
kN (dari kombinasi beban 1,2D+L+E(-)), kemudian -30,105 kN pada tengah bentang, dan
81,259 kN pada ujung kanan. Jika ditinjau Balok B20 ujung kanan, nilai Vu terbesar adalah
144,302 kN, (dari kombinasi beban 1,2D+L+E(+)), kemudian 32,938 kN pada tengah
bentang, dan -78,439 kN pada ujung kiri. Sebagian gaya geser Vud ditahan oleh beton (ϕ.
Vc), sisanya ditahan oleh begel (Vs). Beban geser ini dilukiskan pada Gambar 2.15.
60
0 , 45
2 , 63− −0 , 9
Vu1 = 2
44 , 39+ .(47,194−44 ,39)
2 ,63
= 46,05 kN > ( ϕ.Vc = 21,356 kN )
Vs = (Vu1 – ϕ.Vc)/ϕ
= (46,05 – 42,71)/0,75
= 4,45 kN = 4447,2 N
Av = Vs.S/(fyt.d) = 4447,2.1000/(250.268) = 55,31 mm2.
Av,min = 0,35.b.S/fyt = 0,35.250.1000/300 = 291,667 mm2.
Av,min = 0,062.√ f ' c .b.S/fyt = 0,062√ 25.250.1000/300 = 258,333 mm2.
Dipilih Av yang terbesar, jadi Av,u = 291,661 mm2.
Digunakan begel 2 kaki dengan tulangan Ø6 (mm).
Spasi begel:
1 2 1 2
n . . π .d p . S 2. π . 6 .1000
s = 4 = 4. = 193,881 mm.
i
Av , u 420
Kontrol spasi begel :
Vs < ½.Vs,maks, maka
smaks ≤ d/2 = 268/2 = 134 mm
s ≤ 600 mm
Dipilih spasi begel terkecil s = 134 mm (dibulatkan ke bawah), jadi s = 100 mm
Jadi, untuk bentang 1,10 m setelah 1,10 m dari muka kolom ujung kanan digunakan begel
Ø8-100.
Av , u 291 , 67
Kontrol spasi begel :
Vs < ½.Vs,maks, maka
smaks ≤ d/2 = 268/2 = 134 mm
s ≤ 600 mm
Dipilih spasi begel terkecil smaks = 134 mm (dibulatkan ke bawah), jadi s = 100 mm
Jadi, untuk bentang 1,35 m di tengah bentang digunakan begel Ø6-100.
3. Tulangan Torsi
Pada Bab 1.A.5 diperoleh hasil hitungan torsi balok yang ditahan oleh 2 jepit kolom pada
kedua ujung balok. Jadi untuk 1 jepit kolom menghasilkan nilai torsi sebagai berikut :
1) Balok B24 dan B27 : Tu,24 = Tu,27 = Mty,A – Mtx,C = 9,241- 5,033
= 4,028 kN.m
2) Balok B25 dan B26 : Tu,25 = Tu,26 = Mty,B – Mty,D = 3,805 –3,471
= 0,334 kN.m
3) Balok B16, B19, B20,B23 : Tu = Mty,A - Mtx,C = 16,880-9,194
= 7,686 kN,m
4) Balok B17, B17, B21, B22 : Tu = Mty,B - Mtx,D = 6,951- 6,341
= 0,610 kN,m
3a) Torsi pada balok lantai atap. Dimensi Balok lantai atap 250/350
Balok B24 dan B27 :, torsi maksimal terjadi pada sebesar Tu = 4,028 kNm.
Acp = 250.350 = 87500 mm2.
pcp = 2.(250 + 350) = 1200 mm.
62
( )
Acp 2
( )
2
φ . 0 , 083 . √ f ' c 87500
0 , 75 . 0 ,083 . √ 27 , 5 .
Tu,min = Pcp = 1200
Al =
At
S ( )
. Ph .
f yt
fy
2
. cot ∅ =
287,616
1000
.880 .
250
390 ( )2
. cot 45 °=¿228,783 mm2.
63
( 0 , 42 . √ f c . A cp A t
( ) )
'
f yt
Al,min = − . Ph .
fy S fy
=
( 390
− (
0 , 42 . √ 27 , 5 . 87500 287,616
1000
.880 .
250
390 ) )
=331,9055 mm2
3b) Torsi pada balok lantai 3. Dimensi Balok lantai 3 dipakai 300/450.
Balok B20 dan B23 :, torsi maksimal terjadi pada sebesar Tu = 7,686 kNm.
Dengan cara yang sama, diperoleh Tu,min = 3,966 KNm.
Karena Tu > Tu,min , maka torsi pada Balok B24 dan B27 harus diperhitungkan.
Dengan cara yang sama seperti hitungan torsi pada balok lantai atap, maka diperoleh :
a) Begel dan torsi transversal, dipakai begel Ø8 – 95.
b) Torsi longitudinal, dipakai tulangan 2D19 (dipasang di kanan-kiri badan balok)
Balok B21 & B22 : bekerja torsi sebesar Tu = 0,610 kNm.
Karena Tu = 0,610 kNm < Tu,min = 3,966 KNm, maka pengaruh torsi diabaikan.
3c) Torsi pada balok lantai 2. Dimensi Balok lantai 2 dipakai 300/500.
Balok B16 dan B19 :, torsi maksimal terjadi pada sebesar Tu = 7,686 kNm.
Dengan cara yang sama, diperoleh Tu,min = 4,5906 KNm.
Karena Tu > Tu,min , maka torsi pada Balok B16 dan B19 harus diperhitungkan.
Dengan cara yang sama seperti hitungan torsi pada balok lantai atap, maka diperoleh :
c) Begel dan torsi transversal, dipakai begel Ø8 – 100.
d) Torsi longitudinal, dipakai tulangan 2D22 (dipasang di kanan-kiri badan balok)
Balok B17 & B18 : bekerja torsi sebesar Tu = 0,610 kNm.
Karena Tu = 0,610 kNm < Tu,min = 4,5906 KNm, maka pengaruh torsi diabaikan
64
Tulangan longitudinal, begel, dan pengaruh torsi untuk balok-balok yang lain dihitung dengan
cara sama seperti pada Balok B17, hasilnya disajikan pada Tabel 2.24 serta Tabel 2.25.
65
Tabel 2.24 Hasil hitungan tulangan longitudinal balok
66
Tabel 2.25 Hasil hitungan tulangan geser balok
67
4. Gambar penulangan balok
Hasil hitungan penulangan Balok B20 tersebut dilukiskan pada Gambar 2.16.
1350mm
68
C. Penulangan Kolom
1. Tulangan Longitudinal
1a). Penentuan kolom panjang dan kolom pendek. Kolom panjang atau pendek
ditentukan dengan perhitungan seperti Bab 1.C.2.2b). Contoh hitungan dilaksanakan pada
Kolom K3 yang berada di lantai 1 ,yang menghubungkan buhul C dan buhul H.
Kolom Lantai 1 : Ik = 0,70.Ibruto kolom = 0,70.1/12.0,50.0,503 = 5,208.10-3 m4;
r = 0,3.0,50 = 0,150 m
Kolom Lantai 2 : Ik = 0,70.Ibruto kolom = 0,70.1/12.0,45.0,453 = 3,417.10-3 m4;
r = 0,3.0,45 = 0,135 m
Kolom Lantai 3 : Ik = 0,70.Ibruto kolom = 0,70.1/12.0,45.0,453 = 3,417.10-3 m4;
r = 0,3.0,45 = 0,135 m
Balok Lantai 2 : Ib = 0,35.Ibruto balok = 0,35.1/12.0,30.0,503 = 3,125.10-3 m4
Balok Lantai 3 : Ib = 0,35.Ibruto balok = 0,35.1/12.0,30.0,453 = 2,278.10-3 m4
Balok Lantai Atap : Ib = 0,35.Ibruto balok = 0,35.1/12.0,25.0,303 = 0,563.10-3 m4
69
Buhul A,B,C, D dan E berupa jepit, jadi ΨA = ΨB = ΨC = ΨD = ΨE = 0.
Ec (5 , 208 .10−3 /3 , 50+5 , 208. 10−3 /4 ,60 )
70
(k.Iu,K3)/r = (1,249.3,950)/0,150 = 32,890 > 22, jadi kolom K3 termasuk kolom panjang.
Untuk Kolom yang lain dihitung derajat hambatan ujung kolom (Ψ) dan faktor panjang
efektif kolom (k), kemudian ditentukan jenis kolom panjang atau pendek seperti pada Kolom
K3. Hasil hitungan semua kolom tercantum pada Tabel 2.26.
72
Untuk kolom-kolom lantai 2 dan 3, nilai δ s dihitung dengan cara yang sama seperti
kolom-kolom pada lantai 1 dari berbagai kuat perlu yang bekerja pada portal. Karena portal
simetris, maka pengaruh gempa ke kanan atau ke kiri akan menghasilkan δ s yang sama sehingga
ditinjau 4 jenis kuat perlu saja, yaitu U = 1,4.D ; U = 1,2.D + 1,6.L ; U = 1,2.D+L+E (+) dan U =
0,9.D+E(+). Hasil δs disajikan dalam Tabel 2.27 sampai dengan Tabel 2.30.
Tabel 2.27 Faktor pembesar momen kolom δs dengan kuat perlu U=1,4.D
Nama Pu,atas Faktor Pembesar
Lantai Nilai βd EI (kN.m2 ) k.Iu (m) Pc (kN)
Kolom (kN) momen δs
K11 1,000 16844,690 5,787 4959,243 47,040
K12 1,000 16844,690 4,996 6653,918 69,030
K13 0,000 33689,380 4,492 16461,629 36,860
3 1,009
K14 1,000 16844,690 4,996 6653,918 69,030
K15 1,000 16844,690 5,787 4959,243 47,040
Jumlah 39687,951 269,000
K6 1,000 16844,690 5,665 5175,145 172,030
K7 1,000 16844,690 4,780 7268,864 248,950
K8 0,000 33689,380 4,301 17956,158 154,810
2 1,032
K9 1,000 16844,690 4,780 7268,864 248,950
K10 1,000 16844,690 5,665 5175,145 172,030
Jumlah 42844,175 996,770
K1 1,000 25673,967 6,195 6595,833 297,110
K2 1,000 25673,967 5,070 9847,735 433,360
K3 0,000 51347,933 4,693 22986,940 368,380
1 1,046
K4 1,000 25673,967 5,070 9847,735 433,360
K5 1,000 25673,967 6,195 6595,833 297,110
Jumlah 55874,076 1829,320
Tabel 2.28 Faktor pembesar momen kolom δs dengan kuat perlu U=1,2.D + 1,6
73
Nama 2 Pu,atas Faktor Pembesar
Lantai Nilai βd EI (kN.m ) k.Iu (m) Pc (kN)
Kolom (kN) momen δs
K11 0,673 20137,106 5,787 5928,562 63,530
K12 0,677 20089,075 4,996 7935,502 92,380
K13 0,000 33689,379 4,492 16461,629 47,170
3 1,011
K14 0,806 18654,141 4,996 7368,680 92,380
K15 0,673 20137,106 5,787 5928,562 63,530
Jumlah 43622,935 358,990
K6 0,662 20270,385 5,665 6227,611 209,420
K7 0,647 20454,996 4,780 8826,792 301,680
K8 0,000 33689,379 4,301 17956,158 174,580
2 1,034
K9 0,647 20454,996 4,780 8826,792 301,680
K10 0,662 20270,385 5,665 6227,611 209,420
Jumlah 48064,964 1196,780
K1 0,724 30692,130 6,195 7885,036 355,080
K2 0,716 30618,923 5,070 11744,466 516,470
K3 0,000 51347,933 4,693 22986,940 295,580
1 1,046
K4 0,716 28431,857 5,070 10905,576 516,470
K5 0,724 30692,130 6,195 7885,036 355,080
Jumlah 61407,055 2038,680
Tabel 2.29 Faktor pembesar momen kolom δs dengan kuat perlu U=1,2.D+L+E(+)
75
1c). Hitungan tulangan. Karena semua kolom pada portal termasuk jenis kolom panjang,
maka tulangan longitudinal kolom diperhitungkan terhadap gaya aksial dan momen diperbesar
(Pu dan Mc) pada ujung atas maupun ujung bawah dari berbagai macam kuat perlu yang bekerja
pada kolom. Selain itu, tulangan kolom juga harus diperhitungkan terhadap portal bujur dan
portal lintang secara terpisah, kemudian hasilnya dijumlahkan. Contoh hitungan dilaksanakan
pada Kolom K2 Portal B (portal bujur).
Proses hitungan tulangan longitudinal Kolom K2 Portal B sebagai berikut :
1). Tinjauan pada kuat perlu U = 1,4.D dengan δs = 1,046 (lihat Tabel 2.27)
Kolom K2 ujung atas : Pu = 433,360 kN (lihat Tabel 2.23)
Mu = 27,54 kNm (lihat Tabel 2.20)
Mc = δs. Mu = 1,046.27,54 = 34,284 kNm
Pu 433 ,360 . 103
Q = f ' c . b . h = 27 , 5 .500 . 500 = 0,052 Dengan Gambar 1.17,
diperoleh nilai ρ1 = 1 %
Mc 28 , 807 .10 6
2
R = f ' c . b . h =27 , 5 .500 . 500 = 0,008
2
2) Tinjauan pada kuat perlu U = 1,2.D+1,6.L dengan δs = 1,046 (lihat Tabel 2.28)
Dengan cara yang sama, diperoleh nilai berikut :
Kolom K2 ujung atas :
Pu = 516,47 kN, maka Q = 0,062
Mc = 1,046.36,27 = 44,294 kNm, maka R = 0,010
Dengan Gambar 1.17 diperoleh nilai ρ3 = 1 %
76
Kolom K2 ujung bawah :
Pu = 550,55 kN, maka Q = 0,066
Mc = 1,046.17,52 = 21,389 kNm, maka R = 0,005
Dengan Gambar 1.17 diperoleh nilai ρ4 = 1 %
3) Tinjauan pada kuat perlu U = 1,2.D+L+E(+) dengan δs = 1,028 (lihat Tabel 2.29)
Dengan cara yang sama, diperoleh nilai berikut :
Kolom K2 ujung atas :
Pu = 364,40 kN, maka Q = 0,044
Mc = 1,028.213,46 = 240,137 kNm, maka R = 0,053
Dengan Gambar 1.17 diperoleh nilai ρ5 = 1 %
Kolom K2 ujung bawah :
Pu = 398,48 kN, maka Q = 0,048
Mc = 1,028.291,41 = 327,856 kNm, maka R = 0,072
Dengan Gambar 1.17 diperoleh nilai
ρ6 = ρ1 + (a/b) % = 1% + (1,011/11,915)% = 1,085 %
4) Tinjauan pada kuat perlu U = 1,2.D+L+E(-) dengan δs = 1,028 (lihat Tabel 2.29)
Dengan cara yang sama, diperoleh nilai berikut :
Kolom K2 ujung atas :
Pu = 560,69 kN, maka Q = 0,067
Mc = 1,028.148,35 = 166,893 kNm, maka R = 0,037
Dengan Gambar 1.17 diperoleh nilai ρ7 = 1 %
Kolom K2 ujung bawah :
Pu = 594,77 kN, maka Q = 0,072
Mc = 1,028.258,10 = 290,353 kNm, maka R = 0,064
Dengan Gambar 1.17 diperoleh nilai ρ8 = 1 %
5) Tinjauan pada kuat perlu U = 0,9.D +E(+) dengan δs = 1,016 (lihat Tabel 2.30)
Dengan cara yang sama, diperoleh nilai berikut :
Kolom K2 ujung atas :
77
Pu = 180,90 kN, maka Q = 0,022
Mc = 1,016.122,806 = 218,360 kNm, maka R = 0,048
Dengan Gambar 1.17 diperoleh nilai ρ9 = 1 %
Kolom K2 ujung bawah :
Pu = 206,46 kN, maka Q = 0,025
Mc = 1,016.199,64 = 311,458 kNm, maka R = 0,068
Dengan Gambar 1.17 diperoleh nilai ρ10 = 1 %
6) Tinjauan pada kuat perlu U = 0,9.D +E(-) dengan δs = 1,016 (lihat Tabel 2.30)
Dengan cara yang sama, diperoleh nilai berikut :
Kolom K2 ujung atas :
Pu = 377,19 kN, maka Q = 0,045
Mc = 1,016.162,17 = 177,380 kNm, maka R = 0,039
Dengan Gambar 1.17 diperoleh nilai ρ11 = 1 %
Kolom K2 ujung bawah :
Pu = 402,75 kN, maka Q = 0,048
Mc = 1,016.264,77 = 289,603 kNm, maka R = 0,063
Dengan Gambar 1.17 diperoleh nilai ρ12 = 1 %
Dari berbagai tinjauan diatas, dipilih nilai ρ yang besar, yaitu ρ6 = 1,085 %
Ast,u = ρ6.b.h = 1,085%.500.500 = 2712,500 mm2
Jumlah tulangan , n = 2712,500 /(1/4.π.222) = 7,136 maka dipakai 8 batang (8D25)
Jadi, dipakai Ast = 8D22 = 8.1/4.π.222 = 3041,062 mm2 > Ast,u
Telah dijelaskan pada bab 1, Kolom K2 Portal B tersebut hakekatnya sama
dengan Kolom K4 Portal 2. Karena bentuk denah dan bentuk portal simetris, maka
diperoleh jumlah tulangan longitudinal Kolom K4 portal 2 sama dengan Kolom K2
Portal B, yaitu 8D22. Jadi, dipasang tulangan Kolom K2 portal B (atau Kolom K4
Portal 2) sebanyak 2 x 8D22 = 16D2. Hasil hitungan nilai Q dan R pada ρ 6 = 1,085 %
disajikan pada Gambar 2.21.
78
Selanjutnya, dihitung pula tulangan longitudinal untuk kolom-kolom yang lain
dengan cara sama seperti pada hitungan tulangan pada Kolom K2 Portal B. Hasil
hitungan tercantum di dalam Tabel 2.31.
1.0
0.9
0.8
0.7
Q = ɸ. Pn / (f'c.b.h)
a = 1,011 mm
0.6 4 b = 11,915 mm
3 %
0.5 2 %
1 %
0.4 %
0.3 a b
a Qɸ
0.2 T
=
0.1 0,1
0.0
0.00 0.02 0.04 0.06 0.08 0.10 0.12 0.14 0.16 0.18 0.20
R = ɸ. Mn / f'c.b.h2
79
Nama Posisi Kriteria Tinjauan Kuat Perlu ρt (%) dan Ast
Lantai
Kolom Ujung Nilai 1,4D 1,2D+1,6L 1,2D+L+E(+) 1,2D+L+E(-) 0,9D+E(+) 0,9D+E(-) Terpasang
P U (kN) 47,040 63,528 43,583 65,730 18,998 41,145
MU (kNm) 53,662 73,228 26,950 97,840 1,569 69,321
ds 1,055 1,057 1,043 1,043 1,023 1,023
Atas Mc (kNm) 56,591 77,389 28,104 102,027 1,605 70,922
Q 0,0068 0,0092 0,0063 0,0096 0,0028 0,0060
R 0,0165 0,0225 0,0082 0,0297 0,0005 0,0206
ρ (%) 1,00% 1,00% 1,00% 1,00% 1,00% 1,00% 1% + 1%
K11 = K14
P U (kN) 71,554 84,540 64,595 86,742 34,757 56,904 =2%
MU (kNm) 52,388 68,206 35,744 81,234 9,954 55,444 (12D22)
ds 1,055 1,057 1,043 1,043 1,023 1,023
Bawah Mc (kNm) 55,247 72,082 37,273 84,710 10,183 56,724
Q 0,0104 0,0123 0,0094 0,0126 0,0051 0,0083
R 0,0161 0,0210 0,0108 0,0246 0,0030 0,0165
ρ (%) 1,00% 1,00% 1,00% 1,00% 1,00% 1,00%
3 P U (kN) 69,034 92,380 66,245 93,753 30,697 58,205
MU (kNm) 36,624 50,618 124,969 36,806 105,105 56,670
ds 1,055 1,057 1,043 1,043 1,023 1,023
Atas Mc (kNm) 38,623 53,494 130,316 38,381 107,532 57,978
Q 0,0100 0,0134 0,0096 0,0136 0,0045 0,0085
R 0,0112 0,0156 0,0379 0,0112 0,0313 0,0169
ρ (%) 1,00% 1,00% 1,00% 1,00% 1,00% 1,00% 1% + 1%
K12 = K14
P U (kN) 93,534 113,380 87,245 114,753 46,447 73,955 =2%
MU (kNm) 35,028 46,946 115,619 32,860 97,537 50,942 (12D25)
(12D22)
ds 1,055 1,057 1,043 1,043 1,023 1,023
Bawah Mc (kNm) 36,940 49,613 120,567 34,266 99,790 52,118
Q 0,0136 0,0165 0,0127 0,0167 0,0068 0,0108
R 0,0107 0,0144 0,0351 0,0100 0,0290 0,0152
ρ (%) 1,00% 1,00% 1,00% 1,00% 1,00% 1,00%
P U (kN) 248,948 301,678 218,627 318,954 110,097 210,424
MU (kNm) 54,712 69,149 -18,451 139,475 44,083 113,843
ds 1,075 1,074 1,053 1,053 1,028 1,028
Atas Mc (kNm) 58,793 74,258 -19,424 146,833 45,320 117,038
Q 0,0299 0,0363 0,0263 0,0383 0,0132 0,0253
R 0,0128 0,0162 -0,0042 0,0321 0,0099 0,0256
ρ (%) 1,00% 1,00% 1,00% 1,00% 1,00% 1,00% 1% + 1%
K6 = K10
P U (kN) 196,546 230,430 164,086 249,276 83,243 168,433 =2%
MU (kNm) 55,846 71,180 2,042 122,270 24,495 95,733 (12D25)
(12D22)
ds 1,075 1,074 1,053 1,053 1,028 1,028
Bawah Mc (kNm) 60,011 76,439 2,149 128,720 25,183 98,420
Q 0,0236 0,0277 0,0197 0,0300 0,0100 0,0202
R 0,0131 0,0167 0,0005 0,0281 0,0055 0,0215
ρ (%) 1,00% 1,00% 1,00% 1,00% 1,00% 1,00%
2
P U (kN) 172,032 209,418 228,264 143,074 152,674 67,484
MU (kNm) 54,712 69,149 139,475 18,451 113,843 44,083
ds 1,075 1,074 1,053 1,053 1,028 1,028
Atas Mc (kNm) 58,793 74,258 146,833 19,424 117,038 45,320
Q 0,0207 0,0252 0,0274 0,0172 0,0184 0,0081
R 0,0128 0,0162 0,0321 0,0042 0,0256 0,0099
ρ (%) 1,00% 1,00% 1,00% 1,00% 1,00% 1,00% 1% + 1%
K8 = K10
P U (kN) 196,546 230,430 249,276 164,086 168,433 83,243 =2%
MU (kNm) 55,846 71,180 122,270 2,042 95,733 24,495 (12D25)
(12D22)
ds 1,075 1,074 1,053 1,053 1,028 1,028
Bawah Mc (kNm) 60,011 76,439 128,720 2,149 98,420 25,183
Q 0,0236 0,0277 0,0300 0,0197 0,0202 0,0100
R 0,0131 0,0167 0,0281 0,0005 0,0215 0,0055
ρ (%) 1,00% 1,00% 1,00% 1,00% 1,00% 1,00%
80
Tabel 2.31 (lanjutan)
P U (kN) 433,356 516,466 364,399 560,685 180,901 377,187
MU (kNm) 27,538 36,274 213,459 148,353 199,639 162,173
ds 1,245 1,221 1,125 1,125 1,094 1,094
Atas Mc (kNm) 34,284 44,294 240,137 166,893 218,360 177,380
Q 0,0778 0,0927 0,0654 0,1007 0,0325 0,0677
R 0,0137 0,0177 0,0958 0,0666 0,0871 0,0708
K2 = K4 ρ (%) 1,00% 1,00% 1,00% 1,00% 1,00% 1,00% 1% + 1,085%
P U (kN) 473,116 550,546 398,479 594,765 206,461 402,747 = 2,085 %
MU (kNm) 13,286 17,516 291,433 258,097 284,756 264,774 (16D22)
ds 1,245 1,221 1,125 1,125 1,094 1,094
Bawah Mc (kNm) 16,541 21,389 327,856 290,353 311,458 289,603
Q 0,0850 0,0989 0,0716 0,1068 0,0371 0,0723
R 0,0066 0,0085 0,1308 0,1159 0,1243 0,1156
1 ρ (%) 1,00% 1,00% 1,085% 1,00% 1,00% 1,00%
P U (kN) 268,380 295,584 272,029 272,029 173,554 173,554
MU (kNm) 27,538 36,274 148,353 213,459 162,173 199,639
ds 1,245 1,221 1,125 1,125 1,094 1,094
Atas Mc (kNm) 34,284 44,294 166,893 240,137 177,380 218,360
Q 0,0482 0,0531 0,0488 0,0488 0,0312 0,0312
R 0,0137 0,0177 0,0666 0,0958 0,0708 0,0871
ρ (%) 1,000% 1,000% 1,000% 1,000% 1,000% 1,000% 1,085% + 1,085%
K3 = K4
P U (kN) 308,154 329,676 306,121 306,121 199,123 199,123 = 2,170 %
MU (kNm) 13,286 17,516 258,097 291,433 264,774 284,756 (16D22)
ds 1,245 1,221 1,125 1,125 1,094 1,094
Bawah Mc (kNm) 16,541 21,389 290,353 327,856 289,603 311,458
Q 0,0553 0,0592 0,0550 0,0550 0,0358 0,0358
R 0,0066 0,0085 0,1159 0,1308 0,1156 0,1243
ρ (%) 1,000% 1,000% 1,00% 1,085% 1,000% 1,00%
2. Tulangan geser
Tulangan geser (begel) dihitung dari gaya geser perlu (V u) terbesar yang bekerja
pada kolom. Setiap kolom dihitung dengan 2 arah ( portal bujur dan portal lintang),
kemudian dipilih jarak begel yang paling rapat. Contoh hitungan dilaksanakan pada Kolom
K2 Portal B dengan Vu terbesar = 109,09 kN, terjadi pada beban dengan kuat perlu U=
1,2.D + L + E(+) (lihat Tabel 2.22), dan Nuk = 364,40 kN (lihat Tabel 2.23). Gaya geser
yang ditahan beton = ∅ .Vc dan yang ditahan begel = Vs
(
∅ .Vc= ∅ .0 ,17. 1+
N uk
14. A g )
. λ . √f 'c. b . d
( )
3
364 , 40.10
¿ 0 , 75.0 ,17. 1+ .1 . √ 27 ,5 .500 .(500−60).
14. 500.500
81
= 133749,558 N = 133,749 kN
82
Nama Vu Nuk φ.Vc Vs Av,u Begel Terpasang
Lantai
Kolom (kN) (kN) (kN) (kN) 2
(mm ) (mm)
K11 50,050 65,730 120,063 -93,350 403,846 φ10 - 200
K12 67,510 66,250 120,084 -70,099 403,846 φ10 - 200
3 K13 51,820 41,520 119,061 -89,654 403,846 φ10 - 200
K14 64,920 66,250 120,084 -73,552 403,846 φ10 - 200
K15 50,050 65,730 120,063 -93,350 403,846 φ10 - 200
K6 59,880 152,670 123,661 -85,042 403,846 φ10 - 200
K7 107,730 301,680 129,829 -29,465 403,846 φ10 - 200
2 K8 94,620 159,460 123,942 -39,096 403,846 φ10 - 200
K9 107,730 218,630 126,391 -24,882 403,846 φ10 - 200
K10 88,360 245,440 139,523 -68,217 403,846 φ10 - 200
K1 88,360 407,610 134,213 -61,138 448,718 φ10 - 200
K2 109,090 516,470 138,719 -39,505 448,718 φ10 - 200
1 K3 104,080 272,030 128,602 -32,695 448,718 φ10 - 200
K3 109,090 364,400 132,425 -31,113 448,718 φ10 - 200
K5 88,36 245,44 139,523 -68,217 448,718 φ10 - 200
Bentuk penampang pada Kolom K2 dapat dilihat pada Gambar 2.21, sedangkan lengan
kolom secara lengkap dapat dilihat pada Bab III.
16D22
83
84