Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI BAJA

BAB 2
IDENTIFIKASI BAJA

2.1 BAJA TULANGAN BETON

2.1.1 Tujuan

Tujuan pengujian identifikasi baja adalah untuk mengetahui jenis,bentuk


penampang, ukuran dan toleransi, persyaratan mutu dan metode pengujian, serta
parameter lainnya dari bermacam-macam bentuk baja.

2.1.2 Pengertian

Baja tulangan beton adalah baja berbentuk batang berpenampang bundar


yang digunakan untuk penulangan beton, yang diproduksi dari bahan baku billet
dengan cara canai panas (hot rolling).

2.1.3 Jenis / Bentuk

Bentuk baja tulangan beton terdiri atas 2 (dua) jenis yaitu:

1) Baja tulangan beton polos adalah baja tulangan beton berpenampang bundar
dengan permukaan polos/rata (tidak bersirip), disingkat BjTP, seperti yang
terlihat pada Gambar 2.1 berikut :

Gambar 2.1 Baja tulangan beton polos

2) Baja tulangan beton sirip (deform) adalah baja tulangan beton dengan bentuk
khusus yang permukaannya memiliki sirip melintang dan rusuk memanjang
yang dimaksudkan untuk meningkatkan daya lekat dan guna menahan

Kelompok 1-a
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI BAJA

gerakan membujur dari batang secara relative terhadap beton, disingkat BjTS,
dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut :

Gambar 2.2 Baja tulangan beton sirip (deform)

Baja tulangan sirip terdapat beberapa bentuk sirip, sebagaimana ditunjukan pada
Gambar 2.3 di bawah ini :

a) Jenis Bambu (Bamboo Type)

b) Jenis Tulang Ikan (Fish Bone Type)

c) Jenis Curam (Tor Type)

Gambar 2.3 Jenis Baja Tulangan Beton Sirip

Kelompok 1-a
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI BAJA

2.1.4 Ukuran

Ukuran diameter, luas penampang dan berat per meter baja tulangan beton
polos dan baja tulangan beton sirip (deform),dapat dilihat pada Tabel 2.1 dan
Tabel 2.2 berikut:

Tabel 2.1 Ukuran Baja Tulangan Polos


Diameter Nominal Luas Penampang Nominal Berat Nominal
No. Penamaan (d) (L) per meter
(mm) (cm²) (kg/m)
1 P.6 6 0,2827 0,222
2 P.8 8 0,5027 0,395
3 P.10 10 0,7854 0,617
4 P.12 12 1,131 0,888
5 P.14 14 1,539 1,12
6 P.16 16 2,011 1,58
7 P.19 19 2,835 2,23
8 P.22 22 3,801 2,98
9 P.25 25 4,909 3,85
10 P.28 28 6,158 4,83
11 P.32 32 8,042 6,31

Sumber : SNI 07-2052-2002.

Tabel 2.2 Ukuran Baja Tulangan Sirip


Diameter Luas Diameter Tinggi Jarak Lebar Berat
Pena- Nominal Penampang Dalam Sirip Sirip Rusuk Nominal
per
No. Maan Nominal Nominal Melintang Melintang Memanjang
meter
(d) (L) (d₀) (min) (maks) (maks) (maks)
(kg/m)
(mm) (cm²) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
1 S.6 6 0,2827 5,5 0,3 0,6 4,2 4,7 0,222
2 S.8 8 0,5027 7,3 0,4 0,8 5,6 6,3 0,395
3 S.10 10 0,7854 8,9 0,5 1,0 7,0 7,9 0,617
4 S.13 13 1,327 12,0 0,7 1,3 9,1 10,2 1,04
5 S.16 16 2,001 15,0 0,8 1,6 11,2 12,6 4,58
6 S.19 19 2,835 17,8 1,0 1,9 13,3 14,9 2,23
7 S.22 22 3,801 20,7 1,1 2,2 15,4 17,3 2,98
8 S.25 25 4,909 23,6 1,3 2,5 17,5 19,7 3,85
9 S.29 29 6,625 27,2 1,5 2,9 20,3 22,8 4,83
10 S.32 32 8,042 30,2 1,6 3,2 22,4 25,1 6,31
11 S.36 36 10,18 34,0 1,8 3,6 25,2 28,3 7,99
12 S.40 40 12,57 38,0 2,0 4,0 28,0 31,4 9,88

Kelompok 1-a
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI BAJA

13 S.50 50 19,64 28,0 2,5 5,0 38,0 39,3 17,4

Sumber : SNI 07-2052-2002.

Catatan:

Cara menghitung sebagai berikut:

a) Luas penampang nominal (L), ¿ ( 14 π d ) 10


2 −2
(cm2)

b) Keliling nominal (K), ¿(π d) (mm)

c) Berat, ¿ ( 14 π d ) x 7850 . 10
2 −6
(kg/m’)

d) Jumlah berat rusuk maksimum = 0,25 K


e) Jarak sirip melintang maksimum = 0,70 d
f) Tinggi sirip minimum/maksimum = 0,05 d /0,10 d

2.1.5 Sifat Mekanis (Mutu Baja)

Sifat mekanis dan mutu kelas baja tulangan beton sesuai SNI 07-2052-2002,
digolongkan dalam beberapa jenis, seperti yang ditunjukan pada Tabel 2.3 berikut:

Tabel 2.3 Sifat Mekanis


Kelas Nomor Uji Tarik Uji Lengkung
Baja Batang Batas Ulur Kuat Tarik Regangan Sudut Diameter
Tulangan Uji kgf/mm² kgf/mm² Lengkung Pelengkung
(%)
(N/mm²) (N/mm²)
No.2 Minimum 24 Minimum 39 20
BjTP 24 180° 3xd
No.3 (235) (380) 24
No.2 Minimum 30 Minimum 45 18 d > 16 = 3xd
BjTP 30 180°
No.3 (295) (440) 20 d > 16 = 4xd
No.2 Minimum 30 Minimum 45 10 d ≤ 16 = 3xd
BjTP 30 180°
No.3 (295) (440) 18 d > 16 = 4xd
No.2 Minimum 35 Minimum 50 18 d ≥ 16 = 3xd
BjTP 35 (345) (490) 180° 16<d≤40 = 4xd
No.3 20
d ≥ 16 = 5xd
No.2 Minimum 40 Minimum 57 16
BjTP 40 180° 5xd
No.3 (390) (500) 18
BjTP 50 No.2 Minimum 50 Minimum 57 12 180° d ≤ 25 = 5xd

Kelompok 1-a
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI BAJA

No.3 (490) (620) 14 d > 25 = 5xd

Sumber : SNI 07-2052-2002.

Catatan:

1. Hasil uji lengkung tidak boleh terletak pada sisi luar lengkungan
2. Untuk baja tulangan sirip > S.32 nilai renggangan dikurangi 2 %
Untuk baja tulangan sirip S.40 dan S.50 dikurangi 4 % dari nilai yang tercantum
pada Tabel 2.2
3. 1 kgf/mm2 = 9,81 N/mm2

2.1.6 Syarat Penandaan

 Setiap batang baja tulangan beton harus diberi tanda (marking) dengan huruf
timbul yang menunjukkan inisial pabrik pembuat serta ukuran diameter nominal.
 Setiap batang baja tulangan beton harus diberi tanda pada ujung-ujung
penampangnya dengan warna yang tidak mudah hilang sesuai dengan kelas
baja,seperti yang tertera pada Tabel 2.4 berikut :

Tabel 2.4 Tanda Kelas Baja Tulangan Beton

Kelas Baja Warna


BjTP 24 Hitam
BjTP 30 BjTS 30 Biru
BjTS 35 Merah
BjTS 40 Kuning
BjTS 50 Hijau
Sumber : SNI 07-2052-2002.

 Setiap kemasan harus diberi label:Nama atau nama singkatan dari pabrik
pembuat, Ukuran (diameter dan panjang), Kelas baja, Nomor lembaran (No.
Heat), Nomor seri produksi dan tanggal produksi dan Nomor SNI.

2.1.7 Istilah dan Definisi

Kelompok 1-a
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI BAJA

 Baja tulangan beton: baja berbentuk batang berpenampang bundar yang


digunakan untuk penulangan beton, yang diproduksi dari bahan baku billet
dengan cara canai panas (hot rolling).

 Bahan baku yang digunakan: billet baja sesuai Standar Nasional Indonesia.

 Ukuran nominal: ukuran sesuai yang ditetapkan.

 Toleransi: besarnya penyimpangan yang diizinkan dari ukuran nominal.

 Diameter dalam: ukuran diameter tanpa sirip pada baja tulangan beton sirip.

 Sirip melintang: setiap sirip yang terdapat pada permukaan batang baja tulangan
beton yang melintang terhadap susut batang baja tulangan beton.
 Rusuk: setiap sirip atau celah memanjang yang searah dan sejajar dengan sumbu
baja tulangan beton

 Gap (rib):lebar rusuk atau celah

 Ikat: dua batang atau lebih baja tulangan beton diikat secara kuat, rapih dan harus
memiliki ukuran, jenis serta kelas baja yang sama

 Bundel: dua ikat atau lebih baja tulangan beton dengan ukuran nominal, jenis
serta kelas baja yang sama

 Lot: dua bundel atau lebih baja tulangan beton dengan ukuran nominal, jenis, serta
kelas baja yang sama ditumpuk dalam satu kelompok

 Karat ringan: karat yang apabi!a digosok secara manual tidak meninggalkan cacat
pada permukaan

 Cerna: luka pada permukaan baja tulangan yang terjadi akibat proses canai.

2.1.8 Syarat Mutu

1) Sifat tampak

Baja tulangan beton tidak boleh mengandung serpihan, lipatan, retakan,


gelombang, cerna yang dalam dan hanya diperkenankan berkarat ringan pada
permukaan.

2) Bentuk

Kelompok 1-a
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI BAJA

a) Baja tulangan beton polos


Permukaan batang baja tulangan beton harus rata tidak bersirip.

b) Baja tulangan beton sirip


Permukaan batang baja tulangan beton sirip harus bersirip teratur.
Setiap batang diperkenankan mempunyai rusuk memanjang yang searah dan
sejajar dengan sumbu batang, serta sirip-sirip lain dengan arah melintang
sumbu batang.

Sirip-sirip melintang sepanjang batang baja tulangan beton harus


terletak pada jarak yang teratur. Serta mempunyai bentuk dan ukuran yang
sama. Bila diperlukan tanda angka-angka atau huruf-huruf pada permukaan
baja tulangan beton, maka sirip melintang pada posisi di mana angka atau
huruf dapat ditiadakan.

Sirip melintang tidak boleh bersudut kurang dari 45° terhadap sumbu
batang, apabila bersudut antara 45° sampai 70°, arah sirip melintang pada
satu sisi, atau kedua sisi dibuat berlawanan. Bila sudutnya diatas 70° arah
yang berlawanan tidak diperlukan.

2.1.9 Ukuran dan toleransi

1) Diameter, panjang, berat dan ukuran sirip


Diameter dan berat per meter baja tulangan beton polos sepertiyang terlihat
pada Tabel 2.1.Diameter, ukuran sirip dan berat per meter baja tulangan sirip
seperti yang tercantum pada Tabel 2.2.

2) Toleransi diameter

Toleransi diameter baja tulangan beton polos dan sirip, dapat dilihat pada Tabel
2.5 berikut :

Tabel 2.5 Toleransi Diameter Baja Tulangan Polos dan Sirip

Diameter (d) Toleransi Penyimpangan


No.
(mm) (mm) Kebundaran (%)
1 6 ± 0,3

Kelompok 1-a
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI BAJA

2 8 ≤ d ≤ 14 ± 0,4 Maksimum 70 dari

3 16 ≤ d ≤ 25 ± 0,5 batas toleransi


4 28 ≤ d ≤ 34 ± 0,6
5 d > 346 ± 0,8

Sumber : SNI 07-2052-2002.

Catatan:

1. Penyimpangan kebundaran adalah perbedaan antara diameter maksimum


dan minimum dari hasil pengukuran pada penampang yang sama dari baja
tulangan beton.
2. Untuk baja tulangan beton sirip, d = diameter dalam.
3) Toleransi Panjang

Panjang baja tulangan beton ditetapkan 6 m, 9 m, dan 12 m.


Toleransi panjang baja tulangan ditetapkan 0 mm atau 70 mm.

4) Toleransi berat

Toleransi berat per batang dan per lot baja tulangan beton polos dan baja
tulangan beton sirip ditetapkan seperti yang tercantum dalam Tabel 2.6 berikut:

Tabel 2.6 Toleransi Berat Baja Tulangan Polos dan Sirip


Diameter Nominal Toleransi Berat (%)
(mm) Per Batang Tulangan Per Lot Tulangan
6≤d≤8 ±7 ±6
10 ≤ d ≤ 11 ±6 ±5
16 ≤ d ≤ 28 ±5 ±4
d > 28 ±4 ± 3,5

Sumber : SNI 07-2052-2002.

2.1.10 Sifat Mekanis

Sifat mekanis baja tulangan beton ditetapkan seperti tercantum pada Tabel 2.3
di atas.

Kelompok 1-a
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI BAJA

 Pengujian tarik dilakukan berdasarkan SNI 07-2529-1991, Metode pengujian


kuat tarik baja beton.

 Pengujian lengkung berdasarkan SNI 07-0410-1989, Cara uji lengkung tekan

2.1.11 Pengujian Sifat Tampak, Bentuk dan Ukuran


1) Peralatan

a. Jangka sorong adalah alat ukur panjang yang digunakan untuk menguji bentuk
penampang, bentuk kebundaran dan panjang baja. Benda uji tersebut dapat
dilihat pada Gambar 2.4 berikut :

Gambar 2.4 Jenis Alat Ukur Panjang

b. Timbangan adalah alat ukur berat yang digunakan untuk mengukur berat baja,
seperti yang ditunjukanpada Gambar 2.5 berikut :

Kelompok 1-a
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI BAJA

Gambar 2.5 Jenis Alat Ukur Berat

2) Cara Melakukan

a. Uji sifat tampak dilakukan secara visual tanpa bantuan alat untuk memeriksa
adanya cacat-cacat.

b. Uji bentuk permukaan dilakukan dengan pengamatan visual terhadap


kerataan permukaan (Bj TP) dan keteraturan/keseragaman sirip (Bj TS). Uji
bentuk kebundaran dilakukan dengan mengukur diameter maksimum dan
minimum pada penampang yang sama.

c. Pengukuran diameter dilakukan pada 3 (tiga) tempat yang berbeda dalam 1


(satu) contoh uji dan dihitung nilai rata-ratanya.

d. Pengukuran panjang dilakukan dengan mengukur panjang batang


menggunakan meteran rol baja.

e. Penentuan berat ditetapkan berdasarkan berat nyata (aktual) yang


diperhitung-kan dengan panjang contoh uji.

f. Pengukuran sirip dan rusuk terhadap Baja tulangan beton sirip:

Kelompok 1-a
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI BAJA

g. Pengukuran jarak sirip dilakukan dengan cara mengukur 10 (sepuluh) jarak


sirip yang berderet kemudian dihitung nilai rata-ratanya.
h. Pengukuran tinggi sirip dilakukan terhadap 3 (tiga) kali buah sirip dan
dihitung nilai rata-ratanya.
i. Pengukuran terhadap lebar rusuk dilakukan dengan mengukur lebar semua
rusuk atau celah kemudian hasil pengukuran lebar masing-masing rusuk
dijumlahkan.
j. Pengukuran sudut sirip dilakukan dengan membuat gambar yang diperoleh
dengan cara mengelindingkan potongan uji di atas permukaan lempengan lilin
atau tanah liat, kemudian dilakukan pengukuran sudut sirip pada gambar
lempengan tersebut.

Kelompok 1-a
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI BAJA

2.1.12 Hasil Pemeriksaan / Pengukuran


A. Baja Tulangan Polos (Bj. TP)

Sampel baja tulangan polos yang akan diperiksa, berdasarkan data yang
diberikan adalah: Mutu Bj.TP.16; Diameter (d) = 16 mm dan Panjang (l) = 6
m.

1) Sifat Tampak

Hasil pemeriksaan sifat tampak, berdasarkan pengamatan visual, diperoleh:


Tidak terdapat serpihan, lipatan, retakan, gelombang dan cerna yang dalam,
kecuali berkarat ringan.
Berdasarkan hasil pengamatan, sifat tampak baja tersebut memenuhi (SNI
07-2052-2002), karena baja beton polos tidak boleh ada serpihan, lipatan,
cerna yang dalam dan hanya diperkenankan berkarat ringan pada
permukaan.

2) Bentuk
Hasil pemeriksaan bentuk permukaan, diperoleh data :
Permukaan rata dan tidak bersirip.
 Berdasarkan hasil pemeriksaan, bentuk permukaan baja tersebut memenuhi
(SNI 07-2052-2002), karena permukaan batang baja tulangan beton harus
rata tidak bersirip.
Hasil pemeriksaan bentuk kebundaran, diperoleh:

Diameter maksimum:
dmi dmaks = 16,35 mm dan
n
dma Diameter minimum:
ks
dmin = 16,15 mm.

Penyimpangan kebundaran:

= { ( d maks−dmin ) x toleransi diameter } x 100 %


Kelompok 1-a
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI BAJA

Dari Tabel 2.5 untuk Bj. TP diameter 16 mm, toleransi diameternya adalah ±
0,5 mm dan batas toleransi penyimpangan kebundaran maksimum 70%.
= {( 16,35−16,15 ) x 0,5 } x 100 % = 10% < 70%

Batas toleransi kebundaran maksimum 70%, memenuhi (SNI 07-2052-2002)

3) Ukuran
a. Diameter (d)
Hasil pemeriksaan/pengukuran diameter, diperoleh data:
d1 = 16,35 mm (0,35 mm); d2 = 16,15 mm (0,15 mm); d3 = 16,35 mm (0,35
mm)
16,35+ 16,15+16,35
Diameter rata-rata, dav = = 16,28 mm;
3
Penyimpangan diameter = ( d av −d 0 ) = (16,28 – 16) = 0,28 mm
Dari Tabel 2.5 untuk Bj. TP diameter 16 mm, toleransi diameternya adalah ±
0,5 mm.
Berdasarkan hasil pengukuran dan perhitungan, toleransi batas
penyimpangan diameter pada baja memenuhi (SNI 07-2052-2002), karena
tidak melewati batas penyimpangan diameter yang diizinkan yaitu ± 0,5
mm.

b. Panjang (l)

Hasil pemeriksaan/pengukuran panjang, diperoleh:


l1 = 6013 mm; l2 = 6014 mm; l3 = 6015 mm
6013+6014+6015
Panjang rata-rata, lav = = 6014 mm.
3
Penyimpangan panjang = ( l av −l 0 ) = (6014 mm – 6000 mm) = 14 mm < 70 mm.
Batas toleransi panjang baja tulangan yang diterapkan yaitu 0 mm < x < 70 mm
 Berdasarkan hasil pengukuran dan perhitungan, penyimpangan panjang baja
memenuhi,karena tidak melewati batas penyimpangan yang ditetapkan.

c. Berat (g)

Kelompok 1-a
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI BAJA

Hasil pemeriksaan/penimbangan berat, diperoleh data :

Berat per batang: g1 = 9,51 kg; g2 = 9,52 kg; g3 = 9,53 kg

9,51+9,52+9,53
Berat rata-rata, gav = = 9,52 kg/batang
3
Berdasarkan Tabel 2.1 berat nominal per meter Bj. TP untuk P.16 yaitu 1,58
kg/m dan Tabel 2.6 toleransi berat per batang untuk diameter Bj. TP 16 mm
adalah ± 5 %.
Berat ideal g = 1,58 kg/m x 6 m/batang = 9,48 kg/batang
Penyimpangan berat:
( gav −g ) ( 9,52−9,48 )
x 100 % = 0,42 %
= x 100 % =
g 9,48
Batas toleransi berat per batang ± 5 %,  memenuhi (SNI 07-2052-2002).
Karena nilai dari hasil perhitungan tidak melewati batas toleransi berat.

Kelompok 1-a
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI BAJA

B. Baja Tulangan Sirip (Bj. TS)


Sampel baja tulangan sirip yang diperiksa, berdasarkan label adalah:
Mutu Bj.TS. 25 pada Tabel 2.2 ; Diameter (d) = 25 mm; Diameter dalam (d0)
= 23,6 mm dan Panjang = 6 m.

1) Sifat Tampak

Hasil pemeriksaan sifat tampak, berdasarkan pengamatan visual, diperoleh:


Tidak ada: serpihan, lipatan, retakan, gelombang dan cerna yang dalam,
kecuali berkarat ringan. Sifat tampak  memenuhi

2) Bentuk

Hasil pemeriksaan bentuk permukaan, diperoleh:


 Bersirip teratur, dengan bentuk dan ukuran yang sama, dan
 jarak sirip yang teratur, serta
 mempunyai rusuk sejajar sumbu batang,
 sudut sirip : 65O < 70O. Bentuk permukaan dan sirip  memenuhi

 Hasil pemeriksaan bentuk kebundaran , diperoleh:

Diameter (dalam) maksimum:


dmi d0maks = 26,70mm dan
n
dma Diameter (dalam) minimum:
ks
d0min = 26,50mm.

Penyimpangan kebundaran:
= { ( d 0 maks−d 0 min ) x toleransi diameter } x 100 %

Kelompok 1-a
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI BAJA

Dari Tabel 2.5 untuk Bj. TS diameter 25 mm,toleransi diameternya adalah


± 0,5 mm dan batas toleransi penyimpangan kebundaran maksimum 70%.
= {( 26,70−26,50 ) x 0,5 } x 100 % = 10 % < 70%

Batas toleransi kebundaran maksimum 70%  memenuhi

Kelompok 1-a
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI BAJA

3) Ukuran
a. Diameter (d)
Hasil pengukuran diameter (dalam) baja, diperolehdata:
d1 = 26,70 mm;d2 = 26,60 mm ; d3 = 26,50 mm
Berdasarkan Tabel 2.2: untuk d = 25 mm, d0 = 23,6 mm)
26,70+26,60+26,50
Diameter rata-rata :dav = = 26,6 mm
3
Penyimpangan diameter = ( d 0 av −d 0 ) = (26,6 – 23,6) = 3 mm
Batas toleransi diameter Bj. TS yaitu ± 0,5 mm tidak memenuhi
berdasarkan Tabel 2.5.

b. Panjang (l)
Hasil pengukuran panjang baja, diperoleh data:
l1 = 6,13m ; l2 = 6,14 m; l3 = 6,15 m
6,13+6,14+6,15
Panjang rata-rata :lav = = 6,14 m
3
Penyimpangan panjang=( l av −l 0 )= (6,14 m –6 m) = 0, 14 m= 14 mm< 70
mm.
Batas toleransi panjang baja tulangan yang ditetapkan yaitu 0 mm < x < 70
mm.
 Berdasarkan hasil pengukuran dan perhitungan, penyimpangan panjang baja
memenuhi,karena tidak melewati batas penyimpangan yang ditetapkan.

c. Berat (g)
Hasil pemeriksaan/penimbangan berat, diperoleh:
Berat per batang: g1 = 23,13 kg; g2 = 23,14 kg; g3 = 23,15 kg
13,13+ 23,14+23,14
Berat rata-rata, gav = = 23,14 kg/batang
3
Berat ideal (lihat Tabel 2.1) g = 3,85 kg/m x 6 m/batang = 23,1
kg/batang
Penyimpangan berat:

Kelompok 1-a
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI BAJA

( gav −g ) ( 23,14−23,1 )
x 100 % = 0,17 %
= x 100 % =
g 23,1
Batas toleransi berat per batang ± 5%,  memenuhi (SNI 07-2052-2002)
Tabel 2.6, Karena nilai dari hasil perhitungan tidak melewati batas
toleransi berat.

d. Jarak sirip dan rusuk

Hasil pemeriksaanjarak sirip baja, diperoleh data:


Jarak per batang: l1 = 11,63 mm; l2 = 11,64 mm; l3 = 11,65 mm
11,63+ 11,64+16,65
Jarak rata-rata : lav = = 11,64 mm
3
Hasil pengukuran sirip dan rusuk baja, diperoleh data :
Jarak sirip :11,64 mm < 17,5 mm yaitu jarak sirip maksimum berdasarkan
Tabel 2.2.
Tinggi sirip :1,35 mm (batas minimum = 1,3 mm dan maksimum = 2,5
mm)
Lebar rusuk :5,05 mm< 19,7 mm yaitu lebar rusuk maksimum.
Sudut sirip :65O > 70O (minimum).

Kelompok 1-a
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI BAJA

2.1.13 Kesimpulan

Hasil pengujian/pemeriksaan terhadap sampel baja tulangan, sebagai berikut:

1) Baja tulangan polos:(Sampel: Bj. TP. 16; d = 16 mm; l = 6 m)


a. Sifat tampak: tidak ada: serpihan, lipatan, retakan, gelombang dan cerna yang
dalam, kecuali berkarat ringan. (memenuhi sifat tampak).

b. Bentuk: bentuk permukaan rata dan tidak bersirip, sedang bentuk kebundaran
penyimpangan 10% ,maksimum 70 %. (memenuhi toleransi penyimpangan
bentuk yang diizinkan).

c. Ukuran:

 Diameter: diameter rata-rata 16,28 mm atau selisih 0,28 mm, batas toleransi
± 0,5 mm. (memenuhi toleransi penyimpangan diameter yang diizinkan).

 Panjang: panjang batang rata-rata 6,14 m atau selisih 14 mm, batas toleransi
0 mm dan 70 mm. (memenuhi toleransi penyimpangan panjang yang
diizinkan).

 Berat: berat batang rata-rata 9,52 kg, sedang berat ideal 9,48 kg,
penyimpangan berat 0,42 % , batas toleransi ± 5 %. (memenuhi toleransi
penyimpangan berat yang diizinkan).

2) Baja tulangan sirip: (Sampel: Bj. TS. 32; d = 32 mm; l = 6 m)

a. Sifat tampak: tidak ada serpihan, lipatan, retakan, gelombang dan cerna yang
dalam, kecuali berkarat ringan. (memenuhi sifat tampak).

b. Bentuk:bentuk sirip teratur, ukuran sirip seragam, sudut sirip 65O (ideal
minimum 70O), sedang bentuk kebundaran penyimpangan 10 %, maksimum
70%. (memenuhi toleransi penyimpangan bentuk yang diizinkan).

c. Ukuran:

Kelompok 1-a
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI BAJA

 Diameter: diameter dalam rata-rata 30,06 mm,diameter ideal dO = 30,2


mm, penyimpangan diamater -0,14 mm, batas toleransi ± 0,5 mm.
(memenuhi toleransi penyimpangan diameter yag diizinkan).
 Panjang: panjang batang rata-rata 6,14 m atau selisih +12 mm, batas
toleransi 0 mm < x < 70 mm. (memenuhi toleransi penyimpangan panjang
yang diizinkan).

 Berat: berat batang rata-rata 23,14 kg, sedang berat ideal 23,1 kg,dan
penyimpangan berat 0,17 % , batas toleransi ± 5%. (memenuhi toleransi
penyimpangan berat yang diizinkan).

 Sirip: jarak sirip dalam rata-rata 11,64 mm (maksimum 17,5 mm); tinggi
sirip 1,35 mm (min. 1,3 mm dan maks. 2,5mm); sudut sirip 65o (minimum
70o). (ukuran sirip memenuhiyang diizinkan).

 Sirip dan rusuk: Lebar rusuk 5,05 mm (maksimum 19,7mm). (ukuran


rusuk.memenuhi yang diizinkan).

Kelompok 1-a
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI BAJA

Anda mungkin juga menyukai