BAB 2
IDENTIFIKASI BAJA
2.1.1 Tujuan
2.1.2 Pengertian
1) Baja tulangan beton polos adalah baja tulangan beton berpenampang bundar
dengan permukaan polos/rata (tidak bersirip), disingkat BjTP, seperti yang
terlihat pada Gambar 2.1 berikut :
2) Baja tulangan beton sirip (deform) adalah baja tulangan beton dengan bentuk
khusus yang permukaannya memiliki sirip melintang dan rusuk memanjang
yang dimaksudkan untuk meningkatkan daya lekat dan guna menahan
Kelompok 1-a
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI BAJA
gerakan membujur dari batang secara relative terhadap beton, disingkat BjTS,
dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut :
Baja tulangan sirip terdapat beberapa bentuk sirip, sebagaimana ditunjukan pada
Gambar 2.3 di bawah ini :
Kelompok 1-a
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI BAJA
2.1.4 Ukuran
Ukuran diameter, luas penampang dan berat per meter baja tulangan beton
polos dan baja tulangan beton sirip (deform),dapat dilihat pada Tabel 2.1 dan
Tabel 2.2 berikut:
Kelompok 1-a
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI BAJA
Catatan:
c) Berat, ¿ ( 14 π d ) x 7850 . 10
2 −6
(kg/m’)
Sifat mekanis dan mutu kelas baja tulangan beton sesuai SNI 07-2052-2002,
digolongkan dalam beberapa jenis, seperti yang ditunjukan pada Tabel 2.3 berikut:
Kelompok 1-a
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI BAJA
Catatan:
1. Hasil uji lengkung tidak boleh terletak pada sisi luar lengkungan
2. Untuk baja tulangan sirip > S.32 nilai renggangan dikurangi 2 %
Untuk baja tulangan sirip S.40 dan S.50 dikurangi 4 % dari nilai yang tercantum
pada Tabel 2.2
3. 1 kgf/mm2 = 9,81 N/mm2
Setiap batang baja tulangan beton harus diberi tanda (marking) dengan huruf
timbul yang menunjukkan inisial pabrik pembuat serta ukuran diameter nominal.
Setiap batang baja tulangan beton harus diberi tanda pada ujung-ujung
penampangnya dengan warna yang tidak mudah hilang sesuai dengan kelas
baja,seperti yang tertera pada Tabel 2.4 berikut :
Setiap kemasan harus diberi label:Nama atau nama singkatan dari pabrik
pembuat, Ukuran (diameter dan panjang), Kelas baja, Nomor lembaran (No.
Heat), Nomor seri produksi dan tanggal produksi dan Nomor SNI.
Kelompok 1-a
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI BAJA
Bahan baku yang digunakan: billet baja sesuai Standar Nasional Indonesia.
Diameter dalam: ukuran diameter tanpa sirip pada baja tulangan beton sirip.
Sirip melintang: setiap sirip yang terdapat pada permukaan batang baja tulangan
beton yang melintang terhadap susut batang baja tulangan beton.
Rusuk: setiap sirip atau celah memanjang yang searah dan sejajar dengan sumbu
baja tulangan beton
Ikat: dua batang atau lebih baja tulangan beton diikat secara kuat, rapih dan harus
memiliki ukuran, jenis serta kelas baja yang sama
Bundel: dua ikat atau lebih baja tulangan beton dengan ukuran nominal, jenis
serta kelas baja yang sama
Lot: dua bundel atau lebih baja tulangan beton dengan ukuran nominal, jenis, serta
kelas baja yang sama ditumpuk dalam satu kelompok
Karat ringan: karat yang apabi!a digosok secara manual tidak meninggalkan cacat
pada permukaan
Cerna: luka pada permukaan baja tulangan yang terjadi akibat proses canai.
1) Sifat tampak
2) Bentuk
Kelompok 1-a
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI BAJA
Sirip melintang tidak boleh bersudut kurang dari 45° terhadap sumbu
batang, apabila bersudut antara 45° sampai 70°, arah sirip melintang pada
satu sisi, atau kedua sisi dibuat berlawanan. Bila sudutnya diatas 70° arah
yang berlawanan tidak diperlukan.
2) Toleransi diameter
Toleransi diameter baja tulangan beton polos dan sirip, dapat dilihat pada Tabel
2.5 berikut :
Kelompok 1-a
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI BAJA
Catatan:
4) Toleransi berat
Toleransi berat per batang dan per lot baja tulangan beton polos dan baja
tulangan beton sirip ditetapkan seperti yang tercantum dalam Tabel 2.6 berikut:
Sifat mekanis baja tulangan beton ditetapkan seperti tercantum pada Tabel 2.3
di atas.
Kelompok 1-a
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI BAJA
a. Jangka sorong adalah alat ukur panjang yang digunakan untuk menguji bentuk
penampang, bentuk kebundaran dan panjang baja. Benda uji tersebut dapat
dilihat pada Gambar 2.4 berikut :
b. Timbangan adalah alat ukur berat yang digunakan untuk mengukur berat baja,
seperti yang ditunjukanpada Gambar 2.5 berikut :
Kelompok 1-a
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI BAJA
2) Cara Melakukan
a. Uji sifat tampak dilakukan secara visual tanpa bantuan alat untuk memeriksa
adanya cacat-cacat.
Kelompok 1-a
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI BAJA
Kelompok 1-a
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI BAJA
Sampel baja tulangan polos yang akan diperiksa, berdasarkan data yang
diberikan adalah: Mutu Bj.TP.16; Diameter (d) = 16 mm dan Panjang (l) = 6
m.
1) Sifat Tampak
2) Bentuk
Hasil pemeriksaan bentuk permukaan, diperoleh data :
Permukaan rata dan tidak bersirip.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, bentuk permukaan baja tersebut memenuhi
(SNI 07-2052-2002), karena permukaan batang baja tulangan beton harus
rata tidak bersirip.
Hasil pemeriksaan bentuk kebundaran, diperoleh:
Diameter maksimum:
dmi dmaks = 16,35 mm dan
n
dma Diameter minimum:
ks
dmin = 16,15 mm.
Penyimpangan kebundaran:
Kelompok 1-a
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI BAJA
Dari Tabel 2.5 untuk Bj. TP diameter 16 mm, toleransi diameternya adalah ±
0,5 mm dan batas toleransi penyimpangan kebundaran maksimum 70%.
= {( 16,35−16,15 ) x 0,5 } x 100 % = 10% < 70%
❑
3) Ukuran
a. Diameter (d)
Hasil pemeriksaan/pengukuran diameter, diperoleh data:
d1 = 16,35 mm (0,35 mm); d2 = 16,15 mm (0,15 mm); d3 = 16,35 mm (0,35
mm)
16,35+ 16,15+16,35
Diameter rata-rata, dav = = 16,28 mm;
3
Penyimpangan diameter = ( d av −d 0 ) = (16,28 – 16) = 0,28 mm
Dari Tabel 2.5 untuk Bj. TP diameter 16 mm, toleransi diameternya adalah ±
0,5 mm.
Berdasarkan hasil pengukuran dan perhitungan, toleransi batas
penyimpangan diameter pada baja memenuhi (SNI 07-2052-2002), karena
tidak melewati batas penyimpangan diameter yang diizinkan yaitu ± 0,5
mm.
b. Panjang (l)
c. Berat (g)
Kelompok 1-a
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI BAJA
9,51+9,52+9,53
Berat rata-rata, gav = = 9,52 kg/batang
3
Berdasarkan Tabel 2.1 berat nominal per meter Bj. TP untuk P.16 yaitu 1,58
kg/m dan Tabel 2.6 toleransi berat per batang untuk diameter Bj. TP 16 mm
adalah ± 5 %.
Berat ideal g = 1,58 kg/m x 6 m/batang = 9,48 kg/batang
Penyimpangan berat:
( gav −g ) ( 9,52−9,48 )
x 100 % = 0,42 %
= x 100 % =
g 9,48
Batas toleransi berat per batang ± 5 %, memenuhi (SNI 07-2052-2002).
Karena nilai dari hasil perhitungan tidak melewati batas toleransi berat.
Kelompok 1-a
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI BAJA
1) Sifat Tampak
2) Bentuk
Penyimpangan kebundaran:
= { ( d 0 maks−d 0 min ) x toleransi diameter } x 100 %
❑
Kelompok 1-a
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI BAJA
Kelompok 1-a
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI BAJA
3) Ukuran
a. Diameter (d)
Hasil pengukuran diameter (dalam) baja, diperolehdata:
d1 = 26,70 mm;d2 = 26,60 mm ; d3 = 26,50 mm
Berdasarkan Tabel 2.2: untuk d = 25 mm, d0 = 23,6 mm)
26,70+26,60+26,50
Diameter rata-rata :dav = = 26,6 mm
3
Penyimpangan diameter = ( d 0 av −d 0 ) = (26,6 – 23,6) = 3 mm
Batas toleransi diameter Bj. TS yaitu ± 0,5 mm tidak memenuhi
berdasarkan Tabel 2.5.
b. Panjang (l)
Hasil pengukuran panjang baja, diperoleh data:
l1 = 6,13m ; l2 = 6,14 m; l3 = 6,15 m
6,13+6,14+6,15
Panjang rata-rata :lav = = 6,14 m
3
Penyimpangan panjang=( l av −l 0 )= (6,14 m –6 m) = 0, 14 m= 14 mm< 70
mm.
Batas toleransi panjang baja tulangan yang ditetapkan yaitu 0 mm < x < 70
mm.
Berdasarkan hasil pengukuran dan perhitungan, penyimpangan panjang baja
memenuhi,karena tidak melewati batas penyimpangan yang ditetapkan.
c. Berat (g)
Hasil pemeriksaan/penimbangan berat, diperoleh:
Berat per batang: g1 = 23,13 kg; g2 = 23,14 kg; g3 = 23,15 kg
13,13+ 23,14+23,14
Berat rata-rata, gav = = 23,14 kg/batang
3
Berat ideal (lihat Tabel 2.1) g = 3,85 kg/m x 6 m/batang = 23,1
kg/batang
Penyimpangan berat:
Kelompok 1-a
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI BAJA
( gav −g ) ( 23,14−23,1 )
x 100 % = 0,17 %
= x 100 % =
g 23,1
Batas toleransi berat per batang ± 5%, memenuhi (SNI 07-2052-2002)
Tabel 2.6, Karena nilai dari hasil perhitungan tidak melewati batas
toleransi berat.
Kelompok 1-a
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI BAJA
2.1.13 Kesimpulan
b. Bentuk: bentuk permukaan rata dan tidak bersirip, sedang bentuk kebundaran
penyimpangan 10% ,maksimum 70 %. (memenuhi toleransi penyimpangan
bentuk yang diizinkan).
c. Ukuran:
Diameter: diameter rata-rata 16,28 mm atau selisih 0,28 mm, batas toleransi
± 0,5 mm. (memenuhi toleransi penyimpangan diameter yang diizinkan).
Panjang: panjang batang rata-rata 6,14 m atau selisih 14 mm, batas toleransi
0 mm dan 70 mm. (memenuhi toleransi penyimpangan panjang yang
diizinkan).
Berat: berat batang rata-rata 9,52 kg, sedang berat ideal 9,48 kg,
penyimpangan berat 0,42 % , batas toleransi ± 5 %. (memenuhi toleransi
penyimpangan berat yang diizinkan).
a. Sifat tampak: tidak ada serpihan, lipatan, retakan, gelombang dan cerna yang
dalam, kecuali berkarat ringan. (memenuhi sifat tampak).
b. Bentuk:bentuk sirip teratur, ukuran sirip seragam, sudut sirip 65O (ideal
minimum 70O), sedang bentuk kebundaran penyimpangan 10 %, maksimum
70%. (memenuhi toleransi penyimpangan bentuk yang diizinkan).
c. Ukuran:
Kelompok 1-a
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI BAJA
Berat: berat batang rata-rata 23,14 kg, sedang berat ideal 23,1 kg,dan
penyimpangan berat 0,17 % , batas toleransi ± 5%. (memenuhi toleransi
penyimpangan berat yang diizinkan).
Sirip: jarak sirip dalam rata-rata 11,64 mm (maksimum 17,5 mm); tinggi
sirip 1,35 mm (min. 1,3 mm dan maks. 2,5mm); sudut sirip 65o (minimum
70o). (ukuran sirip memenuhiyang diizinkan).
Kelompok 1-a
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI BAJA