Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PERHITUNGAN STRUKTUR

PROJECT PEMBANGUNAN GEDUNG


KOS KOSAN 3 LANTAI

KEC. SUKA BANGUN KOTA PALEMBANG


PROVINSI SUMATERA SELATAN

MARET 2021

DINAS PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN


PROVINSI SUMATERA SELATAN
DAFTAR ISI

HALAMAN

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

BAB 2 PEMBEBANAN STRUKTUR ........................................................................... 2

BAB 3 ANALISIS STRUKTUR .................................................................................... 4

LAMPIRAN SAP2000 ANALYSIS REPORT ................................................................ 30


DATA UMUM PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG

1. PENJELASAN UMUM
Gedung Kos Kosan 3 Lantai yang terletak di Suka Bangun, Kota Palembang Provinsi Sumatera
Selatan merupakan bangunan penginapan dengan berjumlah 3 (tiga) lantai utama dan 1 (satu)
lantai basemen dengan tinggi total sebesar 15 meter.
Ketinggian bangunan ini adalah sebagai berikut.
-Lantai Basemen = -4.00 m
-Lantai 1 = +4.00 m
-Lantai 2 = +8.00 m
-Lantai 3 = +11.00 m

Gambar 1.1. Gambar struktur gedung kos kosan 3 lantai


Sumber : Sap2000 V.14.1

2. DASAR-DASAR PERENCANAAN

2.1. Peraturan
Perencanaan struktur bangunan ini mengikuti ketentuan perencanaan yang berlaku di Indonesia,
khususnya yang tercantum dalam peraturan-peraturan sebagai berikut :
1. Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, SNI 2847-2013.
2. Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan Gedung dan Struktur Lain, SNI 1727-2013.
3. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung, SNI 1726-2012.

2.2 MUTU BAHAN


Mutu bahan yang dipergunakan adalah sebagai berikut :

Mutu beton
Pile cap, tie beam dan pelat lantai dasar fc' = 20,5 MPa atau K250
Balok dan pelat fc' = 20,5 MPa atau K250
Kolom fc' = 20,5 MPa atau K250
Mutu Baja tulangan
Dia. ³ 10 BJTD - 40 (fy = 395 Mpa)

2.3. Pembebanan

a. Beban mati :
Beban mati yang ditinjau dalam perencanaan gedung ini adalah sebagai berikut:
a. Beton : 2400 kg/m3
b. Beban Dinding : 250 kg/m2
c. Beban Mortar/Screed/Finishing (tebal 5 cm) : 21 kg/m²
d. Beban Instalasi M/E : 25 kg/m²
e. Beban plafond : 18 kg/m²

b. Beban hidup : 250 kg/m2

Data Perhitungan
a. Kuat tekan beton 28 hari : K-250 (fc’ = 0.082 x 250 = 20,05 MPa)
b. Berat jenis beton : 2.400 kg/m3
c. Tebal selimut beton : 40 mm
d. Tebal pelat lantai : 15 cm
f. Baja diameter ≤ 10 mm : BJTP 24 (fy = 240 MPa)
g. Baja diameter ≥ 10 mm : BJTD 39 (fy = 390 MPa)
h. Diameter tulangan polos : 8 mm
i. Diameter tulangan ulir : 13 mm, 16 mm, 19 mm
j. Modulus Elastisitas (Es) : 200.000 MPa
k. Modulus Geser (G) : 80.000 MPa
l. Poisson Ratio (μ) : 0,3

Kombinasi Dasar Beban Gempa :


1. 1,4 D

2. 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (Lr atau S atau R)

3. 1,2 D + 1,6 L (Lr atau S atau R) + (L atau 0,5W)


2. 4. Perhitungan Beban Gempa Berdasarkan SNI – 1726 – 2012

Untuk menambah lekatan antara beton dengan baja, dibuat bentuk ulir pada permukaan baja.
Berdasarkan SNI – 2847 – 2013 pasal 8.5.2, modulus elastisitas, Es, untuk tulangan non
prategang diizinkan untuk diambil sebesar 200.000 Mpa. Kekuatan leleh, kekuatan tarik batas,
mutu baja, dan ukuran baja dapat dilihat pada lampiran C.

Tabel 1.1. Mutu besi tulangan

Batas Leleh Kuat Tarik


Minimum, fy, Minimum, fu,
Jenis Simbol
kg/mm2 kg/mm2
(N/mm2) (N/mm2)

BJTP24 24 (235) 39 (382)


Polos
BJTP30 30 (294) 49 (480)

BJTD24 24 (235) 39 (382)

BJTD30 30 (294) 49 (480)


Deform BJTD35 35 (343) 50 (490)
BJTD40 40 (392) 57 (559)
BJTD50 50 (490) 63 (618)

Sumber : SNI 03-6861.2-2002

Tabel 1.2. Dimensi dan berat batang tulangan baja

Luas
Diameter Berat nominal
Tulangan Baja nominal
nominal (mm) (kg/m)
(cm2)
Polos Deform
P6 D6 6,00 0,283 0,222
P8 D8 8,00 0,503 0,395
P9 D9 9,00 0,636 0,499
P10 D10 10,00 0,785 0,617
P12 D12 12,00 1,131 0,888
P13 D13 13,00 1,327 1,040
P14 D14 14,00 1,540 1,210
P16 D16 16,00 2,011 1,580
P18 D18 18,00 2,545 2,000
P19 D19 19,00 2,835 2,230
P20 D20 20,00 3,142 2,470
P22 D22 22,00 3,801 2,980
P25 D25 25,00 4,909 3,850
P28 D28 28,00 6,157 4,830
D29 29,00 6,605 5,190
P32 D32 32,00 8,043 6,310
D36 36,00 10,179 7,990
D40 40,00 12,565 9,870
D50 50,00 19,635 15,400

Sumber : Dipohusodo, 1993

Analisis Gaya Lateral Ekivalen


Analisa statik ekivalen merupakan metode penyederhanaan dari analisis dinamik. Beban
gempa yang bekerja diasumsikan sebagai beban titik yang bekerja pada tiap lantai. Bila
dibandingkan dengan dua analisis lainya analisis gaya lateral ekivalen merupakan analisis yang
paling sederhana. Namun, meskipun analisis ini merupakan analisis statik, prinsip prinsip
dinamik tetap diperhitungkan. Berikut ini tahapan perhitungan gaya statik ekivalen berdasarkan
SNI 03-1726-2012.

a. Menetapkan kategori resiko bangunan


Berdasarkan SNI 03-1726-2012 pasal 4.1.2, kategori risiko bangunan berkaitan dengan
tingkat resiko yang diperbolehkan pada bangunan yang direncanakan sesuai peruntukanya.
Penentuanya dapat dilihat pada Tabel 1.2.

b. Menentukan parameter percepatan gempa terpetakan


Berdasarkan SNI – 03-1726-2012 pasal 6.1.1, parameter percepatan gempa yang
digunakan adalah percepatan batuan dasar pada periode pendek (Ss) pada 0.2 detik dan
percepatan batuan dasar pada periode 1 detik (S1) dengan probabilitas terlampaui 2% dalam 50
tahun (gempa 2500 tahun). Penggunaan percepatan 0.2 detik dan 1 detik dikarenakan pada
interval pada interval 0,2 detik sampai 1 detik mengandung energi gempa terbesar.
(Sumber : SNI – 03-1726-2012)

Gambar 1.1. Peta untuk Ss

(Sumber : SNI – 03-1726-2012)

Gambar 1.2. Peta untuk S1

Selain menggunkan peta gempa diatas, penentuan parameter percepatan gempa dapat dilakukan
menggunakan program Desain Spektra Indonesia di situs :
http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011

d. Menentukan klasifikasi situs


Berdasarkan SNI-03-1726-2012 pasal 5.1. Klasifikasi situs dapat ditetapkan dengan tiga
parameter, yaitu :
1. Kecepatan rata rata gelombang geser
2. Tahanan penetrasi standar lapangan rata rata, atau tahanan penetrasi standar rata rata
untuk lapisan tanah non kohesif
3. Kuat geser nir air rata rata
Ketentuan mengenai penggunaan parameter diatas dijelaskan dalam SNI-03-1726-2012
pasal 5.3 dan 5.4.

Menentukan koefisien situs


Berdasarkan SNI-03-1726-2012 pasal 6.2, untuk penentuan respon spektral percepatan gempa
MCER di permukaan tanah, diperlukan suatu faktor amplifikasi seismik pada periode 0,2 detik
dan periode 1 detik. Faktor amplifikasi meliputi faktor amplifikasi getaran terkait percepatan pada
periode pendek (Fa) dan faktor amplifikasi terkait percepatan yang mewakili getaran perioda 1
detik (Fv). Koefisien situs Fa dan Fv didapat dari Tabel 2.6. dan Tabel 2.7.

Tabel 1.3. Koefisien situs Fa

Catatan: Untuk nilai-nilai antara Ss dapat dilakukan interpolasi linier


(Sumber: SNI-03-1726-2012)

Tabel 1.4. Koefisien situs Fv

Catatan: Untuk nilai-nilai antara S1 dapat dilakukan interpolasi linier


(Sumber: SNI-03-1726-2012)
Parameter spektrum respon percepatan pada perioda pendek (SMS) dan perioda 1 detik (SM1) yang
disesuaikan dengan pengaruh klasifikasi situs, harus ditentukan dengan perumasan berikut ini :

SMS = Fa . SS (1.1)

SM1 = Fv . S1 (1.2)

Keterangan :

SS = Parameter respon spektral percepatan gempa MCER terpetakan untuk perioda pendek.
S1 = Paremeter respon spektral percepatan gempa MCER terpetakan untuk perioda 1,0 detik

Menghitung parameter percepatan spektral desain

Berdasarkan SNI – 03-1726-2012 Pasal 6.3, parameter percepatan spektral desain untuk
perioda pendek, SDS dan perioda 1 detik, SD1, harus ditentukan melalui perumusan berikut ini :

2
SDS = SMS (1.3)
3

2
SD1 = SM1 (1.4)
3

Menghitung periode fundamental pendekatan, Ta

Berdasarkan SNI-03-1726-2012 pasal 7.8.2.1, periode fundamental pendekatan, Ta, dalam


detik untuk struktur dinding geser batu bata atau beton diijinkan untuk ditentukan dari
persamaan berikut :

0,0062
Ta = hn (1.5)
√𝐶𝑤

Keterangan :

hn adalah ketinggian struktur, dalam (m), diatas dasar sampai tingkat tertinggi struktur.
𝑥
100 ℎ𝑛 𝐴𝑖
Cw = ∑ ( )^2 ℎ𝑖 (1.6)
𝐴𝐵 𝑖=1 ℎ𝑖 1+0,83 ( )^2
𝐷𝑖

Keterangan :

AB = Luas dasar struktur, dinyatakan dalam meter persegi (m2)


Ai = Luas dinding geser “i”, dinyatakan dalam meter persegi (m2)

Di = Panjang dinding geser “i” dinyatakan dalam meter (m)


Hi = Tinggi dinding geser “i” dinyatakan dalam meter (m)
X = Jumlah dinding geser dalam bangunan yang efektif dalam menahan gaya
lateral dalam arah yang ditinjau

Menentukan koefisien modifikasi respons

Berdasarkan SNI-03-1726-2012 Pasal 7.2, Koefisien modifikasi respons, R, berkaitan


dengan daktilitas rencana struktur. Nilainya bergantung pada sistem struktur yang digunakan.
Nilai R ini tipe struktur sistem dinding penumpu. Koefisien modifikasi respon R, sistem dinding
penumpu.

Menghitung koefisien respon seismik


Berdasarkan SNI-03-1726-2012 pasal 7.8.1.1, koefisien respon seismik, Cs, dihitung
dengan persamaan (1.7). Nilai persamaan (2.7) tidak perlu melebihi nilai persamaan (1.8) dan
tidak perlu melebihi nilai dari persamaan (2.8) dan tidak boleh kurang dari persamaan (1.9).

SDS
Cs = 𝑅 (1.7)
(
𝑇𝑒)

SD1
Cs = 𝑅 (1.8)
𝑇.(
𝑇𝑒)

Cs = 0,044 SDS Ie ≥ 0,01 (1.9)

Keterangan :

SDS = Parameter percepatan spektrum respon desain dalam rentang perioda pendek
SD1 = Parameter percepatan spektrum respon desain dalam rentang perioda 1 detik
T = Periode fundamental
R = Faktor modifikasi respons
Ie = Faktor keutamaan gempa

Menghitung berat seismik efektif

Berat seismik efektif harus menyertakan semua beban mati dan beban lainya sesuai
dengan SNI-03-1726-2012 I pasal 7.7.2. untuk penentuan nilai beban bisa mengacu pada SNI-
03-1727-2013.
Menghitung gaya geser dasar seismik, V

Berdasarkan SNI-03-1726-2012 Pasal 7.8.1, gaya geser dasar seismik, V, diperoleh dari
perkalian koefisien respon seismik dengan berat seismik efektif seperti ditunjukkan dalam
persamaan berikut :

V = CSW (1.10)

Keterangan :

Cs = koefisien respon seismik

W = berat seismik efektif

Menghitung distribusi vertikal gaya gempa, Fx

Berdasarkan SNI-03-1726-2012 pasal 7.8.3, gaya gempa lateral (Fx) (kN) yang timbul di
semua tingkat ditentukan dari persamaan berikut :

Fx = CVXV (1.11)

Dan

𝑊𝑋ℎ𝑥𝑘
CVX = ∑𝑖=1 𝑊𝑖ℎ𝑖𝑘
𝑛 (1.12)

Anda mungkin juga menyukai