Anda di halaman 1dari 57

LOKER_TEKNIKSIPIL

MODUL TRAINING
SAP2000
STUDI KASUS BANGUNAN GEDUNG 8 LANTAI

PREPARED BY
GHINA UTAMI
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................................................. ii
BAB I PENGENALAN SAP2000 ............................................................................................3
1.1 Sejarah SAP2000 ............................................................................................................3
1.2 Toolbar pada SAP2000 ...................................................................................................3
1.3 Sistem Koordinat.............................................................................................................5
1.4 Derajat Kebebasan ..........................................................................................................6
1.5 Tahapan Analisis SAP2000 ............................................................................................7

BAB II PERMODELAN SIMPLE BEAM ..............................................................................8


2.1 Permodelan Simple Beam dengan Beban Terpusat .........................................................8
2.2 Permodelan Simple Beam dengan Beban Terbagi Rata ................................................13

BAB III PERMODELAN STRUKTUR GEDUNG 8 LANTAI..........................................16


3.1 Data Struktur .................................................................................................................16
3.2 Menggambar Model Struktur ........................................................................................18
3.3 Merencanakan Material Struktur ..................................................................................19
3.4 Membuat Penampang Struktur......................................................................................20
3.5 Permodelan Kolom, Balok dan Pelat ............................................................................27
3.6 Menetapkan Jenis Perletakan ........................................................................................33
3.7 Meshing Pelat Lantai ....................................................................................................33
3.8 Mendifinisikan Type Beban ..........................................................................................34
3.9 Mengaplikasikan Beban Gempa ...................................................................................35
3.10 Penentuan Massa Struktur .............................................................................................41
3.11 Menetapkan Lantai Tingkat Diafragma ........................................................................42
3.12 Mengaplikasikan Kombinasi Pembebanan ...................................................................43
3.13 Beban yang Bekerja ......................................................................................................46
3.14 Input Pembebanan pada SAP2000 ................................................................................48
3.15 Kontrol dan Analisis Struktur .......................................................................................50

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................57

ii
BAB 1
PENGENALAN SAP2000

1.1 Sejarah SAP2000


SAP2000 merupakan program untuk perhitungan kekuatan struktur khususnya
bangunan-bangunan bertingkat tinggi dan jembatan. SAP2000 dikembangkan berdasarkan
program SAP1 pada sekitar tahun 1975. Program SAP1 adalah suatu program komputer yang
diciptakan oleh Prof. Edward L. Wilson, guru besar University of California, Berkeley,
California, USA. Pada tahun 1975, versi komersial dari program tersebut dilansir oleh
perusahaan Computer and Structure Inc. (CSI) pimpinan Ashraf Habibullah. Sampai sekarang,
program tersebut dikenal di dunia sebagai pioner di bidang software rekayasa struktur dan
kegempaan. Versi PC dari program SAP dikeluarkan pada tahun 1980 yaitu SAP80 dan tahun
1990 menjadi versi SAP90. Semuanya dalam sistem operasi DOS. Ciri-ciri dari sistem operasi
tersebut yaitu memakai file untuk memasukkan input data. Ketika PC beralih dari DOS (teks)
ke Windows (grafis), versi SAP2000 dikeluarkan.
Analisis yang dapat dilakukan dengan SAP2000 ini meliputi analisis statik dan analisis
dinamik. Analisis model struktur dapat dilakukan secara 2 dimensi dan 3 dimensi. Selain itu,
untuk desain, SAP2000 telah menyediakan beberapa menu desain untuk struktur baja maupun
struktur beton, dan tidak tertutup kemungkinan menggunakan material-material struktur lain.

1.2 Toolbar SAP2000


Untuk memudahkan dalam pemodelan, SAP2000 telah menyediakan beberapa variasi
template (model siap pakai) dari suatu tipe struktur. Untuk membuat model struktur pengguna
cukup memodifikasi seperlunya sehingga proses pemodelan dan analisis menjadi cepat.
SAP2000 sudah terintegrasi untuk melakukan proses analisis dan desain.Setelah analisis selesai
dilakukan dan didapat hasil yang benar selanjutnya dapat langsung dilakukan desain untuk
memperoleh dimensi profil atau luas tulangan baja yang mencukupi. Analisis ulang dan
redesain dapat dilakukan dengan mudah dengan SAP2000.

Model struktur pada SAP2000 dapat diidealisasikan dalam berbagai macam elemen,
antara lain elemen joint (titik), frame (batang), shell (pelat), sampai pada elemen solid (pias
elemen 3 dimensi untuk pemodelan elemen hingga/finet element), sebaga aktualisasi elemen
sebenarnya. Misalnya balok dan kolom pada bangunan brtingkat dimodelkan sebagai elemen
frame, pelat jembatan atau dinding geser sebagai shell.

3
Gambar 1.1 Tampilan awal SAP2000

Gambar 1.2 Pilihan Model pada SAP2000

Tools yang sering digunakan dalam permodelan awal biasanya Grid Only, yaitu permodelan
dengan menggunakan grid-grid yang bisa di atur di awal dan di ubah menyesuaikan kebutuhan

4
Gambar 1.3 Toolbar pada SAP2000

1.3 Sistem Koordinat


Setiap model struktur menggunakan koordinat yang berbeda untuk menentukan joint
dana rah beban, displacement, gaya dalam dan tegangan. Pengetahuan tentang sistem koordinat
ini sangat penting bagi pengguna, karena untuk menentukan model dan mengterprestasikan
hasil-hasil keluaran dari program, pengguna harus memahami sistem koordinat ini. Semua
sistem koordinat ditunjukkan dengan sumbu tiga dimensi, menggunakan aturan tangan kanan
dan menggunakan system cartesius (segi-empat).
a. Sistem Koordinat Global
System koordinat Global X-Y-Z digunakan untuk memberikan lokasi dua titik, sepasang
sudut, atau dengan memberikan arah koordinat. SAP2000 selalu mengasumsikan sumbu Z
arahnya vertical, dengan Z+ arah ke atas.

5
b. Sistem Koordinat Lokal
Sistem koordinat lokal berlaku untuk setiap frame dan setiap joint dari model struktur.
Sumbu-sumbu koordinat lokal dinyatakan dengan simbol 1, 2, dan 3, serta mengikutiaturan tangan
kanan juga. Yang perlu diketahui pengguna adalah bagaimana menentukan koordinat lokal 1-2-
3 dan hubungannya dengan koordinat global X-Y-Z. Hubungan tersebut dapat dilihat sebagai
berikut:

Gambar 1.4 Sumbu Koordinat Lokal

1.4 Derajat Kebebasan

Defleksi dari struktur ditentukan oleh displacement joint, setiap joint pada model
struktur mempunyai enam komponen displacement, yaitu
• Joint mengalami translasi ke arah tiga sumbu lokal, yang diberi notasi U1, U2 dan U3.
• Joint mengalami rotasi terhadap tiga sumbu lokal yang diberi notasi R1, R2 dan R3
Ke-enam komponen displacement tersebut diketahui sebagai derajat kebebasan, dan
digambarkan seperti berikut:

Gambar 1.5 Derajat Kebebasan

Dalam teori Mekanika Teknik yang kita pelajari dibangku kuliah selama ini, ada 3 macam
dukungan yang sering dibahas yaitu :

6
• Jepit : Mampu menahan gaya vertikal, horisontal dan moment.
• Sendi : Mampu menahan gaya vertikal dan horisontal.
• Roll : Hanya mampu menahan gaya vertikal.

1.5 Tahapan Analisis SAP2000

Gambar 1.6 Tahapan Analisis SAP2000

Dalam perhitungan struktur, apabila dalam analisis terjadi kegagalan struktur, atau struktur
tidak kuat menahan beban yang bekerja, maka kita lakukan perubahan pada material penampang
(dengan meningkatkan mutu) dan dimensi penampang. Jenis penampang dan kombinasi
penampang tidak dapat dirubah.

7
BAB II
PERMODELAN SIMPLE BEAM

2.1. Permodelan Simple Beam dengan Beban Terpusat

Gambar 2.1 Simple Beam dengan Beban Terpusat

TAHAP 1 : Menggambar Model Struktur


a. Klik menu File → New Model
b. Pilih satuan yang akan digunakan pada menu toolbar

Gambar 2.2 New model

8
c. Klik beam, maka akan tampil sebagai berikut :
• Ketik 1 untuk kotak Number of Span
• Ketik 10 untuk kotak Span Length
• Ketik Use Custom Grid Spacing and Locate Origin
• Ketik Edit Grid
• Ubah -5 menjadi 0 dan 5 menjadi 10 pada Ordinate sumbu X
• Klik OK

Gambar 2.3 Membuat Beam

Gambar 2.4 Define Grid System Data

d. Klik “X” pada sudut bagian atas kanan dari tampilan window 3-D untuk menutup
tampilannya
9
TAHAP 2 : Mengaplikasikan Beban
a. Klik menu Define → Load Paterns untuk menampilkan form Define Loads
• Ketik DL pada kotak Load Name
• Ketik 0 pada kotak Self Weight Multiplier
• Klik Modify Load
• Klik OK

Gambar 2.5 Define Load Paterns

b. Pilih batang yang akan diberikan beban


c. Klik menu Assign → Frame Loads → Point untuk menampilkan form Assign FramePoint
Loads
• Pilih DL dari kotak Load Case Name
• Pada area Load Direction, arah gaya dipilih berdasarkan tampilan arah sumbu “Z”
• Klik Relative Distance From End-I
• Ketik 0,5 pada kotak Distance
• Ketik -100 pada kotak Load
• Klik OK

Gambar 2.6 Assign Frame Point Loads

10
TAHAP 3 : Menganalisis Struktur
a. Untuk melakukan analisis maka disimpan terlebih dahulu
b. Lakukan analisis dengan Analyze → Run Analysis → OK.

Gambar 2.7 Run Analysis

c. Klik Analyze → Run Analysis untuk menampilkan Set Load Case to Run
• Klik Run/Do Not Run Case
• Klik Run Now

Gambar 2.8 Set Load Cases to Run

TAHAP 4 : Menampilkan Hasil Analisis


a. Klik menu Display → Show Forces/Stresses → Joints untuk menampilkan Display
Joint Reaction
• Pilih Dead dari kotak Case/Combo Name
• Klik OK
b. Klik menu Display → Show Forces/Stresses → Frame/Cables/Tendons untuk
menampilkan Display Frame Forces/Stresses
• Pilih Moment 3-3 dari kotak Component
• Pilih Show Value On Diagram
• Klik OK

11
Gambar 2.9 Display Frame Fores/Stresses

Keterangan :

• Axial force : Gaya aksial

• Shear 2-2 : Gaya geser arah sumbu 2 (sumbu kuat)

• Shear 3-3 : Gaya geser arah sumbu 3 (sumbu lemah)

• Torsion : Momen torsi

• Moment 2-2 : Momen memutari sumbu 2 (sumbu lemah)

• Moment 3-3 : Momen memutari sumbu 3 (sumbu kuat)

12
2.2. Permodelan Simple Beam dengan Beban Terbagi Rata
q = 10 kN/m

Gambar 2.10 Simple Beam dengan beban terbagi rata

TAHAP 1 : Menggambar Model Struktur


a. Klik menu File → New Model
b. Pilih satuan yang akan digunakan pada menu toolbar

• Ketik 1 untuk kotak Number of Span


• Ketik 10 untuk kotak Span Length
• Ketik Use Custom Grid Spacing and Locate Origin
• Ketik Edit Grid
• Ubah -5 menjadi 0 dan 5 menjadi 10 pada Ordinate sumbu X
• Klik OK

Gambar 2.11 Membuat Beam

13
Gambar 2.12 Define Grid System Data

c. Klik “X” pada sudut bagian atas kanan dari tampilan window 3-D untuk menutup
tampilannya
d. Pilih joint yang akan diubah perletakannya

e. Klik Assign → Joint → Restraint untuk menampilkan Joint Restraint

TAHAP 2: Mengaplikasikan Beban


a. Klik menu Define → Load Patterns untuk menampilkan form Define Loads Patterns

• Ketik DL pada kotak Load Name

• Ketik 0 pada kotak Self Weight Multiplier

• Klik Modify Load

• Klik OK
b. Pilih batang yang akan diberikan beban
c. Klik menu Assign → Frame Loads → Distributed untuk menampilkan form Assign
Frame Distributed Loads
d. Masukan nilai 10 kN/m pada Uniform Load
e. Lalu klik OK

14
Gambar 2.13 Assign Frame Distributed Loads

TAHAP 3 : Menganalisis Struktur (sama seperti contoh 1)

TAHAP 4 : Menampilkan Hasil Analisis (sama seperti contoh 1)

15
BAB III

PERMODELAN GEDUNG 8 LANTAI

3.1 Data Struktur

3.1.1 Beton
• Kuat tekan beton fc’ = 30 Mpa (untuk pelat, balok), 40 Mpa (untuk kolom)
• Modulus elastisitas beton, Ec = 4700√fc’
• Poisson ratio beton vc = 0,2
• Berat jenis beton, λc = 2400 Kg/m3

3.1.2 Baja Tulangan :


• Tulangan Longitudinal, BJ57 = Fy 400 Mpa, Fu 570 Mpa
• Modulus Elastis Baja = 200.000 Mpa (N/mm²)
• Poisson ratio baja vs = 0,3
• Berat jenis baja, λs = 7850 Kg/m3

3.1.3 Lokasi Struktur


• Fungsi Bangunan = Rumah Sakit
• Kategori Resiko = IV
• Lokasi = Jakarta
• Jenis Tanah = Tanah Lunak (SE)
• Jumlah Lantai = 8 Lantai
• Tinggi antar lantai =4m
• Panjang bangunan (L) = 56 m
• Lebar bangunan (B) = 40 m
• Sistem Struktur = Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus
3.1.4 Penampang struktur
• Balok Induk = B1 40 x 70 cm
• Balok Anak = B1a 30 x 50 cm
• Kolom = K1 80 x 80 cm
• Pelat lantai = S1 13 cm

16
Gambar 3.1 Rencana detail balok dan kolom LT.2 – 8

Gambar 3.2 Tampak Vertikal Rumah Sakit 8 Lantai

3.1.5 Asumsi yang Digunakan


a. Pemodelan struktur dilakukan secara Frame and Shell Element, yang berarti
elemen balok dan kolom (frame) serta plat lantai (shell) dimodelkan secara utuh
untuk mendapatkan analisis struktur yang lebih akurat dan sesuai dengan kondisi
aslinya.
b. Plat lantai dianggap sebagai elemen shell yang bersifat menerima beban tegak lurus
bidang (vertikal) dan dapat mendistribusikan beban lateral (horizontal) akibat
gempa.
17
c. Pondasi dianggap jepit, karena desain pondasi menggunakan tiang pancang
(pondasi dalam), sehingga kedudukan pondasi diasumsikan tidak mengalami rotasi
dan translasi.
3.1.6 Peraturan dan Standar Perencanaan

a. Peraturan Perencanaan Tahan Gempa untuk Gedung SNI 1726-2019


b. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Gedung SNI 2847-2019.
c. Peraturan Perencanaan Pembebanan untuk Gedung SNI 1727-2020

3.2 Menggambar Model Struktur


a. Klik menu File → New Model
b. Pilih satuan yang akan digunakan pada menu toolbar
c. Klik Grid Only, maka akan tampil kotak dialog Quick Grid Lines, Innput data
struktur seperti gambar berikut:

Gambar 3.3 Input Grid System

18
Gambar 3.4 Grid Awal Permodelan

3.3 Merencanakan Material Struktur


a. Lakukan Define → Materials pada dialog Define Materials klik Add New Material,
pada Material type pilih Concrete dan Standar pilih User klik OK. Kemudian
isilahkotak dialog Material Property Data seperti pada Gambar 3.5 dan klik OK.

Gambar 3.5 Input Data Material Beton

19
b. Buat material Tulangan baru, Klik Add New Materials maka akan muncul kotak
dialog Add Material Property, pada Material Type pilih Rebar dan Standar pilih
User. Kemudian klik OK
c. Masukan material tulangan seperti pada Gambar 3.6 kemudian klik OK.

Gambar 3.6 Input Data Material Tulangan

3.4 Membuat Penampang Struktur


3.4.1 Penampang Balok
Input elemen balok dilakukan dengan cara Define –Section Properties- Frame Section-
Add New Property sesuai Gambar 3.7 berikut. Pilih Rectangular untuk membuat
properties penampang Balok.

20
Gambar 3.7 Select Property Type

Ubahlah Depth dan Width pada Rectangular Section sesuai dengan ukuran penampang
yang dibutuhkan, jangan lupa perhatikan satuan pada SAP2000

Gambar 3.7 Select Property Type

Lalu klik Set Modifiers untuk mengganti Stiffness Modification Factors sesuai dengan
persyaratan yang ada pada SNI SNI 03-2847-2019.

21
Gambar 3.8 Input Frame Property/Stiffness Modification Factors

Detail penulangan (Reinforcement) balok yang digunakan ditunjukkan pada Gambar 3.9

Gambar 3.9 Input Data Reinforcement Balok

Keterangan :
Concrete cover to longitudinal rebar center adalah tebal selimut beton berdasarkan SNI 03-2847-
2019.

22
Tabel 3.1 Persyaratan Tebal Selimut Minimum

Lalu untuk pembuatan dimensi Balok B1a (300mmx500mm) dengan cara yang sama dengan
Balok B1 diatas.

3.4.2 Penampang Kolom


Input elemen kolom dilakukan dengan cara Define – Section Properties - Frame
Section - Add New Property seperti pada Gambar 3.10 berikut.

Gambar 3.10 Input Properties Kolom


23
Lalu klik Set Modifiers untuk mengganti Stiffness Modification Factors sesuai dengan
persyaratan yang ada pada SNI SNI 03-2847-2019.

Gambar 3.11 Input Data Stiffness Modification Factors

Detail (Reinforcement) Kolom yang digunakan ditunjukkan pada Gambar 3.10

Gambar 3.12 Input Data Reinforcement Kolom

24
3.4.3 Penampang Pelat
Pelat lantai dimodelkan sebagai Shell, sehingga selain menerima gaya vertikal akibat
beban mati dan hidup, pelat juga diasumsikan menerima gaya horizontal/ lateral akibat
gempa. Input elemen pelat lantai dilakukan dengan cara Define – Section Properties –
Area Section.

Gambar 3.13 Area Section

Lalu klik Add New Section dan input data sesuai dengan dimensi pelat yang dibutuhkan.

Gambar 3.14 Shell Section Data

25
Lalu klik Modify Shell Design Parameters dan Set Modifiers dan ganti sesuai dengan Gambar
3.15 dan Gambar 3.16.

Gambar 3.15 Shell Section Data

Gambar 3.16 Stifness Modification Factors Shell

26
Ada 3 asumsi dalam pemodelan pelat lantai yaitu :

Shell Thin : pelat diasumsikan menerima gaya vertikal dan lateral tanpa
penebalan.
Shell Thick : pelat diasumsikan menerima gaya vertikal dan lateral dengan
penebalan.
Membrane : pelat diasumsikan menerima gaya horizontal saja.

Plate Thin : pelat diasumsikan hanya menerima gaya vertikal saja tanpa
penebalan.
Thick Plate : pelat diasumsikan hanya menerima gaya vertikal saja
denganpenebalan

Lalu untuk pembuatan element Pelat Atap dengan cara yang sama dengan Pelat Lantai diatas.

3.5 Menggambar Kolom, Balok dan Pelat


Pemodelan struktur gedung dilakukan secara 3D dengan memodelkan semua elemen
balok, kolom, dan pelat.
3.5.1 Menggambar Balok dan Kolom
Pemodelan elemen balok dapat dilakukan Draw - Draw frame/Cable Element atau
dengan cara memilih ikon frame/Cable Element pada toolbar pada sisi kiri, jangan
lupa mengganti Section sesuai dengan properties yang dibutuhkan Seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 3.17

Gambar 3.17 Icon Frame dan Section Balok

27
Gambar 3.18 Gambar Balok Induk

Untuk menggambar balok anak, kita harus membagi dua bagian balok induk. Cara nya adalah
dengan mengklik balok yang akan di bagi lalu klik Edit → Edit Lines → Divide Frames lalu isi
number of frames sesuai dengan Gambar 3.19 & Gambar 3.20.

Gambar 3.19 Divide Frames

28
Gambar 3.20 Divide Selected Frame

Gambar 3.21 Hasil Permodelan Balok Induk dan Balok Anak

Setelah selesai mengambar balok anak, gabungkan kembali frame yang sudah di divide dengan cara
klik balok yang akan digabungkan lalu klik Edit → Edit Lines → Join Frames. Pastikan frame
yang sudah di divide sudah kembali tergabung agar perhitungan tidak eror.

29
Gambar 3.22 Joint Frames

Setelah selesai menggambar balok induk dan balok anak, lakukan hal yang sama untuk menggambar
kolom, buatlah windows menjadi sumbu XZ agar memudahkan permodelan

Gambar 3.23 Draw Frame balok dan Kolom

30
3.5.2 Menggambar Elemen Plat
Pemodelan elemen plat dilakukan dengan cara Draw – Draw Poly Area atau dengan
mengklik ikon Quick draw area pada toolbar sisi kiri sesuai pada Gambar pada Gambar
3.24.

Gambar 3.24 Draw Poly Area

Kemudian akan muncul panah untuk menandai, kemudian tandai plat dengan cara mengklik
area pelat satu persatu dari ujung joint hingga bertemu joint kembali, dalam penandaan
usahakan secara berurut agar memudahkan pembacaan data output SAP 2000 nantinya.

Gambar 3.25 Denah Area Pelat

31
3.5.3 Hasil Permodelan SAP2000

Gambar 3.25 3D Hasil Permodelan Struktur pada SAP2000

32
3.6 Menetapkan Jenis Perletakan/Restraint
Pemodelan pondasi diasumsikan sebagai jepit, karena desain pondasi yang
menggunakan bore pile (pondasi dalam), sehingga kedudukan pondasi dianggap tidak
mengalami rotasi dan translasi. Pemodelan tumpuan tersebut dapat dilakukan dengan
klik semua kolom pada lantai dasar, kemudian Assign – Joint – Restrains sesuai
ditunjukkan pada Gambar 3.26

Gambar 3.26 Membuat Perletakan Jepit Pada Pondasi

3.7 Meshing Pelat Lantai dan Atap


Element Shell yang dipakai untuk memodelkan pelat lantai dan atap beton perlu dibagi
kedalam pias-pias kecil sejumlah tertentu. Hal ini disebabkan alasan konvergensi, yaitu
penyebaran gaya dari pelat ke balok di sekitarnya akan makin baik jika terdapat makin
banyak pias pada pelat lantai. Jika jumlah pias terlalu sedikit, atau tidak dilakukan
pembagian pias, hasil yang di dapatkan relatif kasar (missal ouput lendutan atau momen
yang terlalu besar atau kecil). Jika terlalu banyak pias akan menyebabkan ukuran file
dan waktu analisis semakin besar. Pembagian pada element shell dapat dilakukan
dengan cara pilih semua element Plat kemudian klik menu Assign – Area – Automatic
Area Mesh.. dalam kasus ini plat dibagi menjadi 4 x 8 bagian

33
Gambar 3.27 Meshing Area Plat

3.8 Mendefinisikan type beban


Jenis beban yang bekerja pada gedung meliputi :
a. Beban mati sendiri elemen struktur (Dead Load)
Meliputi : balok, kolom, shear wall, dan plat.
b. Beban mati elemen tambahan (SuperDead Load)
Meliputi : dinding, keramik, plesteran, plumbing, ME (mechanical electrical) , dll.
c. Beban hidup (Live Load)
Meliputi : beban luasan per m² yang ditinjau berdasarkan fungsi bangunan.
d. Beban Hidup Atap (Roof Live)
Meliputi : Beban orang yang bekerja pada atap
e. Beban Gempa (Earthquake Load)
Meliputi : beban gempa statik ekuivalen dan dinamik (respons spectrum)

Jenis beban yang bekerja pada struktur gedung dapat diinput dengan cara Define – LoadPatterns
yang sesuai pada Gambar 3.28 berikut.

34
Gambar 3.28 Jenis - jenis beban yang Bekerja

3.9 Mengaplikasikan Beban Gempa

Analisis beban gempa dilakukan dengan 2 cara yaitu statik ekuivalen dan dinamik
respons spektrum. Dalam mendefinisikan beban gempa untuk wilayah Jakarta,
Sebelumya dapat mengacu pada Tata Cara Perencanaan Tahan Gempa untuk Gedung
SNI 03-1726-2012.

3.9.1 Gempa Statik Ekivalen

Beban gempa statik ekuivalen adalah penyederhanaan dari perhitungan beban gempa
yang sebenarnya, dengan asumsi tanah dasar dianggap tetap (tidak bergetar), sehingga
beban gempa diekuivalensikan menjadi beban lateral statik yang bekerja pada pusat
massa struktur tiap lantai bangunan. Perhitungan gempa statik ekuivalen dapat
dilakukan secara otomatis dengan Auto Lateral Loads dan secara manual dengan cara
menginput besarmya beban gempa ke pusat massa struktur tiap lantai. Ilustrasi dari
perencanaan gempa dengan metode statik ekuivalen ditunjukkan pada Gambar 3.29.

Gambar 3.29 Ilustrasi dari Analisis Gempa dengan Metode Statik Ekuivalen

35
Gambar 3.30 Define Load Patterns

Langkah menambahkan beban gempa static ekivalen klik menu Define – Load Patterns lalu
tambahkan SX dan SY. Pada bagian barisan SX pilih pada kolom Auto lateral Load pattern
pilih IBC 2006 atau untuk SAP2000 terbaru ASCE 7-16 klik Load Patterns gempa Sx dan Sy
dan klik Modify Lateral Load Pattern lalu input data-data sesuai dengan Gambar 3.31 dan
Gambar 3.32. Data tersebut diambil dari data Respon Spectrum.

Gambar 3.31 Define Beban Statik arah X IBC 2006

Klik modify load patern. Selanjutnya, klik Modify lateral Load Patern. Isikan parameter-
parameter seperti gambar berikut

36
Gambar 3.32 Define Beban Statik arah X IBC 2006

Keterangan :

Fungsi Bangunan = Rumah Sakit


Ketgori Resiko = IV
Faktor Keutamaan Gempa = 1.5
Kota = Jakarta
Longitude = 106.827042 Degrees
Latitude = -6.177251 Degrees
Kelas Situs = SE (tanah lunak)
PGA = 0.374373 g
PGAm = 0.543310 g
SS = 0.784632 g
S1 = 0.383201 g
TL = 20 detik
Fa = 1.272294
Fv = 2.467196
Sms = 0.998283 g

37
Sm1 = 0.945432 g
SDS = 0.665522 g
SD1 = 0.630288 g
T0 = 0.189412 detik
Ts = 0.947058 detik
Kategori Desain Seismik (KDS) =E

Tabel 3.2 Variabel pada Sistem SRPMK dan Sistem Ganda


Variabel SRPMK Sistem Ganda
Koefisien modifikasi respons (R) 8 7
Faktor kuat lebih sistem (Ω0) 3 2,5
Faktor pembesaran defleksi (Cd) 5,5 5,5

3.9.2 Gempa Dinamik Respon Spectrum


Respons Spektrum adalah suatu spectrum yang disajikan dalam bentuk grafik/plot antara
periode getar struktur T, versus respon-respon maksimum berdasarkan rasio redaman dan
gempa tertentu. Respon-respon maksimum dapat berupa simpangan maksimum (spectral
displacement, SD), kecepata maksimum (Spectral velocity, SV) atau percepatan maksimum
(spectral acceleration, SA) dari massa struktur single degree of freedom (SDOF)

Gambar 3.33 grafik respons spectrum

Langkah input beban gempa dinamik spectrum ke dalam SAP2000 dapat dilakukan
dengan cara Define → Functions → Response Spectrum → IBC 2006 → Add New
Function. Untuk SAP2000 versi terbaru dapat dipilih ASCE 7-16.

38
Gambar 3.34 Input ManualRespons Spektrum dengan IBC 2006

a. Menentukan Faktor Pengali


Sesuai SNI 03-1726-2012 maka input respons spectrum diberikan nilai pengali
sebesar g x I / R.
Untuk contoh ini (KDS E) maka nilai-nilai tersebut adalah sebagai berikut:
Faktor pengali = g x I / R = 9,81 x 1,5 / 8 = 1,8375
Keterangan :
g = gravitasi bumi (9,81 m/s2)
I = factor keutamaan gedung ( 1 )
R = factor reduksi gempa (8)
Cara menginput factor pengalih spectrum case dengan cara Define → Load Case →
Respons Spectrum → Modify Show/ Load Case.

39
Gambar 3.34 Define load case gempa respons spectrum arah-X
a) Pilih Response Spectrum pada Load Case Type
b) Pada bagian Load Applied :
• Load name = Pilih U1 (untuk arah sumbu X)
Pilih U2 (untuk arah sumbu Y)
• Function = pilih yang sesuai (JAKARTA)
• Scale Factor = isikan 1,8375 ( arah sumbu X)
c) Klik tombol Add dan Klik OK
Ulangi pada gempa dinamik arah-Y (DY) sesuai gambar 3.35 dan 3.36

Gambar 3.35 Define load case gempa respons spectrum arah-X


40
Gambar 3.36 Define load case gempa respons spectrum arah-Y

3.10 Penentuan Massa Struktur


Langkah yang tidak kalah penting adalah defenisi massa struktur yang akan digunakan
dalam analisis, karena bila tidak tepat maka gaya atau beban gempa yang dihasilkan
juga bias terlalu kecil atau terlalu besar. Cara mendefinisikan massa struktur Define →
Mass Source → Modify/show Mass Source

Gambar 3.37 penentuan massa gedung

41
3.11 Menetapkan Lantai Tingkat Sebagai Diafragma

Pada SNI Gempa 03-1726-2019 disimpulkan bahwa, Analisis struktur harus


mempertimbangkan kekakuan reltif diafragma dan element vertikal sistem penahan
gempa. Dalam hal ini, pelat lantai dan atap beton dapat berfungsi sebagai diafragma
yang dapat menyumbangkan kekakuan gedung ketika beban lateral bekerja. Cara
mengaplikasi lantai diafragma, Pilih menu Select – All. Selanjutnya pilih menu Assign
– Joint - Constraints. Maka akan tampil kotak dialog Assign Joint Constrains klik
Define Joint Constrain maka akan tampil seperti gambar berikut

Gambar 3.38 Define Constraints

Pada Choose Constraint Type to Add pilih diaphragm dan klik Add New Constraint

Gambar 3.39 Input Joint Constraints


42
3.12 Mengaplikasikan Kombinasi Pembebanan
Berdasarkan SNI 2847 : 2019 pasal 9.2.1, kombinasi pembebanan terfaktor, yaitu
Sebagai berikut:
a. 1,4D
b. 1,2D + 1,6 L + 0,5(Lr atau S atau R)
c. 1,2D + 1,6(Lr atau S atau R) + (L atau 0,5W)
d. 1,2D + 1,0W + L + 0,5(Lr atau S atau R)5) 1,2D + 1,0L + 1,0E
e. 0,9D + 1,0W
f. 0,9D + 1,0E
Untuk nomor 5 dan 7 dengan beban gempa diatur oleh SNI 1726 : 2019 pasal 7.4, faktor
dan kombinasi beban untuk beban mati nominal, beban hidup nominal dan beban gempa
nominal, yaitu sebagai berikut:
a. (1,2 + 0,2 Sds) DL + 1,0LL ± 1,0 ρ EX ± 0,3 ρ EY
b. (1,2 + 0,2 Sds) DL + 1,0LL ± 0,3 ρ EX ± 1,0 ρ EY
c. (0,9 – 0,2 Sds) DL + 1,0LL ± 1,0 ρ EX ± 0,3 ρ EY
d. (0,9 – 0,2 Sds) DL + 1,0LL ± 0,3 ρ EX ± 1,0 ρ EY

Keterangan:
DL = beban mati

LL = beban hidup

R = beban hujan

W = beban angin
Ex = beban gempa arah – x
Ey = beban gempa arah – y
ρ = faktor redundansi
Sds = parameter percepatan spektrum respons desain pada periode pendek

Faktor beban hidup dapat diambil 0.5 untuk beban hidup tidak melebihi 4,79 kN/m2
Berikut ini adalah kombinasi pembebanan yang akan digunkan untuk analisis struktur:
Sds(g) = 0,665 (Jakarta, Tanah Lunak)
ρ = 1,3 (dapat digunakan 1,0 jika memenuhi syarat pasal 7.3.4.2)

43
Beban mati (D) merupakan beban mati yang terdiri dari beban mati sendiri (DL) dan beban
mati tambahan (SIDL). Penerapan faktor redundansi pada kombinasi pembebanan harus
diterapkan pada KDS D sesuai SNI 1726:2019 Pasal 7.3.4. Penerapan gaya gempa (QE) harus
secara serentak dalam dua arah tegak lurus satu sama lain dan kombinasi beban yang
ditetapkan harus terdapat 100 % gaya untuk satu arah ditambah 30 % gaya untuk arah tegak
lurus seperti yang disyaratkan pada SNI 1726:2019 Pasal 7.5.3 dan 7.5.4. Karena beban yang
ditinjau adalah beban gravitasi dan beban gempa saja maka kombinasi yang terpakai adalah
sebagai berikut:

1) 1,4 DL + 1,4 SIDL


2) 1,2D + 1,2SIDL + 1,6LL + 0,5Lr
3) (1,2 + 0,2SDS)D + (1,2 + 0,2SDS)SIDL + ρQE + LL
a) (1,2 + 0,2SDS)D + (1,2 + 0,2SDS)SIDL + 1,0 ρQEX + 0,3 ρQEY + LL
b) (1,2 + 0,2SDS)D + (1,2 + 0,2SDS)SIDL + 1,0 ρQEX – 0,3 ρQEY + LL
c) (1,2 + 0,2SDS)D + (1,2 + 0,2SDS)SIDL – 1,0 ρQEX + 0,3 ρQEY + LL
d) (1,2 + 0,2SDS)D + (1,2 + 0,2SDS)SIDL – 1,0 ρQEX – 0,3 ρQEY + LL
e) (1,2 + 0,2SDS)D + (1,2 + 0,2SDS)SIDL + 0,3 ρQEX + 1,0 ρQEY + LL
f) (1,2 + 0,2SDS)D + (1,2 + 0,2SDS)SIDL + 0,3 ρQEX – 1,0 ρQEY + LL
g) (1,2 + 0,2SDS)D + (1,2 + 0,2SDS)SIDL – 0,3 ρQEX + 1,0 ρQEY + LL
h) (1,2 + 0,2SDS)D + (1,2 + 0,2SDS)SIDL – 0,3 ρQEX – 1,0 ρQEY + LL
4) (0,9 – 0,2SDS)D + (0,9 – 0,2SDS)SIDL + ρQE
a) (0,9 – 0,2SDS)D + (0,9 – 0,2SDS)SIDL + 1,0 ρQEX + 0,3 ρQEY
b) (0,9 – 0,2SDS)D + (0,9 – 0,2SDS)SIDL + 1,0 ρQEX – 0,3 ρQEY
c) (0,9 – 0,2SDS)D + (0,9 – 0,2SDS)SIDL – 1,0 ρQEX + 0,3 ρQEY
d) (0,9 – 0,2SDS)D + (0,9 – 0,2SDS)SIDL – 1,0 ρQEX – 0,3 ρQEY
e) (0,9 – 0,2SDS)D + (0,9 – 0,2SDS)SIDL + 0,3 ρQEX + 1,0 ρQEY
f) (0,9 – 0,2SDS)D + (0,9 – 0,2SDS)SIDL + 0,3 ρQEX – 1,0 ρQEY
g) (0,9 – 0,2SDS)D + (0,9 – 0,2SDS)SIDL – 0,3 ρQEX + 1,0 ρQEY
h) (0,9 – 0,2SDS)D + (0,9 – 0,2SDS)SIDL – 0,3 ρQEX – 1,0 ρQEY

Cara input kombinasi pembebanan tersebut ke SAP2000 dengan cara Define – Load
Combination – Add New Combo sesuai pada Gambar 3.40 berikut.

44
Gambar 3.40 Input beban kombinasi (comb1)
Berikut kombinasi Pembebanan yang dimasukan dalam perhitungan struktur beton bertulang
rumah sakit 8 lantai dengan lokasi Jakarta dan Tanah Lunak.

Load Combination
1 1.4 DL + 1.4 SIDL
2 1.2 DL + 1.2 SIDL + 1.6 LL + 0.5 Lr
3 1.2 DL + 1.2 SIDL + 1.6 Lr + 1.0 LL
4 1.2 DL + 1.2 SIDL + 1.0 LL + 0.5 Lr
5 1.33 DL + 1.33 SIDL + 1.0 LL + 1.3 Ex + 0.39 Ey
6 1.33 DL + 1.33 SIDL + 1.0 LL + 1.3 Ex - 0.39 Ey
7 1.33 DL + 1.33 SIDL + 1.0 LL - 1.3 Ex + 0.39 Ey
8 1.33 DL + 1.33 SIDL + 1.0 LL - 1.3 Ex - 0.39 Ey
9 1.33 DL + 1.33 SIDL + 1.0 LL + 0.39 Ex + 1.3 Ey
10 1.33 DL + 1.33 SIDL + 1.0 LL + 0.39 Ex - 1.3 Ey
11 1.33 DL + 1.33 SIDL + 1.0 LL - 0.39 Ex + 1.3 Ey
12 1.33 DL + 1.33 SIDL + 1.0 LL - 0.39 Ex - 1.3 Ey
13 0.77 DL - 0.77 SIDL + 1.3 Ex + 0.39 Ey
14 0.77 DL - 0.77 SIDL + 1.3 Ex - 0.39 Ey
15 0.77 DL - 0.77 SIDL - 1.3 Ex + 0.39 Ey
16 0.77 DL - 0.77 SIDL - 1.3 Ex - 0.39 Ey
17 0.77 DL - 0.77 SIDL + 0.39 Ex + 1.3 Ey
18 0.77 DL - 0.77 SIDL + 0.39 Ex - 1.3 Ey
19 0.77 DL - 0.77 SIDL - 0.39 Ex + 1.3 Ey
20 0.77 DL - 0.77 SIDL - 0.39 Ex - 1.3 Ey
Gambar 3.41 Load Combination

45
3.13 Beban yang Bekerja
Pembebanan pada struktur bangunan gedung beton bertulang diatur di SNI-1727-2020.
Beban yang bekerja pada struktur Rumah Sakit ini yaitu berupa beban mati tambahan (SIDL)
pada balok dan pelat. Beban hidup (LL) pada pelat lantai dan atap. Beban hidup di atur dalam
SNI 1727-2020 tabel 4.3.1 Beban gempa sudah diinput Load patterns dan Load Case. Berat
struktur sendiri sudah dihitung otomatis oleh SAP2000. Pembebanan dilakukan dengan
melihat denah arsitektur seperti gambar berikut.

Gambar 3.42 Denah Arsitektur Lantai 1

Gambar 3.43 Denah Arsitektur Lantai 2

46
Gambar 3.44 Denah Arsitektur Lantai 3-7

Gambar 3.45 Denah Arsitektur Lantai Atap

Tabel 3.4 Beban Hidup (LL) yang bekerja pada pelat lantai rumah sakit

BEBAN HIDUP PADA PELAT LANTAI


Ruang Parkir 1,92 kN/m²
Lobby/ Ruang Administrasi 4,79 kN/m²
Kursi Ruang Tunggu 4,79 kN/m²
Ruang Rawat Inap 1,92 kN/m²
Koridor 3,83 kN/m²
IGD/UGD, Apotek 2,87 kN/m²
Ruang Poliklinik 2,87 kN/m²
Atap 0,92 kN/m²
Tangga 4,79 kN/m²

47
Tabel 3.5 Beban Mati Tambahan (SIDL) yang bekerja pada pelat lantai rumah sakit
2
No. Komponen Beban (kN/m ) Sumber
1 Keramik (19 mm) + mortar (25 mm) 1.1
beban plafon dan penggantung (Gypsum
2 0.12
board ) (15 mm)
SNI 1727: 2020
3 Mechanical Elektrical 0.19
4 Pipa air bersih dan kotor (Plumbing) 0.20
5 Beban lapisan waterproof 0.03
6 Total Berat SIDL plat lantai 1.6362 -
7 Total Berat SIDL plat atap/dak beton 0.5362 -

Tabel 3.6 Beban Mati Tambahan (SIDL) yang bekerja pada balok lantai rumah sakit

BEBAN MATI TAMBAHAN (SIDL) PADA BALOK


Beban Dinding LT 2-7 2,3 kN/m² x 4 m = 9,2 kN/m
Beban Atap 2,3 kN/m² x 1 m = 2,3 kN/m

3.14 Input Pembebanan pada SAP2000


a. Beban Mati tambahan (SIDL) balok
Beban mati tambahan pada balok, merupakan beban terbagi rata yang bekerja sepanjang
balok. Untuk menginput beban terbagi rata pada balok dapat dilakukan hal yang sama dengan
permodelan saat menginput beban terbagi rata pada simple beam. Klik balok yang akan
diberikan beban SIDL, pastikan balok yang menerima beban SIDL ini sesuai dengan gambar
arsitektur lalu klik Assign – Frame Loads – Distributed, ganti Load Pattern menjadi SIDL
dan input besaran beban yang bekerja. Pada kasus kali ini, beban yang bekerja yaitu 9,2 kN/m
untuk Dinding Lantai 2-7. Lakukan hal yang sama untuk area Atap.

Gambar 3.46 Frame Distributed Loads

48
b. Beban Mati tambahan (SIDL) Pelat Lantai
Untuk menginput beban mati tambahan (SIDL) pada pelat lantai, klik Pelat yang akan
diberikan beban yang bekerja, pastikan pelat lantai yang diberikan beban sesuai dengan
gambar arsitektur, lalu klik Assign – Area Loads – Uniform (Shell). Input Load Pattern
Name yaitu SIDL besaran beban sesuai dengan beban yang bekerja, pada kasus ini yaitu
1,6362 kN/m² untuk lantai 2-7 dan 0,5362 kN/m² untuk lantai atap.

Gambar 3.47 Area Uniform Loads

c. Beban Hidup (LL) Pelat


Untuk menginput beban hidup (LL) pada pelat lantai, klik Pelat yang akan diberikan
beban yang bekerja, pastikan pelat lantai yang diberikan beban sesuai dengan gambar
arsitektur, lalu klik Assign – Area Loads – Uniform (Shell). Input Load Pattern Name
yait LL dan besaran beban sesuai dengan beban yang bekerja, misalkan untuk Ruang
Rawat Inap, beban yang bekerja yaitu 1,92 kN/m² lokasi ruang rawat inap terletak di As
5-6 dan 1-8 maka klik area pada As tersebut

Gambar 3.48 Area Lokasi Ruang Rawat Inap


49
Gambar 3.49 Beban Ruang Rawat Inap

3.15 Kontrol dan Analisis Struktur


Untuk melakukan analisis struktur pada SAP2000, terlebih dahulu kita harus melakukan
Run Analysis, carangya dengan mengklik Analyze – Run Analysis. Setelah pemodelan
struktur dan pembebanan selesai digunakan, maka struktur perlu dicek terhadap
standard dan persyaratan yang berlaku sebagai berikut.

3.15.1 Analisis Gempa


a. Modal Participating Mass Ratio & Periode Struktur
Untuk memunculkan partisipasi massa pada SAP2000 klik Display - Show Tables
lalu klik bagian seperti Gambar 3.50 lalu klik OK.

Gambar 3.50 Output Modal Participation Mass Ratio

50
Gambar 3.51 Output Modal Participation Mass Ratio dan Periode

Setelah klik OK, maka akan muncup Periode struktur, Ux, Uy, Uz dan SumUX,
SumUY dan SumUZ. Setelah itu lakukan eksport hasil tersebut pada excel dan
lakukan perhitungan analisis struktur sesuai dengan excel yang ada pada
ANALISIS GEMPA. Untuk mengexport hasil SAP2000 ke excel dapat mengklik
File – Export Current Table – To Excel.

Gambar 3.52 Export Current Table to Excel


Pada SNI Gempa 1726:2019 Pasal 7.9.1 disebutkan bahwa analisis harus
menyertakan jumlah ragam yang cukup untuk mendapatkan partisipasi massa
ragam terkombinasi sebesar paling sedikit 100% dari massa actual yang
dimodelkan. Jika jumlah ragam yang sudah ditentukan dalam model belum
memenuhisyarat, tambahkan jumlah ragam.

51
b. Beban Gempa Statik & Dinamik
Sesuai SNI gempa 1726:2019 pasal 7.9.4.1 mengenai skala gaya, peraturan ini
mengisyaratkan bahwa gaya geser dasar dinamis harus lebih besar dari 100% gaya
geser statis.Dirumuskan sebagai VD > 100% VS. Bila hal tersebut tidak memenuhi
maka perlu diberikan skala gaya pada model struktur gedung.
Untuk menganalisis beban gempa statik dan dinamik, kita perlu mengetahui gaya
geser dasar statik dan dinamik yang bekerja pada struktur tersebut. Untuk
mengeluarkan Output Gaya Geser Dasar Statik pada SAP2000 dapat mengklik
Display – Show Tables lalu ceklis bagian seperti Gambar 3.53.

Gambar 3.53 Table Base Reaction

Untuk menampilkan Gaya Geser Dasar Statik, pilihlah Load Cases SX dan SY,
sementara untuk Gaya Geser Dasar Dinamik, pilihlah Load Cases EX dan EY,
caranya dengan mengganti Select Load Cases pada Windows kanan atas. Lalu
lakukan perhitungan sesuai dengan excel ANALISIS GEMPA.

52
Gambar 3.54 Load Cases Gempa Statik

c. Simpangan Struktur
Untuk menghitung simpangan struktur, output dari SAP2000 yang dibutuhkan yaitu
Displacement arah X dan Displacement arah Y pada masing-masing lantai. Untuk
memunculkan displacement pada SAP2000 yaitu klik semua joint pada lantai yang akan
ditinjau lalu klik Display – Show Tables lalu ceklis bagian seperti Gambar 3.55. Pilihlah
Load Cases yaitu Combi 1-Combi 20, setelah itu hasil output SAP2000 dapat di export
ke excel dan lakukan perhitungan simpangan struktur sesuai dengan excel ANALISIS
GEMPA. Bila model struktur tidak memenuhi syarat, coba perbesar dimensi balok atau
kolom di beberapa tempat, apabila semua pemeriksaan sudah terpenuhi maka komponen
struktur (balok, kolom,dan pelat) dari model sudah siap dianalisis penulangannya.

53
Gambar 3.55 Joint Displacement

3.15.2 Analisis Penulangan Balok & Kolom


Luas tulangan utama balok dan kolom secara otomatis dapat diketahui dengan cara
Design – Concret frame design – Start Design/Check of Strucuture. Lalu akan muncul
gambar dari luasan penulangan balok dan kolom, pastikan satuan dalam proses perhitungan agar
memudahkan analisis.

Gambar 3.56 Luasan tulangan pokok

54
Untuk mengetahui luasan tulangan sengkang yang dibutuhkan, maka klik Design –
Concrete Frame Design – Display Design Info lalu ubah Design Info menjadi Shear
Reinforcing, lihat Gambar 3.57. Untuk perhitungan penulangan pokok dan penulangan
sengkang pada balok, input hasil luasan tulangan pada excel ANALISIS TULANGAN
BALOK DAN KOLOM.

Gambar 3.57 Shear Reinforcing Balok

Untuk mengetahui luasan tulangan yang dibutuhkan kolom, ganti arah sumbu menjadi
XZ lalu lakukan hal yang sama dengan langkah penulangan balok. Untuk perhitungan
penulangan pokok dan penulangan sengkang pada kolom, input hasil luasan tulangan
pada excel ANALISIS TULANGAN BALOK DAN KOLOM.

Gambar 3.58 Shear Reinforcing Balok

55
3.15.3 Analisis Penulangan Pelat
Ouput yang digunakan untuk menghitung tulangan plat adalah M11, dan digunakan untuk
tulangan arah X, sedangkan M22 digunakan untuk tulangan arah Y. besarnya momen pada
pada plat dapat diketahui dengan cara Display – Show Forces/ Stress – Shells. Lalu ubah
Case/Combo dan M11 untuk Momen Arah X dan M22 untuk Momen Arah Y. Carilah momen
terbesar dari semua combination. Setelah mendapat Momen Arah X dan Arah Y terbesar,
input hasil momen kedalam excel ANALISIS PENULANGAN PELAT.

Gambar 3.59 Member Forces Diagram

Gambar 3.60 Momen Pelat Arah X

56
DAFTAR PUSTAKA

Badan Standardisasi Nasional. 2019. Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk
struktur bangunan gedung dan non gedung (SNI 1726:2012). BSN.Jakarta.

Badan Standardisasi Nasional. 2020. Beban minimum untuk perancangan bangunan


gedung dan struktur lain (SNI 1727:2020). BSN. Jakarta

Badan Standardisasi Nasional. 2019. Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan


Gedung (SNI 03-2847-2019). BSN. Jakarta.

Computer and Structures, Inc. 2018. SAP Manuals – SAPTutor. California:Berkeley

Dewobroto, W. 2013. Komputer Rekayasa Struktur dengan SAP2000. Jakarta Penerbit


Dapur Buku

Pamungkas, A., dan Harianti, E. 2018. Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa.

Jakarta: Penerbit Andi

57

Anda mungkin juga menyukai