MODUL TRAINING
SAP2000
STUDI KASUS BANGUNAN GEDUNG 8 LANTAI
PREPARED BY
GHINA UTAMI
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
PENGENALAN SAP2000
Model struktur pada SAP2000 dapat diidealisasikan dalam berbagai macam elemen,
antara lain elemen joint (titik), frame (batang), shell (pelat), sampai pada elemen solid (pias
elemen 3 dimensi untuk pemodelan elemen hingga/finet element), sebaga aktualisasi elemen
sebenarnya. Misalnya balok dan kolom pada bangunan brtingkat dimodelkan sebagai elemen
frame, pelat jembatan atau dinding geser sebagai shell.
3
Gambar 1.1 Tampilan awal SAP2000
Tools yang sering digunakan dalam permodelan awal biasanya Grid Only, yaitu permodelan
dengan menggunakan grid-grid yang bisa di atur di awal dan di ubah menyesuaikan kebutuhan
4
Gambar 1.3 Toolbar pada SAP2000
5
b. Sistem Koordinat Lokal
Sistem koordinat lokal berlaku untuk setiap frame dan setiap joint dari model struktur.
Sumbu-sumbu koordinat lokal dinyatakan dengan simbol 1, 2, dan 3, serta mengikutiaturan tangan
kanan juga. Yang perlu diketahui pengguna adalah bagaimana menentukan koordinat lokal 1-2-
3 dan hubungannya dengan koordinat global X-Y-Z. Hubungan tersebut dapat dilihat sebagai
berikut:
Defleksi dari struktur ditentukan oleh displacement joint, setiap joint pada model
struktur mempunyai enam komponen displacement, yaitu
• Joint mengalami translasi ke arah tiga sumbu lokal, yang diberi notasi U1, U2 dan U3.
• Joint mengalami rotasi terhadap tiga sumbu lokal yang diberi notasi R1, R2 dan R3
Ke-enam komponen displacement tersebut diketahui sebagai derajat kebebasan, dan
digambarkan seperti berikut:
Dalam teori Mekanika Teknik yang kita pelajari dibangku kuliah selama ini, ada 3 macam
dukungan yang sering dibahas yaitu :
6
• Jepit : Mampu menahan gaya vertikal, horisontal dan moment.
• Sendi : Mampu menahan gaya vertikal dan horisontal.
• Roll : Hanya mampu menahan gaya vertikal.
Dalam perhitungan struktur, apabila dalam analisis terjadi kegagalan struktur, atau struktur
tidak kuat menahan beban yang bekerja, maka kita lakukan perubahan pada material penampang
(dengan meningkatkan mutu) dan dimensi penampang. Jenis penampang dan kombinasi
penampang tidak dapat dirubah.
7
BAB II
PERMODELAN SIMPLE BEAM
8
c. Klik beam, maka akan tampil sebagai berikut :
• Ketik 1 untuk kotak Number of Span
• Ketik 10 untuk kotak Span Length
• Ketik Use Custom Grid Spacing and Locate Origin
• Ketik Edit Grid
• Ubah -5 menjadi 0 dan 5 menjadi 10 pada Ordinate sumbu X
• Klik OK
d. Klik “X” pada sudut bagian atas kanan dari tampilan window 3-D untuk menutup
tampilannya
9
TAHAP 2 : Mengaplikasikan Beban
a. Klik menu Define → Load Paterns untuk menampilkan form Define Loads
• Ketik DL pada kotak Load Name
• Ketik 0 pada kotak Self Weight Multiplier
• Klik Modify Load
• Klik OK
10
TAHAP 3 : Menganalisis Struktur
a. Untuk melakukan analisis maka disimpan terlebih dahulu
b. Lakukan analisis dengan Analyze → Run Analysis → OK.
c. Klik Analyze → Run Analysis untuk menampilkan Set Load Case to Run
• Klik Run/Do Not Run Case
• Klik Run Now
11
Gambar 2.9 Display Frame Fores/Stresses
Keterangan :
12
2.2. Permodelan Simple Beam dengan Beban Terbagi Rata
q = 10 kN/m
13
Gambar 2.12 Define Grid System Data
c. Klik “X” pada sudut bagian atas kanan dari tampilan window 3-D untuk menutup
tampilannya
d. Pilih joint yang akan diubah perletakannya
• Klik OK
b. Pilih batang yang akan diberikan beban
c. Klik menu Assign → Frame Loads → Distributed untuk menampilkan form Assign
Frame Distributed Loads
d. Masukan nilai 10 kN/m pada Uniform Load
e. Lalu klik OK
14
Gambar 2.13 Assign Frame Distributed Loads
15
BAB III
3.1.1 Beton
• Kuat tekan beton fc’ = 30 Mpa (untuk pelat, balok), 40 Mpa (untuk kolom)
• Modulus elastisitas beton, Ec = 4700√fc’
• Poisson ratio beton vc = 0,2
• Berat jenis beton, λc = 2400 Kg/m3
16
Gambar 3.1 Rencana detail balok dan kolom LT.2 – 8
18
Gambar 3.4 Grid Awal Permodelan
19
b. Buat material Tulangan baru, Klik Add New Materials maka akan muncul kotak
dialog Add Material Property, pada Material Type pilih Rebar dan Standar pilih
User. Kemudian klik OK
c. Masukan material tulangan seperti pada Gambar 3.6 kemudian klik OK.
20
Gambar 3.7 Select Property Type
Ubahlah Depth dan Width pada Rectangular Section sesuai dengan ukuran penampang
yang dibutuhkan, jangan lupa perhatikan satuan pada SAP2000
Lalu klik Set Modifiers untuk mengganti Stiffness Modification Factors sesuai dengan
persyaratan yang ada pada SNI SNI 03-2847-2019.
21
Gambar 3.8 Input Frame Property/Stiffness Modification Factors
Detail penulangan (Reinforcement) balok yang digunakan ditunjukkan pada Gambar 3.9
Keterangan :
Concrete cover to longitudinal rebar center adalah tebal selimut beton berdasarkan SNI 03-2847-
2019.
22
Tabel 3.1 Persyaratan Tebal Selimut Minimum
Lalu untuk pembuatan dimensi Balok B1a (300mmx500mm) dengan cara yang sama dengan
Balok B1 diatas.
24
3.4.3 Penampang Pelat
Pelat lantai dimodelkan sebagai Shell, sehingga selain menerima gaya vertikal akibat
beban mati dan hidup, pelat juga diasumsikan menerima gaya horizontal/ lateral akibat
gempa. Input elemen pelat lantai dilakukan dengan cara Define – Section Properties –
Area Section.
Lalu klik Add New Section dan input data sesuai dengan dimensi pelat yang dibutuhkan.
25
Lalu klik Modify Shell Design Parameters dan Set Modifiers dan ganti sesuai dengan Gambar
3.15 dan Gambar 3.16.
26
Ada 3 asumsi dalam pemodelan pelat lantai yaitu :
Shell Thin : pelat diasumsikan menerima gaya vertikal dan lateral tanpa
penebalan.
Shell Thick : pelat diasumsikan menerima gaya vertikal dan lateral dengan
penebalan.
Membrane : pelat diasumsikan menerima gaya horizontal saja.
Plate Thin : pelat diasumsikan hanya menerima gaya vertikal saja tanpa
penebalan.
Thick Plate : pelat diasumsikan hanya menerima gaya vertikal saja
denganpenebalan
Lalu untuk pembuatan element Pelat Atap dengan cara yang sama dengan Pelat Lantai diatas.
27
Gambar 3.18 Gambar Balok Induk
Untuk menggambar balok anak, kita harus membagi dua bagian balok induk. Cara nya adalah
dengan mengklik balok yang akan di bagi lalu klik Edit → Edit Lines → Divide Frames lalu isi
number of frames sesuai dengan Gambar 3.19 & Gambar 3.20.
28
Gambar 3.20 Divide Selected Frame
Setelah selesai mengambar balok anak, gabungkan kembali frame yang sudah di divide dengan cara
klik balok yang akan digabungkan lalu klik Edit → Edit Lines → Join Frames. Pastikan frame
yang sudah di divide sudah kembali tergabung agar perhitungan tidak eror.
29
Gambar 3.22 Joint Frames
Setelah selesai menggambar balok induk dan balok anak, lakukan hal yang sama untuk menggambar
kolom, buatlah windows menjadi sumbu XZ agar memudahkan permodelan
30
3.5.2 Menggambar Elemen Plat
Pemodelan elemen plat dilakukan dengan cara Draw – Draw Poly Area atau dengan
mengklik ikon Quick draw area pada toolbar sisi kiri sesuai pada Gambar pada Gambar
3.24.
Kemudian akan muncul panah untuk menandai, kemudian tandai plat dengan cara mengklik
area pelat satu persatu dari ujung joint hingga bertemu joint kembali, dalam penandaan
usahakan secara berurut agar memudahkan pembacaan data output SAP 2000 nantinya.
31
3.5.3 Hasil Permodelan SAP2000
32
3.6 Menetapkan Jenis Perletakan/Restraint
Pemodelan pondasi diasumsikan sebagai jepit, karena desain pondasi yang
menggunakan bore pile (pondasi dalam), sehingga kedudukan pondasi dianggap tidak
mengalami rotasi dan translasi. Pemodelan tumpuan tersebut dapat dilakukan dengan
klik semua kolom pada lantai dasar, kemudian Assign – Joint – Restrains sesuai
ditunjukkan pada Gambar 3.26
33
Gambar 3.27 Meshing Area Plat
Jenis beban yang bekerja pada struktur gedung dapat diinput dengan cara Define – LoadPatterns
yang sesuai pada Gambar 3.28 berikut.
34
Gambar 3.28 Jenis - jenis beban yang Bekerja
Analisis beban gempa dilakukan dengan 2 cara yaitu statik ekuivalen dan dinamik
respons spektrum. Dalam mendefinisikan beban gempa untuk wilayah Jakarta,
Sebelumya dapat mengacu pada Tata Cara Perencanaan Tahan Gempa untuk Gedung
SNI 03-1726-2012.
Beban gempa statik ekuivalen adalah penyederhanaan dari perhitungan beban gempa
yang sebenarnya, dengan asumsi tanah dasar dianggap tetap (tidak bergetar), sehingga
beban gempa diekuivalensikan menjadi beban lateral statik yang bekerja pada pusat
massa struktur tiap lantai bangunan. Perhitungan gempa statik ekuivalen dapat
dilakukan secara otomatis dengan Auto Lateral Loads dan secara manual dengan cara
menginput besarmya beban gempa ke pusat massa struktur tiap lantai. Ilustrasi dari
perencanaan gempa dengan metode statik ekuivalen ditunjukkan pada Gambar 3.29.
Gambar 3.29 Ilustrasi dari Analisis Gempa dengan Metode Statik Ekuivalen
35
Gambar 3.30 Define Load Patterns
Langkah menambahkan beban gempa static ekivalen klik menu Define – Load Patterns lalu
tambahkan SX dan SY. Pada bagian barisan SX pilih pada kolom Auto lateral Load pattern
pilih IBC 2006 atau untuk SAP2000 terbaru ASCE 7-16 klik Load Patterns gempa Sx dan Sy
dan klik Modify Lateral Load Pattern lalu input data-data sesuai dengan Gambar 3.31 dan
Gambar 3.32. Data tersebut diambil dari data Respon Spectrum.
Klik modify load patern. Selanjutnya, klik Modify lateral Load Patern. Isikan parameter-
parameter seperti gambar berikut
36
Gambar 3.32 Define Beban Statik arah X IBC 2006
Keterangan :
37
Sm1 = 0.945432 g
SDS = 0.665522 g
SD1 = 0.630288 g
T0 = 0.189412 detik
Ts = 0.947058 detik
Kategori Desain Seismik (KDS) =E
Langkah input beban gempa dinamik spectrum ke dalam SAP2000 dapat dilakukan
dengan cara Define → Functions → Response Spectrum → IBC 2006 → Add New
Function. Untuk SAP2000 versi terbaru dapat dipilih ASCE 7-16.
38
Gambar 3.34 Input ManualRespons Spektrum dengan IBC 2006
39
Gambar 3.34 Define load case gempa respons spectrum arah-X
a) Pilih Response Spectrum pada Load Case Type
b) Pada bagian Load Applied :
• Load name = Pilih U1 (untuk arah sumbu X)
Pilih U2 (untuk arah sumbu Y)
• Function = pilih yang sesuai (JAKARTA)
• Scale Factor = isikan 1,8375 ( arah sumbu X)
c) Klik tombol Add dan Klik OK
Ulangi pada gempa dinamik arah-Y (DY) sesuai gambar 3.35 dan 3.36
41
3.11 Menetapkan Lantai Tingkat Sebagai Diafragma
Pada Choose Constraint Type to Add pilih diaphragm dan klik Add New Constraint
Keterangan:
DL = beban mati
LL = beban hidup
R = beban hujan
W = beban angin
Ex = beban gempa arah – x
Ey = beban gempa arah – y
ρ = faktor redundansi
Sds = parameter percepatan spektrum respons desain pada periode pendek
Faktor beban hidup dapat diambil 0.5 untuk beban hidup tidak melebihi 4,79 kN/m2
Berikut ini adalah kombinasi pembebanan yang akan digunkan untuk analisis struktur:
Sds(g) = 0,665 (Jakarta, Tanah Lunak)
ρ = 1,3 (dapat digunakan 1,0 jika memenuhi syarat pasal 7.3.4.2)
43
Beban mati (D) merupakan beban mati yang terdiri dari beban mati sendiri (DL) dan beban
mati tambahan (SIDL). Penerapan faktor redundansi pada kombinasi pembebanan harus
diterapkan pada KDS D sesuai SNI 1726:2019 Pasal 7.3.4. Penerapan gaya gempa (QE) harus
secara serentak dalam dua arah tegak lurus satu sama lain dan kombinasi beban yang
ditetapkan harus terdapat 100 % gaya untuk satu arah ditambah 30 % gaya untuk arah tegak
lurus seperti yang disyaratkan pada SNI 1726:2019 Pasal 7.5.3 dan 7.5.4. Karena beban yang
ditinjau adalah beban gravitasi dan beban gempa saja maka kombinasi yang terpakai adalah
sebagai berikut:
Cara input kombinasi pembebanan tersebut ke SAP2000 dengan cara Define – Load
Combination – Add New Combo sesuai pada Gambar 3.40 berikut.
44
Gambar 3.40 Input beban kombinasi (comb1)
Berikut kombinasi Pembebanan yang dimasukan dalam perhitungan struktur beton bertulang
rumah sakit 8 lantai dengan lokasi Jakarta dan Tanah Lunak.
Load Combination
1 1.4 DL + 1.4 SIDL
2 1.2 DL + 1.2 SIDL + 1.6 LL + 0.5 Lr
3 1.2 DL + 1.2 SIDL + 1.6 Lr + 1.0 LL
4 1.2 DL + 1.2 SIDL + 1.0 LL + 0.5 Lr
5 1.33 DL + 1.33 SIDL + 1.0 LL + 1.3 Ex + 0.39 Ey
6 1.33 DL + 1.33 SIDL + 1.0 LL + 1.3 Ex - 0.39 Ey
7 1.33 DL + 1.33 SIDL + 1.0 LL - 1.3 Ex + 0.39 Ey
8 1.33 DL + 1.33 SIDL + 1.0 LL - 1.3 Ex - 0.39 Ey
9 1.33 DL + 1.33 SIDL + 1.0 LL + 0.39 Ex + 1.3 Ey
10 1.33 DL + 1.33 SIDL + 1.0 LL + 0.39 Ex - 1.3 Ey
11 1.33 DL + 1.33 SIDL + 1.0 LL - 0.39 Ex + 1.3 Ey
12 1.33 DL + 1.33 SIDL + 1.0 LL - 0.39 Ex - 1.3 Ey
13 0.77 DL - 0.77 SIDL + 1.3 Ex + 0.39 Ey
14 0.77 DL - 0.77 SIDL + 1.3 Ex - 0.39 Ey
15 0.77 DL - 0.77 SIDL - 1.3 Ex + 0.39 Ey
16 0.77 DL - 0.77 SIDL - 1.3 Ex - 0.39 Ey
17 0.77 DL - 0.77 SIDL + 0.39 Ex + 1.3 Ey
18 0.77 DL - 0.77 SIDL + 0.39 Ex - 1.3 Ey
19 0.77 DL - 0.77 SIDL - 0.39 Ex + 1.3 Ey
20 0.77 DL - 0.77 SIDL - 0.39 Ex - 1.3 Ey
Gambar 3.41 Load Combination
45
3.13 Beban yang Bekerja
Pembebanan pada struktur bangunan gedung beton bertulang diatur di SNI-1727-2020.
Beban yang bekerja pada struktur Rumah Sakit ini yaitu berupa beban mati tambahan (SIDL)
pada balok dan pelat. Beban hidup (LL) pada pelat lantai dan atap. Beban hidup di atur dalam
SNI 1727-2020 tabel 4.3.1 Beban gempa sudah diinput Load patterns dan Load Case. Berat
struktur sendiri sudah dihitung otomatis oleh SAP2000. Pembebanan dilakukan dengan
melihat denah arsitektur seperti gambar berikut.
46
Gambar 3.44 Denah Arsitektur Lantai 3-7
Tabel 3.4 Beban Hidup (LL) yang bekerja pada pelat lantai rumah sakit
47
Tabel 3.5 Beban Mati Tambahan (SIDL) yang bekerja pada pelat lantai rumah sakit
2
No. Komponen Beban (kN/m ) Sumber
1 Keramik (19 mm) + mortar (25 mm) 1.1
beban plafon dan penggantung (Gypsum
2 0.12
board ) (15 mm)
SNI 1727: 2020
3 Mechanical Elektrical 0.19
4 Pipa air bersih dan kotor (Plumbing) 0.20
5 Beban lapisan waterproof 0.03
6 Total Berat SIDL plat lantai 1.6362 -
7 Total Berat SIDL plat atap/dak beton 0.5362 -
Tabel 3.6 Beban Mati Tambahan (SIDL) yang bekerja pada balok lantai rumah sakit
48
b. Beban Mati tambahan (SIDL) Pelat Lantai
Untuk menginput beban mati tambahan (SIDL) pada pelat lantai, klik Pelat yang akan
diberikan beban yang bekerja, pastikan pelat lantai yang diberikan beban sesuai dengan
gambar arsitektur, lalu klik Assign – Area Loads – Uniform (Shell). Input Load Pattern
Name yaitu SIDL besaran beban sesuai dengan beban yang bekerja, pada kasus ini yaitu
1,6362 kN/m² untuk lantai 2-7 dan 0,5362 kN/m² untuk lantai atap.
50
Gambar 3.51 Output Modal Participation Mass Ratio dan Periode
Setelah klik OK, maka akan muncup Periode struktur, Ux, Uy, Uz dan SumUX,
SumUY dan SumUZ. Setelah itu lakukan eksport hasil tersebut pada excel dan
lakukan perhitungan analisis struktur sesuai dengan excel yang ada pada
ANALISIS GEMPA. Untuk mengexport hasil SAP2000 ke excel dapat mengklik
File – Export Current Table – To Excel.
51
b. Beban Gempa Statik & Dinamik
Sesuai SNI gempa 1726:2019 pasal 7.9.4.1 mengenai skala gaya, peraturan ini
mengisyaratkan bahwa gaya geser dasar dinamis harus lebih besar dari 100% gaya
geser statis.Dirumuskan sebagai VD > 100% VS. Bila hal tersebut tidak memenuhi
maka perlu diberikan skala gaya pada model struktur gedung.
Untuk menganalisis beban gempa statik dan dinamik, kita perlu mengetahui gaya
geser dasar statik dan dinamik yang bekerja pada struktur tersebut. Untuk
mengeluarkan Output Gaya Geser Dasar Statik pada SAP2000 dapat mengklik
Display – Show Tables lalu ceklis bagian seperti Gambar 3.53.
Untuk menampilkan Gaya Geser Dasar Statik, pilihlah Load Cases SX dan SY,
sementara untuk Gaya Geser Dasar Dinamik, pilihlah Load Cases EX dan EY,
caranya dengan mengganti Select Load Cases pada Windows kanan atas. Lalu
lakukan perhitungan sesuai dengan excel ANALISIS GEMPA.
52
Gambar 3.54 Load Cases Gempa Statik
c. Simpangan Struktur
Untuk menghitung simpangan struktur, output dari SAP2000 yang dibutuhkan yaitu
Displacement arah X dan Displacement arah Y pada masing-masing lantai. Untuk
memunculkan displacement pada SAP2000 yaitu klik semua joint pada lantai yang akan
ditinjau lalu klik Display – Show Tables lalu ceklis bagian seperti Gambar 3.55. Pilihlah
Load Cases yaitu Combi 1-Combi 20, setelah itu hasil output SAP2000 dapat di export
ke excel dan lakukan perhitungan simpangan struktur sesuai dengan excel ANALISIS
GEMPA. Bila model struktur tidak memenuhi syarat, coba perbesar dimensi balok atau
kolom di beberapa tempat, apabila semua pemeriksaan sudah terpenuhi maka komponen
struktur (balok, kolom,dan pelat) dari model sudah siap dianalisis penulangannya.
53
Gambar 3.55 Joint Displacement
54
Untuk mengetahui luasan tulangan sengkang yang dibutuhkan, maka klik Design –
Concrete Frame Design – Display Design Info lalu ubah Design Info menjadi Shear
Reinforcing, lihat Gambar 3.57. Untuk perhitungan penulangan pokok dan penulangan
sengkang pada balok, input hasil luasan tulangan pada excel ANALISIS TULANGAN
BALOK DAN KOLOM.
Untuk mengetahui luasan tulangan yang dibutuhkan kolom, ganti arah sumbu menjadi
XZ lalu lakukan hal yang sama dengan langkah penulangan balok. Untuk perhitungan
penulangan pokok dan penulangan sengkang pada kolom, input hasil luasan tulangan
pada excel ANALISIS TULANGAN BALOK DAN KOLOM.
55
3.15.3 Analisis Penulangan Pelat
Ouput yang digunakan untuk menghitung tulangan plat adalah M11, dan digunakan untuk
tulangan arah X, sedangkan M22 digunakan untuk tulangan arah Y. besarnya momen pada
pada plat dapat diketahui dengan cara Display – Show Forces/ Stress – Shells. Lalu ubah
Case/Combo dan M11 untuk Momen Arah X dan M22 untuk Momen Arah Y. Carilah momen
terbesar dari semua combination. Setelah mendapat Momen Arah X dan Arah Y terbesar,
input hasil momen kedalam excel ANALISIS PENULANGAN PELAT.
56
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standardisasi Nasional. 2019. Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk
struktur bangunan gedung dan non gedung (SNI 1726:2012). BSN.Jakarta.
Pamungkas, A., dan Harianti, E. 2018. Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa.
57