BAB I PENDAHULUAN
1.1 Mengenal SAP 2000 ................................................................................. 1
1.2 Fasilitas SAP 2000 .................................................................................... 1
1.3 Dasar-Dasar SAP 2000 ............................................................................2
Page 1
1.3 Dasar-Dasar SAP 2000
1) Sistem koordinat global
Sistem koordinat global merupakan koordinat dalam tiga dimensi,
mengikuti aturan tangan kanan. Tiga sumbu dengan notasi X, Y, Z
ialah sumbu yang saling tegak lurus sesuai dengan aturan tangan
kanan. Letak dan orientasi sumbu global tersebut dapat berubah-
ubah, asalkan sesuai dengan aturan tangan kanan. Lokasi pada
sistem koordinat global dapat ditentukan menggunakan variabel
X, Y, Z. vektor dalam sistem koordinat global dapat ditentukan
dengan memberikan lokasi dua titik, sepasang sudut, atau dengan
memberikan arah koordinat global. Arah koordinat ditunjukkan
Page 2
dengan nilai X±, Y±, dan Z±. sebagai contoh X+ menunjukkan
vektor sejajar dan searah dengan sumbu X positif. Semua sistem
koordinat yang lain pada model ditentukan berdasarkan sistem
koordinat Global ini. SAP2000 selalu mengasumsikan sumbu Z
arahnya vertikal, dengan Z+ arah ke atas. Sistem koordinat lokal
untuk joint, elemen dan gaya percepatan tanah ditentukan
berdasarkan arah ke atas tersebut. Bidang X-Y merupakan bidang
horizontal, dengan sumbu X+ merupakan sumbu utama, sudut
pada bidang horizontal diukur dari sumbu positif X, dengan sudut
positif ialah berlawanan arah dengan arah putaran jarum jam.
2) Sistem koordinat lokal
Pada setiap elemen frame mempunyai sistem koordinat lokal
yang digunakan untuk menentukan potongan property, beban dan
gaya-gaya keluaran. Sumbu-sumbu koordinat lokal ini dinyatakan
dengan simbol 1, 2 dan 3. Sumbu 1 arahnya ialah searah sumbu
elemen, dua sumbu yang lain tegak lurus dengan elemen tersebut
dan arahnya dapat ditentukan sendiri oleh pengguna. Yang perlu
diketahui pengguna ialah bagaimana menentukan koordinat lokal
1-2-3 dan hubungannya dengan koordinat global X-Y-Z. kedua
sistem koordinat ini menggunakan aturan tangan kanan. Untuk
koordinat lokal pengguna bebas menentukan arahnya selama hal
tersebut memudahkan dalam memasukkan data dan
menginterpretasikan hasilnya.
Page 3
3) Derajat kebebasan
Derajat kebebasan (DOF) menyatakan jenis pergerakan pada
model struktur yang memungkinkan. Untuk memahami derajat
kebebasan, sebelumnya perlu diketahui jenis pergerakan yang
ada dalam SAP 2000, yaitu:
- Translasi (U), gerakan perpindahan: sejajar dengan sumbu
- Rotasi (R), gerakan perputaran, memutari sumbu yang
berkaitan
Sedangkan elemen arah pada SAP2000 ada tiga, yaitu:
- Arah sumbu X
- Arah sumbu Y
- Arah sumbu Z
Untuk gerakan searah sumbu, memiliki nilai positif, sedangkan
berlawanan sumbu memiliki nilai negatif, perlu diketahui pula,
untuk rotasi dan momen juga menggunakan kaidah tangan kanan,
Page 4
dimana ibu jari menunjuk arah sumbu dan empat jari lain
menunjukkan arah putaran rotasi/momen.
Page 5
BAB II RANGKA PORTAL FRAME 3 DIMENSI
Page 6
Page 7
2.2 Menggambar Model
Langkah – langkah dalam penggambaran model sebagai berikut:
1) Jalankan program SAP2000 Versi 20.0.0
2) Pilih menu File › New Model
Page 8
4) Edit Grid Data, ada dua cara yang bisa digunakan untuk memunculkan
perintah Edit Grid Data:
a. Cara pertama: Klik kiri dua kali pada salah satu grid point atau grid line
yang ada
b. Cara Kedua: Klik kanan pada layar › Edit Grid Data › Modify/Show
System
Page 9
Selanjutnya Grid Data bisa diatur sesuai dengan permodelan struktur yang akan
dibuat.
2) Pilih Add New Material (untuk menambahkan tipe bahan yang baru)
3) Pada Material Name isikan nama bahan (contoh: Beton 25 Mpa)
4) Pada Region pilih User
5) Pada Material Type pilih Concrete (beton)
Page
10
6) Pada Weight per Unit Volume isikan 2450 (dalam satuan Kg/m3, berat jenis
beton)
Page
11
10) Setelah itu klik OK, kemudian klik OK sekali lagi untuk kembal ke layar
utama SAP 2000.
Page
12
7) Klik Concrete Reinforcement
8) Pilih Design Type pilih Beam (untuk balok)
9) Pada Concrete Cover to Longitudinal Rebar Center isikan nilai sebesar 0,05
(dalam satuan meter, tebal selimut beton)
10) Klik OK kemudian klik OK lagi.
Page
13
11) Pada kotak dialog Frame Properties yang muncul kembali, pilih pada frame
section yang sudah dibuat tadi (B 35/20) lalu klik Add Copy Of Property
12) Pada Section Name isikan K 30x30 (nama penampang kolom)
13) Pada isian Dimension isikan nilai Depth (t3) sebesar 0,30 (dalam satuan
meter, hc) kemudian isikan nilai Width (t2) sebesar 0,30 (dalam satuan
meter, bc)
14) Pada Material pilih Beton 25 Mpa (data material yang sudah diinput
sebelumnya)
Page
14
2.5 Menggambar Penampang Elemen Struktur
Langkah-langkah untuk menggambar penampang elemen struktur sebagai
berikut:
1) Pilih Draw Frame/Cable yang terletak pada toolbar sebelah kiri layar
2) Setelah muncul Properties Of Object pilih B 35/20 pada kolom Section untuk
membuat elemen struktur balok, jika ingin menggambar elemen struktur
kolom, pilih K 30x30 pada kolom Section.
Page
15
3) Gambar elemen struktur dengan bantuan grid line dan grid point yang sudah
dibuat diawal. Grid Data ini fungsinya adalah garis bantu untuk menggambar
atau permodelan elemen struktur sesuai dengan bentuk yang dibutuhkan.
4) Jika ingin mencopy elemen struktur yang sudah digambar, blok terlebih
dahulu elemen struktur yang ingin dicopy, kemudian klik Edit › Replicate
Page
16
Jadi, pada gambar tersebut maksudnya adalah elemen struktur yang ingin dicopy
berjarak 4 meter menuju ke arah sumbu Z dengan jumlah copynya sebesar 2.
Berikut ini tampilan yang belum di copy:
Page
17
Dan gambar selanjutnya adalah tampilan yang sudah dicopy atau replicate:
7) Berikut ini adalah tampilan permodelan elemen struktur yang sudah selesai
8) Warna tampilan Frame Section bisa dirubah sesuai dengan warna yang kita
inginkan, kita bisa merubah warnanya pada saat pembuatan penampang di
Frame Section kemudian kita tinggal mengganti pada bagian Display Color.
Untuk memunculkan warna pada layar, klik Set Display Options.. › General
Page
18
Berikut ini adalah hasil tampilannya:
Page
19
9) Kita juga bisa menampilkan penampang elemen struktur menjadi tampilan
3D , klik Set Display Options.. › General Options › View by Colors of ›
Page
20
2.6 Menetapkan Tumpuan
1) Pilih semua joint bawah (tumpuan), baik secara langsung klik pada bagian
jointnya atau langsung blok semua joint.
2) Pilih menu Assign › Joint › Restraints kemudian pilih tumpuan jepit
Page
21
2.7 Permodelan Pelat Lantai
Langkah-langkah dalam permodelan pelat lantai sebagai berikut:
1) Pilih menu Define › Section Properties › Area Sections
2) Pilih Shell pada menu Select Section Type To Add kemudian klik Add New
Sections
3) Pada bagian Section Name beri nama PLAT
4) Pada bagian Thickness isikan nilai pada Membrane dan Bending sebesar 0,12
(dalam satuan meter, ketebalan pelat lantai)
5) Pada bagian Type pilih Shell-Thin. Tipe shell merupakan gabungan sifat dari
plate dan membrane. Plate adalah elemen luasan yang menahan gaya pada
arah tegak lurus bidang pelat, sedangkan membrane searah bidangnya.
Walaupun elemen pelat lantai hanya menerima beban arah tegak lurus
bidangnya saja, namun mengingat model 3D ini juga akan bergerak ke arah
transversal (horizontal) dimana bisa terjadi gaya searah bidang pelat, maka
tetap dipakai elemen shell. Sedangkan ketebalan pelat mempengaruhi tipe
thin dan thick. Untuk pelat lantai masih didominasi oleh lentur sehingga
dipilih thin, namun untuk pelat yang relatif tebal (misal ada perkerasan
jalan) dipilih thick.
6) Pilih Beton Fc 25 Mpa pada Material Name
Page
22
7) Untuk menggambar pelat lantai pada layar, bisa digunakan 3 cara yang
pertama bisa menggunakan perintah Draw Poly Area (untuk
menggambarnya dengan cara mengklik 4 titik atau grid point yang ada pada
layar), yang kedua bisa menggunakan perintah Draw Rectangular Area
(untuk menggambarnya dengan cara mengklik 2 titik atau grid point yang
ada pada layar), yang ketiga bisa menggunakan perintah Quick Draw Area
(untuk menggambarnya dengan cara klik bagian tengah area yang ingin
diberikan pelat). Berikut ini hasil tampilan jika pelat lantai sudah dimodelkan
Page
23
2.8 Menetapkan Beban
Pembebanan yang digunakan pada model ini hanya menggunakan beban
gravitasi. Dimana beban gravitasi tersebut terdiri dari beban mati dan beban
hidup. Pada beban mati terbagi lagi menjadi dua yaitu beban mati diakibatkan
oleh berat sendiri dan beban mati tambahan diakibatkan beban dari luar.
Sebelum menginput data-data beban, perhitungkan terlebih dahulu nilai beban
yang akan diinput ke dalam SAP 2000.
1) Beban Mati/Berat Sendiri Bangunan (DL)
Berat sendiri bangunan dapat dihitung secara otomatis oleh program SAP
2000 berdasarkan input data dimensi dan karakteristik material yang
digunakan dalam perencanaan. Berat jenis material beton = 2450 Kg/m3
2) Beban Mati Tambahan (SDL)
Keramik = 0,24 kN/m2
Spesi tebal 3 cm = 0,63 kN/m2
Pasir tebal 5 cm = 0,80 kN/m2
Beban instalasi MEP = 0,25 kN/m2
Beban plafond = 0,18 kN/m2
Beban waterproofing = 0,28 kN/m2
Dinding Pasangan Bata = 2,50 kN/m2
Beban mati pada balok lantai:
Beban dinding tinggi 4 meter = 10 kN/m
Beban dinding tinggi 3,5 meter = 7,5 kN/m
Beban-beban yang bekerja dan terdistribusi pada pelat di bangunan ini diuraikan
sebagai berikut:
Beban Mati pada Plat Lantai 1
Komponen Volume Berat Beban
Keramik 1 0,24 kN/m2 0,24 kN/m2
Spesi 0,03 m 21 kN/m3 0,63 kN/m2
Pasir 0,05 m 16 kN/m3 0,80 kN/m2
Instalasi MEP 1 0,25 kN/m2 0,25 kN/m2
Total 1,92 kN/m2
Page
24
Beban Mati pada Plat Lantai 2 dan 3
Komponen Volume Berat Beban
Keramik 1 0,24 kN/m2 0,24 kN/m2
Spesi 0,03 m 21 kN/m3 0,63 kN/m2
Pasir 0,05 m 16 kN/m3 0,80 kN/m2
Instalasi MEP 1 0,25 kN/m2 0,25 kN/m2
Plafond 1 0,18 kN/m2 0,18 kN/m2
Total 2,10 kN/m2
3) Beban hidup
Beban hidup yang bekerja akibat fungsi bangunan atau pengguna suatu
gedung dapat diambil nilai berdasarkan SNI 1727:2020 (peraturan
pembebanan) dimana beban hidup pada bangunan ini adalah 2,4 kN/m2. Nilai
tersebut sudah ditentukan berdasarkan SNI 1727:2020 dengan mengambil
nilai dari fungsi bangunan sebagai Kantor. Dan pada bagian atap diambil nilai
beban minimum atap sebesar 0,58 kN/m2 berdasarkan peraturan
pembebanan
4) Setelah menetapkan nilai-nilai beban yang akan diinput, selanjutnya masuk
ke tahapan penginputan beban.
5) Pilih Define › Load Patterns › isikan nama DL pada kolom Load Pattern
Name (untuk beban mati/berat sendiri) › pilih Dead pada kolom Type › isikan
6) Pilih Define › Load Patterns › isikan nama SDL pada kolom Load Pattern
Name (untuk beban mati tambahan) › pilih Dead pada kolom Type › isikan
nilai 0 pada kolom Self Weight Multiplier › Add New Load Pattern.
Page
25
7) Pilih Define › Load Patterns › isikan nama L pada kolom Load Pattern Name
(untuk beban hidup) › pilih Live pada kolom Type › isikan nilai 0 pada kolom
8) Setelah selesai menginput jenis beban yang ada pada program SAP 2000,
selanjut membuat kombinasi beban:
COMB 1 = 1,4D
COMB 2 = 1,2D +1,6L
9) Pilih Define › Load Combination › klik Add New Combo, beri nama pada
Load Combination Name isikan COMB 1, pada Load Case Name pilih jenis
beban mati/ berat sendiri dan beban mati tambahan, kemudian pada Scale
Factor isikan nilai 1,2 sesuai dengan peraturan pengkombinasian beban
kemudian klik Add
Page
26
10) Pilih Define › Load Combination › klik Add New Combo, beri nama pada
Load Combination Name isikan COMB 2, pada Load Case Name pilih jenis
beban mati/ berat sendiri dan beban mati tambahan, kemudian pada Scale
Factor isikan nilai 1,2 selanjutnya tambahkan jenis beban hidup dan isikan
Scale Factornya sebesar 1,6 sesuai dengan peraturan pengkombinasian
beban.
11) Selanjutnya adalah penginputan beban mati (dinding) pada elemen struktur
balok. Caranya pilih elemen frame balok yang menahan beban dinding,
selanjutnya klik Assign › Frame Loads › Distributed Loads kemudian isikan
Page
27
12) Selanjutnya adalah penginputan beban mati pada pelat lantai. Caranya pilih
area section atau pelat yang ingin diinput beban, selanjutnya klik Assign ›
Area Loads › Uniform Shell kemudian isikan nilai beban mati pelat lantai
yanh sudah diperhitungkan sebelumnya. Isikan pada kolom Uniform Load
kemudian pada bagian Options pilih Add to Existing Loads pada Load Pattern
pilih jenis beban SDL (beban mati tambahan) kemudian klik OK.
Page
28
13) Selanjutnya adalah penginputan beban hidup pada pelat lantai. Caranya pilih
area section atau pelat yang ingin diinput beban, selanjutnya klik Assign ›
Area Loads › Uniform (Shell) kemudian isikan nilai beban mati pelat lantai
yang sudah diperhitungkan sebelumnya. Isikan pada kolom Uniform Load
kemudian pada bagian Options pilih Add to Existing Loads pada Load Pattern
pilih jenis beban L (beban hidup) kemudian klik OK.
Page
29
Berikut ini tampilan beban mati tambahan pada dinding:
Page
30
2) Untuk menampilkan beban mati tambahan pada pelat lantai, pilih Display ›
Show Element Loads Assigns › Area pada bagian Load Pattern Name pilih
beban jenis SDL.
Page
31
Page
32
3) Untuk menampilkan beban hidup pada pelat lantai, pilih Display › Show
Element Loads Assigns › Area pada bagian Load Pattern Name pilih beban
jenis L.
Page
33
BAB III INTERPRETASI OUTPUT
Page
34
4) Sesaat kemudian akan ditampilkan SAP Analysis Monitor dan
analisis akan berlangsung. Selama analisis dilakukan, kita dapat
melihat progress (kemajuan) analisis pada layar ini, sekaligus
mengawasi apakah terdapat kesalahan (error).
Page
35
Berikut ini tampilan hasil deformasi struktur berdasarkan beban
kombinasi 2 (1,2D + 1,6L):
Page
36
3.3 Menampilkan Gaya-Gaya Batang
Langkah-langkah dalam menampilkan gaya-gaya batang sebagai
berikut:
1) Pilih menu Display › Show Force/Stress › Frame/Cables bisa
Page
37
3) Klik kanan pada salah satu batang untuk menampilkan detailnya.
Page
38
3.4 Menampilkan Tabel Output
Langkah-langkah dalam menampilkan tabel output sebagai berikut:
1) Pilih menu Display › Show Table bisa juga menggunakan keyword
CTRL + T
Page
39
Page
40
3) Untuk menampilkan hasil dari elemen frame pilih Table: Element
Forces - Frames. Kemudian pilih Select Load Case untuk memilih
kombinasi beban apa yang ingin dilihat pada tabel. Kemudian klik
OK
Page
41
4) Kemudian jika hasilnya ingin di export ke excel caranya pilih File
kemudian pilih Export Current Table to Excel.
Page
42
BAB IV LATIHAN SOAL
Page
43
Page
44