Anda di halaman 1dari 49

Evaluasi Kekuatan Struktur Slab On Pile

Pada Pembangunan Ruas Jalan Sebelimbingan-


Martadipura
Kota Bangun, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur

1
Daftar Isi

I. PENDAHULUAN ...................................................................................
........................................... 3
1.
Prosedur Evaluasi
Struktur ................................................................................................
....... 5
II. Analisis Daya Dukung Tiang
Pancang ....................................................................................
6
1. Daya Dukung Ujung Tiang
Pancang ...................................................................................... 7
2. Daya Dukung Friksi Tiang
Pancang .........................................................................................
7
3. Daya Dukung Tiang
Pancang ..............................................................................................
........ 8
III. Pemodelan Tumpuan Pondasi Tiang
Pancang ................................................................... 8
IV. Pembebanan Pada
Struktur .........................................................................................
.............. 12
1. Beban
Mati ...............................................................................................
.......................................... 13
2. Beban Lalu
Lintas ...........................................................................................
.............................. 13
3. Beban Pejalan
Kaki ...............................................................................................
.......................... 16

2
4. Gaya
Rem ..............................................................................................
............................................. 16
5. Gaya
Sentrifugal ............... ...................................................................
......................................... 16
6. Gaya
Tumbukan ......................................................................................
......................................... 17
7. Beban
Gempa ..........................................................................................
......................................... 17
V. Analisis
Struktur .......................................................................................
.................................... 30
VI. Evaluasi Kekuatan
Struktur ........................................................................................
.............. 36
1. Evaluasi Kekuatan Pile Head dan
Slab .................................................................................. 36
2. Evaluasi Kekuatan Tiang
Pancang ........................................................................................
. 39
3. Evaluasi Daya Dukung Tiang
Pancang .................................................................................. 40
VII. Evaluasi Kekakuan
Struktur ...........................................................................................
.......... 41
VIII. Kesimpulan .....................................................................................
............................................. 42

3
I. PENDAHULUAN
Jalan Sebelimbingan Martadipura sepanjang lebih kurang 2,5 km,
dibangun di Kecamatan Kota Bangun, Kabupaten Kutai Kartanegara,
Kalimantan Timur. Trase jalan harus melewati daerah dengan kondisi
tanah yang sangat lunak, dimana tanah keras dijumpai pada kedalaman
rata-rata -30 meter dari permukaan tanah. Pada saat musim penghujan,
lokasi trase jalan ini tergenang air, sehingga peil elevasi jalan harus
dinaikkan kurang lebih 3,5 meter dari permukaan tanah asli.
Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan ini, dipilih konstruksi
jalan dengan sistem struktur slab on pile, dimana pada sistem struktur ini,
pelat lantai (slab) jembatan didukung oleh pile head dan tiang-tiang
pancang yang ditanam sampai kedalaman tanah keras.
Untuk kemudahan pelaksanaan pekerjaan di lapangan, digunakan
slab dan pile head dari beton pracetak (precast concrete), dan tiang
pancang dari beton prategang (pre-stressed concrete) berukuran 40x40
cm. Jarak memanjang antara tiang pancang adalah 5 meter, dan jarak
melintang antara tiang pancang adalah 3,5 meter. Konstruksi slab on pile
direncanakan mempunyai lebar 9 meter, terdiri 2 jalur kendaraan dengan
2 buah trotoar di kanan dan kiri jalan selebar 1 meter. Konfigurasi dari
struktur slab on pile, diperlihatkan pada Gambar 1.
Konstruksi jalan dengan sistem struktur Slab On Pile ini direncanakan
memiliki umur rencana 30 tahun. Selama umur rencananya, struktur
dirancang untuk mampu mendukung kendaraan-kendaran berat dengan
beban 50 ton, serta mampu menahan beban-beban yang diakibatkan oleh
pengaruh lainnya, seperti tumbukan pada tiang pancang yang diakibatkan
oleh kapal-kapal kecil, dan pengaruh gempa.

4
Untuk memastikan kinerja dari struktur slab on pile, perlu dilakukan
kajian kekuatan sistem struktur yang meliputi evaluasi struktur dan
evaluasi geoteknik. Evaluasi struktur meliputi pemeriksaan kekuatan
elemen-elemen struktur yang terdiri dari : pelat (slab), pile head, dan tiang
pancang. Sedangkan evaluasi geoteknik dilakukan dengan cara
memeriksa kekuatan daya dukung tiang pancang untuk mendukung
beban-beban yang bekerja pada struktur slab on pile.

5
Gambar 1. Konfigurasi struktur slab on pile

1. Prosedur Evaluasi Struktur


Tahapan dari evaluasi struktur dan geoteknik pada struktur slab on
pile, secara garis besar ditunjukkan pada diagram alir di bawah.

Mulai

- Survey lapangan ke lokasi proyek


- Pengumpulan data struktur dan data kondisi tanah dari dokumen
perencanaan, gambar desain, as build drawing, dokumen pengujian
bahan/struktur, dokumen pengujian tanah

- Perhitungan beban-beban yang bekerja pada struktur slab on


pile berdasarkan standar pembebanan yang berlaku di Indonesia
- Pemodelan struktur dan geoteknik, sesuai dengan data-data
struktur dan data kondisi tanah yang ada lapangan

- Analisis struktur slab on pile dengan software SAP2000 untuk menghitung


lendutan/simpangan dan gaya-gaya dalam (momen lentur, gaya lintang, dan
gaya normal) pada elemen-elemen struktur (slab, pile head, dan tiang pancang).
- Analisis struktur dengan software SAP2000 untuk menghitung beban yang harus
didukung tiang pancang

- Perhitungan daya dukung tiang pancang berdasarkan data pengujian tanah


- Perhitungan tulangan lentur dan/atau tulangan geser yang perlu dipasang pada
pile head dan slab/pelat
- Perhitungan lendutan/simpangan yang diijinkan pada struktur slab on pile
- Penentuan kapasitas kekuatan tiang pancang berdasarkan data yang didapat dari
uji lentur (skala penuh)

6
- Perbandingan jumlah tulangan yang dipasang pada slab dan pile
head, dengan tulangan yang didapat dari perhitungan
- Pemeriksaan daya dukung yang diijinkan dengan beban yang
bekerja pada tiang pancang
- Pemeriksaan kekakuan struktur slab on pile
- Pemeriksaan kekuatan kapasitas tiang pancang

Kesimpulan

Selesai
II. Analisis Daya Dukung Tiang Pancang
Untuk mengetahui kemampuan daya dukung tiang pancang
(40x40)cm di dalam memikul beban-beban yang ada, perlu dilakukan
analisis struktur struktur secara menyeluruh. Daya dukung tiang pancang
dihitung berdasarkan nilai N-SPT yang didapat dari uji tanah di lapangan.
Dari hasil penyelidikan tanah, didapatkan data properti tanah berupa nilai
N-SPT sebagai berikut :

Tabel 1. Nilai N-SPT tanah

Kedalam
Nilai N-SPT (Dari Soil Test) N-SPT
an 0,2.(N-
Rata- SPT)
(m) BH6 BH7 BH8 BH9 BH10
rata
0 0 0 0 0 0 0.00 0.00
-2 2 2 0 0 0 0.80 0.16
-4 3 2 0 0 0 1.00 0.20
-6 0 0 0 0 0 0.00 0.00
-8 0 0 2 0 2 0.80 0.16
-10 0 0 0 0 0 0.00 0.00
-12 2 12 4 5 4 5.40 1.08
-14 24 24 5 11 15 15.80 3.16
-16 24 32 9 16 25 21.20 4.24
-18 21 35 19 25 26 25.20 5.04
-20 16 9 9 24 26 16.80 3.36
-22 14 23 24 40 46 29.40 5.88
-24 50 50 50 50 50 50.00 10.00
-26 50 50 50 50 50 50.00 10.00
-28 19 24 23 46 57 33.80 6.76
-30 20 29 26 60 60 39.00 7.80
57.84

1. Daya Dukung Ujung Tiang Pancang

7
Daya dukung ultimit pada ujung tiang pancang (Pb) dihitung dengan
rumus :

Pb = 40.(Nb) x Ab
dimana :
Nb adalah harga N-SPT pada ujung tiang pancang
Ab adalah luas penampang pondasi tiang pancang

Dari hasil penyelidikan tanah didapatkan besarnya N-SPT pada ujung


tiang pancang (kedalaman -30 meter) adalah : Nb = 39. Untuk tiang
pancang berukuran (40x40) cm, luas penampang tiang : Ab = (0,4 x 0,4)

= 0,16 m2.

Besarnya daya dukung ujung ultimit dari tiang pancang (40x40)cm :

Pbu = 40.(39) x 0,16 = 250 ton.

Dengan angka keamanan diambil sebesar SF=3, maka besarnya daya


dukung ujung yang diijinkan : Pb = Pbu/SF = 250/3 = 83 ton

2. Daya Dukung Friksi Tiang Pancang


Daya dukung friksi/gesek ultimit (Psu) pada dinding tiang pancang,
dihitung berdasarkan gaya friksi yang terjadi antara dinding tiang pancang
dengan tanah. Besarnya gaya friksi diperhitungkan sebesar 0,2 dari nilai
N-SPT. Daya dukung friksi pada dinding tiang pancang (Pfu) dihitung
dengan rumus :

Pfu = 0,2.(N-SPT) x (O),

dimana O adalah keliling tiang pancang yang besarnya adalah : O = (4


x0,4) = 1,6 m.
Dari Tabel 1,didapat besarnya gaya friksi total sampai dengan
kedalaman -30 meter adalah = 0,2.(N-SPT) = 57,84 ton/m. Besarnya daya
dukung friksi ultimit dari tiang pancang : Pfu = 57,84 x 1,6 = 92,54 ton.
Dengan angka keamanan diambil sebesar SF=5, maka besarnya daya
dukung ujung yang diijinkan : Pf = Pfu/SF = 92,54/5 18 ton.

3. Daya Dukung Tiang Pancang

8
Besarnya daya dukung dari tiang pancang, didapat dengan
menjumlahkan daya dukung ujung tiang pancang (Pb) dengan daya
dukung friksi (Pf). Daya dukung dari tiang pancang yang diijinkan :

Pa = (Pb + Pf) = (83 + 18) = 101 ton

III. Pemodelan Tumpuan Pondasi Tiang Pancang


Untuk keperluan analisis struktur, digunakan model tumpuan pegas
elastis, yang merepresentasikan daya dukung pondasi tiang pancang.
Besarnya reaksi yang dapat didukung oleh tanah yang dimodelkan sebagai
tumpuan pegas elastis, tergantung dari besarnya gaya pegas dari
tumpuan yang bersangkutan. Untuk tanah yang dimodelkan sebagai
tumpuan elastis, kemampuan untuk mendukung beban tergantung dari
besarnya modulus of subgrade reaction (ks) dari tanah.
Besarnya ks berlainan untuk setiap jenis tanah. Besarnya modulus of
subgrade reaction kearah vertikal (ksv) dapat ditentukan dari besarnya
daya dukung tanah yang diijinkan (qa), yaitu :
ksv = 40.(SF).qa (kN/m3)
dimana SF adalah angka keamanan (safety factor), dan qa dalam satuan

kPa (kN/m2).

9
Gambar 2. Nilai N-SPT dan model tumpuan elastis pada tiang pancang

Besarnya ks berlainan untuk setiap jenis tanah. Besarnya ks kearah


vertikal (ksv) dapat ditentukan dari besarnya daya dukung tanah yang
diijinkan (qa), yaitu :

ksv = 40.(SF).qa (kN/m3)

dimana SF adalah angka keamanan (safety factor), dan qa dalam satuan

kPa (kN/m2).
Jika digunakan angka kemanan (SF) = 3, maka besarnya modulus
subgrade reaction tanah dalam arah vertikal adalah : ksv = 120.qa
(Analisis Dan Desain Pondasi, J.E Bowles, Penerbit Erlangga, 1989).
Besarnya modulus subgrade reaction tanah dalam arah horisontal adalah :
ksh = 2.(ksv).

10
Menurut Meyerhof (1965), hubungan antara daya dukung tanah yang
diijinkan (qa) dengan nilai N-SPT, dapat dinyatakan dengan persamaan :

qa = (N/8) (kg/cm2 )

qa dalam satuan kg/cm2.


Perhitungan modulus subgrade reaction tanah dalam arah vertikal (ksv)
dan arah horisontal (ksh), ditabelkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Perhitungan modulus subgrade reaction


arah vertikal (ksv) dan arah horisontal (ksh)
ksv =
N-SPT ksv ksh=2.ksv
qa=N/8 qa 120.qa
Rata-
(kN/m3) (kg/m3) (kg/m3)
rata (kg/cm2) (kPa)
0.00 0 0 0 0 0
0.80 0.1 10 1200 120000 240000
1.00 0.125 12.5 1500 150000 300000
0.00 0 0 0 0 0
0.80 0.1 10 1200 120000 240000
0.00 0 0 0 0 0
5.40 0.675 67.5 8100 810000 1620000
15.80 1.975 197.5 23700 2370000 4740000
21.20 2.65 265 31800 3180000 6360000
25.20 3.15 315 37800 3780000 7560000
16.80 2.1 210 25200 2520000 5040000
29.40 3.675 367.5 44100 4410000 8820000
50.00 6.25 625 75000 7500000 15000000
50.00 6.25 625 75000 7500000 15000000
33.80 4.225 422.5 50700 5070000 10140000
39.00 4.875 487.5 58500 5850000 11700000

Tumpuan pegas elastis direncanakan dipasang pada setiap


kedalaman 2,0 meter dari permukaan tanah (Gambar 3). Luas bidang
kontak antara tanah dengan tiang pancang (lebar tiang pancang 0,40 m)

= (2 x 0,4) m2 = 0,80 m2. Besarnya konstanta pegas arah horisontal (Ksh),


dicantumkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Perhitungan konstanta pegas arah horisontal (Ksh)

Kedalam ksh=2.ks Luas


Ksh Ksh
an v Bidang
(m) (kg/m3) Kontak (m2) (kg/m) (ton/m)

11
0 0
-1 120000 0,80 96000 96
-2 240000
-3 270000 0,80 216000 216
-4 300000
-5 150000 0,80 120000 120
-6 0
-7 120000 0,80 96000 96
-8 240000
-9 120000 0,80 96000 96
-10 0
-11 810000 0,80 648000 648
-12 1620000
254400
-13 3180000 0,80 2544
0
-14 4740000
444000
-15 5550000 0,80 4440
0
-16 6360000
556800
-17 6960000 0,80 5568
0
-18 7560000
504000
-19 6300000 0,80 5040
0
-20 5040000
554400
-21 6930000 0,80 5544
0
-22 8820000
1191000 952800
-23 0,80 9528
0 0
1500000
-24
0
1500000 120000
-25 0,80 12000
0 00
1500000
-26
0
1257000 100560
-27 0,80 10056
0 00
1014000
-28
0
1092000 873600
-29 0,80 8736
0 0
1170000
-30
0

12
Gambar 3. Tumpuan pegas elastis pada tiang pancang

Pemodelan struktur slab on pile untuk analisis struktur dengan


software SAP2000, diperlihatkan pada Gambar 4.

Gambar 4. Pemodelan struktur slab on pile 3 dimensi dan 2 dimensi

13
IV. Pembebanan Pada Struktur
Untuk keperluan analisis dan evaluasi kekuatan struktur slab on pile,
digunakan standar-standar struktur yang berlaku di Indonesia, yaitu :
a. Standar Pembebanan Untuk Jembatan (SNI T022005)
b. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI
03-2847-
2002)
c. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Gedung
dan Non
Gedung (SNI 03-1726-2012)
d. Indonesian Bridge Management System (IBMS, 1992)

Beban-beban diperhitungkan bekerja pada struktur slab on pile


adalah sebagai berikut :
Tabel 4. Pembebanan pada struktur slab on pile
Faktor Beban
Simbol
Pembebanan Pada Struktur Slab On Pile Kondisi Kondisi
Beban
Layan Ultimit
Berat Sendiri (berat slab, pile head,
PMS 1,0 1,2
tiang pancang)
Beban Mati Tambahan (aspal tebal 7cm,
PMA 1,0 2,0
barier & pipa sandaran)
Beban Pada Trotoar TTP 1,0 1,8
Gaya Rem TTB 1,0 1,8
Gaya Sentrifugal TTR 1,0 1,8
Gaya Tumbukan TTC 1,0 1,0
Beban Lajur D : Beban Terbagi Rata
TTD 1,0 1,8
(BTR)
Beban Lajur D : Beban Garis Terbagi
TTD 1,0 1,8
Rata (BGT)
Beban Gempa TEQ 1,0 1,0

Untuk perhitungan pembebanan pada struktur slab on pile digunakan


Standar Pembebanan Untuk Jembatan (SNI T022005). Menurut SNI T-02-
2005, beban pada jembatan dibedakan menjadi dua kategori aksi
berdasarkan lamanya beban yang bekerja yaitu :
a. Beban Tetap
Merupakan beban yang bekerja sepanjang waktu dan bersumber pada
sifat bahan, cara pembangunan jembatan, dan bangunan yang
menempel pada jembatan.

14
b. Beban Sementara
Merupakan beban yang bekerja dalam jangka waktu pendek, walaupun
mungkin sering terjadi.
1. Beban Mati
Beban tetap atau beban permanen yang bekerja pada struktur slab
on pile, dibedakan sebagai berikut :

a. Berat Sendiri
Beban akibat berat sendiri pada jembatan terdiri berat dari elemen
struktural dan elemen non struktural yang dianggap tetap. Berat sendiri
pada struktur slab on pile terdiri dari : berat pelat/slab, pile head, dan
berat tiang pancang. Besarnya beban akibat berat sendiri tergantung dari
dimensi elemen struktur dan berat jenis dari bahan yang digunakan. Berat
jenis dari beberapa bahan di tampilkan pada Tabel 5 di bawah, sebagai
berikut :
Tabel 5. Berat jenis bahan konstruksi
Berat Jenis
Bahan
(Kg/m3)
Aspal Beton 2200
Beton Bertulang 2500
Baja 7850

b. Beban Mati Tambahan


Beban mati tambahan adalah berat seluruh bahan yang membentuk
suatu beban pada jembatan yang merupakan elemen non struktural, dan
mungkin besarnya berubah selama umur rencana. Beban mati tambahan
pada struktur slab on pile diantaranya :
a. Lapisan aspal beton setebal 7 cm. Beban aspal beton = 0,07 x 2200 =
150 kg/m2.
b. Barier dan Pipa Sandaran. Dari perhitungan didapatkan beban barier
dan pipa sandaran = 600 kg/m.

2. Beban Lalu Lintas


Beban sementara yang bekerja pada struktur slab on pile, dapat
diakibatkan oleh : beban pejalan kaki pada trotoar, beban kendaraan (lalu
lintas), gaya akibat pengereman kendaraan, gaya sentrifugal akibat

15
kecepatan kendaraan pada bagian jembatan yang melengkung, gaya
akibat gempa.
Beban lalu lintas yang diperhitungkan bekerja pada struktur slab on
pile terdiri dari Beban Lajur D dan Beban Truk T. Beban Lajur D
ditempatkan melintang pada lebar penuh dari jalur lalu lintas pada
jembatan, dan akan menghasilkan pengaruh pada jembatan yang ekivalen
dengan rangkaian kendaraan sebenarnya. Jumlah total Beban Lajur D yang
ditempatkan tergantung pada lebar jalur pada jembatan.
Beban Truk T adalah kendaraan berat tunggal (semi trailler) dengan
tiga gandar yang ditempatkan dalam kedudukan jembatan pada lajur lalu
lintas rencana. Tiap gandar terdiri dari dua pembebanan bidang kontak
yang dimaksud, agar mewakili pengaruh berat roda kendaraan. Hanya
satu Beban Truk T yang boleh ditempatkan per spasi lajur lalu lintas
rencana.
Pada umumnya, Beban Lajur D akan menentukan untuk bentang
sedang sampai panjang, sedangkan Beban Truk T akan menentukan untuk
bentang pendek dan sistim lantai jembatan.

a. Beban Lajur D
Beban Lajur D terdiri dari :
a. Beban Terbagi Rata (BTR) dengan intesitas q (kPa). Besarnya q
tergantung pada panjang jembatan (L) yang dibebani total, sebagai
berikut :
L 30 m; q = 9,0 kPa 900 kg/m2
L 30 m; q = 9,0 x [0,5 + (15/L)] kPa
Beban BTR bisa ditempatkan dalam panjang terputus agar terjadi
pengaruh yang maksimum pada struktur. Dalam hal ini, L adalah jumlah
dari panjang masing-masing beban terputus tersebut. Beban BTR
ditempatkan tegak lurus terhadap arah lalu lintas.
b. Beban Garis Terbagi Rata (BGT) dengan intesitas p (kN/m), ditempatkan
pada kedudukan sembarang sepanjang jembatan dan tegak lurus pada
arah lalu lintas. Besarnya BGT ditetapkan sebesar p = 49 kN/m 4900
kg/m

16
Skema dari Beban Lajur D pada jembatan ditampilkan pada Gambar 5,
sebagai berikut :

Gambar 5. Model beban lalu lintas pada jembatan (Beban Lajur D)

b. Beban Truk T
Beban Truk T merepresentasikan beban dari kendaraan truk semi
trailer yang melewati jembatan. Hanya ada satu Beban Truk T yang
ditempatkan dalam tiap jalur lalu lintas rencana pada jembatan. Skema
dari Beban Truk T pada jembatan ditampilkan pada Gambar 6 sebagai
berikut :

Gambar 6. Model beban kendaraan truk pada jembatan (Beban Truk T)

c. Faktor Beban Dinamis (FBD)


Faktor Beban Dinamik (FBD) merupakan hasil interaksi antara
kendaraan yang bergerak dengan struktur jembatan. Besarnya FBD
tergantung pada frekuensi dasar dari suspensi kendaraan, biasanya antara

17
2 sampai 5 Hz untuk kendaraan berat, dan frekuensi dari getaran lentur
jembatan.
Untuk Beban Lajur D, FBD merupakan fungsi dari panjang bentang
jembatan seperti diperlihatkan pada Gambar 7. Untuk Beban Truk T,
besarnya FBD diambil 30%.

Gambar 7. Faktor Beban Dinamik (FBD) untuk BGT

FBD yang diperhitungkan pada struktur slab on pile adalah : 1,40 untuk
Beban lajur D dan 1,30 untuk Beban Truk T.

3. Beban Pejalan Kaki


Beban hidup pada trotoar struktur slab on pile yang diakibatkan oleh
pejalan kaki diatasnya, diperhitungkan sebesar 500 kg/m2.

4. Gaya Rem
Bekerjanya gaya-gaya di arah memanjang jembatan, akibat gaya rem
dan traksi, harus ditinjau untuk kedua jurusan lalu lintas. Pengaruh ini
diperhitungkan senilai dengan gaya rem sebesar 5% dari Beban Lajur D,
yang dianggap ada pada semua jalur lalu lintas, tanpa dikalikan FBD.
Gaya rem dianggap bekerja horisontal dalam arah sumbu jembatan
dengan titik tangkap setinggi 1,80 meter di atas permukaan lantai
kendaraaan. Untuk Slab On Pile dengan panjang bentang segmental 5
meter, dari Gambar 8 didapat besarnya gaya rem yang diperhitungkan
pada struktur adalah 10 kN 1000 kg.

18
Gambar 8. Gaya rem per-lajur 2,75 meter

5. Gaya Sentrifugal
Jembatan yang berada pada tikungan harus memperhitungkan
bekerjanya suatu gaya horisontal radial yang dianggap bekerja pada tinggi
1,80 meter diatas lantai jembatan. Gaya sentrifugal dianggap sebanding
dengan Beban Lajur D tanpa dikalikan FBD. Gaya Sentrifugal dihitung
dengan rumus :
TTR = 0,79 x (V2/r).TT
dimana : TT = Beban Lajur D
V = kecepatan lalu lintas rencana = 60 km/jam
r = jari-jari lengkung tikungan = 300 m

Untuk slab on pile dengan panjang bentang segmental 5 meter dan


lebar lalu lintas 5,5 meter, besarnya Beban Lajur D : T T = (5 x 5,5) x 900
+ (5,5 x 4900) = 51700 kg.
Diperhitungkan percepatan gravitasi : g = 9,8 m/dt 2, maka besarnya
massa (m) akibat Beban Lajur D : m = 51700/9,8 = 5275 kg.dt2/m.
Jika diperhitungkan kecepatan rencana : V = 60km/jam (16,67m/dt), maka
besarnya gaya sentrifugal :
TTR = 0,79 x [(16,67)2/300] x (5275) 3900 kg
6. Gaya Tumbukan
Tiang-tiang pancang yang merupakan penyangga dari struktur slab
on pile, harus direncanakan mampu menahan tumbukan yang diakibatkan
oleh kapal-kapal kecil. Besarnya gaya tumbukan pada tiang pancang
diperhitungkan sebesar 50 kN ( 5 ton).

7. Beban Gempa

19
Analisis struktur slab on pile terhadap beban gempa mengacu pada
standar Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Non Gedung (SNI 03-1726-2012). Besarnya beban
gempa pada struktur slab on pile dihitung dengan menggunakan prosedur
Gaya Lateral Ekivalen dengan menggunakan rumus :

V = Cs.W
dimana :
W : Berat efektif slab on pile, yang besarnya dapat diperhitungkan
sebesar
100% (beban mati) + 25% (beban hidup/beban kendaraan)
Cs : Koefisien Respon Seismik
R : Faktor Modifikasi Respon
Ie : Faktor Keutamaan Gempa

Besarnya nilai Koefisien Respon Seismik, dihitung dengan menggunakan


rumus :

Cs = SDS/(R/Ie)

Nilai Cs yang dihitung dengan rumus diatas, tidak perlu melebihi nilai Cs
yang dihitung dengan rumus :
Cs = SD1/T.(R/Ie)
Pada rumus diatas :
SDS : Parameter percepatan spektrum respon desain pada periode
pendek
SD1 : Parameter percepatan spektrum respon desain pada periode 1
detik
T : Periode getar struktur (detik)
Nilai Cs yang dihitung dari kedua rumus diatas, harus tidak boleh kurang
dari :

Cs = 0,044.SDS .Ie 0,01


a. Penentuan Kelas Situs
Berdasarkan hasil penyelidikan tanah di lokasi, profil tanah
mempunyai nilai N-SPT yang berbeda. Untuk penentuan kelas situs, perlu
dihitung nilai N-SPT rata-rata yang dianggap mewakili kondisi tanah di

20
lokasi tersebut. Perhitungan N-SPT Rata-rata untuk penentuan Kelas Situs,
dicantumkan pada Tabel 6.

Tabel 6. Perhitungan N-SPT rata-rata untuk penentuan


kelas situs

Kedalaman Tebal Lapisan


N-SPT d x N-SPT
(m) d (m)
-2 2 0.80 1.60
-4 2 1.00 2.00
-6 2 0.00 0.00
-8 2 0.80 1.60
-10 2 0.00 0.00
-12 2 5.40 10.80
-14 2 15.80 31.60
-16 2 21.20 42.40
-18 2 25.20 50.40
-20 2 16.80 33.60
-22 2 29.40 58.80
-24 2 50.00 100.00
-26 2 50.00 100.00
-28 2 33.80 67.60
-30 2 39.00 78.00
d = 30 (d x N-SPT) = 578.40

Besarnya nilai N-SPT Rata-rata ( Nr ) tanah dasar di lokasi proyek :


Nr = ( d x N-SPT )/d = 578,40/30 = 19,3
Untuk nilai N-SPT = 19,3, maka berdasarkan perhitungan pada Tabel 7
dapat disimpulkan bahwa klasifikasi situs pada lokasi proyek dimana
struktur slab on pile didirikan, termasuk kelas situs SD (tanah sedang)
dengan nilai 15 Nr = 19,3 50.

Tabel 7. Klasifikasi Kelas Situs


Kelas Situs N-SPT
SC (tanah keras, sangat padat dan
>15
batuan lunak)
SD (tanah sedang) 15 sampai 50
SE (tanah lunak) <15
Sumber : Tabel 3 (SNI 1726 2012)

b.Spektrum Respon Desain

21
Untuk perhitungan beban gempa pada struktur slab on pile, perlu
dibuat Kurva Respon Spektra Desain untuk lokasi dimana bangunan akan
didirikan. Untuk membuat Kurva Spektrum Respons Desain dilakukan
dengan denggunakan software on-line yang tersedia pada situs :
puskim.pu.go.id (http://puskim.pu.go.id/Aplikasi /desain spektra
indonesia_2011/).
Dengan menggunakan software on line yang tersedia, dan dengan
memasukkan data koordinat dari Kota Bangun di Kalimantan Timur,
didapatkan Kurva Percepatan Respon Spektrum Desain untuk wilayah Kota
Bangun dan sekitarnya seperti pada Gambar 9.

Gambar 9. Parameter seismik dan Kurva Spektrum Respon Desain


Kota Bangun (Kalimantan Timur) untuk kondisi tanah sedang

Dari perhitungan spektrum respon desain, didapat parameter-parameter


seismik sbb. :
- Percepatan spektrum respon desain pada periode pendek (S DS) :
0,128 g.
- Percepatan spektrum respon desain pada periode 1 detik (S D1) :
0,136 g.
g, adalah percepatan gravitasi yang besarnya 9,8 m/dt2.

22
Peta percepatan spektrum respon desain pada periode pendek (S DS)
dan percepatan spektrum respon desain pada periode 1 detik (S D1),
diperlihat pada Gambar 10a dan 10b.

Gambar 10a. Peta respon spektra percepatan periode pendek 0,2 detik di
batuan dasar untuk probablitas terlampaui 2% dalam 50 tahun (Sumber : SNI
1726 2012)

23
Gambar 10b. Peta respon spektra percepatan periode 1 detik di batuan dasar
untuk probablitas terlampaui 2% dalam 50 tahun (Sumber : SNI 1726 2012)

c. Kategori Desain Seismik


Struktur slab on pile yang dibangun merupakan jembatan lalu lintas
jalan raya biasa yang dilewati kurang dari 2000 kendaraan/hari.
Berdasarkan Standar Pembebanan Untuk Jembatan (SNI T022005),
struktur slab on pile ini termasuk jembatan dengan Faktor Keutamaan
Gempa (Ie) = 1,0
Mengacu pada Tabel 1 SNI 1726 2012 tentang Kategori Risiko
Bangunan Gedung dan Struktur Lainnya Untuk Beban Gempa, struktur ini
memiliki risiko yang rendah terhadap jiwa manusia pada saat terjadi
kegagalan. Oleh karena itu, struktur slab on pile ini dimasukkan dalam
Kategori Risiko I.
Untuk perhitungan pengaruh beban gempa, Kategori Desain Seismik
(KDS) dari struktur slab on pile harus ditentukan terlebih dahulu
berdasarkan kategori risikonya, dan parameter respons spektra
percepatan desainnya yaitu : SDS = 0,128 g dan SD1 = 0,136 g.

24
Dari Tabel 8, untuk nilai SDS = 0,128 g, struktur slab on pile termasuk
pada Kategori Risiko A . Dari Tabel 9, untuk nilai S D1 = 0,136 g, struktur
slab on pile termasuk pada Kategori Risiko C.

Tabel 8. Kategori desain seismik berdasarkan parameter


respons percepatan pada perioda pendek 0,2 Detik.

Kategori Risiko
Nilai SDS I atau II atau IV
III
SDS < 0,167 A A
0,167 SDS 0,33 B C
0,33 SDS 0,50 C D
0,50 SDS D D
Sumber : Tabel 6 - SNI 1726 2012

Tabel 9. Kategori desain seismik berdasarkan parameter


respons percepatan pada perioda 1 detik.
Kategori Risiko
Nilai I atau II atau IV
III
SD1 < 0,067 A A
0,067 SD1 0,133 B C
0,133 SD1 0,20 C D
0,20 SD1 D D
Sumber : Tabel 7 - SNI 1726 2012

Struktur slab on pile merupakan struktur dengan penahan gaya


seismik berupa sistem rangka pemikul momen dari beton bertulang.
Mengacu pada Tabel 10, maka struktur jembatan slab on pile ini harus
didesain sebagai Rangka Beton Bertulang Pemikul Momen Menengah
(SRPMM), dengan Koefisien Modifikasi Respons (R) = 5,0, Faktor Kuat

Lebih Sistem (O) = 3, dan Faktor Pembesaran Defleksi (Cd) = 4,5

Tabel 10. Faktor R , Cd, dan O untuk Sistem Penahan Gaya Gempa
(Rangka Beton Bertulang Pemikul Momen )
Batasan Sistem
Faktor Faktor
Koefisien Struktur
Kuat Pembesar
Modifikas dan Batasan Tinggi
Sistem Penahan Lebih an
i Struktur hn (m)
Gaya Seismik Sistem Defleksi,
Respons, Kategori Desain
,
R Cd Seismik
O
B C D E F

25
Sistem Rangka Beton Bertulang Pemikul Momen
Struktur Rangka
Pemikul Momen 8 3 5,5 TB TB TB TB TB
Khusus (SRPMK)
Struktur Rangka
Pemikul Momen 5 3 4,5 TB TB TI TI TI
Menengah (SRPMM)
Struktur Rangka
Pemikul Momen Biasa 3 3 2,5 TB TI TI TI TI
(SRPMB)
TB = Tidak Dibatasi dan TI = Tidak Diijinkan. Sumber : Tabel 9 - SNI 1726 2012

d.Periode Getar Struktur


Periode getar struktur (T) dari struktur slab on pile dihitung dengan
menggunakan Metode Analisis Ragam (Modal Analysis). Perhitungan
periode getar dilakukan dengan meninjau 2 derajat kebebasan (Degree Of
Freedom / DOF) dari struktur pada arah sumbu-X dan sumbu-Y. Untuk
perhitungan periode getar struktur, ditinjau modul struktur slab on pile
sepanjang 100 meter, dengan massa m = 174300 kg.dt2/m.
Dari hasil analisis struktur slab on pile sepanjang 100 meter dengan
menggunakan software SAP2000, didapatkan periode getar struktur pada
arah sumbu-X (Tx) = 0,988 1,0 detik, dan pada arah sumbu-Y (Ty) =
0,992 1,0 detik.
Ragam getar struktur yang terjadi pada struktur slab on pile pada
arah melintang (sumbu-X) dan arah memanjang (sumbu-Y), diperlihatkan
pada Gambar 11a dan 11b.
Menurut SNI 1726 2012, periode getar struktur (T), tidak boleh
melebihi hasil koefisien untuk batasan pada periode getar yang dihitung
(Cu), seperti tercantum pada Tabel 11. Untuk nilai S D1 = 0,136 g, dari Tabel
11 didapat nilai Cu = 1,7.
Karena periode getar struktur slab on pile, T = 1 detik < Cu = 1,7,
maka dapat disimpulkan bahwa periode getar struktur memenuhi syarat.
Tabel 11. Koefisien untuk batas atas pada periode getar (T) yang dihitung

Parameter Percepatan Respon


Spektra Desain Pada Periode 1 Koefisien Cu
Detik (SD1)
0,4 1,4
0,3 1,4
0,2 1,5

26
0,15 1,6
0,15 1,7
Sumber : Tabel 14, SNI 1726 2012

Gambar 11a. Ragam getar struktur slab on pile pada arah sumbu-X (Tx = 0,988
1,0 detik)

Gambar 11b. Ragam getar struktur slab on pile pada arah sumbu-Y (Ty = 0,992
1,0 detik)
e. Beban Gempa Pada Struktur
Dari hasil perhitungan diatas, didapat beberapa parameter yang
dapat digunakan untuk memperkirakan besarnya beban gempa yang akan
bekerja pada struktur slab on pile. Parameter-parameter tersebut adalah :

27
R : Koefisien Modifikasi Respon = 5
Ie : Faktor Keutamaan Gempa = 1
SDS : Percepatan spektrum respon desain pada periode pendek =
0,128 g
SD1 : Percepatan spektrum respon desain pada periode 1 detik =
0,136 g
T : Periode getar struktur, Tx = Ty 1,0 detik
m : Massa struktur = 1633390 kg.dt2/m.
W : Berat struktur = (1633390 kg.dt2/m x 9,8 m/dt2) = 1601250 kg
Besarnya nilai Koefisien Respon Seismik, dihitung dengan menggunakan
rumus :

Cs = SDS/(R/Ie) = 0,128/(5/1) = 0,026

Cs = SD1/T.(R/Ie) = 0,136/1.(5/1) = 0,027

Besarnya beban gempa pada struktur slab on pile sepanjang 100 meter :

V = Cs x W = 0,027 x 1601250 = 43234 kg

Untuk struktur slab on pile sepanjang 100, terdapat 21 sistem rangka


pemikul momen dari beton bertulang yang dipasang setiap jarak 5 meter.
Besarnya gaya gempa yang harus dipikul oleh 1 rangka pemikul momen =
43234/21 2000 kg.
Jika diperhitungkan faktor kuat lebih pada sistem struktur ( O = 3),
maka besarnya beban gempa yang harus dipikul oleh 1 rangka pemikul
momen adalah :

V = O x V = 3 x 2000 = 6000 kg

28
Dari hasil perhitungan beban-beban yang diperkirakan akan bekerja
pada struktur slab on pile, didapat hasil sebagai berikut (Tabel 12) :

Tabel 12. Beban-beban yang bekerja pada struktur slab on pile

Simbo
Beban Pada 1 Rangka Pemikul l Beban Pada Struktur
Beban
Berat sendiri struktur, terdiri
Dihitung otomatis oleh
dari berat pelat/slab, pile head, PMS
software
dan tiang pancang
Lapisan aspal tebal 7 cm :
Beban mati tambahan, terdiri
(0,07x2200) 150 kg/m2
dari lapisan aspal tebal 7cm, PMA
Barier + pipa sandaran = 600
barier, & pipa sandaran
kg/m
Beban pejalan kaki di trotoar TTP 5 kPa 500 kg/m2
Gaya akibat pengereman
TTB 1000 kg
kendaraan
Gaya sentrifugal pada tikungan TTR 3900 kg
Gaya akibat tumbukan pada
TTC 5000 kg
tiang pancang
Beban Lalu Lintas (Beban D) :
- Beban Terbagi Rata
BTR 9 kPa 900 kg/m2
- Beban Garis Terbagi
BGT (49x1,4) kN/m (5000 x 1,4)
Rata/BGT
kg/m = 7000 kg/m
Beban statik ekivalen akibat
TEQ 6000 kg
gempa

29
Gambar 12a. Beban akibat berat sendiri barier dan pipa sandaran (P MA = 0,6
ton/m)

30
Gambar 12b. Beban lapisan aspal setebal 7 cm (PMA = 0,15 ton/m2)

Gambar 12c. Beban pejalan kaki di trotoar (PTP = 0,50 ton/m2)

31
Gambar 12d. Beban lalu lintas/Beban D Terbagi Rata (BTR) = 0,90 ton/m 2

Gambar 12e. Beban lalu lintas/Beban D Garis Terbagi Rata (BGT) = 7,0 ton/m

Gambar 12f. Gaya sentrifugal pada tikungan (TTR) = 3,9 ton

32
Gambar 12g. Gaya tumbukan pada tiang pancang (TTR) = 5,0 ton

Gambar 12h. Beban gempa statik ekivalen (TEQ) = 6,0 ton

33
V. ANALISIS STRUKTUR
Kekuatan dari struktur slab on pile dievaluasi dengan cara melakukan
analisis struktur dengan menggunakan beban-beban yang diperkirakan
akan bekerja pada struktur selama umur rencananya. Beban-beban yang
bekerja dikombinasikan sedemikian rupa, sehingga akan menghasilkan
pengaruh beban yang paling maksimum atau paling berbahaya bagi
kekuatan struktur.
Menurut SNI T-02-2005 (Standar Pembebanan Untuk Jembatan),
kombinasi pembebanan yang harus diperhitungkan antara lain adalah :
a. Kombinasi pembebanan pada kondisi layan
b. Kombinasi pembebanan pada kondisi ultimit
Kekuatan dari struktur slab on pile dievaluasi untuk kondisi layan dan
kondisi ultimit.
Tabel 13. Beban-beban pada struktur slab on pile dan faktor beban yang sesuai
Faktor Beban
Simbol
Pembebanan Pada Struktur Slab On Pile Kondisi Kondisi
Beban
Layan Ultimit
Beban mati (berat slab, pile head, tiang
PMS 1,0 1,2
pancang)
Beban mati tambahan (aspal tebal 7cm,
PMA 1,0 2,0
barier & pipa sandaran)
Beban pejalan kaki di trotoar TTP 1,0 1,8
Gaya akibat pengereman kendaraan TTB 1,0 1,8
Gaya sentrifugal pada tikungan TTR 1,0 1,8
Gaya akibat tumbukan TTC 1,0 1,0
Beban Lajur D : Beban Terbagi Rata
TTD 1,0 1,8
(BTR)
Beban Lajur D : Beban Garis Terbagi
TTD 1,0 1,8
Rata (BGT)
Beban gempa TEQ 1,0 1,0

Kombinasi pembebanan pada kondisi layan dan kondisi ultimit yang


diperhitungkan pada struktur slab on pile ditunjukkan pada Tabel 14 dan
Tabel 15.

Tabel 14. Kombinasi pembebanan yang dihitung pada kondisi layan


Kombinasi
Pembeban Faktor beban x Beban yang bekerja pada Struktur
an

34
1 U = 1,0.(PMS) + 1,0.(PMA) + 1,0.(TTP) + 1,0.(TTD)
2 U = 1,0.(PMS) + 1,0.(PMA) + 1,0.(TTP) + 1,0.(TTD) + 1,0.
(TTR)
3 U = 1,0.(PMS) + 1,0.(PMA) + 1,0.(TTP) + 1,0.(TTD) + 1,0.
(TEQ)
4 U = 1,0.(PMS) + 1,0.(PMA) + 1,0.(TTP) + 1,0.(TTD) + 1,0.
(TTC)
Tabel 15. Kombinasi pembebanan yang dihitung pada kondisi ultimit
Kombinasi
Pembeban Faktor beban x Beban yang bekerja pada Struktur
an
5 U = 1,2.(PMS) + 2,0.(PMA) + 1,8.(TTP) + 1,8.(TTD)
U = 1,2.(PMS) + 2,0.(PMA) + 1,8.(TTP) + 1,8.(TTD) + 1,8.
6
(TTR)
U = 1,2.(PMS) + 2,0.(PMA) + 1,8.(TTP) + 1,8.(TTD) + 1,0.
7
(TEQ)
U = 1,2.(PMS) + 2,0.(PMA) + 1,8.(TTP) + 1,8.(TTD) + 1,8.
8
(TTC)

Hasil dari analisis struktur untuk kombinasi pembebanan pada kondisi


layan, ditunjukkan pada Gambar 13a sampai Gambar 13d.

Gambar 13a. Deformasi dan momen lentur yang terjadi pada struktur slab on
pile
kombinasi pembebanan 1 (satuan : ton-m) kondisi layan

35
Gambar 13b. Deformasi dan momen lentur yang terjadi pada struktur slab on
pile
kombinasi pembebanan 1 (satuan : ton-m) kondisi layan

Gambar 13c. Deformasi dan momen lentur yang terjadi pada struktur slab on
pile
kombinasi pembebanan 3 (satuan : ton-m) kondisi layan

36
Gambar 13d. Deformasi dan momen lentur yang terjadi pada struktur slab on
pile
kombinasi pembebanan 4 (satuan : ton-m) kondisi layan

Deformasi yang maksimum pada slab on pile, dan momen lentur yang
maksimum pada tiang pancang akibat kombinasi pembebanan pada
kondisi layan, dicantumkan pada Tabel 16.
Momen lentur yang maksimum pada pile head dan tiang pancang
akibat kombinasi pembebanan pada kondisi ultimit, dicantumkan pada
Tabel 17.

37
Gambar 14a. Momen lentur pada struktur slab on pile
kombinasi pembebanan 5 (satuan : ton-m) kondisi ultimit

Gambar 14b. Momen lentur pada struktur slab on pile


kombinasi pembebanan 6 (satuan : ton-m) kondisi ultimit

38
Gambar 14c. Momen lentur pada struktur slab on pile
kombinasi pembebanan 7 (satuan : ton-m) kondisi ultimit

Gambar 14d. Momen lentur pada struktur slab on pile


kombinasi pembebanan 8 (satuan : ton-m) kondisi ultimit

39
Tabel 16. Deformasi horisontal dan momen lentur (kondisi layan)
Kombinasi Gaya-gaya Dalam
Deformasi Maksimum
Pembeban Maksimum
Pada Struktur Slab On Pile
an Pada Tiang Pancang
Vertikal Horisontal Momen (t-
Geser (ton)
(cm) (cm) m)
1 -0,54 0 1,61 0,32
2 -0,54 +1,40 5,78 1,61
3 -0,38 +2,13 7,23 2,14
4 -0,37 +1,17 5,10 2,68

Tabel 17. Momen dan gaya geser pada pile head dan tiang pancang (kondisi
ultimit)
Kombinasi Gaya-gaya Dalam Gaya-gaya Dalam
Pembeban Maksimum Maksimum
an Pada Pile Head Pada Tiang Pancang
Momen (t-
Momen (t.m) Geser (ton) Geser (ton)
m)
5 12,57 22,57 2,73 0,55
6 13,45 26,89 10,24 2,86
7 13,26 26,10 9,15 2,53
8 12,10 25,80 8,93 4,46

40
VI. EVALUASI KEKUATAN STRUKTUR
Dari hasil analisis struktur diatas, untuk selanjutnya dapat dilakukan
evaluasi terhadap kekuatan elemen-elemen struktur, yang meliputi
kekuatan pile head, pelat/slab, dan tiang pancang prategang.
Untuk memeriksa kekuatan dari pile head dan pelat/slab dari struktur
slab on pile , dilakukan dengan menghitung nilai rasio tegangan (stress
ratio) dari pile head dan slab. Rasio tegangan adalah perbandingan antara
tegangan yang terjadi pada elemen- struktur akibat kombinasi
pembebanan yang bekerja pada struktur, dengan kapasitas kekuatan dari
elemen struktur berdasarkan jumlah tulangan yang terpasang.
Suatu elemen struktur dinyatakan kuat menahan momen lentur dan
gaya normal, jika dari hasil perhitungan didapatkan nilai rasio
tegangannya 1. Jika dari hasil perhitungan didapatkan nilai rasio
tegangannya > 1, maka elemen struktur tersebut dinyatakan tidak kuat.

1. Evaluasi Kekuatan Pile Head Dan Slab


Pile head dan slab dari struktur slab on pile direncanakan dari beton
bertulang, dengan mutu K.350 (fc. 29 MPa) dan baja tulangan ulir dengan
mutu fy. 400 MPa. Bentuk penampang dan detail tulangan dari pile head
dan slab diperlihatkan pada Gambar 15.

Gambar 15. Tulangan pile head dan slab

41
Untuk perhitungan slab/pelat lantai kendaraan, selain beban Lajur D,
diperhitungkan juga pengaruh dari Beban Truk T pada struktur slab on
pile.

Gambar 16. Penempatam Beban Truk T pada lantai struktur slab on pile

Gambar 17a. Penempatan Beban D Terbagi Rata (BTR) = 0,90 ton/m 2 pada slab
untuk mendapatkan pengaruh momen lentur positif yang maksimum.

42
Gambar 17b. Penempatan Beban D Garis Terbagi Rata (BGT) = 7,0 ton/m pada
slab untuk mendapatkan pengaruh momen lentur positif yang maksimum.

Gambar 18a. Penempatan Beban D Garis Terbagi Rata (BGT) = 7,0 ton/m pada
slab untuk mendapatkan pengaruh momen lentur negatif yang maksimum.

Gambar 18b. Penempatan Beban D Garis Terbagi Rata (BGT) = 7,0 ton/m pada
slab untuk mendapatkan pengaruh momen lentur negatif yang maksimum.

43
Dari hasil perhitungan untuk beberapa kombinasi pembebanan yang
ditinjau, didapatkan nilai rasio tegangan yang maksimum dan tulangan
geser minimal yang harus dipasang pada pile head dan slab, seperti
dicantumkan pada Tabel 18.

Tabel 18a. Rasio tegangan yang terjadi pada pile head dan slab
Elemen Rasio
Keterangan
Struktur Tegangan
Tulangan 6D19 dipasang di bagian atas
dan bawah penampang pile head,
Pile Head 0,83 < 1,0 mampu memikul momen lentur yang
terjadi akibat beban-beban yang bekerja
pada struktur slab on pile
Tulangan 8D19 dan 10D10 yang
dipasang di bagian atas dan bagian
bawah penampang slab, mampu
Slab 0,56 < 1,0 memikul momen lentur yang terjadi
akibat beban-beban yang bekerja pada
struktur slab on pile
Tabel 18b. Tulangan geser yang diperlukan pada pile head dan slab
Elemen Tulangan
Keterangan
Struktur Geser
Tulangan geser yang dipasang pada
pile head : D13-200, lebih rapat dari
pada tulangan yang diperlukan yaitu
D13-250
Pile Head D13-250.
(0,07cm2/cm) Pile head mampu menahan gaya geser
yang terjadi pada akibat beban-beban
yang bekerja pada struktur slab on pile
Tulangan geser yang dipasang pada
slab : D13-300, sesuai dengan
tulangan yang diperlukan yaitu D13-
D13-300
Slab 300.
(Tul. Praktis) Slab mampu menahan gaya geser
yang terjadi akibat beban-beban yang
bekerja pada struktur slab on pile

2. Evaluasi Kekuatan Tiang Pancang


Struktur slab on pile terdiri dari pelat-pelat pracetak yang menumpu
pada pile head. Pile head ditumpu oleh tiang-tiang pancang prategang
yang ditanam sampai kedalaman lebih kurang 32 meter hingga mencapai
tanah keras. Tiang pancang yang digunakan berbentuk persegi berukuran
(40x40)cm.
Untuk mengetahui kekuatan sebenarnya dari tiang pancang
prategang, telah dilakukan pengujian kekuatan lentur (bending strength

44
test) dengan skala penuh di pabrik produk beton PT. Wijaya Karya Beton di
Pasuruan.
Pengujian kuat lentur tiang pancang prategang dilakukan 2 kali pada
tanggal 14 Maret 2015 dan tanggal 6 Juni 2014. Hasil pengujian dari kedua
tiang pancang tersebut, dirangkum pada Tabel 19 sebagai berikut :

Tabel 19. Tabel hasil pengujian tiang pancang prategang

Keterangan Tiang Pancang 1 Tiang Pancang 2


Kode produksi 53 000 49 53 000 49
Ukuran tiang pancang (40 x 40) cm (40 x 40) cm
Panjang tiang pancang 10 m 9m
Berat tiang pancang 4,0 ton 3,6 ton
Diameter baja prategang 12,7 mm 12,7 mm
Jumlah baja prategang 4 buah 4 buah
Body bending
Tipe pengujian Body bending test
test
Referensi pengujian JIS A 5326 JIS A 5326
Tanggal pengujian 14 Maret 2014 6 Juni 2014
Kapasitas momen lentur aktual 11,49 ton-m >8,18 ton-m
Kapasitas momen ultimit
17,50 ton-m >10,34 ton-m
aktual
Dari hasil analisis struktur untuk beberapa kombinasi pembebanan
yang ditinjau, didapatkan momen lentur yang terjadi pada tiang pancang
pada kondisi layan struktur adalah 7,23 ton-m, sedangkan momen lentur
pada kondisi ultimit adalah 10,24 ton-m.
Dari hasil pengujian lentur 2 buah tiang pancang berukuran (40x40),
didapatkan kapasitas momen lentur aktual dari tiang pancang adalah
11,49 ton-m dan >8,18 ton-m. Karena kapasitas momen lentur aktual dari
tiang pancang lebih besar dari momen lentur yang terjadi pada tiang
pancang pada kondisi layan (7,23 ton-m). Maka dapat disimpulkan bahwa
tiang pancang yang digunakan cukup kuat.
Pada kondisi ultimit, dimana beban-beban yang bekerja pada slab on
pile meningkat, momen lentur ultimit yang terjadi (10,24 ton-m), masih
dibawah kapasitas momen ultimit aktual dari tiang pancang.

3. Evaluasi Daya Dukung Tiang Pancang

45
Beban pada pondasi tiang pancang dievaluasi dengan menghitung
besarnya reaksi tumpuan akibat kombinasi pembebanan yang ditinjau di
dalam analisis. Dari hasil analisis struktur, didapatkan besarnya beban
vertikal maksimum yang harus didukung oleh 1 tiang pancang tunggal
adalah 70,6 ton.
Dari analisis geoteknik yang telah dilakukan sebelumnya, didapatkan
besarnya daya dukung yang diijinkan dari tiang pancang tunggal
berukuran (40x40)cm, adalah 101 ton. Daya dukung ijin tiang pancang ini
didapat dengan menjumlahkan daya dukung ujung tiang yang diijinkan
(SF=3) sebesar Pb = 83 ton, dengan daya dukung friksi yang diijinkan
(SF=5) sebesar Ps = 18 ton. Besarnya daya dukung tiang pancang yang
diijinkan : Pa = (Pb + Pf) = (83 + 18) = 101 ton
Beban vertikal maksimum yang harus didukung tiang pancang adalah
70,6 ton. Beban ini lebih kecil dari daya dukung tiang pancang yang
diijinkan yaitu 101 ton. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tiang
pancang berukuran (40x40), mampu memikul beban-beban yang bekrja di
atas struktur slab on pile.

VII. EVALUASI KEKAKUAN STRUKTUR


Kekakuan struktur slab on pile diperiksa dengan menghitung
besarnya simpangan kearah horisontal dari struktur akibat kombinasi
pembebanan yang ditinjau di dalam analisis.

46
Gambar 19a. Simpangan horisontal pada struktur di permukaan tanah
b = 1,105 cm (dalam lingkaran)

Gambar 19b. Simpangan horisontal pada struktur di slab/pelat


a = 2,131 cm (dalam lingkaran)
Simpangan yang terjadi antara permukaan tanah dengan pelat/slab
dihitung sebagai berikut :
(a - b) = (2,131 1,105) = 1,03 cm.

47
Tinggi pelat dari permukaan tanah : H = 350 cm, maka besarnya
simpangan yang diijinkan untuk struktur slab on pile dengan Kriteria Risiko
I sesuai dengan Tabel 16 - SNI 1726 2012, adalah :

= 0,02.(H) = 0,02.(350) = 7 cm

Untuk struktur slab on pile dengan Faktor Pembesaran Defleksi : Cd = 4,5


dan Faktor Keutamaan Gempa : Ie = 1,0, besarnya simpangan yang
diperbesar :

= (a - b).Cd/Ie = (1,03).4,5/1,0 = 4,63 cm

Dari hasil perhitungan, didapatkan simpangan terbesar yang dapat


terjadi = 4,63 cm. Simpangan ini lebih kecil dari simpangan yang diijinkan
yaitu = 7 cm. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kekakuan dari
struktur slab on file memenuhi syarat kekakuan

VIII. KESIMPULAN
Dari hasil evaluasi kekuatan struktur slab on pile pada Pembangunan
Ruas Jalan Sebelimbingan-Martadipura, Kota Bangun, dapat dijelaskan
beberapa hal sebagai berikut :
1. Elemen-elemen struktur pile head dan slab dengan tulangan lentur
dan tulangan geser seperti yang tergambar di shop drawing, cukup
kuat untuk memikul beban-beban yg bekerja pada struktur slab on
pile. Dari hasil analisis struktur didapatkan nilai rasio tegangan
(stress ratio) maksimum dari pile head = 0,83 dan slab = 0,56.
Karena nilai rasio tegangan dari pile head dan slab ini lebih kecil dari
1, maka dapat disimpulkan pile head dan slab cukup kuat.
2. Dari hasil pengujian lentur skala penuh pada tiang pancang yang
telah dilakukan di pabrik produk beton PT. Wijaya Karya di Pasuruan,
dapat diketahui bahwa kapasitas momen lentur aktual dari tiang
pancang prategang berukuran (40x40)cm, lebih besar dari pada
momen lentur yang terjadi pada tiang pancang akibat beban-beban
yang bekerja pada struktur slab on pile. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa tiang pancang prategang ini cukup kuat
digunakan sebagai pondasi struktur slab on pile.

48
3. Dari hasil analisis geoteknik dan analisis struktur diketahui bahwa,
daya dukung pondasi tiang pancang yang diijinkan adalah 101 ton,
sedangkan besarnya beban maksimum yang harus didukung tiang
pancang adalah 70,6 ton. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa pondasi tiang pancang mampu mendukung beban-beban
yang bekerja di atasnya.
4. Simpangan horisontal yang terjadi pada struktur slab on pile akibat
kombinasi beban lalu lintas dengan beban-beban yang berarah
horisontal, seperti beban gempa, gaya sentrifugal akibat laju
kendaraan pada tikungan, dan gaya benturan, masih dalam batas
simpangan yang diijinkan. Simpangan horisontal maksimum yang
terjadi pada struktur adalah 4,63 cm, sedangkan simpangan yang
diijinkan adalah 7 cm. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
konfigurasi struktur slab on pile ini cukup kaku, sehingga struktur
slab on pile tidak memerlukan rangka pengaku (bracing)

Kota Bangun, 7 April 2015

Ir. Himawan Indarto, M.S


SKA No : 1.2.201.025.09.1000967

49

Anda mungkin juga menyukai