DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................................................................... i
I PENDAHULUAN ........................................................................................................................................................... 4
PT Perentjana Djaja 1
CCTW
DAFTAR TABEL
Tabel II-1 Faktor beban dinamik untuk beban garis KEL .......................................................................... 8
Tabel II-2 Faktor Modifikasi (R) untuk Bangunan Bawah...................................................................... 11
Tabel II-3 Faktor Beban ........................................................................................................................................... 11
Tabel II-4 Kombinasi Pembebanan.................................................................................................................... 12
PT Perentjana Djaja 2
CCTW
DAFTAR GAMBAR
PT Perentjana Djaja 3
CCTW
I PENDAHULUAN
I.1 Umum
I.2 Peraturan
Peraturan-peraturan yang digunakan dalam perencaan struktur jembatan adalah :
a. Perencanaan Pembebanan Struktur Atas Jembatan mengikuti Bridge Design Manual
BMS yang diterbitkan oleh Direktorat Jalan Raya, Departemen Pekerjaan Umum,
Republik Indonesia, Desember 1992 (BMS).
b. Standar Pembebanan Untuk Jembatan (SK.SNI. T-02-2005), sesuai dengan Kepmen PU
No. 498/KPTS/M/2005.
c. Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan (SK.SNI. T-12-2004), sesuai dengan
Kepmen PU No. 498/KPTS/M/2005.
d. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung dan Non Gedung,
SNI 03-1726-2012.
I.3 Material
Material yang digunakan adalah :
- Bored Pile : Beton K-300
- Pile Cap : Beton K-300
- Slab : Beton K-300
- Besi Beton : fy=400 MPa
PT Perentjana Djaja 4
CCTW
PT Perentjana Djaja 5
CCTW
II PERENCANAAN STRUKTUR
Software yang digunakan dalam pemodelan dan analisis struktur adalah program MIDAS
Civil.
II.1.1 Pembebanan
Secara umum kriteria pembebanan yang digunakan dalam perencanaan jembatan ini ditinjau
dari dua kondisi beban, yaitu :
a. Beban Kerja (Working Load/ Service Load)
Beban layan adalah beban yang bekerja pada saat kondisi layan bangunan jembatan, hal
ini berkaitan dengan servisibilitas dari bangunan.
b. Beban Batas (Ultimate Load)
Beban batas adalah beban yang bekerja pada kondisi ultimit dari struktur, yaitu
diperoleh dengan mengalikan beban yang bekerja dengan faktor beban.
A. Berat Sendiri
Berat sendiri adalah berat dari elemen-elemen struktural jembatan. Berat sendiri ini
belum termasuk beban mati tambahan. Berat Sendiri dihitung secara otomatis oleh program
MIDAS civil.
PT Perentjana Djaja 6
CCTW
Beban lalu lintas untuk Rencana Jembatan Jalan Raya terdiri beban lajur “D” dan beban
truk “T”. Pembebanan lajur “D” ditempatkan melintang pada lebar penuh dari jalan kendaraan
jembatan dan menghasilkan pengaruh pada jembatan yang eqivalen dengan rangkaian
kendaraan sebenarnya. Jumlah total pembebanan lajur “D” yang ditempatkan tergantung pada
lebar jalan kendaraan jembatan.
Beban truk “T” adalah berat kendaraan tunggal dengan tiga gandar yang ditempatkan
pada berbagai posisi sembarang pada lajur lalu lintas. Tiap gandar terdiri dari dua pembebanan
bidang bidang kontak yang dimaksud agar mewakili pengaruh roda kendaraan berat (trailer).
Beban satu truk “T” ini hanya boleh ditempatkan per lajur lalu lintas rencana.
Pada umumnya beban lajur “D” akan memberikan efek yang lebih maksimum pada
jembatan-jembatan bentang menengah dan panjang sehingga untuk analisis struktur jembatan
bentang menengah dan panjang hanya akan memperhitungkan beban lajur “D”. Sedangkan
untuk jembatan-jembatan bentang pendek dan sistem lantai dek, effek beban truk “T” akan
lebih maksimum dibandingkan dengan efek beban lajur “D”. Dengan demikian untuk
perencanaan jembatan-jembatan bentang pendek dan system lantai dek hanya akan
memperhitungkan beban truk “T”.
Faktor beban Dinamik (DLA) berlaku pada beban garis KEL lajur “D" dan beban truk "T"
untuk simulasi kejut dan kendaraan bergerak pada Struktur jembatan. Faktor beban dinamik
adalah sama untuk S.L.S. dan U.L.S. dan untuk semua bagian struktur sampai pondasi. Untuk
beban truk “T” nilai DLA adalah 0.3. Untuk beban garis KEL nilai DLA diberikan dalam Tabel II-1
Faktor beban dinamik untuk beban garis KEL
PT Perentjana Djaja 7
CCTW
Selain beban merata UDL, beban lajur “D” juga termasuk beban garis KEL (Knife Edge
Load) sebesar p kN/m, yang ditempatkan dalam kedudukan sembarang sepanjang jembatan dan
tegak lurus pada pada arah lalu lintas.
P = 49.0 kN/m
Pada bentang menerus, beban garis KEL ditempatkan dalam kedudukan lateral sama yaitu tegak
lurus arah lalu lintas pada dua bentang agar momen lentur negatif menjadi maksimum.
Gambar II-III.
PT Perentjana Djaja 9
CCTW
D. Gaya Rem
Pengaruh rem dan percepatan lalu lintas harus dipertimbangkan sebagai gaya
memanjang. Sistem penahan harus direncanakan untuk menahan gaya memanjang tersebut.
Gaya rem sebesar 5% dari beban lajur D di anggap bekerja pada semua lajur lalu lintas.
E. Beban Gempa
Beban Gempa ditentukan berdasarkan RSNI3 2833-20XX. Kondisi tanah di sekitar lokasi
struktur bangunan adalah tanah sedang (Kelas Situs SD). Gempa rencana ditetapkan mempunyai
perioda ulang 1000 tahun, dengan kemungkinan terlampaui 7 % dalam 75 tahun.
Gambar II-V Peta Spektrum Percepatan Gempa 0,2 detik (SS) Indonesia
PT Perentjana Djaja 10
CCTW
Gambar II-VI Peta Spektrum Percepatan Gempa 1,0 detik (S1) Indonesia
FAKTOR BEBAN S U
PT Perentjana Djaja 11
CCTW
Kombinasi Service :
1. BS + SDL + D + Rem
2. BS + SDL + T + Rem
3. BS + SDL + T + Rem + Temp
4. BS + SDL + T + Angin
5. BS + SDL + T + Sentrifugal
Kombinasi Ultimate :
1. 1,3 BS + 2 SDL + 1,8 D + 1,8 Rem
2. 1,3 BS + 2 SDL + 1,8 T + 1,8 Rem
3. 1,3 BS + 2 SDL + 1,8 T + 1,8 Rem + 1,2 Temp
4. 1,3 BS + 2 SDL + 1,8 T + 1,2 Angin
5. 1,3 BS + 2 SDL + 1,8 T + 1,8 Sentrifugal
6. 1,3 BS + 2 SDL + 1,8 D + Gempa
7. 1,3 BS + 2 SDL + 1,8 T + Gempa
PT Perentjana Djaja 12
CCTW
- Beban Merata
PT Perentjana Djaja 13
CCTW
- Beban Merata
PT Perentjana Djaja 14
CCTW
- Beban Truk 2
5. Beban Rem
6. Respon Spectrum
PT Perentjana Djaja 15
CCTW
PT Perentjana Djaja 16
CCTW
Gambar 0-V Lendutan plat pada kondisi Beban Truk di tengah Bentang= -4.19 mm
PT Perentjana Djaja 17
CCTW
Gambar 0-VI Lendutan plat pada kondisi Beban Truk di ujung bentang = -6.84 mm
PT Perentjana Djaja 18
CCTW
PT Perentjana Djaja 19
CCTW
Momen kondisi service = 244 kN.m, Momen SLS Gempa M= 248 kN,m. Momen Ultimate Mu
=591 kN.m. Kelas Spun Pile Diameter 600 kelas B
PT Perentjana Djaja 20
CCTW
26 m
PT Perentjana Djaja 21
CCTW
Tebal fs Skin Friction Skin Friction End Bearing Qall (kN) Effisiensi Pile Grup (kN)=
Cu Kumulatif
No. Depth Lapisan Deskripsi N-SPT β σ'v α (kN/ Positive (kN) Positive (kN) Qb Qult (kN) SF = 2.5 Tekan Tarik
(kN/m2) Friction
(m) m2) ∑fs.p.ΔL β.σ'v (Sand) (kN) Tekan Tarik 0.85 0.85
1 0 - 2 2 Clay 2 14.00 36.6 0.69 0.55 7.7 29.03 29.03 35.63 64.65 25.86 8.71 21.982 7.402
2 2 - 4 2 Clay 3 21.00 53.2 0.68 0.55 11.6 43.54 72.57 53.44 126.01 50.40 21.77 42.843 18.506
3 4 - 6 2 Clay 5 35.00 69.8 0.67 0.55 19.3 72.57 145.14 89.06 234.21 93.68 43.54 79.630 37.011
4 6 - 8 2 Clay 7 49.00 86.4 0.65 0.55 27 101.60 246.74 124.69 371.43 148.57 74.02 126.286 62.919
5 8 - 10 2 Clay 14 98.00 103 0.60 0.55 53.9 203.20 449.94 249.38 699.32 279.73 134.98 237.768 114.734
6 10 - 12 2 Clay 14 98.00 119.6 0.60 0.55 53.9 203.20 653.14 249.38 902.52 361.01 195.94 306.856 166.550
7 12 - 14 2 Clay 15 105.00 136.2 0.60 0.55 57.8 217.71 870.85 267.19 1138.04 455.22 261.25 386.934 222.067
8 14 - 16 2 Clay 13 91.00 152.8 0.61 0.55 50.1 188.68 1059.53 231.57 1291.10 516.44 317.86 438.974 270.181
9 16 - 18 2 Clay 18 126.00 169.4 0.57 0.55 69.3 261.25 1320.79 320.63 1641.42 656.57 396.24 558.083 336.801
10 18 - 20 2 Clay 27 189.00 186 0.51 0.51 96.4 363.38 1684.17 480.95 2165.12 866.05 505.25 736.140 429.463
11 20 - 22 2 Clay 42 294.00 202.6 0.41 0.45 132 498.76 2182.93 748.14 2931.07 1172.43 654.88 996.563 556.647
12 22 - 24 2 Clay 30 210.00 219.2 0.49 0.49 103 387.92 2570.85 534.38 3105.24 1242.10 771.26 1055.781 655.568
13 24 - 26 2 Clay 39 273.00 235.8 0.43 0.45 123 463.13 3033.99 694.70 3728.69 1491.47 910.20 1267.754 773.667
14 26 - 28 2 Clay 45 315.00 252.4 0.39 0.45 142 534.38 3568.37 801.58 4369.95 1747.98 1070.51 1485.783 909.935
15 28 - 30 2 Clay 60 420.00 269 0.28 0.45 189 712.51 4280.88 1068.77 5349.65 2139.86 1284.27 1818.883 1091.626
16 30 - 32 2 Clay 50 350.00 285.6 0.35 0.45 158 593.76 4874.65 890.64 5765.29 2306.11 1462.39 1960.198 1243.035
17 32 - 34 2 Sand 50 0.724 302.2 190 716.28 5590.93 812.89 6403.82 2561.53 1677.28 2177.298 1425.687
18 34 - 36 2 Sand 50 0.701 318.8 190 716.28 6307.21 812.89 7120.10 2848.04 1892.16 2420.834 1608.339
19 36 - 38 2 Sand 50 0.679 335.4 190 716.28 7023.50 812.89 7836.38 3134.55 2107.05 2664.370 1790.991
Gaya Axial Bending Momen Hasil Analisa
SLS Non Gempa 553 KN Tekan Tipe Spun Pile : Tipe B Crack 25.00 8.00 ton.m
SLS Gempa 719 KN 1.56 460.90 KN Tekan kebutuhan kedalaman pondasi 28 m Ultimate 45.00 40.00 ton.m
100 KN 1.56 64.10 KN Tarik
Gambar 0-XIII Maksimum Tiang Bored Pile Pada Kondisi Envelope SLS Non gempa = 14,65 mm
PT Perentjana Djaja 22
CCTW
Gambar 0-XIV Maksimum Tiang Bored Pile Pada Kondisi Envelope SLS Non gempa = 30,43 mm
Daya dukung tiang diambil berdasarkan hasil boring. Pada perhitungan kebutuhan
kedalaman tiang yang menentukan adalah gaya aksial SLS gempa sebesar 719 kN / 1,56 =
461 kN (Tekan -). Kedalaman pondasi yang didapat adalah 24 m dengan daya dukung ijin
aksial tekan adalah sebesar 1055 kN. Maka spun pile diameter 600 mm AMAN.
PT Perentjana Djaja 23