Anda di halaman 1dari 252

EVALUASI KEKUATAN STRUKTUR

JEMBATAN TIPE PILE SLAB PADA RUAS JALAN


TOL BALIKPAPAN-SAMARINDA SEGMEN 3 STA 9+300

SKRIPSI

Disusun Oleh :

HILMAN BRAMANTIO
HARDANA NIM. 14 643 021

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI REKAYASA JALAN DAN JEMBATAN
SAMARINDA
2018
Dibuat sebagai persyaratan untuk memenuhi derajat S1-Terapan
pada
Program Studi Rekayasa Jalan &
Jembatan Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Samarinda

SKRIPSI

Disusun Oleh :

HILMAN BRAMANTIO
HARDANA NIM. 14 643 021

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI REKAYASA JALAN DAN JEMBATAN
SAMARINDA
2018
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Hilman Bramantio Hardana

NIM 14 643 021

Jurusan : Teknik Sipil

Program Studi : Rekayasa Jalan Dan Jembatan

Jenjang : S-1 Terapan

Judul Skripsi : Evaluasi Kekuatan Struktur Jembatan Tipe Pile Slab Pada Ruas Jalan

Tol Balikpapan – Samarinda Segmen 3 STA 9+300

Dengan ini menyatakan bahwa Laporan Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri dan

semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan benar.

Jika dikemudian hari terbukti ditemukan unsur plagiarisme dalam Laporan Skripsi ini,

maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Samarinda, 31 Agustus 2018

Hilman Bramantio Hardana


NIM. 14 643 021

ii
ABSTRAK
H. Bramantio, Hilman. 2018. Skripsi. “Evaluasi Kekuatan Struktur Jembatan Tipe Pile
Slab Pada Ruas Jalan Tol Balikpapan-Samarinda Segmen 3 STA 9+300”.
Pembimbing: Budi Nugroho, S.T., M. Eng dan Kukuh Prihatin, S.T., M.T

Evaluasi kekuatan struktur dilakukan untuk memastikan kinerja dari struktur jembatan
pile slab terhadap kondisi tanah yang kurang baik pada jalan tol Balikpapan-Samarinda
segmen 3 STA 9+300 sampai dengan STA 9+425. Evaluasi yang dimaksud adalah
kajian struktur pada desain perencanaan sebelum dilakukan pembangunan. Kajian
tersebut terdiri dari pemeriksaan kekuatan elemen-elemen struktur yang terdiri dari
slab, pile cap, dan tiang pancang, serta abutment. Selain kekuatan, dilakukan pula
pemeriksaan lendutan/simpangan yang terjadi pada struktur terhadap beban yang
terjadi. Standar pembebanan pada struktur mengacu pada SNI T-02-2005 dan
perhitungan struktur beton mengacu pada SNI 03-2847-2002. Analisis struktur
menggunakan software SAP2000 dengan pemodelan tumpuan pondasi spring. Dari
hasil analisis struktur diperoleh gaya- gaya dalam yang digunakan untuk perhitungan
penulangan. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa penulangan pile cap dan slab
sesuai dengan momen yang terjadi, kekuatan dan kapasitas dukung tiang pancang
memenuhi syarat keamanan, lendutan yang terjadi 0,251 cm masih dibawah lendutan
ijin 10 cm, dan struktur abutment stabil.

Kata kunci: evaluasi, pile cap, slab, tiang pancang, abutment.

v
ABSTRACT
H. Bramantio, Hilman. 2018. Thesis. “Structural Strength Evaluation Pile Slab Bridge
On Road Tol Balikpapan-Samarinda Segmen 3 STA 9+300”.
Supervisor: Budi Nugroho, S.T., M. Eng and Kukuh Prihatin, S.T., M.T

Structural strength evaluation is carried out to ensure the performance of the pile slab
bridge structure to poor soil conditions on the Balikpapan-Samarinda toll road
segment 3 STA 9 + 300 to STA 9 + 425. The evaluation in question is a study of the
structure in the design of the planning before the development is carried out. The study
consisted of examining the strength of structural elements consisting of slab, pile cap,
and piles, as well as abutments. In addition to strength, there are also deflection checks
that occur in the structure of the burden that occurs. The loading standard on the
structure refers to SNI T-02-2005 and the calculation of concrete structure refers to
SNI 03-2847-2002. Structural analysis using SAP2000 software with spring foundation
modeling. From the results of structural analysis obtained internal forces are used for
calculation of reinforcement. The calculation results show that the pile cap and slab
reinforcement are in accordance with the moment, the strength and bearing capacity of
the pile meet the safety requirements, the deflection that occurs 0.251 cm is still below
the 10 cm permit deflection, and the abutment structure is stable.
Keywords: evaluation, pile cap, slab, pile, abutment.

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas karunia,

nikmat, dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan karya tulis yang berbentuk

skripsi dengan judul “Evaluasi Kekuatan Struktur Jembatan Tipe Pile Slab Pada

Ruas Jalan Tol Balikpapan-Samarinda Segmen 3 STA 9+300” sesuai dengan

waktu yang telah direncanakan.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan

jenjang pendidikan Sarjana Terapan pada program studi Rekayasa Jalan dan

Jembatan Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Samarinda.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis banyak sekali mendapatkan

wawasan mengenai ilmu teknik sipil dan penerapannya di dunia konstruksi. Oleh

karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih

kepada:

1. Bapak Ir. H. Ibayasid, M. Sc selaku Direktur Politeknik Negeri Samarinda.

2. Bapak Rafian Tistro, S.T., M.T selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil.

3. Bapak Budi Nugroho, S.T., M. Eng selaku Ketua Program Studi Teknik

Sipil S-1 Terapan Rekayasa Jalan dan Jembatan sekaligus Dosen

Pemimbing I yang telah memberikan bimbingan, saran, dan petunjuk

dalam penyelesaian proposal skripsi ini.

4. Ibu Kukuh Prihatin S.T., M.T selaku Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan, saran, dan petunjuk dalam penyelesaian proposal

skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen, Staf Teknisi/Analisis serta Administrasi Jurusan

Teknik Sipil.

vii
6. PT. Adhi Karya yang telah bersedia memberikan data-data yang

diperlukan dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga seluruh bantuan dan masukan, serta ilmu yang telah diberikan,

menjadi amal jariyah dan dibalas berlipat ganda oleh Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih memiliki

kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang konstruktif dari berbagai pihak

sangat diharapkan demi penyempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam

penulisan skripsi ini terdapat kata-kata dan penulisan yang salah. Semoga skripsi

ini dapat memberikan manfaat dan tambahan ilmu bagi siapapun yang

membacanya kelak.

Samarinda, 12 Agustus 2018

Penulis

viii
UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam penyusunan skripsi ini tak lepas dari dukungan berbagai pihak mulai dari dukungan

yang berupa materil hingga dukungan yang bersifat batin. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis

ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ayahanda Suharli, S.T dan Ibunda Leny Agustina tersayang serta seluruh sanak keluarga

yang telah banyak memberikan masukan, dukungan, semangat, kasih sayang, doa, serta

bantuan materi demi lancarnya penyusunan skripsi ini.

2. Orang terdekat saya Corina Jatmining Tyas, S. Ak yang selalu mendengarkan keluh kesah

saat proses pengerjaan, yang setia membantu saat kapanpun penulis membutuhkan, yang

selalu bisa menjadi mood booster melalui candaan dan semangatnya setiap waktu.

3. Ramadhin Khamzani, sahabat semasa kuliah yang menjadi partner

saat pertukaran mahasiswa hingga saat PKL. Terima kasih untuk seluruh bantuannya selama

ini terutama untuk jasa desain grafisnya.

4. Rekan-rekan seperjuangan Mahasiswa Teknik Sipil Program Studi Rekayasa Jalan dan

Jembatan Politeknik Negeri Samarinda Angkatan 2014 atas diskusi dan sarannya terkait

penyusunan skripsi ini.

Semoga Allah SWT memberikan rahmat dan karunia yang berlipat ganda untuk segala

kebaikan yang telah diberikan dari semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung dalam

menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS..............................................ii

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING...............................................iii

HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI.......................................................iv

ABSTRAK..........................................................................................................v

KATA PENGANTAR.......................................................................................vii

UCAPAN TERIMA KASIH.............................................................................ix

DAFTAR ISI......................................................................................................x

DAFTAR GAMBAR.........................................................................................xiv

DAFTAR TABEL..............................................................................................xix

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang........................................................................................................1

Rumusan Masalah................................................................................3

Maksud dan Tujuan..............................................................................4

Batasan Masalah...................................................................................4

BAB II LANDASAN TEORI

Umum 6

Jembatan Pile Slab..................................................................................................7

Studi Pustaka...........................................................................................................8

Korelasi Karakteristik Tanah..................................................................................11

Analisis Daya Dukung Aksial Tiang Pancang Tunggal..........................................12

Daya Dukung Aksial Tiang Pancang Berdasarkan Brosur


PT. WIKA

x
beton..................................................................................................12

Daya Dukung Aksial Tiang Pancang Berdasarkan Data SPT


.........................................................................................12

Analisis Daya Dukung Lateral Tiang Pancang.......................................................14

Daya Dukung dan Gaya Aksial Tiang Pancang Kelompok....................................16

Efisiensi Kelompok Tiang............................17

Kapasitas Dukung Aksial Tiang Pancang Tunggal Dalam


Kelompok

.......................................................................................................... 18

Gaya Aksial Maksimal Yang Diterima Tiang Pancang...18

Gaya Lateral Tiang Pancang..............................................19

Pemodelan Tumpuan Pondasi Tiang Pancang...................20

Pembebanan Jembatan Pile Slab..........................................................22

Beban Akibat Aksi Tetap.....................................................................23

Beban Akibat Aksi Lalu Lintas............................................................23

Beban Akibat Aksi Lingkungan...........................................................28

Kombinasi Beban.................................................................................35

Analisis Struktur Jembatan Pile Slab Menggunakan SAP 2000 v.19

........................................................................................................... 35

Kontrol Terhadap Deformasi................................................................36

Perhitungan Struktur Abutment............................................................38

Pembebanan Abutment.........................................................................38

Kontrol Stabilitas Abutment.................................................................44

Struktur Beton Bertulang......................................................................49

Pelindung Beton Untuk Tulangan........................................................49

Asumsi-Asumsi Dalam Perhitungan Beton Bertulang....................50

xi
Perhitungan Penulangan Struktur Beton.........................................52

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Data Struktur Jembatan...........................................................................................57

Peta Lokasi Pekerjaan.............................................................................................57

Gambar Shop Drawing............................................................................................59

Data Penyelidikan Tanah (Boring dan SPT)...........................................................61

Brosur Spun Pile PT. WIKA Beton........................................................................62

Metode Evaluasi......................................................................................................62

BAB IV PEMBAHASAN

Umum 66

Spesifikasi Jembatan...............................................................................................66

Data Teknis Jembatan......................................................66

Spesifikasi Bahan Untuk Struktur....................................67

Perhitungan Struktur Pile Slab................................................................................67

Identifikasi Kondisi Tanah Di Lapangan..........................................69

Perhitungan Daya Dukung Aksial Tiang Pancang..........71

Perhitungan Daya Dukung Lateral Tiang Pancang..........73

Perhitungan Tumpuan Pegas Elastis Pada Tiang Pancang75

Pemodelan Struktur Pile Slab Menggunakan SAP2000 v.19


.........................................................................................77

Pembebanan Struktur Pile Slab.......................................81

Input Beban Yang Bekerja Pada Struktur Pile Slab........96

Analisis Struktur Pile Slab dengan software SAP2000 v.19


.........................................................................................101

Pembesian Pile Cap.........................................................104

Pembesian Slab Lantai....................................................................108

xii
Evaluasi Penulangan Pile Cap dan Slab..........................................115

Evaluasi Kekuatan Tiang Pancang..................................................116

Evaluasi Kapasitas Dukung Tiang Pancang....................................117

Evaluasi Kekakuan Struktur Pile Slab............................................118

Perhitungan Struktur Abutment...............................................................................119

Identifikasi Kondisi Tanah Pada Daerah Abutment..........................120

Analisis Beban Abutment.................................................123

Kombinasi Beban Kerja Pada Struktur Abutment............147

Kontrol Stabilitas.............................................................151

Analisis Beban Ultimit Abutment....................................157

Analisis Kekuatan Abutment............................................172

Analisis Pondasi Abutment..............................................186

Evaluasi Struktur Abutment.............................................197

BAB V PENUTUP

Kesimpulan..............................................................................................................200

Saran 201

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Potongan memanjang jembatan pile slab..........................................8

Gambar 2.2 Potongan melintang jembatan pile slab............................................8

Gambar 2.3 Skematik mobilisasi tekanan.............................................................17

Gambar 2.4 Beban aksial maksimal yang diterima tiang pancang.......................19

Gambar 2.5 Tumpuan pegas elastis pada tiang pancang......................................21

Gambar 2.6 Pemodelan struktur pile slab dengan tumpuan spring......................22

Gambar 2.7 Beban lajur “D”.................................................................................24

Gambar 2.8 Penyebaran beban pada arah melintang............................................25

Gambar 2.9 Pembebanan truk “T” (500 kN)........................................................25

Gambar 2.10 Faktor beban dinamis untuk pembebanan lajur “D”.......................26

Gambar 2.11 Besarnya gaya rem berdasarkan panjang bentang..........................27

Gambar 2.12 Gaya-gaya yang bekerja pada abutment.........................................38

Gambar 2.13 Gaya geser yang bekerja pada abutment.........................................45

Gambar 2.14 Gaya guling yang bekerja pada abutment.......................................46

Gambar 2.15 Distribusi tegangan dan regangan beton.........................................52

Gambar 3.1 Lokasi pekerjaan jembatan pile slab jalan tol Balikpapan-Samarinda

........................................................................................................ 58

Gambar 3.2 Peta topografi dan situasi pekerjaan jembatan pile slab...................58

Gambar 3.3 Potongan memanjang jembatan pile slab jalan tol Balikpapan- Samarinda 59

Gambar 3.4 Potongan melintang jembatan pile slab............................................59

Gambar 3.5 Penulangan Pile Cap.........................................................................60

xiv
Gambar 3.6 Penulangan Slab................................................................................60
Gambar 3.7 Penulangan abutment........................................................................60

Gambar 3.8 Flow Chart evaluasi jembatan pile slab............................................64

Gambar 4.1 Potongan memanjang jembatan pile slab jalan tol Balikpapan- Samarinda 68

Gambar 4.2 Uraian dimensi struktur jembatan pile slab......................................68

Gambar 4.3 Peta topografi dan situasi pekerjaan jembatan pile slab...................69

Gambar 4.4 Daya dukung aksial tiang pancang....................................................71

Gambar 4.5 Daya dukung lateral tiang pancang...................................................74

Gambar 4.6 Dimensi pile cap...............................................................................77

Gambar 4.7 Template dan jenis satuan yang digunakan.......................................78

Gambar 4.8 Mengedit grid....................................................................................78

Gambar 4.9 Mendefinisikan karakteristik material beton.....................................79

Gambar 4.10 Assign joint restraints.....................................................................80

Gambar 4.11 Assign joint spring..........................................................................80

Gambar 4.12 Pemodelan struktur jembatan pile slab...........................................81

Gambar 4.13 Uraian dimensi struktur pile slab....................................................81

Gambar 4.14 Beban lajur “D”...............................................................................83

Gambar 4.15 Faktor beban dinamis......................................................................84

Gambar 4.16 Pembebanan truk “T”......................................................................85

Gambar 4.17 Gaya rem.........................................................................................86

Gambar 4.18 Spektrum Respon Desain................................................................89

Gambar 4.19 Ragam getar struktur pile slab arah sumbu-X (Tx = 0,526 detik) 91

Gambar 4.20 Ragam getar struktur pile slab arah sumbu-Y (Ty = 0,490 detik) 91

xv
Gambar 4.21 Beban angin pada struktur...............................................................94

Gambar 4.22 Beban angin pada kendaraan...........................................................97

Gambar 4.23 Beban mati tambahan aspal + genangan air hujan (0,16 ton/m2)....97
Gambar 4.24 Beban mati tambahan instalasi lainnya (0,06 ton/m)......................97

Gambar 4.25 Beban terbagi rata (BTR = 0,9 ton/m2)...........................................98

Gambar 4.26 Beban garis terpusat (BTR = 6,86 ton/m).......................................98

Gambar 4.27 Beban truk T (14,625 ton)...............................................................99

Gambar 4.28 Gaya rem (2,0 ton)..........................................................................99

Gambar 4.29 Gaya sentrifugal (8,76 ton)............................................................100

Gambar 4.30 Gaya gempa (6,46 ton)..................................................................100

Gambar 4.31 Beban angin (1,67 ton)..................................................................101

Gambar 4.32 Hasil analisis struktur jembatan pile slab kombinasi-1.................102

Gambar 4.33 Hasil analisis struktur jembatan pile slab kombinasi-2.................102

Gambar 4.34 Hasil analisis struktur jembatan pile slab kombinasi-3.................102

Gambar 4.35 Simpangan horizontal pada struktur di slab δb = 0,0687 cm........118

Gambar 4.36 Simpangan horizontal pada permukaan tanah δa = 0,0129 cm.....118

Gambar 4.37 Parameter tanah di daerah abutment..............................................123

Gambar 4.38 Uraian dimensi tampak depan struktur jembatan pile slab............124

Gambar 4.39 Uraian dimensi tampak samping struktur jembatan pile slab........124

Gambar 4.40 Uraian dimensi struktur abutment.................................................125

Gambar 4.41 Uraian dimensi struktur pile slab...................................................126

Gambar 4.42 Eksentrisitas beban........................................................................127

Gambar 4.43 Berat sendiri struktur abutment.....................................................128

Gambar 4.44 Beban mati tambahan....................................................................129

xvi
Gambar 4.45 Beban tambahan setara tanah 0,6 m..............................................130

Gambar 4.46 Diagram tekanan tanah di belakang abutment...............................131

Gambar 4.47 Penempatan beban lajur BGT dan BTR........................................132


Gambar 4.48 Gaya rem yang bekerja pada abutment..........................................134

Gambar 4.49 Gaya pengaruh temperatur yang bekerja pada abutment...............135

Gambar 4.50 Beban angin pada struktur.............................................................136

Gambar 4.51 Beban angin pada kendaraan.........................................................137

Gambar 4.52 Transfer beban angin ke lantai jembatan.......................................138

Gambar 4.53 Uraian dimensi breast wall untuk perhitungan gempa..................140

Gambar 4.54 Parameter gaya gempa yang diterima abutment............................142

Gambar 4.55 Uraian dimensi breast wall arah Y................................................143

Gambar 4.56 Tekanan tanah dinamis..................................................................145

Gambar 4.57 Gesekan pada perletakan...............................................................146

Gambar 4.58 Stabilitas guling arah X.................................................................151

Gambar 4.59 Stabilitas guling arah Y.................................................................152

Gambar 4.60 Stabilitas geser arah X...................................................................153

Gambar 4.61 Stabilitas geser arah Y...................................................................154

Gambar 4.62 Bagian-bagian pada struktur abutment tipe balok cap..................157

Gambar 4.63 Berat sendiri breast wall................................................................161

Gambar 4.64 Tekanan tanah pada breast wall....................................................162

Gambar 4.65 Parameter beban gempa breast wall..............................................163

Gambar 4.66 Parameter tekanan tanah dinamis breast wall................................164

Gambar 4.67 Parameter tekanan tanah back wall...............................................168

Gambar 4.68 Parameter tekanan tanah dinamis back wall..................................170

xvii
Gambar 4.69 Analisis kekuatan breast wall........................................................172

Gambar 4.70 Analisis kekuatan back wall..........................................................175

Gambar 4.71 Susunan tiang pancang pada pile cap............................................179


Gambar 4.72 Parameter perhitungan analisis pile cap........................................181

Gambar 4.73 Konfigurasi Tiang Pancang...........................................................191

xviii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Korelasi nilai N-SPT dengan karakteristik tanah.................................11

Tabel 2.2 Nilai-nilai nh untuk tanah kohesif........................................................16

Tabel 2.3 Kecepatan angin rencana (Vw).............................................................29

Tabel 2.4 Koefisien seret (Cw).............................................................................29

Tabel 2.5 Klasifikasi kelas situs............................................................................30

Tabel 2.6 Kategori risiko bangunan untuk beban gempa.....................................31

Tabel 2.7 Faktor keutamaan gempa (Ie)...............................................................32

Tabel 2.8 Kateogori desain seismik berdasarkan parameter SDS.......................................32

Tabel 2.9 Kateogori desain seismik berdasarkan parameter SD1........................................32

Tabel 2.10 Faktor R, Cd, dan ΩO untuk sistem penahan gaya gempa..................33

Tabel 2.11 Koefisien untuk batas atas periode yang dihitung..............................34

Tabel 2.12 Kombinasi beban untuk perencanaan tegangan kerja.........................35

Tabel 2.13 Sifat-sifat untuk tekanan tanah...........................................................39

Tabel 2.14 Faktor kepentingan.............................................................................43

Tabel 2.15 Faktor tipe bangunan..........................................................................43

Tabel 2.16 Koefisien geser dasar untuk tekanan tanah lateral..............................44

Tabel 2.17 Nilai koefisien daya dukung tanah Terzaghi......................................47

Tabel 2.18 Tebal selimut minimum......................................................................49

Tabel 3.1 Rekap hasil uji SPT titik BH-04...........................................................61

Tabel 3.2 Spesifikasi spun pile PT. WIKA beton untuk Ø50...............................62

Tabel 4.1 Perhitungan nilai N-SPT rata-rata.........................................................70

Tabel 4.2 Perhitungan data SPT............................................................................71

xix
Tabel 4.3 Perhitungan modulus of subgrade reaction..........................................76

Tabel 4.4 Konstanta pegas arah horizontal (Ksh) dan vertikal (Ksv)...................76

Tabel 4.5 Perhitungan berat sendiri struktur.........................................................82

Tabel 4.6 Perhitungan beban mati tambahan........................................................82

Tabel 4.7 Penentuan kelas situs............................................................................87

Tabel 4.8 Rekap beban yang bekerja pada pile slab.............................................96

Tabel 4.9 Kombinasi pembebanan struktur pile slab..........................................101

Tabel 4.10 Defleksi dan rotasi maksimum struktur jembatan pile slab..............103

Tabel 4.11 Gaya dalam maksimum pada tiang pancang.....................................103

Tabel 4.12 Gaya dalam maksimum pada pile cap...............................................103

Tabel 4.13 Gaya dalam maksimum pada slab.....................................................104

Tabel 4.14 Momen dan gaya geser ultimit pada slab dihitung secara manual....112

Tabel 4.15 Perbandingan tulangan pile cap desain dan hasil perhitungan..........116

Tabel 4.16 Perbandingan tulangan slab desain dan hasil perhitungan................116

Tabel 4.17 Evaluasi kekuatan tiang pancang......................................................116

Tabel 4.18 Rangkuman titik uji SPT bor hole 4..................................................120

Tabel 4.19 Korelasi nilai N-SPT dengan karakteristik tanah..............................121

Tabel 4.20 Uraian dimensi struktur jembatan pile slab dan berat volume..........125

Tabel 4.21 Uraian dimensi struktur abutment.....................................................126

Tabel 4.22 Perhitungan berat sendiri struktur pile slab.......................................127

Tabel 4.23 Perhitungan berat sendiri struktur abutment.....................................128

Tabel 4.24 Perhitungan beban mati tambahan pada struktur abutment...............129

Tabel 4.25 Perhitungan tekanan tanah di belakang abutment.............................132

Tabel 4.26 Perhitungan waktu getar alami struktur............................................141

xx
Tabel 4.27 Distribusi beban gempa pada abutment.............................................143

Tabel 4.28 Rekap beban kerja pada abutment.....................................................147

Tabel 4.29 Kombinasi 1 (MS + MA + TA + TD)...............................................148

Tabel 4.30 Kombinasi 2 (MS + MA + TA + TD + TB + EW)...........................149

Tabel 4.31 Kombinasi 3 (MS + MA + TA + TD + TB + EW + FB)..................149

Tabel 4.32 Kombinasi 4 (MS + MA + TA + TD + TB + ET + EW + FB).........150

Tabel 4.33 Kombinasi 5 (MS + MA + EQ).........................................................150

Tabel 4.34 Rekap kombinasi beban kerja pada abutment...................................151

Tabel 4.35 Kontrol stabilitas guling arah X........................................................152

Tabel 4.36 Kontrol stabilitas guling arah Y........................................................153

Tabel 4.37 Kontrol stabilitas geser arah X..........................................................154

Tabel 4.38 Kontrol stabilitas geser arah Y..........................................................155

Tabel 4.39 Rekap beban kerja pada pile cap.......................................................158

Tabel 4.40 Kombinasi-1 beban ultimit pile cap..................................................158

Tabel 4.41 Kombinasi-2 beban ultimit pile cap..................................................159

Tabel 4.42 Kombinasi-3 beban ultimit pile cap..................................................159

Tabel 4.43 Kombinasi-4 beban ultimit pile cap..................................................160

Tabel 4.44 Kombinasi-5 beban ultimit pile cap..................................................160

Tabel 4.45 Rekapitulasi kombinasi beban ultimit pile cap.................................161

Tabel 4.46 Perhitungan berat sendiri breast wall................................................161

Tabel 4.47 Perhitungan tekanan tanah pada breast wall.....................................162

Tabel 4.48 Perhitungan beban gempa pada breast wall......................................163

Tabel 4.49 Perhitungan tekanan tanah dinamis breast wall................................164

Tabel 4.50 Rekap beban yang bekerja pada breast wall.....................................165

xxi
Tabel 4.51 Kombinasi-1 beban ultimit breast wall.............................................165

Tabel 4.52 Kombinasi-2 beban ultimit breast wall.............................................166

Tabel 4.53 Kombinasi-3 beban ultimit breast wall.............................................166

Tabel 4.54 Kombinasi-4 beban ultimit breast wall.............................................167

Tabel 4.55 Kombinasi-5 beban ultimit breast wall.............................................167

Tabel 4.56 Rekapitulasi beban ultimit breast wall..............................................168

Tabel 4.57 Perhitungan tekanan tanah pada back wall........................................169

Tabel 4.58 Rekapitulasi beban ultimit pada back wall........................................171

Tabel 4.59 Gaya aksial maksimu dan minimum yang diderita satu tiang pancang

Tinjauan arah X.................................................................................180

Tabel 4.60 Gaya aksial maksimu dan minimum yang diderita satu tiang pancang

Tinjauan arah Y.................................................................................181

Tabel 4.61 Rekapitulasi Perhitungan penulangan abutment...............................185

Tabel 4.62 Perhitungan data SPT........................................................................186

Tabel 4.63 Data susunan tiang pancang..............................................................192

Tabel 4.64 Rekap kombinasi beban ultimit pile cap...........................................192

Tabel 4.65 Perbandingan penulangan struktur abutment....................................198

xxii
BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jalan tol adalah jalan umum yang merupakan bagian sistem jaringan

jalan dan sebagai jalan nasional yang penggunanya diwajibkan membayar

untuk dapat melewatinya. Jalan tol dikhususkan untuk kendaraan bersumbu

lebih dari dua (mobil, bus, truk) yang bertujuan untuk mempersingkat jarak

dan waktu tempuh dari satu tempat ke tempat yang lain (UU no. 38 tahun

2004).

Pembangungan jalan tol saat ini telah banyak dilakukan, salah satunya

adalah jalan tol Balikpapan – Samarinda. Jalan tol Balikpapan – Samarinda

merupakan salah satu proyek infrastruktur koridor Kalimantan dari

program MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan

Ekonomi Indonesia) yang dikelola oleh pemerintah. Jalan tol tersebut

menghubungkan dua kota besar yang menjadi pusat perekonomian Provinsi

Kalimantan Timur. Selama ini satu-satunya jalan penghubung Kota

Samarinda dan Balikpapan melalui samboja dengan panjang 115 km

dengan waktu tempuh 3 jam. Dengan adanya jalan tol tersebut maka akses

jalan dan waktu tempuh menjadi lebih singkat hingga pada akhirnya roda

perekonomian menjadi lebih berkembang. Jalan tol Balikpapan - Samarinda

dirancang menggunakan perkerasan kaku dengan panjang total 99,02 km

(Kompas Online, 2017). Trase jalan tol dirancang seefektif mungkin

dengan menargetkan kemudahan pekerjaan agar proyek dapat selesai

dengan cepat. Atas dasar hal tersebut trase jalan tol lebih banyak melewati

daerah datar dan lembah sehingga mengakibatkan banyak terjadi pekerjaan

timbunan.
1
2

Berdasarkan kondisi geografis, kota Balikpapan memiliki wilayah yang

berbukit-bukit dengan dominan jenis tanah podsolik merah kuning yang memiliki

lapisan top soil tipis dan batuannya muda sehingga tanahnya bersifat labil (Amanda,

2013). Kondisi geografis tersebut memberikan indikasi bahwa kondisi tanah pada

daerah Balikpapan rentan mengalami amblas bahkan kelongsoran. Hal tersebut

dibuktikan dengan terjadinya kelongsoran pada lokasi pekerjaan jalan tol segmen 3

STA 9+300 sampai dengan STA 9+425. Kelongsoran yang terjadi merupakan

faktor dari tanah dasar yang kurang baik. Tanah dasar tidak dapat memikul beban

timbunan diatasnya sehingga ketika tanah dasar mengalami penurunan yang tidak

seragam, tanah timbunan akan mengalami kelongsoran.

Terdapat beberapa metode dalam menangani masalah tanah yang kurang baik

tersebut seperti, dinding penahan tanah, bronjong, jembatan tipe pile slab dan lain

sebagainya. Namun pada kasus di jalan tol Balikpapan-Samarinda, konstruksi

dinding penahan tanah dan bronjong menjadi kurang efektif akibat tanah timbunan

yang terlalu tinggi dan dikhawatirkan jika dipaksakan, konstruksi tersebut

mengalami pergeseran bahkan kepatahan akibat konsolidasi dan pergerakan tanah

dasar pada beberapa tahun yang akan datang. Oleh karena itu, penanganan yang

paling efektif digunakan adalah jembatan tipe pile slab. Jembatan pile slab

merupakan konstruksi pelat satu arah yang langsung ditumpu oleh sistem grup tiang

pancang (Solakhuddin, 2010). Dimana struktur hanya terdiri dari slab, pile cap,

tiang pancang dan abutment. Unsur kekuatannya tergantung pada kekuatan tiang

pancang yang menopangnya. Tiang pancang yang langsung menumpu pada tanah

keras akan mendesak tanah, mempererat butiran dan memperkecil rongga dalam

tanah sehingga tanah menjadi lebih stabil.


Jembatan pile slab sudah cukup banyak digunakan sebagai alternatif

konstruksi. Tidak hanya sebagai solusi untuk tanah dasar yang kurang baik,

melainkan juga digunakan sebagai jalan pendekat jembatan hingga jembatan untuk

jalan tol. Solakhuddin (2010) menyatakan bahwa konstruksi pile slab memiliki

angka penilaian paling tinggi dari segi kecepatan konstruksi, kemudahan, kekuatan,

biaya pekerjaan, dan biaya perawatan sehingga paling efektif ditinjau dari aspek

teknis dan biaya. Selain itu Kurniadi (2016) menyatakan desain struktur slab on

pile aman secara analitis mulai dari struktur slab, pile cap hingga kapasitas dan

daya dukung tiang pancang untuk mengatasi masalah kondisi tanah yang sangat

lunak.

Untuk memastikan kinerja dari struktur jembatan tipe pile slab terhadap

kondisi tanah yang kurang baik pada segmen 3 STA 9+300 sampai dengan STA

9+425, perlu dilakukan kajian sistem struktur pada desain perencanaan sebelum

dilakukan pembangunan. Kajian tersebut berupa evaluasi kekuatan struktur yang

meliputi pemeriksaan kekuatan elemen-elemen struktur yang terdiri dari slab

(pelat), pile cap, tiang pancang, dan abutment. Selain kekuatan, didalamnya perlu

ada pemeriksaan terhadap kekakuan tiang dengan cara memeriksa

lendutan/simpangan yang terjadi pada tiang pancang terhadap beban-beban yang

bekerja pada struktur jembatan pile slab.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dipilih judul Skripsi “Evaluasi

Kekuatan Struktur Jembatan Tipe Pile Slab Pada Ruas Jalan Tol Balikpapan-

Samarinda Segmen 3 STA 9+300”.

Rumusan Masalah

Berdasarkan beberapa uraian latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya,

maka didapat rumusan masalah sebagai berikut:


1. Apakah tulangan lentur dan tulangan geser yang dipasang pada pile cap dan slab

sesuai dengan momen dan gaya geser yang terjadi?

2. Bagaimana kekuatan dan kapasitas dukung tiang pancang terhadap gaya yang

bekerja?

3. Bagaimana kekakuan struktur jembatan pile slab?

4. Apakah desain abutment mampu memikul struktur jembatan pile slab?

Maksud dan Tujuan

Maksud dari penyusunan Skripsi ini adalah untuk mengevaluasi kekutan

struktur pada jembatan tipe pile slab pada ruas jalan tol Balikpapan – Samarinda

Segmen 3 dan memiliki tujuan antara lain:

1. Menghitung tulangan lentur dan tulangan geser yang dibutuhkan pada pile cap

dan slab.

2. Menghitung kekuatan dan kapasitas dukung tiang pancang terhadap gaya yang

bekerja.

3. Menghitung kekakuan struktur jembatan pile slab.

4. Menghitung kemampuan abutment dalam memikul struktur jembatan pile slab.

Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penulisan tugas akhir adalah sebagai berikut.

1. Perhitungan pembebanan menggunakan standar pembebanan untuk jembatan

SNI T-02-2005.

2. Perhitungan penulangan struktur beton menggunakan SNI 03-2847-2002

tentang Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung.

3. Perhitungan beban gempa untuk analisa struktur jembatan pile slab

menggunakan SNI 1726-2012 tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan

Gempa untuk Struktur


Gedung dan Non Gedung, sedangkan untuk perhitungan beban gempa pada

abutment menggunakan SNI T-02-2005.

4. Perhitungan daya dukung aksial tiang pancang berdasarkan brosur PT. WIKA

beton dan uji SPT.

5. Sambungan antara pile cap dan slab menggunakan sistem monolit.

6. Pemodelan dan analisa struktur menggunakan aplikasi SAP 2000 v.19.

7. Panjang pemodelan struktur di aplikasi SAP 2000 v.19 hanya sampai dilatasi

pertama yakni 45 m.

8. Tidak mengevaluasi efektivitas tiang pancang.


BAB II
LANDASAN TEORI

Umum

Secara umum definisi jembatan adalah bangunan pelengkap jalan yang

berfungsi sebagai penghubung dua bagian jalan yang terputus oleh adanya

rintangan seperti limbah yang dalam, alur sungai, danau, saluran irigasi, kali, jalan

kereta api, jalan raya yang melintang tidak sebidang dan lain-lain (Pranoto, 2016).

Jembatan merupakan bagian dari jalan dan termasuk salah satu bangunan

pelengkap jalan. Klasifikasi jembatan dapat dibedakan berdasarkan bahan

konstruksi dan tipe strukturnya (Supriyadi, 2007).

Berdasarkan bahan konstruksinya, jembatan dapat dibedakan menjadi beberapa

macam antara lain:

1. Jembatan kayu (log bridge)

2. Jembatan beton (concrete bridge)

3. Jembatan beton prategang (prestressed concrete bridge)

4. Jembatan baja (steel bridge)

5. Jembatan komposit (compossite bridge)

Berdasarkan tipe strukturnya, jembatan dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Jembatan plat (slab bridge)

2. Jembatan plat berongga (voided slab bridge)

3. Jembatan gelagar (girder bridge)

4. Jembatan rangka (truss bridge)

5. Jembatan pelengkung (arch bridge)

6
7

6. Jembatan gantung (suspension bridge)

7. Jembatan kabel (cable stayed bridge)

8. Jembatan kantilever (cantilever bridge)

Struktur jembatan dapat dibedakan menjadi dua macam yakni struktur atas

(Superstructure) dan struktur bawah (Substructure). Struktur atas jembatan

merupakan bagian yang berhubungan langsung dengan beban-beban lalu lintas yang

bekerja. Sedangkan struktur bawah merupakan bagian yang menerima beban dari

struktur atas dan meneruskannya ke lapisan pendukung (tanah keras) dengan aman.

Jembatan Pile Slab

Menurut Solakhuddin (2010), struktur pile slab adalah struktur pelat satu arah

(one way slab) yang langsung ditumpu oleh pile cap dan diteruskan ke sistem grup

tiang pancang. Sesuai dengan penjelasan diatas, bagian utama jembatan pile slab

hanya terdiri dari slab, pile cap, dan tiang pancang. Slab memikul beban lalu lintas,

kemudian beban tersebut ditransfer ke pile cap dan tiang pancang yang kemudian

diteruskan ke tanah.

Struktur Jembatan pile slab sedikit berbeda dari jembatan pada umumnya.

Struktur jembatan ini terkesan lebih sederhana karena struktur atas dan bawahnya

dapat dikatakan langsung menjadi satu kesatuan. Jika pada umumnya abutment

memikul seluruh beban struktur atas, tidak demikian pada jembatan pile slab.

Beban yang terjadi dipikul oleh tiang pancang yang tersusun sepanjang bentang

jembatan sehingga beban yang bekerja pada abutment tidak terlalu besar. Oleh

karena itu tipe abutment yang digunakan cukup abutment tipe balok cap saja.

Secara umum struktur jembatan pile slab dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Sumber: Hasil Olahan

Gambar 2.1 Potongan memanjang jembatan pile slab

Sumber: Hasil Olahan

Gambar 2.2 Potongan melintang jembatan pile slab

Studi Pustaka

Dalam penerapannya di dunia konstruksi, eksistensi jembatan pile slab sudah

cukup banyak dikenal di nusantara. Mulai dari penerapannya untuk mengatasi

kondisi tanah dasar yang lunak, alternatif jalan pendekat jembatan pengganti oprit

(tanah timbunan di belakang abutment), hingga untuk konstruksi jalan tol. Berikut

akan dipaparkan beberapa kajian dan jurnal terkait dengan penerapan jembatan pile

slab di dunia konstruksi.


1. Solakhuddin (2010), Kajian Teknis Perbandingan Penerapan Tipe Kontruksi

Cakar Ayam, Road on Pile, dan Pile Slab Pada Pembangunan Jalan Tol

Simpang Susun Waru-Juanda Sidoarjo, Jawa Timur.

Bahasan penelitian tersebut adalah melakukan kajian tipe konstruksi yang

dinilai menggunakan bobot penilaian (skala 1-3) terhadap 5 parameter yakni

cepat, mudah, kuat, biaya pekerjaan, dan biaya perawatan.

Dari hasil penilaian tersebut, didapatkan nilai untuk konstruksi cakar ayam

sebesar 1,90, konstruksi pile slab sebesar 2,10 dan konstruksi road on pile

sebesar 2,0. Maka dapat disimpulkan bahwa konstruksi pile slab paling efektif

digunakan sebagai tipe konstruksi di jalan tol.

2. Khrisnawan, dkk (2016), Perencanaan Struktur Jembatan Slab on Pile Sungai

Brantas Dengan Menggunakan Metode Pracetak Pada Proyek Tol Solo-

Kertosono STA 176+050-STA 176+375.

Bahasan jurnal tersebut adalah merancang jembatan pile slab dengan metode

pracetak sebagai konstruksi jalan pendekat jembatan. Elemen pelat

direncanakan menggunakan jenis pelat pracetak full slab dengan sistem

penulangan prategang parsial. Perhitungan tegangan untuk sistem prategang

pada elemen pelat pracetak prategang dianalisis terhadap tiga kondisi, yaitu

pada saat pengangkatan, pemasangan dan pada kondisi beban layan. Desain

yang dipakai adalah desain yang mampu menahan kombinasi beban yang

bekerja dalam semua kondisi tersebut.

Dari hasil analisa struktur didapatkan desain yang aman secara analitis dengan

spesifikasi tebal rencana slab 350 mm, penulangan slab untuk momen positif 14

strand Ø 12,7 dengan tambahan tulangan 14 D13, sedangkan untuk momen


negatif menggunakan tulangan 18 D25 + 18 D16, dan D13-200 untuk tulangan

susut arah melintang.

3. Kurniadi, dkk (2015) Desain Struktur Slab on Pile.

Bahasan jurnal tersebut adalah merancang jembatan pile slab untuk mengatasi

kondisi tanah lunak pada trase jalan Sebelimbingan – Martadipura. Pemodelan

pondasi tiang pancang menggunakan model tumpuan pegas elastis dan analisa

struktur menggunakan SAP 2000.

Dari hasil analisa struktur diperoleh gaya dan momen yang akan digunakan

sebagai dasar penulangan pile cap dan slab. Setelah itu dilakukan kontrol

terhadap deformasi, dan diperoleh nilai lendutan/simpangan yang terjadi sebesar

4,63 cm lebih kecil dari lendutan/simpangan yang diijinkan yakni 7 cm.

4. Setyo (2017), Optimasi Biaya Perbandingan Perencanaan Slab on Pile Dengan

Variasi Bentang.

Bahasan dari jurnal tersebut adalah melakukan penelitian jembatan pile slab

dengan bentang bervariasi 5 m. 7,5 m, dan 10 m dan menganalisis kebutuhan

biaya diantara bentang tersebut interval 0,5 m sampai dengan bentang 10,00 m.

Biaya pekerjaan dilakukan dengan menghitung volume struktur utama masing-

masing dari hasil desain jembatan pile slab berdasarkan bentang kemudian

dikalikan dengan harga satuan pekerjaan.

Dari hasil penelitian menunjukkan pada bentang 5,0 m membutuhkan biaya Rp.

37.696.130.298. Biaya tersebut mengalami penurunan sampai dengan bentang

7,50 m, kemudian meningkat sampai bentang 10,0 m. Desain paling optimal

terjadi pada bentang 7,50 m dengan biaya 37.477.145.391.


Korelasi Karakteristik Tanah

Korelasi karakteristik tanah dapat digunakan jika tidak terdapat data

karakteristik dari hasil uji pengujian lab. Pada umumnya korelasi yang sering

dilakukan berdasarkan hasil pengujian SPT dan dibedakan dua jenis tanah yakni

tanah kohesif dan tanah non kohesif.

Tabel 2.1 Korelasi nilai N-SPT dengan karakteristik tanah


Cohesionless Soil
N (blows) 0-3 4-10 11-30 31-50 >50
γ (kN/m3) - 12-16 14-18 16-20 18-23
Φ (°) - 25-32 28-36 30-40 >35
State Very Loose Loose Medium Dense Very Dense
Dr (%) 0-15 15-35 35-65 65-85 85-100
Cohesive Soil
N (blows) <4 4-6 6-15 16-25 >25
γ (kN/m3) 14-18 16-18 16-18 16-20 >20
qu (kPa) <25 20-50 30-60 40-200 >200
Consistency Very Soft Soft Medium Stiff Hard
Sumber: Bowles (1984) dalam Rini (2014)

Dalam menentukan nilai sudut geser berdasarkan korelasi dari nilai N-SPT,

Kishida (1967) dalam Rini (2014) mengeluarkan persamaan pendekatan sebagai

berikut.

ϕ = (20 . N)0,25 + 15............................................................................................(2.1)

Sunggono (1995) dalam Rini (2014) menyatakan persamaan untuk menentukan

nilai kohesi (c) berdasarkan data pengujian tanah di lapangan adalah sebagai

berikut. c = 0,10 . N...........................................................................................(2.2)

Keterangan:

c = kohesi dalam tanah (kN/m2)


ϕ = sudut gesek (°)

N= nilai N pada kedalaman yang ditinjau

Analisis Daya Dukung Aksial Tiang Pancang Tunggal

Untuk mengetahui kemampuan daya dukung aksial tiang pancang dalam

memikul beban-beban yang ada, perlu dilakukan analisis struktur secara

menyeluruh. Analisis daya dukung aksial tiang pancang dihitung berdasarkan dua

parameter, yakni berdasarkan brosur PT. WIKA beton dan berdasarkan data SPT.

Dari kedua parameter tersebut akan diambil nilai daya dukung terkecil sebagai

dasar untuk perhitungan selanjutnya.

Daya Dukung Aksial Tiang Pancang Berdasarkan Brosur PT. WIKA beton

PT. WIKA beton merupakan perusahaan yang bergerak di bidang produksi

beton. Produk beton yang dihasilkan beraneka ragam dan salah satunya adalah

prestressed spun pile. Produk beton yang dicetak dijaga ketat kualitasnya dengan

melakukan berbagai tahapan pengujian menggunakan mesin khusus sebelum siap

dipasarkan. Nilai-nilai pengujian beton tersebut tertera pada brosur PT. WIKA

beton. Khusus untuk tiang pancang prestressed spun pile disediakan data spesifikasi

mulai dari diameter, berat, momen ijin, hingga daya dukung aksial yang

diperbolehkan. Atas dasar hal tersebut maka daya dukung ijin aksial tiang pancang

diambil pula berdasarkan brosur PT. WIKA beton.

Daya Dukung Aksial Tiang Pancang Berdasarkan Data SPT

Perhitungan daya dukung berdasarkan data N-SPT menggunakan teori

Meyerhof (1956) dalam Ahmad (2016). Daya dukung pondasi tiang pancang

berdasarkan data SPT terdiri atas daya dukung ujung (Pb) dan daya dukung

friksi/gesek (Ps). Namun dalam perhitungannya untuk mendapatkan nilai daya


dukung netto, harus dikurangi dengan berat tiang pancang itu sendiri (Wp). Adapun

persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut.

Pb = m × Nb × Ab.............................................................................................(2.3)

Ps = n × Nr × As...............................................................................................(2.4)

Wp = Ab × L × γtiang.........................................................................................................................................(2.5)

Pijin = (Pb + Ps – Wp)/SF...................................................................................(2.6)

Dengan:

m = Koefisien perlawanan ujung tiang yang dianjurkan bernilai sebesar 40.

n = Koefisien perlawanan ujung tiang yang nilainya ditentukan

berdasarkan

jenis tanah. Digunakan n = 0,2 untuk tanah lempung kepasiran, dan n =

0,5 untuk tanah kelanauan.

Pb = Daya dukung ujung (ton)

Ps = Daya ukung friksi/gesek (ton)

Wp = Berat sendiri tiang pancang (ton)

Nb = (N1+N2) / 2

N1 = Nilai rata-rata N-SPT sepanjang 8D di atas ujung tiang

N2 = Nilai rata-rata N-SPT sepanjang 4D di bawah ujung tiang

Ab = Luas penampang dasar tiang (m2)

As = Luas selimut tiang (m2)

Nr = Nilai rata-rata N-SPT di sepanjang tiang


L = Panjang total tiang pancang (m)

γtiang = Massa jenis tiang pancang

(ton/m3) SF = Angka keamanan diambil

2,5

Analisis Daya Dukung Lateral Tiang Pancang

Analisis daya dukung lateral tiang pancang menggunakan metode Broms

(1964) dalam Hardiyatmo (2014). Metode perhitungan ini menggunakan diagram

tekanan tanah yang disederhanakan dengan menganggap bahwa sepanjang

kedalaman tiang, reaksi atau tahanan tanah mencapai nilai ultimit. Broms

membedakan kondisi kepala tiang dalam kondisi kepala tiang bebas dan kepala

tiang terjepit serta kondisi tiang dalam maupun kondisi tiang pendek. Perhitungan

daya dukung lateral tiang dihitung berdasarkan defleksi tiang maksimum.

Untuk metode defleksi tiang maksimum, Broms (1964) dalam Hardiyatmo

(2014), membedakan kondisi tanah pada tiang yakni pada tanah kohesif dan pada

tanah granuler. Dalam penerapannya di lapangan sangat jarang ditemui tiang

pancang digunakan pada tanah granuler sehingga kondisi tanah yang digunakan

adalah kondisi tanah kohesif. Hitungan defleksi tiang dalam tanah kohesif metode

Broms didasarkan pada teori elastis dengan tanpa memperhatikan defleksi akibat

konsolidasi tanah yang terjadi pada waktu jangka panjang.

Defleksi tiang maksimum (yo) memiliki nilai ijin sebesar 0,006 m. Defleksi

dalam tanah kohesif dikaitkan dengan faktor tak berdimensi β.L dengan β dihitung

dengan rumus:

𝑘ℎ.𝑑 1
β = (4.𝐸𝑝.𝐼𝑝 4
) ................................................................................................... (2.7)
Besarnya nilai kh ditentukan dengan persamaan:

kh = 𝑛ℎ . (𝑧/𝑑)........................................................................................................................ (2.8)

Dengan:

β = koefisien defleksi tiang

kh = modulus reaksi subgrade horizontal (kN/m3)

nh = koefisien variasi modulus (kN/m3)

d = diameter tiang pancang (m)

Ep = modulus elastisitas tiang (kN/m2)

Ip = momen inersia penampang (m4)

Menurut Broms (1964) dalam Hardiyatmo (2014), defleksi ujung tiang di

permukaan tanah (yo) dinyatakan oleh persamaan – persamaan yang bergantung

pada tipe jepitan tiang sebagai berikut.

1. Tiang ujung bebas berkelakuan seperti tiang pendek bila β.L < 1,5 dengan

besarnya defleksi tiang di permukaan tanah:

o 4.𝐻𝑢.(1+1,5𝑒/𝐿).........................................................................................................................
y = 𝑘ℎ.𝑑.𝐿 (2.9)

2. Tiang ujung bebas dianggap seperti tiang panjang (tidak kaku), bila β.L ≥ 2,5

dengan besarnya defleksi tiang di permukaan tanah:

o 2.𝐻𝑢.𝛽(𝑒.𝜷+1).............................................................................................................................
y = 𝑘ℎ.𝑑 (2.10)

3. Tiang ujung jepit dianggap berkelakuan seperti tiang pendek bila β.L < 0,5

dengan besarnya defleksi tiang di permukaan tanah:


𝐻𝑢
yo = ................................................................................................... (2.11)
𝑘ℎ.𝑑.𝐿
4. Tiang ujung jepit dianggap sebagai tiang panjang (tidak kaku) bila β.L ≥ 1,5

dengan besarnya defleksi tiang di permukaan tanah:


𝐻𝑢.𝛽..................................................................................................................................................
yo = (2.12)
𝑘ℎ.𝑑

Keterangan :

yo = defleksi tiang maksimum (m)

Hu = beban lateral ultimit (kN)

e = jarak beban lateral terhadap muka tanah (m)

L = kedalaman tiang (m)

kh = koefisien reaksi subgrade horizontal (kN/m3)

d = diameter tiang (m)

Nilai koefisien variasi modulus (nh) yang digunakan untuk mencari nilai

modulus reaksi subgrade horizontal (kh), diperoleh berdasarkan tabel berikut.

Tabel 2.2 Nilai – nilai nh untuk tanah kohesif

Tanah nh (kN/m3) Referensi


Lempung terkonsolidasi 166 – 3518 Reese dan Matlock (1956)
Normal lunak 277 – 554 Davisson dan Prakash (1963)
Lempung terkonsolidasi 111 – 277 Peek dan Davisson (1962)
Normal organik 111 – 831 Davisson (1970)
55 Davisson (1970)
Gambut
27,7 – 111 Wilson dan Hilts (1967)
Loess 8033 – 11080 Bowles (1968)
Sumber: Analisis dan Perancangan Fondasi 1, Hardiyatmo (2014)

Daya Dukung dan Gaya Aksial Tiang Pancang Kelompok

Dalam perhitungan pondasi tiang pancang pada abutment, perhitungan daya

dukung maupun gaya aksial yang terjadi dihitung berdasarkan tiang pancang
kelompok. Dimana daya dukung aksial turut memperhitungkan efisiensi tiang dan

gaya aksial ditinjau berdasarkan konfigurasi/susunan tiang pancang.

Efisiensi Kelompok Tiang

Mobilisasi tekanan pada susunan tiang pancang digambarkan secara skematik

pada Gambar 2.3.

Sumber: Pradoto (1998) dalam Rini (2014)

Gambar 2.3 Skematik mobilisasi tekanan

Berdasarkan skematik tersebut, Pradoto (1998) dalam Rini (2014) memberikan

penjelasan:

a.) Bentuk diagram tegangan keruntuhan berupa gelembung pada 1 tiang;

b.) Gelembung tekanan pada kumpulan tiang dimana jarak tiang S > 6D

(perhitungan tiang kelompok); dengan D = diameter.

c.) Gelembung tekanan pada kelompok tiang dimana jarak tiang 2,5D < S < 6D

(perhitungan tiang kelompok); dengan D = diameter.

Kapasitas daya dukung ijin tiang kelompok merupakan perkalian antara daya

ukung aksial ijin dengan efisiensi kelompok tiang. Persamaan untuk menghitung

efisiensi kelompok tiang menggunakan persamaan Converse-Labarre formula

dalam Hardiyatmo (2014) sebagai berikut.

(𝑛−1).𝑚+(𝑚−1).𝑛.............................................................................................................................................
Eg = 1 – ϴ 90.𝑛.𝑚 (2.13)

Dimana:
Eg = efisiensi kelompok tiang;

ϴ = Arc tan D/S dalam derajat (°)

n = banyaknya tiang pancang dalam baris (buah)

m = banyaknya baris dalam tiang (buah)

D = diameter tiang (m)

S = jarak antar tiang (m)

Kapasitas Dukung Aksial Tiang Pancang Tunggal Dalam Kelompok

Menurut Hardiyatmo (2014) persamaan untuk menghitung kapasitas daya

dukung aksial total adalah:

Qpg = Pijin x E.....................................................................................................(2.14)

Dimana:

Qpg = kapasitas dukung ijin aksial tiang (kN)

Pijin= kapasitas daya dukung maksimal satu tiang (kN)

E = efisiensi kelompok tiang (E ≤ 1)

Gaya Aksial Maksimal Yang Diterima Tiang Pancang

Beban aksial yang diterima tiang pancang untuk struktur abutment dihitung

momen yang bekerja dua arah yaitu arah x dan arah y. Beban aksial maksimal

tersebut harus lebih kecil daripada kapasitas daya dukung aksial tiang pancang

kelompok (Qpg). Untuk menghitung tekanan aksial pada masing-masing tiang

adalah sebagai berikut.

𝑀𝑢𝑥 .𝑋𝑖 𝑀𝑢𝑦 .𝑌𝑖...................................................................................................................................


Pumax = 𝑃𝑢
𝑛 ± Ʃ𝑥𝑖2 ± Ʃ𝑦𝑖2 (2.15)

Dengan syarat: Pumax ≤ Pijin

Dimana:

Pumax = Beban maksimum yang diterima tiang pancang (kN)


Pu = Jumlah total beban normal (kN)

Mux = Momen yang bekerja pada bidang yang tegak lurus sumbu x (kN.m)

Muy = Momen yang bekerja pada bidang yang tegak lurus sumbu y (kN.)

n = Banyaknya tiang pancang dalam kelompok tiang (pile group)

Xi = Jarak Absis (x) terjauh tiang pancang (m)

Yi = Jarak Ordinat (y) terjauh tiang pancang (m)

Ʃxi2 = Jumlah kuadrat absis (x) tiang pancang (m2)

Ʃyi2 = jumlah kuadrat ordinat (y) tiang pancang (m2)

Sumber: Rini (2014)

Gambar 2.4 Beban aksial maksimal yang diterima tiang pancang

Gaya Lateral Tiang Pancang

Selain mampu menahan gaya aksial, tiang pancang juga harus mampu

menahan gaya lateral yang terjadi baik arah x maupun arah y. Mengacu pada

perhitungan Nugroho (2016), besarnya gaya lateral maksimum dihitung dengan

persamaan:

Tmax = √(Tx2 + Ty2).........................................................................................(2.16)

Hmax = Tmax / n...............................................................................................(2.17)

Dengan syarat: Hmax ≤ Hijin

Keterangan:
Tmax = Resultan gaya lateral (kN)

Tx = Gaya lateral arah x akibat beban terfaktor (kN)

Ty = Gaya lateral arah y akibat beban terfaktor (kN)

n = Jumlah tiang pancang (buah)

Hmax = Gaya lateral maksimum yang diterima satu tiang pancang (kN)

Pemodelan Tumpuan Pondasi Tiang Pancang

Untuk menganalisis gaya-gaya dalam (momen lentur, gaya lintang, dan gaya

normal), penurunan arah vertikal (settlement), serta pergeseran pada arah horisontal

dari atau pondasi tiang, dapat dilakukan dengan menggunakan model tumpuan

pegas elastis. Besarnya reaksi yang dapat didukung oleh tanah yang dimodelkan

sebagai tumpuan pegas elastis, tergantung dari besarnya gaya pegas dari tumpuan

yang bersangkutan. Untuk tanah yang dimodelkan sebagai tumpuan pegas elastis,

kemampuan untuk mendukung beban tergantung dari besarnya modulus of

subgrade reaction (ks) dari tanah. Besarnya nilai ks berlainan untuk setiap jenis

tanah. Menurut Bowles (1997) dalam Kurniadi (2015), besarnya modulus of

subgrade reaction kearah vertikal (ksv) dapat ditentukan dari besarnya daya dukung

tanah yang diijinkan (qa), yaitu:

Ksv = 40 × SF × qa (kN/m3)..............................................................................(2.18)

Dengan:

SF = Safety Factor (diambil nilai SF=3)

qa = Daya dukung tanah yang diijinkan (kN/m2)


Jika nilai SF langsung digunakan, maka besarnya modulus subragde of reaction

tanah dalam arah vertikal adalah:

Ksv = 120 × qa (kN/m3).....................................................................................(2.19)

Besarnya modulus of subgrade reaction kearah horisontal (ksh) lebih besar

dibandingkan dengan harga ksv. Untuk perhitungan praktis, besarnya ksh diambil

dua kali dari harga ksv.

Ksh = 2 × Ksv (kN/m3)......................................................................................(2.20)

Menurut Meyerhof (1965) dalam Kurniadi (2015), Desain Struktur Slab on

Pile, hubungan antara daya dukung tanah yang diijinkan (qa) dengan nilai N-SPT

dapat dinyatakan dengan persamaan:

qa = N / 8 (kg/cm2).............................................................................................(2.21)

Modulus of subgrade reaction yang telah diperoleh akan dimodelkan sebagai

spring untuk keperluan analisa struktur menggunakan SAP 2000 v19. Contoh

pemodelan struktur jembatan pile slab untuk analisis strukur dengan SAP 2000

diperlihatkan pada gambar berikut.

Sumber: Indarto. 2015

Gambar 2.5 Tumpuan pegas elastis pada tiang pancang


Sumber: Indarto, 2015

Gambar 2.6 Pemodelan struktur pile slab dengan tumpuan spring

Pembebanan Jembatan Pile Slab

Dalam merencanakan sebuah jembatan sudah menjadi keharusan untuk

menghitung beban-beban yang bekerja pada struktur jembatan. Nilai dari hasil

perhitungan tersebut akan menjadi dasar sebagai perhitungan stabilitas dan

penulangan struktur. Berdasarkan standar SNI T-02-2005 pembebanan untuk

jembatan, terdapat tiga macam jenis beban yang digunakan dalam perhitungan.

Beban-beban tersebut diantaranya:

1. Beban Akibat Aksi Tetap

2. Beban Akibat Aksi Lalu Lintas

3. Beban Akibat Aksi Lingkungan

Jenis beban di atas merupakan beban inti dan masing-masing memiliki sub

perhitungan tersendiri. Perhitungan pembebanan antara jembatan yang satu dengan

yang lainnya tidak mutlak sama. Hal ini berkaitan dengan urgensi dan desain

jembatan yang direncanakan. Pembebanan jembatan pile slab jalan tol samarinda –

balikpapan adalah sebagai berikut.


Beban Akibat Aksi Tetap

Beban akibat aksi tetap pada struktur jembatan pile slab terdiri dari berat

sendiri, beban mati tambahan, beban akibat susut dan rangkak, dan beban pengaruh

tetap pelaksanaan. Namun dalam perhitungan struktur jembatan pile slab beban aksi

tetap yang dihitung hanya berat sendiri dan beban mati tambahan saja.

a.) Berat Sendiri

Berat sendiri adalah berat dari bagian jembatan dan elemen-elemen struktural

lain yang dipikulnya. Termasuk beban ini adalah berat bahan dari bagian

jembatan yang merupakan elemen struktural, ditambah dengan elemen non-

struktur yang dianggap tetap (RSNI T-02-2005). Faktor beban ultimit untuk

berat sendiri beraneka ragam tergantung jenis bahan dan pelaksanaannya.

Khusus untuk beton yang dicor di tempat memiliki faktor beban ultimit = 1,3.

b.) Beban Mati Tambahan

Beban mati tambahan adalah berat seluruh bahan yang membentuk suatu beban

pada jembatan yang merupakan elemen bukan struktural, dan besarnya dapat

berubah selama umur jembatan. Dalam hal tertentu harga faktor beban untuk

beban mati tambahan (KMA) yang telah berkurang boleh digunakan dengan

persetujuan instansi yang berwenang. Hal ini bisa dilakukan apabila instansi

tersebut mengawasi beban mati tambahan sehingga tidak dilampaui selama

umur jembatan (RSNI T-02-2005). Beban mati tambahan memiliki faktor beban

ultimit

= 2,0.

Beban Akibat Aksi Lalu Lintas

Beban lalu lintas untuk jembatan pile slab terdiri atas beban lajur “D” dan

beban Truk “T”, gaya rem, dan gaya sentrifugal.


a.) Beban Lajur “D”

Beban lajur “D” terdiri dari beban tersebar merata (BTR) yang digabungkan

dengan beban garis (BGT) seperti terlihat pada berikut.

Sumber: SNI T-02-2005

Gambar 2.7 Beban lajur “D”

1. Beban Terbagi Rata (BTR)

Beban terbagi rata (BTR) mempunyai instensitas q kpa, dimana

besarnya q tergantung pada panjang total yang dibebani L seperti berikut.

Untuk L ≤ 30m, q = 9,0 kpa.......................................................(2.22)

Untuk L > 30m, q = 9,0 (0,5+15/L) kpa.....................................(2.23)

Dengan,

q = Intensitas BTR dalam arah memanjang jembatan

L = Panjang total jembatan yang dibebani (m)

2. Beban Garis (BGT)

Beban garis (BGT) dengan intensitas p kN/m harus ditempatkan tegak

lurus terhadap arah lalu lintas pada jembatan. Besarnya intensitas p

adalah 49,0 kN/m (RSNI T-02-2005). Penyebaran pembebanan beban

garis (BGT) memiliki beberapa penempatan alternatif seperti gambar

berikut.
Sumber: SNI T-02-2005

Gambar 2.8 Penyebaran beban pada arah melintang

Dalam penerapannya di jalan tol, lalu lintas dianggap penuh sehingga

seluruh lajur lalu lintas dianggap memiliki beban garis (BGT) intensitas

100%.

b.) Beban Truk “T”

Pembebanan truk “T” terdiri dari kendaraan truk semi trailer yang

mempunyai susunan dan berat as seperti terlihat dalam gambar berikut.

Sumber: SNI T-02-2005

Gambar 2.9 Pembebanan truk “T” (500 kN)


Berat masing-masing as disebarkan menjadi 2 beban merata sama besar

yang merupakan bidang kontak antara roda dengan permukaan lantai. Jarak

antara 2 as tersebut dapat diubah-ubah antara 4,0 sampai 9,0 m untuk

mendapatkan pengaruh terbesar pada arah memanjang jembatan.

Dalam perhitungan beban aksi lalu lintas, harus dikali faktor beban dinamis

(FBD) agar nilai beban aksi lalu lintas menjadi lebih efektif. Faktor beban

dinamis (FBD) merupakan hasil interaksi antara kendaraan yang bergerak

dengan jembatan.

Untuk pembebanan lajur “D”, nilai FBD merupakan fungsi dari panjang

bentang ekuivalen seperti tercantum dalam Gambar 2.10. Sedangkan untuk

pembebanan truk “T”, nilai FBD diambil 30% (RSNI T-02-2005).

Sumber: SNI T-02-2005

Gambar 2.10 Faktor beban dinamis untuk pembebanan lajur

Beban lajur “D” dan beban truk “T” memiliki faktor beban ultimit yang

sama yakni 1,8.


c.) Gaya Rem

Pengaruh ini diperhitungkan senilai dengan gaya rem sebesar 5% dari

beban lajur D yang dianggap ada pada semua jalur lalu lintas. Gaya rem dapat

pula dihitung menggunakan grafis yang besarnya berbanding lurus dengan

panjang bentang.

Sumber: SNI T-02-2005

Gambar 2.11 Besarnya gaya rem berdasarkan panjang bentang

Gaya rem tersebut dianggap bekerja horizontal dalam arah sumbu jembatan

dengan titik tangkap setinggi 1,8 m di atas permukaan lantai kendaraan. Faktor

beban ultimit untuk gaya rem sebesar 1,8.

d.) Gaya Sentrifugal

Jembatan yang berada pada jalan tol harus memperhitungkan bekerjanya suatu

gaya horizontal radial yang dianggap bekerja pada tinggi 1,80 meter di atas

lantai jembatan. Gaya sentrifugal dianggap sebanding dengan beban lajur D

tanpa dikalikan FBD (SNI T-02-2005). Gaya sentrifugal memiliki faktor beban

ultimit 1,8. Besarnya gaya sentrifugal ditentukan dengan rumus berikut.

TTR = 0,79 × (V2 /r) × TT...................................................................................................................(2.24)

Dengan pengertian,

TTR = gaya sentrifugal yang bekerja pada bagian jembatan (kN)


TT = pembebanan lalu lintas total yang bekerja bagian yang sama

(kN) V = kecepatan lalu lintas rencana (m/s)

r = jari-jari lengkungan (m)

Beban Akibat Aksi Lingkungan

Aksi lingkungan memasukkan pengaruh angin, temperatur, gempa dan

penyebab alamiah lainnya. Besarnya beban yang diperhitungkan berdasarkan

analisa statistik dari kejadian umum yang tercatat tanpa memperhitungkan hal

khusus yang mungkin akan memperbesar pengaruh setempat (SNI T-02-2005).

a.) Beban Angin

Gaya nominal ultimit dan daya layan jembatan akibat angin tergantung

kecepatan angin rencana seperti berikut ini.

TEW1 = 0,0006 Cw (Vw)2 Ab......................................................................(2.25)

Dengan:

TEW1 = Tekanan angin (kN)

Vw = Kecepatan angin rencana (m/s) untuk keadaan batas yang ditinjau

Cw = Koefisien Seret

Ab = Luas koefisien bagian samping jembatan (m2)

Luas ekuivalen bagian samping jembatan adalah luas total bagian yang

masif dalam arah tegak lurus sumbu memanjang jembatan.

Angin harus dianggap bekerja secara merata pada seluruh bangunan atas,

apabila suatu kendaraan sedang berada di atas jembatan, beban garis merata

tambahan arah horizontal harus diterapkan pada permukaan lantai seperti

diberikan dengan rumus berikut.

TEW2 = 0,0012 Cw (Vw)2 Ab......................................................................(2.26)


Dengan Cw = 1,2 dan faktor beban ultimit untuk beban angin diambil sebesar 1,2.

Parameter-parameter dalam perhitungan seperti kecepatan angin rencana dan

koefisien seret telah disediakan oleh SNI T-02-2005 yang disajikan dalam tabel

berikut.

Tabel 2.3 Kecepatan angin rencana (Vw)


Lokasi
Keadaan Batas Sampai 5 km dari
> 5 km dari pantai
pantai
Daya Layan 30 m/s 25 m/s
Ultimit 30 m/s 30 m/s

Sumber: RSNI T-02-2005

Sedangkan besarnya nilai koefisien seret diambil mengikuti tipe jembatan

pada bangunan atas seperti disajikan dalam Tabel 2.4.

Tabel 2.4 Koefisien seret (Cw)

Tipe Jembatan Cw
Bangunan atas masif (1), (2)
b/d = 1,0 2,1 (3)
b/d = 2,0 1,5 (3)
b/d ≥ 6,0 1,25 (3)
Bangunan atas rangka 1,2
CATATAN (1):
b = lebar keseluruhan jembatan dihitung dari sisi luar sandaran
d = tinggi bangunan atas, termasuk tinggi bagian sandaran yang masif
CATATAN (2):
Untuk harga antara dari b/d bisa diinterpolasi linier
CATATAN (3):
Apabila bangunan atas mempunyai superelevasi, Cw harus dinaikkan sebesar
3% untuk setiap derajat superelevasi, dengan kenaikan maksimum 2,5%.

Sumber: RSNI T-02-2005


b.) Beban Gempa

Analisis struktur jembatan pile slab terhadap beban gempa mengacu pada

Standar Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan

Gedung dan Non Gedung (SNI 03-1726-2012). Perhitungan beban gempa

memiliki langkah prosedur yang harus dilakukan terlebih dahulu sebelum

mendapatkan nilai beban gempa. Langkah tersebut dimulai dari penentuan kelas

situs, menentukan spektrum respon desain, menentukan kategori desain seismik,

periode getar struktur dan pada akhirnya menghitung beban gempa pada

struktur.

1. Penentuan Kelas Situs

Berdasarkan hasil penyelidikan tanah di lokasi, profil tanah memiliki nilai

N- SPT yang berbeda. Untuk penentuan kelas situs, perlu dihitung nilai N-

SPT rata-rata yang dianggap mewakili kondisi tanah di lokasi tersebut.

Besarnya nilai N-SPT rata-rata (Nr) tanah dasar di lokasi proyek:

Nr = ( Σd × N-SPT ) / Σd.......................................................................(2.27)

Berdasarkan perhitungan menggunakan persamaan 2.28 akan diperoleh nilai

yang dapat langsung ditentukan kelas situsnya menggunakan Tabel 2.5.

Tabel 2.5 Klasifikasi kelas situs


Kelas Situs N-SPT
SC (tanah keras, sangat padat dan batuan lunak) >50
SD (tanah sedang) 15 sampai 50
SE (tanah lunak) <15

Sumber: SNI 03-1726-2012

2. Spektrum Respon Desain

Untuk perhitungan beban gempa pada stuktur jembatan pile slab, perlu

dibuat Kurva Respon Spektra Desain untuk lokasi dimana bangunan akan
didirikan. Untuk membuat Kurva Respon Spektrum Desain dilakukan

dengan menggunakan software online yang tersedia pada situs

puskim.pu.go.id (http://puskim.pu.go.id/Aplikasi /desain spektra

indonesia_2011/).

Dari perhitungan spektrum respon desain, akan diperoleh parameter-

parameter seismik sebagai berikut.

a. Percepatan spektrum respon desain pada periode pendek (SDS)

b. Percepatan spektrum respon desain pada periode 1 detik (SD1)

3. Kategori Desain Seismik

Menentukan kategori risiko dengan mengacu pada peraturan SNI 1726-

2012 tentang Kategori Risiko Bangunan Gedung dan Struktur Lainnya

untuk Beban Gempa. Kategori risiko disediakan dalam Tabel 2.6.

Tabel 2.6 Kategori risiko bangunan untuk beban gempa


Jenis Pemanfaatan Kategori Risiko
Gedung dan non gedung yang memiliki risiko rendah
I
terhadap jiwa manusia pada saat terjadi kegagalan
Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang
II
termasuk dalam kategori risiko I,III,IV
Gedung dan non gedung yang memiliki risiko tinggi
III
terhadap jiwa manusia pada saat terjadi kegagalan
Gedung dan non gedung yang ditunjukkan sebagai
fasilitas yang penting;
IV
Gedung dan non gedung yang dibutuhkan untuk
mempertahankan fungsi struktur bangunan lain
Sumber: SNI 03-1726-2012

Menentukan faktor keutamaan gempa menggunakan Tabel 2.7 dengan

menyesuaikan kategori risiko yang telah ditentukan sebelumnya.


Tabel 2.7 Faktor keutamaan gempa (Ie)
Kategori Risiko Faktor Keutamaan Gempa (Ie)
I atau II 1,0
III 1,25
IV 1,50
Sumber: SNI 03-1726-2012

Untuk perhitungan pengaruh beban gempa, Kategori Desain Seismik

(KDS) dari struktur jembatan pile slab harus ditentukan terlebih dahulu

berdasarkan kategori risikonya dan parameter respon spektrum percepatan

desainnya yaitu SDS dan SD1. Kategori desain seismik seperti disajikan pada

tabel berikut.

Tabel 2.8 Kategori desain seismik berdasarkan parameter SDS


Kategori Risiko
Nilai SDS
I atau II atau III IV
SDS < 0,167 A A

0,167 ≤ SDS  0,33 B C

0,33 ≤ SDS  0,50 C D


0,50 ≤ SDS D D

Sumber: SNI 03-1726-2012

Tabel 2.9 Kategori desain seismik berdasarkan parameter SD1


Kategori Risiko
Nilai SD1
I atau II atau III IV
SD1 < 0,067 A A

0,067 ≤ SD1  0,133 B C

0,133 ≤ SD1  0,20 C D


0,20 ≤ SD1 D D

Sumber: SNI 03-1726-2012


Menentukan Koefisien Modifikasi Respon (R), Faktor Kuat Lebih Sistem

(ΩO), dan Faktor Pembesaran Defleksi (Cd) dengan mengacu pada Tabel 2.10.

Tabel 2.10 Faktor R, Cd, dan ΩO untuk sistem penahan gaya gempa

Faktor Batasan Sistem Struktur


Koefisien Faktor
Kuat dan Batasan Tinggi
Sistem Penahan Modifikas Pembesaran
Lebih Struktur (m)
Gaya Seismik i Respon Defleksi
Sistem Kategori Desain Seismik
(R) (Cd)
(ΩO) B C D E F
Struktur Rangka
Pemikul Momen 8 3 5,5 TB TB TB TB TB
Khusus (SRPMK)
Struktur Rangka
Pemikul Momen
5 3 4,5 TB TB TI TI TI
Menengah
(SRPMM)
Struktur Rangka
Pemikul Momen 3 3 2,5 TB TI TI TI TI
Biasa (SRPMB)

Keterangan: TB = Tidak Dibatasi dan TI = Tidak Diijinkan


Sumber: SNI 03-1726-2012

4. Periode Getar Struktur

Periode getar struktur (T) dihitung dengan menggunakan metode

Analisis Ragam (Modal Analysis). Perhitungan periode getar dilakukan

dengan meninjau 2 derajat kebebasan (Degree Of Freedom / DOM) dari

struktur pada arah sumbu-X dan sumbu-Y menggunakan software SAP 2000

v.19.

Menurut SNI 1726-2012, periode getar struktur (T) tidak boleh melebihi

hasil koefisien untuk batasan pada periode getar yang dihitung (Cu) seperti

tercantum pada Tabel 2.11.


Tabel 2.11 Koefisien untuk batas atas peridoe yang dihitung
Parameter Percepatan Respon
Spektra Desain Pada Periode 1 Koefisien Cu
Detik (SD1)

≥ 0,4 1,4

0,3 1,4

0,2 1,5

0,15 1,6

≤ 0,15 1,7

Sumber: SNI 03-1726-2012

5. Beban Gempa Pada Struktur

Besarnya beban gempa pada struktur jembatan pile slab dihitung dengan

menggunakan prosedur Gaya Lateral Ekivalen dengan menggunakan rumus:

V = Cs . W.............................................................................................(2.28)

Dengan:

W = Berat struktur pile slab (Ton)

Cs = Koefisien respon seismik

R = Faktor modifikasi respon

le = Faktor keutamaan gempa

Besarnya nilai Koefisien Respon Seismik (Cs) dihitung dengan

menggunakan rumus:

Cs = SDS /(R/Ie)......................................................................................(2.29)

Nilai Cs yang dihitung dengan rums di atas tidak perlu melebihi nilai Cs

yang dihitung dengan rumus:

Cs = SD1 / T.(R/Ie)..................................................................................(2.30)

Dengan:
SDS = Parameter percepatan spektrum respon desain pada periode

pendek SD1 = Parameter percepatan spektrum respon desain pada

periode 1 detik T = Periode getar struktur (detik)

Kombinasi Beban

Kombinasi beban umumnya didasarkan kepada beberapa kemungkinan tipe

yang berbeda dari aksi yang bekerja secara bersamaan. Beberapa kombinasi beban

mempunyai probabilitas kejadian yang rendah dan jangka waktu yang pendek.

Untuk kombinasi yang demikian maka tegangan yang berlebihan diperbolehkan

berdasarkan prinsip tegangan kerja. Tegangan berlebihan yang diberikan dalam

Tabel 2.12 adalah sebagai presentase dari tegangan kerja yang diizinkan.

Tabel 2.12 Kombinasi beban untuk perencanaan tegangan kerja


Kombinasi No
Aksi
1 2 3 4 5 6 7
Aksi tetap X X X X X X X
Beban lalu lintas X X X X - - X
Pengaruh temperatur - X - X - - -
Beban angin - - X X - - -
Pengaruh gempa - - - - X - -
Tegangan berlebihan
Nilai 25% 25% 40% 50% 30% 50%
yang diperbolehkan ros
Sumber: SNI T-02-2005

Analisis Struktur Jembatan Pile Slab Menggunakan SAP 2000 v.19

Structure Analysis Program (SAP) 2000 merupakan program untuk

perhitungan kekuatan struktur khususnya bangunan-bangunan bertingkat tinggi dan

jembatan. Program ini dapat mempercepat hasil dari analisis. Kinerja dari SAP

2000 adalah membuat model-model struktur atau portal bangunan, kemudian diberi

beban-beban
kerja seperti beban hidup, beban mati, beban gempa, beban angin dan sebagainya.

Output dari program ini adalah momen, gaya geser, dan gaya normal yang terjadi

pada elemen struktur.

Program SAP2000 dapat melakukan perhitungan analisis struktur statik /

dinamik. Saat melakukan desain penampang beton bertulang maupun struktur

baja, SAP2000 juga menyediakan metode interface (antarmuka) yang secara

grafis mudah digunakan dalam proses penyelesaian analisis struktur.

Urutan proses analisis dan desain struktur dalam SAP2000 adalah sebagai

berikut:

1. Penentuan Model Struktur

2. Penetapan Penampang Struktur

3. Penetapan Penampang Elemen Struktur

4. Penetapan Kondisi Pembebanan

5. Penentuan Beban pada Struktur

6. Analisis Model

7. Penampilan Deformasi Struktur

8. Penampilan gaya-gaya dalam

9. Pemeriksaan Tegangan Elemen

Kontrol Terhadap Deformasi

Deformasi adalah perubahan bentuk atau ukuran dari sebuah objek yang dapat

disebabkan oleh gaya dan perubahan suhu. Perubahan bentuk yang dimaksud adalah

terjadinya lengkungan pada bentang suatu elemen. Jika gaya yang diberikan tidak

terlalu besar maka kekuatan ini mungkin cukup untuk melawan gaya yang

diberikan, yang memungkinkan objek untuk mencapai keadaan setimbang baru dan

kembali ke
kondisi semula ketika beban akan dihapus. Jika gaya yang lebih besar diberikan

maka dapat menyebabkan deformasi permanen dari objek atau bahkan

menyebabkan kegagalan struktural (Alaydrus dkk, 2016). Dalam penerapannya di

jembatan pile slab, kontrol deformasi dilaksanakan untuk mengetahui kekakuan

struktur dengan menghitung simpangan ke arah horizontal dari struktur akibat

kombinasi pembebanan yang ditinjau dalam analisis.

Dari hasil analisis struktur oleh program SAP 2000 akan diperoleh nilai

simpangan horizontal pada struktur di permukaan tanah dan simpangan horizontal

pada struktur di slab/pelat. Menurut Indarto (2015) besarnya simpangan yang

diperbesar dihitung dengan persamaan sebagai berikut

Δ = (δa – δb) × Cd / le........................................................................................(2.31)

Dengan:

Δ = Simpangan yang terjadi (cm)

δa = Simpangan horizontal pada struktur di permukaan tanah (cm)

δb = Simpangan horizontal pada struktur di slab/pelat (cm)

Cd = Faktor pembesaran defleksi

le = Faktor keutamaan gempa

Simpangan horizontal yang terjadi memiliki batasan untuk mencegah

terjadinya kegagalan stuktur. Besarnya simpangan yang diijinkan untuk struktur

jembatan pile slab berdasarkan SNI 1726 – 2012 dihitung dengan persamaan:

Δi = 0,02 × H.....................................................................................................(2.32)

Dengan:
Δi = Simpangan yang terjadi (cm)

H = Tinggi slab/pelat dari permukaan tanah rencana (cm)

Perhitungan Struktur Abutment

Abutment merupakan bagian dari struktur bawah jembatan yang terletak pada

pada ujung-ujung jembatan (pangkal jembatan). Abutment berfungsi untuk memikul

semua beban yang bekerja pada struktur atas jembatan dan meneruskannya ke

pondasi. Selain itu abutment juga berfungsi sebagai bangunan penahan tanah.

Pembebanan Abutment

Perhitungan pembebanan mengacu pada pedoman pembebanan perencanaan

jembatan jalan raya SNI T-02-2005. Gaya-gaya yang bekerja pada abutment dapat

dilihat pada gambar di bawah ini.

Sumber: Hasil olahan

Gambar 2.12 Gaya-gaya yang bekerja pada abutment

Keterangan:
PVD : Gaya tekan vertikal akibat beban dari atas (kN)

PMS : Gaya tekan vertikal akibat berat sendiri abutment (kN)

q : Beban merata akibat berat timbunan tanah (kN/m2)


TTB : Gaya rem (kN)

TEW : Beban angin (kN)

TEQ : Tekanan tanah dinamis akibat gempa (kN)


TBF : Gaya gesekan pada perletakan (kN)

TTA : Gaya akibat tekanan tanah (kN)

Pembebanan abutment sedikit berbeda dengan pembebanan pada struktur pile

slab karena menyesuaikan beban yang terjadi pada struktur tersebut. Pembebanan

pada abument terdiri dari:

1. Berat Sendiri Struktur (PMS)

Merupakan muatan yang berasal dari berat sendiri struktur jembatan baik

struktur atas maupun struktur bawah.

2. Beban Mati Tambahan (PMA)

Merupakan muatan yang berasal dari beban tambahan selain struktur utama

jembatan. Umumnya beban mati tambahan terdiri dari aspal, genangan air

hujan, lighting, dan instalasi mechanical electrical.

3. Tekanan Tanah (TTA)

Tekanan tanah lateral ultimit dihitung dengan menggunakan harga nominal dari

ws dan harga rencan dari c dan ϕ. Harga-harga rencana dari c dan ϕ diperoleh

dari harga nominal dengan menggunakan faktor pengurangan kekuatan KR

seperti pada Tabel 2.13. Tekanan tanah lateral yang diperoleh masih berupa

harga nominal dan selanjutnya harus dikalikan dengan faktor beban ultimit

sebesar 1,25.

Tabel 2.13 Sifat-sifat untuk tekanan tanah


Sifat-sifat Bahan
untuk Menghitung Keadaan Batas Ultimit
Tekanan
Tanah
ws' = ws
ϕ’ = tan-1 (KϕR tan ϕ)
Tabel 2.13 Sifat-sifat untuk tekanan tanah (lanjutan)
Sifat-sifat Bahan
untuk Menghitung Keadaan Batas Ultimit
Tekanan
Tanah
c’ = KCR. c
CATATAN:
KϕR dan KCR adalah faktor reduksi kekuatan
bahan KϕR = 0,70
KCR = 1,0
Sumber: SNI T-02-2005

4. Beban lajur “D” (PTD)

Sama seperti sebelumnya beban lajur “D adalah susunan beban pada setiap jalur

lalu lintas yang terdiri dari beban terbagi rata (BTR) sebesar “q” kPa yang

digabung dengan beban garis (BGT) “p” kN/m.

Besarnya nilai beban terbagi rata (BTR) yang dilambangkan dengan “q” dapat

ditentukan dengan persamaan 2.23 dan 2.24.

Sedangkan untuk nilai beban garis (BGT) berdasarkan SNI T-02-2005 nilai “p”

ditentukan sebesar 49 kN/m.

5. Gaya rem (PTB)

Pengaruh pengereman dari lalu-lintas diperhitungkan sebagai gaya dalam arah

memanjang dan dianggap bekerja pada permukaan lantai jembatan. Besarnya

gaya rem arah memanjang jembatan tergantung dari panjang total jembatan (Lt)

sebagai berikut:

TTB = 250 kN untuk Lt ≤ 80 m.............................(2.33)

TTB = 250 + 2.5 × (Lt - 80) kN, untuk 80 ≤ Lt ≤ 180 m...................(2.34)

TTB = 500 kN untuk Lt ≥ 180 m...........................(2.35)


6. Beban angin (PEW)

a.) Angin yang meniup bidang samping jembatan.

Gaya akibat angin yang meniup bidang samping jembatan dihitung dengan

rumus:

TEW1 = 0.0006 × Cw× (Vw)2× Ab.........................................................(2.36)

b.) Angin yang meniup kendaraan

Gaya angin tambahan arah horisontal pada permukaan lantai jembatan

akibat beban angin yang meniup kendaraan di atas lantai jembatan dihitung

dengan rumus:

TEW2 = 0.0012 CW (VW)2 Ab................................................................(2.37)

Keterangan:

Cw = koefisien seret;

Vw = Kecepatan angin rencana (m/det);

Ab = luas bidang samping jembatan ( h x L ) (m2).

c.) Berat angin total

Total beban angin pada Abutment,

TEW = TEW1 + TEW2.........................................................................................................................(2.38)

d.) Transfer beban angin pada lantai jembatan

Gaya pada abutment akibat transfer beban angin ke lantai jembatan dihitung

dengan persamaan:

PEW = 2 x [ ½ . h/x . TEW ] x L/2............................................................(2.39)

Keterangan:

h = tinggi bidang samping

x = jarak antar roda


7. Beban Gempa (PEQ)

Jembatan yang akan dibangun pada daerah-daerah dimana dapat adanya

pengaruh dari gempa bumi pada jembatan dapat diperhitungkan senilai dengan

pengaruh gaya horizontal yang bekerja pada titik berat konstruksi yang ditinjau,

dalam arah yang paling berbahaya. Beban gempa static ekivalen rencana

dihitung dengan rumus:

TEQ = Kh x l x Wt.....................................................................................................................................(2.40)

Dengan, Kh = C × S

Keterangan:

TEQ = gaya geser dasar total pada daerah yang ditinjau (kN)

Kh = koefisien beban gempa horizontal.

I = faktor keutamaan atau kepentingan.

Wt = berat total jembatan, berat sendiri dan beban tambahan (kN)

C = koefisien geser dasar untuk wilayah gempa yang

dipengaruhi oleh waktu getar dan kondisi tanah.

S = faktor tipe yang berhubungan dengan kapasitas penyerapan

energi gempa (daktilitas) dari struktur jembatan.

Waktu getar struktur dihitung dengan rumus:

T = 2 × π × √[WTP/(g × KP)]................................................................................... (2.41)

Dimana:

g = Percepatan gravitasi bumi diambil sebesar 9.81 m/det2

KP = Kekuatan struktur yang merupakan gaya horizontal yang

diperlukan untuk menimbulkan satu lendutan (kN/m).

WTP = PMS struktur atas + 0.5 * PMS struktur bawah (kN).


Beban gempa memiliki faktor beban ultimit sebesar 1,0. Parameter seperti

koefisien geser dasar, faktor kepentingan dan faktor tipe bangunan dapat dilihat

pada tabel berikut.

Tabel 2.14 Faktor kepentingan


Faktor
No Uraian
Kepentingan
Jembatan memuat lebih dari 2000 kendaraan/hari,
1 jembatan pada jalan raya utama atau arteri dan 1,2
jembatan dimana tidak ada rute alternatif.
Seluruh jembatan permanen lainnya dimana rute
alternatif tersedia, tidak termasuk jembatan yang
2 1,0
direncanakan untuk pembebanan lalu lintas yang
dikurangi.
Jembatan sementara dan jembatan yang
3 direncanakan untuk pembebanan lalu lintas yang 0,8
dikurangi.

Sumber: SNI T-02-2005

Tabel 2.15 Faktor tipe bangunan


Jembatan dengan Daerah Sendi
Jembatan dengan
Tipe Beton Prategang
Daerah Sendi Beton
Jembatan Prategang Prategang
Bertulang atau Baja
Parsial Penuh
Tipe A (1) 1,0 F 1,15 F 1,3 F
Tipe B (1) 1,0 F 1,15 F 1,3 F
Tipe C 3,0 3,0 3,0
CATATAN:
(1) Tipe A: jembatan daktail (bangunan atas bersatu dengan bangunan
bawah)
Tipe B: jembatan daktail (bangunan atas terpisah dengan bangunan
bawah)
Tipe C: jembatan tidak daktail (tanpa sendi plastis)
Sumber: SNI T-02-2005
Dengan F merupakan faktor perangkaan yang memiliki persamaan sebagai

berikut.

F = 1,25 – 0,025n ; dengan F ≥ 1,00............................................................(2.42)

Keterangan:

n = jumlah sendi plastis yang menahan deformasi arah lateral pada masing-

masing monolit dari jembatan yang berdiri sendiri-sendiri.

Tabel 2.16 Koefisien geser dasar untuk tekanan tanah lateral


Koefisien Geser Dasar C
Daerah Gempa
Tanah Teguh Tanah Sedang Tanah Lunak
1 0,20 0,23 0,23
2 0,17 0,21 0,21
3 0,14 0,18 0,18
4 0,10 0,15 0,15
5 0,07 0,12 0,12
6 0,06 0,06 0,07
Sumber: SNI T-02-2005

Kontrol Stabilitas Abutment

Sebelum merencanakan penulangan abutment diperlukan perhitungan kontrol

stabilitas abutment untuk mendapatkan dimensi abutment yang tepat.

1. Kontrol Stabilitas Terhadap Geser

Struktur abutment diharuskan aman terhadap gaya geser. Struktur jembatan

tidak boleh mengalami pergeseran meskipun hanya sedikit karena hal tersebut

dapat menyebabkan kegagalan struktur. Gaya yang menyebabkan terjadinya

gaya geser adalah Tx dan Ty sedangkan gaya yang melawan geser adalah tanah

di dasar pile cap (H).


P

Ty

Tx
P

Bx/2 O Bx/2 H
H By

Sumber: Hasil olahan

Gambar 2.13 Gaya geser yang bekerja pada abutment

Gaya Penahan Geser dihitung dengan persamaan:

H = ( c . Bx . By + P . tan ϕ ) . ( 1 + k ).......................................................(2.43)

Keterangan:

P = Gaya tekan vertikal (kN)


Bx = Lebar abutment (m)
By = Panjang abutment (m)
Tx, Ty = Gaya penyebab geser (kN)
H = Gaya penahan geser (kN)
k = persen kelebihan beban yang diijinkan (%)
Berdasarkan peraturan pembebanan untuk jembatan SNI T-02-2005, angka

aman terhadap gaya geser dihitung dengan persamaan:

SF = H / Tx ≥ 1,1.............................................................................(2.44)

SF = H / Ty ≥ 1,1.............................................................................(2.45)

2. Kontrol Stabilitas Terhadap Guling

Kestabilan terhadap guling dikontrol berdasarkan kedudukan gaya resultan yang

ditimbulkan oleh beban yang bekerja dengan istilah lain, titik tangkap resultan

pada dasar pondasi harus selalu terletak dalam bidang inti. Momen terdiri dari

momen arah x dan momen arah y.


P

My

e Mx
O A
Bx/2 Bx/2
By/2 By/2
Sumber: Hasil olahan

Gambar 2.14 Gaya guling yang bekerja pada abutment

Momen penahan guling dihitung dengan persamaan:

Mpx = P.( Bx / 2 ).( 1+k )............................................................................(2.46)

Mpy = P.( By / 2 ).( 1+k )............................................................................(2.47)

Keterangan:
P = Gaya vertikal (kN)

Bx = Lebar abutment (m)

By = Panjang abutment (m)

Mx = Momen penyebab guling arah x (kN.m)

My = Momen penyebab guling arah y

(kN.m) Mpx = Momen penahan guling arah x

(kN.m) Mpy = Momen penahan guling arah y

(kN.m)

k = persen kelebihan beban yang diijinkan (%)


Berdasarkan peraturan pembebanan untuk jembatan SNI T-02-2005, angka

aman terhadap gaya guling dihitung dengan persamaan:

SF = Mpx / Mx ≥ 2,2.......................................................................(2.48)

SF = Mpy / My ≥ 2,2.......................................................................(2.49)
3. Kontrol terhadap Daya Dukung Tanah

Analisa Daya Dukung Tanah menggunakan teori analisa Terzaghi (1943) dalam

Hardiyatmo (2014). Persamaan daya dukung tanah yang digunakan untuk

abutment adalah persamaan dengan tipe bentuk pondasi menerus kondisi

keruntuhan geser umum seperti persamaan di bawah ini.

qu = c.Nc +q.Nq + ½.γ.B.Nγ;.......................................................................(2.50)

Dimana:
qu = daya dukung ultimate (kN/m2)

C = kohesi tanah (kN/m2)

q = γ x Df = tekanan overburden pada dasar pondasi (kN/m2)

γ = berat volume tanah (kN/m3)

Df = kedalaman pondasi (m)

B = lebar/diameter pondasi (m)

L = panjang pondasi (m)

Nc , Nq , Nγ = faktor daya dukung pondasi.

Tabel 2.17 Nilai koefisien daya dukung tanah Terzaghi

 Nc Nq Nγ Nc' Nq' Nγ'


0 5.7 1 0 5,7 1 0
5 7.3 1.6 0,5 6,7 1,4 0,2
10 9.6 2.7 1.2 8,0 1,9 0,5
15 12.9 4.44 2.4 9,7 2,7 0,9
20 17.7 7.43 4.6 11,8 3,9 1,7
25 25.1 12.7 9.2 14,8 5,6 3,2
30 37.2 22.5 20 19,0 8,3 5,7
35 57.8 41.4 44 25,2 12,6 10,1
40 95.7 81.2 114 34,9 20,5 18,8
45 172,3 173 320 51,2 35,1 37,7
50 347,6 415,1 1153,2 81,3 65,6 87,1
Sumber: Analisis dan Perancangan Fondasi 1, Hardiyatmo (2014)
Setelah diperoleh nilai qu, maka selanjutnya menghitung nilai qmax yang

diperoleh dari perhitungan tekanan kontak. Ketentuan perhitungan didasarkan

oleh letak beban vertikal seperti berikut.

1. Jika bekerja beban vertikal sentris, maka tekanan kontaknya dihitung

dengan persamaan:
𝑣
𝑞= .................................................................................................. (2.51)
𝐴

2. Jika bekerja beban vertikal dan momen maka tekanan kontak dihitung

berdasarkan ketentuan lebar pondasi sebagai berikut.

a. Jika e < B/6 maka perhitungan didasarkan oleh nilai qmax dan qmin

seperti dibawah ini:


𝑣 𝑀𝑦
𝑞 = + .............................................................................. (2.52)
𝑚𝑎𝑥 𝐴 𝑊𝑦
𝑣 𝑀𝑦
𝑞 = − ............................................................................... (2.53)
𝑚𝑖𝑛 𝐴 𝑊𝑦

b. Jika nilai e > B/6 maka perhitungan dirumuskan sebagai berikut.

𝑞𝑚𝑎𝑥
4 . 𝑣
= 3(𝐵−2𝑒) . 𝐿 ........................................................................... (2.54)

Perhitungan daya dukung tanah harus memiliki angka aman ≥ 3 yang

dirumuskan pada persamaan dibawah ini.


𝑞𝑢𝑙𝑡
𝐹𝐾 = ≥ 3............................................................................ (2.55)
𝑞𝑚𝑎𝑘𝑠

Dengan:

ΣV = Jumlah gaya vertikal (kN)

A = Luas penampang (m2)

My = Momen arah y (kN.m)

Wy = Momen tahanan (m3)

e = Eksentrisitas (m)

B = Lebar pile cap abutment (m)


L = Panjang pile cap abutment (m)

Fk = Faktor keamanan

qult = Daya dukung tanah maksimum (kN/m2)

qmax = Tekanan kontak antara tanah dengan dasar dinding (kN/m2)

Struktur Beton Bertulang

Menurut SNI 03-2847-2002, beton merupakan campuran antara semen

portland atau semen hidraulik yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air,

dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk massa padat.

Beton bertulang adalah beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah tulangan

yang tidak kurang dari nilai minimum yang disyaratkan dan direncanakan

berdasarkan asumsi bahwa kedua meterial bekerja bersama-sama dalam menahan

gaya yang bekerja. Tulangan dalam beton merupakan batang baja berbentuk polos

atau berbentuk ulir yang berfungsi untuk menahan gaya tarik pada komponen

struktur beton (SNI 03-2947-2002).

Pelindung Beton Untuk Tulangan

Untuk beton bertulang, tebal selimut beton minimum yang harus disediakan

untuk tulangan harus memenuhi ketentuan berikut.

Tabel 2.18 Tebal selimut minimum


Tebal Selimut
Uraian Minimum
(mm)
a.) Beton yang dicor langsung di atas tanah dan selalu
75
berhubungan dengan tanah.
b.) Beton yang berhubungan dengan tanah atau cuaca:
Batang D-19 hingga D-56 50
Batang D-16, kawat polos P16 atau D16 yang lebih kecil 40
Tabel 2.18 Tebal selimut minimum (lanjutan)
Tebal Selimut
Uraian Minimum
(mm)
c.) Beton yang tidak langsung berhubungan dengan cuaca atau
beton tidak langsung berhubungan dengan tanah:
Pelat, dinding, pelat berusuk:
Batang D-44 dan D-56 40
Batang D-36 dan yang lebih kecil 20
Balok, kolom:
Tulangan utama, pengikat, sengkang, lilitan spiral 40
Komponen struktur cangkang, pelat lipat:
Batang D-19 dan yang lebih besar 20
Batang D-16, jaring kawat polos P-16 atau ulir D-16 dan 15
yang lebih kecil

Sumber: SNI 03-2847-2002

Asumsi-Asumsi Dalam Perhitungan Beton Bertulang

Menurut SNI 03-2847-2002, perhitungan kekuatan lentur penampang beton

bertulang menggunakan asumsi-asumsi sebagai berikut.

1.) Bentuk penampang melintang tetap berupa bidang datar, baik sebelum maupun

sesudah terjadi lenturan. Hal ini berarti berlakunya hukum Bernoulli dimana

besarnya tegangan yang terjadi di setiap titik pada penampang balok sebanding

dengan jarak titik tinjau terhadap garis netral, dengan anggapan adanya kesatuan

antara beton dengan baja tulangan secara monolit dan tidak terjadi slip.

2.) Perilaku material beton yang sesungguhnya saat menerima tegangan tekan dapat

diketahui secara nyata baik dalam hal besaran maupun distribusinya, yang dapat

digambarkan dalam bentuk diagram tegangan-regangan beton dengan mengacu

hasil-hasil penelitian yang telah diakui secara luas.


3.) Beton hanya efektif menerima tegangan tekan, sehingga kekuatan beton tidak

diperhitungkan pada bagian penampang yang menerima tegangan tarik.

4.) Regangan maksimum yang dapat dimanfaatkan pada serat tekan beton (εc)

terjauh harus diambil sama dengan 0,003. Dan regangan tarik baja (εs) diperoleh

dari fy / Es.

5.) Tegangan pada tulangan yang nilainya lebih kecil daripada kuat leleh fy harus

diambil sebesar Es dikalikan dengan regangan baja. Untuk regangan yang

nilainya lebih besar dari regangan leleh yang berhubungan dengan fy, tegangan

pada tulangan harus diambil sama dengan fy.

6.) Hubungan antara distribusi tegangan tekan beton dan regangan beton boleh

diasumsikan berbentuk persegi, dan dapat dipenuhi oleh suatu distribusi

tegangan beton persegi ekuivalen yang ditunjukkan pada Gambar 2.15 dan

didefinisikan sebagai berikut:

a.) Tegangan beton sebesar 0,85 fc’ diasumsikan terdistribusi secara merata

pada daerah tekan ekuivalen yang dibatasi oleh tepi penampang dan suatu

garis lurus yang sejajar dengan sumbu netral sejarak α = β1 . c dari serat

dengan regangan tekan maksimum.

b.) Jarak c dari serat dengan regangan maksimum ke sumbu netral harus diukur

dalam arah tegak lurus terhadap sumbu tersebut.

c.) Faktor β1 harus diambil sebesar 0,85 untuk beton dengan nilai kuat tekan fc’

lebih kecil atau sama dengan 30 MPa. Untuk beton dengan nilai kuat tekan

di atas 30 MPa, β1 harus direduksi sebesar 0,05 untuk setiap kelebihan 7

MPa di atas 30 MPa, tetapi β1 tidak boleh diambil kurang dari 0,65.
Sumber: Hasil olahan

Gambar 2.15 Distribusi tegangan dan regangan beton

Perhitungan Penulangan Struktur Beton

Perhitungan struktur beton untuk jembatan pile slab terdiri dari perhitungan

struktur pile cap, slab, dan abutment. Dimana khusus untuk jembatan tipe pile slab,

ketiga jenis struktur tersebut memiliki asumsi, permisalan dan prosedur perhitungan

penulangan yang sama sebagai berikut.

1.) Menghitung Batasan Rasio Tulangan

a.) Rasio tulangan seimbang (ρb)

Perhitungan rasio tulangan seimbang didasarkan pada kondisi

kesetimbangan antara gaya tekan beton (Cc) dan gaya tarik baja (Ts).

Dimana nilai Cc sama dengan nilai Ts. Berdasarkan Gambar 2.15 dapat

diperoleh nilai rasio tulangan seimbang sebagai berikut.

Cc = Ts

0,85 . fc’. b . β1 . c . b = fy . ρb . b . d

0,85 . fc’. β1 . c = fy . ρb . d

𝜌b 0.85 × 𝑓𝑐′ × 𝛽1 × 𝑐
= 𝑓𝑦 × 𝑑

𝜌b
0.85 × 𝑓𝑐′ × 𝑐
=1
𝛽 ×𝑑
𝑓𝑦
Nilai c dan d merupakan perbandingan nilai diagram regangan antara beton

dengan tulangan baja yang nilainya dapat didefinisikan sebagai berikut.

𝑐 𝜀𝑐
= 0,003 0,003 0,003 2.105 600
𝑑 𝜀𝑐+ 𝜀𝑠 = 0,003+ 𝜀𝑠 = 0,003+
𝑓𝑦 = 0,003+
𝑓𝑦 × 2.105
= 600+𝑓𝑦
𝐸𝑠 2.105

Sehingga diperoleh persamaan untuk menghitung nilai rasio tulangan seimbang

sebagai berikut.

0.85×𝛽1×𝑓′𝑐 600
𝜌=( )×( ) ............................................................ (2.56)
b 𝑓𝑦 600+𝑓𝑦

Dimana:

fc' = kuat tekan beton (Mpa)

fy = kuat leleh baja (Mpa)

Catatan:

Jika fc’ ≤ 30 Mpa maka β1 = 0,85 Mpa

Jika fc’ > 30 Mpa maka β1 = 0,85 – 0,008(fc’-30)

b.) Rasio Tulangan Maksimum (ρmax)

𝜌𝑚𝑎𝑥 = 0.75 × 𝜌𝑏 .............................................................................. (2.57)

c.) Rasio Tulangan Minimum (ρmin)

𝜌𝑚𝑖𝑛 = 1,4/𝑓𝑦 ..................................................................................... (2.58)

2.) Menghitung Faktor Tahanan Momen (Rn)

Faktor tahanan momen merupakan faktor tahanan yang harus diterima

penampang terhadap gaya – gaya yang bekerja.

a.) Momen nominal rencana (Mn)

Mn = Mu / Ø..........................................................................................(2.59)

Dimana:

Mn = Momen nominal pada suatu penampang (kN.m)

Mu = Momen ultimit pada suatu penampang (kN.m)


Ø = Faktor reduksi kekuatan lentur diambil 0,8 (SNI 03-2847-2002)

b.) Faktor Tahanan Momen (Rn)


𝑀𝑛
𝑅𝑛 = ............................................................................................. (2.60)
𝑏.𝑑2

Dengan:

Mn = Momen nominal rencana (kN.m)

b = lebar segmen (mm)

d = tinggi efektif segmen (mm)

c.) Faktor Tahanan Momen Maksimum (Rn max)

Faktor tahanan momen maksimum diperoleh berdasarkan kesetimbangan

yang didasarkan pada diagram pada Gambar 2.15 dan digunakan nilai rasio

tulangan maksimum yakni ρmax = 0,75 × ρb.

Momen nominal (Mn) = Ts × z

= ρb . b . d . fy × (d - ½ a)

Nilai a dihitung dengan persamaan sebagai berikut.

Cc = Ts

0,85 . fc’. b . a = ρb . b . d . fy

𝜌𝑏 . 𝑑 . 𝑓𝑦
a= 0,85 . 𝑓𝑐 ′

Maka,
𝜌𝑏 . 𝑑 . 𝑓𝑦
Mn = ρb . b . d . fy × (d − ½ )
0,85 . 𝑓𝑐′

𝜌𝑏 . 𝑓𝑦
Mn = ρb . b . d2 . fy × (1 − ½
0,85 . 𝑓𝑐 ′
)
𝜌𝑏 . 𝑓𝑦
𝑀𝑛 = Rn = ρb . fy × (1 − ½ )
𝑏.𝑑2 0,85 . 𝑓𝑐′

0,75 . 𝜌𝑏 . 𝑓𝑦
Rn max = 0,75 . ρb . fy × (1 − ½ )...........................................(2.61)
0,85 . 𝑓𝑐′
3.) Menghitung Rasio Penulangan Yang Diperlukan
𝑓𝑐 2 × 𝑅𝑛
𝜌 = 0,85 × ′ × {1 − √1 − ( )}........................................... (2.62)
𝑓𝑦 0,85 × 𝑓𝑐′

Catatan:

Jika ρmin < ρ < ρmax , maka dapat dilanjutkan dengan mendesain (memilih

tulangan yang diinginkan).

Jika ρmin < ρmax < ρ , maka dicek ulang dengan memperbesar penampang

atau memperkecil beban rencana.

Jika ρ < ρmin < ρmax , maka yang digunakan untuk mendesain adalah ρmin.

4.) Menghitung Luas Tulangan

As = ρ × b × d........................................................................................(2.63)

Dimana:

As = luas tulangan (mm2)

ρ = rasio tulangan perlu

b = lebar segmen (mm)

d = tinggi efektif segmen (mm)

5.) Menghitung Jumlah (n) dan Jarak (s) Tulangan

n = As / ¼ × π × d2..........................................................................................................................(2.64)

s = (¼ × π × d2 × b) / As........................................................................(2.65)

Dengan:

n = jumlah tulangan (buah)

s = jarak tulangan (mm)

d = diameter tulangan (mm)

b = lebar segmen (mm)


6.) Menghitung Tulangan Geser

Kapasitas geser yang dimiliki suatu penampang dinyatakan dengan persamaan

sebagi berikut.
1
𝑉𝑐 = √𝑓𝑐 ′. 𝑏 . 𝑑 ..................................................................................... (2.66)
6

Catatan:

Jika Vu ≤ Ø Vc, maka tidak perlu dipasang tulangan geser dan hanya cukup

dipasang tulangan geser minimum saja;

Jika Vu > Ø Vc, maka perlu dipasang tulangan geser. Perhitungan tulangan geser

adalah sebagai berikut.

a.) Menghitung gaya geser yang didukung tulangan geser (Vs)

Vs = (Vu / Ø) – Vc.................................................................................(2.67)

b.) Menghitung luas tulangan geser (Av)

Av = (π / 4 × D2 × b) / Sy......................................................................(2.68)

c.) Menghitung jarak tulangan geser yang diperlukan (arah X)

Sx = (Av × fy × d) / Vs..........................................................................(2.69)

Dengan:

Vc = kapasitas geser (N)

Vu = gaya geser ultimit yang terjadi (N)

Ø = faktor reduksi kekuatan geser diambil 0,75 (SNI 03-2847-2002)

Vs = gaya geser yang didukung tulangan geser (N)

Av = luas tulangan geser (mm2)

Sx = jarang tulangan arah X (mm)

Sy = jarak tulangan arah Y yang diambil (mm)


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Data Struktur Jembatan

Data struktur jembatan merupakan data-data yang terkait konstruksi secara

umum. Adapun data struktur jembatan pile slab pada ruas jalan tol Balikpapan –

Samarinda Segmen 3 sebagai berikut.

1. Panjang jembatan : 125 m

2. Jenis jembatan : Pile Slab

3. Jumlah lajur : 2 lajur cepat, 1 lajur lambat

4. Lebar jalur lalu lintas : 11,70 m

5. Lebar dinding parabet : 0,40 m

6. Lebar total jembatan : 12,5 m

7. Tebal slab jembatan : 0,30 m

8. Mutu beton,

a. Pile cap dan slab : K-350

b. Abutment : K-350

9. Tipe Abutment : Balok Cap

10. Jenis tiang pancang : Spun Pile Ø50 (PT. WIKA beton)

Peta Lokasi Pekerjaan

Lokasi pekerjaan jembatan pile slab terletak pada ruas jalan tol Balikpapan -

Samarinda Segmen 3 tepatnya pada STA 9+300 s/d STA 9+425. Lokasi pekerjaan

jembatan pile slab dapat dilihat pada gambar berikut ini.

57
58

Lokasi Pekerjaan
STA 9+425

STA 9+300

Sumber: Google Map

Gambar 3.1 Lokasi pekerjaan jembatan pile slab jalan tol balikpapan - samarinda

Lokasi Jembatan Pile Slab

Sumber: PT. Adhi Karya

Gambar 3.2 Peta topografi dan situasi pekerjaan jembatan pile slab
Gambar Shop Drawing

Gambar shop drawing adalah gambar teknis yang digunakan sebagai acuan

dalam melaksanakan pekerjaan konstruksi. Dalam keperluan untuk kegiatan

evaluasi, gambar shop drawing ini sangat penting karena informasi mengenai

struktur dan detail konstruksi berada di dalamnya. Berikut akan dipaparkan

potongan memanjang dan melintang jembatan pile slab. Untuk gambar

selengkapnya dapat dilihat di lampiran.

Sumber: PT. Adhi Karya

Gambar 3.3 Potongan memanjang jembatan pile slab jalan tol Balikpapan- Samarinda

1250

40 300 360 360 15040

Parapet
Tebal Pelat 30 cm

Spun Pile Ø50 Panjang 42 m

100
350 350 350 100

Sumber: PT. Adhi Karya

Gambar 3.4 Potongan melintang jembatan pile slab


60

Sumber: PT. Adhi Karya

Gambar 3.5 Penulangan pile cap

Sumber: PT. Adhi Karya

Gambar 3.6 Penulangan slab

Sumber: PT. Adhi Karya

Gambar 3.7 Penulangan abutment


Data Penyelidikan Tanah (Boring dan SPT)

Penyelidikan tanah merupakan kegiatan untuk mengetahui daya dukung dan

karakteristik tanah beserta sifak fisiknya, serta memberikan gambaran mengenai

susunan lapisan tanah di lokasi tersebut. Terdapat beberapa metode dalam

penyelidikan tanah salah satunya adalah dengan uji Standar Penetration Test (SPT).

Standar Penetration Test (SPT) adalah pengujian yang dilakukan dengan cara

pengeboran dan penumbukkan secara bersamaan. Pengeboran untuk mengetahui

susunan lapisan tanah, sedangkan penumbukkan untuk mengetahui tingkat

kekerasan tanah. Jumlah pukulan untuk mencapai kedalaman 30 cm berkaitan

dengan tingkat kekerasan tanah. Berdasarkan standar, tanah keras ditandai dengan

jumlah pukulan

(N) diatas 50. Untuk keperluan perhitungan daya dukung tiang pancang, struktur

pile slab menggunakan nilai N-SPT rata-rata dari 4 titik bor sedangkan untuk

abutment menggunakan nilai N-SPT ujung yang paling ekstrim yakni titik BH-04.

Berikut dipaparkan hasil uji SPT untuk titik BH-04 dan untuk titik uji SPT yang

lain dapat

dilihat di lampiran.

Tabel 3.1 Rekap hasil uji SPT titik BH-04

Sumber: Hasil Uji Lab Teknik Sipil Politeknik Negeri Samarinda


Brosur Spun Pile PT. WIKA Beton

Dalam kaitannya dengan pemeriksaan kekuatan tiang pancang, brosur spun

pile PT. WIKA beton digunakan sebagai pembanding daya dukung aksial dan

momen lentur tiang pancang yang didapat dari hasil perhitungan analisa struktur. Di

dalam brosur tersebut dipaparkan spesifikasi spun pile secara lengkap. Tiang

pancang yang digunakan pada jembatan pile slab adalah spun pile Ø50 kelas A1

dengan spesifikasi seperti Tabel 3.2. Brosur spun pile PT. WIKA beton secara

lengkapnya dapat dilihat di lampiran.

Tabel 3.2 Spesifikasi spun pile PT. WIKA Beton untuk Ø50
Bendin
Unit Allowable
Size Thickness g Decompression
Weigh Class Compressio
(mm) (mm) Moment Tension (ton)
t n (ton)
(ton.m)
(kg/m) Crack Break
500 9 290 A1 10,50 15,75 185,30 54,56
A2 12,50 18.75 181,70 68,49
A3 14,00 21,00 178,20 88,00
B 15,00 27,00 174,90 94,13
C 17,00 34,00 169,00 122,04

Sumber: Brosur spun pile Ø50 PT. WIKA beton

Metode Evaluasi

Dalam melaksanakan evaluasi jembatan pile slab, terdapat beberapa tahapan

yang akan dilakukan. Tahapan-tahapan tersebut diurutkan dalam flowchart yang

dapat dilihat pada Gambar 3.5. Secara umum tahapan evaluasi yang akan

dilakukan adalah sebagai berikut.

1. Pengumpulan data

Data – data yang dikumpulkan merupakan data sekunder yang diperoleh dari

pihak kontraktor. Adapun data-data yang diperlukan adalah sebagai berikut.


a. Peta lokasi pekerjaan dan situasi

b. Gambar Shop Drawing

c. Data Penyelidikan Tanah (Boring dan SPT)

d. Brosur spun pile PT. WIKA beton

2. Identifikasi Kondisi Tanah di Lapangan

Kegiatan ini untuk mengetahui lapisan-lapisan tanah, dan nilai N-SPT yang

akan digunakan dalam perhitungan modulus of subgrade reaction.

3. Perhitungan modulus of subgrade reaction

Hasil dari perhitungan tersebut akan digunakan sebagai tumpuan pegas elastis

pada tiang pancang dan didefinisikan sebagai spring saat dimodelkan

menggunakan aplikasi SAP 2000 v.19.

4. Identifikasi Struktur Jembatan Pile Slab

Identifikasi yang dimaksud adalah meneliti dan mendaftar elemen-elemen pada

struktur jembatan pile slab. Elemen struktur jembatan pile slab terdiri dari pile

cap, slab, tiang pancang, dan abutment.

5. Analisa Struktur

Analisa sturktur dilakukan secara terpisah antara elemen utama pile slab (pile

cap, slab dan tiang pancang) dengan abutment. Perhitungan dilaksanakan

berdasarkan data-data, teori-teori pendukung serta berpedoman pada standar

peraturan yang berlaku. Dimana tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk

mengevaluasi kekuatan struktur jembatan pile slab yang terdiri dari slab, pile

cap, tiang pancang dan abutment.

6. Kesimpulan

Hasil pemeriksaan terhadap kekuatan struktur, pernyataan struktur aman atau

tidak aman, dan perbandingan hasil perhitungan dengan desain perencanaan.


Mulai

Pengumpulan Data:
`
 Peta Lokasi Pekerjaan dan Situasi
 Gambar Shop Drawing
 Data Penyelidikan Tanah
 Brosur spun pile PT. WIKA beton

Identifikasi kondisi tanah di lapangan

Perhitungan modulus of subgrade reaction

Identifikasi struktur jembatan pile slab

Analisa Struktur Pile Slab Analisa Struktur Abutment

Perhitungan Analisis Daya Dukung Tiang Pancang


Berdasarkan data SPT dan kekuatan material Perhitungan pembebanan yang bekerja
pada abutment

Perhitungan lendutan/simpangan yang


diijinkan pada struktur jembatan pile Cek Terhadap: Tidak
slab  Guling
 Geser

Perhitungan pembebanan yang bekerja Ya


pada pile slab dan rekap kombinasi
Ya Daya Dukung
Tanah
Pemodelan struktur dan geoteknik,
sesuai dengan data-data struktur dan data Tidak
kondisi tanah yang ada di lapangan
Perhitungan Tiang Pancang

Analisis struktur jembatan pile slab Perhitungan Penulangan


dengan software SAP 2000 v.19 Abutment

Gambar 3.8 Flow Chart evaluasi jembatan pile slab


A

Evaluasi Terhadap Pile Slab dan Abutment yang terdiri dari:


Pemeriksaan penulangan pile cap dan slab
Pemeriksaan kekuatan tiang pancang
Pemeriksaan kapasitas dukung tiang pancang
Pemeriksaan lendutan/simpangan yang terjadi pada tiang pancang
Pemeriksaan stabilitas dan kekuatan abutment

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 3.8 Flow Chart evaluasi jembatan pile slab (lanjutan)


BAB IV
PEMBAHASAN

Umum

Dalam pembangunan struktur jembatan dibutuhkan perencanaan yang matang

dari berbagai aspek agar tidak terjadi kesalahan yang dapat menyebabkan kegagalan

konstruksi. Oleh sebab itu perlu dilakukan evaluasi yang dalam hal ini dikhususkan

untuk membahas kekuatan dari struktur tersebut. Evaluasi yang dilakukan terbagi

menjadi dua yakni evaluasi struktur pile slab dan evaluasi struktur abutment.

Dengan dilaksanakannya evaluasi, kekuatan dari perencanaan struktur jembatan

dapat dipastikan sehingga jembatan dapat berdiri kokoh secara aman dan stabil.

Spesifikasi Jembatan

Data Teknis Jembatan

a. Lokasi Jembatan : Tol Balikpapan – Samarinda Segmen 3

STA 9+300

b. Jenis Jembatan : Pile Slab

c. Jenis Konstruksi : Beton Bertulang

d. Data Konstruksi Jembatan :

1. Bentang Total Jembatan = 125 m

2. Panjang Segmen =5m

3. Lebar Total Jembatan = 12,5 m

4. Lebar Jalur Lalu Lintas = 11,7 m

5. Lebar Dinding Parabet = 0,4 m

e. Bangunan Bawah : Abutment tipe Balok Cap

f. Tipe Pondasi : Spun Pile Prestressed

66
67

Spesifikasi Bahan Untuk Struktur

a. Beton

Mutu beton yang digunakan dalam konstruksi jembatan pile slab adalah

sebagai berikut.

1. Pelat Lantai (Slab) : K-350

2. Pile Cap : K-350

3. Abutment : K-350

4. Pondasi tiang pancang : K-600

b. Baja Tulangan

Tulangan pada struktur jembatan disesuaikan dengan mutu tulangan yang

digunakan oleh pihak perencana sebagai berikut.

1. Baja Tulangan D ≥ 13 mm : U-32

2. Baja Tulangan D < 13 mm : U-24

c. Berat Volume

Berat volume diperlukan untuk mengetahui berat dari struktur jembatan

tersebut. Berat volume yang digunakan antara lain:

1. Beton Bertulang, (Wc) = 25 kN/m3

2. Aspal, (Wa) = 22 kN/m3

3. Air, (Wh) = 10 kN/m3

Perhitungan Struktur Pile Slab

Struktur jembatan pile slab sangat sederhana karena terdiri dari slab dan pile

cap yang langsung menumpu ke pondasi tiang pancang. Potongan memanjang dan

melintang jembatan pile slab jalan tol Balikpapan – Samarinda Segmen 3 STA

9+300 dapat dilihat pada gambar berikut.


Sumber: PT. Adhi Karya

Gambar 4.1 Potongan memanjang jembatan pile slab jalan tol Balikpapan- Samarinda
B
tb b tb

ha ta
ts

a s s s a

Sumber: Hasil Olahan

Gambar 4.2 Uraian dimensi struktur jembatan pile slab

A. Data teknis struktur jembatan pile slab

Panjang Total Jembatan, Lt = 125 m

Panjang Segmen, L =5m

Lebar Total Jembatan, B = 12,5 m

Lebar jalur lalu lintas, b = 11,7 m

Lebar dinding parabet, tb = 0,4 m

Tebal slab jembatan, ts = 0,30 m


Tebal lapisan aspal, ta = 0,5 m

Tebal genangan air hujan, th = 0,05 m

Panjang total tiang pancang, Lpt = 42 m

Panjang tiang di dalam tanah, Lp = 37 m

Diameter tiang pancang, Ø = 0,5 m

Jarak melintang antar tiang s = 3,5 m

Jarak tiang ke sisi terluar jembatan a = 1,0 m

Identifikasi Kondisi Tanah Di Lapangan

Kondisi tanah di lapangan sangat mempengaruhi kestabilan struktur.

Pengujian diperlukan di beberapa titik untuk mengetahui karakteristik tanah di

lokasi pekerjaan. Pihak perencana telah melakukan pengujian tanah dengan alat

SPT (Standar Penetration Test) di 4 titik berbeda yang ditunjukkan pada

gambar berikut.

Lokasi Jembatan Pile

Sumber: PT. Adhi Karya

Gambar 4.3 Peta topografi dan situasi pekerjaan jembatan pile slab
Terlihat dari gambar bahwa pengujian N-SPT dilakukan di 4 titik berbeda

dengan orientasi sisi samping dan ujung jembatan. Untuk perhitungan daya

dukung tiang dan pemodelan tiang pancang di aplikasi SAP2000 harus

menggunakan nilai rata-rata dari keempat titik pengujian. Hal tersebut

dimaksudkan agar mewakili secara merata kondisi tanah sehingga mendekati

keadaan yang aslinya di lapangan. Nilai N-SPT rata-rata disajikan pada tabel di

bawah ini.

Tabel 4.1 Perhitungan nilai N-SPT rata-rata

Nilai N-SPT (Dari Pengujian


Kedalaman Nilai N-SPT Rata-
Tanah)
(m) Rata
BH-01 BH-02 BH-03 BH-04
0 0 0 0 0 0,00
-2 1 2 3 3 2,25
-4 4 4 4 4 4,00
-6 4 4 5 4 4,25
-8 4 5 5 9 5,75
-10 4 10 11 12 9,25
-12 5 13 13 45 19,00
-14 11 16 20 40 21,75
-16 18 18 29 25 22,50
-18 35 32 50 24 35,25
-20 39 28 50 30 36,75
-22 44 32 50 35 40,25
-24 50 42 50 40 45,50
-26 50 40 50 40 45,00
-28 50 50 50 49 49,75
-30 55 55 55 55 55,00

Sumber: Hasil perhitungan


Perhitungan Daya Dukung Aksial Tiang Pancang

Analisa daya dukung aksial tiang pancang dihitung berdasarkan 2

parameter, yakni berdasarkan brosur PT. WIKA beton dan berdasarkan data

SPT. Dari kedua parameter tersebut diambil nilai terkecil yang akan digunakan

sebagai daya dukung ijin aksial tiang pancang.

Sumber: Hasil olahan

Gambar 4.4 Daya dukung aksial tiang pancang

A. Berdasarkan Brosur PT. WIKA beton

Jenis tiang pancang yang digunakan adalah prestressed spun pile dari PT.

WIKA beton dengan diameter 500 mm kelas A1 dan memiliki daya dukung

aksial ijin atau allowable compression sebesar 185,30 ton.

B. Berdasarkan Data SPT


Tabel 4.2 Perhitungan data SPT
Kedalaman Perbedaan
Δ × N-SPT
(m) Kedalaman, Δ N-SPT
(ton/m)
Z1 Z1 (m)
0 2 2 2,25 4,5
2 4 2 4,00 8
4 6 2 4,25 8,5
6 8 2 5,75 11,5
Tabel 4.2 Perhitungan data SPT (lanjutan)
Kedalaman Perbedaan
Δ × N-SPT
(m) Kedalaman, Δ N-SPT
(ton/m)
Z1 Z1 (m)
8 10 2 9,25 18,5
10 12 2 19,00 38
12 14 2 21,75 43,5
14 16 2 22,50 45
16 18 2 35,25 70,5
18 20 2 36,75 73,5
20 22 2 40,25 80,5
22 24 2 45,50 91
24 26 2 45,00 99,5
26 28 2 49,75 99,5
28 30 2 55,00 110
Sumber: Hasil perhitungan ΣΔ × N-SPT = 792,5

1. Diketahui:

Dari total panjang tiang pancang 42 m, 37 m berada di dalam tanah dan 5 m

berada di atas permukaan tanah. Nilai N-SPT yang berada > 30 m dianggap

memiliki nilai N-SPT di kedalaman 30 m yakni N = 55.

Diameter tiang, (D) = 0,5 m

Keliling tiang, (O) = π × D = π × 0,5 = 1,571 m

Panjang tiang, (Lp) = 37 m

Luas Penampang, (Ab) = 0,196 m2

Luas Selimut tiang, (As) = π × D × Lp

= π × 0,5 × 37

= 58,119 m2

Nilai N-SPT sejauh 8D di atas tiang, (N1)

Lp - 8D = 37 m - 8.(0,5) = 33 m, N1 = 55

Nilai N-SPT sejauh 4D di bawah tiang, (N2)

Lp + 4D = 37 m + 4.(0,5) =39 m, N2 = 55
Nb = (N1+N2)/2 = (55+55)/2 = 55

Nr = ΣΔ × N-SPT / Lp = 792,5 / 37 = 21,419

Berat volume tiang, (Wc) = 25 kN/m3

Angka keamanan, (SF) = 2,5

2. Perhitungan:

Daya Dukung Ujung, (Pb)

Pb = Ab × 40 × Nb = 0,196 m2 × 40 × 55 = 431,969 ton

Daya Dukung Friksi, (Ps)

Ps = 0,2 × Nr × As = 0,2 × 21,419 × 58,119 m2 = 248,971 ton

Berat Tiang, (Wp)

Wp = 181,62 kN = 18,162 ton

Daya Dukung Ijin Tiang, (Pijin)

Pijin = (Pb + Ps – Wp)/SF

= (431,969 + 248,971 - 18,162)/2,5

= 265,111 ton

C. Rekap Daya Dukung Ijin Tiang Pancang

Perhitungan daya dukung ijin pancang dapat direkap sebagai berikut.

1. Berdasarkan brosur PT. WIKA beton = 185,30 ton

2. Berdasarkan Data SPT = 265,111 ton

Dari kedua nilai daya dukung ijin di atas diambil nilai yang terkecil yakni

nilai daya dukung ijin berdasarkan kekuatan material sebesar 185,30 ton.

Perhitungan Daya Dukung Lateral Tiang Pancang

Perhitungan daya dukung lateral tiang pancang menggunakan metode Broms

dengan berdasarkan defleksi tiang maksimum.


1. Diketahui:

Mutu Tiang K-600, fc = 0,083 × K/10 = 49,8 MPa

Kedalaman tiang, z = 37 m

Panjang tiang, Lp = 42 m

Diameter tiang, d = 0,5 m

Jarak beban lateral terhadap muka tanah, e = 0,2 m

Nilai N-SPT rata-rata disepanjang tiang = 21,419

Berdasarkan Tabel 2.1 untuk tanah dengan nilai N-SPT rata-rata 21,419

memiliki konsistensi stiff atau kaku.

Koefisien variasi modulus diasumsikan sebagai tanah lempung kaku

terkonsolidasi dengan nilai nh = 3518 kN/m3

Defleksi tiang maksimum, yo = 0,006 m

Hu 5m

0m

-37 m

Sumber: Hasil olahan

Gambar 4.5 Daya dukung lateral tiang pancang

2. Perhitungan:

Modulus subgrade horizontal, (kh)

kh = nh × L/d= 3518 kN/m3 × 37 m / 0,5 m = 260332 kN/m3


Modulus elastisitas tiang, (Ep)

Ep = 4700 × √fc’ × 1000 = 4700 × √49,8 × 1000 = 33167484,1 kN/m2

Momen inersia tiang, (Ip)

Ip = 1/64 × π × Ø4 = 1/64 × π × 0,54 = 0,003 m4

Koefisien defleksi tiang, (β)

𝑘ℎ.𝑑 1 1
β = (4.𝐸𝑝.𝐼𝑝 3
) = ( 4 . 33167484,1 𝑘𝑁/𝑚2 . 0,003 𝑚4 )4 = 0,752
4 260332 𝑘𝑁/𝑚 . 0,5 𝑚

β × L = 0,752 × 42 = 32,6

Dari hasil perhitungan di atas diketahui β.L = 32,6 > 2,5, maka tiang

tergolong dalam kondisi tiang ujung bebas dan dianggap seperti tiang

panjang (tidak kaku).

Daya dukung lateral tiang pancang dihitung menggunakan persamaan berikut.

o 2.𝐻𝑢.𝛽(𝑒.𝜷+1)
y = 𝑘ℎ.𝑑

𝑦𝑜 ×𝑘ℎ × 𝑑
Hu = (2 × 𝛽 ×(𝑒 × 𝛽 +1))

0,006 𝑚 × 260332 𝑘𝑛/𝑚3 × 0,5 𝑚


= (2 × 0,752 ×(5 𝑚 × 0,752+1))

= 481,48 kN = 48,148 ton

Maka daya dukung ijin lateral tiang pancang sebesar 48,148 ton.

Perhitungan Tumpuan Pegas Elastis Pada Tiang Pancang

Kondisi tanah pada struktur jembatan pile slab dimodelkan sebagai

spring atau tumpuan pegas elastis di dalam aplikasi SAP 2000 v.19. Perhitungan

tumpuan pegas elastis dapat dilihat pada tabel berikut.


Tabel 4.3 Perhitungan modulus of subgrade reaction
Kedalaman qa = N/8×100 ksv = 120.qa ksh = 2.ksv
N-SPT
(m) (kN/m2) (kN/m3) (kN/m3)
0 0,00 0,0 0 0
2 2,25 28,13 3375 6750
4 4,00 50,00 6000 12000
6 4,25 53,13 6375 12750
8 5,75 71,88 8625 17250
10 9,25 115,63 13875 27750
12 19,00 237,50 28500 57000
14 21,75 271,88 32625 65250
16 22,50 281,25 33750 67500
18 35,25 440,63 52875 105750
20 36,75 459,38 55125 110250
22 40,25 503,13 60375 120750
24 45,50 568,75 68250 136500
26 45,00 562,50 67500 135000
28 49,75 621,88 74625 149250
30 55,00 687,50 82500 165000
Sumber: Hasil perhitungan

Tabel 4.4 Konstanta pegas arah horizontal (Ksh) dan vertikal (Ksv)
Kedalaman Ap = ¼.π.D2 Ksv = Ap.ksv/10 Ah = π.r.2m Ksh = Ah.ksh/10
(m) (m2) (ton/m) (m2) (ton/m)
0 0,20 0,00 1,57 0,00
2 0,20 66,27 1,57 1060,29
4 0,20 117,81 1,57 1884,96
6 0,20 125,17 1,57 2002,77
8 0,20 169,35 1,57 2709,62
10 0,20 272,43 1,57 4358,96
12 0,20 559,60 1,57 8953,54
14 0,20 640,59 1,57 10249,45
16 0,20 662,68 1,57 10602,88
Tabel 4.4 Konstanta pegas arah horizontal (Ksh) dan vertikal Ksv (Lanjutan)
Kedalaman Ap = ¼.π.D2 Ksv = Ap.ksv/10 Ah = π.r.2m Ksh = Ah.ksh/10
(m) (m2) (ton/m) (m2) (ton/m)
18 0,20 1038,20 1,57 16611,17
20 0,20 1082,38 1,57 17318,03
22 `0,20 1185,46 1,57 18967,37
24 0,20 1340,09 1,57 21441,37
26 0,20 1325,36 1,57 21205,75
28 0,20 1465,26 1,57 23444,14
30 0,20 1619,88 1,57 25918,14

Sumber: Hasil perhitungan

Pemodelan struktur pile slab menggunakan SAP 2000 v.19

Dalam pemodelennya di software SAP 2000, struktur pile cap dimodelkan

menjadi struktur balok berbentuk persegi panjang dengan menggunakan nilai lebar

efektif (bef).

Dengan,

h = 0,8 m c1 = 1,0 m

ts = 0,3 m c2 = 0,4

m h1 = 0,5 m h2 = 0,4
Sumber: Hasil olahan

m Gambar 4.6 Dimensi pile cap

c = c1 + (2×c2) = 1,0 + 2×0,4 = 1,8 m

h = ts + h1 = 0,3 + 0,5 = 0,8 m

Luas efektif, A = (c × h) – (c2 × h2)

= (1,8 × 0,8) – (0,4 × 0,4)

= 1,28 m2

Lebar efektif pile cap, bef = A / h

= 1,28 m2 / 0,8 m

= 1,6 m
Langkah – langkah pemodelan struktur pile slab di aplikasi SAP 2000 adalah

sebagai berikut.

1. Memilih template dan jenis satuan yang digunakan. Dalam hal ini template yang

digunakan adalah grid only dan satuan ton.m

Sumber: Program SAP2000 v.19

Gambar 4.7 Template dan jenis satuan yang digunakan

2. Klik kanan edit grid data – modify show system. Lalu edit grid sesuai dengan

struktur perencanaan seperti berikut.

Sumber: Program SAP 2000 v.19

Gambar 4.8 Mengedit grid


3. Mendefinisikan pile cap dan spun pile dengan cara klik define – section

properties - frame section – add new property. Berikan nama kemudian pilih

jenis material, bentuk dan ukuran sesuai dengan data perencanaan.

4. Mendefinisikan slab dengan klik define – section properties – area section –

add new section. Berikan nama kemudian pilih jenis material, bentuk dan

ukuran sesuai dengan data perencanaan.

5. Mendefinisikan mutu material dengan klik define – materials – add new material.

Input karakteristik beton dan material tulangan, contoh karakteristik beton yang

dimasukkan pada pile cap seperti pada gambar berikut.

Sumber: Program SAP2000 v.19

Gambar 4.9 Mendefiniskan karakteristik material beton

6. Menggambar struktur pile cap dan spun pile dengan klik draw frame
lalu gambar mengikuti grid yang telah dibuat sebelumnya. Untuk slab
digambar

menggunakan draw poly area dan dibuat langsung mengikuti sudut-sudut


pada struktur jembatan pile slab.
7. Definisikan setiap frame ke dalam frame section dengan cara klik assign – frame

– frame section pilih frame section yang sesuai dengan frame.

8. Memasukkan jenis tumpuan. Untuk pangkal dan ujung jembatan menggunakan

tumpuan sendi. Klik assign – joint – restraint lalu pilih sendi dan klik OK.

Sumber: Program SAP2000 v.19

Gambar 4.10 Assign joint restraints

9. Untuk tumpuan tiang pancang menggunakan jenis tumpuan pegas elastis /

springs. Klik assign – joint – springs lalu masukkan nilai modulus of subgrade

reaction ksh dan ksv yang telah dihitung sebelumnya dan dimasukkan pada

setiap kedalaman 2 meter sesuai dengan data N-SPT. Contoh input ksh dan ksv

pada kedalaman 2 m sebagai berikut.

Sumber: Program SAP2000 v.19

Gambar 4.11 Assign joint springs


10. Hasil dari pemodelan struktur dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Sumber: Program SAP2000 v.19

Gambar 4.12 Pemodelan struktur jembatan pile slab

Pembebanan Struktur Pile Slab

Pembebanan struktur jembatan pile slab mengacu pada SNI T-02-2005 yang

terdiri dari beban mati aksi tetap, beban lalu lintas dan beban aksi lingkungan

seperti berikut.

1. Berat Sendiri Struktur (PMS)

Faktor beban ultimit, KMS = 1,3

Berat sendiri meliputi berat struktur atas dan struktur bawah, struktur atas terdiri

dari slab, dinding parabet dan pile cap, sedangkan untuk struktur bawah adalah

tiang pancang.
B = 12,5
tb = 0.4 b = 11,7 tb = 0.4

ha = 0.925
ta = 0.05
ts = 0.3

a = 1.0 s = 3.5 s = 3.5 s = 3.5 a = 1.0

Sumber: Hasil olahan

Gambar 4.13 Uraian dimensi struktur pile slab


Perhitungan berat sendiri struktur dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.5 Perhitungan berat sendiri struktur


No Jenis Beban Luasan (m2) Berat Volume (kN/m3) Berat (kN/m)
1 Dinding Parabet 0,233 25 5,817
2 Slab
3 Pile cap Dihitung otomatis oleh program SAP2000 v.19
4 Tiang Pancang

Sumber: Hasil perhitungan

2. Beban Mati Tambahan (PMA)

Faktor beban ultimit, KMA = 2,0

Beban mati tambahan adalah berat seluruh bahan yang membentuk suatu beban

pada jembatan yang merupakan elemen non struktural, dan mungkin besarnya

berubah selama umur rencana. Beban mati tambahan pada struktur pile slab

adalah sebagai berikut.

Tabel 4.6 Perhitungan beban mati tambahan

Tebal W Berat Berat


Jenis Beban
(m) (kN/m3) (kN/m) (kN/m2)
Instalasi ME - - 0,1 -
Light, dll - - 0,5 -
Genangan air hujan 0,05 10 - 0,5
Lapisan aspal 0,05 22 - 1,1
Total = 0,60 1,60
Sumber: Hasil perhitungan

3. Beban Lajur “D” (PTD)

Faktor beban ultimit, KTD = 1,8

Beban lajur “D” merupakan beban lalu lintas yang terdiri dari beban terbagi rata

(BTR) dan beban garis (BGT). Besarnya nilai BTR dan BGT tergantung dari
panjang (L) struktur yang dibebani lalu lintas. Untuk struktur pile slab, nilai L

merupakan panjang segmental yakni 5 m karena stuktur langsung ditumpu oleh

tiang pancang.

a. Beban terbagi rata (BTR)

Beban terbagi rata (BTR) memiliki intensitas q kPa, dimana besarnya q

tergantung pada panjang total yang dibebani sebagai berikut.

q = 9,0 kPa untuk L ≤ 30 m

q = 9,0 × (0,5 + 15/L) kPa untuk L > 30 m

Karena L = 5 m < 30 m, maka nilai q BTR = 9,0 kPa

b. Beban garis (BGT)

Beban garis terpusat (BGT) dengan intensitas p kN/m harus ditempatkan

tegak lurus terhadap arah lalu lintas pada jembatan. Berdasarkan SNI T-02-

2005 besarnya intensitas p adalah sebesar:

q BGT = 49,0 kN/m

Sumber: SNI T-02-2005

Gambar 4.14 Beban lajur “D”

Faktor beban dinamis (FBD) untuk beban garis (BGT) diambil berdasarkan

grafik pada gambar di bawah ini.


5

Sumber: SNI T-02-2005

Gambar 4.15 Faktor beban dinamis

Jembatan pile slab memiliki panjang segmen yang dibebani sepanjang 5 m,

dari grafik di atas dapat diketahui bahwa FBD untuk beban garis (BGT)

sebesar 40%.

Besarnya beban garis terpusat (BGT) = (1+FBD) × q BGT

= (1+0,4) × 49,0 kN/m

= 68,6 kN/m

Intensitas beban garis terpusat untuk jalan tol dianggap 100% atau dengan

kata lain beban garis bekerja penuh selebar jalur lalu lintas.

4. Beban Truk “T” (PTT)

Faktor beban ultimit, KTT = 1,8

Pembebanan truk “T” terdiri dari kendaraan truk semi-trailer yang mempunyai

susunan dan berat as seperti terlihat dalam Gambar 4.16.


Sumber: SNI T-02-2005
Gambar 4.16 Pembebanan truk “T”

Beban hidup pada lantai jembatan berupa beban roda ganda oleh truk yang

besarnya T = 112,5 kN. Berdasarkan SNI T-02-2005 faktor beban dinamis

untuk pembebanan truk “T” diambil sebesar 30%.

Besarmya beban truk “T” (PTT) = (1+FBD) × T

= (1+0,3) × 112,5 kN = 146,25 kN

5. Gaya Rem (TTB)

Faktor beban ultimit, KTB = 1,8

Bekerjanya gaya-gaya di arah memanjang jembatan, akibat gaya rem dan traksi

harus ditinjau untuk kedua jurusan lalu lintas. Intensitas gaya rem berbanding

lurus dengan panjang bentang jembatan seperti gambar berikut.


20
5

Sumber: SNI T-02-2005


Gambar 4.17 Gaya rem

Berdasarkan grafik di atas diperoleh gaya rem (TTB) = 20 kN.

6. Gaya Sentrifugal (TTR)

Faktor beban ultimit, KTR = 1,8

Jembatan yang berada pada jalan tol harus memperhitungkan bekerjanya suatu

gaya horizontal radial yang dianggap bekerja pada tinggi 1,80 meter di atas

lantai jembatan. Gaya sentrifugal dianggap sebanding dengan beban lajur D

tanpa dikalikan FBD (SNI T-02-2005).

Beban lajur D, (P) = (L × b) × q + (b × p)

= (5m × 11,7m) × 900 kg/m2 + (11,7m × 4900 kg/m)

= 109980 Kg

Percepatan gravitasi, g = 9,8 m/s2

Massa beban lajur D, TT = P/g

= 109980 Kg / 9,8 m/s2

= 11222,449 Kg.s2/m
Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 79 tahun 2013 tentang Jaringan

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Jaringan LLAJ), kecepatan di jalan bebas

hambatan paling rendah 60 km/jam dan paling tinggi 100 km/jam. Kecepatan

lalu lintas rencana yang digunakan merupakan nilai rata-rata dari kedua batas

tersebut. Maka diambil V = 80 km/jam = 22,22 m/s.

Jari – jari lengkungan tikungan, r = 500 m (asumsi)

Gaya sentrifugal TTR = 0,79 × (V2 /r) × TT

= 0,79 × (22,222 / 500) × 11222,449 Kg.s2/m

= 8756,28 Kg

7. Beban Gempa (TEQ)

Faktor beban ultimit, KEQ = 1,0

Analisis struktur jembatan pile slab terhadap beban gempa mengacu pada

Standar Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan

Gedung dan Non Gedung (SNI 03-1726-2012) dengan langkah sebagai berikut.

a. Penentuan kelas situs

Untuk penentuan kelas situs, perlu dihitung nilai N-SPT rata-rata yang

dianggap mewakili kondisi tanah di lokasi tersebut. Penentuan kelas situs

dicantumkan pada tabel berikut.

Tabel 4.7 Penentuan kelas situs


Kedalaman (m)
ΔI (m) N-SPT ΔI × N-SPT
Z1 Z2
0 2 2 3 6
2 4 2 4 8
4 6 2 4 8
6 8 2 9 18
8 10 2 12 24
10 12 2 45 90
Tabel 4.7 Penentuan kelas situs (Lanjutan)
Kedalaman (m)
ΔI (m) N-SPT ΔI × N-SPT
Z1 Z2
12 14 2 40 80
14 16 2 25 50
16 18 2 24 48
18 20 2 30 60
20 22 2 35 70
22 24 2 40 80
24 26 2 40 80
26 28 2 49 98
28 30 2 55 110
Σd = 30 Σ(ΔI × N-SPT) = 830

Sumber: Hasil perhitungan

Besarnya nilai N-SPT rata-rata (Nr) tanah dasar di lokasi proyek adalah

sebagai berikut.

Σ(ΔI × N−SPT)
Nr = 830 = 28
Σd = 30

Berdasarkan Tabel 2.5 Klasifikasi kelas situs, dapat disimpulkan bahwa

klasifikasi kelas situs pada lokasi proyek dimana struktur struktur jembatan

pile slab didirikan termasuk kelas situs SD (tanah sedang) dengan nilai N-

SPT = 28 yakni dalam rentang 15 sampai 50.

b. Spektrum Respon Desain

Dengan menggunakan software online yang tersedia, dan dengan

memasukkan data koordinat dari kota Balikpapan didapatkan kurva

percepatan respon spektrum desain untuk wilayah kota Balikpapan dan

sekitarnya seperti pada gambar di bawah ini.


Sumber: (http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desainspektraIndonesia/)

Gambar 4.18 Spektrum Respon Desain

Dari perhitungan spektrum respon desain, didapat parameter-parameter

seismik sebegai berikut.

1. Akselerasi spektrum respon desain pada periode 0,2 detik (SS) = 0,235 g

2. Akselerasi spektrum respon desain pada periode 1 detk (S1) = 0,082 g

3. Percepatan spektrum respon desain pada periode pendek (SDS) = 0,251 g

4. Percepatan spektrum respon desain pada periode 1 detik (SD1) = 0,131 g

Dengan g adalah percepatan gravitasi yang besarnya 9,8 m/s2.

c. Kategori Desain Seismik

Struktur jembatan pile slab memiliki risiko yang rendah terhadap jiwa

manusia pada saat terjadi kegagalan (Indarto, 2015). Oleh karena itu, dengan

mengacu pada Tabel 2.6 Kategori risiko bangunan untuk beban gempa

struktur jembatan pile slab dimasukkan ke dalam kategori risiko I.

Berdasarkan Tabel 2.7 Faktor keutamaan gempa (Ie), dengan kategori

risiko I memiliki faktor gempa (Ie) = 1,0.


Dari Tabel 2.8 Kategori desain seismik berdasarkan parameter SDS,

untuk nilai SDS = 0,251 g maka struktur termasuk pada kategori risiko B.

Dan dari Tabel 2.9 Kategori desain seismik berdasarkan parameter SD1,

untuk nilai SD1 = 0,131 g maka struktur termasuk pada kategori risiko C.

Struktur jembatan pile slab merupakan struktur dengan penahan gaya

seismik berupa sistem rangka pemikul momen dari beton bertulang dan

dikategorikan sebagai struktur rangka pemikul momen menengah (Indarto,

2015). Dengan mengacu pada Tabel 2.10 Faktor R, Cd, dan Ω O untuk

Sistem Penahan Gaya Gempa, maka struktur jembatan pile slab memiliki

nilai koefisien modifikasi respon (R) = 5, faktor kuat lebih sistem (Ω O) = 3,

dan faktor pembesaran defleksi (Cd) = 4,5.

d. Periode Getar Struktur

Periode getar struktur (T) dihitung dengan menggunakan metode Analisis

Ragam (Modal Analysis) dengan meninjau 2 derajat kebebasan (Degree Of

Freedom / DOM) arah sumbu-X dan sumbu-Y pada struktur menggunakan

software SAP 2000 v.19. Periode getar diperoleh setelah melakukan analisis

dari pemodelan struktur dan geoteknik termasuk spektrum respon desain

yang sesuai dengan kondisi di lapangan.

Dari hasil analisis struktur jembatan pile slab sepanjang 45 m dengan

menggunakan software SAP 2000 v.19, didapatkan periode getar struktur

pada arah sumbu-X (Tx) = 0,543 detik, dan pada arah sumbu-Y (Ty) =

0,500 detik. Hasil analisis dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Sumber: Hasil olahan program SAP2000 v.19

Gambar 4.19 Ragam getar struktur pile slab arah sumbu-X (Tx = 0,543) detik

Sumber: Hasil olahan program SAP2000 v.19

Gambar 4.20 Ragam getar struktur pile slab arah sumbu-Y (Ty = 0,500) detik

Menurut SNI 1726-2012, periode getar struktur (T), tidak boleh melebihi

hasil koefisien untuk batasan pada periode getar yang dihitung (Cu).

Berdasarkan Tabel 2.11 Koefisien untuk batas atas periode yang

dihitung untuk nilai SD1 = 1,131 g diperoleh nilai Cu = 1,7. Hasil analisis

struktur periode getar arah sumbu-X (0,543) dan sumbu-Y (0,500) < Cu =

1,7, maka dapat disimpulkan bahwa periode getar struktur memenuhi syarat.
e. Beban Gempa Pada Struktur

Dari hasil perhitungan di atas, didapat beberapa parameter yang dapat

digunakan untuk memperkirakan besarnya beban yang akan bekerja pada

struktur pile slab. Parameter-parameter tersebut adalah:

R : Koefisien Modifikasi Respon =5

Ie : Faktor Keutamaan Gempa =1

SDS : Respon Spektrum Periode Pendek = 0,251

SD1 : Respon Spektrum Periode 1 detik = 0,131

Tx : Periode Getar Struktur Arah X = 0,543 detik

Ty : Periode Getar Struktur Arah Y = 0,500 detik

W : Berat struktur dihitung otomatis oleh SAP 2000.v19 = 813,79 ton

Perhitungan Beban Gempa Arah X:

Besarnya nilai koefisien respon seismik diambil dari nilai respon spektrum

terbesar yakni SDS dengan perhitungan sebagai berikut.

Cs = SDS / (R/Ie)

= 0,251 / (5/1) = 0,050

Cs max = SD1 / Tx . (R/Ie)

= 0,131 / 0,543 . (5/1) = 0,048

Karena Cs > Cs max maka digunakan Cs max = 0,048

Besarnya beban gempa arah X pada struktur

V = Cs × W

= 0,048 × 813,79 ton

= 39,280 ton

Pada arah X struktur jembatan pile slab memiliki 4 tiang pancang sehingga

beban gempa yang menimpa satu tiang pancang sebesar:


Besarnya gaya gempa yang harus dipikul oleh 1 rangka pemikul momen:

TEQX = V / 4

= 39,280 / 4 = 9,820 ton

Perhitungan Beban Gempa Arah Y:

Besarnya nilai koefisien respon seismik diambil dari nilai respon spektrum

terbesar yakni SDS dengan perhitungan sebagai berikut.

Cs = SDS / (R/Ie)

= 0,251 / (5/1) = 0,050

Cs max = SD1 / Ty . (R/Ie)

= 0,131 / 0,500 . (5/1) = 0,052

Karena Cs < Cs max maka digunakan Cs = 0,050

Besarnya beban gempa arah X pada struktur

V = Cs × W

= 0,050 × 813,79 ton

= 40,852 ton

Pada arah Y struktur jembatan pile slab memiliki 8 susun tiang pancang

sehingga beban gempa yang menimpa satu tiang pancang sebesar:

Besarnya gaya gempa yang harus dipikul oleh 1 rangka pemikul momen:

TEQX = V / 8

= 40,852 / 8 = 5,11 ton

8. Beban Angin (TEW)

Faktor beban ultimit, KEW = 1,2

Beban angin terbagi menjadi dua yakni beban angin pada struktur (T EW1) dan

beban angin pada kendaraan (TEW2). Dengan parameter Cw (koefisien seret) dan

Vw (kecepatan angin rencana) sebagai penentunya.


1. Diketahui:

Letak jembatan < 5 km dari pantai, maka dari Tabel 2.3 Kecepatan angin

rencana diperoleh nilai Vw = 35 m/s.

Struktur jembatan pile slab merupakan bangunan atas masif dengan lebar

keseluruhan jembatan (b) = 12,5 m dan tinggi bangunan atas (d) = 1,725 m.

Dengan mengacu pada Tabel 2.4 Koefisien seret nilai b/d = 7,25 > 6,0

maka nilai diperoleh nilai Cw = 1,25 dan khusus untuk beban angin pada

kendaraan diambil nilai Cw = 1,2.

Tinggi bangunan atas (ha) = 1,725 m

Panjang segmen (L) = 5 m

2. Perhitungan:

a. Beban angin pada struktur (TEW)

Luas bangunan yang terkena angin (Ab)

Ab = ha × L

= 1,725 m × 5 m = 8,625 m2

TEW1 = 0,0006 × Cw × (Vw)2 × Ab

= 0,0006 × 1,25 × (35)2 × 8,625 m2 = 7,924 kN

TEW1
ha

Sumber: Hasil olahan

Gambar 4.21 Beban angin pada struktur


b. Beban angin pada kendaraan (PEW)

Sumber: Nugroho, 2016

Gambar 4.22 Beban angin pada kendaraan

Beban angin merata tambahan arah horizontal pada permukaan lantai

jembatan akibat angin yang meniup kendaraan di atas jembatan dihitung

dengan persamaan:

TEW2 = 0,0012 × Cw × (Vw)2

= 0,0012 × 1,2 × (35)2

= 1,764 kN/m

Bidang vertikal yang ditiup angin merupakan bidang samping kendaraan

dengan tinggi h = 2,0 m dan jarak antar roda x = 1,75 m di atas lantai

jembatan.

Transfer beban angin ke lantai jembatan,

PEW = (1/2 × h / x × TEW2) × L

= (1/2 × 2 / 1,75 × 1,764) × 5 m

= 5,04 kN

Hasil perhitungan beban – beban yang diperkirakan akan bekerja pada

struktur pile slab dirangkum pada Tabel 4.8 sebagai berikut


Tabel 4.8 Rekap beban yang bekerja pada pile slab
Beban Pada Struktur
Simbol
No Uraian Beban Input dalam
Beban Perhitungan
SAP2000 v.19
1 Berat sendiri struktur
a. Slab, Pile Cap, dan Dihitung otomatis -
PMS
tiang pancang SAP2000 v.19
b. Dinding parabet 5,817 kN/m 0,5817 ton/m
2 Beban mati Tambahan
a. Aspal + Genangan air 1,6 kN/m2 0,16 ton/m2
hujan PMA
b. Instalasi ME dan 0,6 kN/m 0,06 ton/m
lainnya
3 Beban lajur “D”
a. Beban terbagi rata 9 kPa 0,9 ton/m2
(BTR)
PTD
b. Beban garis terpusat 68,60 kN/m 6,86 ton/m
(BGT)
4 Beban truk “T” PTT 146,25 kN 14,625 ton
5 Gaya rem TTB 20 kN 2 ton
6 Gaya sentrifugal TTR 8756,28 Kg 8,76 ton
7 Beban gempa
a. Arah X TEQX 9,82 ton 9,82 ton
b. Arah Y TEQY 5,11 ton 5,11 ton
8 Beban angin
a. Pada struktur TEW 7,92 kN 0,792 ton
b. Pada Kendaraan PEW 5,04 kN 0,504 ton

Sumber: Hasil perhitungan

Input Beban yang Bekerja Pada Struktur Pile Slab

Beban – beban yang telah dihitung sebelumnya akan di input ke dalam

pemodelan struktur yang telah dibuat di dalam SAP2000 v.19 dengan lokasi dan

arah beban
masing-masing. Berikut merupakan gambar penempatan beban yang bekerja pada

struktur pile slab.

1. Penempatan beban mati tambahan yang terdiri dari beban aspal + genangan air

hujan, dan instalasi lainnya ditunjukkan pada gambar berikut.

Sumber: Program SAP2000 v.19

Gambar 4.23 Beban mati tambahan aspal + genangan air hujan (0,16 ton/m2)

Sumber: Program SAP2000 v.19

Gambar 4.24 Beban mati tambahan instalasi lainnya (0,06 ton/m)


2. Penempatan beban lajur D yang terdiri dari beban terbagi rata (BTR) dan

beban garis terpusat (BGT). Beban lajur D pada struktur jembatan pile slab

dapat dilihat pada gambar berikut.

Sumber: Program SAP2000 v.19

Gambar 4.25 Beban terbagi rata (BTR = 0,9 ton/m2)

Sumber: Program SAP2000 v.19

Gambar 4.26 Beban garis terpusat (BGT = 6,86 ton/m)


3. Penempatan beban truk “T” disesuaikan dengan spesifikasi yang tertera di

SNI yakni panjang truk 5 – 15 m dengan jarak antar roda 2,75 m. Beban truk

pada struktur pile slab ditunjukkan pada gambar berikut.

Sumber: Program SAP2000 v.19

Gambar 4.27 Beban truk T ( 14,625 ton)

4. Penempatan gaya rem berada di tumpuan pile cap dan searah dengan arah

memanjang jembatan.

Sumber: Program SAP2000 v.19

Gambar 4.28 Gaya rem ( 2,0 ton)


5. Gaya sentrifugal ditempatkan pada pile cap yang kemungkinan menerima

gaya sentrifugal.

Sumber: Program SAP2000 v.19

Gambar 4.29 Gaya sentrifugal ( 8,76 ton)

6. Beban gempa bekerja di pada tanah sehinga penempatan beban gempa

berada pada tiang pancang sebagai berikut.

Sumber: Program SAP2000 v.19

Gambar 4.30 Beban gempa arah X (9,82 ton) dan arah Y (5,11 ton)

7. Beban angin pada struktur ditempatkan pada sisi samping jembatan,

sedangkan beban angin pada kendaraan ditempatkan pada lantai jembatan.


Sumber: Program SAP2000 v.19

Gambar 4.31 Beban angin pada struktur (0,79 ton) dan pada kendaraan
(0,50 ton)

Analisis Struktur Pile Slab dengan software SAP2000 v.19

Kekuatan dari struktur pile slab dievaluasi dengan cara melakukan analisis

struktur dengan menggunakan beban-beban yang diperkirakan akan bekerja pada

struktur selama umur rencananya. Beban-beban yang bekerja dikombinasikan

sedimikian rupa, sehingga akan menghasilkan pengaruh beban yang paling

maksimum atau paling berbahaya bagi kekuatan struktur.

Tabel 4.9 Kombinasi pembebanan struktur pile slab

Faktor Beban Ultimit


Kombinasi
PMS PMA PTD PTT TTB TTR TEQ TEW
1 1,3 2,0 1,8 1,8 1,8 1,8 - -
2 1,3 2,0 1,8 1,8 1,8 1,8 - 1,2
3 1,3 2,0 - - - - 1,0 -

Sumber: SNI T-02-2005

Setelah seluruh kombinasi beban didefinisikan langsung dilakukan run analysis.

Hasil analisis struktur terdiri dari deformasi dan gaya momen dan geser pada setiap

elemen yang digambarkan secara interaktif seperti berikut.


Sumber: Hasil analisa struktur program SAP2000 v.19

Gambar 4.32 Hasil analisis struktur jembatan pile slab kombinasi-1

Sumber: Hasil analisis struktur program SAP2000 v.19

Gambar 4.33 Hasil analisis struktur jembatan pile slab kombinasi-2

Sumber: Hasil analisis struktur program SAP2000 v.19

Gambar 4.34 Hasil analisis struktur jembatan pile slab kombinasi-3


Output dari analisis struktur adalah deformasi dan gaya – gaya dalam

maksimum. Untuk deformasi dan rotasi maksimum pada struktur pile slab dapat

dilihat pada Tabel 4.10. Sedangkan untuk gaya – gaya dalam maksimum pada tiang

pancang, pile cap dan slab akibat kombinasi beban ultimit masing-masing

dicantumkan dalam Tabel 4.11, Tabel 4.12 dan Tabel 4.13.

Tabel 4.10 Deformasi dan rotasi maksimum struktur jembatan pile slab
Deformasi dan Rotasi Maksimum Pada Struktur Jembatan Pile Slab
Kombinasi
Vertikal Horizontal Horizontal Rotasi arah Rotasi arah Rotasi arah
No
(cm) arah X (cm) arah Y (cm) X (°) Y (°) Z (°)
1 -0,949 0,0224 0,0648 0,00072 0,00002 0,00003
2 -0,964 0,0237 0,0687 0,00075 0,00002 0,00003
3 -0,243 0,000007 0,00001 0,00006 0,00018 0,00002

Sumber: Hasil analisis struktur dari program SAP2000 v.19

Tabel 4.11 Gaya dalam maksimum pada tiang pancang


Gaya Dalam Maksimum Pada Tiang Pancang
Kombinasi Pembebanan
Momen (t.m) Aksial (ton)
1 3,190 156,886
2 3,281 159,438
3 0,066 33,652
Sumber: Hasil analisis struktur dari program SAP2000 v.19

Tabel 4.12 Gaya dalam maksimum pada pile cap


Gaya Dalam Maksimum Pada Pile
Kombinasi Cap
Pembebanan Momen (t.m)
Geser (ton)
Positif Negatif
1 43,703 23,245 102,665
2 44,686 23,406 104,438
3 4,458 10,132 19,622

Sumber: Hasil analisis struktur dari program SAP2000 v.19


Tabel 4.13 Gaya dalam maksimum pada slab
Gaya Dalam Maksimum Pada Slab
Kombinasi Pembebanan
Momen (t.m) Geser (ton)
1 6,815 18,238
2 6,966 18,545
3 2,274 5,371

Sumber: Hasil analisis struktur dari program SAP2000 v.19

Pembesian Pile Cap

1. Tulangan Lentur

Momen ultimit rencana pile cap, Mu positif = 446,860 kN.m

Mu negatif = 234,060 kN.m

Mutu beton, fc’ = 29,05 MPa

Mutu baja, fy = 320 MPa

Lebar efektif Pile Cap, b = 1600 mm

Tinggi Pile Cap, h = 800 mm

Jarak tulangan terhadap sisi luar beton, d’ = 100 mm

Tebal efektif pile cap, d = h-d’ = 700 mm

Modulus elastisitas baja, Es = 200000 MPa

Faktor bentuk distribusi tegangan beton, β1 = 0,85

Tahanan momen maksimum (Rmax),



𝛽 1× 0,85 × 𝑓𝑐 × 600 29,05
𝜌𝑏 = 𝑓𝑦 0,85 × 0,85 × × 600
600 + 𝑓𝑦 = 320
600 + 320 = 0,043
1
×0,75 ×𝜌𝑏×𝑓𝑦
Rmax = 0,75 × ρb × fy × [1 − 2
]
0,85 ×𝑓𝑐′

1
×0,75 ×0,043 ×320
= 0,75 × 0,043 × 320 × [1 − 2
]
0,85 ×29,05

= 8,132
A. Tulangan Lentur Positif

Faktor reduksi kekuatan lentur, ϕ = 0,80

Momen rencana ultimit Mu = 446,86 kN.m

Momen nominal rencana Mn = Mu / ϕ = 558,58 kN.m

Faktor tahanan momen (Rn),

Rn = Mn × 106 / (b . d2) = 558,58 × 106 / (1600 × 7002) = 0,712

Kontrol : Rn (0,712) < Rmax (8,132)............(OK)

Rasio tulangan yang diperlukan,


2 × 𝑅𝑛
ρ = 0,85 × fc’/fy × {1 − √1 − ( )}
0,85 × 𝑓𝑐′

2 × 0,712
= 0,85 × 29,05 / 320 × {1 − √1 − ( )}
0,85 × 29,05

= 0,002

Rasio tulangan minimum,

ρmin = 1,4 / fy = 1,4 / 320 = 0,004

Karena ρ (0,002) < ρmin (0,004), maka rasio tulangan yang digunakan

adalah ρmin = 0,004.

Luas tulangan yang diperlukan (As butuh),

As butuh = ρ × b × d

= 0,004 × 1600 × 700

= 4900 mm2

Dicoba diameter tulangan D22

Jumlah tulangan yang diperlukan,

n = As / (π / 4 × D2)

= 12,89 ≈ 13 buah

Luas tulangan terpasang (As)


As = n × π / 4 × D2

= 13 × π / 4 × 222

= 4941,725 mm2 > As butuh

Maka tulangan yang digunakan untuk menahan momen lentur ultimit positif

pile cap adalah 13 D22.

B. Tulangan Lentur Negatif

Faktor reduksi kekuatan lentur, ϕ = 0,80

Momen rencana ultimit Mu = 234,06 kN.m

Momen nominal rencana Mn = Mu / ϕ = 292,58 kN.m

Faktor tahanan momen (Rn),

Rn = Mn × 106 / (b . d2) = 338,140 × 106 / (1600 × 7002) = 0,373

Kontrol : Rn (0,373) < Rmax (8,132)............(OK)

Rasio tulangan yang diperlukan,


2 × 𝑅𝑛
ρ = 0,85 × fc’/fy × {1 − √1 − ( )}
0,85 × 𝑓𝑐′

2 × 0,373
= 0,85 × 29,05 / 320 × {1 − √1 − ( )}
0,85 × 29,05

= 0,001

Rasio tulangan minimum,

ρmin = 1,4 / fy = 1,4 / 320 = 0,004

Karena ρ (0,001) < ρmin (0,004), maka rasio tulangan yang digunakan

adalah ρmin = 0,004.

Luas tulangan yang diperlukan (As butuh),

As butuh = ρ × b × d

= 0,004 × 1600 × 700

= 4900 mm2
Dicoba diameter tulangan D22

Jumlah tulangan yang diperlukan,

n = As / (π / 4 × D2)

= 12,89 ≈ 13 buah

Luas tulangan terpasang (As)

As = n × π / 4 × D2

= 13 × π / 4 × 222

= 4941,752 mm2 > As butuh

Maka tulangan yang digunakan untuk menahan momen lentur ultimit negatif

pile cap adalah 13 D22.

2. Tulangan Geser

Gaya geser ultimit rencana pile cap (Vu) = 1044070 N

Kuat geser beton (Vc),

Vc = 1/6 × (√fc’) × b × d

= 1/6 × (√29,05) × 1600 × 700

= 503048,48 N

Faktor reduksi kekuatan geser (ϕ) = 0,75

Kapasitas geser, (ϕ.Vc) = (0,75 × 503048,48 N) = 377286,36 N

Nilai Vu (1044070 N) > ϕ.Vc (377286,36 N), maka perlu digunakan tulangan

geser.

Gaya geser yang didukung tulangan geser (Vs),

Vs = Vu / ϕ – Vc

= 1044070 N / 0,75 – 503048,48 N

= 889044,85 N

Digunakan sengkang berpenampang, 2 D 22


Luas tulangan geser (Av),

Av = π/4 × D2 × 2

= π/4 × 222 × 2

= 760,27 mm2

Jarak tulangan geser yang diperlukan:

S = Av × fy × d / Vs

= 760,27 × 320 × 700 / 889044,85 N

= 191,55 mm ≈ 150 mm

Maka tulangan geser yang perlu dipasang pada pile cap adalah 2 D 22 jarak

150 mm.

Pembesian Slab Lantai

Untuk pembesian slab lantai, perlu dihitung kembali momen dan gaya geser

yang terjadi pada slab karena pada umumnya perhitungan untuk slab tersebut

bukan dihitung menggunakan aplikasi melainkan secara manual. Dari kedua

nilai momen dan gaya geser tersebut nantinya akan digunakan nilai yang

terbesar.

a.) Berat sendiri slab (MS)

Ditinjau slab lantai selebar, b = 1,0 m

Tebal slab h = ts = 0,3 m

Panjang segmen slab, L = 5,0 m

Berat volume beton, wc = 25 kN/m3

Luasan dinding parabet, Ld = 0,233 m2

Berat sendiri slab,

h × b × wc = 0,3 × 1,0 × 25 = 7,5 kN/m

Berat sendiri parabet,

Ld × wc = 0,233 × 25 = 5,83 kN/m


Total berat sendiri, PMS = 13,33 kN/m

Momen akibat berat sendiri,

MMS = 1/12 × PMS × L2

= 1/12 × 13,33 × 52

= 27,76 kN.m

Gaya geser akibat berat sendiri,

VMS = 1/2 × PMS × L2

= 1/2 × 13,33 × 5

= 33,33 kN

b.) Beban mati tambahan (MA)

Ditinjau slab lantai selebar, b = 1,0 m

Tebal aspal, ta = 0,05 m

Tebal genangan air hujan, th = 0,05 m

Berat volume aspal, wa = 22 kN/m3

Berat volume air, wh = 10 kN/m3

Berat aspal,

ta × b × wa = 0,05 × 1,0 × 22 = 1,1 kN/m

Berat genangan air hujan,

th × b × wa = 0,05 × 1,0 × 10 = 0,5 kN/m

Berat lightning dan instalasi ME

pr = 0,6 kN/m

Total beban mati tambahan, PMA = 2,20 kN/m

Momen akibat beban mati tambahan,

MMA = 1/12 × PMA × L2

= 1/12 × 2,20 × 52 = 4,58 kN.m


110

Gaya geser akibat beban mati tambahan,

VMA = 1/2 × PMA × L2

= 1/2 × 2,20 × 5

= 5,50 kN

c.) Beban truk “T” (TT)

Beban hidup pada lantai jembatan berupa beban roda ganda oleh truk T yang

besarnya, T = 112,5 kN

Faktor beban dinamis untuk pembebanan truk, FBD = 30%

PTT = (1 + DLA) × T

= (1 + 0,3) × 112,5 kN

= 146,25 kN

Panjang bentang slab, L = 5,0 m

Momen akibat beban truk,

MTT = 1/8 × PTT × L

= 1/8 × 146,25 × 5

= 91,41 kN.m

Gaya geser akibat beban truk,

VTT = 1/2 × PTT

= 1/2 × 146,25

= 73,13 kN

d.) Beban angin (EW)

Beban angin yang bekerja pada slab adalah beban angin pada kendaraan dan

dihitung dengan persamaan sebagai berikut.

TEW2 = 0,0012 × Cw × (Vw)2

= 0,0012 × 1,2 × (35)2 = 1,764 kN/m


111

Bidang vertikal yang ditiup angin merupakan bidang samping kendaraan

dengan tinggi h = 2,0 m dan jarak antar roda x = 1,75 m di atas lantai

jembatan.

Transfer beban angin ke lantai jembatan,

PEW = (1/2 × h / x × TEW2)

= (1/2 × 2 / 1,75 × 1,764)

= 1,008 kN/m

Momen akibat beban angin,

MEW = 1/12 × PEW × L2

= 1/12 × 1,008 × 52

= 2,10 kN.m

Gaya geser akibat beban truk,

VTT = 1/2 × PEW × L

= 1/2 × 1,008 × 5

= 2,52 kN

e.) Pengaruh Temperatur (ET)

Temperatur maksimum rata-rata, Tmaks = 40 °C

Temperatur minimum rata-rata, Tmin = 15 °C

Perbedaan temperatur, ΔT = Tmaks – Tmin = 25 °C

Koefisien muai panjang untuk beton, α = 0,00001 /°C

Modulus elastisitas beton,

Ec = 4700 × √fc’ × 1000

= 4700 × √29,05 × 1000 = 25332084 kPa

Regangan akibat temperatur,

εc = α × ΔT
= 0,00001 /°C × 25 °C

= 0,00025

Ditinjau slab selebar, b = 1,0 m

Tebal slab, h = ts = 0,3 m

Panjang segmen, L = 5,0 m

Tegangan akibat temperatur,

fc = εc × Ec = 0,00025 × 25332084 = 6533,021 kPa

Momen akibat temperatur,

MET = 0,0065 × fc × b × h2

= 0,0065 × 6533,021 × 1,0 × 0,32 = 3,70 kN.m

Gaya geser akibat temperatur,

VET = MET / L = 3,70 / 5 = 0,74 kN

Momen dan gaya geser ultimit yang terjadi pada slab yang dihitung secara
manual ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 4.14 Momen dan gaya geser ultimit pada slab dihitung secara manual
Faktor M V Mu Vu
No Jenis Beban
Beban (kN.m) (kN) (kN.m) (kN)
1 Berat sendiri (MS) 1,3 27,76 33,31 36,09 43,31
2 Mati tambahan (MA) 2,0 4,58 5,50 9,17 11,00
3 Beban truk “T” (TT) 1,8 91,41 73,13 164,53 131,63
4 Beban angin (EW) 1,2 2,10 2,52 2,52 3,02
5 Temperatur (ET) 1,2 3,70 0,74 4,45 0,89
Total Momen dan Gaya Geser Ultimit pada slab = 216,75 189.84

Sumber: Hasil perhitungan


Momen dan gaya geser ultimit pada slab dapat direkap sebagai berikut.

Berdasarkan analisis struktur SAP2000 v.19:

Mu = 69,66 kN.M

Vu = 185,45 kN

Berdasarkan analisis manual:

Mu = 216,75 kN.M

Vu = 189,84 kN

Maka digunakan momen dan gaya geser ultimit yang terbesar yakni

berdasarkan analisis manual Mu = 216,75 kN.m dan Vu = 189,84 kN.

1. Perhitungan Tulangan Lentur pada slab

Momen ultimit rencana slab, Mu = 216,75 kN.m

Mutu beton, fc’ = 29,05 MPa

Mutu baja, fy = 320 MPa

Lebar slab yang ditinjau, b = 1000 mm

Tebal slab, h = 300 mm

Jarak tulangan terhadap sisi luar beton, d’ = 50 mm

Tebal efektif pile cap, d = h-d’ = 250 mm

Modulus elastisitas baja, Es = 200000 MPa

Faktor bentuk distribusi tegangan beton, β1 = 0,85

Tahanan momen maksimum (Rmax),



𝛽 × 0,85 × 𝑓𝑐 × 600 29.05
1
𝑓𝑦
𝜌𝑏 = 0,85 × 0,85 × × 600
600 + 𝑓𝑦 = 320
600 + 320 = 0,043
1
×0,75 ×𝜌𝑏×𝑓𝑦
Rmax = 0,75 × ρb × fy × [1 − 2
]
0,85 ×𝑓𝑐′

1
×0,75 ×0,043 ×320
= 0,75 × 0,043 × 320 × [1 − 2
] = 8,132
0,85 ×29,05
Faktor reduksi kekuatan lentur, ϕ = 0,80

Momen rencana ultimit Mu = 216,75 kN.m

Momen nominal rencana Mn = Mu / ϕ = 270,94 kN.m

Faktor tahanan momen (Rn),

Rn = Mn × 106 / (b . d2) = 120,59 × 106 / (1000 × 2502) = 4,335

Kontrol : Rn (4,335) < Rmax (8,132)............(OK)

Rasio tulangan yang diperlukan,


2 × 𝑅𝑛
ρ = 0,85 × fc’/fy × {1 − √1 − ( )}
0,85 × 𝑓𝑐′

2 × 4,335
= 0,85 × 29,05 / 320 × {1 − √1 − ( )}
0,85 × 29,05

= 0,015

Rasio tulangan minimum,

ρmin = 1,4 / fy = 1,4 / 320 = 0,004

Karena ρ (0,015) > ρmin (0,004), maka rasio tulangan yang digunakan

adalah ρ = 0,015.

Luas tulangan yang diperlukan (As butuh),

As butuh = ρ × b × d

= 0,015 × 1000 × 250

= 3751,535 mm2

Dicoba menggunakan tulangan D22

Jarak tulangan yang diperlukan (s),

s = π/4 × D2 × b / As

= π/4 × 222 × 1000 / 3751,535

= 101,276 mm ≈ 100 mm

As = π/4 × D2 × b / s
= π/4 × 222 × 1000 / 100

= 3799,400 mm2 > As butuh (3751,535 mm2)

Maka tulangan pokok yang digunakan D22 – 100.

Untuk tulangan bagi diambil 50% dari luas tulangan (As) pokok.

As’ butuh = 50% × As

= 50% × 3751,535 mm2

= 1899,700 mm2

Dicoba menggunakan tulangan D16

Jarak tulangan bagi yang diperlukan (s’),

s' = π/4 × D2 × b / As

= π/4 × 162 × 1000 / 1899,700

= 105,785 mm ≈ 100 mm

As’= π/4 × D2 × b / s

= π/4 × 162 × 1000 / 100

= 2009,600 mm2 > As’ butuh (1899,700 mm2)

Maka tulangan pokok yang digunakan D16 – 100.

Evaluasi Penulangan Pile Cap dan Slab

Evaluasi tulangan yang dimaksud adalah perbandingan ukuran dan jarak

tulangan antara desain hasil perhitungan dengan desain perencanaan. Perbandingan

tulangan desain hasil perhitungan dengan tulangan desain perencanaan disajikan

dalam Tabel

4.15 untuk pile cap dan Tabel 4.16 untuk slab sebagai berikut.
Tabel 4.15 Perbandingan tulangan pile cap desain dan hasil perhitungan
Tulangan Pada Pile Cap
No
Uraian Desain Perencanaan Hasil Perhitungan
1 Tulangan Lentur Positif 13D – 22 13D – 22
2 Tulangan Lentur Negatif 13D – 22 13D – 22
3 Tulangan Geser 2 D22 – 150 2 D22 – 150
Sumber: Hasil perhitungan

Tabel 4.16 Perbandingan tulangan slab desain dan hasil perhitungan


Tulangan Pada Slab
No
Uraian Desain Perencanaan Hasil Perhitungan
1 Tulangan Pokok D22-100 D22-100
2 Tulangan Bagi D16-100 D16-100
Sumber: Hasil perhitungan

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa tulangan pokok dan tulangan bagi

untuk pile cap dan slab pada desain perencanaan memiliki ukuran dan jenis

tulangan yang sama dengan hasil perhitungan, sehingga dipastikan tulangan

tersebut mampu memikul momen dan gaya geser yang terjadi.

Evaluasi Kekuatan Tiang Pancang

Evaluasi kekuatan tiang pancang dilakukan dengan membandingkan nilai

momen lentur yang terjadi dengan batas nilai momen lentur yang terdapat pada

brosur PT. WIKA beton. Perbandingan nilai tersebut dapat dilihat pada tabel di

bawah ini.

Tabel 4.17 Evaluasi kekuatan tiang pancang


Momen ijin dari
Kombinasi Momen Yang
brosur PT. WIKA Keterangan
Pembebanan Terjadi (t.m)
beton (t.m)
1 3,190 10,50 3,190 < 10,50 Aman
2 3,281 10,50 3,281 < 10,50 Aman
3 0,066 10,50 0,066 < 10,50 Aman

Sumber: Hasil perhitungan


Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa momen yang terjadi masih di

bawah nilai momen ijin sehingga dapat disimpulkan bahwa tiang pancang yang

digunakan cukup kuat dan aman dalam menerima gaya yang terjadi.

Evaluasi Kapasitas Dukung Tiang Pancang

Evaluasi kapasitas tiang pancang terdiri dari dua parameter yakni daya dukung

aksial tiang dan daya dukung lateral tiang. Dari analisis daya dukung aksial tiang

pancang yang telah dilakukan sebelumnya didapatkan besarnya daya dukung aksial

yang diijinkan dari tiang pancang tunggal berdiameter 50 cm adalah 185,30 ton dan

daya daya dukung lateral yang diijinkan sebesar 48,148 ton.

Berdasarkan Tabel 4.11 Gaya Dalam Maksimum Pada Tiang Pancang, dapat

dilihat gaya aksial maksimum yang harus didukung tiang pancang adalah sebesar

159,438 ton. Nilai tersebut masih di bawah daya dukung ijin aksial tiang pancang

yakni 185,30 ton.

Gaya lateral yang terjadi pada tiang pancang disebabkan oleh gaya aksi

lingkungan yang tidak lain adalah beban gempa. Dari hasil perhitungan

pembebanan besarnya gaya gempa yang terjadi pada satu tiang pancang sebesar

9,82 ton untuk arah x dan 5,11 ton untuk arah y. Resultan gaya lateral tersebut dapat

dihitung sebagai berikut.

Hu = √(Tx2 + Ty2) = √(9,822 + 5,112) = 11,07 ton

Nilai tersebut masih dibawah nilai daya dukung lateral ijin yakni sebesar 48,148

ton. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tiang pancang mampu memikul

beban-beban aksial maupun lateral yang bekerja pada struktur jembatan pile slab.
Evaluasi Kekakuan Struktur Pile Slab

Kekakuan struktur jembatan pile slab diperiksa dengan menghitung besarnya

simpangan ke arah horizontal Y dari struktur akibat kombinasi pembebanan yang

ditinjau di dalam analisis. Dalam hal ini kombinasi pembebanan yang digunakan

adalah kombinasi 3 karena menyebabkan deformasi struktur yang paling ekstrim.

Evaluasi dilakukan dengan menghitung besarnya simpangan yang terjadi antara

permukaan tanah dengan slab. Besarnya nilai simpangan yang terjadi dapat dilihat

pada gambar berikut.

Sumber: Hasil analisis struktur program SAP2000 v.19

Gambar 4.35 Simpangan horizontal pada struktur di slab


δa = 0,0687 cm

Sumber: Hasil analisis struktur program SAP2000 v.19

Gambar 4.36 Simpangan horizontal pada permukaan tanah


δb = 0,0129 cm
Berdasarkan SNI 1726-2012 untuk struktur jembatan pile slab dengan faktor

pembesaran defleksi Cd = 4,5 dan faktor keutamaan gempa Ie = 1,0 besarnya

simpangan yang terjadi adalah sebagai berikut.

Δ = (δa – δb) × Cd/Ie

= (0,0687 cm – 0,0129 cm) × 4,5/1,0 = 0,251 cm

Tinggi slab dari permukaan tanah (H) sebesar 500 cm, maka besarnya

simpangan yang diijinkan berdasarkan SNI 1726-2012 adalah sebesar:

δijin = 0,02 × H

= 0,02 × 500 cm = 10 cm

Dari hasil perhitungan, diperoleh nilai simpangan yang terjadi sebesar 0,251

cm. Simpangan ini lebih kecil dari simpangan yang diijinkan yaitu 10 cm. dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa kekakuan dari struktur jembatan pile slab

memenuhi syarat kekakuan.

Perhitungan Struktur Abutment

Abutment pada struktur jembatan pile slab tidak menerima seluruh beban yang

terjadi melainkan hanya setengah dari panjang segmen karena beban yang diterima

terbagi rata oleh tiang pancang yang tersusun di sepanjang jembatan. Oleh karena

itu tipe abutment yang digunakan adalah tipe balok cap. Evaluasi abutment

dilakukan untuk mengetahui kemampuan abutment dalam memikul seluruh beban

yang terjadi. Evaluasi yang dilakukan terkait pemeriksaan terhadap stabilitas dan

penulangan struktur abutment.


120

Identifikasi Kondisi Tanah Pada Daerah Abutment

Abutment berada di pangkal dan ujung jembatan sehingga data tanah yang

digunakan bukan merupakan nilai rata-rata dari keempat titik bor. Titik bor yang

digunakan dalam perhitungan abutment adalah titik yang memilki kedalaman paling

ekstrim yakni titik BH-04. Rangkuman hasil uji SPT pada BH-04 adalah sebagai

berikut.

Tabel 4.18 Rangkuman Titik Uji SPT Bor Hole 4


Titik N- Kedalaman
Jenis Tanah Kepadatan
Bor SPT (m)
Lempung + kerikil 3 2 Sangat lepas
Lempung + pecahan batu 4 4 Lepas
bara 5
4 6 Lepas
9 8 Lepas
Lempung abu-abu
12 10 Agak padat
11
45 12 Padat
Batu bara hitam
13
4 40 14 Padat
25 16 Agak Padat
24 18 Agak Padat
30 20 Agak Padat
35 22 Agak Padat
Lempung abu-abu 40 24 Padat
40 26 Padat
49 28 Padat
Sangat
>50 30
Padat
Sumber: Hasil Uji Lab Teknik Sipil Politeknik Negeri Samarinda

Pada daerah abutment terdapat dua jenis tanah yakni tanah timbunan di

belakang abutment dan tanah existing di dasar abutment. Untuk parameter tanah

timbunan di belakang abutment diambil berdasarkan SNI T-02-2005 sedangkan

untuk parameter tanah di dasar abutment dihitung dengan persamaan sebagai

berikut.
121

1. Nilai N-SPT di dasar abutment

Diketahui tinggi abutment 1,75 m. Maka untuk menentukan nilai N-SPT pada

kedalaman 1,75 m dilakukan interpolasi.

Permisalan x (kedalaman) dan y (N-SPT)

x1 = 0 y1 = 1

x2 = 2 y2 = 3

x = 1,75 y =?
𝑥−𝑥1
𝑦= (𝑦2 − 𝑦1) + 𝑦1
𝑥2−𝑥1

1,75−0
𝑦= (3 − 1) + 1
2−0

= 2,75

2. Perhitungan nilai berat volume tanah

Berat volume tanah dihitung menggunakan tabel korelasi nilai SPT dengan

karakteristik tanah Bowles (1984) dalam Rini (2014). Jenis tanah berdasarkan

bor adalah lempung maka jenis tanah yang digunakan adalah cohesive soil.

Tabel 4.19 Korelasi nilai N-SPT dengan karakteristik tanah


Cohesionless Soil
N (blows) 0-3 4-10 11-30 31-50 >50
γ (kN/m3) - 12-16 14-18 16-20 18-23
Φ (°) - 25-32 28-36 30-40 >35
State Very Loose Loose Medium Dense Very Dense
Dr (%) 0-15 15-35 35-65 65-85 85-100
Cohesive Soil
N (blows) <4 4-6 6-15 16-25 >25
γ (kN/m3) 14-18 16-18 16-18 16-20 >20
qu (kPa) <25 20-50 30-60 40-200 >200
Consistency Very Soft Soft Medium Stiff Hard

Sumber: Bowles (1984) dalam Rini (2014)


Diketahui nilai N-SPT = 2,75. Maka untuk menentukan nilai γ dilakukan

interpolasi.

Permisalan x (N-SPT) dan y (berat volume tanah γ)

x1 = 1 y1 = 14

x2 = 4 y2 = 18

x = 2,75 y =?
𝑥−𝑥1
𝑦= (𝑦2 − 𝑦1) + 𝑦1
𝑥2−𝑥1

2,75−1
𝑦= (18 − 14) + 14
4−1

= 16,33 kN/m3

3. Perhitungan nilai kohesi (c)

Menurut Sunggono (1995) dalam Rini (2014) nilai kohesi tanah dapat

dinyatakan 10% dari nilai N-SPT.

c = 0,10 × N

= 0,10 × 2,75

= 0,275 kPa

4. Perhitungan nilai sudut gesek (ϕ)

Menurut Kishida (1967) dalam Rini (2014) nilai sudut gesek dapat ditentukan

dengan persamaan berikut.

ϕ = (20 × N)0.5 + 15

= (20 × 2,75)0.5 + 15

= 22,42°

Rekap parameter tanah di daerah abutment dapat direkap sebagai berikut.

A. Parameter Tanah Timbunan Di Belakang Abutment

γ = 17,2 kN/m3
ϕ = 35°

c = 0 kPa

B. Parameter Tanah Di Dasar Abutment

γ = 16,33 kN/m3

ϕ = 22,42°

c = 0,275 kPa

Sumber: Hasil olahan

Gambar 4.37 Parameter tanah di daerah abutment

Analisis Beban Abutment

Pembebanan pada abutment mengacu pada SNI T-02-2005 dimana didalamnya

terdapat beban aksi tetap, beban lalu lintas dan beban aksi lingkungan. Adapun

beban-beban yang bekerja pada struktur abutment jembatan pile slab terdiri dari

berat sendiri struktur (MS), beban mati tambahan (MA), tekanan tanah (TA), beban

lajur “D” (TD), gaya rem (TB), pengaruh temperatur (ET), beban angin (EW),

beban gempa (EQ) dan gesekan perletakan (FB).


A. Data Struktur Jembatan Pile Slab

b2 b1 b2

ha

ts h3

h2

h1

a s s s a

Sumber: Hasil olahan

Gambar 4.38 Uraian dimensi tampak depan struktur jembatan pile slab

Dinding Parabet

Slab
Pile Cap
Abutment
Tipe Balok Cap

L
Ls

Sumber: Hasil olahan

Gambar 4.39 Uraian dimensi tampak samping struktur jembatan


pile slab
Tabel 4.20 Uraian dimensi struktur jembatan pile slab dan berat volume
Uraian Dimensi Notasi Dimensi Satuan
Lebar Jembatan b 12,5 m
Lebar Jalan (Jalur Lalu-Lintas) b1 11,7 m
Lebar Dinding Parabet b2 0,4 m
Tebal Slab Lantai Jembatan ts 0,3 m
Tebal Lapisan Aspal ta 0,05 m
Tinggi Bidang Samping Jembatan ha 1,225 m

Tebal Genangan Air Hujan th 0,05 m

Jarak Melintang Antar Spun Pile s 3,5 m

Panjang Segmen Ls 5 m

Panjang Segmen Yang dipikul Abutment L 2,5 m


Specific Gravity Notasi Nilai Satuan
Berat Beton Bertulang wc 25 kN/m3
Berat Baja ws 77 kN/m3
Berat Aspal wa 22 kN/m3
Berat Jenis Air ww 10 kN/m3

Sumber: Hasil olahan

B. Data Struktur Abutment Jembatan Pile Slab

b1 b2 b3 b4

h3

By
h2

h1

Bx

Sumber: Hasil olahan

Gambar 4.40 Uraian dimensi struktur abutment


Tabel 4.21 Uraian dimensi struktur abutment

Notasi (m) Notasi (m)


b1 0,4 h1 0,8
b2 0,3 h2 0,45
b3 0,7 h3 0,5
b4 1,1 By 12,5
Bx 2,5
Sumber: Hasil olahan

1. Berat Sendiri Struktur (MS)

Berat sendiri adalah berat bagian tersebut dan elemen-elemen struktural lain

yang dipikulnya, termasuk dalam hal ini adalah berat bahan dan bagian

jembatan yang merupakan elemen struktural, ditambah dengan elemen

nonstruktural yang dianggap tetap. Berat sendiri stuktur terbagi menjadi dua

yakni berat sendiri struktur pile slab dan berat sendiri struktur abutment.

B = 12,5

tb = 0.4 b = 11,7 tb = 0.4

ha = 0.925
ta = 0.05
ts = 0.3

a = 1.0
s = 3.5 s = 3.5 s = 3.5 a = 1.0

Sumber: Hasil olahan

Gambar 4.41 Uraian dimensi struktur pile slab


Berat sendiri struktur pile slab:

Tabel 4.22 Perhitungan berat sendiri struktur pile slab


Parameter Volume Berat
Beban Berat Satuan
b (m) t (m) L (m) n (kN)
Slab 12,5 0,3 2,5 1 25 kN/m3 234,375
Parabet 0.233 m2 2,5 2 25 kN/m3 29,125
Sumber: Hasil perhitungan WMS = 263,5

Jadi beban pada abutment akibat berat sendiri struktur pile slab yaitu:

Beban akibat akibat struktur atas (PMS1) = 263,5 kN

Eksenstrisitas (e) = -(Bx/2) + (B3/2 + B4)

= -(2,5 m / 2) + (0,7 m / 2 + 1,1 m)

= 0,2 m

b1b2 b3 b4
0,40,3 0,7 1,1
P Struktur Atas

Bx/2 Bx/2

Sumber: Hasil olahan

Gambar 4.42 Eksentrisitas beban


Momen pada pondasi akibat berat sendiri struktur atas adalah:

Momen pada pondasi (MMS1) = (PMS1) × e

= 263,5 kN × 0,2 m = 52,7 kN.m

Berat sendiri struktur abutment:

0,40
0,30 0,70 1,10

4 1 0,50

2 0,45

3 0,80

Sumber: Hasil olahan

Bx/2 O Bx/2

Gambar 4.43 Berat sendiri struktur abutment

Tabel 4.23 Perhitungan berat sendiri struktur abutment


Parameter Jarak ke
γ Berat Momen
No titik O
kN/m3 (kN) (m) (kN.m)

b h By
ABUTMENT
1 0,3 0,5 12,5 25 46,875 -0,7 -32,813
2 1,4 0,45 12,5 25 196,875 -0,55 -108,28
3 2,5 0,8 12,5 25 625 0 0
TANAH
4 0,4 0,5 12,5 17,20 43,00 -1,05 -45,15
ΣPMS2 = 911,75 ΣMMS2 = -186,24
Sumber: Hasil perhitungan

Jadi beban total akibat berat sendiri struktur (PMS) adalah:

PMS = PMS1 + PMS2

= 263,5 kN + 911,75 kN = 1175,25 kN


Momen total akibat berat sendiri struktur (MMS) adalah:

MMS = MMS1 + MMS2

= 52,7 kN.m + (-186,2) kN.m = -133,54 kN.m

2. Berat Mati Tambahan (MA)

Beban mati tambahan (superimposed dead load), adalah berat seluruh bahan

yang menimbulkan suatu beban pada jembatan yang merupakan elemen non-

struktural dan mungkin besarnya berubah selama umur jembatan. Jembatan

dianalisis harus mampu memikul beban tambahan seperti:

1) Penambahan lapisan aspal (overlay) dikemudian hari

2) Genangan air hujan jika sistim drainase tidak bekerja dengan baik

3) Pemasangan tiang listrik dan instalasi ME

B = 12,5

tb = 0.4 b = 11,7 tb = 0.4

ta= th = 0.05

Sumber: Hasil olahan

Gambar 4.44 Beban mati tambahan

Tabel 4.24 Perhitungan beban mati tambahan pada struktur abutment


Jenis beban Tebal Lebar Panjang W Berat
No Jumlah
Mati Tambahan (m) (m) (m) (kN/m3) (kN)
1 Lap. Aspal + overlay 0,05 11,7 2,5 1 22,00 32,18
2 Railing, lights, dll 2,5 2 0,50 2,50
3 Instalasi ME 2,5 2 0,10 0,50
4 Air hujan 0,05 11,7 2,5 1 10 14,63
Sumber: Hasil perhitungan WMA = 49,80
130

Beban akibat beban mati tambahan (PMA) = WMA

= 49,80 kN

Eksentrisitas beban terhadap pondasi = 0,2 m

Momen akibat beban mati tambahan (MMA) = PMA × e

= 49,80 kN × 0,2 m

= 9,96 kN.m

3. Tekanan Tanah (TA)

Pada bagian tanah di belakang dinding abutment yang dibebani lalu-lintas, harus

diperhitungkan adanya beban tambahan yang setara dengan tanah setebal 0,60

m yang berupa beban merata ekuivalen beban kendaraan pada bagian tersebut.

Sumber: Hasil olahan

Gambar 4.45 Beban tambahan setara tanah 0,60 m

Tekanan tanah lateral dihitung berdasarkan harga nominal dari berat volume

tanah (ws), sudut gesek dalam (φ), dan kohesi (c) dengan:

ws’ = ws

φ’ = tan-1 (KφR × tan φ) dengan faktor reduksi untuk φ’, KφR = 0,70
131

c’ = KcR × c dengan faktor reduksi untuk c’, KcR = 1,00

Berat volume tanah, ws’= ws = 17,2 kN/m3

Sudut gesek dalam, Φ’ = tan-1 (KφR × tan φ)

= tan-1 (0,70 × tan 35°) = 26,11°

Kohesi, c = KcR × c

= 1,00 × 0

=0

Tinggi total abutment, H = 1,75 m

Lebar abutment, By = 12,5 m

Koefisien tanah aktif, Ka = tan2 (45 - Φ’/2)

= tan2 (45 – 26,11/2)

= 0,389

Beban merata tanah timbunan ekuivalen beban kendaraan dihitung sebesar:

0,60 m × ws = 0,60 m × 17,2 kN/m3 = 10,32 kN/m2

Diagram tekanan tanah dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

0,6 * Ws
P Struktur Atas

Bx/2 O Bx/2
0,6 * Ws * Ka H * Ws * Ka

Sumber: Hasil olahan

Gambar 4.46 Diagram tekanan tanah di belakang abutment


Tabel 4.25 Perhitungan tekanan tanah di belakang abutment

Gaya Akibat Tekanan TTA Lengan ke y MTA


No
Tanah (kN) titik O (m) (kN.m)
1 TTA = (0,6.ws).H.Ka.By 87,77 y = H/2 0,88 76,79
2 TTA = ½.H2.Ka.By 127,99 y = H/3 0,58 74,66
ΣTTA = 215,76 ΣMTA = 151,46

Sumber: Hasil perhitungan

4. Beban lajur “D” (TD)

Beban kendaraan yang berupa beban lajur "D" terdiri dari beban terbagi rata

(BTR) dan beban garis (BGT). Besarnya nilai BTR dan BGT tergantung dari

panjang (L) struktur yang dibebani lalu lintas (SNI T-02-2005).

a.) Beban terbagi rata (BTR)

Mempunyai intensitas q (kPa) dimana besarnya tergantung pada panjang

bentang yang dibebani. Karena panjang bentang jembatan yang terbebani

se- panjang 2,5 m < 30 m maka nilai q diambil sebesar 9,0 kPa.

b.) Beban garis terpusat (BGT)

Mempunyai intensitas p (kN/m) harus ditempatkan tegak lurus terhadap arah

lalu lintas pada jembatan. Besarnya intensitas p adalah sebesar 49 kN/m

(SNI T-02-2005).

Sumber: Hasil olahan

Gambar 4.47 Penempatan beban lajur BGT dan BTR


Faktor beban dinamis untuk beban garis terpusat diambil sebesar 40% karena

memiliki panjang bentang yang dibebani 2,5 m < 50 m.

Maka dapat dirangkum nilai beban lajur “D” untuk abutment adalah sebagai

berikut.

Beban terbagi rata (BTR), q = 9,0 kPa

Beban garis terpusat (BGT), p = 49 kN/m

Faktor beban dinamis, DLA = 0,4

Panjang bentang terbebani, L = 2,5 m

Lebar jalur lalu lintas, b1 = 11,7 m

Jadi momen akibat beban lajur “D” adalah sebesar:


(5,5+𝑏1) (5,5+𝑏1)
PTD = [q × L × ] + [p × DLA × ]
2 2

(5,5+11,7) (5,5+11,7)
= [9,0 × 2,5 × ] + [49 × 0,4 × ]
2 2

= 362,06 kN

Eksentrisitas = 0,20 m

Momen akibat beban lajur “D”,

MTD = PTD × e

= 362,06 kN × 0,20 m

= 72,412 kN.m

5. Gaya Rem (TB)

Pengaruh pengereman dari lalu-lintas yang bekerja diperhitungkan sebagai gaya

dalam arah memanjang dan dianggap bekerja pada permukaan lantai jembatan.

Besarnya gaya rem arah memanjang dari jembatan tergantung dari panjang total

jembatan (Lt) sebagai berikut:

TTB = 250 kN untuk Lt ≤ 80 m


TTB = 250 + 2,5× (Lt – 80) kN untuk 80 < Lt < 180 m

TTB = 500 kN untuk Lt ≥ 180 m

TTB h3 = 0,50 1

2
h2 = 0,45

3
h1 = 0,80

Bx/2 Bx/2

Sumber: Hasil olahan

Gambar 4.48 Gaya rem yang bekerja pada abutment

Karena panjang bentang Lt = L = 2,5 m < 80 m, maka besarnya gaya rem:

TTB = 250 kN

Lengan terhadap Fondasi (YTB) = h1 + h2 + h3

= 0,80 + 0,45 + 0,50

= 1,75 m

Momen pada Fondasi (MTB) = TTB × YTB

= 250 kN × 1,75 m

= 437,50 kNm

6. Pengaruh Temperatur (ET)

Untuk memperhitungkan tegangan maupun deformasi struktur yang timbul

akibat pengaruh temperatur, diambil perbedaan temperatur yang besarnya

setengah dari selisih antara temperatur maksimum dan temperatur minimum

rata-rata pada lantai jembatan.

Temperatur maksimum rata-rata Tmax = 40 oC


Temperatur minimum rata-rata Tmin = 15 oC

Perbedaan temperatur ΔT = (Tmax - Tmin ) / 2

ΔT = 12,5 oC

Koefisien muai panjang untuk beton, α = 1,00E-05 / oC

Kekakuan geser untuk tumpuan berupa elatomeric, k = 1500 kN/m

Panjang bentang yang dipikul abutment, L = 2,50 m

Jumlah tumpuan elastomeric (jumlah girder), n = 4,00 buah

Gaya pada abutment akibat pengaruh temperatur:

TET = α × ΔT × k × L × n

= 1,00E-05 / oC × 12,5 oC × 1500 kN/m × 2,50 m × 4

= 1,875 kN

h3 = 0,50

TET
1

2
h2 = 0,45

3
h1 = 0,80

Bx/2 Bx/2

Sumber: Hasil olahan

Gambar 4.49 Gaya pengaruh temperatur yang bekerja pada abutment

Lengan terhadap Pondasi:

YET = h1 +h2

= 0,80 + 0,45

= 1,25 m

Momen pada Pondasi akibat temperatur:


MET = TET × YET

= 1,875 kN × 1,25 m

= 2,344 kN.m

7. Beban Angin (EW)

a.) Pengaruh angin yang meniup bidang samping jembatan

Akibat pengaruh angin pada jembatan, gaya angin yang meniup pada bagian

samping jembatan dihitung dengan persamaan:

TEW1 = 0.0006 × CW1 × (Vw)2 × Ab

Dimana:

CW1 = koefisien seret untuk beban angin pada struktur

= 1,25 (karena bangunan atas masif dengan nilai b/d > 6,0)

CW2 = koefisien seret untuk beban angin pada kendaraan diambil 1,20

VW = Kecepatan angin rencana

= 35,00 m/s (karena jarak jembatan sampai 5 km dari pantai)

Ab = Luas bidang samping jembatan (m2)

TEW
ha = 1,225
h3 = 0,50
1

2
h2 = 0,45

3
h1 = 0,80

Bx/2 Bx/2

Sumber: Hasil olahan

Gambar 4.50 Beban angin pada struktur

Panjang bentang yang dibebani abutment, L = 2,50 m


Tinggi bidang samping, ha = 1,225 m

Luas bidang samping, Ab = L × ha = 3,063

m2 Beban angin pada struktur abutment:

TEW1 = 0,0006 × CW1 × (VW)2 × Ab

= 0,0006 × 1,25 × (35)2 × 3,063 m2 = 2,81 kN

Lengan terhadap Pondasi:

YEW1 = h1 + h2 + ha/2

= 0,80 + 0,45 + 1,225/2 =1,863 m

Momen pada Fondasi akibat beban angin:

MEW1 = TEW1 × YEW1

= 2,81 kN × 1,863 m = 5,240 kN.m

b.) Pengaruh angin yang meniup bidang samping jembatan

Gaya angin tambahan arah horisontal pada permukaan lantai jembatan

akibat beban angin yang meniup kendaraan di atas lantai jembatan dihitung

dengan rumus:

TEW2 = 0,0012 × CW × (VW)2 × L

= 0,0012 × 1,2 × (35)2 × 2,5 = 4,41 kN

h3 = 0,50
1
ta = 0,05
ts = 0,3
TEW
2
h2 = 0,45

3
h1 = 0,80

Bx/2 Bx/2

Sumber: Hasil olahan

Gambar 4.51 Beban angin pada kendaraan


Lengan terhadap Pondasi:

YEW2 = h1 + h2 + + ts + ta

= 0,80 + 0,45 + 0,3 + 0,05 = 1,60 m

Momen pada Pondasi:

MEW2 = TEW2 × YEW2

= 4,41 kN × 1,60 m = 7,06 kN.m

c.) Beban Angin Total Pada Abutment

Total beban angin pada abutment, TEW = TEW1 + TEW2

= 2,81 kN + 4,41 kN

= 7,22 kN

Total momen pada Pondasi, MEW = MEW1 + MEW2

= 5,240 kN.m + 7,06 kN.m

= 12,3 kN.m

d.) Transfer Beban Angin ke Lantai Jembatan

Sumber: Google gambar

Gambar 4.52 Transfer beban angin ke lantai jembatan

Beban angin tambahan yang meniup bidang samping

kendaraan: TEW = 0,0012 × Cw × (VW)2

= 0,0012 × 1,20 × (35)2 = 1,764 kN/m


Bidang vertikal yang ditiup angin merupakan bidang samping kendaraan

dengan tinggi:

2.00 m di atas lantai jembatan, H = 2,00 m

Jarak antara roda kendaraan, x = 1,75 m

Gaya pada abutment akibat transfer beban angin ke lantai jembatan:

PEW = 2 × [ ½ × h / x × TEW ] × L

= 2 × [ ½ × 2 / 1,75 × 1,764 ] × 2,5

= 5,04 kN

Ekstenstrisitas beban terhadap pondasi, e = 0,20 m

Momen pada pondasi akibat transfer beban angin,

MEW = PEW × e

= 5,04 kN × 0,20 m

= 1,008 kN.m

8. Beban Gempa (EQ)

a.) Beban Gempa Statik Ekivalen

Beban gempa rencana dihitung dengan rumus:

TEQ = Kh × I × Wt dengan,

Kh =C×S

Dimana:

TEQ = Gaya geser dasar total pada arah yang ditinjau (kN)

Kh = Koefisien beban gempa horizontal

I = Faktor kepentingan atau keutamaan

Wt = Berat total jembatan, berat sendiri dan beban mati tambahan

= PMS + PMA
140

C = Koefisien geser dasar untuk wilayah gempa, waktu getar, dan

kondisi tanah

S = Faktor tipe struktur yang berhubungan dengan kapasitas

penyerapan energi

Waktu getar struktur dihitung dengan rumus:

T = 2 × π × √ [ WTP / ( g × KP ) ]

Dengan,

g = Percepatan grafitasi bumi diambil sebesar 9,8 m/det2

KP = Kekakuan struktur yang merupakan gaya horisontal yg diperlukan

untuk menimbulkan satu satuan lendutan (kN/m)

WTP = PMS (struktur atas) + ½ × PMS (struktur bawah)

b.) Beban Gempa Arah Memanjang Jembatan (Arah X)

Breast wall
Lb = h2 = 0,45

h = b3 = 1,4

Arah X

Sumber: SNI T-02-2005

Gambar 4.53 Uraian dimensi breast wall untuk perhitungan gempa


141

Tabel 4.26 Perhitungan waktu getar alami struktur

Uraian Perhitungan Nilai Satuan

Tinggi breast wall, Lb = h2 0,450 m


Dimensi breast wall,
Lebar b = By 12,500 m
Tebal h = b3 1,40 m
Inersia penampang breast Ic = 1/ 12 × b × h3
2,858 m4
wall,
Mutu beton, K – 350 fc' = 0.83 × K / 10 29,050 MPa
Modulus elastis beton, Ec = 4700 × √ fc' × 1000 25332084 kPa
Nilai kekakuan, Kp = 3 × EC * IC / Lb3 2383787366 kN/m
Percepatan grafitasi, g 9,8 m/det
Berat sendiri struktur atas, PMS (struktur atas) 263,500 kN
Beban sendiri struktur PMS (struktur bawah)
911,750 kN
bawah,
Berat total struktur, WTP = PMSAtas + ½ × PMSBawah 719,375 kN
Waktu getar alami struktur, T = 2 × π × √ [WTP / (g × KP)] 0,001 detik
Sumber: Hasil perhitungan

Berdasarkan peta zonasi gempa pada SNI T-02-2005, wilayah Kalimantan

Timur termasuk dalam zona 5. Kondisi tanah telah dilakukan sebelumnya

berdasarkan perhitungan nilai N-SPT dan dikategorikan sebagai tanah

sedang.

Berdasarkan Tabel 2.16 Koefisien geser dasar untuk daerah/zona gempa 5

dengan kondisi tanah sedang diambil C = 1,2.

Untuk struktur jembatan dengan daerah sendi plastis beton bertulang, maka

faktor jenis struktur ditentukan dengan persamaan sebagai berikut.

S = 1 × F dengan, F = 1.25 - 0.025 * n dan F harus diambil ≥ 1

F = faktor perangkaan
n = jumlah sendi plastis yang menahan deformasi arah lateral.

Sehingga untuk n = 1 maka:

F = 1,25 – (0,025 × 1)

= 1,225

S = 1 × F = 1,225

Kh = C × S

= 0,12 × 1,225

= 0,147

Untuk jembatan yang memuat > 2000 kendaraan per hari, jembatan pada

jalan raya utama atau arteri, dan jembatan dimana terdapat route alternative,

maka diambil faktor kepentingan I = 1

Jadi gaya gempa TEQ = Kh × I × Wt

= 0,147 × 1 × Wt

= 0,147 × Wt

Kh*I*Wt
h3 = 0,50 4 1

2
h2 = 0,45

3
h1 = 0,80

Bx/2 O Bx/2

Sumber: Hasil olahan

Gambar 4.54 Parameter gaya gempa yang diterima abutment


Tabel 4.27 Distribusi beban gempa pada abutment
Gaya Gempa,
Berat, Wt Jarak terhadap titik O, y MEQ = TEQ × y
No TEQ = 0,147×Wt
(m)
(kN) (kN) (kN.m)
PMS 1175,25 172,76 y = H = 1,75 302,33
PMA 49,80 7,32 y = H = 1,75 12,81
1 46,88 6,89 y1 = h3/2 + h2 + h1 = 1,50 9,30
2 196,88 28,94 y2 = h2/2 + h3 = 1,025 20,98
3 625,00 91,88 y3 = h1 / 2 = 0,4 22,97
4 43,00 6,32 y4 = h3/2 + h2 + h1 = 1,50 8,53

Sumber: Hasil perhitungan

ΣTEQ = 307,79 kN

ΣMEQ = 391,894 kN.m

Letak titik tangkap gaya horizontal gempa,

yEQ = ΣMEQ / ΣTEQ

= 391,8947 kN.m / 307,79 kN = 1,273 m

c.) Beban Gempa Arah Melintang Jembatan (Arah Y)

Dimensi breast wall,

Lb = h2 = 0,450 m

h = By = 12,5

b = b3 = 1,4
Sumber: Hasil olahan

Gambar 4.55 Uraian dimensi breast wall arah Y


Inersia penampang breast wall,

Ic = 1/ 12 × b × h3

= 1/12 × 0,70 m × (12,5)3 m

= 113,932 m4

Nilai kekakuan,

Kp = 3 × Ec × Ic / Lb3

= 3 × 25332084 kN/m2 × 113,932 m4 / 0,4503 m

= 95017034,7 kN/m

Waktu getar alami struktur, T = 0,003 detik

Koefisien geser dasar, C = 0,12

Faktor tipe struktur, S = 1,225

Koefisien beban gempa horizontal, Kh = 0,147×Wt

Faktor kepentingan, I = 1,0

Gaya gempa, TEQ = 0,147×Wt

Berat sendiri (struktur atas + struktur bawah), PMS = 1175,25 kN

Beban mati tambahan, PMA = 49,80 kN

Beban mati total, Wt = PMS + PMA

= 1175,25 kN + 49,80 kN = 1225,050 kN

Beban gempa arah melintang jembatan,

TEQ = 0,147 × Wt

= 0,147 × 1225,050 kN

= 180,082 kN

Momen pada pondasi akibat beban gempa,

MEQ = TEQ × YEQ

= 180,082 kN × 1,273 m

= 229,291 kN.m
d.) Tekanan Tanah Dinamis Akibat Gempa

Gaya gempa arah lateral akibat tekanan tanah dinamis dihitung dengan

menggunakan koefisien tekanan tanah dinamis (ΔkaG).

Sumber: Hasil olahan

Gambar 4.56 Tekanan tanah dinamis

H = 1,75 m ϕ’ = 26,11°

By = 12,5 m Ka = 0,389

Kh = 0,147 Ws = 17,2 kN/m3

θ = tan-1 (Kh)

= tan-1 (0,147)

= 0,146

KaG = cos2 (φ’ – θ ) / [ cos2 θ × { 1 + √ (sin φ' × sin(φ' - θ) ) / cos θ } ]

= cos2 (26,11 – 0,146) / [cos2 (0,146) × {1 + √ (sin 26,11 × sin (26,11

– 0,146) ) / cos 0,146 }]

= 0,677

ΔKaG = KaG – Ka

= 0,677 – 0,389

= 0,288
Gaya gempa lateral,

TEQ = 1/2 × H2 × WS × ΔKaG × By

= 1/2 × 1,752 × 17,2 × 0,288 × 12,5

= 94,655 kN

Lengan terhadap pondasi, yEQ adalah:

yEQ = 2/3 × H

= 2/3 × 1,75

= 1,167 m

Momen akibat gempa,

MEQ = TEQ × yEQ

= 94,655 kN × 1,167 m

= 110,43 kN.m

9. Gesekan Pada Perletakan (FB)

h3 = 0,50

h2 = 0,45
TFB
h1 = 0,80

Bx/2 Bx/2

Sumber: Hasil olahan

Gambar 4.57 Gesekan pada perletakan

Koefisien gesek pada tumpuan yang berupa elastomer, μ = 0,18. Gaya gesek

yang timbul hanya ditinjau terhadap pengaruh beban berat sendiri dan beban

mati tambahan.
Berat sendiri struktur atas, PMS = 263,500 kN

Beban mati tambahan, PMA = 49,8 kN

Reaksi abutment akibat beban tetap,

PT = PMS + PMA = 313,300 kN

Gaya gesek pada perletakan,

TFB = μ × PT = 0,18 × 313,300 = 56,394 kN

Lengan terhadap Fondasi,

yFB = h1 + h2 = 1,25 m

Momen pada Fondasi,

MFB = TFB × yFB

= 56,394 kN × 1,25 m

= 70,493 kN.m

Kombinasi Beban Kerja Pada Struktur Abutment

Kombinasi beban kerja pada struktur abutment mengacu pada SNI T-02-2005.

Dari total 7 kombinasi diringkas menjadi 5 kombinasi yang mewakili keseluruhan

kombinasi sebagai berikut.

Tabel 4.28 Rekap beban kerja pada abutment

REKAP BEBAN KERJA Arah Vertikal Horizontal Momen


P Ix Iy Mx My
No Aksi/Beban Kode
(kN) (kN) (kN) (kNm) (kNm)
A Aksi Tetap
1 Berat sendiri MS 1175,25 -133,54
2 Beb. mati tambahan MA 49,80 9,96
3 Tekanan tanah TA 215,76 151,46
B Beban Lalu-lintas
4 Beban lajur "D" TD 362,06 72,41
5 Gaya rem TB 250,00 437,50
Tabel 4.28 Rekap beban kerja pada abutment (Lanjutan)
REKAP BEBAN KERJA Arah Vertikal Horizontal Momen
P Ix Iy Mx My
No Aksi/Beban Kode
(kN) (kN) (kN) (kNm) (kNm)
C Aksi Lingkungan
6 Temperatur ET 1,88 2,34
7 Beban angin EW 5,04 7,22 1,01 12,30
8 Beban gempa EQ 307,79 180,08 391,89 229,29
9 Tek. tanah dinamis EQ 94,66 110,43
D Aksi Lainnya
10 Gesekan FB 56,39 70,49

Sumber: Hasil perhitungan

Tabel 4.29 Kombinasi 1 (MS + MA + TA + TD)

KOMBINASI - 1 Arah Vertikal Horizontal Momen


P Ix Iy Mx My
No Aksi/Beban kode
(kN) (kN) (kN) (kNm) (kNm)
1 Berat sendiri MS 1175,250 -133,544
2 Beb. mati tambahan MA 49,800 9,960
3 Tekanan tanah TA 215,757 151,456
4 Beban lajur "D" TD 362,060 72,412
5 Gaya rem TB
6 Temperatur ET
7 Beban angin EW
8 Beban gempa EQ
9 Tek. tanah dinamis EQ
10 Gesekan FB 56,39 70,49
1587,11 272,15 0,00 170,78 0,00
Sumber: Hasil perhitungan
Tabel 4.30 Kombinasi 2 (MS + MA + TA + TD + TB + EW)
KOMBINASI - 2 Arah Vertikal Horizontal Momen
P Ix Iy Mx My
No Aksi/Beban kode
(kN) (kN) (kN) (kNm) (kNm)
1 Berat sendiri MS 1175,250 -133,544
2 Beb. mati tambahan MA 49,800 9,960
3 Tekanan tanah TA 215,757 151,456
4 Beban lajur "D" TD 362,060 72,412
5 Gaya rem TB 250,000 437,500
6 Temperatur ET
7 Beban angin EW 5,040 7,224 1,008 12,296
8 Beban gempa EQ
9 Tek. tanah dinamis EQ
10 Gesekan FB
1592,15 465,76 7,22 538,79 12,30
Sumber: Hasil perhitungan

Tabel 4.31 Kombinasi 3 (MS + MA + TA + TD + TB + EW + FB)

KOMBINASI - 3 Arah Vertikal Horizontal Momen


P Ix Iy Mx My
No Aksi/Beban kode
(kN) (kN) (kN) (kNm) (kNm)
1 Berat sendiri MS 1175,250 -133,544
2 Beb. mati tambahan MA 49,800 9,960
3 Tekanan tanah TA 215,757 151,456
4 Beban lajur "D" TD 362,060 72,412
5 Gaya rem TB 250,000 437,500
6 Temperatur ET
7 Beban angin EW 5,040 7,224 1,008 12,296
8 Beban gempa EQ
9 Tek. tanah dinamis EQ
10 Gesekan FB 56,394 70,493
1592,150 522,151 7,224 609,285 12,30

Sumber: Hasil perhitungan


150

Tabel 4.32 Kombinasi 4 (MS + MA + TA + TD + TB + ET + EW + FB)


KOMBINASI - 4 Arah Vertikal Horizontal Momen
P Ix Iy Mx My
No Aksi/Beban kode
(kN) (kN) (kN) (kNm) (kNm)
1 Berat sendiri MS 1175,250 -133,544
2 Beb. mati tambahan MA 49,800 9,960
3 Tekanan tanah TA 215,757 151,456
4 Beban lajur "D" TD 362,060 72,412
5 Gaya rem TB 250,000 437,500
6 Temperatur ET 1,875 2,344
7 Beban angin EW 5,040 7,224 1,008 12,296
8 Beban gempa EQ
9 Tek. tanah dinamis EQ
10 Gesekan FB 56,394 70,493
1592,150 524,026 7,224 611,629 12,30
Sumber: Hasil perhitungan

Tabel 4.33 Kombinasi 5 (MS + MA + EQ)


KOMBINASI - 4 Arah Vertikal Horizontal Momen
P Ix Iy Mx My
No Aksi/Beban kode
(kN) (kN) (kN) (kNm) (kNm)
-
MS 1175,250
1 Berat sendiri 133,544
2 Beb. mati tambahan MA 49,800 9,960
3 Tekanan tanah TA
4 Beban lajur "D" TD
5 Gaya rem TB
6 Temperatur ET
7 Beban angin EW
8 Beban gempa EQ 307,789 180,082 391,894 229,29
9 Tek. tanah dinamis EQ 94,655 110,431
10 Gesekan FB
1225,050 402,444 180,082 378,742 229,29
Sumber: Hasil perhitungan
151

Tabel 4.34 Rekap kombinasi beban kerja pada abutment

Kombinasi Tegangan P Tx Ty Mx My
No
Beban Berlebihan (kN) (kN) (kN) (kNm) (kNm)
1 KOMBINASI-1 0% 1587,11 272,15 0,00 170,78 0,00
2 KOMBINASI-2 25% 1592,15 465,76 7,22 538,79 12,30
3 KOMBINASI-3 40% 1592,15 522,15 7,22 609,29 12,30
4 KOMBINASI-4 40% 1592,15 524,03 7,22 611,63 12,30
5 KOMBINASI-5 50% 1225,05 402,44 180,08 378,74 229,29

Sumber: Hasil perhitungan

Kontrol Stabilitas

Kontrol stabilitas yang diperhitungkan terdiri dari tiga parameter yakni stabilitas

terhadap geser, stabilitas terhadap guling, dan daya dukung tanah.

A. Kontrol Stabilitas Guling

Pondasi tiang pancang tidak diperhitungkan dalam analisis stabilitas terhadap

guling dan angka aman terhadap guling diambil SF = 2,2 (SNI T-02-2005).

1. Stabilitas Guling Arah X

P
e Mx

Bx/2 = 1,25 O Bx/2 = 1,25 A

Sumber: Hasil olahan

Gambar 4.58 Stabilitas guling arah X

Letak titik guling A (ujung fondasi) terhadap pusat pondasi:

Bx/2 = 1,25 m
K = Persen kelebihan beban yang diijinkan (%)

Mx = Momen penyebab guling arah x

Momen penahan guling, Mpx = p × (Bx/2) × (1+k)

Angka aman terhadap guling, SF = Mpx/Mx harus ≥ 2,2

Tabel 4.35 Kontrol stabilitas guling arah X


Kombinasi Kode P Mx Mpx SF Ket.
Beban k (kN) (kNm) (kNm)
Kombinasi - 1 0% 1587,11 170,78 1983,89 11,62 >2,2 OK
Kombinasi - 2 25% 1592,15 538,79 2487,73 4,62 >2,2 OK
Kombinasi - 3 40% 1592,15 609,29 2786,26 4,57 >2,2 OK
Kombinasi - 4 40% 1592,15 611,63 2786,26 4,56 >2,2 OK
Kombinasi - 5 50% 1225,05 378,74 2296,97 6,06 >2,2 OK

Sumber: Hasil perhitungan

2. Stabilitas Guling Arah Y

P
MY

O A
By/2 = 6,25 By/2 = 6,25

Sumber: Hasil olahan

Gambar 4.59 Stabilitas guling arah Y

Letak titik guling A (ujung fondasi) terhadap pusat pondasi:

By/2 = 6,25 m

k = Persen kelebihan beban yang diijinkan (%)

My = Momen penyebab guling arah y

Momen penahan guling, Mpy = P × (By/2) × (1 + k)


Angka aman terhadap guling, SF = Mpy/My harus ≥ 2.2

Tabel 4.36 Kontrol stabilitas guling arah Y


Kombinasi Kode P My Mpy SF Keterangan
Beban k (kN) (kNm) (kNm)
Kombinasi - 1 0% 1587,11 - 9919,44 - -
Kombinasi - 2 25% 1592,15 12,30 12438,7 1011,56 > 2,2 OK
Kombinasi - 3 40% 1592,15 12,30 13931,3 1132,95 > 2,2 OK
Kombinasi - 4 40% 1592,15 12,30 13931,3 1132,95 > 2,2 OK
Kombinasi - 5 50% 1225,05 229,29 11484,8 50,09 > 2,2 OK

Sumber: Hasil perhitungan

B. Kontrol Stabilitas Geser

1. Stabilitas Geser Arah X

Tx
P
e

Bx/2 O Bx/2
H

Sumber: Hasil olahan

Gambar 4.60 Stabilitas geser arah X

Parameter tanah dasar pile cap:

Sudut gesek, φ = 22,416o

Kohesi, C = 0,275 kPa

Ukuran dasar pile cap:

Lebar arah x, Bx = 2,50 m

Lebar arah y, By = 12,5 m


K = Persen kelebihan beban yang diijinkan (%)

Tx = Gaya penyebab geser

Gaya penahan geser,

H = (C × Bx × By + P × tan φ) × (1 + k)

Angka aman terhadap geser, SF = H/Tx harus ≥ 1,1

Tabel 4.37 Kontrol stabilitas geser arah X


Kombinasi k Tx P H SF Keterangan
Beban (kN) (kN) (kN)
Kombinasi - 1 0% 272,15 1587,11 663,28 2,44 >1,1 OK
Kombinasi - 2 25% 465,76 1592,15 831,70 1,79 >1,1 OK
Kombinasi - 3 40% 522,15 1592,15 931,50 1,78 >1,1 OK
Kombinasi - 4 40% 524,03 1592,15 931,50 1,78 >1,1 OK
Kombinasi - 5 50% 402,44 1225,05 770,89 1,92 >1,1 OK

Sumber: Hasil perhitungan

2. Stabilitas Geser Arah Y

Ty P

O
H
By/2 = 6,25 By/2 = 6,25

Sumber: Hasil olahan

Gambar 4.61 Stabilitas geser arah Y

Gaya penahan geser,

H = (C × Bx × By + P × tan φ) × (1 + k)

Angka aman terhadap geser, SF = H/Ty harus ≥ 1,1


Tabel 4.38 Kontrol stabilitas geser arah Y
Kombinasi k Ty P H
SF Keterangan
Beban (kN) (kN) (kN)
Kombinasi – 1 0% 0,00 1587,11 663,28 - -
Kombinasi – 2 25% 7,22 1592,15 831,70 115,13 >1,1 OK
Kombinasi – 3 40% 7,22 1592,15 931,50 128,95 >1,1 OK
Kombinasi – 4 40% 7,22 1592,15 931,50 128,95 >1,1 OK
Kombinasi – 5 50% 180,08 1225,05 770,89 4,28 >1,1 OK

Sumber: Hasil perhitungan

C. Kapasitas Dukung Tanah

Kapasitas dukung tanah dasar (bearing capacity) dipengaruhi oleh parameter φ,

c, dan γ. Besarnya kapasitas dukung tanah dasar dapat dihitung dengan metode

Terzaghi.

Parameter tanah dasar:

a. Berat Volume Tanah, γ = 16,33 kN/m3

b. Sudut Gesek Tanah, φ = 22,416o

c. Kohesi Tanah, c = 0,275 kPa

Lebar Abutment (Bx = B) = 2,500 m

Panjang Abutment (By = L) = 12,500 m

Kedalaman Fondasi (Df) = 1,750 m

Eksentrisitas (e) = 0,200 m

B/6 = 2,5 / 6 = 0,42 m

Karena e (0,20) < B/6 (0,42) maka digunakan qmax dan qmin

Diketahui beban vertikal terbesar = 1592,150 kN

Bentuk pondasi (pile cap) persegi panjang maka rumus yang digunakan:

qult = 0,5.B.γ.Nγ(1-0,2.B/L) + (1+0,3.B/L).c.Nc + q.Nq


Adapun Faktor Daya Dukung Terzaghi dengan tipe keruntuhan geser umum

yang diperoleh berdasarkan interpolasi dari Tabel 2.18 Faktor Daya Dukung

Terzaghi untuk sudut geser φ = 22,416° sebagai berikut:

Nγ = 7,271

Nq = 9,961

Nc = 21,276

Sehingga,

qult = 0,5.B.γ.Nγ(1-0,2.B/L) + (1+0,3.B/L).c.Nc + γ.Df.Nq

= 0,5×2,5×16,33×7,271[1-0,2(2,5/12,5)]+(1+0,3(2,5/12,5)×0,275×21,28

+ 16,33×1,75×9,961

= 428,591 kN/m2

qijin = qult/3

= 428,591 kN/m2 / 3

= 142,864 kN/m2

qmax = {ΣV / (Bx.By)} × (1+6.e/Bx)

= {1592,150 / (2,5×12,5)} × (1+6 × 0,2 / 2,5)

= 75,404 kN/m2

qmin = {ΣV / (Bx.By)} × (1-6.e/Bx)

= {1592,150 / (2,5×12,5)} × (1-6 × 0,2 / 2,5)

= 26,493 kN/m2

Kontrol:

Jika qmax < q ijin maka daya dukung stabil

Jika qmax > q ijin maka daya dukung tidak stabil


Berdasarkan perhitungan diatas, maka diperoleh nilai :

qmax = 75,404 kN/m2

qijin = 142,864 kN/m2

qmax (75,404 kN/m2) < qijin (142,864 kN/m2) , maka daya dukung aman.

Meskipun dari perhitungan kapasitas dukung tanahnya aman, abutment belum

berada pada tanah keras sehingga perlu dipasang pondasi tiang pancang demi

memastikan keamanan konstruksi.

Analisis Beban Ultimit Abutment

Analisis beban ultimit merupakan perhitungan pembebanan dengan

memperhitungkan faktor beban ultimit pada masing-masing beban. Pada

struktur abutment tipe balok cap, analisis beban ultimit terbagi menjadi 3 unsur

yakni pile cap, breast wall, dan back wall.

0,40
0,3 0,7 1,10
0 0

Keterangan:
0,50 1 Back Wall
Breast Wall
Pile Cap
0,45 2

0,80 3

Bx/2 O Bx/2

Sumber: Hasil olahan

Gambar 4.62 Bagian-bagian pada struktur abutment tipe balok cap


1. Pile Cap

Perhitungan beban ultimit pile cap dapat dilihat pada tabel-tabel berikut.

Tabel 4.39 Rekap beban kerja pada pile cap


P Tx Ty Mx My
No Aksi/Beban kode
(kN) (kN) (kN) (kNm) (kNm)
1 Berat sendiri MS 1175,250 -133,544
2 Beb. mati tambahan MA 49,800 9,960
3 Tekanan tanah TA 215,76 151,46
4 Beban lajur "D" TD 362,06 72,41
5 Gaya rem TB 250,00 437,50
6 Temperatur ET 1,875 2,344
7 Beban angin EW 5,040 7,224 1,008 12,296
8 Beban gempa EQ 307,789 180,082 391,894 229,291
9 Tek. tanah dinamis EQ 94,655 110,431
10 Gesekan FB 56,394 70,493

Sumber: Hasil perhitungan

Tabel 4.40 Kombinasi-1 beban ultimit pile cap


Faktor P Tx Ty Mx My
No Aksi/Beban
Beban (kN) (kN) (kN) (kNm) (kNm)
1 Berat sendiri 1,30 1527,83 -173,61
Beb. mati
2,00 99,60 19,92
2 tambahan
3 Tekanan tanah 1,25 269,70 189,32
4 Beban lajur "D" 2,00 724,12 144,82
5 Gaya rem 2,00 500,00 875,00
6 Temperatur 1,20 2,25 2,81
7 Beban angin 1,20 6,05 8,67 1,21 14,76
8 Beban gempa
9 Tek. tanah dinamis
10 Gesekan
2357,59 771,95 8,67 1059,48 14,76
Sumber: Hasil perhitungan
Tabel 4.41 Kombinasi-2 beban ultimit pile cap

Faktor P Tx Ty Mx My
No Aksi/Beban
Beban (kN) (kN) (kN) (kNm) (kNm)
1 Berat sendiri 1,30 1527,83 -173,61
Beb. mati
2,00 99,60 19,92
2 tambahan
3 Tekanan tanah 1,25 269,70 189,32
4 Beban lajur "D" 2,00 724,12 144,82
5 Gaya rem 2,00 500,00 875,00
6 Temperatur 1,20 2,25 2,81
7 Beban angin
8 Beban gempa
9 Tek. tanah dinamis
10 Gesekan 1,00 56,39 70,49
2351,55 828,34 - 1128,76 -
Sumber: Hasil perhitungan

Tabel 4.42 Kombinasi-3 beban ultimit pile cap


Faktor P Tx Ty Mx My
No Aksi/Beban
Beban (kN) (kN) (kN) (kNm) (kNm)
1 Berat sendiri 1,30 1527,83 -173,61
Beb. mati
2,00 99,60 19,92
2 tambahan
3 Tekanan tanah 1,25 269,70 189,32
4 Beban lajur "D" 2,00 724,12 144,82
5 Gaya rem 2,00 500,00 875,00
6 Temperatur
7 Beban angin 1,20 6,05 8,67 1,21 14,76
8 Beban gempa
9 Tek. tanah dinamis
10 Gesekan 1,00 56,39 70,49
2357,59 826,09 8,67 1127,16 14,76
Sumber: Hasil perhitungan
160

Tabel 4.43 Kombinasi-4 beban ultimit pile cap


Faktor P Tx Ty Mx My
No Aksi/Beban
Beban (kN) (kN) (kN) (kNm) (kNm)
1 Berat sendiri 1,30 1527,83 -173,61
Beb. mati
2,00 99,60 19,92
2 tambahan
3 Tekanan tanah 1,25 269,70 189,32
4 Beban lajur "D" 2,00 724,12 144,82
5 Gaya rem 2,00 500,00 875,00
6 Temperatur 1,20 2,25 2,81
7 Beban angin 1,20 6,05 8,67 1,21 14,76
8 Beban gempa
9 Tek. tanah dinamis
10 Gesekan
2357,59 771,95 8,67 1059,48 14,76
Sumber: Hasil perhitungan

Tabel 4.44 Kombinasi-5 beban ultimit pile cap


Faktor P Tx Ty Mx My
No Aksi/Beban
Beban (kN) (kN) (kN) (kNm) (kNm)
1 Berat sendiri 1,30 1527,83 -173,61
Beb. mati
2,00 99,60 19,92
2 tambahan
3 Tekanan tanah 1,25 269,70 189,32
4 Beban lajur "D"
5 Gaya rem
6 Temperatur
7 Beban angin
8 Beban gempa 1,00 307,79 180,08 391,89 229,29
9 Tek. tanah dinamis 1,00 94,66 110,43
10 Gesekan
1627,43 672,14 180,08 537,96 229,29
Sumber: Hasil perhitungan
161

Tabel 4.45 Rekapitulasi kombinasi beban ultimit pile cap


Kombinasi Tuy Mux Muy
No P (kN) Tux (kN)
Beban (kNm) (kNm) (kNm)
1 Kombinasi - 1 2357,59 771,95 8,67 1059,48 14,76
2 Kombinasi - 2 2351,55 828,34 - 1128,76 -
3 Kombinasi - 3 2357,59 826,09 8,67 1127,16 14,76
4 Kombinasi - 4 2357,59 771,95 8,67 1059,48 14,76
5 Kombinasi - 5 1627,43 672,14 180,08 537,96 229,29
Sumber: Hasil perhitungan

2. Breast Wall

Untuk analisis beban ultimit breast wall dihitung kembali berat sendiri,

beban gempa dan tekanan tanah dinamis yang hanya dipikul oleh breast

wall seperti

berikut.
0,40 0,30 0,70

P Struktur Atas
3 1 0,50

2 0,45

Sumber: Hasil olahan

Gambar 4.63 Berat sendiri breast wall

a.) Berat Sendiri (MS)


Tabel 4.46 Perhitungan berat sendiri breast wall
Parameter Berat
No γ (kN/m3)
b h (kN)
1 0,30 0,50 25 46,88
2 1,40 0,45 25 196,88
3 0,40 0,50 17,2 43,00
Berat sendiri struktur atas (slab dan parabet) = 263,50
Sumber: Hasil perhitungan

Jumlah berat sendiri breast wall PMS = 550,25 kN


b.) Tekanan Tanah (TA)

0,6 * Ws
P Struktur Atas

H' = 0,95
1 2

O
0,6 * Ws * Ka H * Ws * Ka

Sumber: Hasil olahan

Gambar 4.64 Tekanan tanah pada breast wall


Diketahui:

H’ = 0,95 m Ws = 17,2 kN/m2

ɸ' = 26,11° By = 12,5 m

Ka = 0,389

Tabel 4.47 Perhitungan tekanan tanah pada breast wall


Lengan
Tᴛᴀ Mᴛᴀ
No Gaya Akibat Tekanan Tanah ke titik y (m)
(kN) (kNm)
O
1 Tᴛᴀ = (0.60*Ws) * H' * Kₐ * Bᵧ 47,64 y = H'/2 0,48 22,63
2 Tᴛᴀ = 1/2 * H'² * Ws * Kₐ * Bᵧ 37,72 y = H'/3 0,32 11,94

Sumber: Hasil perhitungan

Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh:

Jumlah berat akibat tekanan tanah TTA = 85,36 kN

Jumlah momen akibat tekanan tanah MTA = 34,58 kN.m


c.) Beban Gempa (EQ)

1. Beban Gempa Statik Ekivalen

0,400,30 0,70

TEQ
0,50 1

2
0,45

O
Sumber: Hasil olahan

Gambar 4.65 Paremeter beban gempa breast wall

Diketahui:

Beban gempa statik ekivalen TEQ = 0,147 × Wt

Tabel 4.48 Perhitungan beban gempa pada breast wall


Gaya
Berat,Wᵼ Jarak terhadap Mᴇǫ
Uraian Gempa, Tᴇǫ
(kN) titik O, y (m) (kNm)
= 0,147 ×
Wt (kN)
Struktur Atas
Pмѕ 263,50 38,735 y = 0,95 36,80
Pмᴀ 49,80 7,321 y = 0,95 6,95
Breast Wall
y = 0,5/2 + 0,45 =
46,88 6,891 4,82
1 0,70
2 196,88 28,941 y = 0,45/2 = 0,225 6,51
Sumber: Hasil perhitungan

Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh:

Jumlah beban gempa pada breast wall TEQ = 81,89 kN

Jumlah momen akibat beban gempa MEQ = 55,09 kN.m


Beban gempa statik ekivalen memiliki nilai yang sama besar untuk

arah melintang (Y) dan memanjang jembatan (X).

2. Tekanan Tanah Dinamis Akibat Gempa

H'*y*? KaG h3*y*? KaG

TEQ
h3 = 0,50
TEQ
H' = 0,95

h2 = 0,45

O
Sumber: Hasil olahan

Gambar 4.66 Parameter tekanan tanah dinamis breast wall

Diketahui:

Ws = 17,2 kN/m3

∆Kₐԍ = 0,288

By = 12,5 m

Tabel 4.49 Perhitungan tekanan tanah dinamis breast wall


No Tekanan Tanah Dinamis Tᴇǫ (kN) Lengan y (m) Mᴇǫ (kNm)
1 1/2*H'²*Ws*∆Kₐԍ*Bᵧ = 27,894 2/3*H' = 0,63 17,666
2 H3*Ws*∆Kₐԍ*Bᵧ = 49,453 H'/2 = 0,48 23,490

Sumber: Hasil perhitungan

Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh:

Jumlah tekanan tanah dinamis pada breast wall TEQ = 77,347 kN

Jumlah momen tekanan tanah dinamis MEQ = 41,156 kN.m

Perhitungan beban ultimit breast wall dapat dilihat pada tabel – tabel

berikut.
Tabel 4.50 Rekap beban yang bekerja pada breast wall
P Tx Ty Mx My
No Aksi/Beban kode
(kN) (kN) (kN) (kNm) (kNm)
1 Berat sendiri MS 550,25
2 Beb. mati tambahan MA 49,800
3 Tekanan tanah TA 85,36 34,58
4 Beban lajur "D" TD 362,06
5 Gaya rem TB 250,00 437,50
6 Temperatur ET 1,875 2,344
7 Beban angin EW 5,040 7,224 12,296
8 Beban gempa EQ 81,89 81,89 55,09 55,09
9 Tek. tanah dinamis EQ 77,35 41,16
10 Gesekan FB 56,39 70,49

Sumber: Hasil perhitungan

Tabel 4.51 Kombinasi-1 beban ultimit breast wall


Faktor P Tx Ty Mx My
No Aksi/Beban
Beban (kN) (kN) (kN) (kNm) (kNm)
1 Berat sendiri 1,30 715,33
Beb. mati
2,00 99,60
2 tambahan
3 Tekanan tanah 1,25 106,70 43,22
4 Beban lajur "D" 1,80 651,71
5 Gaya rem 1,80 450,00 787,50
6 Temperatur 1,20 2,25 2,81
7 Beban angin 1,20 6,05 8,67 14,76
8 Beban gempa
9 Tek. tanah dinamis
10 Gesekan
1472,68 558,95 8,67 833,53 14,76
Sumber: Hasil perhitungan
Tabel 4.52 Kombinasi-2 beban ultimit breast wall
Faktor P Tx Ty Mx My
No Aksi/Beban
Beban (kN) (kN) (kN) (kNm) (kNm)
1 Berat sendiri 1,30 715,33
Beb. mati
2,00 99,60
2 tambahan
3 Tekanan tanah 1,25 106,70 43,22
4 Beban lajur "D" 1,80 651,71
5 Gaya rem 1,80 450,00 787,50
6 Temperatur 1,20 2,25 2,81
7 Beban angin
8 Beban gempa
9 Tek. tanah dinamis
10 Gesekan 1,00 73,31 91,64
1466,63 632,27 0,00 925,17 0,00
Sumber: Hasil perhitungan

Tabel 4.53 Kombinasi-3 beban ultimit breast wall


Faktor P Tx Ty Mx My
No Aksi/Beban
Beban (kN) (kN) (kN) (kNm) (kNm)
1 Berat sendiri 1,30 715,33
Beb. mati
2,00 99,60
2 tambahan
3 Tekanan tanah 1,25 106,70 43,22
4 Beban lajur "D" 1,80 651,71
5 Gaya rem 1,80 450,00 787,50
6 Temperatur
7 Beban angin 1,20 6,05 8,67 14,76
8 Beban gempa
9 Tek. tanah dinamis
10 Gesekan 1,00 56,39 70,49
1472,68 613,10 8,67 901,21 14,76
Sumber: Hasil perhitungan
Tabel 4.54 Kombinasi-4 beban ultimit breast wall
Faktor P Tx Ty Mx My
No Aksi/Beban
Beban (kN) (kN) (kN) (kNm) (kNm)
1 Berat sendiri 1,30 715,33
Beb. mati
2,00 99,60
2 tambahan
3 Tekanan tanah 1,25 106,70 43,22
4 Beban lajur "D" 1,80 651,71
5 Gaya rem 1,80 450,00 787,50
6 Temperatur 1,20 2,25 2,81
7 Beban angin 1,20 6,05 8,67 14,76
8 Beban gempa
9 Tek. tanah dinamis
10 Gesekan
1472,68 558,95 8,67 833,53 14,76
Sumber: Hasil perhitungan

Tabel 4.55 Kombinasi-5 beban ultimit breast wall


Faktor P Tx Ty Mx My
No Aksi/Beban
Beban (kN) (kN) (kN) (kNm) (kNm)
1 Berat sendiri 1,30 715,33
Beb. mati
2,00 99,60
2 tambahan
3 Tekanan tanah 1,25 106,70 43,22
4 Beban lajur "D"
5 Gaya rem
6 Temperatur
7 Beban angin
8 Beban gempa 1,00 81,89 81,89 55,09 55,09
9 Tek. tanah dinamis 1,00 77,35 41,16
10 Gesekan
814,93 265,94 81,89 139,46 55,09
Sumber: Hasil perhitungan
Tabel 4.56 Rekapitulasi beban ultimit breast wall
Kombinasi Tuy Mux Muy
No P (kN) Tux (kN)
Beban (kNm) (kNm) (kNm)
1 Kombinasi - 1 1472,68 558,95 8,67 833,53 14,76
2 Kombinasi - 2 1466,63 615,35 - 904,02 -
3 Kombinasi - 3 1472,68 613,10 8,67 901,21 14,76
4 Kombinasi - 4 1472,68 558,95 9,67 833,53 14,76
5 Kombinasi - 5 814,93 265,94 8,67 139,46 55,09

Sumber: Hasil perhitungan

3. Back Wall

Untuk analisis beban ultimit back wall dihitung kembali tekanan tanah,

beban gempa dan tekanan tanah dinamis yang hanya dipikul oleh back wall

seperti berikut.

a.) Tekanan Tanah (TA)

0,6 * Ws
P Struktur Atas

1 H' = 0,50
1 2

0,6 * Ws * Ka H * Ws * Ka
0,30
O
Sumber: Hasil olahan

Gambar 4.67 Parameter tekanan tanah back wall

Diketahui:

H’ = 0,50 m Ws = 17,2 kN/m2

ɸ' = 26,11° By = 12,5 m

Ka = 0,389 ∆Kₐԍ = 0,288


Tabel 4.57 Perhitungan tekanan tanah pada back wall
Tᴛᴀ Lengan Mᴛᴀ
No Gaya Akibat Tekanan Tanah y (m)
(kN) ke titik O (kNm)
1 Tᴛᴀ = (0.60 * Ws)* H" * Ka * Bγ 25,08 y = H'/2 0,25 6,27
2 Tᴛᴀ = 1/2 * (H')² * Ws * Ka * Bγ 10,45 y = H'/3 0,17 1,74

Sumber: Hasil perhitungan

Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh:

Jumlah berat akibat tekanan tanah TTA = 35,52 kN

Jumlah momen akibat tekanan tanah MTA = 8,01 kN.m

b.) Beban Gempa (EQ)

1. Beban Gempa Statik Ekivalen

Berat struktur,

Wt = 0,3 × 0,5 × By × γ

= 0,3 × 0,5 × 12,5 × 25

= 46,88 kN

Beban gempa pada back wall,

TEQ = 0,147 × Wt

= 0,147 × 46,88 kN

= 6,89 kN

Lengan ke titik O,

y = h’/2

= 0,50 / 2

= 0,25 m
170

Momen akibat beban gempa,

MEQ = TEQ × y

= 6,89 × 0,25

= 1,72 kN.m

2. Tekanan Tanah Dinamis Akibat Gempa

H'*y*? KaG H'*y*? KaG P Struktur Atas

TEQ
H' = 0,50
TEQ

O
Sumber: Hasil olahan

Gambar 4.68 Parameter tekanan tanah dinamis back wall

Tekanan Tanah Dinamis,

1. TEQ1 = ½ × H’2 × Ws × ∆Kₐԍ × By

= ½ × 0,52 × 17,2 × 0,288 × 12,5

= 7,73 kN

2. TEQ2 = H’ × Ws × ∆Kₐԍ × By

= 0,5 × 17,2 × 0,288 × 12,5

= 30,91 kN

Jarak titik berat ke dasar,

1. y1 = 2/3 × H’ = 2/3 × 0,5 = 0,33

2. y2 = H/2 = 0,5 /2 = 0,25


171

Momen tekanan tanah dinamis,

1. MEQ1 = TEQ1 × y1

= 7,73 × 0,33 = 2,58 kN.m

2. MEQ2 = TEQ2 × y2

= 30,91 × 0,25

= 7,73 kN.m

Jumlah tekanan tanah dinamis pada back wall,

TEQ = TEQ1 + TEQ2

= 7,73 + 30,91

= 38,63 kN

Jumlah momen tekanan tanah dinamis,

MEQ = MEQ1 + MEQ2

= 2,58 + 7,73

= 10,30 kN.m

Perhitungan beban ultimit back wall dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.58 Rekapitulasi beban ultimit pada back wall


Faktor
No Jenis Beban T (kN) M (kNm) Vᵤ (kN) Mᵤ (kNm)
Beban (K)
Tekanan
1 1,25 35,52 8,01 44,41 10,01
tanah (TA)
Gempa statik
2 ekivalen 1,00 6,89 1,72 6,89 1,72
(EQ)
Gempa
3 teknik tanah 1,00 38,63 10,30 38,63 10,30
dinamis (EQ)
Beban ultimit pada Back Wall = 89,93 22,04
Sumber: Hasil perhitungan
Analisis Kekuatan Abutment

Analisis kekuatan abutment berisikan tentang perhitungan penulangan lentur

dan geser pada masing-masing bagian abutment.

1. Breast Wall

Khusus untuk abutment tipe balok cap, breast wall tidak dianggap sebagai

kolom, melainkan sebagai balok.

By = 12,5

Mu
Vu
O
h = 1,40
h = 1,40

Sumber: Hasil olahan

Gambar 4.69 Analisis kekuatan breast wall

Material properties breast wall:

Mutu Beton, K – 350 fc’ = 29,05 MPa

Mutu Baja, U – 32 fy = 320 MPa

Dimensi breast wall:

Lebar, By = 12,5 m Tebal, h = 1,40 m

Diketahui:

Momen ultimit, Mu = 904,02 kN.m

Gaya geser ultimit Vu = 1466,63 kN

Ditinjau breast wall selebar 1 meter:

Mu = 72,32 kN.m

Vu = 117,33 kN
a.) Tulangan Lentur

Diketahui:

Kuat tekan beton, fc’ = 29,05 MPa

Tegangan leleh baja, fy = 320 MPa

Tebal beton, h = 1400 mm

Jarak tulangan terhadap sisi luar beton d’ = 100 mm

Modulus elastisitas baja, Es = 200000 MPa

Faktor bentuk distribusi tegangan beton, β1 = 0,85

Tahanan momen maksimum (Rmax),



𝛽 1× 0,85 × 𝑓𝑐 × 600 29,05
𝜌𝑏 = 𝑓𝑦 0,85 × 0,85 × × 600
600 + 𝑓𝑦 = 320
600 + 320 = 0,043
1
×0,75 ×𝜌𝑏×𝑓𝑦
Rmax = 0,75 × ρb × fy × [1 − 2
]
0,85 ×𝑓𝑐′

1
×0,75 ×0,043 ×320
= 0,75 × 0,043 × 320 × [1 − 2
]
0,85 ×29,05

= 8,132

Tebal efektif, d = h-d’ = 1300 mm

Lebar yang ditinjau, b = 1000 mm

Faktor reduksi kekuatan lentur, ϕ = 0,80

Momen rencana ultimit, Mu = 72,32 kN.m

Momen nominal rencana, Mn = Mu / ϕ = 90,40 kN.m

Faktor tahanan momen (Rn),

Rn = Mn × 106 / (b . d2) = 90,40 × 106 / (1000 × 13002) = 0,0535

Kontrol : Rn (0,0535) < Rmax (8,132)............(OK)

Rasio tulangan yang diperlukan,


2 × 𝑅𝑛
ρ = 0,85 × fc’/fy × {1 − √1 − ( )}
0,85 × 𝑓𝑐′
2 × 0,0535
= 0,85 × 29,05 / 320 × {1 − √1 − ( )}
0,85 × 29,05

= 0,0002

Rasio tulangan minimum,

ρmin = 1,4 / fy = 1,4 / 320 = 0,004

Karena ρ (0,0002) < ρmin (0,004), maka rasio tulangan yang digunakan

adalah ρmin = 0,004.

Luas tulangan yang diperlukan (As butuh),

As butuh = ρ × b × d

= 0,004 × 1000 × 1300

= 5687,50 mm2

Dicoba menggunakan tulangan D22

Jarak tulangan yang diperlukan (s),

s = π/4 × D2 × b / As

= π/4 × 222 × 1000 / 5687,50

= 66,837 mm ≈ 50 mm

As = π/4 × D2 × b / As

= π/4 × 222 × 1000 / 50

= 7602,65 mm2 > As butuh (5687,50 mm2)

Maka tulangan pokok yang digunakan D22 – 50.

Untuk tulangan bagi diambil 50% dari luas tulangan (As) pokok.

As’ butuh = 50% × As

= 50% × 7602,65 mm2

= 3801,33 mm2

Dicoba menggunakan tulangan D16

Jarak tulangan bagi yang diperlukan (s’),


s' = π/4 × D2 × b / As

= π/4 × 162 × 1000 / 3801,33

= 52,893 mm ≈ 50 mm

As’= π/4 × D2 × b / As

= π/4 × 162 × 1000 / 50

= 4021,24 mm2 > As’ butuh (3801,33 mm2)

Maka tulangan bagi yang digunakan D16 – 50.

b.) Tulangan Geser

Gaya geser ultimit rencana breast wall (Vu) = 117330,64 N

Kuat geser beton (Vc),

Vc = 1/6 × (√fc’) × b × d

= 1/6 × (√29,05) × 1000 × 1300

= 1167791,12 N

Faktor reduksi kekuatan geser (ϕ) = 0,75

Kapasitas geser, (ϕ.Vc) = (0,75 × 1167791,12 N) = 875843,34 N

Nilai Vu (117330,64 N) < ϕ.Vc (875843,34 N), OK maka tidak perlu

tulangan geser.

2. Back Wall

Mu
Vu By = 12,5
O

h = 0,3 h = 0,3

Sumber: Hasil olahan

Gambar 4.70 Analisis kekuatan back wall


Material properties breast wall:

Mutu Beton, K – 350 fc’ = 29,05 MPa

Mutu Baja, U – 32 fy = 320 MPa

Dimensi breast wall:

Lebar, By = 12,5 m Tebal, h = 0,30 m

Diketahui:

Momen ultimit, Mu = 22,04 kN.m

Gaya geser ultimit Vu = 89,93 kN

Ditinjau breast wall selebar 1 meter:

Mu = 1,76 kN.m

Vu = 7,19 kN

a.) Tulangan Lentur

Diketahui:

Kuat tekan beton, fc’ = 29,05 MPa

Tegangan leleh baja, fy = 320 MPa

Tebal beton, h = 300 mm

Jarak tulangan terhadap sisi luar beton d’ = 100 mm

Modulus elastisitas baja, Es = 200000 MPa

Faktor bentuk distribusi tegangan beton, β1 = 0,85

Tahanan momen maksimum (Rmax),



𝛽 1× 0,85 × 𝑓𝑐 × 600 29,05
𝜌𝑏 = 𝑓𝑦 0,85 × 0,85 × × 600
600 + 𝑓𝑦 = 320
600 + 320 = 0,043
1
×0,75 ×𝜌𝑏×𝑓𝑦
Rmax = 0,75 × ρb × fy × [1 − 2
]
0,85 ×𝑓𝑐′
1
×0,75 ×0,043 ×320
= 0,75 × 0,043 × 320 × [1 − 2
]
0,85 ×29,05

= 8,132

Tebal efektif, d = h-d’ = 1300 mm

Lebar yang ditinjau, b = 1000 mm

Faktor reduksi kekuatan lentur, ϕ = 0,80

Momen rencana ultimit, Mu = 1,76 kN.m

Momen nominal rencana, Mn = Mu / ϕ = 2,20 kN.m

Faktor tahanan momen (Rn),

Rn = Mn × 106 / (b . d2) = 90,40 × 106 / (1000 × 13002) = 0,055

Kontrol : Rn (0,055) < Rmax (8,132)...........(OK)

Rasio tulangan yang diperlukan,


2 × 𝑅𝑛
ρ = 0,85 × fc’/fy × {1 − √1 − ( )}
0,85 × 𝑓𝑐′

2 × 0,055
= 0,85 × 29,05 / 320 × {1 − √1 − ( )}
0,85 × 29,05

= 0,0002

Rasio tulangan minimum,

ρmin = 1,4 / fy = 1,4 / 320 = 0,004

Karena ρ (0,0002) < ρmin (0,004), maka rasio tulangan yang digunakan

adalah ρmin = 0,004.

Luas tulangan yang diperlukan (As butuh),

As butuh = ρ × b × d

= 0,004 × 1000 × 200

= 875,00 mm2

Dicoba menggunakan tulangan D13

Jarak tulangan yang diperlukan (s),


s = π/4 × D2 × b / As

= π/4 × 132 × 1000 / 875

= 151,694 mm ≈ 150 mm

As = π/4 × D2 × b / As

= π/4 × 132 × 1000 / 150

= 885,00 mm2 > As butuh (875,0 mm2)

Maka tulangan pokok yang digunakan D13 – 150.

Untuk tulangan bagi diambil 50% dari luas tulangan (As) pokok.

As’ butuh = 50% × As

= 50% × 885 mm2

= 442,0 mm2

Dicoba menggunakan tulangan D13

Jarak tulangan bagi yang diperlukan (s’),

s' = π/4 × D2 × b / As

= π/4 × 132 × 1000 / 442,0

= 300 mm

Maka tulangan bagi yang digunakan D13 – 300.

b.) Tulangan Geser

Gaya geser ultimit rencana breast wall (Vu) = 7194,45 N

Kuat geser beton (Vc),

Vc = 1/6 × (√fc’) × b × d

= 1/6 × (√29,05) × 1000 × 200

= 179660 N

Faktor reduksi kekuatan geser (ϕ) = 0,75

Kapasitas geser, (ϕ.Vc) = (0,75 × 179660 N) = 134745,13 N


Nilai Vu (7194,45 N) < ϕ.Vc (134745,13 N), OK maka tidak perlu tulangan

geser.

3. Pile Cap

Analisis kekuatan pile cap berdasarkan gaya aksial yang diterima oleh satu

tiang pancang. Susunan dan jarak tiang pancang menjadi salah satu

parameter penentu dalam perhitungan penulangan pile cap.

a
100
350

My
P
y e Mx
By
350

Mx
y

a x x a
350

Bx
100

a
6013060
250

a x x a

Bx

Sumber: Hasil olahan

Gambar 4.71 Susunan tiang pancang pada pile cap

Diketahui:

n = Jumlah tiang pancang = 8 buah

ny = Jumlah baris tiang pancang =4

Xi = Jarak absis terjauh tiang pancang = 0,65 m


180

Yi = Jarak ordinat terjauh tiang pancang = 5,25 m

Σxi = Jumlah kuadrat absis tiang pancang = 3,38 m2

Σyi = Jumlah kuadrat ordinat tiang pancang = 122,5

m2 Bx = Lebar pile cap = 2,5 m

By = Panjang pile cap = 12,5 m

a.) Gaya Aksial Ultimit Tiang Pancang

1. Tinjauan Beban Arah X

Gaya aksial ultimit yang diderita satu tiang pancang:

Pumax = Pu/n + Mux × Xmax/ƩX2

Pumax = Pu / n - Mux × Xmax/ƩX2

Gaya aksial maksimum dan minimum yang diderita satu tiang

pancang:

Tabel 4.59 Gaya aksial maksimum dan minimum yang di derita satu
tiang pancang tinjauan arah X
Mux×
Kombinasi Pu Mux Pu / n Pumax Pumin
x/ƩX2
pembebanan
(kN) (kNm) (kN) (kN) (kN) (kN)
Kombinasi - 1 2357,593 1059,48 294,70 203,75 498,45 -294,70
Kombinasi - 2 2351,545 1128,76 293,94 217,07 511,01 -293,94
Kombinasi - 3 2357,593 1127,17 294,70 216,76 511,46 -294,70
Kombinasi - 4 2357,593 1059,48 294,70 203,75 498,45 -294,70
Kombinasi - 5 1627,425 537,96 203,43 103,45 306,88 -203,43

Sumber: Hasil perhitungan

2. Tinjauan Beban Arah Y

Gaya aksial ultimit yang diderita satu tiang pancang:

Pumax = Pu/n + Muy × Ymax/ƩY2

Pumax = Pu / n - Muy × Ymax/ƩY2


181

Gaya aksial maksimum dan minimum yang diderita satu tiang

pancang:

Tabel 4.60 Gaya aksial maksimum dan minimum yang di derita satu
tiang pancang tinjauan arah Y
Muy×
Kombinasi Pu Muy Pu / n Pumax Pumin
y/ƩY2
pembebanan
(kN) (kNm) (kN) (kN) (kN) (kN)
Kombinasi - 1 2357,593 14,76 294,70 0,63 295,33 -294,70
Kombinasi - 2 2351,545 - 293,94 - - -
Kombinasi - 3 2357,593 14,76 294,70 0,63 295,33 -294,70
Kombinasi - 4 2357,593 14,76 294,70 0,63 295,33 -294,70
Kombinasi - 5 1627,425 229,29 203,43 9,83 213,25 -203,43
Sumber: Hasil perhitungan

Berdasarkan perhitungan gaya aksial maksimum dari tinjauan arah X

dan arah Y, diperoleh gaya aksial ultimit maksimum tiang pancang

Pu max = 511,46 kN.

Bd = 1,40 L1 = 1,10 Bd = 1,40 L1 = 1,10

1 ht = 0,80

xw = 0,55 P1
x' = 0,65
xp = 0,50

Sumber: Hasil olahan

Gambar 4.72 Parameter perhitungan analisis pile cap

b.) Momen dan Gaya Geser Ultimit Pile Cap

Berat struktur pile cap yang menerima gaya aksial maksimum,

Ws = b × h × By × γ
= 1,10 × 0,80 × 12,5 × 25

= 275 kN

Lengan terhadap sisi luar dinding,

Xw= 0,55 m

Momen Ultimit pile cap,

Ms = Ws × Xw

= 275 kN × 0,55 m

= 151,25 kN.m

Faktor beban ultimit, K = 1,3

Momen ultimit akibat berat pile cap,

Mus = K × Ms

= 1,3 × 151,25 kN.m

= 196,625 kN.m

Gaya geser ultimit akibat berat pile cap,

Wus = K × Ws

= 1,3 × 275 kN

= 357,5 kN

Jarak tiang pancang terhadap sisi luar dinding,

Xp = 0,5 m

Momen maksimum pada pile cap akibat reaksi tiang

pancang, Mp = ny × Pmax × Xp

= 4 × 551,46 kN × 0,5 m = 1022,92 kN.m

Momen ultimit rencana pile cap per meter lebar,

Mu = (Mp – Mus) / By

= (1022,92 – 196,625) / 12,5 = 66,10 kN.m


Gaya geser ultimit rencana pile cap per meter lebar,

Vu = (ny × Pumax – Wus) / By

= (4 × 511,46 – 357,5) / 12,5

= 135,07 kN

a.) Tulangan Lentur

Kuat tekan beton, fc’ = 29,05 MPa

Tegangan leleh baja, fy = 320 MPa

Tebal beton, h = 800 mm

Jarak tulangan terhadap sisi luar beton d’ = 100 mm

Modulus elastisitas baja, Es = 200000 MPa

Faktor bentuk distribusi tegangan beton, β1 = 0,85

Tahanan momen maksimum (Rmax),



𝛽 1× 0,85 × 𝑓𝑐 × 600 29,05
𝜌𝑏 = 𝑓𝑦 0,85 × 0,85 × × 600
600 + 𝑓𝑦 = 320
600 + 320 = 0,043
1
×0,75 ×𝜌𝑏×𝑓𝑦
Rmax = 0,75 × ρb × fy × [1 − 2 ]
0,85 ×𝑓𝑐′

1
×0,75 ×0,043 ×320
= 0,75 × 0,043 × 320 × [1 − 2
]
0,85 ×29,05

= 8,132

Tebal efektif, d = h-d’ = 700 mm

Lebar yang ditinjau, b = 1000 mm

Faktor reduksi kekuatan lentur, ϕ = 0,80

Momen rencana ultimit, Mu = 66,10 kN.m

Momen nominal rencana, Mn = Mu / ϕ = 82,63 kN.m

Faktor tahanan momen (Rn),

Rn = Mn × 106 / (b . d2) = 82,63 × 106 / (1000 × 7002) = 0,168


Kontrol : Rn (0,168) < Rmax (8,132)...........(OK)

Rasio tulangan yang diperlukan,


2 × 𝑅𝑛
ρ = 0,85 × fc’/fy × {1 − √1 − ( )}
0,85 × 𝑓𝑐′

2 × 0,168
= 0,85 × 29,05 / 320 × {1 − √1 − ( )}
0,85 × 29,05

= 0,0005

Rasio tulangan minimum,

ρmin = 1,4 / fy = 1,4 / 320 = 0,004

Karena ρ (0,0005) < ρmin (0,004), maka rasio tulangan yang digunakan

adalah ρmin = 0,004.

Luas tulangan yang diperlukan (As butuh),

As butuh = ρ × b × d

= 0,004 × 1000 × 700

= 3062,5 mm2

Dicoba menggunakan tulangan D22

Jarak tulangan yang diperlukan (s),

s = π/4 × D2 × b / As

= π/4 × 222 × 1000 / 3062,5

= 124,125 mm ≈ 100 mm

As = π/4 × D2 × b / As

= π/4 × 222 × 1000 / 100

= 3801,33 mm2 > As butuh (3062,5 mm2)

Maka tulangan pokok yang digunakan D22 – 100.

Untuk tulangan bagi diambil 50% dari luas tulangan (As) pokok.

As’ butuh = 50% × As


= 50% × 3801,33 mm2

= 1900,66 mm2

Dicoba menggunakan tulangan D16

Jarak tulangan bagi yang diperlukan (s’),

s' = π/4 × D2 × b / As

= π/4 × 162 × 1000 / 1900,66

= 105,785 mm

Maka tulangan bagi yang digunakan D16 – 100.

b.) Tulangan Geser

Gaya geser ultimit rencana pile cap (Vu) = 135067 N

Kuat geser beton (Vc),

Vc = 1/6 × (√fc’) × b × d

= 1/6 × (√29,05) × 1000 × 700

= 628811 N

Faktor reduksi kekuatan geser (ϕ) = 0,75

Kapasitas geser, (ϕ.Vc) = (0,75 × 628811 N) = 471608 N

Nilai Vu (135607 N) < ϕ.Vc (471608 N), OK maka tidak perlu tulangan

geser.

Rekapitulasi hasil perhitungan penulangan abutment sebagai berikut.

Tabel 4.61 Rekapitulasi perhitungan penulangan abutment


No Uraian Tulangan Pokok Tulangan Bagi

1 Breast Wall D22 – 50 D16 – 50

2 Back Wall D13 – 150 D13 – 300

3 Pile Cap D22 – 100 D16 – 100

Sumber: Hasil perhitungan


Analisis Pondasi Abutment

Analisis pondasi dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan daya dukung

aksial dan lateral tiang pancang dalam memikul seluruh beban yang terjadi.

1. Daya Dukung Aksial Tiang Pancang

Analisa daya dukung aksial tiang pancang dihitung berdasarkan 2

parameter, yakni berdasarkan brosur PT. WIKA beton dan berdasarkan data

SPT. Dari kedua parameter tersebut diambil nilai terkecil yang akan digunakan

sebagai daya dukung ijin aksial tiang pancang.

a.) Berdasarkan Brosur PT. WIKA beton

Jenis tiang pancang yang digunakan adalah prestressed spun pile dari PT.

WIKA beton dengan diameter 500 mm kelas A1 dan memiliki daya dukung

aksial ijin atau allowable compression sebesar 185,30 ton atau 1853 kN.

b.) Berdasarkan Data SPT

Tabel 4.62 Perhitungan Data SPT


Kedalaman Perbedaan
Δ × N-SPT
(m) Kedalaman, Δ N-SPT
(ton/m)
Z1 Z1 (m)
0 2 2 3 0,6
2 4 2 4 0,8
4 6 2 4 0,8
6 8 2 9 1,8
8 10 2 12 2,4
10 12 2 45 9
12 14 2 40 8
14 16 2 25 5
16 18 2 24 4,8
18 20 2 30 6
20 22 2 35 7
22 24 2 40 8
24 26 2 40 8
26 28 2 49 9,8
28 30 2 55 11
Sumber: Hasil perhitungan Σ Δ× N = 830
Diketahui:

Nilai N-SPT yang berada > 30 m dianggap memiliki nilai N-SPT di

kedalaman 30 m yakni N = 55.

Diameter tiang, (D) = 0,5 m

Keliling tiang, (O) = π × D = π × 0,5 = 1,571 m

Panjang tiang, (Lp) = 42 m

Luas Penampang, (Ab) = 0,196 m2

Luas Selimut tiang, (As) = π × D × Lp

= π × 0,5 × 42

= 65,973 m2

Nilai N-SPT sejauh 8D di atas tiang, (N1)

Lp - 8D = 37 m - 8.(0,5) = 33 m, N1 = 55

Nilai N-SPT sejauh 4D di bawah tiang, (N2)

Lp + 4D = 37 m + 4.(0,5) =39 m, N2 = 55

Nb = (N1+N2)/2 = (55+55)/2 = 55

Nr = ΣΔ × N-SPT / Lp = 830 / 42 = 19,762

Berat volume tiang, (Wc) = 25 kN/m3

Angka keamanan, (SF) = 2,5

Perhitungan:

Daya Dukung Ujung, (Pb)

Pb = Ab × 40 × Nb = 0,196 m2 × 40 × 55 = 431,969 ton

Daya Dukung Friksi, (Ps)

Ps = 0,2 × Nr × As = 0,2 × 21,419 × 58,119 m2 = 260,752 ton

Berat Tiang, (Wp)

Wp = 181,62 kN = 18,162 ton


Daya Dukung Ijin Tiang, (Pijin)

Pijin = (Pb + Ps – Wp)/SF

= (431,969 + 260,752 - 18,162)/2,5

= 227,674 ton = 2276,74 kN

c.) Rekap Daya Dukung Ijin Tiang Pancang

Perhitungan daya dukung ijin pancang dapat direkap sebagai berikut.

1. Berdasarkan brosur PT. WIKA beton = 1853 kN

2. Berdasarkan Data SPT = 2276,74 kN

Dari ketiga nilai daya dukung ijin di atas diambil nilai yang terkecil yakni

nilai daya dukung ijin berdasarkan kekuatan material sebesar 1853,3 kN.

2. Perhitungan Daya Dukung Lateral Tiang Pancang

Perhitungan daya dukung lateral tiang pancang menggunakan metode Broms

dengan berdasarkan defleksi tiang maksimum.

Diketahui:

Mutu Tiang K-600, fc = 0,083 × K/10 = 49,8 MPa

Kedalaman tiang, z = 42 m

Diameter tiang, d = 0,5 m

Jarak beban lateral terhadap muka tanah, e = 0,2 m

Nilai N-SPT rata-rata disepanjang tiang = 19,762

Berdasarkan Tabel 2.1 untuk tanah dengan nilai N-SPT rata-rata 19,762

memiliki konsistensi stiff atau kaku.

Koefisien variasi modulus diasumsikan sebagai tanah lempung kaku

terkonsolidasi dengan nilai nh = 3518 kN/m3

Defleksi tiang maksimum, yo = 0,006 m


Perhitungan:

Modulus subgrade horizontal, (kh)

kh = nh × L/d

= 3518 kN/m3 × 42 m / 0,5 m

= 295512 kN/m3

Modulus elastisitas tiang, (Ep)

Ep = 4700 × √fc’ × 1000 = 4700 × √49,8 × 1000 = 33167484,1 kN/m2

Momen inersia tiang, (Ip)

Ip = 1/64 × π × Ø4 = 1/64 × π × 0,54 = 0,003 m4

Koefisien defleksi tiang, (β)

𝑘ℎ.𝑑 1 1
β = (4.𝐸𝑝.𝐼𝑝 3
) = ( 4 . 33167484,1 𝑘𝑁/𝑚2 . 0,003 𝑚4 )4 = 0,776
4 295512 𝑘𝑁/𝑚 . 0,5 𝑚

β × L = 0,776 × 42 = 32,60

Dari hasil perhitungan di atas diketahui β.L = 32,60 > 2,5, maka tiang

tergolong dalam kondisi tiang ujung bebas dan dianggap seperti tiang

panjang (tidak kaku).

Daya dukung lateral tiang pancang dihitung menggunakan persamaan berikut.

o 2.𝐻𝑢.𝛽(𝑒.𝜷+1)
y = 𝑘ℎ.𝑑

𝑦𝑜 ×𝑘ℎ × 𝑑
Hu = (2 × 𝛽 ×(𝑒 × 𝛽 +1))

0,006 𝑚 ×295512 𝑘𝑛/𝑚3 × 0,5 𝑚


= (2 × 0,776 ×(0,2 𝑚 × 0,776 +1))

= 527,28 kN

Maka daya dukung ijin lateral tiang pancang sebesar 527,28 kN.
190

3. Kapasitas Dukung Pondasi Tiang Pancang Kelompok

a.) Perhitungan Jumlah Butuh Tiang Pancang

Pultimit = 2357,59 kN (dari Tabel 4.42 rekapitulasi beban ultimit pile

cap)

P ijin = 1853,00 kN

Jumlah tiang yang diperlukan = Pu/Pijin

= 2357,59 / 1853,00

= 1,27 ≈ 2 tiang

Jumlah tiang terpasang = 8 tiang

Tiang yang digunakan lebih banyak daripada jumlah tiang yang

diperlukan (OK).

b.) Jarak Antar Tiang 2,5D ≤ S ≤ 6D

Jarak antar tiang, S = 1,3 m

Diamter tiang, D = 0,5 m

2,5 D = 1,25 m

6D =3m

Kontrol jarak: 2,5D (1,25 m) < S (1,3) < 6D (3 m) …..OK

c.) Efisiensi Tiang Pancang

Jumlah tiang perbaris, m = 4 tiang

Jumlah tiang perkolom, n = 2 tiang

Jarak tiang as ke as, S = 1,3 m

Diameter tiang, D = 0,5 m

θ = tan-1 (D/S)

= tan-1 (0,5 / 1,3) = 21,038°


191

E = 1-θ.[(n-1).m + (m-1)n] / (90.m.n)

= 1-21,038.[(2-1).4 + (4-1)2] / (90.4.2)

= 0,708

d.) Kapasitas Dukung Kelompok Tiang Pancang (QPG)

Pijin = Qijin = 1853,00 kN

Efisiensi Tiang, E = 0,708

QPG = Qijin × E

= 1853,00 × 0,708

= 1311,58 kN

4. Kontrol Gaya Aksial Tiang Pancang

a
100

y
350

My
P
y e Mx
By
350

Mx
y

a x x a
350

Bx
100

a
6013060
250
a x x a

Bx

Sumber: Hasil olahan

Gambar 4.73 Konfigurasi Tiang Pancang


Tabel 4.63 Data susunan tiang pancang
Susunan tiang pancang arah x Susunan tiang pancang arah y
Jumlah Xi n . xi2 Jumlah Yi n . yi2
No No
n (m) (m2) n (m) (m2)
1 8 0,65 3,38 1 4 5,25 110,25
2 - - - 2 4 1,75 12,25
Σxi = 3,38 Σyi = 122,5
Sumber: Hasil perhitungan

Diketahui:

n = Jumlah tiang pancang = 8 buah

Xi = Jarak absis terjauh tiang pancang = 0,65 m

Yi = Jarak ordinat terjauh tiang pancang = 5,25 m

Σxi = Jumlah kuadrat absis tiang pancang = 3,38 m2

Σyi = Jumlah kuadrat ordinat tiang pancang = 122,5 m2

Tabel 4.64 Rekap kombinasi beban ultimit pile cap


Kombinasi Tuy Mux Muy
No P (kN) Tux (kN)
Beban (kNm) (kNm) (kNm)
1 Kombinasi - 1 2357,59 771,95 8,67 1059,48 14,76
2 Kombinasi - 2 2351,55 828,34 - 1128,76 -
3 Kombinasi - 3 2357,59 826,09 8,67 1127,16 14,76
4 Kombinasi - 4 2357,59 771,95 8,67 1059,48 14,76
5 Kombinasi - 5 1627,43 672,14 180,08 514,46 215,54

Sumber: Hasil perhitungan

a.) Kontrol Gaya Aksial Terhadap Kombinasi 1

Total gaya aksial terfaktor, Pu = 2357,59 kN

Momen arah x akibat beban terfaktor, Mux = 1059,48 kN.m

Momen arah y akibat beban terfaktor, Muy = 14,76 kN.m


max 𝑃𝑢 𝑀𝑢𝑥 .𝑋𝑖 𝑀𝑢𝑦 . 𝑌𝑖
Pu = 𝑛 + 𝛴𝑋𝑖 + 𝛴𝑌𝑖

2357,59 1059,48 . 0,65 14,76 . 5,25


= 8 + 3,38 + 122,5

= 499,08 kN

Syarat: Pumax ≤ QPG

499,08 kN < 1311,58 kN (Aman)

b.) Kontrol Gaya Aksial Terhadap Kombinasi 2

Total gaya aksial terfaktor, Pu = 2351,55 kN

Momen arah x akibat beban terfaktor, Mux = 1128,76 kN.m

Momen arah y akibat beban terfaktor, Muy = 0,00 kN.m

max 𝑃𝑢 𝑀𝑢𝑥 .𝑋𝑖 𝑀𝑢𝑦 . 𝑌𝑖


Pu = 𝑛 + 𝛴𝑋𝑖 + 𝛴𝑌𝑖

2351,55 1128,76 . 0,65 0,00 . 5,25


= 8 + 3,38 + 122,5

= 511,01 kN

Syarat: Pumax ≤ QPG

511,01 kN < 1311,58 kN (Aman)

c.) Kontrol Gaya Aksial Terhadap Kombinasi 3

Total gaya aksial terfaktor, Pu = 2357,59 kN

Momen arah x akibat beban terfaktor, Mux = 1127,16 kN.m

Momen arah y akibat beban terfaktor, Muy = 14,76 kN.m

max 𝑃𝑢 𝑀𝑢𝑥 .𝑋𝑖 𝑀𝑢𝑦 . 𝑌𝑖


Pu = 𝑛 + 𝛴𝑋𝑖 + 𝛴𝑌𝑖

2357,59 1127,16 . 0,65 14,76 . 5,25


= 8 + 3,38 + 122,5

= 512,09 kN

Syarat: Pumax ≤ QPG

512,09 kN < 1311,58 kN (Aman)


d.) Kontrol Gaya Aksial Terhadap Kombinasi 4

Total gaya aksial terfaktor, Pu = 2357,59 kN

Momen arah x akibat beban terfaktor, Mux = 1059,48 kN.m

Momen arah y akibat beban terfaktor, Muy = 14,76 kN.m

max 𝑃𝑢 𝑀𝑢𝑥 .𝑋𝑖 𝑀𝑢𝑦 . 𝑌𝑖


Pu = 𝑛 + 𝛴𝑋𝑖 + 𝛴𝑌𝑖

2357,59 1059,48. 0,65 14,76 . 5,25


= 8 + 3,38 + 122,5

= 499,08 kN

Syarat: Pumax ≤ QPG

499,08 kN < 1311,58 kN (Aman)

e.) Kontrol Gaya Aksial Terhadap Kombinasi 5

Total gaya aksial terfaktor, Pu = 1627,42 kN

Momen arah x akibat beban terfaktor, Mux = 514,46 kN.m

Momen arah y akibat beban terfaktor, Muy = 215,54 kN.m

max 𝑃𝑢 𝑀𝑢𝑥 .𝑋𝑖 𝑀𝑢𝑦 . 𝑌𝑖


Pu = 𝑛 + 𝛴𝑋𝑖 + 𝛴𝑌𝑖

1627,42 514,46 . 0,65 215,54 . 5,25


= 8 + 3,38 + 122,5

= 311,60 kN

Syarat: Pumax ≤ QPG

311,60 kN < 1311,58 kN (Aman)

5. Kontrol Tahanan Lateral Tiang Pancang

a.) Kontrol Tahanan Lateral Tiang Terhadap Kombinasi 1

Gaya lateral arah X akibat beban terfaktor, Tx = 771,95 kN

Gaya lateral arah Y akibat beban terfaktor, Ty = 8,67 kN

Resultan gaya lateral, Tmax = √(Tx2 + Ty2)


= √(771,952 + 8,672)

= 771,99 kN

Gaya lateral yang diderita satu tiang:

Hmax = Tmax / n

= 771,99 / 8

= 96,50 kN

Syarat: Hmax ≤ Hijin

96,50 kN < 527,28 kN (Aman)

b.) Kontrol Tahanan Lateral Tiang Terhadap Kombinasi 2

Gaya lateral arah X akibat beban terfaktor, Tx = 828,34 kN

Gaya lateral arah Y akibat beban terfaktor, Ty = 0,00 kN

Resultan gaya lateral, Tmax = √(Tx2 + Ty2)

= √(828,342 + 0,002)

= 828,34 kN

Gaya lateral yang diderita satu tiang:

Hmax = Tmax / n

= 828,34 / 8

= 103,54 kN

Syarat: Hmax ≤ Hijin

103,54 kN < 527,28 kN (Aman)

c.) Kontrol Tahanan Lateral Tiang Terhadap Kombinasi 3

Gaya lateral arah X akibat beban terfaktor, Tx = 826,09 kN

Gaya lateral arah Y akibat beban terfaktor, Ty = 8,67 kN

Resultan gaya lateral, Tmax = √(Tx2 + Ty2)

= √(826,092 + 8,672) = 826,14 kN


Gaya lateral yang diderita satu tiang:

Hmax = Tmax / n

= 826,14 / 8

= 103,27 kN

Syarat: Hmax ≤ Hijin

103,27 kN < 527,28 kN (Aman)

d.) Kontrol Tahanan Lateral Tiang Terhadap Kombinasi 4

Gaya lateral arah X akibat beban terfaktor, Tx = 771,95 kN

Gaya lateral arah Y akibat beban terfaktor, Ty = 8,67 kN

Resultan gaya lateral, Tmax = √(Tx2 + Ty2)

= √(771,952 + 8,672)

= 771,99 kN

Gaya lateral yang diderita satu tiang:

Hmax = Tmax / n

= 771,99 / 8

= 96,50 kN

Syarat: Hmax ≤ Hijin

96,50 kN < 527,28 kN (Aman)

e.) Kontrol Tahanan Lateral Tiang Terhadap Kombinasi 5

Gaya lateral arah X akibat beban terfaktor, Tx = 672,14 kN

Gaya lateral arah Y akibat beban terfaktor, Ty = 180,08 kN

Resultan gaya lateral, Tmax = √(Tx2 + Ty2)

= √(672,142 + 180,082)

= 695,85 kN

Gaya lateral yang diderita satu tiang:


Hmax = Tmax / n

= 695,85 / 8

= 86,98 kN

Syarat: Hmax ≤ Hijin

86,98 kN < 527,28 kN (Aman)

Evaluasi Struktur Abutment

1. Stabilitas Struktur

a.) Stabilitas Terhadap Guling

Stabilitas struktur abutment terhadap gaya guling baik arah x maupun

arah y, memiliki nilai angka kemanan > 2,2 yang menandakan bahwa

struktur aman terhadap gaya penyebab guling.

b.) Stabilitas Terhadap Geser

Stabilitas struktur abutment terhadap gaya geser baik arah x maupun

arah y, memiliki nilai angka kemanan > 1,1 yang menandakan bahwa

struktur aman terhadap geser yang terjadi.

c.) Kapasitas Dukung Tanah

Kapasitas tanah dalam memikul struktur abutment ditentukan dengan

besarnya tekanan kontak (qmax) yang terjadi. Dari hasil perhitungan

nilai qmax < qijin yang menandakan bahwa tanah mampu memikul

struktur abutment yang berada di atasnya. Namun demikian, abutment

belum berpijak pada tanah keras sehingga dibutuhkan pondasi dalam

yakni tiang pancang.


2. Penulangan Struktur

Dari hasil perhitungan, diperoleh banyaknya tulangan yang harus

dipasang pada masing-masing bagian di dalam abutment. Penulangan hasil

perhitungan disajikan dengan desain perencanaan seperti yang dilampirkan

pada tabel berikut.

Tabel 4.65 Perbandingan penulangan struktur abutment


Hasil Perhitungan Desain Perencanaan
No Uraian
Tul. Pokok Tul. Bagi Tul. Pokok Tul. Bagi
1 Breast Wall D22 – 50 D16 – 50 D22 – 100 D13 – 200
2 Back Wall D13 – 150 D13 – 300 D13 – 100 D13 – 200
3 Pile Cap D22 – 100 D16 – 100 D22 – 100 D13 – 200
Sumber: Hasil perhitungan

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa perbedaan yang signifikan

terletak pada tulangan bagi. Dari segi kekuatan, penulangan hasil

perhitungan dinilai lebih kuat namun, dalam hal lain pihak perencana

memiliki pengalaman kerja di dunia konstruksi sehingga turut

memperhitungkan segi lain selain kekuatan seperti segi ekonomis dan

keefektifan tulangan yang bekerja pada struktur. Oleh karena itu dapat

disimpulkan penulangan pada desain perencanaan dan hasil perhitungan

mampu memikul seluruh momen yang terjadi pada struktur abutment.

3. Kapasitas Dukung Pondasi

a.) Kapasitas Dukung Aksial Tiang

Berdasarkan hasil perhitungan, beban aksial yang harus dipikul satu

tiang pancang masih di bawah kapasitas ijin aksial sehingga dapat

disimpulkan memikul bahwa pondasi dapat memikul beban aksial dari

struktur abutment dan meneruskannya ke tanah secara aman.


b.) Kapasitas Dukung Lateral Tiang

Berdasarkan hasil perhitungan, beban lateral yang harus dipikul satu

tiang pancang masih di bawah kapasitas ijin lateral sehingga dapat

disimpulkan bahwa pondasi dapat menahan gaya lateral dari struktur

abutment secara aman.


BAB V
PENUTUP

Kesimpulan

Dari hasil perhitungan evaluasi kekuatan struktur jembatan tipe pile slab jalan

tol Balikpapan – Samarinda segmen 3 STA 9+300 diperoleh hasil sebagai berikut.

1. Tulangan lentur dan tulangan geser pada pile cap dan slab yang dihitung sama

persis dengan desain perencanaan. Hal ini membuktikan bahwa tulangan lentur

dan tulangan geser yang dipasang pada pile cap dan slab sesuai dengan momen

dan gaya geser yang terjadi.

2. Kekuatan dan kapasitas dukung tiang pancang pada struktur pile slab dapat

dipaparkan sebagai berikut.

a.) Momen yang terjadi pada tiang pancang sebesar 3,281 ton.m < momen ijin

yang tertera pada brosur PT. WIKA beton yakni 10,50 ton.m, maka tiang

pancang memiliki kekuatan yang cukup aman dalam menerima momen yang

terjadi.

b.) Gaya aksial maksimum yang terjadi pada tiang pancang sebesar 159,438 ton

masih lebih kecil dari daya dukung ijin aksial tiang pancang 185,3 ton, maka

tiang pancang aman dan mampu memikul gaya aksial yang terjadi.

c.) Gaya lateral yang terjadi pada tiang pancang di struktur pile slab disebabkan

oleh gaya aksi lingkungan yaitu beban gempa. Besarnya resultan beban

gempa yang harus dipikul oleh satu tiang pancang adalah 11,07 ton. Nilai

tersebut masih di bawah nilai daya dukung ijin lateral yakni 48,148 ton,

maka tiang pancang aman dan mampu memikul gaya lateral yang terjadi.

200
201

3. Lendutan / simpangan yang terjadi pada struktur pile slab sebesar 0,251 cm.

Nilai tersebut masih di bawah nilai lendutan ijin yakni 10 cm. Maka

struktur jembatan pile slab memenuhi syarat kekakuan.

4. Kemampuan abutment dalam memikul struktur jembatan pile slab dapat

dilihat sebagai berikut.

a.) Dari perhitungan stabilitas, struktur abutment memenuhi seluruh kriteria

stabilitas yang terdiri dari guling, geser dan daya dukung tanah. Maka

dari segi stabilitas, struktur abutment mampu memikul seluruh beban

yang terjadi secara stabil.

b.) Berdasarkan perhitungan penulangan, perbedaan yang signifikan

terletak pada tulangan bagi. Dalam hal lain pihak perencana memiliki

pengalaman kerja di dunia konstruksi sehingga turut memperhitungkan

segi lain selain kekuatan seperti segi ekonomis dan keefektifan tulangan

yang bekerja pada struktur. Oleh karena itu dapat disimpulkan

penulangan pada desain perencanaan dan hasil perhitungan mampu

memikul seluruh momen yang terjadi pada struktur abutment.

c.) Berdasarkan perhitungan pondasi abutment, dapat disimpulkan bahwa

pondasi tersebut mampu memikul gaya aksial maupun gaya lateral yang

terjadi. Semua gaya baik aksial maupun lateral yang menimpa pondasi

masih dibawah nilai kapasitas ijin.

Saran

Adapun saran dalam evaluasi kekuatan struktur jembatan pile slab jalan tol

Balikpapan – Samarinda segmen 3 STA 9+300 adalah sebagai berikut.


1. Hendaknya dalam analisis struktur jembatan pile slab menggunakan aplikasi

SAP2000 berlisensi resmi. Kemungkinan dapat terjadi perbedaan perhitungan

analisis antara aplikasi SAP2000 berlisensi resmi dengan yang bajakan.

2. Lebih teliti dalam mendefinisikan dan menempatkan beban pada struktur pile

slab dan selalu mengacu pada peraturan yang berlaku. Salah mendefiniskan

beban dan salah menempatkan beban akan berpengaruh pada momen dan

tegangan yang terjadi.

3. Parameter tanah diusahakan tidak menggunakan korelasi dari data N-SPT,

melainkan menggunakan data hasil pengujian lab agar data lebih akurat dan

mewakili kondisi asli di lapangan.

4. Selain kekuatan struktur, perlu dilakukan penelitian terhadap penurunan.

Penurunan yang dimaksud adalah degradasi tanah akibat beban yang terjadi

pada umur rencana. Dimana penurunan yang terjadi harus lebih kecil daripada

penurunan ijin.
DAFTAR PUSTAKA

. (2002). SNI 03-2847-2002 Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk


Bangunan Gedung. Badan Standarisasi Nasional.

. (2005). SNI T-02-2005 Pembebanan untuk Jembatan. Badan Standarisasi


Nasional.

. (2012). SNI 1726-2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk


Struktur Gedung dan Non Gedung.

Ahmad, Gani Lilik. (2016). Analisis Daya Dukung Tiang Pancang Menggunakan
Data Insitu Test, Parameter Laboratorium Terhadap Loading Test
Kantledge. Jurnal Konstruksia. Vol. 7 No. 2.

Alaydrus, Mustofa. (2016). Analisis Deformasi Struktur Balok Beton Bertulang


Dengan Lubang Hollow Core Pada Tengah Balok. Malang: Jurusan
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya.

Amanda, Liony. (2013). Pengaruh Pertamina Terhadap Masyarakat Kota


Balikpapan 1957-1975. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.

Bowles, J.E. (1997). Analisa dan Desain Pondasi, Edisi keempat jilid 1. Jakarta:
Erlangga.

Hardiyatmo, Hary Christady. (2014). Analisis dan Perancangan Fondasi I, Edisi


ketiga. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Indarto, Himawan. (2009). Buku Ajar Analisis Struktur III. Semarang: Fakultas
Teknik Sipil Universitas Diponegoro.

Indarto, Himawan. (2015). Evaluasi Kekuatan Struktur Slab On Pile Pada


Pembangunan Ruas Jalan Sebelimbingan-Martadipura Kota Bangun,
Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Kota Bangun: (Tidak
dipublikasikan).

Khrisnawan, dkk. (2016). Perencanaan Struktur Jembatan Slab on Pile Sungai


Brantas Dengan Menggunakan Metode Pracetak Pada Proyek Tol Solo-
Kertosono STA. 176+150 – STA 176+375. Jurnal Karya Teknik Sipil. Vol.
5. No. 2:275-282.

Kurniadi, Akbar, dkk (2015). Desain Stuktur Slab on Pile. Jurnal Karya Teknik
Sipil. Vol.4, No. 4:57-68.
Nara, Gusti. (2017). Jalan Tol Balikpapan-Samarinda Rampung Pada 2018.
Kompas Online, 12 Mei 2017.

Nugroho, Budi. (2016). Perancangan Jembatan. Bahan Ajar. Samarinda: Program


Studi Rekayasa Jalan dan Jembatan.

Pranoto, Yudi. (2016). Jembatan Baja. Bahan Ajar. Samarinda: Program Studi
Rekayasa Jalan dan Jembatan.

Republik Indonesia. (2013). Peraturan Pemerintah (PP) No. 79 Tahun 2013


tentang Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Jaringan LLAJ).

Rini, Anita Puspita. (2014). Perhitungan Jembatan Pile Slab Pada Penanganan
Longsoran Jalan Gajah Mada Samarinda Kalimantan Timur. Skripsi.
Politeknik Negeri Samarinda.

Setyo, Wandoko. (2017). Optimasi Biaya Perbandingan Perencanaan Slab on


Pile Dengan Variasi Bentang. Tesis. Pascasarjana Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Solakhuddin, Dindin. (2010). Kajian Teknis Perbandingan Penerapan Tipe


Konstruksi Cakar Ayam Modified, Konstruksi Precast Road on Pile dan
Konstruksi Pile Slab Pada Pembangunan Jalan Tol Simpang Susun Waru-
Juanda Sidoarjo, Jawa Timur. Sidoarjo: 22 November.

Supriyadi, Bambang dan Muntohar, A.S. (2007). Jembatan, Edisi pertama.


Yogyakarta: Beta Offset.
Denah Penulangan Pile
PRESTRESSED CONCRETE SPUN PILES SPECIFICATION
Concrete Compressive Strength fc' = 52 MPa (Cube 600 kg/cm2)

Bending Moment
Size Thickness Cross Section Unit Allowable Decompression Length
Section Inertia Weight Class Crack * Break Compression Tension of Pile
( mm ) Wall ( t )
( cm2 ) ( cm4 ) ( kg/m ) ( ton.m ) ( ton.m ) ( ton ) ( ton ) ** ( m )
300 60 452.39 34,607.78 113 A2 2.50 3.75 72.60 23.11 6 - 12
A3 3.00 4.50 70.75 29.86 6 - 13
B 3.50 6.30 67.50 41.96 6 - 14
C 4.00 8.00 65.40 49.66 6 - 15
350 65 581.98 62,162.74 145 A1 3.50 5.25 93.10 30.74 6 - 13
A3 4.20 6.30 89.50 37.50 6 - 14
B 5.00 9.00 86.40 49.93 6 - 15
C 6.00 12.00 85.00 60.87 6 - 16
400 75 765.76 106,488.95 191 A2 5.50 8.25 121.10 38.62 6 - 14
A3 6.50 9.75 117.60 45.51 6 - 15
B 7.50 13.50 114.40 70.27 6 - 16
C 9.00 18.00 111.50 80.94 6 - 17
450 80 929.91 166,570.38 232 A1 7.50 11.25 149.50 39.28 6 - 14
A2 8.50 12.75 145.80 53.39 6 - 15
A3 10.00 15.00 143.80 66.57 6 - 16
B 11.00 19.80 139.10 78.84 6 - 17
C 12.50 25.00 134.90 100.45 6 - 18
500 90 1,159.25 255,324.30 290 A1 10.50 15.75 185.30 54.56 6 - 15
A2 12.50 18.75 181.70 68.49 6 - 16
A3 14.00 21.00 178.20 88.00 6 - 17
B 15.00 27.00 174.90 94.13 6 - 18
C 17.00 34.00 169.00 122.04 6 - 19
600 100 1,570.80 510,508.81 393 A1 17.00 25.50 252.70 70.52 6 - 16
A2 19.00 28.50 249.00 77.68 6 - 17
A3 22.00 33.00 243.20 104.94 6 - 18
B 25.00 45.00 238.30 131.10 6 - 19
C 29.00 58.00 229.50 163.67 6 - 20
800 120 2,563.54 1,527,869.60 641 A1 40.00 60.00 415.00 119.34 6 - 20
A2 46.00 69.00 406.10 151.02 6 - 21
A3 51.00 76.50 399.17 171.18 6 - 22
B 55.00 99.00 388.61 215.80 6 - 23
C 65.00 130.00 368.17 290.82 6 - 24
1000 *** 140 3,782.48 3,589,571.20 946 A1 75.00 112.50 613.52 169.81 6 - 22
A2 82.00 123.00 601.27 215.16 6 - 23
A3 93.00 139.50 589.66 258.19 6 - 24
B 105.00 189.00 575.33 311.26 6 - 24
C 120.00 240.00 555.23 385.70 6 - 24
1200 *** 150 4,948.01 6,958,136.85 1,237 A1 120.00 180.00 802.80 221.30 6 - 24
A2 130.00 195.00 794.50 252.10 6 - 24
A3 145.00 217.50 778.60 311.00 6 - 24
B 170.00 306.00 751.90 409.60 6 - 24
C 200.00 400.00 721.50 522.20 6 - 24

Note : *) Crack Moment Based on JIS A 5335-1987 (Prestressed Spun Concrete Piles)
Unit Conversion : 1 ton = 9.8060 kN
**) Length of pile may exceed usual standard whenever lifted in certain position
***) Type of Shoe for Bottom Pile is Mamira Shoe

PILE SHAPE & SPECIFICATION | PRESTRESSED CONCRETE SQUARE PILES

JOINT PLATE (MIDDLE PILE) WITHOUT JOINT PLATE (UPPER PILE)


JOINT PLATE PRESTRESSING STEEL
MIDDLE / UPPER PILE
SPIRAL

SIZE

JOINT PLATE (BOTTOM PILE) WITHOUT JOINT PLATE (SINGLE PILE)


PENCIL SHOE
BOTTOM / SINGLE PILE SIZE

SIZE

PILE
PILE SECTION
LENGTH

Anda mungkin juga menyukai