Anda di halaman 1dari 232

PERENCANAAN JEMBATAN

Ir Lanny Hidayat, MSi


Tahap Perencanaan
Kriteria Desain Perencanaan

Analisis Data Lapangan

Konsep Detail Perencanaan

Perhitungan Teknis (fondasi, BB, BA, Bangunan pelengkap)

Penggambaran (denah,detail2 fondasi, BB, BA termasuk


kelengkapannya – exp joint, landasan, fasilitas pemeliharaan, jalan
pendekat)

Perhitungan Volume, Analisa Harga Satuan


• Revisi terhadap Kriteria Desain Jembatan pada SE
Dirjen Bina Marga no. Um.01.03-Db/242 tanggal 21
Maret 2008

• Menjadi acuan kerja pengawasan teknis

• Ditetapkan pada tanggal 7Juli 2017


KRITERIA DESAIN JEMBATAN
(mengacu edaran Dirjen BM no 05/SE/Db/2017 tanggal 7 Juli 2017)

Kekuatan dan stabilitas struktur

Kenyamanan dan keselamatan (bagi pengguna jalan)

Kemudahan (dalam pelaksanaan dan pemeliharaan)

Ekonomis

Pertimbangan aspek lingkungan, sosial, dan aspek


keselamatan jalan

Keawetan dan kelayakan jangka panjang

Estetika
Disiapkan oleh Ir. Lanny Hidayat, MSi
Umur rencana jembatan standar 50 tahun untuk elemen utama
jembatan (fondasi, bangunan bawah, gelagar, elemen rangka baja,
sistem lantai)

Pembebanan BM 100 untuk semua jenis jembatan (permanen, semi


permanen, panel darurat)

Minimal lebar troroar 0,5 m


Lebar jalur lalu lintas harus sama dengan lebar jalur lalu lintas
bagian ruas jalan di luar jembatan
Untuk jalan arteri, lebar badan jalan pda jembatan harus sama
dengan lebar badan jalan pada bagian ruas jalan di luar jembatan

Super elevasi/kemiringan melintang adalah 2% pada permukaan


lantai jembatan dan kemiringan memanjang maksimum 5%

Ruang bebas vertikal untuk lalu lintas minimal 5,1 meter diukur
dari puncak perkerasan jembatan ke elevasi terendah dari bagian
atas jembatan

Disiapkan oleh Ir. Lanny Hidayat, MSi


Ruang bebas vertikal dan horizontal di bawah jembatan
minimal
• 0,5 m (untuk aliran yang dapat dikontrol/saluran irigasi)
• 1,0 m (untuk aliran sungai yang tidak membawa benda hanyutan)
• 1,5 m (untuk aliran sungai yang membawa hanyutan)
Estetika, sandaran, parapet dapat dibuat secara khusus
• Mempertimbangkan aspek keselamatan pengguna jalan

Jalan akses
• Akses untuk perumahan penduduk
• Jalan akses untuk pemeriksaan dan pemeliharaan
• Dudukan untuk pemeliharaan bangunan atas

Geometrik dibuat dengan kelengkungan yang baik tanpa


perubahan signifikan pada kelandaian alinyemen
vertikal
MATERIAL
Mutu beton lantai, bangunan atas, bangunan bawah,
fondasi tiang bor minimal fc’ 30 MPa

Mutu baja tulangan menggunakan BJTP 24 untuk D<13


dan BJTD 32 atau BJTD 39 untuk D > 13 dengan variasi
diameter tulangan paling banyak 5 ukuran
Untuk tulangan daerah momen negatif menggunakan
BJTP 24

Mutu kawat (wire) pra tegang sesuai dengan SNI


1155;2016

Sebanyak mungkin menggunakan gambar tipikal pada


gambar rencana
PERENCANAAN BANGUNAN ATAS

•Box culvert (S,D,T) 6 – 10 m


•CSP 6 – 12 m
Standar •Voided slab 6 – 16 m
•GTP 6 – 20 m
Bangunan Atas •GPP 16 – 60 m; tipe Tee 16 – 60 m; box 30 – 60 m
•MBP 20 – 60 m; tipe box 20 – 60 m
•Rangka baja 40 – 60 m

• Ultimit Limit States (ULS)


• Serviceability Limit States (SLS)
• Lendutan maksimum akibat beban lalu lintas dengan faktor beban
Dasar dinamis maksimum L/800 untuk struktur sederhana dan L/400 untuk
struktur kantilever
• Lawan lendut berdasarkan daya layan δ = 150% (δDL + δLL)
perencanaan • Memperhatikan perilaku jangka panjang material dan lingkungan
khususnya selimut beton, permeabilitas beton atau tebal elemen baja
terhadap galvanis terhadap risiko korosi dan potensi gradasi material

• Didesain sebagai non komposit,


• tetapi pelaksanaan dibuat komposit dengan tulangan atas
Sistem Lantai dan bawah
• Permukaan lantai harus diberi lapisan waterproofing dan
lapisan aspal setebal 5 cm dengan overlay 3 cm
PERENCANAAN BANGUNAN BAWAH

Dasar Perilaku jangka


perencanaan Tipe abutment Tipe pilar panjang

• Cap – 1,5 – 2 m • Cap < 10 m • Selimut beton minimal


• Limit states (LRFD) (dihindarkan pada 30 mm daerah normal
• ULS • Kodok 2 – 3,5 m
daerah hanyutan dan • Minimal 70 mm
• Dinding penuh > 4 m lalu lintas yang
• SLS daerah agresif
dilewati kapal) • Sesuai ketentuan yang
• Dinding penuh < 25 m berlaku
• Portal satu tingkat < 15
m
• Portal 2 tingkat < 25 m
• Kolom tunggal < 15 m
(dihindari untuk
daerah zona gempa
besar)
PERENCANAAN FONDASI
Perencanan menggunakan working stress
atau tegangan ijin

Memperhitungkan potensi gerusan

Fondasi dangkal harus bebas gerusan

Fondasi sumuran diameter 3 – 4 m


kedalaman maksimum 6 m

Fondasi tiang pancang pipa baja 0,4 – 1 m


kedalaman maksimum 60 m

Fondasi beton pratekan diameter 0,4 – 1,2


m kedalaman maksimum 60 m

Fondasi tiang born 0,8 – 1,2 m kedalaman


maksimum 60 m
PERENCANAAN FONDASI
Jenis fondasi harus seragam untuk satu lokasi
termasuk dimensinya

Material pipa baja grade 2 astm-252 diisi dengan beton


non shrinkage (semen tipe II) dengan mutu fc’ 30 MPa
hingga kedalaman 8 m di bawah dasar sungai

Faktor keamanan point bearing 3 dan geser 5


Sumuran dan fondasi langsung, daya dukung tanah 2,
geser=1,5 dan guling = 1,5

Deformasi lateral dan penurunan dibatasi:


- Lateral fondasi tiang 22,5 cm yang di bawah pile cap
- Penurunan fondasi 1 cm
- Untuk fondasi dengan kedalaman > 50 m dirancang hanya
mengandalkan friksi saja
PERENCANAAN FONDASI

Kalendering terakhir
- Tiang pancang pipa baja ≤ 2,5 cm
- Tiang pancang beton 3 – 5 cm

Wajib uji tiang apabila kedalaman


tanah keras tidak tercapai
Perencanaan
Perencanaan Jalan
Pertimbangan aspek
pendekat lingkungan dan sosial

Tinggi timbunan tidak boleh


melebihi tinggi izin Penerapan RKL, Upl dan POS
Hkritis = (cNc + ϒDNq)ϒ dimana Rekomendasi dokumen RKL
ϒ didapat dari hasil dan/atau UPL masuk dalam
laboratorium gambar rencana
H izin = H kritis/SF

Jika tinggi timbunan melebihi H Jarak antar railing dibuat lebih


izin maka harus dilakukan rapat untuk keamanan pejalan
perkuatan tanah kaki
Perencanaan Metode • Dilengkapi dengan metode konstruksi dengan
memperhatikan ketersediaan alat dan material
Konstruksi serta kondisi setempat yang dapat dilaksanakan

• Ruang pengawasan sungai untuk hulu dan hilir


minimum 100 meter dan ditentukan
Perencanaan Aliran berdasarkan sifat dan morfologi sungai (minimal
5 kelokan)
Sungai
• Bagian sungai yang dievaluasi minimal 500
meter ke hulu/hilir meliputi hidrologi, pola
aliran, morfologi sungai, lokasi gerusan

• Panjang jalan pendekat 500 – 1000 m


• Lebar jalur lalu lintas minimum 6 m
Prinsip Penerapan • Rambu dilarang parkir dengan garis kuning ber-
Keselamatan biku2
Jembatan • Rambu dilarang berjualan di jembatan dan
sepanjang oprit jembatan
• Rambu batas kecepatan (apabila diperlukan)
JALAN PENDEKAT (Kurang lebih 500 – 1000 m)

Rambu dan • Wajib dipasang untuk menunjukkan jembatan ganda atau


berkurangnya lajur
Marka • Rambu peringatan adanya jembatan

• Memasang rambu larangan jalan terus dan memberi prioritas


Rambu dan • Memasang marka garis jembatan
marka • Marka garis harus berhenti sekitar 20-30 m sebelum
abutment jembatan

Rambu dan • Rambu batas kecepatan sebelum memasuki jembatan


• Peringatan di jalan pendekat adanya tikungan tajam, alinyemen curam,
marka rambu tikungan, rambu cembungan, pengarah tikungan
TAHAPAN PERENCANAAN TEKNIK JEMBATAN

Laporan Pendahuluan

Survey Pendahuluan

Survey Detail

Tahap Perencanaan

Tahap Penyelesaian akhir


Survey Pendahuluan
•Peta topogtafi
Pengumpulan •Peta geologi
•Peta Tata Guna Lahan
Peta Dasar •Peta Curah Hujan – Daerah
Aliran sungai

•Data Jaringan Jalan


Pengumpulan •Data Kondisi Lalu Lintas
•Data Lokasi Material
Data (quarry)
Pendukung •Data harga satuan material
dan upah
Pengumpulan
Peta Dasar
Konsep Pendahuluan:
- Lokasi Jembatan
- Perkiraan bentang dan
tipe Bangunan Atas
- Perkiraan tipe
Bangunan Bawah
- Pengelolaan
Lingkungan
Pengumpulan
Data
Pendukung
MAKSUD SURVEI JEMBATAN
Kesesuaian - antara lapangan, lingkungan dengan
desain

Rencana – Rancangan yang efektif, efisien dan


ekonomis

Pelaksanaan konstruksi – antisipasi permasalahan


lapangan dan kondisi tanah

Pengaruh perubahan – kondisi tanah dan lingkungan


termasuk kondisi banjir dan penanganannya

Pemilihan lokasi yang tepat dan aman


Survei
Topografi

Survei Survei Survei


Lingkungan Geoteknik
Detail

Survei
Hidrologi
dan
Hidrolika
Survei Topografi
Pengukuran titik horizontal dan vertikal

Pengukuran 200 m ke arah hulu dan hilir


sungai

Pengukuran 250 m ke arah jalan masuk dan


keluar jembatan

Pengukuran 50 m arah kiri dan kanan sungai

Perhitungan dan penggambaran


SURVEY TOPOGRAFI
Luas Area Yang Disurvei
Area yang disurvei Koridor Luas
Masing-masing minimum
Sungai Arah hulu dan hilir
200 m
Interval penampang
25 m
melintang
Dari garis tepi sungai / jalan
Recana trase jalan – pertemuan jalan pendekat 250 m
dengan jembatan
Interval penampang
25 m
melintang
Interval penampang
melintang maupun
Lokasi jembatan 10 m, 15 m, 25 m
memanjang terhadap
sungai maupun jalan
Ketentuan Pengukuran Penampang Melintang.

Kondisi Lebar koridor *) Interval (m)


(m) Jembatan /
longsoran

Datar, landai, dan


75 + 75 25
lurus
Pegunungan 75 + 75 25

50 (luar) + 100
Tikungan 25
(dalam)
Pengolahan Data Hasil Survei Topografi

TRANSFER DATA
• Data hasil pengukuran yang masih tersimpan dalam memori internal alat total
station akan ditransfer menggunakan program bantu Microcad Survey.

PENGOLAHAN DATA
• Pada tahapan pengolahan data menggunakan program Microcad Survey, data yang
diperoleh berupa data sudut dan jarak sehingga diperlukan proses pengolahan
data pada program microcad survey untuk mendapatkan koordinat.

PENGGAMBARAN DATA LAPANGAN


• Berdasarkan data hasil pemrosesan dengan aplikasi Microcad Survey terhadap tiap
titik survey, maka peta kontur akan dianalisa dan digambar menggunakan program
bantu Land Development
.
FINALISASI PETA TOPOGRAFI
• Gambar final berdasarkan data lapangan adalah peta kontur dari daerah survey.
Gambar peta kemudian akan dilengkapi dengan menambahkan data legenda
supaya bisa digunakan oleh pihak pihak yang membutuhkan.‐
Pemanfaatan Data Hasil Survei
• Pembuatan desain geometri jalan pada lokasi jembatan
• Menentukan lokasi jembatan

• Menentukan bentang jembatan yang akurat sesuai dengan profil


melintang sungai dimana jembatan akan dibangun
• Menentukan lokasi titik penyelidikan tanah

• Profil melintang sungai pada lokasi jembatan sebagai dasar untuk


menentukan tinggi air banjir atau muka air banjir 50 tahunan (untuk
jembatan standar)

• Nilai GPS harus dipasang pada as kepala jembatan jembatan, yang


digunakan sebagai titik awal penentuan staking out pekerjaan
pelaksanaan
Tujuan Penyelidikan Tanah

• Menentukan jenis dan kedalaman fondasi


• Mengevaluasi beban - daya dukung fondasi
• Memperkirakan penurunan
• Menentukan potential problem misal : tanah ekspansif, tanah
mudah longsor) dll.
• Memperkirakan air tanah
• Memperkirakan tekanan tanah lateral misal : untuk dinding
penahan tanah
• Menentukan cara pelaksanaan ( construction method )
Penyelidikan Penyelidikan
Lapangan Laboratorium
Survei Geoteknik
SPT dan Bor

CPT

Pengambilan sampel

Uji laboratorium
Site Investigation
Narrated by:
N. Sivakugan & Kate Johnson
Jenis Penyelidikan Tanah Lapangan Yang Umum
Dilaksanakan

Bor

SONDIR
(Dutch Cone
Penetration Test)

SPT (Standard
Penetration Test)
Penentuan jumlah titik penyelidikan
tanah

Bentang jembatan < 20 m –


1 titik lokasi abutment –
total 2 titik

Bentang jembatan > 20 m


dan < 40 m – 1 titik lokasi
abutment – total 2 titik

Bentang jembatan ≥ 40 m –
1 titik per abutment/pilar –
minimal 3 titik
back hoe drill rig

Trial Pit
1-2 m width
2-4 m depth Bore hole
CLAY
75 mm dia
10-30 m depth

35
PENYELIDIKAN LAPANGAN
UJI SONDIR
Alat Prosedur Uji
• Prosedur pelaksanaan dan hasil Uji
Sondir mengacu pada SNI
2827:2008.

Kelebihan Kekurangan
• Cukup ekonomis. • Jika terdapat batuan lepas atau
• Dapat manentukan daya dukung tanah lensabiasa memberikan indikasi lapisan
dengan baik. keras yang salah.
• Dapat dengan cepat menentukan letak • Jika alat tidak lurus dan tidak bekerja
lapisan tanah keras. dengan baik maka hasil yang diperoleh
• Dapat memperkirakan perbedaan bisa merugikan.
lapisan. • Tidak dapat sample tanah.
• Dll. • Dll.
PENYELIDIKAN LAPANGAN
UJI SONDIR
Jumlah Titik
NO JEMBATAN UJI SONDIR
ABUTMEN PILAR
1 Jembatan Bentang Pendek (<40m) 1-2 titik 1-2 titik
atau sesuai kebutuhan atau sesuai kebutuhan
2 Jembatan Bentang Sedang (40m – 125m) 2 titik 2 titik
atau sesuai kebutuhan atau sesuai kebutuhan
3 Jembatan Bentang Panjang (>125m) 2-3 titik 2-3 titik
atau sesuai kebutuhan atau sesuai kebutuhan

Pengawasan Uji Sondir


• Pengawasan Kondisi Alat Uji Sondir.
• Pengawasan Persiapan Pengujian Sondir.
• Pengawasan Prosedur Pengujian Sondir.
• Pengawasan Pembacaan dan Pelaporan Hasil Uji Sondir.
• Pengawasan Interpretasi dan Analisis Hasil Uji Sondir. Pengawasan Uji Sondir
NO KONDISI ALAT SONDIR UJI SONDIR
Ya Tidak
1 Konus dan Selimut (bidang) geser dalam kondisi baik

2 Pipa dorong dan batang dalam dalam keadaan baik

3 Mesin pembeban hidraulik dan manometer dalam keadaan baik


PENYELIDIKAN LAPANGAN
PEMBORAN TEKNIK

Prosedur Uji
• pencatatan dan interpretasi dari pemboran inti (core drilling) mengacu
pada SNI 03-2436-1991.

Pengeboran Manual Pengeboran Bilas Pengeboran Inti


(Auger Boring) (Wash Boring) (Core Drilling)
PENYELIDIKAN LAPANGAN
UDS

Prosedur Uji Jenis Tabung UDS

• Pengambilan UDS pada • Open Drive Sample


ASTM D-1587-83. • Piston Sample
• Split Barrel Sample

Pengawasan Pengambilan UDS


NO UDS UDS
Ya Tidak
1 Tabung dalam kondisi baik
2 Tabung ditekan dengan kecepatan konstan dan sekali dorong
3 Tabung ditutup dengan parafin
4 Tabung disimpan dengan baik dan diberi label
5 Tabung dikirim ke Laboratorium dengan baik
6 Segera diuji di Laboratorium dan sampel diambil dari tabung dengan baik
PENYELIDIKAN LAPANGAN
UJI SPT
Alat

Prosedur Uji

• Prosedur pelaksanaan dan


hasil uji SPT mengacu pada
SNI 4153:2008

Kelebihan Kekurangan

• Dapat untuk semua jenis tanah. • Relatif mahal.


• Dapat menembus lapisan lensa dan • Relatif lama.
tanah keras. • Dll.
• Mendapatkan sample tanah terganggu.
• Dll.
Standard Penetration Test (SPT)
65 kg hammer

760 mm drop
Count the number of blows required anvil
for 300 mm penetration
Blow count
or
N-Value

drill rod

split spoon sampler


41
KOREKSI NILAI SPT

(N1)60 = CER CN N
Corrected
blow count Measured
blow count

Overburden
Energy correction
correction

42
SPT (Standard Penetration test)

Merupakan percobaan dinamis (dynamic penetrometer)

suatu pengujian yang ujungnya dimasukkan ke dalam tanah


dengan menjatuhkan beban dengan tinggi jatuh dan jumlah
pukulan yang diperlukan untuk mendorong ujung tersebut
menembus jarak tertentu.

SPT ini merupakan suatu metode uji yang dilaksanakan


bersamaan dengan pengeboran untuk mengetahui kekuatan
tanah maupun pengambilan contoh terganggu
Standard Penetration Test (SPT)

Keuntungan Kerugian

• Bisa mendapatkan nilai sampel dan • Sampel tanah merupakan sampel yang
Jumlah terganggu
• Simpel dan kuat • Nilai yang didapat secara kasar
• Dapat digunakan hampir semua jenis • Tidak dapat digunakan untuk jenis
tanah tanah soft clays dan silt
• Dapat digunakan untuk batuan lunak • Bervariatif dan ketidak tentuan
PENYELIDIKAN LAPANGAN
UJI SPT
Jumlah Titik
NO JEMBATAN BOR + UDS + UJI SPT
ABUTMEN PILAR
1 Jembatan Bentang Pendek (<40m) 0-1 titik 0-1 titik
atau sesuai kebutuhan atau sesuai kebutuhan
2 Jembatan Bentang Sedang (40m – 125m) 1 titik 1 titik
atau sesuai kebutuhan atau sesuai kebutuhan
3 Jembatan Bentang Panjang (>125m) 1-2 titik 1-2 titik
atau sesuai kebutuhan atau sesuai kebutuhan

Pengawasan Uji SPT


• Pengawasan Kondisi Alat Uji SPT.
• Pengawasan Persiapan Pengujian SPT.
• Pengawasan Prosedur Pengujian SPT.
• Pengawasan Pembacaan dan Pelaporan Hasil Uji SPT.
• Pengawasan Interpretasi dan Analisis Hasil Uji SPT. Pengawasan Uji SPT
NO KONDISI ALAT SPT UJI SPT
Ya Tidak
1 Alat uji SPT dan kelengkapannya dalam kondisi baik

2 Batang dan Pipa bor dalam keadaan baik

3 Tripod, tali, palu dalam keadaan baik


PENGUJIAN LABORATORIUM

Uji Indeks Properties


• Kadar Air • ASTM D-2216-92
• Berat Jenis • ASTM D-654-92
• Berat Isi dan Berat Isi Kering • ASTM D-2049
• Uji Saringan • ASTM D-1140-00 & D-422-63
• Uji Hidrometer • ASTM D-422
• Batas-Batas Atterberg • ASTM D-4318-93 & D-427

Uji Kuat Geser Tanah


• Uji Kuat Tekan Bebas • ASTM D-2166
• Uji Triaksial • ASTM D-2850-97 & D-4767-88
• Uji Geser Langsung • ASTM D-3080
PENGUJIAN LABORATORIUM

Uji Konsolidasi • ASTM D-2435-91

Uji Permeabilitas • ASTM D-2434 & D-5084

Uji Kompaksi • ASTM D-698-00a & D-1557

Uji CBR • ASTM D-1883-99


Cone Penetration Test (CPT) - Sondir
• satu satu survei lapangan yang berguna untuk memperkirakan
letak lapisan tanah keras.

• Dari uji ini didapatkan nilai perlawanan penetrasi konus.

• Perlawanan penetrasi konus adalah perlawanan tanah


terhadap ujung konus yang dinyatakan dalam gaya persatuan
luas (kg/cm2), sedangkan hambatan lekat adalah perlawanan
geser tanah terhadap selubung bikonus dalam gaya per satuan
panjang (kg/cm).

• Nilai perlawanan penetrasi konus dan hambatan lekat dapat


diketahui dari bacaan pada manometer.
Keuntungan Kerugian

• Cepat dan dapat dilaksanakan terus • Investasi alat cukup besar


menerus • Perlu operator yang trampil untuk
• Produktif dan ekonomis mengoperasikan alat
• Hasil tidak tergantung operator • Perlu kalibrasi, berisik
• Interpretasi berdasarkan teori • Tidak ada sampel tanah
• Cocok untuk tanah lunak • Tidak cocok untuk tanah gravel dan
boulder

Beberapa jenis penetrometer termasuk elektrik friction dan jenis piezocone


Jenis Penyelidikan Tanah sesuai dengan Jenis Fondasi
Jenis Penyelidikan Tanah sesuai dengan Jenis Fondasi
Survei Hidrologi dan Hidrolika
Karakteristik daerah Aliran Sungai

Karakteristik Sungai

MAB dan MAN secara visual

Analisa Muka Air Banjir

Analisa Gerusan
Tujuan Survei Hidrologi dan Hidrolika

Untuk mengumpulkan data hidrologi dan karakter


/perilaku aliran air pada struktur jembatan guna
keperluan analisis hidrologi, penentuan debit banjir
rencana (elevasi muka air banjir), perencanaan
darinase dan bangunan pengaman terhadap gerusan
dan pengarah arah aliran sungai
Survei Hidrologi

Luas area yang disurvei disesuaikan dengan:


• Daerah tangkapan hujan (catchment area) -
topografi
• kondisi tata guna lahan
Survei Hidrologi
Survei Hidrologi
Desain Bangunan Pengaman

• Dalam mendesain suatu dinding pengaman (revetment)


harus memperhatikan beberapa faktor.

• Faktor-faktor mempengaruhi jenis dan ukuran (desain) dari


dinding pengaman terdiri dari :
1. Debit desain
2. Jenis aliran
3. Geometri penampang
4. Aliran di tikungan
5. Tahanan aliran (Flow resistance)
6. Jenis pengamanan (revetment)
Debit Desain

• Debit aliran yang digunakan untuk desain atau analisis bangunan jalan
disekitar sungai biasanya menggunakan debit banjir ulangan dengan
periode ulang 10 sampai 50 tahun, untuk jembatan permanen 50 tahun dan
untuk jembatan penting 100 tahun

• Debit banjir ini dapat digunakan untuk mendesain riprap dan beberapa
macam dinding pengaman sungai.

• Pada beberapa keadaan khusus, seperti debit yang kecil dapat


menyebabkan kerusakan hidraulik terhadap kestabilan riprap.

• Perlu diperhatikan beberapa macam debit desain agar dapat digunakan


untuk kondisi riprap yang direncanakan.
Aliran di Tikungan

• Kondisi aliran di tikungan sangat kompleks, karena dipengaruhi adanya


distorsi bentuk aliran.
• Aliran di tikungan saluran dipengaruhi oleh gaya sentrifugal, aliran tidak
seragam dan aliran tidak simetris.
• Dua aspek penting pada aliran di tikungan saluran yang mempengaruhi
desain pengaman sungai.
• Pertama, peningkatan kecepatan dan tegangan geser yang diakibatkan
aliran tidak seragam di tikungan saluran. Hubungan antara peningkatan
kecepatan dan tegangan geser untuk desain riprap
• Kedua, superelevasi aliran di tikungan saluran yang akan dibangun
pengaman sungai. Meskipun nilai superelevasi aliran sangat kecil
dibandingkan kedalaman saluran, namun penting untuk menentukan
besarnya freeboard.
Hambatan Aliran

• Salah satu komponen penting dalam analisis hidraulik dari


pengaman saluran, seperti riprap adalah koefisien kekasaran
Manning.

• Kekasaran suatu saluran dapat ditentukan dari keadaan fisik


saluran. Keadaan fisik tersebut seperti dasar saluran,
ketidakteraturan saluran, geometri saluran, vegetasi yang
tumbuh di saluran dan sebagainya.

• Untuk menentukan koefisien kekasaran Manning „n‟ pada


saluran alam dalam mendesain pengaman saluran
Perlindungan Tepi Sungai

Perlindungan tepi diperlukan untuk


melindungi bagian tepi/pinggir sungai.

Perlindungan ini terdiri dari dua, yaitu


memanjang (longitudinal) dan vertikal.
Perlindungan Memanjang

• Perlindungan memanjang diperlukan untuk melindungi


tepi/pinggir sungai yang mengalami erosi sepanjang tepi
saluran tersebut.

• Secara umum, pengaman yang diperlukan lebih panjang


daripada panjang erosi yang dialami tepi/pinggir sungai.

• Perlu diperhatikan panjang pengaman, sehingga pengamanan


untuk bagian hulu (upstream) tidak terlalu panjang dan untuk
bagian hilir (downstream) tidak terlalu pendek.
Perlindungan Vertikal
• Desain ketinggian perlindungan dari riprap merupakan ketinggian air saluran
ditambah tinggi rung bebad (freeboard).

• Freeboard merupakan ketinggian yang digunakan untuk meliputi kejadian


yang tidak terduga.

• Kejadian tersebut seperti gelombang yang dihasilkan angin maupun kapal


yang lewat di sungai, superelevasi di tikungan saluran, lompatan hidraulik
dan aliran tak tentu akibat pilar jembatan dan sambungan saluran.

• Selain itu juga, kejadian yang tidak dapat diperhitungkan seperti


pengendapan pasir, tanaman yang tumbuh di saluran dan gelombang yang
naik ke tepi saluran.
Kedalaman Fondasi Pengaman

• Penggerusan tanah ke bawah dari pengaman merupakan salah


satu mekanisme utama yang menentukan kegagalan
pengamanan.
• Desain pengaman tepi/pinggir saluran, memperkirakan
kedalaman penggerusan sangat penting sehingga pengaman
dapat diletakkan pada lapisan tanah yang tepat untuk
mencegah terjadinya penggerusan ke bawah (undermining).
• Kedalaman maksimal penggerusan harus memperhatikan
terjadinya degradasi saluran seperti proses penggerusan alami
dan pengisian tanah.
Kedalaman Fondasi Pengaman
Kedalaman maksimum penggerusan berkenaan dengan
penggerusan alami dan pengisian tanah pada saluran lurus
maupun menikung dapat dilihat pada persamaan :
Bangunan Pengaman Tebing (Revetment)

Rip rap, bronjong

Jenis Jenis

Dinding Penahan tnah


fleksibel Kaku
Rip Rap

Riprap adalah bangunan pengaman yang melindungi


tebing dari gerusan dengan menggunakan lapisan
batuan.

Kemiringan riprap hampir sama dengan kemiringan


tebing saluran (sungai)

Desain riprap berdasarkan gaya seret ijin yang diwakili


dengan kecepatan aliran
• Lebar puncak Groin bervariasi sekitar 1 m sampai 4 m, tapi tidak
kurang dari (2 : 3) D100

• Kestabilan struktur groin harus diperhitungkan terhadap:


• Guling
• Geser
• Daya dukung

• Detail perhitungannya seperti pada perhitungan retaining wall


Jenis-jenis Bangunan Atas
Jembatan
Tipe bangunan atas jembatan
Gelagar Baja & Balok
Kayu
Lantai Kayu / Baja Cast in Place
Balok Box
Rangka Kayu
Beton
(Truss)
Composite :
Gelagar Baja + Lantai Beton
Baja
Beton Bertulang
Gelagar Pra-Fabrikasi Balok
Biasa
(Girder Bridge)

Superstructure Beton Pratekan Pre-tensioned Plat- Slab Units


Jembatan
Balok
Plat
Beton Biasa Balok
(Slab Bridge)
Kayu Box

Beam Units
Beton
Biasa Plat- Slab Units

Balok
Pelengkung
Beton Pratekan
(Arch)
Balok

Box
Baja
Post-tensioned
Balok

Pasangan Batu Beam Units


85
KOMPONEN – KOMPONEN
JEMBATAN

Lantai kendaraan Landasan

Pilar

Kepala jembatan

Kepala tiang (pile cap)

86
Komponen jembatan
Bangunan Bawah Bangunan atas:
• Fondasi • Semua struktur di atas landasan yang
• Pilar (pier) mendukung lalu lintas
• Kepala jembatan (abutment) • Lapis permukaan

Lantai kendaraan Landasan

Pilar

Kepala jembatan

Kepala tiang (pile cap)

87
Kepala Jembatan Bangunan atas
Bang. Bawah
Lantai Jembatan

Landasan

Pilar (bang.Bawah)

Fondasi

• Diafragma berupa Ikatan angin


Gelagar melintang

Potongan melointang bangunan atas

Dasar-dasar komponen jembatan 88


JENIS SISTEM STRUKTUR

 PELENGKUNG (ARCH)
 GELAGAR
 KANTILEVER
 CABLE STAYED
 JEMBATAN GANTUNG
 LAIN-LAIN

89
3 JENIS DASAR JEMBATAN
Panjang bentang

Panjang bentang

Bentang tunggal

Bentang
Bentang jamak

 Bentang > 6 m - Jembatan  Bentang pendek : 6 – 30 m


 Bentang < 6 m - gorong2  Bentang sedang : 30 – 100 m
 Bentang panjang : > 100 m

91
ELEMEN UTAMA DAN SEKUNDER PADA JEMBATAN BALOK PELENGKUNG
JEMBATAN BALOK PELENGKUNG
94
Jembatan Balok Pelengkung -
Pelengkung
• Jembatan balok pelengkung merupakan jenis
struktur yang melengkung dengan abutment
di tiap ujungnya
Apa yang terjadi pada saat beban bekerja pada
jembatan jenis ini ?

• Berat beban akan ditanggung pada sepanjang lengkung


yang ada dan diteruskan ke abutment pada setiap ujung
pelengkung. Abutment juga akan menahan beban yang
berada di bagian luarnya.

Gaya tekan yang ada pada


setiap sisi jembatan
Faktor yang harus dipertimbangkan pada saat
mendesain jembatan pelengkung

• Jembatan pelengkung selalu berada dalam


kondisi tertekan akibat berat lantai yang
meneruskan beban ke bagian pelengkung dan
selanjutnya ke abutment. Bentuk lengkung
yang meningkat menyebabkan beban vertikal
harus diimbangi dengan gaya horizontal yang
menahannya.
98
99
100
101
102
JENIS JEMBATAN GELAGAR
Beban vertikal lalu lintas

 Jenis jembatan yang paling


umum
 Umumnya terdiri atas
gelagar yang menumpu
sederhana pada tiap
ujungnya pada pilar atau
abutment dan dapat dibuat
Gaya dalam
menjadi gelagar menerus gelagar

 Umumnya tidak memerlukan Reaksi Reaksi

biaya yang besar

104
Tipe Gelagar

• Gelagar pada jembatan adalah suatu struktur horizontal yang


kaku dan terletak atas 2 tumpuan (abutment – abutment atau
abutment – pilar atau pilar – pilar)
Faktor-faktor yang harus diperhatikan pada waktu
mendesain jembatan tipe gelagar

• Gelagar harus cukup kuat dan tidak


melendut akibat berat sendiri maupun
akibat beban hidup (lalulintas) yang
melintas di atasnya.
JENIS JEMBATAN GELAGAR

Bahan/material yang umum digunakan:

Kayu
Beton bertulang
Baja (rangka, komposit, gelagar boks dll)
Beton pratekan
 Bentuk gelagar I, T, U,
 Gelagar Segmental

107
Sistem Gelagar
JENIS JEMBATAN GELAGAR

sederhana

kantilever

menerus

 Saat ini yang banyak digunakan yaitu beton pracetak di fabrikasi


 Umumnya sebagai gelagar menumpu sederhana (2 tumpuan)
 Beberapa dijadikan menerus di lapangan

110
JENIS JEMBATAN GELAGAR

 Profil melintang jembatan gelagar baja dapat dibentuk dari hot rolled
(untuk bentang pendek), boks (bentang menengah) atau pelat

111
JENIS JEMBATAN GELAGAR

112
JENIS JEMBATAN GELAGAR

113
JENIS JEMBATAN GELAGAR

114
JENIS JEMBATAN GELAGAR

116
JENIS JEMBATAN GELAGAR

120
RANGKA
JENIS-JENIS JEMBATAN RANGKA BAJA
JENIS JEMBATAN GELAGAR

Rangka baja dapat dibuat menjadi jenis gelagar, pelengkung


tergantung pada mekanisme struktur awalnya

123
JENIS JEMBATAN GELAGAR

124
JENIS JEMBATAN KANTILEVER

125
JENIS JEMBATAN KANTILEVER

126
JENIS JEMBATAN KANTILEVER

127
JENIS JEMBATAN RANGKA BAJA KANTILEVER

128
JENIS JEMBATAN KANTILEVER

129
JEMBATAN KABEL (CABLE STAYED)
JEMBATAN JENIS CABLE STAYED

131
JEMBATAN JENIS CABLE STAYED

132
JEMBATAN JENIS CABLE STAYED

133
JEMBATAN GANTUNG
JEMBATAN GANTUNG

135
JEMBATAN GANTUNG

136
JEMBATAN GANTUNG

137
JEMBATAN GANTUNG

138
JENIS BANGUNAN ATAS MANA YANG DIPILIH ???

Pertimbangkan faktor-faktor berikut:

 Panjang bentang
 Panjang jembatan total
 Panjang gelagar
 Bahan yang tersedia
 Kondisi lapangan (fondasi, tinggi, batasan ruang bebas dll)
 Waktu pelaksanaan
 Kemudahan pelaksanaak
 Teknologi / peralatan yang tersedia
 Estetika
 Biaya
 Akses pemeliharaan

139
Panjang bentang

140
141
Biaya vs panjang bentang

 Panjang bentang dapat berhubungan dengan biaya bangunan atas


(harga/meter) dan bangunan bawah (harga/pilar)

 Jika biaya bangunan bawah sekitar 25% dari total biaya - bentangan
diperpendek, kemungkinan akan lebih hemat

 Jika biaya bangunan bawah sekitar 50% biaya total - bentangan


sebaiknya diperpanjang sehingga lebih ekonomis

142
143
AKSES PEMELIHARAAN

 Biaya total = biaya awal + biaya pemeliharaan


 Jembatan harus mudah diperiksa dan dipelihara
 Biatya pemeliharaan akan berhubungan dengan jenis pemiihan
jenis jembatan:
 Jembatan baja memerlukan pemeliharaan yang lebih besar
yang tergantung lokasinya
 Jembatan beton usumnya memerlukan pemeliharaan yang
lebih kecil

144
• Jarak gelagar ditentukan oleh
jumlah gelagar
• Jarak yang besar:
• Jumlah gelagar sedikit
(erection lebih cepat)
• Lebih tinggi dan berat
(masalah dengan
transportasi)
• Mengurangi masalah yang
berlebihan
• Pelat lantai lebih tebal
• Jarak yang dekat:
• Jumlah gelagar lebih banyak
• Gelagar lebih kecil
• Masalah pemeriksaan
bertambah (lebih banyak
gelagar yang diperiksa)
• Pelat lantai lebih tipis

145
PERSYARATAN LAPANGAN

 Kondisi jembatan – lurus, bersudut


atau busur
 Gelagar I precast tidak dapat
berupa busur
 Gelagar segmental ..mungkin
dapat sedikit membentuk
busur
 Cor di tempat
 Pengangkutan dari pabrik ke
lapangan apakah per segment??
 Apakah perlu persyaratan khusus
 Apakah perlu perancah khusus ??
Bagaimana pelaksanaannya di
lapangan

146
ESTETIKA
Jembatan yang tidak menarik, bagaimanapun aman,
daya layan bagus dan murah, umumnya tidak merupakan
jembatan yang bagus
Jembatan bentang panjang yang melintasi sungai yang
besar sering menjadi IKON , jadi, estetika menjadi salah
satu faktor penting
Jembatan harus menyatu dengan kondisi lingkungannya
Transisi antar bentang yang nyaman
Hindari adanya asesoris yang tidak perlu
Jembatan harus menggambarkan kekuatan yang cukup

147
ESTETIKA
 Penentuan bentuk jembatan (dalam hal tingkat kepentingannya)
 Geometrik vertikal dan horizontal yang tergantung pada
kondisi topografi dan struktur lain
 Jenis bangunan atas : balok pelengkung, gelagar dll
 Letak pilar
 Letak kepala jembatan (abutment)
 Bentuk bangunan atas, parapet dan sandaran
 Bentuk pilar
 Bentuk abutment
 Warna jembatan, ornamen
 Tanda-tanda, pencahayaan, penerangan

148
ESTETIKA

149
Pembebanan
dan
Distribusi Beban
Pendahuluan

Beban yang dominan pada jembatan


• Beban berat sendiri
• Beban dinamis akibat beban bergerak sebagai
dampak lalu lintas yang bergerak

Beban lainnya termasuk beban angin, gempa,


suhu dan pelaksanaan.
Beban pada
Jembatan

Permanen Transien

Beban Benan mati Trafik Pelaksanaan


mati super Lingkungan Alat, metoda
Angin, Gempa, pelaksanaan
Suhu, Banjir

Bahan
Susut
rangkak
Beban sekunder
Beban vertikal horizontal akibat
primer akibat berat perubahan
kendaraan kecepatan
kendaraan

Normal Abnormal Khusus

Pembebanan pada Jembatan


Perbedaan Pembebanan lama dan baru
DEFINISI PADA PEMBEBANAN

• beban mati - semua beban tetap yang berasal dari berat sendiri jembatan
atau bagian jembatan yang ditinjau, termasuk segala unsur tambahan
yang dianggap merupakan satu kesatuan tetap dengannya

• beban mati primer - berat sendiri pelat dan sistem lainnya yang dipikul
langsung oleh tiap-tiap gelagar jembatan

• beban mati sekunder - berat kerb, trotoar, tiang sandaran dan lain-lain
yang dipasang setelah pelat dicor. Beban tersebut dianggap terbagi rata di
seluruh gelagar
DEFINISI PADA PEMBEBANAN
• beban hidup - semua beban yang berasal dari berat kendaraan-kendaraan
bergerak/lalu lintas dan/atau pejalan kaki yang dianggap bekerja pada
jembatan

• beban khusus - beban yang merupakan beban-beban khusus untuk


perhitungan tegangan pada perencanaan jembatan

• beban lalu lintas - seluruh beban hidup, arah vertikal dan horizontal,
akibat aksi kendaraan pada jembatan termasuk hubungannya degan
pengaruh dinamis, tetapi tidak termasuk akibat tumbukan

• beban pelaksanaan - beban sementara yang dapat bekerja pada


bangunan secara menyeluruh atau sebagian selama pelaksanaan
DEFINISI PADA PEMBEBANAN
• beban primer - beban yang merupakan beban utama dalam perhitungan
tegangan pada setiap perencanaan jembatan

• beban sekunder - beban yang merupakan beban sementara yang selalu


diperhitungkan dalam perhitungan tegangan pada setiap perencanaan
jembatan

• beban tetap - beban dengan besaran yang diasumsikan konstan selama


konstruksi atau bervariasi dalam jangka waktu yang panjang

• faktor beban - pengali numerik yang digunakan pada aksi nominal untuk
menghitung aksi rencana
DEFINISI PADA PEMBEBANAN
• faktor beban biasa - faktor beban yang digunakan apabila pengaruh dari
aksi rencana akan mengurangi keamanan

• faktor beban terkurangi - faktor beban yang digunakan apabila pengaruh


dari aksi rencana akan menambah keamanan

• lever rule - metode analisis yang menggunakan distribusi statika beban


dengan asumsi tiap panel lantai merupakan perletakan sederhana
sepanjang gelagar kecuali pada gelagar eksterior
Filosofi perencanaan
• Jembatan harus direncanakan sesuai dengan
keadaan batas yang disyaratkan untuk
mencapai target pembangunan, keamanan,
dan aspek layan, dengan memperhatikan
kemudahan inspeksi, faktor ekonomi, dan
estetika

• Seluruh keadaan batas harus dianggap


memiliki tingkat kepentingan yang sama besar.
Keadaan batas daya layan
Keadaan batas daya layan disyaratkan dalam
perencanaan dengan melakukan pembatasan
pada :
– tegangan,
– deformasi, dan
– lebar retak pada kondisi pembebanan layan
agar jembatan mempunyai kinerja yang baik
selama umur rencana
Keadaan batas fatik dan fraktur
• Keadaan batas fatik disyaratkan agar jembatan tidak mengalami
kegagalan akibat fatik selama umur rencana.

• Untuk tujuan ini, perencana harus membatasi rentang tegangan akibat


satu beban truk rencana pada jumlah siklus pembebanan yang dianggap
dapat terjadi selama umur rencana jembatan.

• Keadaan batas fraktur disyaratkan dalam perencanaan dengan


menggunakan persyaratan kekuatan material sesuai spesifikasi

• Keadaan batas fatik dan fraktur dimaksudkan untuk membatasi


penjalaran retak akibat beban siklik yang pada akhirnya akan
menyebabkan terjadinya kegagalan fraktur selama umur desain jembatan.
Keadaan batas kekuatan
• Keadaan batas kekuatan disyaratkan dalam
perencanaan
– untuk memastikan adanya kekuatan dan kestabilan
jembatan yang memadai, baik yang sifatnya lokal
maupun global,
– untuk memikul kombinasi pembebanan yang secara
statistik mempunyai kemungkinan cukup besar
– untuk terjadi selama masa layan jembatan.

– Pada keadaan batas ini, dapat terjadi kelebihan tegangan


ataupun kerusakan struktural, tetapi integritas struktur secara
keseluruhan masih terjaga
Keadaan batas ekstrem

• Keadaan batas ekstrem diperhitungkan untuk


memastikan struktur jembatan dapat
bertahan akibat gempa besar.

• Keadaan batas ekstrem merupakan kejadian


dengan frekuensi kemunculan yang unik
dengan periode ulang yang lebih besar secara
signifikan dibandingkan dengan umur rencana
jembatan.
Kelompok pembebanan dan simbol untuk beban
BEBAN TRANSIEN
Faktor beban dan kombinasi pembebanan
Faktor beban dan kombinasi pembebanan
Faktor beban dan kombinasi pembebanan
Fasilitas
Pemeliharaan
PERENCANAAN FONDASI
PADA
JEMBATAN
Survei dan
Perencanaan Investigasi
Fondasi Tiang
Pancang

Perencanaan
Fondasi
Dangkal

Perencanaan Fondasi Jembatan


SURVEI DAN INVESTIGASI PERENCANAAN
FONDASI JEMBATAN

Mendapatkan data
Pendahuluan aktual primer dan
sekunder

Perencanaan program survei, Tahapan


memeriksa bangunan yang ada, Survei
rencana jembatan baru,

Survei pendahuluan, lokasi bangunan bawah,


Program tanah permukaan, kondisi topografi, geofisika.
dan survei Survei detail, pemetaan geologi, pemboran,
Geoteknik pengujian lapangan, bor-log, identifikasi dan
klasifikasi tanah, sumur uji, parit uji,

Penentuan
parameter
analisis
tanah dan
batuan
Rencana Jembatan Baru

Beban

Lokasi Jenis
jembatan penyelidikan
baru tanah

Rencana
Jembatan
yang akan
dibangun
Peta dan
keterangan lain

Peta topografi Peta geologi

Foto udara Peta pedologi


Keseragam
an tanah

Data
Keadaan Jenis
geologi yang Jembatan
ada

Kondisi
regional
Hal penting dalam Survei
pendahuluan

Lokasi
Penampang
rencana Tanah Penyelidikan
geologi
abutment permukaan geofisika
permukaan
dan pilar
Yang perlu diperhatikan oleh tim lapangan

Rencana letak titik penyelidikan

Jenis peralatan dan perlengkapan


lapangan

Titik ikat pengukuran

Izin pemilik tanah

Utilitas di bawah tanah

Fasilitas dan sarana pekerjaan


PEMBORAN

Metoda Pemboran Pengambilan contoh

Pemboran
Split barrel
putar

Pemboran Single core


semprot barrel

Continuous
Wash sampling
sampling

Pemboran
Retactable plug
tumbuk
Penyelidikan Tanah Lapangan

Hubungan antara
Standard kepadatan relatif
Penetrasi tanah dan
on Test konsistensi

Mengetahui
hambatan
pelekat dan Sondir
perlawanan
tekanan konis

Vane
insitu Kekuatan geser
( vane tanah
setempat)
Identifikasi dan Klasifikasi Tanah dan Batuan di
Lapangan

Membuat bor-log

Format bor-log lapangan

Prosedur Pencatatan bor-log

Muka air tanah

Pembenahan lokasi
Penentuan jumlah titik penyelidikan tanah

Bentang jembatan < 20 m –


1 titik lokasi abutment –
total 2 titik

Bentang jembatan > 20 m


dan < 40 m – 1 titik lokasi
abutment – total 2 titik

Bentang jembatan ≥ 40 m –
1 titik per abutment/pilar –
minimal 3 titik
Perencanaan Fondasi Tiang pada Jembatan

Perencanaan
fondasi tiang

Tahap
Pokok2
perencanaan
Perencanaan
fondasi tiang

Kriteria
Tipe2 fondasi
perencanaan
tiang
fondasi tiang
Pokok-pokok perencanaan fondasi tiang
pancang

Material sesuai • Umur layan 50 tahun untuk jembatan


standar
dengan umur • Umur layan 100 tahun untuk jembatan
rencana jembatan penting

• Daya dukung yang cukup


Pembebanan • Kekuatan
batas ultimit • Dapat menahan keruntuhan

• Menahan gaya lateral dan lendutan


Pembebanan
batas daya layan
Tipe-tipe Fondasi Tiang

Tiang
Tiang pancang
pancang pipa baja
beton
pratekan

Tiang Bor

Tipe-tipe Fondasi Tiang


Kriteria Perencanaan Fondasi Tiang

Faktor Deformasi
Beban
Keamanan lateral
• Beban daya layan • SPT • Maksimum 0,1 D
• daya lekat FK = 2-3 (diameter tiang)
• Daya dukung dasar • Penurunan 1 cm
FK = 2
• Sondir
• Daya lekat FK = 5
• daya dukung dasar
FK = 3
Tahapan Perencanaan
Tahap 1 – tentukan panjang tiang sampai tanah
keras

Tahap 2 – tentukan kapasitas daya dukung lateral


dan vertikal tiang (daya layan)

Tahap 3 – cek lendutan lateral yang tidak


mengakibatkan keruntuhan dalam batas ultimit
dan daya layan

Tahap 4 – periksa stabilitas kelompok tiang bila


berada pada daerah lereng terjal

Tahap 5 – periksa kombinasi beban dalam kondisi


batas ultimit
Rencana kapasitas • Ketahanan lekat permukaan ditahan oleh gesekan dalam
aksial ultimit tiang tanah tidak kohesif atau adhesi dalam tanah kohesif
vertikal • Tahanan dasar ditahan pada dasar tiang

Kapasitas aksial tiang


dalam tanah tidak
kohesif

Kapasitas aksial tiang


dalam tanah kohesif

Kapasitas tiang dalam


perpaduan lapis tanah
kohesif dan tidak
kohesif
FONDASI SUMURAN

Dangkal • Kekuatan mengandalkan daya


dukung dasa fondasi
• Lekatan dan tekanan tanah aktif
0–5m boleh diabaikkan

Dalam • Kekuatan mengandalkan


• daya dukung dasar fondasi
• Lekatan tanah kohesif
5 – 15 m • tekanan tanah aktif
PEMBUATAN FONDASI SUMURAN

• Dibuat per segment


• Antara segmen dipasang alat
Beton Sambung.
Pracetak • Tanah digali setalah segment
dipasang
• Pengecoran plat dasar

• Tanah digali
Beton cor di • Pembuatan plat dasar
tempat • Pemasangan tulangan
• Pemasangan begesting
• Pengecoran
Bidang Datar, Tanjakan dan Clereance

Bidang Datar : min. 5 m Clearence / jagaan untuk banjir rencana 50 tahun


Tanjakan / Turunan : 1,0 m ; Sungai alam yang tidak membawa hanyutan
1:30 untuk V > 100 km/jam 1,5 m ; Sungai alam yang membawa hanyutan
1:20 untuk V 60 s/d 100 km/jam 2,5 m ; sungai alam yang tidak diketahui kondisinya
1:10 untuk V< 60 km/jam
Persyaratan Pondasi Langsung

1. Kedalaman lap.
Pendukung ( tanah
keras) max 4 m dari
permukaan tanah.
2. Lap. Tanah pendukung
terbebas dari pengaruh
penggerusan
3. Dasar pondasi masuk
kedalam lap pendukung
( 1,00 ~ 1,50 m)

Pondasi dangkal yang mendukung kep jembatan harus ditempatkan


kedalam kelandaian tebing sungai untuk memelihara daya dukung.
Persyaratan Pondasi Langsung

• Jika pondasi terpaksa harus


berdiri pada lapisan batu
yang tidak memungkin kan
untuk digali, maka harus
dipastikan bahwa batu
tersebut cukup besar dan
mampu menahan pondasi,
dan antara pondasi dengan
lapisan batu dibawahnya
harus dipasang penahan
geser.
Pilar Balok – Cap Tiang Sederhana

Lebar balok cap


Panjang balok cap Lebar balok cap
.

Jarak kebebasan samping


.
minimum 600 mm tipikal
Penempatan tiang diatas
dasar sungai menyebabkan
perilaku tidak daktail
selama gempa

Permukaan gerusan rencana

1
225
BANGUNAN BAWAH

Kepala Jembatan Jenis Cap


(Abutment) Dinding penuh

Bangunan Beton, Baja Tulangan Pasangan Batu


Bawah

Cap
Dinding penuh
Pilar Satu kolom
Dua kolom
Tiga kolom atau lebih
SURVEY

Diagram alir PENGUMPULAN DATA


disain a. Penampang sungai
b. Permukaan air banjir dan normal
Bangunan c. Data sondir, boring dan NSPT
Bawah
Jembatan EVALUASI DATA

PRADESAIN
a. Type/model struktur
b Lebar jembatan
c. Bentang jembatan
d. Posisi / letak Pilar/pylon dan kepala jembatan
e. Bentuk Pilar/Pylon dan kepala jembatan
f. Posisi struktur atas terhadap MAB/HWS/bangunan lain yang ada dibawahnya
g. Bahan Pilar/Pylon dan dan kepala jembatan
h. Ukuran pilar/Pylon dan kepala jembatan

PENENTUAN BEBAN-BEBAN YANG BEKERJA


a. Beban mati dan bean lalu lintas pada struktur atas
b. Beban angin dan beban gempa pada struktur atas
c. Beban air dan tumbukan pada Pilar jemabatan

Desain akhir Perhitungan Modifikasi


struktur

Gambar kostruksi
GEOMETRI STRUKTUR BAWAH JEMBATAN

Penentuan Letak Jembatan


Peletakan jembatan didasarkan kepada:
• Aliran air dan alur sungai yang stabil ( tidak berpindah-pindah)
• Mengikuti geometrik jalan dan tidak harus tegak lurus terhadap
sungai
• Bentang terpendek ( lebar sungai terkecil)

Bentuk Jembatan:
• Tergantung bentang dan jenis sungai
• Material yang digunakan

Bentang lebih pendek


Bentang lebih panjang
Bidang Datar, Tanjakan dan Ruang Bebas

Bidang Datar : min. 5 m


Clearance / ruang bebas untuk banjir rencana 50
Tanjakan / Turunan :
tahun
1:30 untuk V > 100 km/jam
1,0 m ; Sungai alam yang tidak membawa hanyutan
1:20 untuk V 60 s/d 100 km/jam
1,5 m ; Sungai alam yang membawa hanyutan
1:10 untuk V< 60 km/jam
2,5 m ; sungai alam yang tidak diketahui kondisinya
Ruang Bebas
Jembatan di atas laut atau diatas sungai yang dilewati kapal

Jembatan di atas jalan atau jalan layang


KEPALA JEMBATAN

Kepala jembatan adalah struktur


penghubung antara jalan dengan jembatan
dan sekaligus sebagai penopang struktur
atas jembatan.

Penentuan Letak Kepala Jembatan


Kepala jembatan sedapat mungkin diletakkan pada :
a. Pada lereng/dinding sungai yang stabil
b. Pada alur sungai yang lurus
c. Mengikuti geometrik jalan dan dicari untuk
bentang yang pendek
Penentuan Bentang/jarak antar Kepala
Jembatan

Penentuan jarak antara dua kepala jembatan (L) didasarkan kepada jenis sungainya.

Kepala MAB Kepala


Jembatan Jembatan
MAN
ab Untuk Kondisi:
a l • Bukan sungai limpasan banjir
2 • Air banjir tidak membawa
b hanyutan

l b
Untuk Kondisi:
• sungai limpasan banjir
• Air banjir membawa hanyutan
Kriteria Desain Kepala Jembatan

• Tidak ditempatkan pada belokan luar sungai


• Tidak ditempatkan pada aliran air sungai
• Tidak ditempatkan diatas bidang gelincir lereng sungai.
• Tidak ditempatkan pada lereng sungai jika digunakan
fondasi dangkal
• Fondasi kepala jembatan diupayakan untuk ditanam
sampai kedalaman pengaruh penggerusan aliran air
sungai
Dimensi Kepala Jembatan

Bahan Kepala Jembatan


Pasangan batu kali :  Type Gravitasi
Beton bertulang: Type T dan Type T dengan penopang
Gaya –Gaya Yang Bekerja Pada Kepala
Jembatan
Masalah Pada Kepala Jembatan

Fungsi : - Penahan beban


struktur atas
- Struktur pembatas
antara jalan dengan
sungai

Penempatan: diusahakan untuk


tidak ditempatkan
pada belokan sungai
untuk menghindari
scouring

Jika terpaksa harus dilakukan


perbaikan dinding sungai dan
Dasar sungai pada bagian yang
akan terkena scouring
Perbaikan Dinding dan
dasar sungai

Perbaikan pada
dinding sungai

Perbaikan pada dasar


sungai
PILAR JEMBATAN
• Fungsi : - Penopang struktur atas
- menyalurkan berat struktur atas ke tanah
• Jenis : - Pilar tunggal
- Pilar masif
- Pilar Perancah
Bahan : Pasangan batu kali, Beton dan Baja

Pilar tunggal Pilar masif Pilar Perancah / Portal


Pemakaian
h : 5 ~ 15m h : 5 - 25 m h : 5 - 15 m h : 15 - 25 m
Kriteria Desain Pilar Jembatan

• Tidak ditempatkan ditengah aliran air sungai


• Jika pilar ditempatkan pada aliran sungai maka
pilar dibuat sepipih mungkin dan sejajar dengan
arah aliran air
• Bentuk disarankan bulat atau lancip
• Untuk daerah rawan gempa diupayakan untuk
tidak menggunaka pilar tunggal.
• Jika menggunakan pondasi dangkal, pondasi
ditanam dibawah dasar sungai sampai batas
pengaruh gerusan aliran air sungai.
Masalah Pada Pilar Jembatan

Pilar tidak sejajar dengan arah aliran air ,


Gaya aliran air pada pilar menyebabkan local scouring
Masalah Pada Pilar Jembatan

Kerusakan akibat scouring


PEMBEBANAN
Pada Kepala dan pilar Jembatan

Kepala dan Pilar Jembatan B. Aksi Lingkungan


harus diperhitungkan - Beban Angin
terhadap semua beban yang - Beban Tumbukan Kendaraan
mungkin terjadi pada
jembatan tersebut, termasuk - Beban Tumbukan Kapal
tumbukan kapal pada pilar - Beban Air Mengalir
jembatan bila jembatan - Beban Tumbukan Benda
tersebut berada diatas selat Hanyutan
atau laut.
- Beban Gempa

A. Beban tetap C. Beban Khusus


- Berat mati dan beban mati - Beban Sentrifugal
tambahan
- Beban hidup atau beban
Lalu lintas termasuk beban
Rem
Beban Tumbukan Benda Hanyutan (TEF):

TEF Permukaan air banjir

M .(Va )2
TEF  (KN)
d

M = massa batang kayu = 2 ton


Va = Kecep air permukaan
Va = 1,4 Vs
Jika tidak diketahui ; Va = 3 m/dt
d = lendutan statis : pilar beton masif = 0,075 m
pilar beton perancah = 0,150 m
pilar baja/kayu perancah = 0,300 m
Beban Tumbukan Kendaraan (P): Pada Jalan
Layang

Beban akibat tumbukan kendaraan pada pilar jembatan jalan layang


Searah jalan : 100 ton ( tertubruk kendaraan )
Tegak luruas jalan : 50 ton ( kendaraan terguling kesamping )
Keduanya bekerja pada tinggi 1,8 m dari permukaan jalan
Beban Tekanan Air Mengalir (TEFW):

TEFW = 0,5 CD (Vs)2 AD (kN) Permukaan air banjir


TEFW
h
0,6h

CD = Koefisien seret : - pilar dinding lancip = 0,8


- Pilar dinding segi empat = 1,4
- Pilar dinding bulat = 0,7
- pilar bulat = 0,7

VS = kecepatan rata-rata = Va :1,4


jika tidak diketahui Va dapat diambil 3 m/dt

AD = Luas bagian yang tertekan air


Proyeksi tegak lurus terhadap aliran air.

Anda mungkin juga menyukai