I. REFERENSI
1. Dapat mengetahui dimensi dari baja tulangan beton polos dan baja tulangan beton
sirip
2. Dapat mengetahui nilai kuat leleh, kuat tarik maximum dari masing-masing baja
tulangan beton
Baja berbentuk batang berpenampang bundar dengan permukaan polos atau sirip yang
n m digunakan untuk penulangan beton, yang diproduksi dari bahan baku billet
dengan cara canai panas (hot rolling).
3.1.1 Pengertian Baja Tulangan Polos
Baja tulangan beton polos adalah baja tulangan beton berpenampang bundar dengan
permukaan rata tidak bersirip.
3.1.2 Pengertian Baja Tulangan Sirip
Baja tulangan beton sirip adalah baja tulangan beton dengan bentuk khusus yang
permukaannya memiliki sirip melintang dan memanjang yang dimaksudkan untuk
rneningkatkan daya lekat dan guna menahan gerakan membujur dari batang secara relatif
terhadap beton.
3.2 Syarat Mutu
3.2.1 Sifat Tampak
Baja tulangan beton tidak boleh mengandung serpihan, lipatan, retakan, gelombang, cerna
dan hanya diperkenankan berkarat ringan pada permukaan.
3.2.2 Bentuk
a) Baja Tulangan Beton Polos
Batang baja tulangan beton berpenampang bundar, permukaan harus rata tidak
bersirip.
b) Baja Tulangan Beton Sirip
Kelompok 1- Kelas 2B TKGE- Angkatan 2017
FORM LAPORAN HARIAN
LABORATORIUM UJI BAHAN KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL Nomor Bagian :
POLIEKNIK NEGERI BANDUNG Terbit/ Revisi :
Jl. Gegerkalong Hilir, Ciwaruga, Parongpong, 40559 Tanggal Terbit :
Subjek : Pengujian Baja Tulangan Beton Nomor Uji : 1 dari 2
Topik : Pembuatan dan Pengujian Benda Uji
1) Permukaan batang baja tulangan beton sirip harus bersirip teratur. Setiap batang
diperkenankan rnempunyai sirip memanjang yang searah dan sejajar dengan
sumbu batang, serta sirip-sirip lain dengan arah melintang sumbu batang.
2) Sirip-sirip melintang sepanjang batang baja tulangan beton harus terletak pada
jarak yang teratur. Serta mempunyai bentuk dan ukuran yang sama. Bila
diperlukan tanda angka- angka atau huruf-huruf pada permukaan baja tulangan
beton, maka sirip melintang pada posisi di mana angka atau huruf dapat
ditiadakan.
3) Sirip melintang tidak boleh membentuk sudut kurang dari 45° terhadap sumbu
batang, apabila membentuk sudut antara 45° sampai 70°, arah sirip melintang pada
satu sisi, atau kedua sisi dibuat berlawanan. Bila sudutnya di atas 70° arah yang
berlawanan tidak diperlukan.
3.3.3 Panjang
Panjang baja tulangan beton ditetapkan 10 m dan 12 m.
3.3.4 Toleransi panjang
Toleransi panjang baja tulangan beton ditetapkan 0 mm (0 mm) maksimum plus 70
mm (maksimum + 70 mm).
3.4 Toleransi Berat per Batang
Toleransi berat per batang baja tulangan beton sirip ditetapkan seperti tercantum
dalam Tabel 4.
Tabel 4 - Toleransi berat per batang
Diameter nominal Toleransi
(mm) (%)
6≤d≤8 ±7
10 ≤ d ≤ 14 ±6
16 ≤ d ≤ 28 ±5
d > 28 ±4
4.1 Peralatan
6. Jas laborotorium.
4.2 Bahan
Bahan adalah baja tulangan beton yang terdiri dari baja tulangan polos (KS-12)
sepanjang 3,266 m (Gambar 1) dan baja tulangan sirip (SW-13) sepanjang 12,010
m (Gambar 2) yang selanjutnya digunakan sebagai benda uji sesuai dengan
kebutuhan.
(Gambar 1) (Gambar 2)
5. Ukur kebulatan baja polos yang sudah dipotong tersebut dengan cara mengukur
diameter baja pada satu titik dengan dua posisi yg berbeda (putar 900) (Gambar
4)
6. Cek kerataan baja tulangan polos dengan cara visual dan diraba
7. Cek keretakan baja tulangan polos dengan cara visual dan diraba
8. Jika terdapat karat, gosok baja tulangan polos dengan sikat kawat pada bagian
karatnya, dan tentukan klasifikasi jenis karatnya (Gambar 5)
9. Perkirakan persentasi jumlah karat pada luas permukaan baja tulangan
10. Ukur diameter baja tulangan polos (Gambar 6)
11. Potong baja tulangan polos untuk dijadikan benda uji pada pengujian kuat tarik.
12. Potong baja tulangan polos untuk dijadikan benda uji pada pengujian lengkung
sepanjang 30 cm.
P = 30 cm
b) Baja Tulangan Sirip
14. Ukur ketebalan sirip baja tulangan pada kedua ujung dan tengah baja tulangan
(Gambar 14)
15. Ukur kemiringan sirip dengan cara mengarsir pola sirip pada kertas dengan
menggunakan pensil, lalu ukur kemiringan pola sirip pada hasil arsiran tersebut
dengan menggunakan busur derajat (Gambar 15) dan (Gambar 16)
16. Ukur tinggi rusuk dengan cara mencari selisih diameter bagian yang berrusuk dan
diameter bagian yang tidak berrusuk dengan menggunakan jangka sorong pada
bagian kedua ujung dan tengah baja tulangan sirip (Gambar 17)
19. Potong baja tulangan polos untuk dijadikan benda uji pada pengujian lengkung
sepanjang 30 cm.
P = 30 cm
Prosedur Pengujian :
Uji Tarik Baja Tulangan Polos dan Baja Tulangan Sirip
1. Ukur panjang lapangan baja tulangan polos terlebih dahulu dengan menggunakan
meteran
2. Tekan tombol power pada alat UTM (Univesal Testing Machine), lalu Jepit benda
uji pada alat tersebut (Gambar 1)
3. Tarik benda uji dengan menekan tombol untuk menguji Tarik, lalu lihat dan catat
tegangan pada saat leleh (fy) dan pada saat putus (ft) (Gambar 2)
(Gambar 1) (Gambar 2)
4. Setelah benda uji putus, sambungkan kembali dan ukur panjang lapangannya
(Gambar 3)
(Gambar 3) (Gambar 4)
1. Ukur panjang lapangan baja tulangan sirip terlebih dahulu dengan menggunakan
meteran
2. Tekan tombol power pada alat UTM (Univesal Testing Machine), lalu Jepit benda
uji pada alat tersebut (Gambar 1)
3. Tarik benda uji dengan menekan tombol untuk menguji Tarik, lalu lihat dan catat
tegangan pada saat leleh (fy) dan pada saat putus (ft) (Gambar 2)
(Gambar 1) (Gambar 2)
4. Setelah benda uji putus, lalu sambungkan kembali dan ukur panjang lapangnya
(Gambar 3)
5. Ukur diameter pada titik putusnya (Gambar 4)
(Gambar 3) (Gambar 4)
dinyatakan tidak lolos uji lengkung (bending) dan tidak dapat dilakukan pengujian
selanjutnya.
2.
a b c d e f
Berat (kg)
Diameter Efektif (mm)=12,736√
Panjang (m)
1,0293
= 12.736 √ 0,997
= 12.94 mm
Diameter Beban Tarik Kuat Tarik Panjang Ulur Kontra Uji Lengkung/
Luas (mm2) 2 Regangan TS/YS
No. No./ Kode Benda Uji (mm) (kN) (N/mm ) (mm) ksi Bending
Do Du Ao Au Fy Ft YS TS Lo Lu (%) (%)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 SW - 13 12.86 8.16 129.89 52.30 80.0 89.0 615.91 685.20 123.56 151.26 22.42 59.74 1.11 Tidak ada retakan
2 KS - 12 11.74 6.64 108.25 34.63 42.0 57.0 387.99 526.56 110.80 165.00 48.92 68.01 1.36 Tidak ada retakan
PERHITUNGAN
BAJA TULANGAN SIRIP (SW 13)
Tegangan :
a. Fy = 80 kN = 80000 N
Ao = 129,89 mm2
𝐹𝑦
σy =
𝐴𝑜
80000
= = 615,91 MPa
129,89
b. Ft = 89 kN = 89000 N
Ao = 129,89 mm2
𝐹𝑡
σ𝑢 =
𝐴𝑢
89000
= = 685,20 MPa
129,89
Regangan :
Lo = 123,56 mm
Lu = 151,26 mm
𝑙𝑢−𝑙𝑜
ɛ= 𝑥 100%
𝑙𝑜
151,26−123.56
= 𝑥100%
123.56
= 22,42%
Kontraksi
𝐴𝑜 − 𝐴𝑢
𝑆 = 𝑥 100%
𝐴𝑜
129.89 − 52.30
𝑆 = 𝑥 100%
129.89
= 59.74%
b. Ft = 57 kN = 57000 N
Ao = 108,25 mm2
𝐹𝑡
σ𝑢 = 𝐴𝑢
57000
= 108,25 = 526,56 Mpa
Regangan :
Lo = 110.80 mm
Lu = 165.00 mm
𝑙𝑢−𝑙𝑜
ɛ= 𝑥 100%
𝑙𝑜
165.00−110.80
= 𝑥100% = 48.92 %
110.80
Kontraksi
𝐴𝑜 − 𝐴𝑢
𝑆 = 𝑥 100%
𝐴𝑜
108.25 − 34.63
𝑆 = 𝑥 100%
108.25
= 68,01%
VII. KESIMPULAN
Dari hasil pengujian Tampak, Tarik, dan Lengkung (Bending) yang telah
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa Baja Tulangan Polos yang diuji tergolong
pada baja ukuran P.12 dan kelas kekuatan BJTP 35, sedangkan Baja Tulangan
Sirip yang diuji tergolong pada baja ukuran S.13 dan kelas kekuatan BJTS 60.
Anggota Kelompok,