2017 TA GL 072001300009 Bab-3
2017 TA GL 072001300009 Bab-3
TEORI DASAR
a. Liquid-Dominated System
18
Pemodelan geokimia lapangan panasbumi Dieng mengunakan metode geokimia fluida dan isotop
Albertus Ivan Winarto
Sistem ini dikarakteristikkan oleh mataair dan kolam air
klorida. Fluida panasbumi dalam dapat mencapai permukaan,
seringkali dekat dengan zona upflow, karena topografi yang
rendah. Aliran lateral dapat terjadi tetapi tidak seluas pada area
relief tinggi. Terdapat zona dua fasa atau zona uap tetapi tidak
setebal sistem relief tinggi. Karena sistem ini memiliki relief yang
rendah, mataair panas klorida, mataair panas sulfat, mataair panas
bikarbonat, fumarol, dan steaming ground seringkali muncul
berdekatan satu dengan yang lainnya (Nicholson, 1993).
19
Pemodelan geokimia lapangan panasbumi Dieng mengunakan metode geokimia fluida dan isotop
Albertus Ivan Winarto
kandungan kimia dari uap berubah ketika terjadi aliran lateral dan
kondensasi (Nicholson, 1993).
a. Sistem hidrothermal
Sistem hidrothermal adalah sistem panasbumi dimana
perpindahan panas dari sumber panas ke permukaan melalui konveksi
yang melibatkan fluida meteorik dengan atau tanpa bekas fluida
magmatik. Cairan yang keluar pada atau dekat permukaan digantikan
oleh air meteorik yang berasal dari luar (recharge) yang tertarik masuk
seiring dengan naiknya fluida kepermukaan. Sistem hidrotermal
meliputi: sumber panas, reservoir dengan fluida panas, zona recharge,
dan zona discharge di permukaan dengan manifestasi.
b. Sistem vulkanik
Sistem vulkanik adalah sistem panasbumi dimana perpindahan
panas dan massa dari tubuh batuan beku (umumnya dapur magma) ke
permukaan melibatkan konveksi dari fluida magmatik dan subsurface
melts. Fluida meteorik tidak terlibat dalam proses perpindahan panas.
c. Sistem vulkanik-hidrothermal
Sistem ini adalah kombinasi dari sistem hidrotermal dan
vulkanik, dimana fluida magmatik (primer) yang naik ke permukaan
bercampur dengan fluida meteorik (sekunder) (umumnya berupa air
laut). Dapat disebut juga sebagai sistem magmatik-hidrotermal.
20
Pemodelan geokimia lapangan panasbumi Dieng mengunakan metode geokimia fluida dan isotop
Albertus Ivan Winarto
Gambar III.1 Model konseptual sistem panasbumi liquid-dominated pada daerah dengan relief rendah (Nicholson, 1993)
21
Pemodelan geokimia lapangan panasbumi Dieng mengunakan metode geokimia fluida dan isotop
Albertus Ivan Winarto
Gambar III.2 Model konseptual sistem panasbumi liquid-dominated pada daerah dengan relief tinggi (Nicholson, 1993)
22
Pemodelan geokimia lapangan panasbumi Dieng mengunakan metode geokimia fluida dan isotop
Albertus Ivan Winarto
Gambar III.3 Model konseptual sistem panasbumi vapour-dominated (Nicholson, 1993)
23
Pemodelan geokimia lapangan panasbumi Dieng mengunakan metode geokimia fluida dan isotop
Albertus Ivan Winarto
III.2 Geokimia Air
1. Silika (SiO2)
Konsentrasi silika dalam fluida panasbumi di kontrol oleh
kelarutan berbagai macam mineral silika dan biasanya memiliki
konsentrasi <700mg/Kg dengan konsentrasi yang khas sekitar 100-300
mg/Kg. Di kedalaman, pada reservoir dengan temperatur diatas 180C,
konsentrasi silika dalam larutan ditentukan oleh kelarutan dari kuarsa
(Fournier, 1985 dalam Nicholson, 1993). Kandungan silika yang tinggi
menjelaskan kemungkinan bahwa fluida panasbumi langsung berasal
dari reservoir.
2. Amonia (NH3)
Amonia, dapat juga sebagai gas (NH3) atau larutan (ion
ammonium, NH4+) adalah unsur, meskipun biasanya kecil, yang biasa
terdapat dalam fluida panasbumi. Kandungan NH3 yang tinggi dapat
diasumsikan sebagai produk dari steam heating, sebagai gas yang
terkondensasi dari fase uap dan rasio NH4+/B yang tinggi sudah
digunakan untuk mengindikasikan proses steam heating dari fluida
dekat permukaan, semakin bertambahnya rasio dengan semakin
bertambahnya proses steam heating (Duchi et al., 1987a,b dalam
Nicholson, 1993). Bagaimanapun, konsentrasi yang tinggi dapat juga
ditemukan pada fluida bawah permukaan yang berasosiasi dengan
lapisan sedimen.
3. Boron (B)
Dapat juga dalam bentuk asam borat H3BO3 atau HBO2-, boron
adalah unsur diagnostik penting dalam pembelajaran panasbumi.
24
Pemodelan geokimia lapangan panasbumi Dieng mengunakan metode geokimia fluida dan isotop
Albertus Ivan Winarto
Mataair dan sumur produksi dari fluida klorida biasanya mengandung
10-50 mg/Kg boron, tetapi konsentrasi boron yang sangat tinggi (800-
1000 mg/Kg) dapat ditemukan pada air yang berasosiasi dengan batuan
sedimen yang kaya akan unsur organik. Air yang berasal dari batuan
induk andesitik memiliki kadar boron yang lebih tinggi dibanding
dengan yang berasal dari batuan vulkanik lain.
4. Sodium dan Potassium (Na+ & K+)
Sodium merupakan kation utama dalam fluida reservoir
panasbumi, dengan konsentrasi sekitar 200-2000 mg/Kg. Potassium
juga merupakan kation utama, tetapi memiliki kandungan yang lebih
kecil dari sodium. Rasio Na/K digunakan untuk melihat zona
temperatur yang tinggi (semakin kecil rasio, semakin tinggi
temperatur). Rasio Na/K yang rendah (~<15) terdapat pada air yang
mencapai permukaan dengan cepat. Rasio yang lebih tinggi
mengindikasikan pergerakan lateral, reaksi dekat permukaan, dan
pendinginan konduktif.
5. Lithium, Rubidium, dan Cessium (Li+, Rb+, Cs+)
Disebut juga sebagai “rare alkalis”, element – element ini
dianggap sebagai bagian dari kelompok unsur terlarut atau konservatif,
dan terkadang digunakan bersamaan dengan Cl dan B untuk
mencirikan air dari sumber yang sama. Unsur – unsur ini mudah
bercampur dengan mineral sekunder atau alterasi dan terkadang
menunjukkan pengurangan konsentrasi dengan bertambahnya migrasi
ke permukaan serta bertambah jauhnya pergerakan lateral.
Konsentrasi yang khas dari unsur – unsur ini sekitar Li<20
mg/Kg, Rb<2 mg/Kg, dan Cs<2 mg/Kg. Lithium berasal dari klorit,
kuarsa, dan mungkin juga lempung di reaksi dekat permukaan yang
menyebabkan bertambahnya rasio B/Li dengan bertambah jauhnya
pergerakan lateral (Duchi et al., 1987a,b dalam Nicholson, 1993).
Adularia dan Illite menunjukkan sedikit unsur cessium, tetapi element
ini terutama terkonsentrasi pada mineral zeolite seperti wairakite.
25
Pemodelan geokimia lapangan panasbumi Dieng mengunakan metode geokimia fluida dan isotop
Albertus Ivan Winarto
Rubidium terkonsentrasi didalam illite dan lebih sedikit pada adularia
tetapi bisa juga teradsorbsi kedalam lempung dan zeolite (Goguel,
1983 dalam Nicholson, 1993).
Element – elemet ini mencapai konsentrasi tertinggi (1 – 10
mg/Kg) pada area dengan batuan induk berkomposisi rhyolitik dan
andesitik (termasuk lingkungan sedimen dengan komposisi kimia yang
sama) dan sedikit rendah (~<0,1 mg/Kg) pada fluida dari area basaltik
(Ellis, 1979 dalam Nicholson, 1993).
6. Kalsium (Ca2+)
Konsentrasi kalsium biasanya rendah pada fluida
bertemperatur tinggi (<~50 mg/Kg), tetapi bertambah dengan
keasaman dan salinitas. Rasio Na/Ca dapat digunakan sama seperti
rasio Na/K, untuk mengindikasikan zona upflow, dengan nilai yang
tertinggi mengindikasikan fluida berasal langsung dari reservoir.
7. Magnesium (Mg2+)
Konsentrasi magnesium pada fluida panasbumi bertemperatur
tinggi biasanya sangat rendah (0.01 – 0.1 mg/Kg), dimana Mg mudah
masuk kedalam mineral sekunder atau alterasi seperti illite,
montmorillonite, dan terutama klorit. Konsentrasi yang tinggi dapat
mengindikasikan reaksi leaching Mg dekat permukaan, atau pencairan
oleh air tanah yang kaya akan Mg.
8. Fluorida (F-)
Konsentrasi fluorida pada fluida panasbumi umumnya sekitar
<10 mg/Kg. Umumnya, konsentrasi fluorida yang tinggi dapat
dihasilkan oleh kondensasi gas vulkanik (HF) kedalam air meteorik,
yang dalam kasus ini selalu disertai dengan kandungan Cl dan SO4
yang sangat tinggi. Konsentrasi fluorida yang lebih tinggi terdapat
pada area yang memiliki batuan vulkanik (rhyolite, pumice, dan
obsidian) dibandingkan dengan yang memiliki litologi batuan sedimen
(Mahon, 1964 dalam Nicholson, 1993).
26
Pemodelan geokimia lapangan panasbumi Dieng mengunakan metode geokimia fluida dan isotop
Albertus Ivan Winarto
9. Klorida (Cl-)
Konsentrasi klorida yang tinggi pada mataair mengindikasikan
bahwa air tersebut berasal langsung dari reservoir yang dalam, dengan
pencampuran yang sedikit atau pendinginan secara konduktif.
Konsentrasi Cl yang rendah pada air (dimana tidak menunjukkan
karakteristik steam heating) yang berasal dari mataair panas
menunjukkan karakteristik dari pelarutan air tanah. Sebagai unsur yang
paling konservatif pada air panasbumi, Cl adalah larutan diagnostik
yang penting dan seringkali digunakan untuk rasio dengan unsur lain
dalam interpretasi kimia air. Konsentrasi Cl berada pada range 10
sampai 100000 mg/Kg, tetapi konsentrasi >1000 mg/Kg lebih umum
terdapat pada tipe air klorida.
10. Bikarbonat (HCO3-)
Total konsentrasi karbonat yang terlarut, termasuk juga
kandungan HCO3-, CO32-, H2CO3, atau CO2aq, dipengaruhi oleh
tekanan parsial dari kandungan karbon dioksida pada fluida dalam
(PCO2) dan pH larutan. Hilangnya karbon dioksida selama proses
pendidihan berdampak pada bertambahnya pH dari larutan (air
menjadi lebih basa) dengan mengkonsumsi proton melalui reaksi:
CO2(aq) = CO2(g)
H2CO3 = H2O + CO2(aq)
HCO3- + H+ = H2CO3
CO32- + H+ = HCO3-
27
Pemodelan geokimia lapangan panasbumi Dieng mengunakan metode geokimia fluida dan isotop
Albertus Ivan Winarto
Reaksi antara karbon dioksida terlarut dan batuan induk
membentuk konsentrasi HCO3- dimana kandungan HCO3- dipengaruhi
oleh permeabilitas dan pergerakan lateral. Akibatnya, mataair yang
mendidih yang berasal langsung dari reservoir cenderung memiliki
konsentrasi HCO3 yang paling rendah. Hal ini membuat rasio
HCO3/SO4 dapat digunakan untuk indikator dari arah aliran fluida.
Aliran dari fluida yang menjauh dari upflow memiliki peluang lebih
besar untuk bereaksi dengan batuan dan menyebabkan produksi HCO3-
meningkat. Berdasarkan hal ini, dikombinasikan dengan berkurangnya
H2S oleh reaksi air dengan batuan dan bertambahnya pergerakan
lateral menyebabkan bertambahnya rasio HCO3/SO4 yang semakin
jauh dari zona upflow.
28
Pemodelan geokimia lapangan panasbumi Dieng mengunakan metode geokimia fluida dan isotop
Albertus Ivan Winarto
untuk memeriksa kesalahan besar (analisis atau transkripsi) dalam
keseluruhan analisis, terutama terhadap unsur atau senyawa utama
(Na, K, Cl, SO4, HCO3).
29
Pemodelan geokimia lapangan panasbumi Dieng mengunakan metode geokimia fluida dan isotop
Albertus Ivan Winarto
dari klorida (Cl), bikarbonat (HCO3), dan sulfat (SO4). Dari data
kandungan relatif tersebut, selanjutnya dapat ditentukan tipe air
panasbuminya dengan menggunakan diagram segitiga Cl-SO4-
HCO3 (Giggenbach., 1991a dalam Powell dan Cumming, 2010)
(Gambar III.4).
= Cl + SO4 + HCO3
1. Air Klorida
30
Pemodelan geokimia lapangan panasbumi Dieng mengunakan metode geokimia fluida dan isotop
Albertus Ivan Winarto
Gambar III.4 Diagram segitiga Cl-SO4-HCO3 (Giggenbach, 1991 dalam Powell
dan Cumming, 2010)
31
Pemodelan geokimia lapangan panasbumi Dieng mengunakan metode geokimia fluida dan isotop
Albertus Ivan Winarto
bervariasi, dimulai dari sedikit asam hingga sedikit basa, yaitu
hampir netral.
2. Air Sulfat
2-
(g) + 2 (aq) = 2H+(aq) + (aq)
32
Pemodelan geokimia lapangan panasbumi Dieng mengunakan metode geokimia fluida dan isotop
Albertus Ivan Winarto
(volcanic waters). Klorida muncul sebagai jejak pada jenis air
ini. Bikarbonat tidak hadir atau berkonsentrasi rendah pada air
yang sangat asam. Reaksi dekat permukaan antara air asam
dan batuan sekitar memungkinkan untuk menghasilkan silika
residu dan kation metal (Na, K, Mg, Ca, Al, Fe, dan lain-lain)
yang dengan demikian dapat mencapai konsentrasi tinggi di
air. Dikarenakan konsentrasi silika dan kation adalah produk
pelarutan (leaching) dekat permukaan (Nicholson, 1993).
3. Air Bikarbonat
33
Pemodelan geokimia lapangan panasbumi Dieng mengunakan metode geokimia fluida dan isotop
Albertus Ivan Winarto
geothermometer yang tidak dapat menggunakan tipe air
bikarbonat ini (Nicholson, 1993).
= Cl + (100xLi) + (25xB)
34
Pemodelan geokimia lapangan panasbumi Dieng mengunakan metode geokimia fluida dan isotop
Albertus Ivan Winarto
Langkah selanjutnya adalah menghitung persentase dari
ketiga senyawa tersebut, kemudian melakukan plotting pada
diagram segitiga Cl-Li-B.
%B = (25B/) x 100%
Gambar III.5 Diagram segitiga Cl-Li-B (Giggenbach, 1991 dalam Powell dan
Cumming, 2010)
35
Pemodelan geokimia lapangan panasbumi Dieng mengunakan metode geokimia fluida dan isotop
Albertus Ivan Winarto
maupun fluida manifestasi permukaan. Penggunaan
geothermometer harus berhati-hati karena pada kondisi yang tidak
tepat geothermometer tidak menunjukan temperatur yang
sebenamya. Ada beberapa geothermometer yang biasa digunakan
dan masing-masing mempunyai keterbatasan, sehingga pemilihan
geothermometer perlu memperhatikan komposisi kimia yang
terkandung.
1. Geothermometer Silika
36
Pemodelan geokimia lapangan panasbumi Dieng mengunakan metode geokimia fluida dan isotop
Albertus Ivan Winarto
pada mineral silika yang menghasilkan silika terlarut, adalah
sebagai berikut:
t (C) = - 273.15
t (C) = - 273.15
t (C) = - 273.15
t (C) = - 273.15
37
Pemodelan geokimia lapangan panasbumi Dieng mengunakan metode geokimia fluida dan isotop
Albertus Ivan Winarto
+ 5.5132x10-7S3 + 74.360Log S
- Quartz Max Steam Loss
t (C) = -66.9 + 0.1378S – 4.9727x10-5S2
+ 1.0468x10-8S3 + 87.841Log S
2. Geoindikator Na-K-Mg
38
Pemodelan geokimia lapangan panasbumi Dieng mengunakan metode geokimia fluida dan isotop
Albertus Ivan Winarto
equilibrium) yang diharapkan terbentuk setelah rekristalisasi
isokimia dari batu kristal pada kondisi panasbumi.
39
Pemodelan geokimia lapangan panasbumi Dieng mengunakan metode geokimia fluida dan isotop
Albertus Ivan Winarto
data pada immature waters tidak dapat digunakan untuk
mengetahui temperatur reservoir akibat air telah mengalami
pencampuran dengan air meteorik (dilihat dari kandungan Mg
yang tinggi). Plotting data pada diagram Na-K-Mg
memerlukan faktor skala karena adanya perbedaan nilai
konsentrasi yang sangat besar di antara ketiga komponen
tersebut.
= Na + (10xK) + (1000xMg)
%K = (10K/) x 100%
3. Geothermometer Na/K
40
Pemodelan geokimia lapangan panasbumi Dieng mengunakan metode geokimia fluida dan isotop
Albertus Ivan Winarto
Gambar III.6 Diagram segitiga Na-K-Mg (Giggenbach, 1988 dalam Powell dan
Cumming, 2010)
41
Pemodelan geokimia lapangan panasbumi Dieng mengunakan metode geokimia fluida dan isotop
Albertus Ivan Winarto
Na dan K kepada fluida reservoir oleh pelarutan air. Namun,
geotermometer Na/K akan memberikan hasil temperatur yang
sifatnya anomali jika diaplikasikan terhadap fluida yang kaya
akan amonia yang terbentuk pada saat fluida bereaksi dengan
lapisan sedimen yang kaya bahan organik (Fournier, 1989a,
dalam Nicholson, 1993).
t (C) = - 273.15
b. Fournier, 1979
t (C) = - 273.15
c. Tonani, 1980
t (C) = - 273.15
t (C) = - 273.15
t (C) = - 273.15
t (C) = - 273.15
t (C) = - 273.15
42
Pemodelan geokimia lapangan panasbumi Dieng mengunakan metode geokimia fluida dan isotop
Albertus Ivan Winarto
g. Arnorsson et al., 1998 (Range 0C - 350C)
t (C) = 733.6 - 770.551Y + 378.189 Y2 – 95.753Y3
+ 9.544Y4
4. Geothermometer K/Mg
43
Pemodelan geokimia lapangan panasbumi Dieng mengunakan metode geokimia fluida dan isotop
Albertus Ivan Winarto
t (C) = - 273.15
5. Geothermometer Na/Li
Observasi awal oleh Ellis & Wilson (1960) dan Koga
(1970) menunjukkan bahwa nilai Na/Li terendah
menggambarkan bagian terpanas dari suatu lapangan
panasbumi. Berdasarkan ini, Fouillac & Michard (1981)
meneliti hubungan antara konsentrasi Na dan Li dengan
temperatur pada sistem panasbumi yang sudah dieskplorasi, air
permukaan, dan eksperimen reaksi fluida dengan batuan.
Mereka mendemonstrasikan hubungan empiris antaraLog
Na/Li dan 1/T untuk air yang encer, air dengan konsentrasi
Cl<0.2mol/Kg (~7000 mg/Kg), dan air yang lebih asin dengan
konsentrasi Cl>0.3mol/Kg (>10000 mg/Kg). Hubungan lebih
lanjut kemudian diajukan oleh Kharaka et al. (1982)
(Nicholson, 1993). Berikut persamaannya:
t (C) = - 273.15
- Cl>0.3 mol/Kg
t (C) = - 273.15
t (C) = - 273.15
44
Pemodelan geokimia lapangan panasbumi Dieng mengunakan metode geokimia fluida dan isotop
Albertus Ivan Winarto
6. Geothermometer Na-K-Ca
t (C) =
- 273.15
= 4/3, jika t<100C dan adalah +
= 1/3, jika t>100C atau adalah -
45
Pemodelan geokimia lapangan panasbumi Dieng mengunakan metode geokimia fluida dan isotop
Albertus Ivan Winarto
apabila perhitungan menghasilkan temperatur >100C atau
adalah negatif, gunakan = 1/3 untuk
36711[(LogR)2/T2] – 1.67x107[LogR/T2]
46
Pemodelan geokimia lapangan panasbumi Dieng mengunakan metode geokimia fluida dan isotop
Albertus Ivan Winarto
f. Apabila hasil dari tMg adalah negatif atau R<1.5, jangan
gunakan hasil koreksi
g. Akhirnya, kurangi nilai temperatur Na-K-Ca dengan tMg
untuk mendapatkan temperatur koreksi Mg
47
Pemodelan geokimia lapangan panasbumi Dieng mengunakan metode geokimia fluida dan isotop
Albertus Ivan Winarto
Rasio ini dapat dihitung dari konsentrasi larutan dan massa atom
atau molekul relatif dari larutan tersebut (Nicholson, 1993).
Contoh:
Gas – gas berikut, bersama uap, selalu hadir pada daerah discharge
panasbumi baik dari manifestasi permukaan maupun sumur: , ,
, , dan , dimana gas-gas ini sering disebut non-condensible
gases (NCG). Uap panas bumi terbentuk oleh proses mendidihnya fluida
di kedalaman. Fase uap terbentuk dan migrasi ke permukaan secara
vertikal, dimana air residu selalu migrasi secara lateral dari zona didih.
Jika air pada akhirnya mucul di permukaan, maka jarak dengan zona
upflow adalah beberapa kilometer, khususnya di daerah pegunungan
(Nicholson, 1993).
48
Pemodelan geokimia lapangan panasbumi Dieng mengunakan metode geokimia fluida dan isotop
Albertus Ivan Winarto
soluble) < < < < < < (sangat larut). adalah gas
yang sangat sedikit terlarut (less-soluble) dibandingkan dan .
Hidrogen sulfida dua sampai tiga kali lebih terlarut (soluble) dari gas
(Ellis, 1962 dan Glover, 1970 dalam Nicholson, 1993) dan unsur Amonia
adalah unsur yang sangat larut pada fase cair (sepuluh kali lebih soluble
dari dan dua puluh kali lebih terlarut dari pada suhu 260°C),
tetapi perbedaan yang relatif ini menurun sangat cepat terhadap titik kritis
dari air, yaitu 374°C (Ellis, 1962 dalam Nicholson, 1993). Nicholson
(1993) menjelaskan kegunaan setiap unsur kimia yang biasanya berada
dalam gas panasbumi.
49
Pemodelan geokimia lapangan panasbumi Dieng mengunakan metode geokimia fluida dan isotop
Albertus Ivan Winarto
3. Amonia (NH3)
Gas ini adalah gas yang paling mudah terlarut. Konsentrasi
amonia yang tinggi merupakan hasil dari alterasi material organik pada
batuan sedimen. Selama migrasi ke permukaan, gas ini dapat hilang
sebagai akibat dari reaksi dengan batuan sekitar. Walaupun relatif
mudah larut, amonia akan berubah menjadi fase uap ketika temperatur
menurun. Maka ketika air panasbumi mengalami pendinginan,
kandungan amonia akan menjadi semakin tinggi.
4. Hidrogen (H2)
Hidrogen adalah gas yang sangat reaktif. Hidrogen mudah
hilang saat bereaksi dengan batuan sekitar. Hidrogen umumnya
berkurang dari waktu ke waktu dengan disertasi semakin jauhnya
migrasi (Arnorsson dan Gunnlaugsson, 1985 dalam Nicholson, 1993)
dan hal ini memungkinkan rasio CO2/H2 digunakan untuk mengetahui
arah aliran dan zona upflow.
5. Metana (CH4)
Dari semua gas hidrokarbon, metana adalah yang paling
umum ditemukan. Konsentrasi metana yang tinggi dapat berasal dari
alterasi batuan sedimen di kedalaman, khususnya yang kaya akan
unsur organik, dan sangat jarang metana sebagai unsur utama pada gas
discharge dari sistem yang memiliki batuan induk sedimen yang
bertemperatur rendah.
6. Nitrogen (N2)
Sebagai gas atmosfir utama, nitrogen pada sistem panasbumi
berasal dari pelarutan air meteorik recharge, meskipun dapat juga
berasal dari unsur magmatik. Akan tetapi, sumber asli nitrogen dari
unsur magmatik masih tidak pasti. Kemungkinan berasal dari
degradasi unsur organik pada kerak ketika terkena kontak dengan
magma.
50
Pemodelan geokimia lapangan panasbumi Dieng mengunakan metode geokimia fluida dan isotop
Albertus Ivan Winarto
7. Gas Mulia
Gas mulia atmosfer (helium, He; neon, Ne; argon, Ar;
kripton, Kr; dan xenon, Xe) berkontrobusi terhadap fluida panasbumi
melalui recharge air meteorik dan sebagai tambahan untuk He dan Ar,
melalui reaksi pelarutan batuan. Walaupun radiogenik He dapat
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap keseluruhan
konsentrasi dari gas, dan dalam faktanya sebagai sumber utama,
radiogenik Ar memiliki dampak yang kecil pada total konsentrasi Ar
dalam gas discharge. Argon dapat juga digunakan sebagai unsur utama
dalam untuk rasio, sama seperti klorida pada geokimia air.
51
Pemodelan geokimia lapangan panasbumi Dieng mengunakan metode geokimia fluida dan isotop
Albertus Ivan Winarto
yang berada pada daerah White Island, dimana lapangan
panasbumi ini memiliki sumber gas yang berasal dari magmatik
yang kaya akan gas CO2. Garis Magmatik dengan rasio N2/Ar
sekitar 800 menandakan bahwa apabila hasil plot terdapat
disebelah kiri garis (rasio N2/Ar >800), terdapat pengaruh
magmatik (magmatic input) terhadap gas panasbumi lapangan
tersebut.
Gambar III.7 Diagram segitiga N2-CO2-Ar (Giggenbach, 1987 dalam Powell dan
Cumming, 2010)
Posisi dari titik plot data dalam diagram segitiga N2- CO2-Ar
dapat diperoleh dengan pertama-tama menjumlahkan konsentrasi
(dalam mmol/mol) unsur - unsur yang terlibat.
52
Pemodelan geokimia lapangan panasbumi Dieng mengunakan metode geokimia fluida dan isotop
Albertus Ivan Winarto
Langkah selanjutnya adalah menghitung persentase dari
ketiga senyawa tersebut, kemudian melakukan plotting pada
diagram segitiga N2- CO2-Ar
53
Pemodelan geokimia lapangan panasbumi Dieng mengunakan metode geokimia fluida dan isotop
Albertus Ivan Winarto
temperatur reservoir dari konsentrasi CO2, H2S, H2, dan CH4
yang diketahui pada manifestasi. Persamaannya adalah:
t (C) = - 273.15
54
Pemodelan geokimia lapangan panasbumi Dieng mengunakan metode geokimia fluida dan isotop
Albertus Ivan Winarto
b. Semua air diatas 300C dan air dalam range 200-300C
untuk Cl>500 ppm
- H2S
t (C) = 246.7 + 44.8Q
- H2
t (C) = 277.2 + 20.99Q
- CO2/H2
t (C) = 341.7 – 28.57Q
- H2S/H2
t (C) = 304.1 – 39.48Q
c. Semua air dibawah 200C dan air dengan range 200-300C
untuk Cl<500 ppm
- H2S
t (C) = 173.2 + 65.04Q
- H2
t (C) = 212.2 + 38.59Q
- CO2/H2
t (C) = 311.7 – 66.72Q
3. Giggenbach (1991)
a. H2/Ar
t (C) = 70(2.5 + Log(H2/Ar))
b. CH4/CO2
t (C) = - 273.15
55
Pemodelan geokimia lapangan panasbumi Dieng mengunakan metode geokimia fluida dan isotop
Albertus Ivan Winarto
4. Geothermometer CAR-HAR
Geothermometer CO2/Ar dan H2/Ar atau yang lebih
dikenal sebagai geothermometer CAR-HAR dikembangkan
oleh Giggenbach dan Goguel (1989) dalam Powell dan
Cumming (2010) dengan menggunakan grafik perbandingan
CO2/Ar dengan H2/Ar (Gambar III.8). Grafik ini melibatkan
rasio gas dengan tingkat kelarutan yang rendah. Grafik ini
memerlukan penafsir untuk menentukan fraksi uap dimana gas
setimbang. Grafik ini menjajarkan geothermometer CO2
dengan geothermometer H2 menggunakan argon sebagai
konsentrasi yang mewakili rasio gas-uap. Dikarenakan ketiga
gas memiliki tingkat kelarutan yang rendah, grid dari ketiga gas
tidak terganggu secara signifikan dari perbedaan kelarutan gas
antara uap dan air dan diharapkan dapat berguna bagi air panas
dan fumarol. Karena ketergantungan pada konsentrasi argon,
grafik ini sangat rentan terhadap kontaminasi udara.
Gambar III.8 Grafik CO2/Ar – H2/Ar (Giggenbach dan Goguel, 1989 dalam
56
Pemodelan geokimia lapangan panasbumi Dieng mengunakan metode geokimia fluida dan isotop
Albertus Ivan Winarto
Posisi dari titik plot data dalam Grafik CO2/Ar – H2/Ar
dapat diperoleh dengan menarik garis horizontal pada nilai Log
H2/Ar dan menarik garis vertikal pada nilai CO2/Ar, dimana
titik perpotongan dari kedua garis tersebut adalah posisi dari
titik plot data.
Titik-titik yang terplot di antara equilibrated vapor dan
equilibrated liquid menunjukkan bukti dari kondisi dua fase di
bawah permukaan. Namun keseimbangan H2 dan CO2 berada
pada tingkatan yang berbeda (H2 lebih cepat dari CO2) jadi gas
yang terplot pada sistem dua fasa mungkin berhubungan
dengan perubahan H2 yang tidak sepenuhnya diakomodasi oleh
reaksi CO2 pada fasa cair di reservoir (Powell, 2000).
57
Pemodelan geokimia lapangan panasbumi Dieng mengunakan metode geokimia fluida dan isotop
Albertus Ivan Winarto
kontribusi magmatik harus kecil (5-10% dari total fluida, sebaliknya nilai
D dari air panasbumi dan meteorik tidak akan sama) dan yang dominan
dari fluida panasbumi haruslah berasal dari meteorik (Nicholson, 1993).
Gambar III.9 Grafik isotop D-18O (Giggenbach, 1992 dalam Powell dan
Cumming, 2010)
Posisi dari titik plot data dalam grafik isotop D-18O dapat diperoleh
dengan menarik garis horizontal pada nilai D (dalam per mil (0/00)) dan menarik
garis vertikal pada nilai 18O (dalam per mil (0/00)), dimana titik perpotongan dari
kedua garis tersebut adalah posisi dari titik plot data.
58
Pemodelan geokimia lapangan panasbumi Dieng mengunakan metode geokimia fluida dan isotop
Albertus Ivan Winarto