Anda di halaman 1dari 3

Kata “kasta” berasal dari bahasa Portugis “Caste” yang berarti pemisah, tembok atau

batas sejarah’ sejarah kasta yang dituduhkan pada masyarakat Hindu belawal dari kedatangan
bangsa Portugis yang melakukan pengarungan samudera ke dunia timur yang di dasari atas
semangat Gold (memperoleh kekayaan) Glori (memperoleh kejajayaan) dan Gospel
(penyebaran agama penginjilan).

Caste yang dalam sejarah portugis sudah berlangsung cukup lama akibat proses
feodalisme. Bahkan memang feodalisme ini telah terjadi pada semua sejarah masyarakat
dunia di Inggris yang ditandai dengan adanya pergolongan masyarakat secara partikel dengan
membedakan namanya seperti sir, lord, duke dan lain-lain. Gelar kebangsaan seperti tengku,
cut masih diterapkan secara kental di Aceh sedangkan di daerah Jawa disebut dengan raden.

Penyebab timbulnya kasta-kasta di dalam agama hindu adalah karena datangnya


bangsa Arya yang datang ke India dari utara yang mengslshksn secara kultur bangsa Dravida.
Mereka bukan saja mengadakan percampuran agama, tetapi juga mencampurkan adat istiadat
dan kebudayaan. Tetapi karena bangsa Arya memliki kebudayaan yang lebh dominan, maka
unsur kebudayaan mereka itulah yang lebih unggul (dominan) terhadap kebudayaan bangsa
Dravida. Dari bangsa Arya itu pula yang melahirkan golongan pendeta, tentara, raja-raja serta
golongan saudagar atau orang-orang kaya. Sedangkan bangsa Dravida, terkecuali sebagaian
kecil yang berhubungan perkawinan dengan bangsa Arya, umunya membentuk golongan
petani miskin dan pekerja kasar, tukang-tukang serta pesuruh dari ketiga golongan pertama.
Dengan demikian terbentuklah empat macam kasta dalam kehidupan bangsa India yang
diperkuat oleh ajaran agama Hindu, yaitu:

a. Kasta Brahmana

Kelompok ini adalah mereka yang memiliki kecerdasan yang tinggi, mengerti tentang
kitab suci, ketuhanan dan ilmu pengetahuan. Para brahmana memiliki kewajiban sebagai
penasehat pada kaum kesatria dalam melaksanakan roda pemerintahan. Rsi, pedanda,
pendeta, pastur, dan pemuka-pemika agama lainnya, dokter, ilmuwan, guru dan profesi yang
sejenis dapat digolongkan ke dalam kasta Brahmana.

b. Kasta Ksatria

Yang masuk dalam kelompok ini adalah mereka yang memiliki sikap pemberani,
jujur, tangkas dan memiliki kemampuan managerial dalam dunia pemerintahan. Mereka yang
masuk ke dalam golongan kasta Ksatria ini antara lain: raja/pemimpin Negara, aparatur
Negara, prajurit/angkatan bersenjata.

c. Kasta Waisya

Kelompok Waisya adalah adalah kelompok yang mana mereka memiliki keahlian
berbisnis, bertani dan berbagai profesi lainya yang bergerak dalam bidang ekonomi. Mereka
yang malam dalam kasta ini diantaranya adalah pedagang, nelayan, pengusaha dan
sejenisnya.

d. Kasta Sudra

Adalah mereka yang memiliki kecerdasan terbatas, sehingga mereka lebih cenderung
bekerja dengan kekuatan fisik, bukan otak. Contoh profesi sudra adalah pembantu rumah
tangga, buruh angkat barang, tukang becak dan sejenisnya.

Bagi bangsa Dravida yang tidak mempunyai pekerjaan tetap, umumya terdesak ke
daerah selatan dan tidak di golongkan ke dalam kasta sudra, tetapi dianggap sebagai bangsa
yang tak berkasta. Mereka menyebutnya dengan sebutan bangsa Arya yaitu orang-orang yang
tidak dalam perhitungan hidup sehari-hari.

Penggolongan ini akan tetap hidup di masyarakat manapun, karena watak, karakter,
kecerdasan yang menentukan profesi seseorang tidaklah sama. Harus ada bos dan harus ada
pembantu. Harus ada raja/ pemimpin dan harus ada rakyat yang dipimpin. Keempat golongan
masyarakat ini harus bekerjasama untuk menciptakan masyarakat dunia yang harmonis dan
bahagia. Jika kaum Arya mogok kerja, maka roda perekonomian tidak akan jalan dan terjadi
krisis ekonomi. Jika kaum brahmana tidak menjalankan tugasnya masyarakat mungkin akan
kacau karena moral, agama dan pengetahuan masyarakat menjadi kurang, jika para
administrator Negara tidak jalan, maka Negara bersangkutan menjadi lemah dan mungkin
akan terjadi chaos dalam masyarakat. Jika para sudra/kaum buruh mogok kerja maka
perekonomian dan kehidupan 3 golongan yang lain jiga menjadi timpang.

Hanya saja kadangkala akibat feodalisme, egoisme dan keinginan untuk menancapkan
kuku kekuasaan, manusia sebagai orang tua berusaha menancapkan dan mengibarkan
bendera kekuasaan yang sama kepada anaknya meskipun sang anak tidak memiliki
kualifikasi yang sama dengan orang tuanya. Orang tua terpelajar yang berkedudukan sebagai
pemuka agama dan masuk kedalam golongan brahmana menginginkan agar anaknya
dihormati dengan menjadikannya sebagai seorang Brahmana meskipun si anak tidak
memiliki pengetahuan yang memadai dalam filsafat ketuhanan maupun pengetahuan lainnya.

Demikian juga pemimpin Negara/raja berkeinginan agar garis keturunan


biologisnyalah yang tetap berkuasa dan dihormati masyarakat sehingga dia memberikan
nama gelar kebangsawanan pada anaknya yang meskipun kecerdasan anak tersebut sangat
rendah dan tidak layak menjadi pemimpin. Jadi, konsep pembagian penduduk secara vertikal
yang berdasarkan kelahiran/keturunan yang selama ini diterapkan baik di masyarakat Hindu
sendiri ataupun di luar masyarakat hindu sangatlah bertentangan dengan konsep ajaran
Veda/hindu sehingga masalah ini menjadi tantangan dalam sejarah Hindu yang pada akhirnya
konsep kasta inilah yang melatarbelakangi lahirnya gerakan reformasi dalam Hindu.

Anda mungkin juga menyukai