batas sejarah’ sejarah kasta yang dituduhkan pada masyarakat Hindu belawal dari kedatangan
bangsa Portugis yang melakukan pengarungan samudera ke dunia timur yang di dasari atas
semangat Gold (memperoleh kekayaan) Glori (memperoleh kejajayaan) dan Gospel
(penyebaran agama penginjilan).
Caste yang dalam sejarah portugis sudah berlangsung cukup lama akibat proses
feodalisme. Bahkan memang feodalisme ini telah terjadi pada semua sejarah masyarakat
dunia di Inggris yang ditandai dengan adanya pergolongan masyarakat secara partikel dengan
membedakan namanya seperti sir, lord, duke dan lain-lain. Gelar kebangsaan seperti tengku,
cut masih diterapkan secara kental di Aceh sedangkan di daerah Jawa disebut dengan raden.
a. Kasta Brahmana
Kelompok ini adalah mereka yang memiliki kecerdasan yang tinggi, mengerti tentang
kitab suci, ketuhanan dan ilmu pengetahuan. Para brahmana memiliki kewajiban sebagai
penasehat pada kaum kesatria dalam melaksanakan roda pemerintahan. Rsi, pedanda,
pendeta, pastur, dan pemuka-pemika agama lainnya, dokter, ilmuwan, guru dan profesi yang
sejenis dapat digolongkan ke dalam kasta Brahmana.
b. Kasta Ksatria
Yang masuk dalam kelompok ini adalah mereka yang memiliki sikap pemberani,
jujur, tangkas dan memiliki kemampuan managerial dalam dunia pemerintahan. Mereka yang
masuk ke dalam golongan kasta Ksatria ini antara lain: raja/pemimpin Negara, aparatur
Negara, prajurit/angkatan bersenjata.
c. Kasta Waisya
Kelompok Waisya adalah adalah kelompok yang mana mereka memiliki keahlian
berbisnis, bertani dan berbagai profesi lainya yang bergerak dalam bidang ekonomi. Mereka
yang malam dalam kasta ini diantaranya adalah pedagang, nelayan, pengusaha dan
sejenisnya.
d. Kasta Sudra
Adalah mereka yang memiliki kecerdasan terbatas, sehingga mereka lebih cenderung
bekerja dengan kekuatan fisik, bukan otak. Contoh profesi sudra adalah pembantu rumah
tangga, buruh angkat barang, tukang becak dan sejenisnya.
Bagi bangsa Dravida yang tidak mempunyai pekerjaan tetap, umumya terdesak ke
daerah selatan dan tidak di golongkan ke dalam kasta sudra, tetapi dianggap sebagai bangsa
yang tak berkasta. Mereka menyebutnya dengan sebutan bangsa Arya yaitu orang-orang yang
tidak dalam perhitungan hidup sehari-hari.
Penggolongan ini akan tetap hidup di masyarakat manapun, karena watak, karakter,
kecerdasan yang menentukan profesi seseorang tidaklah sama. Harus ada bos dan harus ada
pembantu. Harus ada raja/ pemimpin dan harus ada rakyat yang dipimpin. Keempat golongan
masyarakat ini harus bekerjasama untuk menciptakan masyarakat dunia yang harmonis dan
bahagia. Jika kaum Arya mogok kerja, maka roda perekonomian tidak akan jalan dan terjadi
krisis ekonomi. Jika kaum brahmana tidak menjalankan tugasnya masyarakat mungkin akan
kacau karena moral, agama dan pengetahuan masyarakat menjadi kurang, jika para
administrator Negara tidak jalan, maka Negara bersangkutan menjadi lemah dan mungkin
akan terjadi chaos dalam masyarakat. Jika para sudra/kaum buruh mogok kerja maka
perekonomian dan kehidupan 3 golongan yang lain jiga menjadi timpang.
Hanya saja kadangkala akibat feodalisme, egoisme dan keinginan untuk menancapkan
kuku kekuasaan, manusia sebagai orang tua berusaha menancapkan dan mengibarkan
bendera kekuasaan yang sama kepada anaknya meskipun sang anak tidak memiliki
kualifikasi yang sama dengan orang tuanya. Orang tua terpelajar yang berkedudukan sebagai
pemuka agama dan masuk kedalam golongan brahmana menginginkan agar anaknya
dihormati dengan menjadikannya sebagai seorang Brahmana meskipun si anak tidak
memiliki pengetahuan yang memadai dalam filsafat ketuhanan maupun pengetahuan lainnya.