Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PENGANTAR SOSIOLOGI

“PEMBAGIAN KASTA DI BALI”

Dibuat oleh kelompok 1 :

Bimantara Fathur Reza (020)

M.Fadhlillah Setiamukti (035)

Sherly Novita Juliantari (044)

Anggi Firgianti Pratiwi (042)

Dosen Pengampu Mata Kuliah :


Achmad Apriyanto Romadhan, M.Si

Prodi Ilmu Komunikasi Kelas A


Universitas Muhammadiyah Malang
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .......................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 3

A. LATAR BELAKANG ................................................................................. 3

B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................. 3

C. TUJUAN PENULISAN ............................................................................... 4

D. MANFAAT PENULISAN ........................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 5

A. SEJARAH ADANYA KASTA ................................................................... 5

B. PEMBAGIAN CATUR WARNA ............................................................... 6

C. PERKEMBANGAN KASTA DI JAMAN MODERN ................................ 7

D. KASTA DALAM PERNIKAHAN .............................................................. 7

BAB III KESIMPULAN ...................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 10

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pulau Bali merupakan sebuah provinsi yang menjadi tetangga dari


Jawa Timur dan dikenal sebagai daerah yang mayoritas dihuni masyarakat
pemeluk Agama Hindu. Oleh karena itu, tidak heran kalau Anda akan
menjumpai sistem kasta masyarakat Bali. Hanya saja, sistem kasta
masyarakat Hindu Bali memiliki bentuk yang lebih sederhana dibandingkan
dengan sistem kasta Hindu di India.

Selain itu, penerapan sistem kasta masyarakat Bali juga tidak


membuat aktivitas sosial mengalami gangguan. Apalagi, wialayah Bali
terkenal sebagai daerah yang memiliki tingkat toleransi tinggi di Indonesia.
Toleransi tersebut tak hanya antar umat beragama, tetapi juga dengan
sesama pemeluk Hindu Bali.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu sistem kasta ?


2. Bagaimana sistem kasta dalam implementasi di wilayah bali ?

3
C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui konsep Kasta

2. Untuk mengetahui ragam Kasta di Bali

D. MANFAAT PENULISAN

1. Mampu mengetahui konsep Kasta


2. Mampu mengetahui lebih luas tentang aneka ragam Kasta yang ada
di Bali

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. SEJARAH ADANYA KASTA

Dalam agama Hindu sebenarnya tidak ada atau tidak mengenal


istilah kasta. Istilah yang termuat dalam kitab suci Veda adalah Warna.
Apabila kita mengacu pada Kitab Bhagavadgita, maka yang dimaksud
dengan Warna adalah Catur Warna, empat pilihan hidup atau empat
pembagian dalam kehidupan berdasarkan atas bakat (guna) dan
ketrampilan (karma) seseorang, serta kwalitas kerja yang dimiliki
sebagai akibat pendidikan, pengembangan bakat yang tumbuh dari
dalam dirinya dan ditopang oleh ketangguhan mentalnya dalam
menghadapi suatu pekerjaan. Sementara itu, yang muncul dalam
kehidupan masyarakat Bali adalah Wangsa, yaitu sistem kekeluargaan
yang diatur menurut garis keturunan.

Di Indonesia Kasta tidak pernah ditemukan sampai akhir kerajaan


Hindu Majapahit abad 14 akhir. Kasta baru ada di Indonesia setelah
kerajaan Hindu Majapahit runtuh. Bukti dari tidak adanya kasta pada
masa kerjaan Majapahit bisa dilihat pada beberapa contoh seperti :

1. Mpu Sendok, seorang Brahmana, anak-anaknya menjadi Ksatrya


di Medang Kemulan.
2. Patih Gajah Mada, Perdana menteri Majapahit, lahir dari keluarga
yang tidak diketahui ( bukan dari keluarga atau keturunan Ksatrya
maupun Brahmana), Kemudian menjadi Ksatrya terkemuka
Indonesia sepanjang sejarah Indonesia
3. Damar Wulan, Seorang pengangon kuda ( tukang arit rumput ),
kemudian bisa menjadi Raja (Ksatrya) di Majapahit dan berganti
nama menjadi Brawijaya.

5
B. PEMBAGIAN CATUR WARNA

Catur Warna dibagi atau dikelompokkan menjadi 4, yaitu:

1. Brahmana, Disimbulkan dengan warna putih, adalah golongan


fungsional di dalam masyarakat yang setiap orangnya
menitikberatkan pengabdian dalam swadharmanya di bidang
kerohanian keagamaan. Jika dalam kasta diberi gelar Ida Bagus
(laki-laki) dan Ida Ayu (perempuan).
2. Ksatrya, Disimbulkan dengan warna merah adalah golongan
fungsional di dalam masyarakat yang setiap orangnya
menitikberatkan pengabdian dalam swadharmanya di bidang
kepemimpinan, keperwiraan dan pertahanan keamanan negara. Jika
di dalam kasta di beri gelar Anak Agung.
3. Wesya, Disimbulkan dengan warna kuning adalah golongan
fungsional di dalam masyarakat yang setiap orangnya
menitikberatkan pengabdiannya di bidang kesejahteraan masyarakat
(perekonomian, perindustrian, dan lain- lain). Jika dalam kasta diberi
gelar Gusti Bagus (laki-laki) dan Gusti Ayu (perempuan).
4. Sudra, Disimbulkan dengan warna hitam adalah golongan
fungsional di dalam masyarakat yang setiap orangnya
menitikberatkan pengabdiannya di bidang ketenagakerjaan. Jika
dalam kasta tidak terdapat gelar. Biasanya Diberi nama depan
Wayan,Made,Nyoman,Ketut.

6
C. PERKEMBANGAN KASTA DI JAMAN MODERN

Pada dewasa ini seiring dengan perkembangan jaman,


masyarakat Bali sendiri sebagian besar sudah mulai memudarkan
paham kasta dan hanya sebagai formalitas pada nama saja. Tidak lagi
membeda-bedakan, siapa saja bisa menjadi pemimpin asal mempunyai
ketrampilan dan sikap teladan. Meskipun demikian masih ada yang
memegang prinsip kasta itu. Seperti contohnya dalam perkawinan,
tidak dibolehkan menikah dengan kasta yang berada dibawahnya.
Tentu hal ini merupakan sebuah hak setiap orang karena sejatinya setiap
orang mempunyai sudut pandang yang berbeda-beda.

D. KASTA DALAM PERNIKAHAN

Kasta juga sangat sering menjadi pro dan kontra, terutama dalam
masalah pernikahan. Pada jaman dulu, masyarakat Bali tidak diperbolehkan
menikah dengan kasta yang berbeda, layaknya pernikahan beda agama
dalam Islam. Seiring perkembangan jaman, aturan tersebut seharusnya
sudah tidak berlaku lagi. Namun sebagian penduduk Bali masih ada yang
mempermasalahkan pernikahan beda kasta.

Pernikahan dengan kasta yg berbeda dibolehkan dengan syarat kasta


yang perempuan harus mengikuti yg laki-laki. Jika kasta perempuan dari
kasta yg tinggi, menikah dng kasta yg lebih rendah, maka kasta si
perempuan akan turun mengikuti suaminya. Begitu juga sebaliknya, Karena
di Bali laki-lakilah yg menjadi ahli waris dari generasi sebelumnya.

7
Pernikahan beda kasta sendiri ada dua macam, yaitu :

1. Kasta istri lebih rendah dari kasta suami. Pernikahan beda kasta ini-lah
yang sudah seringterjadi di Bali. Pernikahan semacam ini biasanya
memberikan kebanggan tersendiri bagi keluarga perempuan, karena
putri mereka berhasil mendapatkan pria dari kasta yang lebih tinggi. Dan
secara otomatis kasta sang istri juga akan naik mengikuti kasta suami.

Tetapi, sang istri harus siap mendapatkan perlakuan yang tidak sejajar
oleh keluarga suami. Saat upacara pernikahan, biasanya batenan untuk
mempelai wanita diletakan terpisah, atau dibawah. Bahkan dibeberapa
daerah, sang istri harus rela melayani para ipar dan keluarga suami yang
memiliki kasta lebih tinggi. Walaupun zaman sekarang hal tersebut
sudah jarang dilakukan, tapi masih ada beberapa orang yang masih
kental kasta-nya menegakan prinsip tersebut demi menjaga kedudukan
kasta-nya.
2. Kasta istri tinggi dari kasta suami. Pernikahan beda kasta seperti ini
sangat dihindari oleh penduduk Bali. Karena pihak perempuan biasanya
tidak akan mengijinkan putri mereka menikah dengan lelaki yang
memiliki kasta lebih rendah. Maka dari itu, biasanya pernikahan ini
terjadi secara sembunyi-sembunyi atau biasa disebut sebagai
"ngemaling" atau kawin lari sebagai alternatifnya.

Kemudian, perempuan yang menikahi laki-laki yang berkasta lebih


rendah akan mengalami turun kasta mengikuti kasta suaminya, yang
disebut sebagai "nyerod". Menurut kabar, sebagian besar penduduk Bali
lebih menyukai dan lebih dapat menerima laki-laki yang bukan orang
Bali sebagai menantu, dari pada menikah dengan laki-laki berkasta lebih
rendah, dan mengalami penurunan kasta.

8
BAB III
KESIMPULAN

Penolakan sistem Kasta yang dikait-kaitkan dengan Agama Hindu


bukannya tidak pernah ada, bahkan saat gagasan pengadopsian Catur Warna
menjadi empat kasta dimunculkan, para Cendikiawan Hindu maupun yang perduli
akan perkembangan Agama Hindu sudah bereaksi memprotesnya, misalnya dengan
terbitnya Surya Kanta, koran berbahasa Melayu di Bali tahun 1920-an. Tetapi
gempuran para Indolog pendukung kastaisme ditambah dukungan penguasa
pribumi boneka kolonialis dan “Brahmana palsu”, lebih dahsyat dari pada yang
menentang kastaisme. Terlebih lagi kondisi umat Hindu saat itu tidak berdaya oleh
kolonialisme, sehingga konsep kaku kasta maupun aturan-aturannya tetap
dijalankan, meski terus mendapat penentangan.

9
DAFTAR PUSTAKA

https://inputbali.com/sejarah-bali/sejarah-adanya-kasta-di-bali

https://www.kintamani.id/mengenal-lebih-lanjut-sistem-kasta-masyarakat-bali-
006846.html

10

Anda mungkin juga menyukai