Anda di halaman 1dari 5

Teori Brahmana

Anggota kelompok :
1. Arif Hidayat Harahap
2. Ghassan Azka El Atallah
3. Kenta Ahmad Hermansyah
4. Malik Alhabsi
5. M. Fawwas Al-Haqqy Agung Putra
6. Naufal Khairiy Zulkarnain Sormin

Bahan-bahan argumentasi teori :

1. Kelebihan teori Brahmana :


Agama hindu adalah milik kaum brahmana
Prasasti nusantara yang pertama menggunakan bahasa sanskerta
Upacara penobatan kepala suku di Nusantara hanya dilakukan oleh Brahmana
Ketika menobatkan raja para brahmana membawa kitab weda
Raja meminta brahmana mengajar di lingkungan istananya
Koloni india di malaysia dan pantai timur sumatra banyak ditempati orang keling dari india
selatan
Sumber: https://slideplayer.info/slide/15148990/
2. Selain itu, lanjut Van Leur, para penguasa atau raja-raja di Nusantara sangat menghormati
kaum brahmana sehingga mereka diterima dengan baik. Bahkan, tidak jarang raja-raja
tersebut mengundang para brahmana langsung dari India untuk datang ke kerajaan mereka
di Nusantara. Kaum brahmana seolah memiliki legitimasi kuat untuk memberikan restu atau
mengangkat para penguasa itu sebagai ksatria. Ajaran yang dibawa oleh kaum brahmana itu
kemudian dianut pula oleh raja-raja tersebut sehingga berdampak besar terhadap
penyebaran agama Hindu dan Buddha. Selain itu, lanjut Van Leur, para penguasa atau raja-
raja di Nusantara sangat menghormati kaum brahmana sehingga mereka diterima dengan
baik. Bahkan, tidak jarang raja-raja tersebut mengundang para brahmana langsung dari
India untuk datang ke kerajaan mereka di Nusantara. Kaum brahmana seolah memiliki
legitimasi kuat untuk memberikan restu atau mengangkat para penguasa itu sebagai ksatria.
Ajaran yang dibawa oleh kaum brahmana itu kemudian dianut pula oleh raja-raja tersebut
sehingga berdampak besar terhadap penyebaran agama Hindu dan Buddha.
Sumber: https://tirto.id/godE
3. Pengaruh keagamaan dari India yang datang ke Indonesia salah satunya adalah agama
Hindu. Padahal, agama Hindu pada awalnya bukanlah agama untuk umum. Artinya,
pendalaman agama tersebut hanya dapat dilakukan oleh kaum brahmana. Merekalah yang
dibenarkan mendalami kitab-kitab suci. Pada praktiknya, di dalam agama Hindu lahir
beberapa aliran. Adapun sekte agama Hindu yang besar pengaruhnya di Jawa dan Bali
adalah Saiya- Siddharta. Pada prinsipnya sekte Saiva-Siddharta bersifat esoteris. Untuk
mencapai tingkatan brahmana guru, para brahmana biasa mengalami ujian berat dan
bertahun-tahun lamanya. Ketika brahmana biasa ditasbihkan menjadi brahmana guru, ia
dianggap telah mampu merubah air menjadi amerta. Brahmana demikianlah yang datang ke
Indonesia atas undangan para penguasa lokal. Mereka diminta melakukan upacara khusus
yang disebut Vratyastoma. Pada dasarnya kesaktian para brahmana inilah yang
menyebabkan mereka didatangkan ke Indonesia. Mereka kemudian mendapat kedudukan
terhormat di kalangan penguasa Indonesia dan menjadi inti golongan brahmana Indonesia
yang berkembang kemudian.
Sumber: Alasan Kuatnya Teori Brahmana - Donisaurus (donisetyawan.com)

4. Dalam beberapa prasasti yang terdapat di pulau Jawa dan lontar-lontar yang terdapat di
pulau Bali menjelaskan bahwa “Maha Rsi Agastya” yang menyebarkan agama Hindu dari
India ke Indonesia. Menurut data peninggalan sejarah yang ada dinyatakan bahwa Maha Rsi
Agastya menyebarkan agama Hindu dari India ke Indonesia melalui Sungai Gangga, Yamuna,
India Selatan dan India Belakang. Karena begitu besar jasa-jasa beliau dalam penyebaran
ajaran Agama Hindu, maka namanya disucikan di dalam prasasti ‘Dinaya’.
Prasasti ‘Dinaya’ diketemukan di Jawa Timur yang ditulis dengan berangka tahun
Saka 682 (760 M), menjelaskan bahwa seorang raja yang bernama Gaja Yana membuatkan
pura suci untuk Rsi Agastya, dengan maksud untuk memohon kekuatan suci dari Rsi Agastya
(Shastri, N.D. Pandit, 1963:21). Prasasti Porong yang ditemukan di Jawa Tengah berangka
tahun Saka 785 (863 M) juga menyebutkan keagungan serta kemuliaan jasa-jasa Maha Rsi
Agastya. Mengingat kemuliaan Maha Rsi Agastya, maka beliau diberi julukan ‘Agastya Yatra’
artinya perjalanan suci Rsi Agastya yang tidak mengenal kembali dalam pengabdiannya
untuk Dharma. Oleh karena itu beliau juga diberi julukan ‘Pita Segara’, artinya “Bapak dari
Lautan” karena beliau yang mengarungi lautan luas demi untuk Dharma.
Dari berbagai peninggalan yang ditemukan, diketahui bahwa kehidupan masyarakat
Kutai sudah cukup teratur. Walau tidak secara jelas diungkapkan, diperkirakan masyarakat
Kutai sudah terbagi dalam beberapa penggolongan meskipun tidak secara tegas dinyatakan.
Dari penggunaan bahasa Sansekerta dan pemberian hadiah sapi, dapat disimpulkan bahwa
dalam masyarakat Kutai terdapat golongan brahmana, golongan yang sebagaimana juga di
India memegang monopoli penyebaran dan upacara keagamaan.

Sumber: Sejarah Masuknya Agama Hindu di Indonesia dan Perkembangannya - MUTIARA


HINDU

5. Status sosial yang disandang kaum brahmana tentunya berbeda dengan masyarakat.
Inilah yang diyakini oleh Van Leur bahwa golongan brahmana atau pemuka agama yang
berperan paling besar dalam penyebaran agama Hindu-Buddha di Nusantara. Selain itu,
lanjut Van Leur, para penguasa atau raja-raja di Nusantara sangat menghormati kaum
brahmana sehingga mereka diterima dengan baik. Bahkan, tidak jarang raja-raja tersebut
mengundang para brahmana langsung dari India untuk datang ke kerajaan mereka di
Nusantara. Kaum brahmana seolah memiliki legitimasi kuat untuk memberikan restu atau
mengangkat para penguasa itu sebagai ksatria. Ajaran yang dibawa oleh kaum brahmana itu
kemudian dianut pula oleh raja-raja tersebut sehingga berdampak besar terhadap
penyebaran agama Hindu dan Buddha. Biasanya, raja-raja di Nusantara mengangkat sosok
brahmana sebagai penasihat kerajaan atau pemimpin agama di kerajaan tersebut. Hal itu
tidak lain karena brahmana memiliki keahlian dan pengetahuan terhadap ajaran agama atau
kitab suci yang dianggap paling baik. Posisi penting brahmana sebagai penasihat maupun
pemimpin agama melahirkan pengaruh besar dalam kerajaan tersebut, dari sektor
keagamaan, pemerintahan, pengadilan, perundang-undangan, dan berbagai aturan lain
dibuat atas masukan kaum brahmana, bahkan tak jarang mampu mempengaruhi kebijakan
raja.
Sumber: https://tirto.id/godEhttps://tirto.id/godE

Argumentasi awal dari teori Brahmana :


Pada zaman dahulu, para Brahmana yang berasal dari India didatangkan langsung
oleh kepala suku atau raja untuk melaksanakan atau menggelar upacara Vraytastoma.
Vratyastoma adalah upacara yang diselenggarakan dengan tujuan untuk “menghindukan”
seseorang. Maka dari itu, saat Nusantara (Indonesia) masih berisi kerajaan-kerajaan Hindu
Budha, para raja memanggil Brahmana untuk mengajarkan sekaligus menyebarkan ajaran
agama Hindu Buddha di tanah Nusantara. Bukan hanya mengajarkan dan menyebarkan
ajaran agama Hindu Buddha saja, tetapi golongan Brahmana diberikan kepercayaan untuk
menyelenggarakan upacara penobatan raja yang dikenal dengan istilah abhiseka. Pada
zaman dahulu, para Brahmana bukan hanya diberikan kepercayaan untuk mengajarkan dan
menyebarkan agama Hindu Buddha saja, tetapi mereka juga diberikan kepercayaan sebagai
penasehat kerajaan. Dalam hal ini, penasehat kerajaan itu, seperti dalam bidang
pemerintahan, bidang perundang-undangan, peradilan, dan lain-lain.
Interupsi dari kelompok lain:
Teori Waisya: Kaum brahmana terikat dengan aturan yang mengatakan bahwa mereka akan
menjadi rakyat biasa jika meninggalkan india. Jadi mengapa mereka rela meninggalkan India
dan kehilangan kastanya? Mengapa para raja mengundang para Brahmana padahal sudah
ada berbagai kerajaan yang bercorak Hindu Buddha di Indonesia? Brahmana murni hanya
dari India, beberapa Brahmana yang berasal dari negara lain dan Brahmana yang datang ke
Indonesia bukanlah Brahmana asli.
Teori arus balik: Hindu kuno mengatakan Brahmana dilarang untuk keluar india, mengapa
para Brahmana rela meninggalkan kastanya hanya karena ingin menybearkan agamanya di
Indonesia?
Teori Ksatria: Brahmana hanya mengajarkan bukan menyebarkan artinya bahwa raja raja di
Indonesia sudah mengetahui mengenai agama Hindu itu sendiri. Lalu juga sudah ada
kerajaan yang bercorak Hindu Buddha di Indonesia
Interupsi teori Brahmana ke kelompok lain:
Teori Waisya: Bahwa Brahmana datang diundang oleh raja yang ada di Indonesia bukan para
Waisya yang mendatangkan Brahmana.
Teori arus balik: Sri Maharaja Balaputradewa adalah raja yang sudah beragama Buddha
sebelum penyebaran menurut teori arus balik dimulai.
Teori Ksatria: Ksatria tidak dapat menguasai bahasa Sanskerta jadi tujuan mereka ke
Indonesia bukan menyebarkan agama.

Jawaban atas interupsi:


Ke Teori Waisya, arus balik, dan Ksatria: Dalam beberapa prasasti yang terdapat di pulau
Jawa dan lontar-lontar yang terdapat di pulau Bali menjelaskan bahwa “Maha Rsi Agastya”
yang menyebarkan agama Hindu dari India ke Indonesia. Menurut data peninggalan sejarah
yang ada dinyatakan bahwa Maha Rsi Agastya menyebarkan agama Hindu dari India ke
Indonesia melalui Sungai Gangga, Yamuna, India Selatan dan India Belakang. Karena begitu
besar jasa-jasa beliau dalam penyebaran ajaran Agama Hindu, maka namanya disucikan di
dalam prasasti ‘Dinaya’. Mengingat kemuliaan Maha Rsi Agastya, maka beliau diberi julukan
‘Agastya Yatra’ artinya perjalanan suci Rsi Agastya yang tidak mengenal kembali dalam
pengabdiannya untuk Dharma. Oleh karena itu beliau juga diberi julukan ‘Pita Segara’,
artinya “Bapak dari Lautan” karena beliau yang mengarungi lautan luas demi untuk Dharma.
Ini menunjukkan bahwa ada kaum Brahmana yang datang langsung ke Indonesia untuk
mencari dharma/kebenaran.

Interupsi balik dari kelompok lawan:


Teori Waisya: Menurut kalian kemarin, para Brahmana datang bersama pedagang dari India
yang secara tidak langsung kalian mendukung teori kami. Selain itu menurut teori kalian,
para Brahmana datang abad ke-4 tapi para pedagang telah datang pada abad ke-2
Teori Ksatria: Dijelaskan jika Agastya menyebrangi lautan pada abad ke-7 atau 8 Masehi
sedangkan sebelumnya para ksatria telah datang dahulu ke nusantara.
Teori arus balik: Tidak ada bukti yang menunjukkan Brahmana yang menyeberangi lautan
karena para Brahmana adalah orang suci yang terikat dengan agamanya.

Jawaban atas interupsi:


Teori Waisya: Para pedagang yang datang tidak mempunyai hak untuk menyebarkan agama
Hindu, lagipula yang paling memahami agama Hindu hanyalah kaum Brahmana.
Teori arus balik: sudah dijelaskan sebelumnya bahwa ada seorang yang suci bernama Maha
Rsi Agastya yang menyeberangi lautan dari India ke Indonesia untuk menyebarkan agama
Hindu. Dan juga julukan ia adalah Bapak dari lautan, selain itu perlu dipertegas jika Rsi
adalah orang suci yang mendapat wahyu dan Resi merupakan bagian dari kaum Brahmana.
Teori Ksatria: Agastya yang menyeberangi lautan hanyalah bukti bahwa Brahmana bisa
menyeberangi lautan untuk menyebarkan Hindu. Tidak menutup kemungkinan ada
Brahmana sebelumnya yang telah datang ke Indonesia. Dan disebutkan pula pada zaman
Kerajaan Kutai para brahmana telah ada dan memimpin upacara keagamaan.
Interupsi penutup:
Teori Waisya: Diawal disebutkan bahwa Brahmana didatangkan untuk menghindukan para
raja. Berarti sebelumnya raja tersebut telah mengenal adanya agama Hindu.
Jawaban penutup:
Yang dimaksud menghindukan adalah tujuan dari raja-raja Nusantara untuk melegitimasi
kekuasaan mereka sehingga terlihat kuat, bukan berarti Hindu telah masuk duluan.

Kesimpulan:
Teori Brahmana memegang pada pernyataan bahwa para Brahmana didatangkan
oleh para raja-raja Nusantara untuk melegitimasi kekuasaan mereka. Setelah itu para
Brahmana diangkat menjadi penasehat kerajaan. Pernyataan ini dibuktikan dengan adanya
Maha Rsi Agastya yang menyeberangi lautan untuk mencari dharma/kebenaran dan bukti
bawa prasasti di Indonesia ditulis menggunakan bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa yang
hanya bisa dipahami Brahmana saja.

Anda mungkin juga menyukai