Anda di halaman 1dari 24

TUGAS AKHIR

Periode 158

Proposal Tugas Akhir

PADEPOKAN KESENIAN TRADISIONAL PENCAK SILAT


DI LAMPUNG SELATAN

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar


Sarjana Arsitektur

Oleh:

YASIR STEPHEN SANAJAYA

NIM. 21020120120008

PROGRAM STUDI SARJANA ARSITEKTUR


DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2024
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan


Yang Maha Esa. karena atas, berkat dan rahmat-Nya, akhirnya penulis bisa
menyelesaikan proposal ini dengan baik. Adapun judul yang diajukan yaitu
“ Padepokan Kesenian Tradisional
Pencak Silat Di Lampung Selatan Dengan Penekanan Desain Arsitektur
Neo-Vernakular. ”
Proposal ini penulis susun guna memenuhi salah satu tugas dari mata
kuliahTugas Akhir Periode 158 di Departemen Arsitektur Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro. Namun dalam hal ini penulis menyadari
sepenuhnya atas terbatasnyakemampuan, daya pikir dan pengalaman, data
dan informasi serta bahan bacaan yang dapat diperoleh merupakan faktor-
faktor yang menyebabkan jauh dari sempurna penyusunan proposal ini. baik
dari tata bahasa maupun materinya.
Sungguh demikian besar harapan penulis semoga proposal ini dapat
bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Dalam
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar -
besarnya kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuannya baik dari
lingkungan Universitas Diponegoro maupun yang berasal dari luar
Universitas Diponegoro, sehingga dapat tersusunnya proposal ini.

Semarang, 14 February
2024

Yasir Stephen Sanjaya


ABSTRAK

PADEPOKAN KESENIAN TRADISIONAL


PENCAK SILAT DI LAMPUNG
Oleh

Yasir Stephen Sanjaya

Kepolisian Resor Kota (Polresta) Bandar lampung menyebutkan bahwa tingkat


kriminalitas di wilayah hukum ibu kota Provinsi Lampung ini naik 34,79 persen, hal ini
disebabkan karena kurangnya perhatian dari pihak pengamanan di setiap kota. Di
Lampung sudah banyak catatan tentang tindak kejahatan baik menggunakan senjata
ataupun dengan tangan kosong. Para pelaku berani melakukan hal ini karena
terhimpit oleh faktor ekonomi dan ketidak sengaja maka timbullah kelompok-kelompok
atau geng untuk menguasai daerah-daerah tertentu. Maka untuk mengantisipasi dari
tindak kejahatan perlu diri kita untuk menguasai teknik beladiri atau pencak
silat. Pencak Silat salah satu warisan dari kebudayaan Nasional dan merupakan
pusaka leluhur budaya asli Bangsa Indonesia semula timbul sebagai hasil
pemahaman manusia terhadap alam dan hewan yang ada di sekitarnya, untuk
mempertahankan hidupnya, yang kemudian terus berkembang secara
teknis. Berdasarkan ketentuan Pasal 38 Undang-Undang No 28 Tahun 2014 tentang
Hak Cipta, Kebudayaan Indonesia yang mencerminkan nilai-nilai luhur bangsa,
harus terus dipelihara, dibina dan dikembangkan guna memperkuat penghayatan
dan pengalaman Pancasila. Maka Pencak Silat sebagai salah satu wujud
kebudayaan yang harus dilestarikan. Maka diperlukan sebuah Padepokan pencak
silat yang dengan penekanan desain Arsitektur Neo-Vernakular sehingga mampu
menghasilkan sumber daya manusia yang kreatif, inovatif dan professional
dibidang kesenian tradisional bela diri pencak silat sekaligus sebagai usaha
pewarisannya kepada generasi muda.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kepolisian Resor Kota (Polresta) Bandar lampung menyebutkan
bahwa tingkat kriminalitas di wilayah hukum ibu kota Provinsi Lampung ini naik
34,79 persen. jumlah kasus kriminalitas sebanyak 2.898 kasus tersebut dari
tahun 2021 sampai 2022. Di daerah Lampung sendiri, sudah banyak catatan
tentang tindak kejahatan baik menggunakan senjata ataupun dengan tangan
kosong. Para pelaku berani melakukan hal ini karena terhimpit oleh faktor
ekonomi dan secara ketidak sengaja maka timbullah kelompok-kelompok atau
geng untuk menguasai daerah-daerah tertentu. Maka untuk mengantisipasi
dari tindak kejahatan perlu diri kita untuk menguasai teknik beladiri atau
pencak silat.
Badan Pusat Statistik (BPS) memproyeksikan, jumlah penduduk
Lampung Selatan mencapai 270,20 juta jiwa pada 2020. Sebagai daerah yang
memiliki beragam potensi kesenian dan wisata alam yang bagus yang mampu
menarik para wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Salah satu
kesenian yang ada di Lampung adalah Kesenian Tradisional Pencak Silat
Khakot, yaitu seni bela diri tradisional yang berasal dari Lampung Pesisir. Seni
bela diri Piccak Khakot masih bertahan dalam masyarakat masa kini. Namun
tidak semua masyarakat Lampung masih melestarikan seni bela diri Piccak
Khakot yang dibuktikan dengan jumlah sanggar yang masih aktif di Lampung.
Di era modern ini seni bela diri Piccak Khakot kurang diminati oleh masyarakat
khususnya kalangan remaja. Adapun salah satu upaya penggiat Piccak Khakot
untuk menarik minat remaja terhadap seni bela diri Piccak Khakot yaitu dengan
mengadakan latihan rutin.
Kabupaten Lampung Selatan berhasil meraih mendali terbanyak pada
pertandingan cabang olahraga silat di Porprov IX Lampung, dengan meraih
tujuh emas, satu perak dan tiga perunggu. Sampai saat ini di Lampung hanya
ada beberapa padepokan yang cukup besar, dalam arti yang memang
dibangun untuk mewadahi kegiatan Pencak Silat. Itu pun hanya berupa
Pendopo tempat latihan. Berangkat dari seringnya terjadi kesulitan mencari
tempat yang layak untuk atlit melakukan Training Centre. Perguruan-
perguruan Pencak silat biasa menyelenggarakan program pendidikannya
di tempat-tempat yang sederhana.
Ketua Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Lampung, mengatakan
bahwa lampung belum memiliki pedepokan dan sekretariat yang memadai.
Kurangnya sarana tersebut tentunya menghambat pencapaian tujuan
untuk memasyarakatkan dan meningkatkan derajad Pencak silat di mata
masyarakat Indonesia dan dunia. dalam rangka melestarikan kebudayaan
Nasional Indonesia. Karena itu disadari pentinya pembangunan
Padepokan Kesenian Tradisional Pencak Silat ini.
Berdasarkan ketentuan Pasal 38 Undang-Undang No 28 Tahun 2014
tentang Hak Cipta, Kebudayaan Indonesia yang mencerminkan nilai-nilai luhur
bangsa, harus terus dipelihara, dibina dan dikembangkan guna memperkuat
penghayatan dan pengalaman Pancasila. Maka Pencak Silat sebagai salah
satu wujud kebudayaan harus dilestarikan.
Maka diperlukan suatu wadah yang mampu menghasilkan sumber
daya manusia yang kreatif, inovatif dan professional dibidang kesenian
tradisional bela diri pencak silat sekaligus sebagai usaha pewarisannya
kepada generasi muda yaitu sebuah Padepokan pencak silat. Diharapkan
padepokan ini dapat menjadi suatu lembaga pendidikan tradional yang
merupakan suatu komunitas perilaku pendidikan, dimana selain terjadi
kegiatan belajar mengajar didalamnya juga terjadi kegiatan berhuni.
Dukungan teknologi dalam teknik pementasan dan aspek kenyamanan
tempat pertunjukan dan pertandingan bagi para penggunanya akan
sangat berpengaruh terhadap minat para penonton, maka Padepokan
Kesenian Tradisional Pencak Silat ini perlu pula dilengkapi dengan gedung
pertunjukan yang representatif. Untuk mewujudkan harapan di atas maka perlu
sebuah Program Perencanaan dan Perancangan Padepokan. Sesuai dengan
fungsi dan tujuan bangunan maka penekanan desain arsitektur neo
vernakuler yang menggali nilai arsitektur Lampung yang disesuaikan
perkembangan jaman dan teknologi adalah sangat tepat.
Padepokan ini merupakan perwujudan dari keinginan masyarakat
Pencak Silat yang telah lama terpendam untuk meningkatkan
keberadaannya di Indonesia dan dunia. Melalui perjalanan panjang, rencana
mendirikan bangunan yang representatif untuk menampung segala kegiatan
yang berhubungan dengan dunia Pencak Silat dapat direalisasikan.

1.2. Tujuan dan Sasaran


1.2.1. Tujuan

Tujuan dari penyusunan Laporan konseptual Program Perencanaan


dan Perancangan Padepokan Kesenian Tradisional Pencak Silat di Lampung
Selatan ini adalah untuk melestarikan dan mengembangkan Kesenian Bela Diri
Pencak Silat dengan memberikan wadah pendidikan untuk menghasilkan
sumber daya manusia yang professional, kreatif dan inovatif serta
memberikan tempat mempertunjukan keahlian yang telah dimiliki dari hasil
berlatih yang sesuai dengan kebutuhan pertunjukan seni bela diri agar mampu
bersaing dengan jenis pertunjukan seni lain. Serta memperoleh suatu judul
Tugas Akhir yang jelas dan layak, dengan suatu penekanan desain yang
spesifik sesuai karakter/keunggulan judul dan citra yang dikehendaki atas
judul yang diajukan tersebut.

1.2.2. Sasaran

Adapun sasarannya adalah tersusunnya usulan langkah-langkah


pokok proses (dasar) Program Perencanaan dan Perancangan Padepokan
Kesenian Tradisional Pencak Silat di Lampung Selatan melalui aspek-aspek
panduan perancangan (Design Guide Lines Aspect) dan alur pikir proses
penyusunan Laporan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur
(LP3A) dan Desain Grafis yang akan dikerjakan.
1.3. Manfaat

1.3.1. Subjektif

Manfaat subyektif dari penyusunan Proposal ini adalah


untukmemenuhi salah satu persyaratan mengikuti Tugas Akhir di
JurusanArsitektur Fakultas Teknik UNDIP yang nantinya digunakan
sebagaipedoman dalam Desain Grafis Arsitektur (DGA).Sedangkan manfaat
obyektif yang dapat diambil yaitu sebagaitambahan pengetahuan dan
wawasan bagi mereka yang berkecimpung didunia arsitektur pada khususnya
dan masyarakat pada umumnya.

1.3.2. Objektif

Sebagai pegangan dan acuan selanjutnya dalam perancangan


Padepokan Kesenian Tradisional Pencak Silat di Lampung Selatan, selain
itu diharapkan dapat bermanfaat sebagai tambahan pengetahuan dan
wawasan, baik bagi mahasiswa yang akan menempuh Tugas Akhir maupun
bagi mahasiswa arsitektur lainnya dan masyarakat umum yang membutuhkan.

1.4. Ruang Lingkup

Ruang lingkup substansial yang membatasi Perencanaan dan


Perancangan Padepokan Kesenian Tradisional Pencak Silat di Lampng
Selatan ini termasuk dalam kategori bangunan pendidikan non formal
dengan masa jamak. Adapun lingkup spasial Perencanaan dan
Perancangan Padepokan Kesenian Tradisional Pencak Silat ini terbatas
pada wilayah kota Lampng Selatan.

1.5. Metode Pembahasan

Pembahasan dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif,


yaitu dengan mengumpulkan, memaparkan, kompilasi dan menganalisa
data sehingga diperoleh suatu pendekatan program perencanaan dan
perancangan untuk selanjutnya digunakan dalam penyusunan program dan
konsep dasar perencanaan dan perancangan. Adapun Metode yang dipakai
dalam penyusunan penulisan ini antara lain :

1.5.1. Metode deskriptif, yaitu dengan melakukan pengumpulan data.


Pengumpulan data dilakukan dengan cara : studi pustaka/ studi
literatur, data dari instansi terkait, wawancara dengan narasumber,
observasi lapangan serta browsing internet.

1.5.2. Metode dokumentatif, yaitu mendokumentasikan data yang


menjadi bahan penyusunan penulisan ini. Cara
pendokumentasian data adalah dengan memperoleh gambar visual
dari foto-foto yang di hasilkan.

1.5.3. Metode komparatif, yaitu dengan mengadakan studi banding


terhadap bangunan Padepokan Pencak Silat di suatu kota atau
negara yang sudah ada.

Dari data - data yang telah terkumpul, dilakukan identifikasi


dan analisa untuk memperoleh gambaran yang cukup lengkap mengenai
karakteristik dan kondisi yang ada, sehingga dapat tersusun suatu
Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur bangunan
Padepokan Kesenian Tradisional Pencak Silat di Lampng Selatan.

1.6. Sistematika Pembahasan

Kerangka sistematika pembahasan dalam penyususnan laporan


Landasan Program perencanaan dan perancangan Arsitektur dengan judul
Padepokan Kesenian Tradisional Pencak Silat di Lampung Selatan adalah
sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Berisi uraian dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan


sasaran,manfaat, ruang lingkup, metode pembahasan, sistematika
pembahasan, serta alur pikir proses perumusan konsep
perencanaan dan perancangan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Berisi mengenai literatur tentang bangunan Pedepokan


Pencak Silat, Kesenian, konsep Arsitektur Neo-vernakular, serta
persyaratan ruang, serta studi Banding.

BAB III TINJAUAN PENGGUNA, LOKASI, DAN TAPAK

Bab ini berupa tinjauan-tinjauan berkaitan fenomena dan lokasi yang


terjadi di Lampung Selatan, Kalianda dan area di sekitar site

1.7. Alur Pikir

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum Padepokan Pencak Silat

2.1.1. Pengertian Padepokan Pencak Silat

Padepokan atau pedepokan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia


adalah (1) tempat persemadian (pengasingan diri) raja-raja di Jawa pada masa
lalu; (2) sanggar seni tari. Seiring perkembangan zaman istilah Padepokan
sering difungsikan sebagai tempat bertemu, bersilahturahmi dan berlatih
bersama. Ditinjau dari Arsitektur Padepokan juga mempunyai makna sebagai
komplek perumahan (bangunan) atau suatu kawasan yang dijadikan tempat
untuk proses belajar dan mengajar keterampilan tertentu. Komponen bangunan
di Padepokan umumnya dicirikan adanya bangunan berupa ciri khusus seperti
gapura, Pondok pertemuan, pondok penginapan, pondok pengobatan, pondok
kesenian, pondok makan dan beberapa bangunan pelengkap yang khusus
dibangun sesuai kebutuhan. Padepokan yang khusus mengajarkan ilmu dan
keterampilan berkaitan dengan Pencak Silat dinamakan Padepokan Pencak
Silat (Musman, 2017). Padepokan Pencak Silat Indonesia, padepokan adalah
tempat dimana pemuda-pemuda "ndepok" (berguru) untuk menimba ilmu dan
berlatih keterampilan pada seorang guru yang dipercaya memiliki ilmu dan
keterampilan pada seorang guru yang dipercaya memiliki ilmu dan
keterampilan yang tinggi tentang sesuatu hal.

2.1.2. Sejarah dan Perkembangan Padepokan

Pencak Silat dalam perkembangannya tidak hanya dimiliki oleh setiap


orang saja, dan tidak setiap orang memiliki aliran pencak silat masing-masing.
Sejarah pencak silat hingga saat ini belum dapat dipastikan waktu
penemuannya, namun beberapa tokoh pencak silat berpendapat bahwa pencak
silat sudah ada sejak pada zaman purba. Perguruan-perguruan pencak silat
masih bersifat egosentrisme perguruan masing masing, begitu juga ketika awal
kemerdekaan Indonesia (Pratama dan Trilaksana, 2018).
Upaya untuk mempersatukan pencak silat sebetulnya sudah dimulai
pada masa penjajahan Belanda. Pada tahun 1922 di Segalaherang, Subang, Jawa
Barat, didirikan Perhimpunan Pencak Silat Indonesia untuk menggabungkan
aliran pencak Jawa Barat yang tersebar di seluruh kepulauan nusantara. Pada
masa pendudukan Jepang, Presiden Soekarno pernah menjadi pelindungnya.
Upaya serupa juga diadakan di Yogyakarta, tetapi persatuan yang ada masih
dalam scope local atau daerah. Contoh persatuan pencak silat dalam scope
daerah adalah Persatuan Pencak Silat Putra Betawi, Persatuan Pencak
Indonesia, Perhimpunan Pencak Silat Indonesia, Gabungan Pencak Seluruh
Indonesia, dan sebagainya.

2.1.3. Fungsi dan Tujuan Padepokan

Padepokan Pencak Silat Indonesia mempunyai fungsi dan tujuan yakni:


1. Sebagai pusat informasi, pendidikan, penyajian dan promosi berbagai hal
yang menyangkut Pencak Silat.
2. Sebagai pusat berbagai kegiatan yang berhubungan dengan upaya
pelestarian, pengembangan, penyebaran dan peningkatan citra Pencak Silat
dan nilai-nilainya.
3. Sebagai sarana untuk memperkukuh persatuan dan kesatuan masyarakat
Pencak Silat Indonesia.
4. Sebagai sarana untuk mempererat persahabatan di antara masyarakat Pencak
Silat di berbagai negara.
5. Sebagai sarana untuk memasyarakatkan 2 kode etik manusia Pencak Silat,
yakni: Prasetya Pesilat Indonesia dan Ikrar Pesilat.

2.1.4. Manfaat Padepokan

Pedepokan Pencak Silat memiliki beberapa manfaat yakni :

1. Sebagai wadah kegiatan pendidikan seni bela diri untuk menciptakan bibit
yang unggul akan prestasi pencak silat.

2. Dapat menghasilkan sumber daya manusia yang kreatif, inovatif dan


professional dibidang kesenian tradisional bela diri pencak silat
sekaligus sebagai usaha pewarisannya kepada generasi muda.

3. Memberi kesempatan pada masyarakat untuk mengembangkan potensi yang


dimiliki.

4. menjadi suatu lembaga pendidikan tradional kepada masyarakat yang


merupakan suatu komunitas perilaku pendidikan guna meningkatkan
kualitas hidupnya.
2.1.5. Kebutuhan Ruang Padepokan

A. Padepokan dalam istilah jawa yang berarti sebuah kompleks perumahan


dengan areal cukup luas serta ruang.4 Komponen bangunan di padepokan
umumnya dicirikan adanya bangunan-bangunan khusus,misalnya :

- Gapura

- Stadion utama atau pondok gedeh

- -Gedung pengelola

- Fasilitas kantin

- Perpustakaan dan museum

- Pendopo agung

- Musholla

- Kawasan asri untuk tempat wisata

- Penginapan

B. Bentuk-bentuk padepokan terbagi menjadi beberapa ruang, diantaranya :

- Ruang pertemuan. Dalam hal ini ruang pertemuan bisa difungsikan


menjadi tempat untuk berkumpul atau mengadakan rapat dari berbagai
komunitas.

- Aula atau ruang pementasan. Dalam artian bentuk dari padepokan itu
bukan tempat menjadi tempat latihan tetapi juga para komunitas-
komunitas seni menunjukkan karyakaryanya yang patut di pertunjukkan

- c. Ruang transite. Ruang transite yang dimaksud yaitu bisa menjadi


tempat untuk persiapan para penyaji seni sebelum tampil atau dalam kata
lain bisa menjadi tempat kumpulkumpulnya para penyaji seni sebelum
melaksanakan atraksinya.

- d. Ruang ibadah. Bentuk suatu padepokan di sisi lain bukan hanya untuk
tempat latihan jurus tetapi juga bisa di jadikan tempat sebagai ibdah
kepada sang maha kuasa atau juga bisa untuk melakukan kegiatan
keagamaan yang ada.

2.1.6. Tipe Gelanggang Pertandingan Padepokan

ukuran gelanggang pencak silat adalah suatu hal yang dapat menentukan
kemenangan dalam pertandingan pencak silat. Ukuran yang sesuai
dengan tempat yang aman dan nyaman akan membuat peserta dapat
memberikan usaha yang maksimal dalam bertanding. Dengan begitu
peserta dapat bersaing secara sehat tanpa adanya kecurangan. Menurut
standar IPSI ukuran gelanggang pencak silat adalah persegi dengan
panjang dan lebar masing – masing 10 meter. Gelanggang ini dapat
ditempatkan di lantau atai panggung dengan lapisan berupa matras yang
memiliki tebal 3 cm sampai 5 cm. Permukaannya harus datar dan tidak
memantul dengan warna dasar hijau terang dan garis berwarna putih yang
disesuaikan dengan kebutuhan. Melansir buku Pencak Silat karya Juli
Candra, gelanggang tanding memiliki ketentuan sebagai berikut. Ukuran
gelanggang pencak silat adalah 10 m x 10 m dengan bentuk segi empat
bujur sangkar. Bidang tanding memiliki bentuk lingkaran dalam bidang
gelanggang dengan garis tengah 8 m. Garis berwarna putih digunakan
untuk batas gelanggang dan bidang tanding dengan lebar 5 cm ke arah
dalam. Lingkaran dibuat di tengah bidang tanding dengan garis tengah 3
m, lebar garis 5 cm berwarna putih. Fungsinya sebagai batas pemisah
sesaat sebelum pertandingan dimulai. Sudut silat merupakan ruang pada
sudut-sudut bujur sangkar gelanggang yang saling berhadapan. Sudut ini
dibatasi dengan bidang tanding yang memiliki berbagai warna, yaitu:
sudut merah di sebelah ujung kanan meja pertandingan; sudut merah di
arah diagonal sudut biru; dan dua sudut kuning sebagai sudut netral.

2.3 Studi Banding

2.3.1. Tinjauan Padepokan Pencak Silat Indonesia TMII

BAB III
Tinjauan Fenomena, Lokasi dan Pengguna

3.1 Tinjauan Umum


(Sumber : https://id.wikipedia.org )

Provinsi Lampung memiliki wilayah seluas 35.288,35 km2.[15]


Wilayahnya terletak di antara 105°45'-103°48' BT dan 3°45'-6°45' LS.
Daerah ini berada di sebelah barat berbatasan dengan Samudra Hindia, di
sebelah timur dengan Laut Jawa, di sebelah utara berbatasan dengan
provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, dan di sebelah selatan
berbatasan dengan Selat Sunda. Beberapa pulau termasuk dalam wilayah
Provinsi Lampung, yang sebagian besar terletak di Teluk Lampung, di
antaranya: Pulau Darot, Pulau Legundi, Pulau Tegal, Pulau Sebuku, Pulau
Kelagian, Pulau Sebesi, Pulau Pahawang, Pulau Krakatau, Pulau Putus
dan Pulau Tabuan. Ada juga Pulau Tampang dan Pulau Pisang di yang
masuk ke wilayah Kabupaten Pesisir Barat. Keadaan alam Lampung, di
sebelah barat dan selatan, di sepanjang pantai merupakan daerah yang
berbukit-bukit sebagai sambungan dari jalur Bukit Barisan di Pulau
Sumatra. Di tengah-tengah merupakan dataran rendah. Sedangkan ke
dekat pantai di sebelah timur, di sepanjang tepi Laut Jawa terus ke utara,
merupakan perairan yang luas.

Berdasarkan wilayah administrasi, Provinsi Lampung terbagi


menjadi 13 Kabupaten dan 2 Kota. 13 Kabupaten tersebut yaitu
Kabupaten Pesawaran, Kabupaten Pringsewu, Kabupaten Tanggamus,
Kabupaten Pesisir Barat, Kabupaten Lampung Barat, Kabupaten
Lampung Utara, Kabupaten Lampung Tengah, Kabupaten Lampung
Selatan, Mesuji, Kabupaten Tulang Bawang, Kabupaten Tulang Bawang
Barat dan Kabupaten Way Kanan. Sementara 2 Kota yang terdapat di
Provinsi Lampung yaitu Kota Bandar Lampung yang merupakan Ibu
Kota Provinsi Lampung dan Kota Metro.

3.1.1 Tinjauan Kabupaten Lampung Selatan

( Sumber : e-ISSN: 2581-0545 https://journal.itera.ac.id/index.php/jsat/)

Kabupaten Lampung Selatan adalah kabupaten di provinsi


Lampung, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di kecamatan
Kalianda. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 715,46 km² dan penduduk
sebanyak 1.081.115 jiwa (2021), dengan kepadatan 1.500 jiwa/km². Di
bagian Selatan wilayah kabupaten Lampung Selatan yang juga ujung
Pulau Sumatra terdapat sebuah Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni,
yang merupakan tempat transit penduduk dari Pulau Jawa ke Sumatra dan
sebaliknya. Dengan demikian Pelabuhan Bakauheni merupakan pintu
gerbang Pulau Sumatra bagian Selatan. Jarak antara Pelabuhan
Bakauheni (Lampung Selatan) dengan Pelabuhan Merak (ProKabupaten
Lampung Selatan (aksara Lampung:) adalah kabupaten di provinsi
Lampung, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di kecamatan
Kalianda. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 715,46 km² dan penduduk
sebanyak 1.081.115 jiwa (2021), dengan kepadatan 1.500 jiwa/km².

Di bagian Selatan wilayah kabupaten Lampung Selatan yang


juga ujung Pulau Sumatra terdapat sebuah Pelabuhan Penyeberangan
Bakauheni, yang merupakan tempat transit penduduk dari Pulau Jawa ke
Sumatra dan sebaliknya. Dengan demikian Pelabuhan Bakauheni
merupakan pintu gerbang Pulau Sumatra bagian Selatan. Jarak antara
Pelabuhan Bakauheni (Lampung Selatan) dengan Pelabuhan Merak
(Provinsi Banten) kurang lebih 30 kilometer, dengan waktu tempuh kapal
penyeberangan sekitar 1,5 jam.vinsi Banten) kurang lebih 30 kilometer,
dengan waktu tempuh kapal penyeberangan sekitar 1,5 jam.

Letak Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak


antara 105° - 105°45' Bujur Timur dan 5°15' - 6° Lintang Selatan.
Mengingat letak yang demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan
seperti halnya daerah-daerah lain di Indonesia merupakan daerah tropis.

Hukum Budaya adat tersebut berbeda antara yang satu dengan


lainnya. Secara umum penduduk asli Lampung yang terdapat di
kabupaten Lampung Selatan dapat dibedakan dalam dua kelompok besar
yaitu masyarakat Lampung Saibatin (Peminggir) yang merupakan
mayoritas suku Lampung di Kabupaten Lampung Selatan dan kelompok
kedua yaitu masyarakat Lampung Pepadun. (sumber: LSDA-2007)

3.2 Tinjauan Kependudukan Kabupaten Lampung Selatan

Berdasarkan data yang ada penduduk Kabupaten Lampung


Selatan secara garis besar dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu
penduduk asli Lampung dan penduduk pendatang. Penduduk asli
khususnya sub suku Lampung Peminggir umumnya berkediaman di
sepanjang pesisir pantai. Penduduk sub suku lainnya tersebar di seluruh
wilayah Kabupaten Lampung Selatan. Penduduk pendatang yang
berdomisili di Kabupaten Lampung Selatan terdiri dari bermacam-macam
suku dari berbagai daerah di Indonesia seperti Jawa Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur, Bali, Sulawesi, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Sumatera
Utara dan Aceh. Dari semua suku pendatang tersebut jumlah terbesar
adalah pendatang dari Pulau Jawa.

Besarnya penduduk yang berasal dari Pulau Jawa dimungkinkan


oleh adanya kolonisasi pada zaman penjajahan Belanda dan dilanjutkan
dengan transmigrasi pada masa setelah kemerdekaan, disamping
perpindahan penduduk secara swakarsa dan spontan. Beragamnya etnis
penduduk di Kabupaten Lampung Selatan juga sangat memungkinkan
timbulnya konflik antar etnis seperti konflik yang terjadi antara desa
Balinuraga yang mayoritas suku Bali dengan desa Agom mayoritas suku
Lampung 45 Kabupaten Lampung Selatan sebagian besar adalah wilayah
pantai sehingga banyak nelayan yang menetap. Para nelayan ini pada
umumnya mendiami wilayah pantai timur dan selatan, yang sebagian
besar berasal dari pesisir selatan Pulau Jawa dan Sulawesi Selatan.
Dengan beragamnya etnis penduduk yang bertempat tinggal di
Kabupaten Lampung Selatan, maka beragam pula adat dan kebiasaan
masyarakatnya sesuai dengan asal daerahnya. Adat kebiasaan penduduk
asli yang saat ini masih sering terlihat adalah pada acaraacara pernikahan.

Penduduk Kabupaten Lampung Selatan dalam bentuknya yang


asli memiliki struktur hukum adat tersendiri. Hukum adat tersebut
berbeda antara yang satu dengan lainnya. Secara umum penduduk asli
Lampung yang terdapat di Kabupaten Lampung Selatan dapat dibedakan
dalam dua kelompok besar yaitu masyarakat Lampung Peminggir yang
merupakan mayoritas suku Lampung di Kabupaten Lampung Selatan dan
kelompok kedua yaitu masyarakat Lampung Pepadun. Lampung Selatan
merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Lampung,beribukota di
Kalianda. Lampung Selatan terdiri atas banyak etnis yakni etnis asli
lampung yang terdiri dari suku lampung peminggir dan suku lampung
pepadun,yang digolongkan dalam 7 marga (marga Pesisir/Rajabasa,
Marga Legun, Marga Katibung, Marga Dantaran, Marga Ratu, Marga
Sekampung Ilir, dan Marga Sekampung Udik). Kaum pendatang juga ikut
menyusun kemajemukan masyarakat Lampung Selatan baik itu dari pulau
jawa maupun pulau bali ataupun etnis sumatera lainnya sperti etnis
minangkabau yang datang dari sumatera barat.yang turut menyusun
kemajemukan masyarakat lampung selatan.

3.3 Peraturan Pemerintah Tentang Bangunan

Bagian Kedua
Kebijakan Penataan Ruang
Pasal5

(1) Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang sebagaimana dimaksud


dalam Pasa l4 ditetapkan Kebijakan Penataan Ruang Kabupaten.

(2) Kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten meliputi:

a. pengembangan kawasan budidaya berbasis sumberdaya alam dan


pengembangan agropolitandengan tetap mempertimbangkan dan
mengindahkan kondisi daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup;
b. penciptaan peluang investasi pada kegiatan industri;
c. penguatan fungsi Iindung kawasan lindung secara berkesinambungan
dan terintegrasi;
d. pengembangan kegiatan pariwisata yang berbasis pada potensi wisata
alam;
e. penataan sistem perkotaan dan pusat distribusi yang mampu memacu
pertumbuhan wilayah;
f. penguatan pelayanan prasarana dan sarana wilayah yang rnarnpu
meningkatkan kondisi investasi dan perekonomian wilayah; dan
g. peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan Negara.

3.3.1 Rencana Kepadatan Penduduk

Sumber data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang diolah oleh Talenta
Data Indonesia (TDI). Berdasarkan hasil analisa kami, jumlah populasi
penduduk Kota Bandar Lampung 2023 diproyeksikan sebanyak
1.209.940 jiwa.
(sumber : https://lampungselatankab.bps.go.id/ )

(sumber : https://lampungselatankab.bps.go.id/ )

3.3.2 Garis Sepadan Bangunan

Pasal 26

(I) Garis sempadan bangunan gedung mengacu pada RDTR Kabupaten


dan Zatau RTBL lokasi terkait.

(2) Penetapan garis sempadan bangunan sebagaimana dimaksud pada


ayat

(I) didasarkan pada pertimbangan keamanan, kesehatan, kenyamanan


dan keserasian dengan lingkungan dan ketinggian bangunan.

(3) Penetapan garis sempadan bangunan berlaku untuk bangunan di atas


permukaan tanah maupun di bawah permukaan tanah (basment).

(4) Penetapan garis sempadan bangunan untuk di atas permukaan tanah,


apabila tidak ditentukan lain, adaJah sebagai berikut :

a. garis sernpadan bangunan gedung terhadap as jalan;

b. garis sempadan bangunan gedung terhadap tepi sungai, denau/waduk:


c. garis sempadan bangunan gedung terhadap mata air;

d. garis sempadan bangunan gedung terhadap tepi pantai;


e.garis sempadan bangunan gedung terhadap jalan kereta api; dan Zatau

f. garis sempadan bangunan gedung terhadap jaringan tegangan tinggi.

(5) Penetapan garis sempadan bangunan untuk di atas permukaan tanah


terhadap as jalan, apabila tidak ditentukan lain, adalah sebagai berikut :

a. GSB pada sisi jalan arteri minimal 25 (dua puluh lima) meter dari as
jalan, dan garis sempadan pagar minimal 11 (sebelas) meter dari as
jalan;

b. GSB pada sisi jalan kolektor minimal 15 (lima belas) meter dari as
jalan, dan garis sempadan pagar minimal 8 (delapan) meter dari as
jaJan;

c. GSB pada sisi jalan lingkungan minimal 8 (delapan) meter dari as


jalan, dan garis sempadan pagar minimal 4 (empat) meter dari as jalan;

d. GSB pada sisi jalan gang minimal 6 (enam) meter dari sis; jalan,
dan garis sempadan pagar minimal 2 (dua) meter dari as jalan; dan

e. GSB pada sisi jalan tanpa perkerasan minimal 5 (lima) meter dari as
jalan, dan garis sempadan pagar minimal 2 (dual meter dari as jalan.

(6) Penetapan gans sempadan bangunan untuk di atas permukaan tanah


terhadap sepanjang tepi sungai, apabila tidak ditentukan lain, adalab
sebagai berikut :

a. GSB pada daerab tepi sungai bertanggul di dalam kawasan


perkotaan minimal 3 (tiga) meter dari tepi kaki tanggul terluar dan diluar
kawasan perkotaaan minimal 5 (lima) meter dari kaki tanggul terluar;

b. GSB pada daerab sepanjang tepi sungai yang tidak bertanggul di


dalam kawasan perkotaan adalah :

1. untuk kedalaman eungai sampai dengan 3 (tiga) meter, GSB


minimal 10 (sepuluh) meter dari tepi sungai terluar;

2. untuk kedalaman sungai 3 (tiga) meter sampai 20 (dua puluh] meter,


GSB minimal 30 (tiga puluh) meter dari tepi sungai terluar; dan

3. untuk kedalaman sungai lebih dari 20 (dua puluh) meter, GSB


minimal 30 (tiga puluh) meter dari tepi sungai terluar.

c. GSB pada daerab sepanjang tepi sungai yang tidak bertanggul di luar
kawasan perkotaan adalab :
1. untuk sungai keeil (daerab pengaliran sungai < 500 km2), GSB
minimal 50 (lima puluh) meter dari tepi sungai terluar.

2. untuk sungai besar (daerah pengaliran aungai >500 km2), GSB


minimal 100 (seratus) meter dari tepi sungai terluar.

d. GSB pada daerah sepanjang tepi sungai yang terpengaruh pasang


surut air laut di dalam atau diluar kawasan perkotaan, minimal 100
(seratus) meter dati tepi sungai terluar,

e. GSB pada tepi danaujwaduk di dalam atau di luar kawasan perkotaan


minimal 50 (lima puluh) meter dari titik pasang tertinggi kearab darat.

(7) Penetapan garie sempadan bangunan untuk di atas pennukaan tanah


pada daerah disekitar mata air, apabila tidak ditentukan lain, minimal
200 (dua ratus) meter dari tepi mata air.

(8) Penetapan garis sempadan bangunan untuk di atas permukaan tanab


pada daerab tepi pantai, apabila tidak ditentukan lain, minimal 100
(seratus) meter dari garis paeang tertinggi pada pantai yang
bersangkutan.

(9) Penetapan garis sempadan bangunan untuk di atas permukaan tanab


pada daerab sepanjang jalan rel kereta api, apabila tidak ditentukan lain,
ditetapkan minimal :

a. 6 (enam) meter diukur dari batas ruang manfaat jalan rei terdekat
jika jalan reI kereta api terletak di atas tanah yang rata;

b. 2 (dua) meter diukur dari kaki talut jika jalan rel kereta api terletak
diatas tanab yang ditinggikan;

c. 2(dua) meter ditambah dengan lebar lereng sampai puneak diukur


dari ruang manfaat jalan rel kereta api;

d. 18 (delapan belas) meter diukur dari lengkung dalam sarnpai tepi


ruang manfaat jalan rel kereta api jika berada pada belokan, dan dalam
peralihan jalan lurus ke jalan lengkung; dan

e. diluar ruang manfaat jalan harus ada jalur tanah yang bebas dan
secara berangsur-angsur melebar dati batas terluar ruang milik jalan rel
kereta api sarnpat 18 (delapan belas) meter.

(10) Penetapan garis sempadan bangunan untuk di atas permukaan


tanab pada daerah sepanjang ealuran udara tegangan tinggijextra tinggi
(SUITjSUTETj, apabila tidak ditentukan lain, ditetapkan :

a. 15 meter dari as tiangjjalur kabel SUIT; dan

b. 20 meter dari as tiangjjalur kabel SUTET.

(11) Garis sempadan untuk bangunan yang dibangun di bawab


permukaan tanah (besment), apabila tidak ditentukan lain, ditetapkan:

a. untuk bagian depanjyang ditetapkan garis sempadan


bangunannya, maksimum sejajar dengan garis sempadan bangunan;

b. untuk bagian sampingj yang tidak ditetapkan garis sempadan


bangunannya, maksimum dapat berimpit dengan garis pagar dan tidak
diizinkan melewati batas pekaranganjpersil dengan tetap memperbatikan
kebutuhan laban untuk jaringan pipajutilitas bangunan serta hams
dikoordinasikan dengan Dinas Pekerjaan Umum.

(12) Bupati dapat menetapkan lain untuk kawasan-kawasan


tertentu dan spesifik, dengan berpedoman pada peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi dan mendengar pertimbangan Tim Ahli
Bangunan Gedung.

(13) Ketentuan lebih lanjut mengenai garis sempadan bangunan


sebagaimana dimaksud pada ayat (4) , ayat (11) dan ayat (12) ditetapkan
dengan Peraturan Bupati.

3.4 Pendekatan Pemilihan Lokasi dan Tapak

3.4.1 Data Tapak yang di pilih

Lokasi site berada di Jl. Way Urang Kec. Kalianda, Kabupaten Lampung
Selatan, Lampung 35551
- Luas : 14.770 m2

- Topografi : Datar

- KDB : 40%

- GSB : 8 meter

- Lebar jalan : 7 meter

3.4.2 Potensi Tapak


 Sangat strategis, berada di kawasan administrasi Lampung Selatan.
 Mudah diakses karena dekat dengan jalan lintas Sumatera
Banyaknya sekolah-sekolah yang menjadi sasaran Padepokan site
yang berada dekat dengan pantai.
 Banyaknya pepohonan di pinggir jalan yang mengurangi adanya
polusi.
 Tempat yang masih luas lahan kosong. Memiliki kontur tanah yang
cukup datar

DAFTAR PUSTAKA

- Musman, A. 2017. Filosofi Rumah Jawa. Yogyakarta: Pustaka Jawi.


- Pratama, R. Y. dan A. Trilaksana. 2018. Perkembangan Ikatan Pencak Silat
Indonesia (IPSI) Tahun 1948-1973. J. Pendidikan Sejarah, 6 (3) : 108 – 117.
- Irena Fitri Andriani, Fungsi Padepokan Pencak Silat Pagar Nusa Dalam
Pembinaan Akhlaqul Karimah Kaum Remaja, Universitas Islam Negeri
Raden Intan Lampung, Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi,2018
- https://lampungprov.go.id
- https://lampungselatankab.bps.go.id/
- https://digilib.unila.ac.id/3587/15/BAB%20IV.pdf

Anda mungkin juga menyukai