Anda di halaman 1dari 6

RUANG KOLABORASI

Kasus 1
1. Masalah yang sedang dihadapai Butet adalah ia mendapat tugas menjadi perwalian
dikelas yang terkenal sangat sulit untuk dikelola. Dimana sebagian besar peserta didik
dikelas tersebut merupakan anak-anak yang sangat aktif dan seringkali tidak mau
mengikuti aturan. Selain itu, Butet juga mendapat masalah terkait rasa khawatir yang
disertai rasa percaya diri yang ia miliki. Tak cukup sampai disitu, Butet juga
diperhadapkan dengan keadaan saat ia hendak memasuki uang kelas, ia diguyur air
seember yang jatuh keatasnya sehingga membuat nya terbelalak dan wajahnya memerah.
Siswa didalam kelas malah tertawa terbahak-bahak dan ini membuatnya ingin berteriak
tapi tidak mampu, sehingga ia harus kembali ke mejanya dan mengeringkan dirinya.
2. Penerapan kompetensi sosial-emosial (KSE) pada masalah yang dihadapi butet adalah :
Kesadaran diri (Self-awareness): Butet perlu mengembangkan kesadaran akan
perasaan dan reaksi emosinya terhadap situasi yang dialaminya. Dengan memahami
perasaan dan emosinya, Butet dapat mengelola stres dan kekhawatiran yang
dirasakannya.
Pengelolaan emosi (Emotional management): Butet perlu belajar bagaimana mengelola
emosinya, termasuk rasa khawatir dan perasaan tidak percaya diri yang mungkin
muncul dalam situasi-situasi tertentu. Hal ini dapat dilakukan melalui teknik relaksasi,
meditasi, atau olahraga yang dapat membantu Butet mengatasi stres dan meningkatkan
kesejahteraan emosionalnya.
Kesadaran sosial (Social awareness): Butet perlu memahami dinamika sosial dalam
kelasnya, termasuk karakteristik dan kebutuhan individu peserta didik. Dengan
memiliki kesadaran sosial yang baik, Butet dapat lebih efektif dalam berinteraksi dan
berkomunikasi dengan peserta didiknya.
Keterampilan sosial (Social skills): Butet perlu mengembangkan keterampilan-
keterampilan sosial untuk mengelola kelasnya yang sulit, termasuk kemampuan dalam
berkomunikasi, bernegosiasi, dan menyelesaikan konflik. Butet juga perlu belajar
bagaimana membangun hubungan yang baik dengan peserta didiknya agar dapat
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.

Dengan mengembangkan kompetensi sosial-emosional ini, Butet diharapkan


dapat mengatasi masalah yang dihadapinya dan menciptakan lingkungan belajar yang
positif dan inklusif bagi peserta didiknya.

Kasus 2
Permasalahan yang dihadapi oleh Butet adalah
1) Penurunan semangat dan kelelahan: Setelah tiga bulan mengajar dan menjadi
perwalian di kelas, Butet mengalami penurunan semangat dan merasa lelah dalam
menjalankan tugasnya. Hal ini bisa disebabkan oleh beban kerja yang tinggi, tekanan
dalam mencapai target pembelajaran, atau tantangan lain dalam lingkungan kerja.
2) Kesulitan dalam pendekatan dengan siswa: Butet mengalami kesulitan dalam
membangun hubungan dan pendekatan yang efektif dengan siswa- siswanya di kelas.
Ini bisa menghambat proses pembelajaran dan mempengaruhi hubungan antara guru
dan siswa.
3) Khawatir terhadap jadwal penilaian dan evaluasi: Butet merasa khawatir terhadap
jadwal penilaian dan hasil evaluasi masa percobaannya sebagai guru baru. Beban
tambahan ini dapat menambah stres Butet, terutama jika ada peserta didik yang tidak
mengumpulkan tugas mandiri.
4) Masalah dengan peserta didik yang tidak patuh: Ada lima peserta didik dalam
perwalian Butet yang tidak mengumpulkan tugas mandiri dan sering mengabaikan
peringatan yang diberikan oleh Butet. Hal ini menciptakan tantangan tambahan bagi
Butet dalam menjaga disiplin kelas dan menjamin partisipasi aktif dari semua siswa.
5) Usaha yang tidak diindahkan oleh peserta didik: Meskipun Butet telah berusaha mendekatkan
diri dengan peserta didik yang tidak patuh dengan memanggil mereka, namun upayanya tidak
diindahkan sama sekali. Hal ini membuat Butet merasa tidak berdaya dan mungkin merasa
frustasi dalam menjalankan tugasnya sebagai guru.

Penerapan Kompetensi sosial-emosional (KSE) pada masalah yang dihadapi Butet pada kasus
ini adalah :

Kesadaran Diri: Butet perlu memahami perasaan dan emosi yang dialaminya, serta
mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan semangat dan
kelelahan dalam pekerjaannya. Dengan memiliki kesadaran diri yang baik, Butet
dapat lebih efektif mengelola emosi dan mengatasi tantangan yang dihadapinya.
Pengelolaan Emosi: Butet perlu belajar untuk mengelola emosi negatif seperti
kekhawatiran dan frustrasi yang muncul dalam menghadapi situasi sulit di kelas. Hal
ini dapat dilakukan dengan cara mengembangkan strategi coping yang sehat, seperti
meditasi, olahraga, atau mengungkapkan perasaan kepada orang terdekat.
Keterampilan Sosial: Butet perlu meningkatkan keterampilan sosialnya dalam
berinteraksi dengan siswa-siswa di kelas. Hal ini mencakup kemampuan untuk
mendengarkan dengan empati, berkomunikasi dengan jelas dan efektif, serta
membangun hubungan yang baik dengan siswa-siswa. Butet dapat mencoba
pendekatan yang lebih personal dengan siswa-siswa yang sulit, seperti mengadakan
sesi bimbingan dan konseling secara individual.
Empati: Butet perlu memahami perspektif dan perasaan siswa-siswa yang sulit
tersebut. Dengan memperlihatkan empati dan memahami kebutuhan serta tantangan
yang dihadapi oleh siswa-siswa tersebut, Butet dapat membangun hubungan yang
lebih baik dengan mereka dan membantu mereka mengatasi hambatan yang mereka
hadapi dalam pembelajaran.
Kerjasama: Butet perlu mengajak siswa-siswa untuk bekerja sama dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapi, termasuk dalam hal tugas mandiri yang tidak
dikumpulkan. Dengan melibatkan siswa-siswa secara aktif dalam proses pembelajaran
dan memberikan dukungan yang diperlukan, Butet dapat menciptakan lingkungan
belajar yang inklusif dan mendukung bagi semua siswa.
Kasus 3
Masalah yang dihadapi Butet adalah ia masih sering merasa khawatir kalau dirinya masih
belum mampu menjadi contoh yang baik untuk peserta didiknya, meskipun sudah satu
semester berhasil dilalui. Butet juga sering merasa bersalah karna telah berteriak-teriak
dikelas hanya untuk diberi perhatian oleh peserta didik dikelas. Hal tersebut Butet
lakukan karna ia bingung harus bagaimana mencari perhatian mereka, sehingga pada
akhirnya Butet memutuskan untuk memberikan tugas dibeberapa mata pelajaran dan
berharap siswa yang bingung akan bertanya kepada Butet terkait tugas tersebut. Namun
disela penantiannya, Butet tidak mendapati ada siswanya yang bertanya sehingga Butet
merasa diabaikan dan semakin tidak berdaya.

Penerapan Kompetensi sosial-emosional (KSE) pada masalah yang dihadapi Butet pada
kasus ini adalah :
Kesadaran Diri (Self-awareness): Butet perlu mengembangkan kesadaran diri terhadap
perasaan dan responsnya terhadap situasi kelas yang sulit. Dengan lebih memahami emosi dan
reaksi dirinya, Butet dapat mengelola stres dan kekhawatiran yang mungkin muncul.
Pengelolaan Emosi (Emotional Regulation): Butet perlu belajar untuk mengelola emosinya
dengan lebih baik, terutama saat merasa frustrasi atau khawatir. Hal ini dapat dilakukan dengan
teknik-teknik relaksasi seperti pernapasan dalam, meditasi, atau mengalihkan perhatian ke hal-
hal positif.
Kesadaran Sosial (Social Awareness): Butet perlu memperhatikan dan memahami perasaan
serta kebutuhan peserta didiknya. Dengan memiliki kesadaran sosial yang baik, Butet dapat
lebih sensitif terhadap perasaan siswa dan mengambil langkah-langkah yang sesuai untuk
membantu mereka.
Keterampilan Hubungan (Relationship Skills): Butet perlu mengembangkan keterampilan
hubungan yang memungkinkannya untuk membangun hubungan yang lebih positif dan efektif
dengan peserta didiknya. Hal ini mencakup kemampuan untuk mendengarkan dengan empati,
memberikan dukungan, dan membangun kepercayaan.
Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab (Responsible Decision Making):
Butet perlu mampu membuat keputusan yang bertanggung jawab dalam menangani
situasi di kelas. Ini termasuk memilih strategi pengajaran dan manajemen kelas
yang sesuai dengan kebutuhan siswa serta mempertimbangkan dampaknya terhadap
pembelajaran dan perkembangan sosial-emosional mereka.

Anda mungkin juga menyukai