Anda di halaman 1dari 4

Nama : Fathir Ramdan Maulani

Kelas : XI Rekayasa Perangkat Lunak I

Absen : 13

Khutbah I :

‫ُهلل َو ْح َد ُه اَل‬ ‫َه اَّل‬ ‫َو َأ ْش َه ُد َأ ْن اَّل‬ ‫َم ْي َئ َو َع ْد‬ ‫َو َخَذ َل َم ْن َش َء ْن َخ ْل‬ ‫َو َك َر‬ ‫َف ْض‬ ‫َّل ْي َو َّف َق َم ْن َش َء ْن َخ ْل‬ ‫َاْل َحْم ُد‬
‫ا‬ ‫ِإ ٰل ِإ‬ . ‫ِل ِه‬ ‫ِق ِه ِب ِش ِت ِه‬ ‫ا ِم‬ ، ‫ِم ِه‬ ‫ِل ِه‬ ‫ِق ِه ِب‬ ‫ا ِم‬ ‫ِل ّٰلِه ا ِذ‬
‫َو َع َل‬ ‫َس ِّي َن ُم َحَّم‬ ‫َل‬ ‫ِّل‬ ‫ِّل‬ ‫َا‬ ‫ُل‬ ‫َأ‬
‫َش ْي َك ُه َو َه ُد َّن َس ِّي َد َن ُم َحَّم ًد َع ْب ُد ُه َو َرُس ْو ُه َو َص ُّي ُه َو َح ْي ُب ُه‬
‫ْش‬ ‫َأ‬ ‫َل‬
‫ْب َع ْب‬ ‫ُه َّم َص َو َس َم َو َب ْك َع‬
‫ى ٰاِل ِه‬ ، ‫ِد اِهلل‬ ‫ِد ࣙ ِن‬ ‫ى ِد ا‬ ‫اِر‬ ‫ ل ّٰل‬. ‫ِب‬ ‫ِف‬ ، ‫ا‬ ‫ا‬ ، ‫ِر‬
‫َأ َّم َبْع ُد َف ِّن ُأ ْو ْي ُك ْم َو َنْف ْي َتْق َو‬ ‫ْل َي َم َو اَل َحْو َل َو اَل ُق َّو َة اَّل‬ ‫َل َيْو‬ ‫َس‬ ‫َو َم ْن َو اَل ُه َو َم ْن َت َع ُه ْم ْح‬ ‫َو َص ْح‬
‫ى اِهلل‬ ‫ِب‬ ‫ِس‬ ‫ ِإ ي ِص‬، ‫ا‬ ‫ِإ ِب اِهلل‬ ، ‫اٍن ِإ ى ِم ا ِق ا ِة‬ ‫ِب ِإ‬ ‫ِب‬ ، ‫ا‬ ‫ِب ِه‬
‫َق َر‬ ‫ُذ ْو ُق ْو َم‬ ‫ُو ُج ْو‬ ‫َّن َع‬ ‫َيْو َم ُي ْس َح ُب ْو َن‬ ‫َّو ُس ُع‬ ‫َّن ْل ُم ْج ْي َن ْي َض‬ ‫َت‬ ‫ْي ُم ْح َك‬ ‫ْل َق‬ ‫ْل َع ْي‬ ‫ْل َع‬
. ‫ا َّس َس‬ ‫ِه ِه ْۗم‬ ‫ِف ى ال اِر ٰلى‬ .‫ٍۘر‬ ‫ٰلٍل‬ ‫ِف‬ ‫ِر ِم‬ ‫ ِا ا‬: ‫ِم ِك اِب ِه‬ ‫ا ِل ِّي ا ِظ ِم ا اِئ ِل ِف‬
‫َّن ُك َّل َش ْي َخ َلْق ُه َق َد‬
)٤٩-٤٧ :‫ٍر (القمر‬ ‫ٰن ِب‬ ‫ٍء‬ ‫ِا ا‬

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Mengawali khutbah pada siang hari yang penuh keberkahan ini, khatib berwasiat kepada kita semua terutama kepada diri khatib
pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wata’ala
dengan melakukan semua kewajiban dan meninggalkan seluruh yang diharamkan.

Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah,

Khutbah pada siang hari ini mengambil tema “Beriman kepada Takdir Allah Ta’ala”.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Al Hafizh Abu Nu’aim dalam Tarikh Ashbahan meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Orang-orang
Musyrikin Quraisy mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk menentang Rasulullah dalam masalah qadar (takdir).
Kemudian turunlah ayat-ayat yang kami baca di atas yang maknanya: “Sesungguhnya orang-orang kafir berada dalam
kesesatan (di dunia) dan dalam neraka. (Ingatlah) pada hari mereka diseret ke neraka atas muka mereka. (Dikatakan kepada
mereka): “Rasakanlah sentuhan api neraka!” Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu dengan qadar (yang telah
ditetapkan)” (QS al-Qamar: 47-49) Salah satu prinsip keyakinan kaum Muslimin adalah beriman kepada qadar (takdir) Allah
subhanahu wata’ala. Ketika ditanya tentang iman, jawaban Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di antaranya adalah: َ

‫َو َش ِّر‬ ‫ْل َق َد َخ ْي‬


)‫ِه (رواه مسلم‬ ‫ِر ِه‬ ‫ِر‬ ‫ِب ا‬

Makna hadits ini, engkau beriman bahwa segala sesuatu yang masuk ke dalam keberadaan (seluruh makhluk yang diciptakan
Allah), yang baik dan yang buruk, semuanya terjadi dengan takdir Allah yang azali (tidak bermula). Jadi, ketaatan dan
kemaksiatan yang muncul dari makhluk dan dilakukannya, masing-masing terjadi karena diciptakan, diwujudkan, diketahui dan
dikehendaki oleh Allah. Ini tidak berarti bahwa Allah meridhai keburukan. Juga tidak berarti bahwa Allah memerintahkan
perbuatan maksiat. Melainkan perbuatan hamba yang baik itu terjadi dengan takdir, cinta, dan ridha Allah. Sedangkan
perbuatan hamba yang buruk terjadi dengan takdir Allah, tapi tidak Ia cintai dan tidak Ia ridhai. Imam Abu Hanifah radliyallahu
‘anhu yang merupakan salah seorang ulama salaf menegaskan dalam al-Fiqh al-Akbar:

‫َو َق َض‬ ‫ْل‬ ‫ُك ُّل َه‬ ‫َو َتْق ْي َو ْل َم َع‬ ‫َو َم ْي َئ َو َق َض‬ ‫َو ْل‬ ‫َتَع َل َو َم َح َّب َو َض‬ ‫َو َّط َع ُة ُك ُّل َه َم َك َنْت َو َب ًة َأ ْم‬
‫اِئ ِه‬ ‫ا ِب ِع ِم ِه‬ ‫اِص ي‬ ‫ِد ِر ِه ا‬ ‫اِئ ِه‬ ‫ِش ِت ِه‬ ‫ِت ِه ِب ِر اِئ ِه ِع ِم ِه‬ ‫اى‬ ‫ِب ِر اِهلل‬ ‫اِج‬ ‫ا ا ا‬ ‫ال ا‬
‫َو اَل َأ ْم‬ ‫َو َتْق ْي َو َم ْي َئ اَل َم َح َّب َو اَل َض‬
‫ِب ِر ِه‬ ‫ِب ِر اِئ ِه‬ ‫ِت ِه‬ ‫ِش ِت ِه ِب‬ ‫ِد ِر ِه‬
“Kewajiban-kewajiban seluruhnya terjadi dengan perintah Allah, cinta, ridha, ilmu, kehendak, qadla’ dan takdir-Nya, sedangkan
maksiat-maksiat seluruhnya terjadi dengan ilmu, qadla’, takdir dan kehendak Allah, bukan dengan kecintaan Allah, bukan
dengan ridha Allah dan bukan dengan perintah-Nya.” Jadi ada perbedaan antara kehendak dan perintah Allah. Allah tidak
pernah memerintahkan kekufuran dan perbuatan-perbuatan maksiat, akan tetapi kekufuran orang-orang kafir dan kemaksiatan
para pelaku maksiat tidak mungkin satu pun terjadi seandainya Allah tidak menghendaki terjadinya. Seandainya terjadi sesuatu
yang tidak Allah kehendaki, hal itu menunjukkan bahwa Allah lemah dan kalah. Padahal sifat lemah bagi Allah adalah mustahil.
Karena Allah ta’ala Mahakuasa dan Maha Berkehendak, maka kehendak-Nya pasti terjadi. Oleh karena itu, keimanan, ketaatan,
kekufuran dan perbuatan-perbuatan maksiat, semua itu terjadi dengan kehendak Allah dan takdir-Nya. Seandainya Allah tidak
menghendaki terjadinya kemaksiatan para pelaku maksiat, kekufuran orang-orang yang kafir, keimanan orang-orang yang
beriman dan ketaatan orang-orang yang taat, niscaya Allah tidak akan menciptakan surga dan neraka. Seseorang tidak boleh
mengatakan, jika perbuatan maksiat terjadi dengan kehendak Allah lalu kenapa Allah menyiksa hamba yang melakukan maksiat.
Karena Allah ta’ala tidak dipertanyakan kepada-Nya tentang apa yang diperbuat-Nya (QS al-Anbiya’: 23). Jika Allah ta’ala menyiksa
pelaku maksiat, maka itu terjadi dengan keadilan-Nya tanpa kezaliman. Dan jika Allah memberi pahala kepada orang yang taat,
maka hal itu dengan kemurahan-Nya, bukan kewajiban bagi-Nya. Yang demikian itu dikarenakan kezaliman hanya mungkin
terjadi dari seseorang yang memiliki “atasan” yang berhak memerintah dan melarangnya. Padahal tidak ada sesuatu apapun
yang menjadi atasan yang memerintah dan melarang Allah. Maka Allah berhak berbuat terhadap apa yang dikuasai-Nya sesuai
dengan kehendak-Nya karena Allah-lah pencipta dan pemilik segala sesuatu. Baginda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda:

‫ْث َل ُأ ُح‬
‫ْم َو َلْو َأ ْن َف ْق َت‬ ‫َل ُه ْم َو َلْو َر َم ُه ْم َك َنْت َرْح َم ُت ُه َخ ْي ًر َل ُه ْم ْن َأ ْع َم‬ ‫َلَع َّذ َبُه ْم َو ُه َو َغ ْي ُر َظ‬ ‫َس َو‬ ‫َأ‬
‫َّن َهلل َلْو َع َّذ َب ْه َل ْر‬
‫ٍد‬ ‫ِم‬ ، ‫اِل ِه‬ ‫ِم‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ِح‬ ‫اِل ٍم‬ ‫أ ِض ِه و م اِت ِه‬ ‫إ ا‬
‫َّت‬ ‫َتْع َل َم َّن َم َأ َص َبَك َل ْم َي ُك ْن ُي ْخ َئ َك َو َم َأ ْخ َط َأ َك َل ْم َي ُك ْن ُي ْي َب َك َو َلْو‬ ‫َم َق َل ُه ُهلل ْن َك َح َّت ُت ْؤ َن ْل َق َد‬ ‫َس ْي‬ ‫َذَه ًب‬
‫ِم‬ ‫ِل ِص‬ ‫ا‬ ‫ِل ِط‬ ‫ا ا‬ ‫أ‬ ‫ و‬، ‫ِر‬ ‫ى ِم ِب ا‬ ‫ِم‬ ‫ا ِف ي ِب ِل اِهلل ا ِب ا‬
‫َع َل َغ ْي َه َذ َد َخ ْل َت َّن َر‬
)‫ال ا (رواه أبو دود وابن حبانغ يرهما‬ ‫ا‬ ‫ى ِر‬

Maknanya: “Sungguh, seandainya Allah menyiksa penduduk langit dan penduduk bumi, niscaya Allah akan menyiksa mereka
tanpa Ia berlaku zalim kepada mereka (dengan penyiksaan tersebut), dan seandainya Allah merahmati mereka (tidak menyiksa
mereka), maka sungguh rahmat Allah itu lebih baik bagi mereka dari amal perbuatan mereka. Dan seandainya engkau berinfak
emas seberat gunung Uhud di jalan Allah, maka Allah tidak menerimanya darimu sampai engkau beriman kepada takdir dan
engkau mengetahui bahwa apa yang (ditakdirkan) menimpamu tidak akan pernah meleset darimu, dan apa yang (ditakdirkan)
tidak menimpamu maka ia tidak akan pernah menimpamu, dan jika engkau mati tidak dalam keyakinan ini, maka engkau akan
masuk neraka.” (HR Abu Dawud, Ibnu Hibban dan lain-lain)

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Para ulama Ahlussunnah wal Jama'ah menyatakan bahwa tidak ada satu pun yang terjadi di alam ini kecuali dengan kehendak
Allah. Seorang hamba tidak akan mengalami atau ditimpa kebaikan, keburukan, kesehatan, sakit, kefakiran, kekayaan dan
lainnya kecuali dengan kehendak Allah ta’ala. Demikian pula apapun yang Allah takdirkan dan Allah kehendaki pada diri hamba,
maka hal itu tidak akan pernah meleset darinya. Abu Dawud dalam Sunannya meriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam mengajarkan kepada salah seorang putrinya:

‫َم َش َء ُهلل َك َن َو َم َل ْم َي َش ْأ َل ْم َي ُك ْن‬


)‫(رواه أبو دود‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ا ا ا‬

Maknanya: “Apapun yang Allah kehendaki ada atau terjadi, pasti akan ada dan terjadi, dan apapun yang tidak Allah kehendaki
ada atau terjadi, pasti tidak akan ada dan tidak akan terjadi” (HR Abu Dawud)

Jamaah shalat Jumat yang berbahagia,


Apa yang dipaparkan di atas tidak berarti bahwa para hamba tidak memiliki kehendak sama sekali sebagaimana dikatakan
golongan Jabriyyah. Jabriyyah mengatakan bahwa hamba itu seperti bulu di udara yang tidak memiliki ikhtiar sama sekali.
Keyakinan seperti ini adalah pendustaan terhadap agama. Allah ta’ala berfirman:

‫ُه َرُّب ْل َل ْي َن‬ ‫ُء ْو َن ٓاَّل َا ْن َّي َش‬ ‫َو َم َتَش‬


)٢٩ :‫(التكوير‬ ‫ا ٰع ِم‬ ‫ۤاَء ال ّٰل‬ ‫ِا‬ ‫ۤا‬ ‫ا‬

Maknanya: “Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam.”
(QS at-Takwir: 29) Artinya, Allah menetapkan adanya kehendak pada diri hamba akan tetapi kehendak hamba itu di bawah
kehendak Allah ta’ala. Bukan kehendak hamba mengalahkan kehendak Allah seperti yang dikatakan oleh golongan Qadariyyah.
Mereka mengatakan bahwa Allah menghendaki kebaikan untuk semua hamba, akan tetapi sebagian hamba berbuat maksiat
dan mengalahkan kehendak Allah secara paksa. Dengan keyakinan ini, mereka telah menjadikan Allah kalah dan lemah.
Keyakinan yang benar tiada lain adalah bahwa para hamba memiliki kehendak dan ikhtiar, akan tetapi kehendak mereka di
bawah kehendak Allah. Jadi tidak ada satu pun yang mampu melakukan apa yang tidak Allah kehendaki terjadi sebagaimana hal
ini ditunjukkan oleh firman Allah dalam surat at-Takwir ayat 29 di atas. Ayat tersebut membantah golongan Jabriyyah yang
menafikan kehendak dan ikhtiar dari para hamba sama sekali. Ayat tersebut juga membantah golongan Qadariyyah yang
mengatakan bahwa Allah menghendaki seluruh hamba untuk menjadi Mukmin yang bertakwa, termasuk Iblis dan Fir’aun. Akan
tetapi Iblis, Fir’aun dan orang-orang kafir itu membatalkan kehendak Allah dan mengalahkannya. Dengan keyakinan ini, mereka
telah menjadikan Allah kalah. Padahal Allah ta’ala adalah Dzat yang selalu mengalahkan tanpa terkalahkan sebagaimana firman-
Nya:

‫َا ْم‬ ‫ُه َغ ٌب َع‬ ‫َو‬


)21 :‫ِر ٖه (يوسف‬ ‫ٰٓلى‬ ‫اِل‬ ‫ال ّٰل‬

Maknanya: “ .... dan Allah berkuasa mewujudkan kehendak-Nya.... ” (QS Yusuf: 21) , Juga sebagaimana firman Allah yang lain:

‫ْي َن‬ ‫َا ْج َم‬ ‫ِّن ْي َاَل ْم َل َّن َج َه َّن َم َن ْل َّن َو َّن‬ ‫ْن َح َّق ْل َق ْو ُل‬ ‫َه َو‬ ‫ُه‬ ‫َتْي َن ُك َّل َنْف‬ ‫َو َلْو ْئ َن‬
)13 :‫(السجدة‬ ‫ِع‬ ‫ِم ا ِج ِة ال اِس‬ ‫َٔـ‬ ‫ِم‬ ‫ا‬ ‫ٰدى ا ٰلِك‬ ‫ٍس‬ ‫ِش ا َلٰا ا‬

Maknanya: “Dan kalau Kami menghendaki niscaya Kami akan berikan kepada tiap-tiap jiwa petunjuk, akan tetapi telah menjadi
ketetapan-Ku: Sesungguhnya akan aku penuhi neraka Jahannam itu dengan jin dan manusia bersama-sama” (QS as Sajdah: 13)

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahkan telah memberitakan tentang golongan Qadariyyah ini sebelum kemunculan
mereka dan memperingatkan kaum Muslimin agar tidak mengikuti keyakinan mereka serta menjelaskan bahwa mereka
bukanlah bagian dari umat Islam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

‫ْل َق َد‬ ‫ْل َق َد َّي ُة َو ْل ُم ْر َئُة‬ ‫ْا‬ ‫ُأ‬


‫َت‬ ‫َبْي َه‬ ‫اَل‬ ‫ْن َّم ْي َل ْي َس َل ُه َم َن ْي‬ ‫ْن َف‬
) ‫ِر‬ ‫(رواه ال ِق ُّي في ِك اِب ا‬ ‫ا ـ ِج‬ ‫ِر‬ ‫ا ِص ٌب ِف ي ِإل ْس ِم ا‬ ‫ِت‬ ‫اِن ِم‬ ‫ِص‬

Maknanya: “Ada dua golongan di antara umatku yang tidak mempunyai bagian dari Islam sama sekali, yaitu golongan
Qadariyyah dan Murji’ah” (HR al-Baihaqi dalam kitab al-Qadar)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda:

‫ُك ِّل ُأ‬


‫َن‬ ‫َد‬ ‫َّل ْي َن َي ُق ْو ُل ْو َن اَل َق َد َر‬ ‫ْا ُأل َّم‬ ‫َه‬ ‫َو َم ُج ْو ُس‬ ‫َم ُج ْو ٌس‬ ‫َّم‬
) ‫(رواه أبو داو في ُس ِن ِه‬ ‫ِة ا ِذ‬ ‫ِذ ِه‬ ‫ٍة‬ ‫ِل‬

Maknanya: “Bagi setiap ummat ada majusinya dan majusi ummat ini adalah orang-orang yang mengatakan tidak ada takdir” (HR
Abu Dawud).

Imam an-Nawawi dalam karyanya Raudhah ath-Thalibin, bab ar-Riddah, menegaskan bahwa orang yang mengatakan dirinya
berbuat sesuatu tanpa takdir Allah maka ia telah kafir kepada Allah. Terakhir, kami sampaikan apa yang ditegaskan oleh
Sayyidina ‘Ali radhiyallahu ‘anhu wakarrama wajhahu sebagaimana diriwayatkan Imam al-Baihaqi:
‫َأ‬ ‫َأ‬
‫ْل َق َد‬ ‫َئ ُه َو َم ْخ َط َأ ُه َل ْم َي ُك ْن ُي ْي َبُه ُي َّر‬ ‫ْا ْي َم ُن َل َق ْل َح َّت َي ْس َت ْي َن َي ًن َغ ْي َر َش ٍّك َّن َم َص َبُه َل ْم َي ُك ْن ُي‬ ‫َح َد ُك ْم َل ْن َي ْخ ُل َص‬ ‫َّن‬
‫ِر‬ ‫‪ ،‬و ِق ِب ا‬ ‫ِل ِص‬ ‫ا‬ ‫ِل خِط‬ ‫ا ا‬ ‫أ‬ ‫ِق ي ا‬ ‫ِق‬ ‫ى‬ ‫ِإل ا ِإ ى ِب ِه‬ ‫أ‬ ‫إ‬
‫ْل َق َد‬ ‫َت‬ ‫ُّي‬ ‫َبْي َه‬ ‫ُك ِّل‬
‫ِر )‬ ‫في ِك اِب ا‬ ‫ِه (رواه ال ِق‬

‫‪“Sesungguhnya salah seorang di antara kalian, iman tidak akan masuk ke hatinya (dan bersih dari syirik), hingga ia meyakini‬‬
‫‪dengan keyakinan tanpa keraguan sedikit pun bahwa apa yang (ditakdirkan) menimpanya tidak akan meleset darinya dan apa‬‬
‫”‪yang tidak (ditakdirkan) menimpanya tidak akan pernah bisa menimpanya, dan menetapkan takdir keseluruhannya.‬‬
‫‪(Diriwayatkan al-Baihaqi dalam kitab al-Qadar) Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Demikian khutbah singkat pada siang hari‬‬
‫‪yang penuh keberkahan ini. Semoga bermanfaat dan membawa barakah bagi kita semua. Amin.‬‬

‫َأ‬ ‫َأ‬
‫ُق ْو ُل َق ْو ْي َذ َو ْس َتْغ ُر َهلل ْي َو َل ُك ْم َف ْس َتْغ ُر ْو ُه َّن ُه ُه َو ْل َغ ُف ْو ُر َّر ْي ُم‬
‫ال ِح‬ ‫ا‬ ‫‪ِ ،‬إ‬ ‫ِف‬ ‫‪ ،‬ا‬ ‫ِل‬ ‫ِف ا‬ ‫ِل ٰه ا‬

‫‪Khutbah II :‬‬

‫ْل َو َف َأ ْش َه ُد َأ ْن اَّل َه اَّل ُهلل َو ْح َد ُه اَل َش ْي َك‬ ‫َأ ْه‬ ‫َو َأ ْص َح‬ ‫َو َع َل‬ ‫ْل ُم ْص َط َف‬ ‫َو ُأ َص ِّل ْي َو ُأ َس ِّل ُم َع َل َس ِّي َن ُم َحَّم‬ ‫َو َك َف‬ ‫َاْل َحْم ُد‬
‫َأ ِر‬ ‫إل ِإ ا‬ ‫ا‪.‬‬ ‫ِل ا‬ ‫اِب ِه‬ ‫ى آِل ِه‬ ‫ى‪،‬‬ ‫ٍد ا‬ ‫ى ِد ا‬ ‫ى‪،‬‬ ‫ِهلل‬
‫ْل َع ِّي ْل َع ْي َو ْع َل ُم ْو َّن َهلل‬ ‫َل ُه َو َأ ْش َه ُد َّن َس ِّي َد َن ُم َحَّم ًد َع ْب ُد ُه َو َرُس ْو ُل ُه َّم َبْع ُد َف َي ُّي َه ْل ُم ْس ُم ْو َن ْو ْي ُك ْم َو َنْف ْي َتْق َو‬
‫ُأ‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬
‫ا‬ ‫ا‬ ‫ى اِهلل ا ِل ا ِظ ِم ا‬ ‫ِب‬ ‫ِس‬ ‫‪ِ ،‬ص‬ ‫ِل‬ ‫اا‬ ‫‪ ،‬ا‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫‪،‬‬
‫َأ‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬
‫َّن ِّي َي ُّي َه َّل َن َم ُن َص ُّل َع َل ْي‬ ‫َّص اَل َو َّس اَل َع َل َن ِّي ْل َك ْي َف َق َل َّن َهلل َو َم اَل َك َت ُه ُي َص ُّل َن َع َل‬ ‫َم َرُك ْم‬ ‫َم َرُك ْم َأ ْم َع ْي‬
‫ِه‬ ‫ا ا ِذ ي آ وا وا‬ ‫ى ال ِب ‪ ،‬ا‬ ‫و‬ ‫ِئ‬ ‫ا ‪ِ :‬إ ا‬ ‫ى ِب ِه ا ِر ِم‬ ‫ِم‬ ‫ِة ال‬ ‫ِب ال‬ ‫ِب ٍر ِظ ٍم ‪،‬‬
‫َس ِّي َن ْب َر ْي َم َو َب ْك‬ ‫َس ِّي َن ُم َحَّم َك َم َص َّل ْي َت َع َل َس ِّي َن ْب َر ْي َم َو َع َل‬ ‫َتْس ًم َا ُه َّم َص ِّل َع َل َس ِّي َن ُم َحَّم َو َع َل‬ ‫َو ِّل ُم‬
‫اِر‬ ‫ِد ا ِإ اِه‬ ‫ى آِل‬ ‫ى ِد ا ِإ اِه‬ ‫ا‬ ‫ٍد‬ ‫ِد ا‬ ‫ى آِل‬ ‫ٍد‬ ‫ى ِد ا‬ ‫ِل ي ا‪ ،‬ل ّٰل‬ ‫َس وا‬
‫ْي ْل َع َل ْي َن َّن َك َح ْي ٌد َم ْي ٌد َا ُه َّم‬ ‫َس ِّي َن ْب َر ْي َم‬ ‫َس ِّي َن ُم َحَّم َك َم َب َرْك َت َع َل َس ِّي َن ْب َر ْي َم َو َع َل‬ ‫َع َل َس ِّي َن ُم َحَّم َو َع َل‬
‫ِج ‪ .‬ل ّٰل‬ ‫ِم‬ ‫ِإ‬ ‫ا ا ِم‬ ‫‪ِ ،‬ف‬ ‫ِد ا ِإ اِه‬ ‫ى آِل‬ ‫ى ِد ا ِإ اِه‬ ‫ا ا‬ ‫ٍد‬ ‫ِد ا‬ ‫ى آِل‬ ‫ٍد‬ ‫ى ِد ا‬
‫ْد َف ْع َع َّن ْل َب اَل َء َو ْل َغ اَل َء َو ْل َو َب َء َو ْل َف ْح َش َء َو ْل ُم ْن َك َر‬ ‫ْن ُه ْم َو َأْل ْم َو‬ ‫َأْل ْح َي‬ ‫ْل ُم ْؤ ْي َن َو ْل ُم ْؤ َن‬ ‫ْي َن َو ْل ُم ْس َم‬ ‫اْغ ْر ْل ُم ْس‬
‫ا ا‬ ‫ا ا ا‬ ‫ا‬ ‫اا‬ ‫اِت ‪ ،‬اللهم ا‬ ‫ا‬ ‫ِء ِم‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ا‬
‫ِم ِت‬ ‫ا‬ ‫ِم ِن‬ ‫وا‬ ‫ا‬
‫ِل ِت‬ ‫ا‬ ‫ِل ِم‬ ‫ِف ِل‬
‫ْي َن َع َّم ًة َّن َك َع َل ُك ِّل‬
‫ى‬ ‫‪،‬‬ ‫ا‬ ‫َو اْل َبْغ َي َو الُّس ُي ْو َف اْل ُم ْخ َت َف َة َو الَّش َد ا َد َو اْل َح َن ‪َ ،‬م ا َظ َه َر ْن َه ا َو َم ا َبَط َن ‪ْ ،‬ن َب َل َن ا َه َذ ا َخ اَّص ًة َو ْن ُب ْل َد ا اْل ُم ْس‬
‫ِإ‬ ‫ِم‬ ‫ِل‬ ‫ِن‬ ‫ِم‬ ‫ِد‬ ‫ِم‬ ‫ِم‬ ‫ِم‬ ‫ِئ‬ ‫ِل‬
‫َي ُظ ُك ْم َلَع َّل ُك ْم َتَذ َّك ُر ْو َن‬ ‫َف ْح َش َو ْل ُم ْن َك َو َبْغ‬ ‫َي ْن َه َع‬ ‫ْل ُق ْر َب‬ ‫َو ْي َت‬ ‫َّن َهلل َي ْأ ُم ُر ْل َع ْد َو إْل ْح‬ ‫َق ْي ٌر َب َد‬ ‫َش‬
‫‪.‬‬ ‫ِر ال ِي ‪ِ ،‬ع‬ ‫اِء ا‬ ‫ى و ى ِن ال‬ ‫ِل ا َس اِن ِإ اِء ِذ ي ا‬ ‫ِب ا‬ ‫ْي ٍء ِد ِع ا اِهلل ‪ ،‬إ ا‬
‫َأ‬
‫ْك َبُر‬ ‫َهلل ْل َع ْي َم َي ْذ ُك ْر ُك ْم َو َل ْك ُر‬ ‫َف ُك ُر‬
‫اِهلل‬ ‫ِذ‬ ‫ا ِظ‬ ‫‪ .‬اذ وا ا‬

Anda mungkin juga menyukai