Resume Modul 1 Mengenali Dan Memahami Diri Sebagai Pendidik
Resume Modul 1 Mengenali Dan Memahami Diri Sebagai Pendidik
1. Kodrat Murid
1) Kodrat keadaan
Kodrat keadaan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Pendidikan murid. Kodrat keadaan terbagi dalam dua yaitu kodrat alam
dan kodrat zaman
a). kodrat alam berkaitan dengan sifat dan bentuk lingkungan dimana
mereka berada, contoh : murid dengan kodrat alam perkotaan sejatinya
dilihat sebagai bagian dari masyarakat perkotaan, maka pembelajaran
yang diterima murid sebaiknya mampu membantu mendekatkannya
dengan konteks (kodrat alamnya).
b). kodrat zaman adalah bagian dasar Pendidikan murid yang
berhubungan dengan “Isi” dan “Irama”. Isi dan irama dalam Pendidikan
sangat dinamis, muatan Pendidikan dan cara belajar akan terus berubah.
Sebagai contoh : Pendidikan pada masa kemerdekaan tentu berbeda
dengan Pendidikan di abad 21, maka kita sebagai pendidik bergegas
beradaptasi terhadap kodrat zaman untuk membantu murid mencapai
selamat dan Bahagia. Tentu perubahan zaman tidak dapat dihindari, dan
memunculkan kegelisahan tertentu, seperti kemajuan pesat teknologi
membuat cara belajar dan berinteraksi murid juga berubah, jika hal ini
tidak dapat diikuti guru dengan baik maka murid-murid tidak mampu
hidup berdampingan dengan perubahan zaman.
Pada saat ini informasi begitu dengan cepatnya bergerak, dan
tentunya tidak dapat kita hindarkan, yang dapat kita lakukan sebagai
pendidik adalah membantu anak untuk menemukan kecakapan berpikir
kritis dala menerima dan merespon informasi. Penanaman budaya
kearifan local yang logis, dapat membantu murid menjadi bijak.
Sehinggap adopsi muatan dan konten pengetahuan menjadi selaras
dengan nilai-nilai social budaya di Indonesia.
Untuk mewujudkan dan menjaga itu semua diperlukan prinsip-
prinsip dalam melakjkan perubahan. Maka Ki Hadjar Dewantara
memunculkan istilah Asas Trikon (Kontinyu, Konvergen, dan
Konsentris).
Kontinyu : Kemajuan kebudayaan merupakan keharusan
lanjutan langsung dari kebudayaan itu sendiri.
Konvergen : kebudayaan menuju arah kesatuan
kebudayaan dunia (kemanusiaan)
Konsentris : kebudayaan harus mempunyai karakteristik
dan sifat kepribadian sendiri sebagai pusatnya dalam
lingkungan kebudayaan dunia (kemanusiaan)
Maka dengan asas trikon ini kebudayaan bangsa Indonesia tidak akan
tertinggal, dan akan berjalan beriringan dengan budaya lain, dengan
memiliki ciri khasnya.
2) Kodrat Alam
Kodrat alam merupakan bagian dari dasar Pendidikan murid yang
berkaitan dengan “sifat”dan “bentuk”lingkungan dimana murid berada.
Salah satu instrument untuk pengembangannya adalah melalui
Pendidikan “tuntunan”. Pendidikan sebagai saah satu instrument
pengembangan akal budi sesuai kodrat alamnya.
Guru tidak dapat memisahkan murid dengan kondrat
lingkungannya, maka dari itu setiap murid pasti memiliki perbedaan dan
keunikan satu sama lain, sehingga murid berhak mendapatkan tuntunan
yang tepat sesuai dengan lingkungannya.
Guru harus menyesuaikan konteks oembelajaran yang relevan dengan
kondisi lingkungan dimana murid berada.
Sebagai contoh : murid yang tinggal di pesisir laut mendapatka
pembelajaran tentang bahaya yang mengancam ekosistem laut, dan
melakukan penelitian Bersama untuk menemukan berbagai cara merawat
dan menjaga lautnya seperti menanam mangrove, murid bisa mendapat
pengetahuan akan bahaya sampah plastic jika dibuang ke laut, dan
mengenalkan jenis-jenis hewan dan tumbuhan yang ada di laut.
Kita sebagai pendidik sebaiknya membantu mendekatkan murid
dengan konteks kehidupannya, bukan menjauhkan dari konteks
kehidupan dan lingkungannya. Begitupun dengan potensi dari diri murid
tersebut, seperti potensi di bidang seni, musik ataupun Bahasa, guru
sebaiknya menuntun agar mereka dapat mencapai level maksimal sesuai
dengan kemampuannya. Metode dan pembelajaran juga disesuaikan agar
murid merasa leluasa dan menemukan pengalan-pengalaman belajar
yang bermakna. Sebagai contoh, murid yang memiliki potensi dalam
bidang seni diberi kesempatan untuk menyelenggarakan pertunjukan seni
dengan tema yang dikaitkan dengan peminatan murid, atau disesuaikan
dengan pembelajaran tertentu.
Ki Hadjar Dewantara mengingatkan bahwa “Dalam melakukan
pembaharuan yang terpadu, hendaknya selalu diingat bahwa segala
kepentingan anak-anak didik, baik mengenai hidup diri pribadinya,
maupun hidup kemasyarakatannya jangan sampai meninggalkan segala
kepentingan yang berhubungan dengan kodrat keadaan, baik pada alam
maupun zaman”.
3) Kodrat Zaman
Pendidikan bergerak sangat dinamis mengikuti perkembangan
zaman. kodrat zaman merupakan bagian dasar Pendidikan murid yang
berhubungan dengan “Isi” dan “Irama”. Sementara itu segala bentuk, isi
dan irama, yaitu cara mewujudkannya, hidup dan penghidupannya,
hendaknya selalu diseusaikan dengan asas-asas kebangsaan yang bernilai
dan tidak bertentangan dengan sifat-sifat kemanusiaan.
Ki Hadjar Dewantara mengajarkan kita untuk menuntun murid
mencapai kekuatan-kekuatan kodratnya sesuai dnegan alam dan zaman
menggunakan Asas Trikon (Kontinyu, Konvergen, dan Konsentris).
Kontinyu artinya pendidik menuntun murid dengan
perencanaan dan pengembangan secara
berkesinambungan menyatu dengan alam masyarakat
Indonesia untuk mewariskan peradaban
Konvergen artinya pendidik menuntun murid dengan
pemikiran terbuka terhadap segala sumber belajar
mengambil praktik-praktik baik dari kebudayaan lain, dan
menjadikan kebudayaan kita bagian dari alam universal.
Konsentris pendidik menuntun murid berdasarkan
kepribadian, karakter dan budaya
Akan tetapi segala informasi global ini harus disaring dan diselaraskan
dengan budaya Indonesia sehingga isi dan irama Pendidikan berupa
konten muatan pengetahuan yang diadopsi selaras dengan nilai-nilai
kemanusiaan dan konteks social budaya yang ada di Indonesia. Maka
cara mendidik pun harus dengan tuntutan zaman. Misalnya, guru
membantu mruid untuk merefleksikan diri sebagai proses mengenali dan
melihat kembali potensi dirinya, kemudian murid diajak untuk
mengamati keadaan sekolah yang lingkungannya, setelah itu murid
menganalisis permasalahan dan potensi yang muncul dari
pengamatannya, ini adalah contoh belajar berpikir kritis. Guru kemudian
mengajak murid untuk berkreasi dan merspon potensi dan isu yang
terkoneksi dengan dirinya melalui proses berproyek yang bisa mereka
lakukan decara individu maupun berkelompok, ini adalah bentuk belajar
kreativitas dan kolaborasi.
2. Asas Trikon
Pendidikan bukan merupakan system yang besar yang hanya dilakukan oleh
pemerintah pusat, namun sekolah bahkan ruang kelas merupakan sebuah sistem
Pendidikan terkecil yang justru menjadi ujung tombak kesuksesan Pendidikan.
Penerapan pembelajaran bermakna bagi murid dengan asas trikon:
1) Kontinyu, pengembangan yang secara berkesinambungan dilakukan terus-
menerus dengan perencanaan yang baik.
Budaya, kebudayan, atau cara hidup bangsa bersifat kontinyu
(bersambung tak putus-putus), dan dalam perjalanannya akan terus
menerima pengaruh nilai-nilai baru. Proses pembelajaran sejatinya tidak
pernah putus, dan secara sadar proses belajar dilakukan sukarela
Peran guru :
1. Budi Pekerti
Murid tidak hanya membutuhkan kecakapan kognitif saja tetapi juga
membutuhkan tuntunan yang dapat menumbuhkan budi pekerti dalam
kehidupannya.
Budi pekerti (watak) merupakan hasil dari bersatunya gerak pikiran,
perasaan, dan kehendak atau kemauan, sehingga menimbulkan suatu tenaga.
Budi pekerti juga dapat dimaknai sebagai perpaduan antara Cipta (kognitif) dan
Rasa (afektif) sehingga menghasilkan Karsa (psikomotor).
Sebagai contoh seorang yang memiliki budi pekerti jujur, tidak akan pernah
berbohong dan merasa terganggu apabila melihat orang tidak jujur dala
berprilaku. Maka disini kognitifnya adalah wawasan tentang kejujuran,
kemudian afektifnya perasaan gelisah/tidak nyaman saat melihat ketidakjujuran,
dan psikomotornya adalah berprilaku jujur.
Menurut Ki Hadjar Dewantara “Budi pekerti adalah kemampuan kodrat
manusia atau individu yang berkaitan dengan bagian biologis dan berperan
menentukan karakter seseorang”. Bagian biologis adalah bagian yang
berhubungan dengan rasa, seperti rasa takut, cemas, gelisah, putus asa, tidak
percaya diri , senang, bahagia, kecewa, sedih, dsb. Lalu bagian Intelligible
adalah bagian yang berhubungan dengan kemampuan kognitif atau berpikir
menyerap pengetahuan.
Budi pekerti dapat terbentuk pertama kali dari lingkungan keluarga.
Kemudian sekolah merupakan lingkungan kedua dimana peserta didik dituntun
untuk mendapatkan kecerdasan budi pekerti, dibantu untuk memikirkan,
merasakan dan mempertimbangkan setiap perilaku yang akan ditampilkan.
Watak atau budi pekerti merupakan kodrat manusia, sehingga pendidik perlu
memahami dan dapat mendampingi tumbuhnya kecakapan budi pekerti murid
dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran yang dialami.
Sebagai pendidik tentu kita menemukan berbagai macam watak murid,
menemani proses pembelajaran, mendampingi tumbuhnya kcerdasan
pikirnya dan
membantu murid menemukan budi pekerti atau watak baiknya.serta membantu
murid mengendalikan dan memperbaiki watak atau budi pekerti yang kurang
baik. Berikut 3 tahap dalam membentuk budi pekerti peserta didik:
1) Melatih keberanian berpendapat (akal)
2) Mengasah perasaan dan perilaku (rasa)
3) Memunculkan kehendak (karsa)
Dalam Bahasa jawa momong artinya merawat dengan penuh ketulusan dan
penuh kasih saying serta mentransformasikan kebiasaan-kebiasaan baik disertai
dengan do’a dan harapan.
Sementara Among memberikan contoh tentang baik dan buruk tanpa harus
mengambil hak murid agar bisa tumbuh dan berkembang dalam suasana batin
yang merdeka sesuai dengan dasarnya.
Sedangkan ngemong adalah proses untuk mengamati, merawat dan menjaga
agar murid mampu mengembangkan dirinya, bertanggung jawab dan disiplin
berdasarkan nilai-nilai yang telah diperoleh sesuai dengan kodratnya.
Mengenali diri
Mengidentifikasi apa yang diketahu dan tidak diketahui
Strategi untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
Dimana hal ini sesuai dengan pola pikir pembelajar (Growth mindset)
yaitu murid memiliki keyakinan untuk dapat terus berkembang dan berprestasi
dengan berusaha secara maksimal.hal tersebut dapat dibangun memalu
pembelajaran berbasi projek, dimana anak akan memiliki kompetensi berpikir
kritis (Critical Thinking), kreatif (Creativity), kolaborasi (Collaboration), dan
Komunikasi (communication).