Oleh:
FAUZAN RAHMAN
NPM : 20410039
TEKNIK TEKSTIL
Oleh:
FAUZAN RAHMAN
NPM : 20410039
TEKNIK TEKSTIL
Oleh:
FAUZAN RAHMAN
NPM : 20410039
TEKNIK TEKSTIL
Oleh:
FAUZAN RAHMAN
NPM : 20410039
TEKNIK TEKSTIL
Pembimbing I Pembimbing II
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas Nikmat yang sudah diberikan sehingga pada saat ini penulis dapat
menyelesaikan Proses Kerja Industri (KI) dan Laporan Kerja Industri dengan
baik dan tepat waktu. Pembuatan laporan ini berdasarkan hasil Kerja Industri
yang dilakukan oleh penulis di PT Delta Merlin Dunia Tekstil VI dan PT Indo
Pacific yang bertujuan untuk memenuhi kewajiban mata kuliah Kerja Industri
di Politeknik STTT Bandung.
Fauzan Rahman
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
RINGKASAN
PT Delta Merlin Dunia Tekstil VI adalah salah satu cabang Duniatex Group yang
bergerak di bidang pertenunan. PT Delta Merlin Dunia Tekstil VI memproduksi kain
mentah dari berbagai jenis benang, baik itu jenis benang rayon, polester, cotton, dan
masih banyak lagi. Perusahaan ini didirikan pada bulan juni tahun 2017 dan
berlokasi di Desa Pengkol, Nguter, Sukoharjo, Jawa Tengah, Indonesia. Perusahaan
ini memiliki jumlah karyawan sebanyak 796 orang, dan untuk struktur organisasi di
Perusahaan ini ialah berbentuk garis. Untuk pendiri dari PT Duniatex Group ini ialah
Sumitro Hartono
Bagian PPC PT Delta Merlin Dunia Tekstil VI akan membuat production planning
setelah mendapatkan orderan yang masuk dari customer melalui bagian marketing.
Marketing sendiri merupakan bagian yang hanya terdapat di pusat Duniatex Group
saja, jadi yang menentukan orderan masuk dan akan di produksi di cabang Duniatex
Group yang mana adalah bagian marketing (pusat). Hal yang menjadi perhatian
untuk menerima order adalah kesediaan bahan baku dan kesesuaian mesin yang
dipakai. Ketika hal tersebut sudah terpenuhi, maka bagian PPC menyusun
perencanaan dan pengendalian produksi agar kuantitas dan kualitas produk yang
dihasilkan sesuai dengan permintaan.
Mesin-mesin untuk memproduksi kain tenun yang digunakan terdiri dari mesin
persiapan pertenunan seperti, warping, sizing, leasing, reaching, dan mesin tenun
berupa mesin rapier dan air jet loom. Dengan jumlah mesin tenun rapier sebanyak
1500 mesin, sedangkan mesin tenun Air Jet loom sebanyak 1300 mesin. Proses
produksi mesin yang digunakan adalah mesin warping, sizing, leasing, reaching,
tying, loom, inspecting, dan folding. Proses produksi di PT Delta Merlin Dunia Tekstil
VI ditunjang oleh berbagai sarana seperti tenaga listrik, air conditioner (AC), boiler,
kompresor, pengolahan limbah, dan pergudangan.
Bagian diskusi membahas mengenai proses produksi dari konstruksi PE 605445 K
1/1. Permasalahan yang akan dibahas yaitu mengenai cacat netting pada kain,
Cacat netting pada kain adalah ketika ada bagian kain yang mengalami kerusakan
atau retakan, sehingga menyebabkan kemunculan jaringan atau benang yang
terbuka. Hal ini disebabkan oleh benang lusi yang tidak teranyam pada saat proses
loom. Solusi supaya tidak terjadi benang lusi tidak teranyam adalah lebih teliti lagi
dalam mengerjakan proses pencucukan agar semua benang lusi dapat masuk ke
dropper, gun, dan sisir tenun dan bisa teranyam pada saat proses pertenunan.
Untuk penerapan industry 4.0 dipabrik PT Delta merlin dunia textile VI hanya
menerapkan barcode dan fingerprint saja, yang artinya pabrik ini belum berevolusi
ke industry 4.0. Pabrik yang belum berevolusi industri 4.0 adalah pabrik-pabrik yang
masih menggunakan teknologi dan sistem produksi tradisional atau terbatas dalam
mengadopsi inovasi teknologi terkini. Mereka mungkin menghadapi beberapa
tantangan, yang dapat dikembangkan di PT Delta Merlin Dunia Tekstil VI yaitu GPS
adalah singkatan dari Global Positioning System. GPS adalah sistem navigasi yang
menggunakan satelit untuk menyediakan informasi lokasi, waktu, dan navigasi di
seluruh dunia. Dengan bantuan sinyal yang dikirimkan oleh satelit GPS, penerima
GPS dapat menentukan posisi geografis dengan akurasi yang tinggi. GPS
digunakan dalam berbagai bidang, termasuk navigasi kendaraan, peta digital,
pemantauan posisi, dan penelitian ilmiah.
RINGKASAN
PT Indo Pacific adalah perusahaan yang bergerak di bidang pertenunan. PT Indo
Pacific memproduksi kain greige, cele, printing, dan dyeing dari berbagai jenis bahan
baku benang, baik itu jenis benang cotton, rayon, polyester, dan campuran. Dengan
nomor benang yang berbeda-beda. PT Indo Pacific didirikan pada tahun 1972 yang
berlokasi di Jalan Raya Laswi Kampung Randukurung RT 01 RW 03, Desa
Padaulun, Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung. PT Indo Pacific memiliki luas
area sebesar 10.946 𝑚2. Fasilitas penunjang untuk kesejahteraan karyawan PT
Indo Pacific terdiri dari gaji, BPJS, seragam kerja, perjalanan dinas untuk staff
perusahaan, tempat ibadah, tempat parkir, dan tempat istirahat. PT Indo Pacific
dalam menjalankan operasional perusahaan menerapkan struktur organisasi yang
berbentuk garis yang dipimpin oleh Direktur. PT Indo Pacific juga memiliki jumlah
tenaga kerja sebanyak 301 orang pada bulan mei-juni dengan tingkat pendidikan
bermacam-macam. Pengaturan waktu kerja di PT Indo Pacific menjadi dua yaitu
shift dan non shift. Waktu kerja shift ada tiga bagian yaitu shift pagi, siang dan
malam.
Pemeliharaan dan perbaikan mesin pada PT Indo Pacific menjadi tanggung jawab
Departemen Maintenance. Hal ini sangat penting dilakukan guna menjaga produksi
tetap berjalan lancar dan sesuai rencana yang ditetapkan. Kegiatan pemeliharaan
dan perbaikan mesin tidak hanya dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan. Akan tetapi, juga kondisional menyesuaikan apabila terjadi kerusakan
pada mesin. Pemeliharaan dan perbaikan mesin dibagi menjadi tiga hal yaitu
pemeriksaan (Checking Maintenance), preventive maintenance, dan corrective
maintenance.
Pengendalian mutu pada PT Indo Pacific menjadi tanggung jawab seluruh bagian
yang berhubungan langsung dengan proses produksi. Akan tetapi, untuk melakukan
pengujian kualitas merupakan tanggung jawab Departemen Quality Control.
Pengendalian mutu dilakukan mulai dari bahan baku, proses produksi, dan produk,
kegiatan ini perlu dilakukan untuk menjaga kualitas dan mutu produk yang
dihasilkan.
BAB 1 PENDAHULUAN
Penulis melaksanakan Kerja Industri (KI) tahap 1 di PT Delta Merlin Dunia Tekstil VI
yang berlokasi di Desa Pengkol, Nguter, Kab, Sukoharjo, Jawa Tengah, Indonesia,
dan pelaksanaan Kerja Industri (KI) tahap 2 di PT Indo Pacific yang berlokasi di Jl.
Raya Laswi No.1, Biru, Kec. Majalaya, Kabupaten Bandung, Jawa Barat 40392.
Kerja Industri (KI) tahap 1 ini telah dilaksanakan selama 55 hari kerja dengan aturan
kerja 5 (lima) hari dalam 1 (satu) minggu dan dimulai sejak 13 maret 2023 sampai
dengan 22 Juni 2023, Dan Kerja Industri (KI) tahap 2 ini telah dilaksanakan selama
55 hari kerja dengan aturan kerja 5 (lima) hari dalam 1 (satu) minggu dan dimulai
sejak 23 Oktober sampai dengan 5 januari 2024. (KI) tahap 1 yang dilakukan oleh
penulis berfokus pada perencanaan dan pengendalian produksi serta proses
produksi kain tenun mentah (Kain Greige). Adapun Kerja Industri (KI) tahap 2 yang
dilakukan oleh penulis berfokus pada Maintenance mesin dan Quality control pada
mesin produk maupun bahan baku.
Dalam pembuatan jadwal Kerja Industri (KI) pihak pabrik bekerjasama dengan
mahasiswa apa saja yang harus diketahui dan dipelajari selama Kerja Industri (KI)
berlangsung sehingga terciptanya pelaksanaan Kerja Industi (KI) yang sistematis
juga efisien. Pada saat pelaksanaan Kerja Industri (KI) pun mahasiswa diminta untuk
bisa beradaptasi dengan segala kultur, budaya, maupun aturan yang ada di Indo
Pacific Kendala yang dialami mahasiswa pada saat Kerja Industri (KI) tahap 1 yaitu
ada beberapa kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan pabrik dan
beberapa data perusahaan yang diperlukan dalam Laporan Kerja Industri tetapi
sifatnya privasi, sehingga penjelasan yang disampaikan dalam laporan kerja industri
di paparkan secara umum saja, dan untuk kendala yang dialami mahasiswa pada
saat Kerja Industri (KI) tahap 2 yaitu beberapa kesulitan dalam penyesuaian diri
dengan lingkungan pabrik Beriringan dengan itu, penulis sangat bersyukur karena
dapat diterima oleh semua pihak di PT Indo Pacific dengan baik.
Penyusunan Laporan Kerja Industri ini terdiri dari 5 (lima) bab, diantaranya bab I
(pendahuluan) berupa uraian tentang latar belakang diadakannya Praktik kerja
industri. Kemudian bab II (bagian umum perusahaan), berisi tentang perkembangan
perusahaan, struktur organisasi, permodalan dan pemasaran, serta
ketenagakerjaan. Selanjutnya bab III (produksi), yaitu uraian tentang pemeliharaan
dan perbaikan mesin, pengendalian mutu, transformasi industri 4.0. Pada bab IV
(diskusi), berisi masalah yang terdapat saat pelaksanaan Kerja Industi (KI) dan cara
mengatasi masalah tersebut ditinjau dari segi pemeliharaan dan perbaikan mesin,
pengendalian mutu, transformasi industri 4.0. Dan pada bab V (penutup), berisi
kesimpulan dan saran dari masalah yang terdapat di bab IV
BAB II BAGIAN UMUM PERUSAHAAN
Duniatex Group adalah perusahaan Tekstil yang didirikan pada tahun 1974 oleh
Bapak Sugeng Hartono dengan nama CV. Duniatex. Perusahaan Tekstil CV.
Duniatex tersedia di seluruh Jawa Tengah dan Mengenai pusatnya, Duniatex Group
memiliki pusat di Jl. Raya Palur Km 7.1 Turisari, Dagen, Kec. Jawa Tengah, Kab.
Karanganyar dengan nama perusahaan PT. Dunia Setia Clothing Asli Textile 1,
awalnya perusahaan ini bergerak di bidang industri pewarnaan dan finishing tekstil,
kemudian tumbuh dan berkembang. Pada tahun 1988 Duniatex Group membeli PT.
Wijayatex, sebuah perusahaan tekstil tenun. Dengan demikian, perusahaan menjadi
bagian dari Grup Duniatex. Selain itu, pada tahun 1992 Duniatex Group juga
membeli perusahaan PT. Damaitex berlokasi di Semarang, dimana perusahaan
tersebut bergerak di bidang industri dyeing-finishing textile dan kini telah berganti
nama menjadi PT Dunia Setia Sandang Asli Textile IV. Pada tahun 1996 bisnis Grup
Duniatex digantikan oleh Bapak Sumitro yang merupakan anak dari Bapak Sugeng
Hartono. (Duniatex, 2015)
PT Delta Merlin Dunia Tekstil VI yang berlokasi di Desa Pengkol, Nguter, Kab,
Sukoharjo, Jawa Tengah, Indonesia. PT Delta Merlin Dunia Tekstil VI ini sendiri
terletak lumayan jauh dari daerah perkotaaan namun jalan untuk akses transportasi
darat sudah lumayan baik dan letak pbarik nya sendiri berada di jalan utama yaitu
jalan Songgorunggi-Jatipuro. Denah lokasi PT Delta Merlin Dunia Tekstil VI dapat
dilihat pada gambar 2.1 dibawah ini.
Su
mber: Google Maps
PT Delta Merlin Dunia Tekstil VI memiliki luas sebesar 232.317 m³. Dengan luas
area yang dimiliki PT Delta Merlin Dunia Tekstil VI, hal itu digunakan untuk
menunjang seluruh kegiatan produksi dan juga menunjang kebutuhan karyawan
seperti tempat parkir, tempat ibadah, dan kantin. Denah lokasi bangunan PT
Delta Merlin Dunia Tekstil VI dapat dilihat pada gambar 2.2 di bawah ini.
Berdasarkan struktur organisasi yang dimiliki PT Delta Merlin Dunia Tekstil VI. Tugas
pokok dan fungsi yang dimiliki setiap bagian disesuaikan dengan tingkatan dalam
struktur organisasi perusahaan. Secara garis besar uraian tugas setiap bagian di PT
Delta Merlin Dunia Tekstil VI sebagai berikut:
1. Manager
Bertanggung jawab terhadap kelancaran seluruh operasional dan kualitas
dengan membangun sistem kerja untuk mencapai tujuan perusahaan.
2. Assistant Manager
Bertanggung jawab membantu manager perihal kelancaran seluruh operasional
dan kualitas dengan membangun sistem kerja untuk mencapai tujuan
perusahaan.
3. Personalia
a. Menjamin tersedianya SDM yang kompeten dalam bidang kerjanya secara
tepat waktu dan tepat jumlah.
b. Menjamin tersedianyan dokumen seperti: database karyawan, update data
perizinan perusahaa, dll.
c. Menjamin tegaknya kedisipinan karyawan dalam bekerja, Mengembangkan
sikap, perilaku, keterampilan karyawan Serta Menjalin hubungan baik
dengan pihak terkait.
4. Accounting
Melakukan pekerjaan, meliputi: pengecekkan laporan, transaksi bank, dan
pembayaran serta pengecek kan order pembelian dan melakukan pengecek kan
tagihan.
a. Assistant Accounting
Bertanggung jawab membantu accounting perihal kelancaran seluruh
operasional dengan membangun sistem kerja untuk mencapai tujuan
perusahaan.
b. Kasir
Melakukan pekerjaan, meliputi: mengerjakkan laporan keuangan,
pengecekkan kas, pengecekkan gaji karyawan.
5. Pembelian
Melakukan pembelian dan pembayaran harian dan juga pembelian yang sifatya
urgent serta Melakukan perencanaan pembelian impor.
a. Assistent Pembelian
Bertanggung jawab membantu kepala bagian Pembelian.
6. Gudang
a. Melaporkan stok kain greige yang sudah dibuat admin kepada pimpinan.
b. Mengkoordinasi bawahannya perihal: penerimaan dari bagian produksi
(potong kain) dan administrasinya, penertiban data kain greige, pemuatan
kain greige beserta dengan administrasinya yang akan dikirim.
c. Merencakan rencana kerja sisitem First in First Out (FIFO) untuk
penyimpanan barang/stok.
d. Memonitor pelaksanaan kerja yang ada.
e. Menganalisa permaslahan yang ada di bagiannya, lalu berkoordinasi dengan
bagian terkait untuk ditemukan solusinya.
f. Merencanakan atau mengajukan sema kebutuhan sarana/keperluan di
bagiannya.
g. Bertanggungjawab atas pelaksanaan dan hasil kerja karyawan yang menjadi
bawahannya langsung.
2.3.1. Permodalan
2.3.2. Pemasaran
2.4. Ketenagakerjaan
PT Delta Merlin Dunia Tekstil VI sampai dengan tanggal 14 Juni 2022 memiliki
jumlah karyawan sebanyak 1696, karyawan yang dimiliki oleh PT Delta Merlin Dunia
Tekstil VI sangat beragam dan jumlah karyawan laki-laki lebih banyak dari pada
karyawan Perempuan. Jumlah Pendidikan nya pun juga beragam yang dimana
memiliki pendidikan dari SD, SMP, SMA/SMK, DI, DII, DIII, DIV/S1, sampai dengan
S2. Jumlah tingkat Pendidikan karyawan PT Delta Merlin Dunia Tekstil VI dapat
dilihat dari tabel 2.1 dibawah ini.
Pendistribusian tenaga kerja yang dilakukan oleh PT Delta Merlin Dunia Tekstil VI
disesuaikan dengan keahlian tenaga kerja dan kebutuhan perusahaan. Data
distribusi tenaga kerja PT Delta Merlin Dunia Tekstil VI sampai dengan tanggal 23
Juni 2023 dapat dilihat pada tabel 2.2 di bawah ini.
Su
mber: Data dan Arsipan Bagian Personalia PT Delta Merlin Dunia Tekstil VI
2.4.3. Jam Kerja
Jam kerja di PT Delta Merlin VI memiliki durasi 8 jam. apabila dalam kerja
melebihi durasi yang telah ditentukan, maka waktu kerja biasa akan dianggap
waktu kerja lembur. Ada dua macam pengaturan waktu jam kerja yang diterapkan
oleh PT Delta Merlin Dunia Tekstil VI yaitu:
Berikut merupakan pembagian jam kerja karyawan Dayshift dan Shift di PT Delta
Merlin Dunia Tekstil VI.
1. Tunjangan Transportasi
Merupakan jenis tunjangan yang diberikan untuk karyawan yang memiliki
mobilitas tinggi dalam pekerjaannya serta mempunyai jabatan tertentu.
Bentuknya bisa berupa tambahan uang atau fasilitas, tergantung pada kebijakan
perusahaan dan kesepakatan kerja.
2. Tunjangan Lembur
Lembur diberikan untuk karyawan yang melakukan kerja lembur dalam periode
waktu yang telah ditentukan.
3. Tunjangan Hari Raya
Sebagai salah satu tunjangan paling umum yang diberikan di Indonesia,
tunjangan hari raya atau THR memiliki jumlah sebesar 1 kali gaji dan diberikan
paling lambat 14 hari sebelum hari raya tiba.
Biasanya, tunjangan ini diberikan pada saat hari raya Idul Fitri tiba secara
serentak untuk setiap karyawan di perusahaan.
4. Tunjangan Kesehatan
Fasilitas karyawan berupa tunjangan kesehatan diberikan perusahaan pada
karyawan sebagai bentuk antisipasi dan respon pada resiko kecelakaan kerja
yang dimiliki karyawan. Wajarnya, tunjangan ini berupa program BPJS
Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan.
5. Tunjangan Pesangon
Pesangon biasanya diberikan pada akhir masa kerja seorang karyawan.
Semakin lama karyawan tersebut mengabdi, maka semakin besar pula
pesangon yang diberikan perusahaan kepadanya. Tunjangan ini sendiri
bermanfaat untuk jangka panjang dan memiliki syarat minimal masa kerja untuk
mendapatkannya.
6. Cuti Kerja
Tidak selalu berupa uang tunai, namun tunjangan juga bisa berupa fasilitas
seperti cuti karyawan dan fasilitas kerja lain yang bisa dinikmati karyawan.
7. Fasilitas Kantin
Menyediakan tempat makan dapat meningkatkan kesehatan dan efisiensi para
karyawan. Perusahaan dapat menyediakan makanan yang sehat untuk menjaga
kesehatan karyawan dan untuk menghemat waktu karyawan karena mereka
tidak perlu mencari makanan di luar kantor.
8. Fasiltas Parkir
Perusahaan menyediakan lahan parkir yang luas dan di sisi lain, selain harus
menyediakan lahan parkir, perusahaan juga menyediakan ruang terbuka hijau,
jangan sampai dengan adanya pabrik kondisi daerah menjadi gersang karena
minimnya ruang terbuka hijau.
9. Fasilitas Mushola
Perusahaan juga menyediakan mushola untuk tempat karyawan menjalankan
ibadahnya
PT Indo Pacific memiliki luas area sebesar 10.946 m2 . Dengan luas area yang
dimiliki PT Indo Pacific, hal itu digunakan untuk menunjang seluruh kegiatan
produksi dan juga menunjang kebutuhan karyawan seperti tempat parkir dan tempat
ibadah. Denah bangunan PT Indo Pacific dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
M2 %
1 Kantor 240 2,19
2 R. Tenun 1.120 10,23
3 R. Sizing 957 8,74
4 R. Pencelupan 1.525 13,93
5 R. Confender 1.256 11,47
6 Gudang Obat 235 2,15
7 Gudang Benang 388 3,54
8 Gudang Kain 625 5,71
9 R. Pihane 867 7,92
10 R. Palet 325 2,97
11 R. Inspeksi 180 1,64
12 R. Verpacking 226 2,06
13 Bak Limbah 163 1,49
14 Bak Penampungan 935 8,54
15 Laboratorium 22 0,20
16 Bengkel 44 0,40
17 R. Pengawas 32 0,29
18 R. Jaga 60 0,55
19 Tempat Parkir 690 6,30
20 TPS B3 40 0,37
21 TPSS 12 0,11
22 Stockpile Batubara 60 0,55
23 Open Space 947 8,65
Total 10.946 100
Sumber: Departemen HRD PT Indo Pacific, 2023
2.2 Struktur Organisasi Perusahaan
2.4 Ketenagakerjaan
Tabel 2.2 Jumlah tenaga kerja dan tingkat pendidikan karyawan kontrak
No. Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)
1 S1 4 1,3%
2 D3 10 3,47%
3 D2 2 0,69%
4 D1 3 1,04%
5 SMA/SMK 233 80,9%
6 SMP 20 6,9%
7 SD 16 5,55%
Total 288 Orang 100%
Sumber: Departemen HRD PT Indo Pacific, 2023
Keterangan :
- 181,44 kg merupakan konversi kilogram dalam 1 bale
768 m hank
- 1,693 ¿ =
453 , 6 k g lbs
Produksi di PT Indo Pacific menghasilkan produksi kain greige, cele, printing, dan
celup. Kain greige merupakan kain mentah yang belum melewati proses
penyempurnaan (finishing), sehingga hasil dari produksi kain tersebut belum
layak pakai. Produksi kain greige dan cele menggunakan mesin tenun rapier
Ishikawa 1001 dan Ishikawa 2001. Kain cele merupakan kain yang memiliki motif
sesuai dengan keinginan costumer. Kain yang diproduksi oleh PT Indo Pacific
memiliki banyak jenis konstruksi. Penentuan konstruksi disesuaikan dengan jenis
benang lusi dan benang pakan yang digunakan, juga sebagai salah satu
identitas kain. Konstruksi kain yang diproduksi oleh PT Indo Pacific biasanya
hasil dari pesanan yang diberikan oleh bagian marketing. Untuk jenis dan jumah
produksi kain bulan Maret-Mei di mesin tenun Rapier dapat dilihat tabel 3.1 pada
halaman..... dibawah ini:
3.2.2.1 Mesin
a. Mesin Winding
Mesin winding berfungsi untuk menggulung benang dan merubah gulungan
benang yang dari cones ke cones agar menjadi gulungan yang lebih ringkas
dengan panjang sesuai order. Bisa dilihat pada table 3.2 di bawah ini:
Tabel 3.2 Spesifikasi Mesin Winding
Merek Mesin Rite Kamitsu Stalam 1 Stalam 2
Tahun Pembuatan 2012 2010 2012 2012
Negara Pembuat Jepang Jepang China China
RPM 900 900 900 900
Jumlah Mesin 4 4 2 4
Jumlah Spindle 30 24 84 72
Winding 1 4 4 - 1
Winding 2 - - 2 3
e. Alat Cucuk
Alat cucuk ini dioperasikan secara manual oleh operator dan memiliki fungsi
untuk membantu operator memasukkan benang ke dalam lubang dropper, mata
gun, dan sisir sesuai dengan anyaman masing-masing konstruksi yang telah
direncanakan. Tujuan dari proses ini adalah untuk menghasilkan beam tenun
yang baik, seperti tidak ada benang yang salah cucuk dan ketepatan waktu
dalam penyelesaian cucukan sehingga proses produksi di mesin tenun berjalan
dengan baik dan sesuai rencana. Bisa dilihat pada table 3.6 di bawah ini:
Tabel 3.6 Spesifikasi Alat Cucuk
Merek Mesin Lokal
Tahun Pembuatan -
Negara Pembuat Indonesia
Kecepatan Sesuai dengan kemampuan operator
Jumlah mesin 15
Sumber: Data dan Arsip Bagian Weaving PT Indo Pacific, 2023
g. Mesin Inspeksi
Mesin inspeksi berfungsi untuk membantu proses pemeriksaan cacat pada kain
yang telah melewati proses pertenunan. Tujuan dari inspeksi adalah untuk
memperbaiki cacat yang ada pada kain juga sebagai penentuan grade dari hasil
cacat yang ada pada kain. Bisa dilihat pada table 3.8 di bawah ini:
Tabel 3.8 Spesifikasi Mesin Inspeksi
Merek Mesin ESKA
Tahun Pembuatan -
Negara Pembuat Indonesia
Jumlah Mesin 7
sumber: Data dan Arsip Bagian Weaving PT Indo Pacific, 2023
Keterangan :
1. Mesin Winding
2. Mesin Celup
3. Mesin Direct Warping
4. Mesin Sectional Warping
5. Mesin Re-Winding
6.Mesin Sizing
7. Mesin Weaving
8. Mesin Inspeksi
3.2.3 Proses Produksi
Alur proses produksi kain yang ada di PT Indo Pacific merupakan proses
produksi kain greige dan proses produksi yarn dyeing. Proses pembuatan kain
diawali dari proses perencanaan, proses persiapan pertenunan, proses
pertenunan, dan proses Inspeksi kain. Alur proses produksi di PT Indo Pacific
bisa dilihat pada gambar 3.11.
c. Penghanian (Warping)
Proses warping merupakan salah satu proses persianpan pertenunan, yang
memiliki tujuan untuk menggulung benang pada beam lusi yang digulung sejajar
dengan panjang dan tegangan yang sama. Proses pembuatan gulungan benang
pada beam
lusi secara umum dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : penghanian langsung
(direct warping) dan penghanian seksi (sectional warping). Berikut merupakan
perbedaan antara penghanian langsung (direct warping) dan penghanian seksi
(sectional warping), Bisa dilihat pada tabel 3.9 di bawah ini:
Tabel 3.9 Perbedaan Mesin Warping
Direct Warping Sectional Warping
Digunakan untuk produksi yang tinggi Digunakan untuk produksi yang
rendah serta dapat diselesaikan
coraknya
Prosesnya hanya satu tahap Prosesnya dua tahap
Memerlukan kapasitas creel yang Kapasitas creel yang lebih sedikit
banyak
Lebih murah Lebih mahal
Kecepatanya lebih tinggi Kecepatanya lebih rendah
Sumber: Data dan Arsip Bagian Persiapan PT Indo Pacific, 2023
d. Penganjian (Sizing)
Penganjian atau sizing merupakan proses pemberian lapisan kanji atau obat
pada benang lusi. yang berfungsi untuk meningkatkan kekuatan, daya gesek,
dan menidurkan bulu-bulu pada benang lusi, sehingga menghasilkan benang lusi
yang
lebih kuat pada saat proses produksi di mesin tenun. Bahan baku yang
digunakan dalam proses penganjian merupakan benang lusi yang sudah
digulung dalam bentuk beam di proses warping.
Dengan terlapisinya benang dengan lapisan film yang terbuat dari bahan kanji,
benang-benang yang sering mengalami putus selama proses pertenunan dapat
berkurang, dimana putusnya benang lusi selama proses pertenunan berlangsung
biasanya disebabkan oleh tegangan lusi yang terlalu tinggi pada saat pertenunan
serta kekuatan benang yang terlalu rendah.
e. Pencucukan (Reaching)
Proses pencucukan atau reaching adalah proses memasukkan benang lusi ke
dalam bagian-bagian mesin tenun, mulai dari dropper, gun ,dan sisir tenun.
Proses reaching yang dilakukan di PT Indo Pacific masih dilakukan secara
manual, sehingga dalam prosesnya memerlukan waktu lebih lama daripada
proses pencucukan dengan mesin. Dalam proses pencucukan di PT Indo Pacific
rata-rata operator mencucuk benang 17 helai per menit.
f. Pertenunan (Weaving)
Merupakan proses yang dilakukan oleh mesin tenun untuk menyilangkan benang
lusi dan benang pakan, sehingga menghasilkan kain yang sesuai dengan
anyaman yang direncanakan. Mesin tenun memiliki 5 gerakan pokok pertenunan
yaitu:
1. Let Off Motion (Penguluran benang lusi)
Merupakan proses penguluran benang yang berfungsi memberi toleransi
pada benang, sehingga memberi kemudahan pada proses selanjutnya.
2. Shedding Motion (pembukaan mulut lusi)
Merupakan proses pembukaan mulut lusi, yang mana sebagian benang lusi
dinaikkan dan sebagian lagi di turunkan sesuai dengan anyaman, sehingga
membuat rongga mulut lusi. Pembukaan mulut lusi berfungsi untuk memberi
jalan pada peluncuran benang pakan.
3. Weft Insertion/Picking Motion (peluncuran benang pakan)
Merupakan proses peluncuran benang pakan yang didorong oleh tekanan
angin ke dalam rongga mulut lusi.
4. Beating motion (pengetekan benang pakan)
Merupakan proses pengetekan atau merapatkan benang pakan yang sudah
diluncurkan. Proses pengetekan ini dilakukan oleh sisir tenun.
5. Take up motion (penggulungan kain)
Merupakan proses penggulungan kain yang sudah teranyam atau sudah
melewati 4 gerakan pokok sebelumnya dan dilakukan oleh rol penggulung.
Perputaran rol sendiri disesuaikan dengan benang pakan yang diluncurkan.
Berikut ini merupakan lima skema gerakan pokok pertenunan yang dapat dilihat
pada gambar 3.15:
g. Inspecting
Inspecting merupakan proses akhir dari proses pertenunan (Weaving). Proses
inspecting merupakan pemeriksaan dan perbaikan cacat kain hasil produksi
pertenunan (Weaving). Dalam proses ini juga dilakukannya penentuan grade
pada kain. Adapun tujuan dari proses inspecting, yaitu:
1. Memeriksa kebenaran spesifikasi kain dari bagian weaving.
2. Memeriksa kain dan menghitung cacat agar dapat mengklasifikasi grade
kain.
3. Memberikan tanda pada cacat kain agar mempermudah dalam proses
perbaikan.
4. Mendata cacat kain yang bersifat terus menerus dan memberikan informasi
kepada bagian pertenunan.
6. Preventive Maintenance
A. Pembersihan
B. Penyetelan
C. Pelumasan (oiling)
7. Breakdown Maintenance
Selain Preventive Maintenance di PT Indo Pacific hanya melakukan
perbaikan ketika setelah terjadinya breakdown atau kerusakan yang
menghentikan operasi normal mesin, metode ini berfokus pada perbaikan
cepat dan pemulihan operasional mesin yang mengalami gangguan, dengan
tujuan untuk meminimalkan waktu henti produksi dan kerugian yang
ditimbulkan akibat kegagalan tersebut. Tujuan utamanya adalah
mengembalikan mesin ke kondisi operasional dengan cepat sehingga
produksi dapat dilanjutkan.
Maintenance yang dilakukan oleh PT Indo Pacific ini masuk kedalam
Breakdown Maintenance. Breakdown Maintenance yang juga dikenal sebagai
perawatan pemadaman, adalah metode perawatan yang dilakukan setelah
terjadinya kerusakan atau kegagalan pada mesin industri. Meskipun
breakdown maintenance seringkali dianggap sebagai tindakan perbaikan
darurat, namun metode ini tetap menjadi bagian penting dalam strategi
perawatan industri karena dapat membantu mengurangi waktu henti produksi
yang tidak diinginkan dan meminimalkan dampak negatif pada operasional
perusahaan.
Adapun Bahan baku yang digunakan untuk proses produksi di PT Indo Pacific,
dihasilkan dari pembelian bahan baku pada industry pemintalan. Pengendalian
mutu akan dilakukan pada setiap bahan baku benang yang datang untuk
mengetahui kesesuaian bahan baku tersebut dengan permintaan. Bahan baku
yang telah diperiksa akan disimpan pada tempat penungguan benang sebelum
masuk kedalam proses produksi.
Kain yang sudah melewati proses inspeksi akan tercatat total penalty point
nya dan akan ditentukan grade kain nya. Rumus perhitungan yang ada pada
penilaian four point system adalah sebagai berikut.
Setelah nilai cacat kain di hitung berikutnya adalah penentuan grade kain, untuk
penentuan grade kain di PT Indo Pacific dapat dilihat pada tabel 3.15 di bawah
ini.
Neps Bintik-bintik
putih pada
permukaan
kain
Double Kesalahan
Lusi masuk sisir
sehingga lusi
mengalami
penumpukan
atau double
Putus Putusnya
Lusi benang lusi
Kosong saat proses
tenun dan
mesin tidak
berhenti saat
benang lusi
putus
Wrong Kesalahan
draw gun cucuk pada
atau Lusi gun atau
salah kesalahan
warna pada saat
proses
penyambunga
n benang lusi
putus
sehingga
mengakibatka
n lusi salah
warna
Double Benang double
pick tidak selebar
kain
Permukaan
Pickbar kain renggang
(Pakan yang
Renggang disebabkan
) oleh
ketidaksesuaia
n perputaran
take up dengan
let off dan
kesalahan
operasional
Pickbar
(Pakan
Rapat)
Industri 4.0 sebagai fase revolusi teknologi yang merupakan suatu konsep
dimana penggabungan antara physical system dan cyber system.
Terintegrasinya antara Information Technology (IT) dengan Operation
Technology (OT) dalam suatu rangkaian proses yang bekerja sesuai dengan
data informasi serta adanya faktor pendukung berbasis Internet of Things (IoT)
dengan mengedepankan suatu objek untuk mengirim sebuah data melalui
jaringan internet tanpa adanya interaksi manusia dengan manusia.
Secara umum, industri 4.0 mengacu pada sarana otomatisasi dalam pertukaran
data seperti di bidang teknologi manufaktur. Terintegrasinya perangkat lunak
dengan sautu mesin yang kompleks dengan tujuan untuk membuat segala
sesuatu proses seperti pertukaran atau pengiriman data lebih cepat dan efisien.
Dalam Revolusi Industri 4.0, ada 9 teknologi yang akan menjadi pilar utama
untuk mengembangkan sebuah industri biasa menuju industri yang siap digital.
Tujuan industri 4.0 ini adalah untuk mencapai tingkat efisiensi dan produktivitas
operasional yang lebih tinggi, dengan tingkat otomatisasi yang lebih tinggi,
berikut ini merupakan kunci dari teknologi industri 4.0:
1. Internet of Things (IoT)
Dengan IoT dalam sebuah perusahaan memungkinkan untuk berkomunikasi
dan berinteraksi dengan baik satu sama lain dengan alat pengendali yang
terpusat. Dengan adanya IoT analisisi data dan pengambilan keputusan,
memungkinkan respon secara real time dapat didesentralisasi. Terdapat
beberapa implementasi dalam penerapan teknologi Internet of Thing (IoT)
yaitu sebagai berikut:
a. Digital Twin
Digital twin merupakan model virtual dari sebuah langkah kerja atau
service yang dapat dianalisa ataupun memantau sistem tersebut agar kita
dapat memperkirakan masalah yang akan timbul lebih cepat. Tujuan dari
teknologi ini dibuat untuk meningkatkan efisiensi kerja dan
mengumpullkan data dari lapangan secara langsung untuk melakukan
sebuah perbaikan dan perubahan.
b. Machine to Machhine (M2M)
Machine to Machine (M2M) mengacu pada teknologi yang memungkinkan
sistem nirkabel dan kabel untuk berkomunikasi dengan perangkat yang
lainnya. Komunikasi tersebut awalnya dilakukan pada sistem yang
memiliki jaringan remote, dimana mesin menyampaikan informasi kembali
ke pusat, yang dialihkan ke dalam sistem seperti komputer pribadi untuk
dianalisa.
c. Embedded System Embedded System (Sistem Tertanam)
adalah gabungan perangkat keras dan perangkat lunak komputer yang
dirancang untuk fungsi dalam sistem yang lebih besar. Sistem tertanam
ini memiliki tiga komponen yaitu hardware, software dan firmware serta
Real Time Operating System (RTOS).
d. Radio Frequency Identification (RFID)
RFID adalah sebuah metode identifikasi otomatis atau kodefikasi untuk
menandai sebuah produk yang terdiri dari beberapa komponen seperti
tag, Reader tag, Edge server, middleware, dan aplikasi perangkat lunak.
Tag RFID merupakan alat yang menempel pada benda yang akan
diidentifikasi oleh RFID reader, RFID reader itu sendiri adalah alat yang
digunakan untuk membaca RFID tag. Tag RFID berisi suatu tag atau chip
kecil untuk tempat penyimpanan data dan antena untuk
memungkinkannya menanggapi gelombang radio yang dipancarkan oleh
reader.
e. Cyber-Physical System (CPS)
Cps adalah sistem yang terdiri dari subsistem fisik, komputasi dan
jaringan komunikasi secara real time melalui jaringan internet.
f. Sensor dan Aktuator
Sensor merupakan perangkat untuk mendeteksi perubahan fisik seperti
tekanan gaya, besaran listrik, cahaya, gerakan, kelembaban, suhu,
kecepatan dan lainnya. Setelah mengamati terjadiya perubahan, input
yang terdeteksi akan dikonversi menjadi output yang dapat dimengerti
oleh manusia melalui perangkat sensor. Aktuator merupakan alat yang
mengubah tenaga listrik maupun fluida menjadi gerakan mekanis untuk
membuka atau mneutup guna mengontrol sebuah valve (katup). Kedua
perangkat ini dapat saling terhubung dimana sensor sebagai detektor dan
aktuator sebagai penggerak hasil dari perubahan yang dideteksi oleh
sensor agar kembali ke kondisi normal.
6. Integration System
Sistem integrasi atau integration system merupakan rangkaian yang
menghubungkan beberapa sistem bagi secara fisik maupun fungsional.
Sistem ini akan menggabungkan komponen sub sistem dalam satu sistem
yang menjamin setiap fungsi dapat berfungsi sebagai kesatuan dari sebuah
sistem. Sistem ini dibagi menjadi dua yaitu interagrasi vertikal dan integrasi
horizontal. Dengan adanya integrasi vertikal dalam pabrik dan horizontal
pada rantai produk, maka perusahaan,departemen, fungsi dan
kemampuanya akan menjadi lebih kohesif antar lintas perusahaan.
7. Autonomous Robot
Autonomous Robot adalah robot yang dapat bernavigasi secara mandiri
tanpa bantuan manusia. Autonomous Robot semakin berkembang dengan
adanya AI (Artificial Intelligence). Diharapkan dengan adanya Autonomous
Robot dapat mengurangi kesalahan produksi dan mengurangi biaya produksi.
8. Cloud computing
Cloud computing adalah teknologi yang menjadikan internet sebagai pusat
pengelolaan data dan aplikasi. Cloud computing dapat diartikan juga sebagai
proses pengolahan daya komputasi melalui jaringan internet yang memiliki
fungsi agar dapat menjalankan program melalui komputer yang telah
terkoneksi satu sama lain pada waktu yang sama.Dengan adanya cloud
computing, pengguna komputer diberikan hak akses (login) mengakses
virtual server untuk bisa konfigurasi server melalui internet.
9. Cyber Security
Cyber security adalah keamanan sistem informasi yang digunakan pada
komputer dan jaringannya untuk melindungi informasi dari adanya cyber
attack. Cyber attack dalam operasi informasi adalah semua jenis tindakan
yang sengaja dilakukan untuk mengganggu kerahasiaan (confidentiality),
integritas (integrity), dan ketersedian (availability) informasi. Sehingga data
penting perusahaan akan tetap aman dan terjaga kerahasiaannya.
3. Cloud Computing
Cloud computing adalah teknologi yang menjadikan internet sebagai pusat
pengelolaan data dan aplikasi. Cloud computing dapat diartikan juga sebagai
proses pengolahan daya komputasi melalui jaringan internet yang memiliki
fungsi agar dapat menjalankan program melalui komputer yang telah
terkoneksi satu sama lain. Untuk penerapan Cloud computing di PT Indo
Pacific yaitu data desain atau motif kain yang menggunakan aplikasi dan
internet yang dapat di akses oleh departemen R&D, PPIC, dan Weaving.
4. Cyber Security
Cyber security adalah keamanan sistem informasi yang digunakan pada
komputer dan jaringannya untuk melindungi informasi dari adanya cyber
attack. Untuk penerapan Cyber Security di PT Indo Pacific yaitu dengan
adanya kata sandi (Password) agar data penting perusahaan akan tetap
aman dan rahasia.
Dalam INDI 4.0 ada lima pilar yang diukur, yaitu: manajemen dan organisasi
(management and organization), orang dan budaya (people and culture), produk
dan layanan (product and services), teknologi (technology), dan operasi pabrik
factory operation). Kemudian dari kelima pilar tadi dibagi lagi menjadi 17 bidang.
Dari 17 bidang inilah yang dijadikan acuan untuk mengukur kesiapan industri di
Indonesia untuk bertransformasi menuju Industri 4.0. berikut kelima pilar berikut
dengan nilai rata-rata nya dapat dilihat pada tabel 3.20 dibawah ini:
2
Rata-Rata
0
2
Rata-Rata
d. Teknologi
Bidang dengan hasil terbesar adalah bidang Mesin Cerdas dan Digitalisasi
dengan skor 1, sedangkan bidang lainnya tidak memliki skor. Hasil asesmen
pada pilar Teknologi dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut ini.
1 Rata-Rata
Digitalisasi 0 Konektivitas
Mesin Cerdas
e. Operasi Pabrik
Pada pilar ini didapat hasil asesmen sebesar 1. Pada pillar ini setiap bidang
memilik skor yang sama yaitu skor 1. Hasil asesmen pada pilar Operasi
Pabrik dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut ini
2
Rata-Rata
Sistem Perawatan Cerdas 0 Rantai Pasok dan Logistik Cerdas
Analisa pain point berdasarkan hasil asesmen INDI 4.0 dilihat dari pilar yang
memiliki level terendah dan pada bidang terendah yang terdapat pada pilar
tersebut. Analisa pain point berdasarkan hasil asesmen INDI 4.0 yang diurutkan
dari pilar dengan level tertinggi hingga terendah dapat dilihat pada tabel berikut
ini.
Berdasarkan tabel diatas, didapat hasil pain point terendah terdapat pada pilar
Teknologi. Sedangkan pain point tertinggi terdapat di pilar Produk dan Layanan
pada bidang pengembangan kompetensi karena di PT Indo Pacific masih belum
memiliki Teknologi yang memenuhi terkait Industri 4.0.
1. Sistem Barcode
Melakukan pengadopsian teknologi dengan memakai sistem barcode, pada
sistem ini teknologi yang dibutuhkan adalah barcode printer dan barcode
reader. Fungsi dari sistem ini adalah untuk mengetahui spesifikasi produk
atau jumlah barang yang keluar dan masuk hanya dengan melakukan scan
pada barcode yang telah disediakan.
2. Sistem RFID
Melakukan peningkatan teknologi dengan memakai sistem RFID, pada
sistem ini teknologi yang dibutuhkan adalah RFID tag, RFID reader, RFID
antenna. Fungsi dari sistem ini adalah untuk mengetahui spesifikasi produk
atau jumlah barang yang keluar dan masuk, cara kerjanya adalah ketika
RFID tag terdetksi oleh RFID reader maka sistem akan secara otomatis
terbaca dan data tersebut akan langsung bisa diakses didalam komputer.
3. Sistem Tracking Pada Produk Pengiriman
Pengadopsian teknologi dengan memakai sistem Tracking Pada Produk
Pengiriman, pada sistem ini teknologi yang dibutuhkan adalah software
Tracking dan GPS. Fungsi dari sistem ini adalah untuk mengetahui atau
melacak produk saat pengiriman berlangsung mulai dari perusahaan, selama
perjalanan dan sampai di tangan konsumen. Sistem ini juga berguna untuk
memastikan barang dalam keadaan aman saat proses pengiriman.
3.6.3.2 Pemilihan Solusi Terbaik
Untuk dapat memberikan solusi terbaik kepada Perusahaan, dilakukan beberapa
pertimbangan terhadap ide-ide yang sudah diajukan. Pertimbangan ini akan
meliputi beberapa aspek seperti apa, siapa, bagaimana dan hal-hal lainnya yang
mampu menunjang dalam pengambilan keputusan. Pertimbangan terhadap
beberapa ide yang diajukan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
3.6.4.1 Deskripsi
PT Indo Pacific berada pada berada di level 1 yang berarti Perusahaan berada
dalam tahap AWAL dalam menerapkan industri 4.0. Dari hasil analisis pain point
PT Indo Pacific titik terendah berada pada pillar Teknologi. Dari titik lemah
tersebut, maka akan dilakukan peningkatan terhadap pilar teknologi sehingga
akan menaikan level nya menjadi lebih tinggi. Setelah dilakukan pertimbangan
solusi terhadap ide-ide yang terbaik maka teknologi RFID sangat cocok untuk
diterapkan di PT Indo Pacific.
Tahapan persiapan
Pada tahapan persiapan ini lebih memfokuskan pada kebutuhan pekerja
beberapa langkah dalam tahapan ini antara lain.
a. Menentukan Tujuan
Menerapkan manajemen dokumen atau solusi peraturan baru
memerlukan perubahan pada proses dan prosedur yang sudah dikenal.
Tujuan penerapan RFID adalah untuk meningkatkan pengumpulan data
dan keamanan komponen mesin di sektor korporasi.
b. Sosialisasi RFID
Sosialisasi terkait RFID kepada karyawan sangat berpengaruh terhadap
suksesnya proyek ini karena karyawan menjadi target oprasional dari proyek ini.
Tahapan Implementasi
Pada tahapan ini digubakan untuk melandasi hal-hal berikut:
a. Pembelian scanner dan Konfigurasi Setelah scanner dibeli langkah
selanjutnya yaitu RFID reader dan konfigurasi komputer untuk menyimpan data
barang.
b. Pada tahap instalasi dan pengkoneksian, dilakukan dengan
menginstalasi komputer, menginstalasi server untuk RFID, menginstalasi
RFID reader, migrasi data dari buku manual ke komputer, serta pengkoneksian
dari RFID ke ERP.
c. Pada tahap percobaan dilakukan dengan menerapkan sistem RFID pada kain
yang diproduksi. Aktivitas dalam fase ini meliputi tata kelola RFID dan
perencanaan keamanan, aktivitas manajemen, serta aktivitas operasional dan
pengembangan. Langkah ini dilakukan melalui proses pengepakan di gudang.
Pengemas memasang tag RFID atau plastik RFID tergantung pada batch atau
jenis kain. Kain tersebut kemudian diteruskan ke pembaca RFID yang terhubung
ke komputer, yang mencatat data dan menampilkan hasil serta identifikasi kain
tersebut. Untuk mendukung sistem entri data yang lebih efisien, akurat dan
cepat, tahap ini memerlukan penambahan fungsionalitas pendukung berupa
entri data pada seluruh bagian produksi, termasuk komputer, tablet, dll.
Tujuan Pembelian
Sosialisasi RFID
Penerapan RFID Alat RFID
RFID
1 Rp.1.400.000 1 Rp.1.400.000
Reader
Tabel 3.10 Pertimbangan Terhadap Solusi Terbaik
10.00 Rp.14.500.00
2 RFID tag Rp.1.450
0 0
RFID Rp.2.125.00
3 1 Rp.2.125.000
Antenna 0
Rp.5.000.00 Rp.10.000.00
4 Komputer 2
0 0
Instalisas
Rp.8.000.00
5 i - 1 Rp.8.000.000
0
Software
Rp.28.025.00
Total
0
Pada bab ini akan membahas mengenai masalah yang terjadi pada perencanaan
dan Pengendalian Produksi, Proses Produksi, pemeliharaan dan perbaikan
mesin, pengendalian mutu, serta transformasi industri 4.0 di PT Delta Merlin
Dunia Tekstil VI dan PT Indo Pacific. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah
dilakukan selama kerja industri di PT Delta Merlin Dunia Tekstil VI ditemukan
kendala yang mana terdapat cacat netting pada kain yang disebabkan benang
lusi lolos pada saat proses Loom dengan konstruksi kain PE 605445 K 1/1.
Konstruksi tersebut sudah melalu proses perhitungan yang telah dirancang oleh
bagian Planning Product and Control (PPC),. Permasalahan ini terjadi pada
bulan april 2020 lalu, yang awalnya kain ini sempat di complain oleh customer
dan dikembalikan kainnya akibat terkontaminasi, lalu setelah di cek Kembali kain
ini tidak hanya terkontaminasi melainkan terjadinya cacat netting pada kain
tersebut, di bawah ini adalah lampiran surat komplain dari customer tersebut.
Cacat netting pada kain adalah ketika ada bagian kain yang mengalami
kerusakan atau retakan, sehingga menyebabkan kemunculan jaringan atau
benang yang terbuka. Hal ini dapat mengurangi kekuatan dan
keindahan kain tersebut. Bisa dilihat pada gambar dan tanda panah hitam di atas
itu terdapat bagian permukaan kain yang sedikit gelap, itu adalah salah satu ciri
dari cacat netting, hal itu disebabkan karena terdapat benang lusi yang tidak
teranyam. Sedangkan pada panah yang berwarna hijau, permukaan kain
tersebut terlihat terang karena teranyam benang lusi di bagian tersebut.
Kendala yang sering terjadi dilapangan salah satunya adalah faktor sumber daya
manusia. Karena dalam hakikatnya manusia memiliki karakteristik yang berbeda-
beda, sehingga dalam konteks pekerjaan pun manusia harus disesuaikan
dengan keterampilan yang dimiliki nya. Keterampialan dan kemampuan operator
yang berbeda-beda dalam mengoperasikan mesin, bisa menjadi bukti bahwa
sumber daya manusia merupakan salah satu faktor kendala dalam proses
Kemudian ada kendala faktor mesin, mesin bisa menjadi suatu kendala karena
pada dasarnya mesin memerlukan pemeliharaan dan perawatan sesuai dengan
ketentuannya. Ketika ketentuan tersebut tidak dijalankan, maka akan
mengakibatkan kerusakan pada komponen mesin. Kerusakan tersebut yang
akan menghambat proses produksi berlangsung.
Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya cacat netting pada kain,
yaitu
Kurang nya perhatian operator pencucukan terhadap SOP dalam
melaksanakan pekerjaannya, sehingga banyak benang lusi yang tidak
tercucuk pada dropper, gun, dan sisir tenun.
terdapat benang lusi yang tidak teranyam, yang artinya benang tersebut
tidak teranyam dengan benang pakan karena benang lusi tersebut tidak
tercucuk pada saat pencucukan, sehingga pada saat pengetekan pada
proses mesin tenun terjadi, benang tersebut tidak ikut teranyam yang
mengakibatkan berkurangnya benang lusi pada kain. berikut adalah
gambar 4.2 benang lusi yang tidak teranyam pada mesin tenun.
Gambar 4.2 Benang lusi yang tidak teranyam pada proses loom
Dapat dilihat pada gambar diatas ada tanda panah berwarna biru yang menunjuk
ada beberapa benang lusi yang tidak teranyam, hal ini dapat mengakibatkan
berkurang nya benang lusi terhadap kain yang sudah jadi walaupun lebar dan
Panjang kain sesuai, namun hal tersebut dapat mengakibatkan cacat netting
pada kain. Oleh karena itu solusi yang harus dilakukan adalah lebih
memperhatikan SOP dalam melaksanakan pekerjaan, supaya hasil dari
perkerjaan dengan menerapkan SOP dengan benar itu bisa sesuai dengan apa
yang di rencanakan.
Pada 17 desember 2023 di PT Indo Pacific terdapat sebuah masalah pada mesin
tenun nomor 100 terdapat jumlah cacat yang cukup banyak pada kain yang di
produksi, yaitu lusi ngolong atau lusi loncat sepanjang 441 meter sehingga
menghasilkan kain grade C ketika di inspect di bagian inspecting, dan akhirnya
bagian inspecting membuat surat komplain kepada bagian weaving. berikut surat
komplain dapat dilihat di bawah ini:
Dapat dilihat pada lampiran diatas merupakan surat komplain dari bagian
inspecting untuk bagian weaving karena banyak lusi ngolong atau lusi loncat
yang menghasilkan kain menjadi grade C. Berikut gambar lusi ngolong atau lusi
loncat dapat dilihat di bawah ini:
Sumber: Departemen Inspecting PT Indo Pacific, 2023
Ciri cacat lusi ngolong atau lusi loncat disebabkan kurang nya tegangan benang
lusi pada mesin tenun sehingga menghambat hasil produksi, penyebab lainnya
yang memungkinkan terjadi lusi loncat adalah perawatan mesin yang kurang
baik, Kurangnya perawatan atau pemeliharaan yang tepat pada mesin tenun
dapat menyebabkan berbagai masalah, termasuk lusi loncat.
4.3 Pemeliharaan Mesin
Pemeliharaan dan perbaikan mesin adalah aspek kritis dalam menjaga kinerja
optimal dan umur pakai mesin industri. Pemeliharaan yang baik dapat mencegah
kerusakan, meningkatkan efisiensi operasional, dan mengurangi downtime
produksi. Di sisi lain, perbaikan yang cepat dan tepat waktu diperlukan ketika
mesin mengalami masalah agar proses produksi tidak terganggu. Kain cacat lusi
loncat yang disebabkan kurangnya tegangan pada mesin tenun nomor 100 ini di
komplain oleh bagian inspecting karena sudah 4 kali hasil kain yang di inspect
menghasilkan kain grade C Hal yang dilakukan oleh bagian maintenance PT Indo
Pacific untuk mengatasi cacat lusi loncat adalah menaikkan tegangan lusi pada
mesin tenun. Yang dimana awal tegangan benang lusi pada mesin adalah 100
kg, diubah menjadi 250 kg. Berikut adalah alur pengubahan tegangan benang
lusi bisa dilihat di bawah ini:
Sumber: Departemen Weaving PT Indo Pacific, 2023
Karena itu, terdapat pengendalian mutu terhadap kain maupun mesin yang dapat
dilakukan agar cacat lusi loncat dapat diminimalisir, yaitu pindah mesin. Bisa
dilihat pada lampiran 4..... di halaman selanjutnya, hasil inspeksi kain yang ke 5
mendapatkan grade A, hal itu karena kain yang di produksi di mesin nomor 100
di pindahkan ke mesin nomor 107, supaya produksi tetap berjalan sesuai waktu
dan target yang telah direncanakan.