Anda di halaman 1dari 18

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini di lakukan di Kabupaten Kudus Provinsi Jawa Tengah.


Kabupaten ini terletak pada wilayah yang cukup strategis, yaitu berada di jalur
perlintasan ekonomi antar provinsi, yaitu jalur nasional pantura sehingga
daerah ini dijadikan sentra perdagangan nasional yang memiliki mobilitas
tinggi dan aksesibilitas yang berperan dalam memacu tingkat perkembangan
wilayah. Penulis tertarik untuk menganalisis tingkat perkembangan wilayah
Kabupaten Kudus dan analisis hirarki pusat pelayanannya sehingga akan
diketahui kecamatan yang akan dijadikan prioritas pembangunan berdasarkan
tipologi wilayah.

Penelitian ini diawali dengan penyusunan proposal, pengumpulan data,


analisis data, sampai penulisan laporan/skripsi. Adapun rincian waktu yang
dibutuhkan untuk melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1. Waktu Penelitian

2019 2020
No Jenis Kegiatan Bulan Bulan
.
Nov Des Jan Feb Mar-Nov Des

1 Penyusunan Proposal

2 Pengumpulan Data

3 Analisis Data

4 Penulisan Laporan/skripsi

5 Ujian sidang
commit to user

20
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Peta 3.1. Peta Administrasi Kabupaten Kudus


(Sumber : Peneliti)

21
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

22

B. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan bentuk penelitian deskriptif kualitatif.


Penelitian deskripstif adalah penelitian yang mengarah pada pengungkapan
masalah atau keadaan sesuai fakta-fakta yang ada dengan disertai interpretasi
dan analisis. Analisis deskriptif kualitatif dilakukan untuk menganalisis
tingkat perkembangan wilayah yang dihitung dari beberapa indikator yang
sudah ditentukan, yaitu demografi, aksesibilitas wilayah, dan fasilitas sarana
sosial ekonomi, serta analisis terkait prioritas pembangunannya.

Penelitian ini menggunakan beberapa data sebagai bahan analisis,


yaitu data Kabupaten Kudus Dalam Angka Tahun 2019, foto kondisi wilayah
berupa fasilitas dan infrastruktur, serta jurnal dan penelitian sebelumnya yang
relevan sebagai bahan tambahan kajian dalam analisis. Unit analisis terkecil
pada wilayah penelitian ini adalah kecamatan.

C. Data dan Sumber Data

Data sebagai bahan analisis yang digunakan dalam penelitian ini


adalah data sekunder berupa dokumen yang diterbitkan oleh instansi
pemerintah Kabupaten Kudus, yaitu Kabupaten Kudus Dalam Angka Tahun
2019 yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Kudus,
serta data primer yaitu foto kondisi wilayah berupa fasilitas dan infrastruktur
sebagai data penunjang variabel dan bahan tambahan analisis.

Berikut adalah data-data sekunder yang diperoleh dari instansi


pemerintah Kabupaten Kudus :

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

23

Tabel 3.2. Data dan Sumber Data

No Indikator Parameter Sumber data

1 Demografi  Jumlah penduduk Kabupaten


 Kepadatan penduduk Kudus Dalam
 Laju pertumbuhan penduduk Angka 2019

2 Aksesibilitas  Luas wilayah Kabupaten


wilayah  Jarak ke ibukota kabupaten Kudus Dalam
 Kepadatan Jalan Angka 2019

3 Fasilitas sosial  Fasilitas pendidikan : TK, Kabupaten


ekonomi SD, MI, SMP, MTs, SMA, Kudus Dalam
MA, SMK, perguruan tinggi Angka 2019
 Fasilitas kesehatan : rumah
sakit, rumah sakit bersalin,
poliklinik, puskesmas,
puskesmas pembantu, apotek,
toko obat, polindes, posyandu
 Fasilitas ekonomi : pasar
modern, pasar daerah, pasar
desa, pasar hewan, hotel,
koperasi dan pegadaian

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

24

D. Teknik Pengumpulan Data


1. Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah teknik yang dilakukan dengan cara


memperoleh dan mengumpulkan beberapa data yang diterbitkan oleh
instansi pemerintah. Beberapa data yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu Kabupaten Kudus Dalam Angka 2019, diterbitkan oleh Badan Pusat
Statistik (BPS) Kabupaten Kudus. Sedangkan data foto wilayah diperoleh
dari dokumentasi langsung ke lapangan.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan dalam upaya menginterpretasikan data-


data yang sudah diperoleh sehingga akan ditemukan makna-makna yang
baru serta pemecahan masalah. Dalam penelitian ini menggunakan teknik
analisis data sebagai berikut :

1. Analisis Hirarki Pusat Pelayanan Wilayah


Teknik analisis yang digunakan untuk menentukan pusat pelayanan
dalam penelitian ini adalah teknik analisis Skalogram Guttman dan
Indeks Sentralitas Marshall. Tujuan dari kedua teknik analisis tersebut
adalah untuk mengetahui bagaimana kelengkapan fasilitas pada masing-
masing kecamatan berdasarkan jumlah dan jenis fasilitasnya. Penentuan
hirarki pusat pelayanan suatu wilayah ditentukan berdasarkan indikator
yang menentukan pemusatan pergerakan penduduk yaitu indikator
fasilitas pelayanan. Pada penelitian ini, jenis fasilitas pelayanan yang
dianalisis menggunakan metode tersebut adalah sebagai berikut:

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

25

a. Fasilitas Pendidikan
Sarana pendidikan dalam menunjang perkembangan wilayah
berfungsi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Peranan sarana pendidikan dalam penelitian ini dilihat dari segi
jumlah ketersediaan sarana dalam wilayah tersebut. Fasilitas
pendidikan dalam penelitian ini meliputi TK, SD/MI, SLTP/Mts,
dan SLTA/MA.
b. Fasilitas Kesehatan
Fungsi dari sarana kesehatan adalah memberikan pelayanan
kesehatan penduduk dan mengendalikan perkembangan dan
pertambahan penduduk yang dapat menunjang kesejahteraan
penduduk di wilayah tersebut. Fasilitas kesehatan dalam penelitian
ini meliputi rumah sakit, rumah sakit bersalin, puskesmas, dan
apotek.
c. Fasilitas Ekonomi
Sarana ekonomi dapat memudahkan dalam kegiatan
perekonomian guna menunjang perkembangan wilayah. kegiatan
ekonomi dapat berjalan dengan baik jika didukung dengan sarana
ekonomi yang memadai. Fasilitas ekonomi dalam penelitian ini
adalah pasar.

Asumsi yang digunakan dalam perhitungan skalogram adalah


wilayah yang memiliki fasilitas terlengkap merupakan wilayah yang
ditetapkan sebagai pusat pertumbuhan. Menurut Priyadi dan Atmadji
(2017:202) untuk menentukan wilayah pusat pertumbuhan adalah dengan
melihat banyaknya jenis fasilitas yang terdapat di wilayah tersebut, bukan
hanya dari jumlah unit fasilitasnya. Langkah awal dalam perhitungan
skalogram adalah dengan membuat tabel perhitungan dengan
mencantumkan jenis-jenis fasilitas yang akan dihitung kelengkapannya.

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

26

Perhitungan dilakukan dengan cara present dan absent, dimana wilayah


yang memiliki fasilitas dikonversi menjadi angka 1 dan wilayah yang
tidak memiliki fasilitas diberi nilai 0. Angka-angka tersebut kemudian
dijumlahkan secara horizontal dan vertikal. Penjumlahan horizontal untuk
mengetahui jumlah jenis fasilitas yang dimiliki setiap kecamatan,
sedangkan penjumlahan vertikal untuk mengetahui jumlah kecamatan
yang memiliki fasilitas tersebut. Kemudian tabel tersebut diurutkan dari
kecamatan yang memiliki fasilitas terbanyak berada pada urutan paling
atas dan fasilitas yang persebarannya paling lengkap berada di posisi
paling kiri. Perhitungan dilanjutkan dengan menghitung kelayakan
skalogram dengan menghitung Coeffisien of Reproducibility atau COR.
Analisis dengan skalogram dianggap layak jika nilai COR sebesar 0,9
sampai dengan 1. COR dihitung dengan rumus :

Keterangan :
CR : tingkat kesalahan
Ʃe : jumlah kesalahan
N : jumlah kecamatan x jumlah fasilitas
Setelah mengetahui kelengkapan fasilitas menggunakan analisis
skalogram, maka langkah selanjutnya adalah memberikan bobot pada
masing-masing fasilitas yang dihitung. Metode skalogram tidak
memberikan bobot pada distribusi nilai akhir dan tidak
mempertimbangkan jumlah fasilitas sehingga analisis skalogram ini
diintegrasikan dengan analisis Indeks Sentralitas Marshall. Bobot pada
setiap unit fasilitas diperoleh menggunakan rumus berikut :

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

27

C = t/T

Keterangan :
C = bobot atribut fungsi
t = nilai sentralisasi gabungan (100)
T = jumlah total atribut dalam sistem
(Gaffara, Ahmad & Fatih, 2015)
Bobot masing-masing unit fasilitas yang telah diperoleh dikalikan
dengan jumlah unit fasilitas. Setelah hasil pembobotan diketahui maka
langkah selanjutnya adalah menjumlahkan hasil pembobotan seluruh
fasilitas pada setiap kecamatan. Kemudian untuk menentukan kecamatan
yang menjadi pusat pertumbuhan adalah dengan menentukan hirarki yang
dicari dengan rumus interval yang terbentuk dengan persamaan berikut :

I= T–t
K

dimana I adalah panjang interval kelas yang terbentuk, T adalah jumlah


Indeks Sentralitas tertinggi, t adalah jumlah Indeks Sentralitas terendah,
dan K adalah jumlah kelas. Setelah itu akan diperoleh hasil klasifikasi
yang terdiri dari tiga hirarki yaitu hirarki I, hirarki II, dan hirarki III. Hasil
perhitungan tersebut juga ditampilkan dalam Peta Hirarki Pusat
Pelayanan Kabupaten Kudus dengan skala 1:50.000. Peta tersebut akan
menunjukkan hirarki pusat pelayanan Kabupaten Kudus dengan simbol
dot. Simbol dot pada peta memiliki ukuran yang tidak sama karena
menunjukkan hirarki yang berbeda sesuai wilayahnya, semakin besar
hirarkinya maka simbol dotnya semakin kecil.

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

28

Distribusi dan ketersediaan fasilitas pelayanan sebagai fungsi dari


tata ruang wilayah merupakan hal penting untuk mencapai pemerataan
sosial dan kualitas hidup. Setiap kecamatan di Kabupaten Kudus
mempunyai peran tersendiri yang sudah ditentukan berdasarkan potensi
wilayah masing-masing. Sehingga dalam upaya pembangunan perlu
disesuaikan dengan aturan yang ada. Berdasarkan peraturan yang termuat
dalam Perda Kabupaten Kudus No. 16 Tahun 2012 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Tahun 2012-2032, sistem pusat pelayanan
wilayah Kabupaten Kudus direncanakan sebagai berikut :

a. PKW (Pusat Kegiatan Wilayah)


PKW adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani
kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota. PKW
Kabupaten Kudus meliputi Kawasan Perkotaan Kudus yaitu Kota
Kudus.
b. PKLp (Pusat Kegiatan Lokal Promosi)
PKLp adalah Pusat Pelayanan Kawasan yang dipromosikan untuk di
kemudian hari menjadi PKL. PKLp Kabupaten Kudus meliputi
Ibukota Kecamatan Jekulo.
c. PPK (Pusat Pelayanan Kawasan)
PPK adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani
kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa. PPK Kabupaten Kudus
meliputi Ibukota Kecamatan Undaan, Ibukota Kecamatan Gebog,
Ibukota Kecamatan Dawe, Ibukota Kecamatan Mejobo.
d. PPL (Pusat Pelayanan Lingkungan)
PPL adalah pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani
kegiatan skala antar desa. PPL Kabupaten Kudus meliputi Desa Puyoh
Kecamatan Dawe, Desa Colo Kecamatan Dawe, Desa Menawan
Kecamatan Gebog, Desa Bulungcangkring Kecamatan Jekulo, Desa

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

29

Kesambi Kecamatan Mejobo, Desa Kaliwungu Kecamatan


Kaliwungu, Desa Wates Kecamatan Undaan, Desa Kalirejo
Kecamatan Undaan.
2. Tingkat Perkembangan Wilayah

Penyusunan berbagai indeks yang digunakan untuk mengukur


tingkat perkembangan wilayah tidak mempunyai ukuran dan satuan yang
sama, sehingga perlu melakukan standarisasi indikator dengan
menyamakan asumsi dan satuan. Metode standarisasi yang dipakai dalam
penelitian ini yaitu teknik skoring. Teknik skoring dilakukan dengan
memberikan nilai skor pada masing-masing indikator, sehingga indikator
yang berbeda menjadi satuan yang sama. Masing-masing indikator
diberikan skor sesuai data dari yang terendah dan tertinggi kemudian
diintervalkan menjadi tiga kelas, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Pada
penelitian ini, tingkat perkembangan wilayah yang dianalisis adalah
seluruh kecamatan di Kabupaten Kudus menggunakan data BPS tahun
2019. Menurut Dewi (2013) indikator yang digunakan dalam penentuan
tingkat perkembangan wilayah adalah :

a. Kependudukan
Indikator kependudukan merupakan salah satu faktor penting
untuk mengukur tingkat perkembangan wilayah karena dalam tujuan
pembangunan wilayah terdapat tujuan untuk meningkatkan sumber
daya manusia (Prakoso, 2018). Dalam penelitian ini, parameter
kependudukan yang digunakan adalah jumlah penduduk, kepadatan
penduduk, dan laju pertumbuhan penduduk. Menurut Setiawan (2016)
jumlah penduduk ikut berperan serta dalam mendorong pembangunan
wilayah dengan asumsi bahwa semakin banyak jumlah penduduk suatu
kecamatan maka semakin besar daya tarik dan tingkat interaksi dengan
kecamatan lain.

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

30

Tingkat kepadatan penduduk diperoleh dari hasil perbandingan


banyaknya jumlah penduduk dengan luas wilayah tertentu. Terjadinya
kepadatan penduduk disebabkan karena adanya aktivitas
perekonomian yang relatif kompleks dan tinggi. Kepadatan penduduk
dapat dihitung menggunakan rumus :

Kepadatan Penduduk = Jumlah Penduduk (jiwa)

Luas Wilayah (Km2)

Kenaikan atau penurunan jumlah penduduk akibat pertumbuhan


penduduk total dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :

Kemudian untuk laju pertumbuhan penduduk total dapat dihitung


menggunakan rumus berikut :

Keterangan :
Pt = Jumlah penduduk tahun akhir perhitungan
Po = Jumlah penduduk tahun awal perhitungan
L = Jumlah kelahiran/Fertilitas
M = Jumlah kematian/Mortalitas
I = Jumlah imigrasi
E = Jumlah Emigrasi
r = laju pertumbuhan penduduk total (%)

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

31

b. Aksesibilitas Wilayah
Tingkat aksesibilitas suatu wilayah dapat dinilai dari
banyak atau tidaknya sistem jaringan jalan dan jarak kecamatan
menuju ibukota kabupaten yang menunjukkan mudahnya akses
dalam menunjang aktivitas penduduk. Parameter aksesibilitas
dalam penelitian ini terdiri dari tiga parameter, yaitu sebagai
berikut :

1) Luas wilayah
2) Jarak absolut ke ibukota kabupaten
3) Kepadatan jaringan jalan
Kepadatan jaringan jalan dapat dihitung dengan rumus :

Kepadatan jalan = panjang jalan


Luas wilayah

c. Fasilitas Sarana Sosial Ekonomi


Fasilitas sarana sosial ekonomi seperti dalam bidang
pendidikan, kesehatan, dan ekonomi dapat menunjang aktivitas dan
kebutuhan penduduk dalam meningkatkan kesejahteraan. Fasilitas-
fasilitas tersebut diberikan bobot berdasarkan pertimbangan
penentuan standar pelayanan minimal dalam rencana
pengembangan kebutuhan berdasarkan keputusan menteri
permukiman dan prasarana wilayah nomor 534/KPTS/M/2001,
yaitu sebagai berikut :

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

32

Tabel 3.3 Standar fasilitas pendidikan


No. fasilitas Pendidikan Jumlah penduduk terlayani
1 TK 1.000 jiwa tiap 1 unit
2 SD 6.000 jiwa tiap 1 unit
3 SLTP/MTs 25.000 jiwa tiap 1 unit
4 SLTA/MA 30.000 jiwa tiap 1 unit
Sumber : Kepmen Kimpraswil No.534/KPTS/M/2001

Tabel 3.4 Standar fasilitas kesehatan


No. Fasilitas kesehatan Jumlah penduduk terlayani
1 Rumah sakit umum 240.000 jiwa tiap 1 unit
2 Puskesmas 120.000 jiwa tiap 1 unit
3 Rumah sakit bersalin 30.000 jiwa tiap 1 unit
4 Apotek 10.000 jiwa tiap 1 unit
Sumber : Kepmen Kimpraswil No.534/KPTS/M/2001

Tabel 3.5 Standar fasilitas ekonomi


No. Fasilitas ekonomi Jumlah penduduk terlayani
1 Pasar 30.000 jiwa tiap 1 unit
Sumber : Kepmen Kimpraswil No.534/KPTS/M/2001

Setelah menentukan fasilitas sarana sosial ekonomi yang


dijadikan sebagai indikator, langkah berikutnya adalah melakukan
pembobotan pada masing-masing fasilitas tersebut. Pembobotan
dilakukan dengan cara mengalikan skor persentase ketersediaan riil
fasilitas dengan bobot fasilitasnya. Cara menghitung persentase
ketersediaan riil masing-masing fasilitas adalah sebagai berikut :

Hasil persentase ketersediaan riil masing-masing fasilitas dibuat


kelas interval berdasarkan jenis fasilitasnya untuk menentukan skor
pada setiap fasilitas yang akan dikalikan dengan bobotnya.

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

33

Analisis yang digunakan dalam tingkat perkembangan


wilayah dalam penelitian ini adalah hasil indeks komposit dari hasil
skoring semua indikator yang telah dihitung, yaitu indikator
kependudukan, aksesibilitas, dan fasilitas sarana sosial ekonomi.
Selanjutnya indeks komposit dari hasil skoring tersebut dibuat
klasifikasi yang merupakan penyederhanaan pengukuran untuk
membuat perbedaan ke dalam tiga kategori, yaitu tingkat
perkembangan tinggi, sedang, rendah. Distribusi tingkat
perkembangan wilayah dapat dilihat dari perbedaan skor
keseluruhan indikator-indikator yang ada. Hasil dari tingkat
perkembangan wilayah juga disajikan pada Peta Tingkat
Perkembangan Wilayah Kabupaten Kudus dengan skala 1:50000.

3. Analisis Tipologi Wilayah dan Prioritas Pembangunan

Menurut Hastanto & Marif (2013:599) tipologi diartikan sebagai


studi atau analisis yang mengelompokkan sesuatu ke dalam kategori-
kategori yang telah ditentukan maupun yang memiliki karateristik atau
kemiripan terhadap suatu ciri tertentu. Tipologi wilayah merupakan
analisis penggabungan Tingkat Perkembangan Wilayah (TPW) dan hirarki
pusat pelayanan. Tipologi wilayah mengaitkan keduanya dengan cara
menghubungkan hasil perolehan Tingkat Perkembangan Wilayah (TPW)
yang terbagi atas tiga bagian yaitu tinggi, sedang, dan rendah dengan kelas
analisis skalogram dan indeks sentralitas yang terbagi tiga bagian yaitu
hirarki I, hirarki II, hirarki III. Tipologi wilayah dalam penelitian ini
adalah pengelompokan wilayah yang dikategorikan sebagai wilayah
perkotaan di Kabupaten Kudus dengan indikator yang telah ditentukan.
Matondang (Zakiyah, 2019:38) menjelaskan bahwa tipologi wilayah akan
membagi kecamatan menjadi tiga tipe, yaitu sebagai berikut :

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

34

a. Tipe I
 TPW tinggi dan berada pada hirarki I
 TPW tinggi dan berada pada hirarki II
 TPW sedang dan berada pada hirarki I
b. Tipe II
 TPW tinggi dan berada pada hirarki III
 TPW sedang dan berada pada hirarki II
 TPW rendah dan berada pada hirarki I
c. Tipe III
 TPW sedang dan berada pada hirarki III
 TPW rendah dan berada pada hirarki II
 TPW rendah dan berada pada hirarki III

Tabel 3.6. Tipologi Perkembangan Wilayah

Tingkat Tipe Pusat Pelayanan


Perkembangan
Hirarki I Hirarki II Hirarki III
Wilayah

Tinggi

Sedang

Rendah

(Sumber : Zakiyah, 2019)

Keterangan :

- Tipe I (berkembang)
- Tipe II (stagnan)
- Tipe III (tertinggal)

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

35

Hasil analisis tipologi wilayah dapat digunakan untuk


memudahkan dalam membaca hasil dari perhitungan tingkat
perkembangan wilayah dan hirarki pusat pelayanan di Kabupaten Kudus.
Seluruh kecamatan perlu dilakukan pembangunan untuk memperkecil
adanya ketimpangan. Prioritas tidak hanya terkait penentuan
kecamatannya saja, akan tetapi apa saja fasilitas yang perlu ditambahkan
untuk menunjang aktivitas masyarakat. Tipologi wilayah juga dapat
digunakan untuk menganalisis kesesuaian antara tingkat perkembangan
wilayah dengan hirarki pusat pelayanan. Apakah kecamatan yang
dijadikan pusat pertumbuhan memiliki tingkat perkembangan yang lebih
tinggi dibandingkan kecamatan lain atau tidak.

. Menurut Rahayu & Santoso (2014:1) untuk mengurangi


ketimpangan pengembangan wilayah maka bisa menggunakan salah satu
strategi yaitu mengembangkan wilayah tertentu menjadi pusat
pertumbuhan (growth pole) secara menyebar. Pembangunan wilayah
harus selaras dengan kebijakan yang sudah ada dalam Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) terkait rencana struktur ruang wilayah terutama
dalam kaitannya dengan pusat kegiatan di wilayah Kabupaten Kudus
yang menjadi simpul pelayanan sosial ekonomi masyarakat di Kabupaten
Kudus. Rencana sistem pusat pelayanan di Kabupaten Kudus yang
tercantum dalam RTRW Kabupaten Kudus meliputi PKW, PKLp, PPK,
dan PPL.

F. Prosedur Penelitian

Tahap prosedur penelitian ini adalah tahap yang memberi suatu


gambaran tentang keseluruhan perencanaan, pelaksanaan perolehan data,

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

36

analisis data, sampai penulisan laporan penelitian. tahap-tahap dalam


penelitian ini meliputi :

1. Pengajuan Judul
Pengajuan judul merupakan langkah pertama sebelum tahap
penyusunan proposal penelitian.
2. Penyusunan Proposal Penelitian
Penyusunan proposal merupakan kegiatan menyusun rencana
penelitian dan melengkapi perijinan yang digunakan untuk permohonan
melaksanakan penelitian.
3. Pengumpulan Data
Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah mengumpulkan
data. Data yang digunakan berupa dokumen yang diterbitkan Badan Pusat
Statistik (BPS) Kabupaten Kudus.
4. Analisis Data
Pada tahap ini, seluruh data yang sudah terkumpul dianalisis
dengan metode deskriptif kualitatif. Data hasil analisis tersebut disajikan
dalam bentuk deskripsi, tabel dan peta.
5. Penulisan Laporan Penelitian
Bagian akhir dari prosedur penelitian ini adalah penyusunan
laporan penelitian. Laporan hasil penelitian diwujudkan dalam bentuk
skripsi.

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

37

Tahap Persiapan :

1. Studi Literatur
2. Pengajuan
Judul BAB I - Pendahuluan

BAB II - Kajian Pustaka


Penyusunan Proposal
Penelitian BAB III - Metode Penelitian

Data Sekunder :
Pengumpulan Data
1. Kabupaten Kudus Dalam Angka 2019

Prioritas pembangunan berdasarkan teori pusat


Analisis Data
pertumbuhan yang dihitung dari hirarki pusat
pelayanan dengan teknik skalogram dan indeks
sentralitas. Kemudian ditipologikan dengan hasil
Penulisan Laporan analisis tingkat perkembembangan wilayah sebagai
Penelitian bahan analisis faktor penyebab maju atau tidaknya
wilayah tersebut.

Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian

commit to user

Anda mungkin juga menyukai