net/publication/361865076
CITATION READS
1 1,553
1 author:
Gigin Auliya
Tanjungpura University
1 PUBLICATION 1 CITATION
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Gigin Auliya on 09 July 2022.
Gigin Auliya1
Universitas Tanjungpura, Indonesia
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dan factor-faktor yang
mempengaruhi pekerja migran Indonesia bekerja di luar negeri yang berasal dari
Kabupaten Sambas. Dalam penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh
melalui kuisioner dan wawancara langsung dengan teknik snowball sampling sebanyak
35 orang responden. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi
berganda dengan variable bebasnya adalah kesempatan kerja, jarak, tingkat pendidikan,
upah di luar negeri dan jumlah tanggungan sedangkan variable terikat yang digunakan
adalah lamanya bekerja.
Karakterisitik pekerja migran Indonesia asal Kabupaten sambas didominasi oleh
pekerja migran Indonesia yang berumur 23-29 tahun (40 persen) dengan tingkat
pendidikan SD kebawah (54 persen) yang mempunyai beban tanggungan 0-2 orang (68
persen) dengn upah di luar negeri RM. 1501- RM.2000 (48 persen). Selain itu hasil
analisis regresi berganda menjelaskan bahwa faktoryang mempengaruhi secara
signifikan terhadap lamanya pekerja migran Indonesia bekerja di luarnegeri adalah
kesempatan kerja, jarak, tingkat pendidikan, dan upah di luar negeri sedangkan jumlah
tanggungan responden tidak berpengaruh secara signifikan.
Kata Kunci : Lamanya bekerja, kesempatan kerja, jarak, tingkat pendidikan, upah di
luar negeri dan jumlah tanggungan.
giginauliya19@student.untan.ac.id
1. PENDAHULUAN
Dalam memenuhi kebutuhan hidup, setiap individu berusaha untuk memperoleh
penghasilan dengan cara mencari pekerjaan. Ketika perekonomian suatu daerah masih rendah
sedangkan pertumbuhan tenaga kerja terus meningkat, hal ini mengakibatkan kesempatan kerja
menjadi tidak seimbang. Penawaran tenaga kerja yang lebih tinggi dari pada permintaan tenaga
kerja menyebabkan banyak tenaga kerja yang lebih memilih bermigrasi ke luar negeri. Migrasi
adalah ketika seseorang berpindah tempat, namun tidak untuk tinggal menetap dan masih
memiliki keluarga atau memiliki kaitan dengan kampung halaman atau yang biasanya disebut
migrasi sirkuler (Adioetomo & Samosir, 2010).
Kabupaten Sambas adalah salah satu kabupaten yang berbatasan langsung dengan
Malaysia. Wilayah perbatasan ini mempunyai potensial yang cukup besar tetapi belum
dimanfaatkan secara optimal. Selain karena adanya keterbatasan secara fisik maupun sosial
ekonomi di kawasan ini, juga dikarenakan selama ini kurang mendapat perhatian dari
pemerintah daerah dan pemerintah pusat (Suratman, 2008). Keadaan ekonomi yang rendah
mendorong sebagian besar tenaga kerja bermigrasi ke luar negeri untuk meningkatkan status
ekonomi diri dan keluarga. Tingkat pengangguran dan setengah pengangguran di Indonesia
mendorong masyarakat untuk mencari pekerjaan di luar daerah asalnya dan banyak yang
memutuskan ke luar negeri setelah mendengar tentang ketersediaan pekerjaan dari agen
perekrutan dan jejaring sosial serta gaji yang ditawarkan lebih tinggi di luar negeri (IOM, 2010).
Malaysia menjadi salah satu negara tujuan mayoritas pekerja migran Indonesia.
Tingginya permintaan tenaga kerja karena adanya demografi umum dan ketimpangan ekonomi
antara Malaysia dan Indonesia. Kemudian adanya calo, sponsor dan agen penempatan kerja
yang telah terlembaga, yang mengakibatkan semakin intensifnya arus pekerja migran Indonesia
ke Malaysia dan juga jarak yang cukup dekat serta hubungan bahasa, budaya, dan sejarah antara
kedua negara memungkinkan hubungan kerja yang lebih mudah antara majikan dan pekerja
migran Indonesia dibandingkan jika bekerja di negara lain (IOM,2010).
1286
1400
1200 1101
1000
752
800
2017
600
2018
220
400 171
146
220
134
132
115
111
144 117 2019
89
84
200
63
76
57
56
64
35
32
21
11
2020
0
180
160
140
120
Bekerja
100
Pengangguran
80
46.537
44.624
60
16.018
15.369
14.106
40
14.04
3.727
1.998
1.978
1.913
1.263
20
0
≤ SD SMP SMA Umum SMA Perguruan
Kejuruan Tinggi
Tabel 1.4
Rata-rata Pendapatan Pekerja Berusaha Sendiri Menurut Lapangan Pekerjaan,
Rata-rata UMR, Rata-rata Kebutuhan Minimum di Kabupaten Sambas Tahun
2014-2020 (dalam rupiah)
Sulitnya mencari pekerjaan memaksa tenaga kerja melakukan pekerjaan dengan pendapatan
yang rendah. Berdasarkan Tabel 1.4 rata-rata upah pekerja berusaha sendiri menurut lapangan
pekerjaan dan rata-rata upah minimum perbulan di Kabupaten Sambas mengalami kenaikan,
namun kenaikan ini juga diikuti dengan kenaikan rata-rata kebutuhan hidup minimum
perbulannya sehingga penghasilan yang diperoleh oleh tenaga kerja tidak dapat memenuhi
segala kebutuhan anggota keluarganya.
Jika dibandingkan dengan upah di Malaysia sangat jauh berbeda, menurut salah satu
responden upah untuk pekerja sektor informal di Malaysia dapat mencapai RM.1500/bulan atau
jika dirupiahkan dapat mencapai Rp 5.142.000. Hal ini tentunya menjadi daya tarik bagi tenaga
kerja yang tidak memperoleh pekerjaan di daerah asalnya untuk di luar negeri.
Selain tingkat pendidikan dan upah di luar negeri, tingginya jumlah pekerja migran
Indonesia di luar negeri juga dikarenakan mereka harus menanggung keluarga mereka dalam
memenuhi kebutuhan hidup, semakin banyak anggota keluarga yang ditanggungnya maka
semakin tinggi pula tingkat kebutuhannya, sehingga mereka membutuhkan penghasilan yang
lebih tinggi.
70
56.77
55.42
54.22
53.61
56.2
52.12
50.94
50.43
49.95
48.88
47.53
47.33
46.49
45.78
60
43.41
57.22
50
54.53
53.9
53.87
53.48
51.73
51.27
50.98
50.35
49.64
49.25
48.58
47.76
46.98
40
43.6
30
20
47.55
53.71
56.95
54.28
51.54
53.28
46.78
49.05
50.76
48.36
49.46
53.67
51.09
43.49
50.14
10
0
2017
2018
2019
Gambar 3. Grafik Rasio Ketergantungan Berdasarkan Kabupaten/Kota diProvinsi Kalimantan
Barat Tahun2017-2020
Kabupaten Sambas menempati rasio ketergantungan tertinggi diantara kabupaten/kota
lainnya di Kalimantan Barat. Hal tersebut menunjukan tingginya tanggungan yang dipikul
penduduk angkatan kerja untuk memenuhi kebutuhan hidup penduduk yang belum usia
produktif dan yang tidak lagi produktif di Kabupaten Sambas. Nilai rasio tertinggi terjadi pada
tahun 2017 sebesar 57,22 persen yang artinya setiap 100 jiwa penduduk dalam usia produktif
memiliki tanggungan 57 jiwa penduduk yang belum produktif dan yang tidak lagi produktif.
Berdasarkan yang telah dijelaskan bahwa keterbatasan lapangan pekerjaan, faktor
geografis, rendahnya upah untuk tenaga kerja yang berpendidikan rendah serta tingginya jumlah
anggota keluarga yang ditanggung oleh tenaga kerja di Kabupaten Sambas membuat hasrat
tenaga kerja untuk memperoleh pekerjaan di luar negeri menjadi cukup besar. Alasan ini
diperkuat dengan kemakmuran pekerja migran yang pulang dari luar negeri, yang sudah lebih
baik dalam status ekonomi sehingga mereka juga mengharapkan hal yang sama.
2. KAJIAN LITERATUR
2.1 Teori Migrasi
Menurut Todaro (2011), migrasi terjadi sebagai respons terhadap perbedaan antara
suatu daerah dengan daerah lainnya dalam hal pendapatan yang diharapkan alih-alih pendapatan
yang sebenarnya. Model migrasi Todaro mempunyai empat karakteristik dasar sebagai berikut.
1. Migrasi utamanya didorong oleh perhitungan ekonomi rasional
2. Keputusan ber migrasi bergantung pada pertimbangan mengenai perbedaan antara upah di
desa dan upah di kota yang diinginkan.
3. Probabilitas memperoleh pekerjaan di kota secara langsung berhubungan dengan
ketersediaan lapangan kerja perkotaan,
4. Tingkat migrasi yang lebih tinggi daripada tingkat pertumbuhan ketersedian lapangan
pekerjaan di perkotaan tidak hanya mungkin terjadi, tetapi juga rasional dan bahkan
cenderung terjadi jika terdapat perbedaan yang besar antara penghasilan yang diharapkan di
perkotaan dan pedesaan.
Model skematik untuk menganalisis keputusan bermigrasi yang dikemukakan Todaro
(2011) berpendapat bahwa migran selalu mempertimbangkan kesempatan kerja yang tersedia
dari berbagai sector yang dipandang dapat memaksimalkan pendapatan yang mereka inginkan
dari bermigrasi
Faktor Komplementer
(misalnya, lahan) Pengaruh psikis
(Gemerlap kehidupan
Pendapatan di kota) daerah tujuan Hubungan
Kebijakan pemerintah daerah
didaerah pedesaan
(misalnya, pajak) asal-
(daerah asal)
tujuan
Sosial Pendidikan
(yang terlibat dalam , media,
pemilihan keputusannya) Manfaat
Jarak dan
bermigrasi
sebagainya
Upah perkotaan
Pendapatan Luar Nilai sekarang Persepsi nilai
Penghasilan swakarya Negeri yang diharapkan migrasi
dari migrasi
Probalitas untuk
mendapatkan perkerjaan
Keputusan
Migrasi
Biaya oportunitas Biaya
migrasi
Biaya hidup
Biaya transportasi
Biaya resiko(Resiko)
Jarak (X2)
Lamanya Bekerja di Luar
Tingkat Pendidikan (X3)
Negeri
(Y)
Upah di Luar Negeri(X4)
3. METODE PENELITIAN
Berdasarkan Zikmund dkk (2013) penelitian ini adalah penelitin campuran dengan
menggabungkan metode kualitatif dan kuantitatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data primer yang diperoleh dari survey dan wawancara serta data sekunder yang
diperoleh dari instansi yaitu Bada Pusat Statistik dan Badan Nasional Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia. Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengambilan
sampel snowball sampling sehingga diperoleh sebanyak 35 responden mantan pekerja migran
Indonesia.
Tabel 1. Definisi Variabel Operasional
Variabel Definisi Satuan
Lama Bekerja Jangka waktu bekerja responden di luar negeri mulai dari Tahun
ia bekerja sampai saat diwawancarai
Kesempatan Kerja Banyaknya ketersediaan lapangan pekerjaan untuk Skala linkert
tenaga kerja menurut persepsi responden
Jarak Ukuran seberapa jauh yang dilalui responden dari Skala linkert
wilayah asal ke wilayah tujuan diluar negeri menurut
persepsi responden
Tingkat pendidikan Pendidikan terakhir yang ditempuh oleh responden, yang Tahun
diketahui saat wawancara dilakukan
Upah di luar negeri Suatu penerimaan sebagai imbalan yang diterima Ringgit
responden untuk pekerjaan atau jasa yang telah atau akan Malaysia
dilakukan
Jumlah Tanggungan Jumlah anggota keluarga ditanggung oleh responden Jiwa
sebagai penjamin kehidupan keluarga untuk mencukupi
segala kebutuhan anggota keluarga yang ditanggung
Metode analisis yang digunakan adalah regresi linerar berganda. Model persamaan
regresi linear berganda yang digunakan sebagai berikut:
Berdasarkan Tabel 4.11 hasil uji heteroskedastisitas untuk nilai signifikan variabel
kesempatan kerja sebesar 0,286 jarak sebesar 0,452 tingkat pendidikan sebesar 0,187, upah di
luar negeri sebesar 0,151 dan jumlah tanggungan sebesar 1,00. Untuk dikatakan lulus uji
heteroskedastisitas apabila nilai signifikansi tiap variabel lebih besar dari 0,05. Sehingga dengan
demikian semua variabel independen dapat dikatakan lulus uji heteroskedastisitas.
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -14,274 2,341 -6,097 ,000
Kesempatan Kerja 1,916 ,840 ,294 2,280 ,030
Jarak 2,012 ,544 ,314 3,696 ,001
Tingkat Pendidikan -,302 ,100 -,215 -3,009 ,005
Upah di luar negeri ,005 ,002 ,324 2,411 ,022
Jumlah Tanggungan ,103 ,272 ,029 ,381 ,706
a. Dependent Variable: Lama Bekerja di luar negeri
Sumber: Data Primer, diolah.
Berdasarkan Tabel 4.13 bahwa besar nilai konstanta persamaan linear berganda sebesar
-14,274 dan adapun koefisien variabel kesempatan kerja sebesar 1,916, jarak sebesar 2,012,
tingkat pendidikan sebesar -0,302, upah di luar negeri sebesar 0,005 dan untuk jumlah
tanggungan sebesar 0,103. Berdasarkan nilai konstanta dan koefisien variabel tersebut maka
persamaan regresi linear berganda adalah sebagai berikut:
4.2.2 Uji F
Uji F statistik digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat
secara simultan, Pengaruh kesempatan kerja, jarak, tingkat pendidikan, tingkat upah di luar
negeri dan jumlah tanggungan terhadap lama bekerja pekerja migran diluar negeri yang di uji
secara bersamaan.
Tabel 4.15
Hasil Uji F
ANOVAa
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 461,294 5 92,259 24,574 ,000b
Residual 108,877 29 3,754
Total 570,171 34
a. Dependent Variable: Lama Bekerja di luar negeri
b. Predictors: (Constant), Jumlah Tanggungan, Tingkat Pendidikan, Jarak, Kesempatan
Kerja, Upah di luar negeri
Sumber: Data Primer, diolah.
Berdasarkan Tabel 4.15 menunjukan bahwa nilai probabilitas uji F statistik sebesar
0,000 lebih kecil dari taraf signifikan alpha 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel
kesempatan kerja, jarak, tingkat pendidikan, upah di luar negeri dan jumlah tanggungan secara
simultan berpengaruh terhadap lama bekerja pekerja migran Indonesia asal Kabupaten Sambas
di luar negeri.
4.2.3 Uji T
Uji T bertujuan untuk menguji apakah variabel kesempatan kerja, jarak, tingkat
pendidikan, upah di luar negeri dan jumlah tanggungan masing-masing mempunyai pengaruh
secara parsial terhadap variabel lama bekerja di luar negeri atau tidak. Dasar pengambilan
keputusan pada uji T adalah apabila tingkat signifikan > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak
atau sebaliknya. Hasil uji T pada Tabel 4.14 menunjukan hasil pada masing-masing variabel
bebas dan variabel terikat dalam penelitian ini sehingga dapat dijelaskan sebagai berikut:
4.3 Pembahasan
4.3.1 Pengaruh Kesempatan Kerja Terhadap Lama Bekerja di Luar Negeri
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa kesempatan kerja berpengaruh secara
positif dan signifikan terhadap lama bekerja di luar negeri. Hubungan positif ini menunjukan
bahwa variabel kesempatan kerja menjadi faktor penarik tenaga kerja untuk bekerja di luar
negeri. Apabila kesempatan kerja di luar negeri meningkat maka lama bekerja di luar negeri
akan turut meningkat.
Keterbatasan lapangan pekerjaan untuk tenaga kerja berketerampilan rendah di
Kabupaten sambas membuat hasrat masyarakat untuk memperoleh pekerjaan di luar negeri
menjadi cukup besar salah satunya negara Malaysia. Djafar (2013) mengemukakan negara
Malaysia membutuhkan tenaga pekerja migran dikarenakan kurangnya pasokan tenaga kerja
didalam negeri terutama mereka yang bersedia bekerja di pekerjaan 3D (dirty,difficult and
dangerous). Tanggapan tenaga kerja terhadap perbedaan kemampuan ekonomi telah
memunculkan kesadaran untuk memilih bermigrasi ke tempat yang menjanjikan dengan
kesempatan kerja yang lebih baik.
Pada intinya migrasi tenaga kerja ini disebabkan oleh perbedaan perekonomian antar
negara. Sulitnya memperoleh pekerjaan yang memadai di negara berkembang serta adanya
kesempatan kerja yang tinggi di negara tujuan. Kesempatan bekerja di luar negeri seringkali
tersedia sebagai pekerja rumah tangga, pengasuh, operator atau pekerja perkebunan. Pekerja
migran Indonesia mendominasi semua sektor di Malaysia kecuali dibidang manufaktur dan jasa.
Pekerja migran Indonesia mayoritas tidak dilatih dengan baik dan juga tidak disadarkan
akan hak-hak mereka sehingga mereka memiliki risiko eksploitasi yang lebih tinggi. Salah satu
responden mengatakan bahwa mereka mendapat perlakuan kasar dari majikannya, namun
mereka harus tetap bertahan karena semua dokumen yang dimilikinya disimpan oleh
majikannya dan mereka juga takut tidak dibayar jika kabur. Namun ada juga pekerja migran
Indonesia yang betah bekerja di sana karena mendapat majikan yang baik dan sudah
menganggapnya seperti keluarga sendiri.
Hasil tersebut didukung oleh penelitian Tendyari dan Yasa (2014), Djafar (2013),
Irawaty dan Wahyuni (2011) yang menyatakan bahwa kesempatan bekerja di tempat tujuan
menjadi faktor penarik yang menyebabkan seseorang bermigrasi baik secara lokal maupun
internasional. Ananta (1996) juga menyatakan bahwa migrasi tenaga kerja dapat terjadi,
disebabkan oleh adanya perbedaan antar negara, terutama dalam mendapatkan kesempatan
kerja.
4.3.4 Pengaruh Upah di Luar Negeri Terhadap Lama Bekerja di Luar Negeri.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa upah di luar negeri berpengaruh
secara positif dan signifikan terhadap lama bekerja di luar negeri. Hubungan positif ini
menunjukan bahwa semakin tinggi upah yang didapatkan oleh pekerja migran Indonesia di luar
negeri akan semakin lama jangka waktu bekerja di luar negeri. Semakin tinggi upah di luar
negeri semakin lama kemungkinan untuk bekerja di luar negeri karena tenaga kerja merasa
hidupnya akan lebih terjamin dalam memenuhi kebutuhan. Minat migrasi tergantung dari
perbedaan upah dari dua jenis pasar tenaga kerja yang berbeda juga. Sesuai dengan teori Todaro
yang mengatakan bahwa pekerja migran memutuskan melakukan migrasi jika upah bersih di
daerah tujuan lebih besar dari upah bersih di daerah asal. Jika terjadi tingkat upah daerah tujuan
sama dengan upah daerah asal maka migran akan menghentikan arus mobilitasnya. Dengan
demikian seorang migran melakukan migrasi sirkuler agar pendapatan rumah tangganya lebih
baik.
Masyarakat di Kabupaten Sambas melihat menjadi pekerja migran Indonesia adalah
satu-satunya jalan keluar dari kemiskinan bagi mereka dan keluarga mereka. Oleh karena itu
sebagian besar pekerja migran Indonesia bermigrasi dengan tujuan bekerja di luar negeri dalam
jangka waktu tertentu guna menabung uang yang cukup untuk membuat rumah, membuka
usaha, atau menyekolahkan anak atau kerabatnya. Meskipun menjadi pekerja migran Indonesia
bersifat sementara karena hanya sedikit migran yang berangkat dengan niat menetap di negara
tujuan, umumnya mereka tidak memiliki kesempatan untuk tinggal. Namun demikian, karena
biaya tinggi sering dihubungkan dengan mendapat pekerjaan di luar negeri, masa migrasi
seringkali berubah menjadi masa tinggal yang lebih lama dari yang diharapkan dan dapat
berlangsung beberapa tahun (IOM, 2010)
Pekerja migran Indonesia yang mendapat upah diatas RM.1500 rata-rata bekerja di atas
4 tahun, mereka banyak bekerja sebagai buruh pabrik. Banyak faktor yang menyebabkan
mereka betah bekerja bertahun-tahun selain upah yang diterima tinggi, seperti tempat bekerja
yang nyaman, majikan baik, ada juga yang karena ikut sanak saudaranya sehingga mereka
seperti berada di kampung halaman. Namun dibalik itu, ada yang memiliki pengalaman buruk,
beberapa pekerja migran Indonesia terpaksa pulang ke kampung halamannya karena upah yang
tidak dibayar. Untuk pulang ke kampung halaman mengharuskan mereka meminjam uang
kepada teman yang berasal dari daerah yang sama, ada juga yang harus berjalan kaki menempuh
puluhan kilometer untuk ke menuju kedutaan Indonesia berharap dapat dipulangkan karena
tidak adanya biaya. Tidak dibayarnya upah adalah salah satu resiko yang harus ditanggung
pekerja migran Indonesia yang bekerja secara ilegal. Pengaruh positif upah di luar negeri
didukung oleh penelitian Djafar (2015) pendapatan di Malaysia menjadi faktor penarik para
pekerja migran Indonesia ke negara ini.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut rekomendasi yang dapat Penulis sampaikan adalah
Diharapkan pemerintah dapat lebih meningkatkan ketersediaan lapangan pekerjaan untuk tenaga
kerja sehingga tenaga kerja tidak perlu keluar negeri untuk mendapat pekerjaan. Diharapkan
penyaluran pekerja migran Indonesia swasta atau semacam PJTKI memberikan kemudahan
pada biaya keberangkatan para calon pekerja migran Indonesia, serta ada banyaknya calo agensi
yang semakin menyulitkan pada biaya dan membuat calon pekerja migran Indonesia
mengeluarkan biaya lebih besar. Diharapkan pemerintah dapat meningkatkan kualitas
pendidikan di Kabupaten Sambas sehingga dapat meningkatkan tenaga kerja pada bidang
profesional dan mengurangi tenaga kerja yang tidak terlatih serta masyarakat semakin sadar
akan pentingnya pendidikan, selain itu harapkan peningkatan upah minimum kabupaten dapat
memenuhi kebutuhan hidup layak bagi para tenaga kerja dan diharapkan juga pemerintah dapat
melindungi hak-hak pekerja migran Indonesia selama penempatan yang relevan dengan
karakteristik pekerja migran Indonesia yang seharusnya aturan tersebut dimuat dalam perjanjian
bilateral.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terimakasih kepada majelis penguji serta pihak-pihak lain yang telah
membantu Penulis dalam menulis serta memperbaiki tulisan ini menjadi tulisan yang lebih
baik.
DAFTAR PUSTAKA
Adioetomo, S. M., & Samosir, O. B. (2010). Dasar-Dasar Demografi. Jakarta:
Salemba Empat
Badan Pusat Statistik. (2021). Kabupaten Sambas Dalam Angka 2021. Sambas: BPS.
Retrieved from
https://sambaskab.bps.go.id/publication/2021/02/26/5db67f9b36ce1ec913f96ae0/k
abupaten-sambas-dalam-angka-2021.html
Faruq, U. Al, & Mulyanto, E. (2017). Sejarah Teori-Teori Ekonomi. Banten: Unpam
Press.
Retrieved from http://eprints.unpam.ac.id/8552/2/PIE0033_MODUL
UTUH_SEJARAH TEORI-TEORI EKONOMI %281%29.pdf
Fei, J. C. H., & Ranis, G. (2008). The American Economic Review. American
Economic Review, 98(5), i–v. doi:10.1257/aer.98.5.i
Susilo, I. B. F. D., & Subchanifa, D. P. V. (2016). Asean Labor Market Integration and
its Sosial Effects for Unskilled Labor Migration. Jurnal Economia,12(1) April
2016. Retrieved from https://journal.uny.ac.id/index.php/economia
/article/download/8227/8149
World Bank. (2017). Indonesia’s Global Workers Juggling Opportunities & Risks. The
World Bank, 1–94. Retrieved from http://documents1.worldbank.org/
curated/en/946351511861382947/pdf/121691-Indonesias-Global-Workers-
Juggling-Opportunities-Risks.pdf
Zikmund, W. G., Babin, B. J., Carr, J. C., & Griffin, M. (2013). Business Research
Methods (8th ed.). New York: South- Western College Pub.