TENTANG
Menimbang : a. bahwa barang bukti merupakan benda sitaan yang perlu dikelola
dengan tertib dalam rangka mendukung proses penyidikan
tindak pidana.
1
4. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 10
tahun 2010, tentang tata cara pengelolaan barang bukti di
lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia.
MEMUTUSKAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
2. Direktorat Tahanan dan Barang Bukti yang selanjutnya disingkat Dit Tahti
adalah unsur pelaksana tugas pokok pada tingkat Polda yang berada di bawah
Kapolda bertugas menyelenggarakan pengamanan, penjagaan, pengawalan
dan perawatan tahanan meliputi pelayanan kesehatan tahanan, pembinaan
tahanan serta menyimpan barang bukti beserta pengadministrasianya di
lingkungan Polda serta melaporkan jmlah dan kondisi tahanan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
3. Penyidik adalah pejabat Polri yang diberi wewenang khusus oleh Undang-
undang untuk melakukan penyidikan.
4. Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara
yang diatur dalam kitab undang – undang hukum acara pidana ( KUHAP ) untuk
mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang
/tentang ..................
tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.
2
5. Penyitaan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mengambil alih dan
menyimpan dibawah penguasaanya benda bergerak/ tidak bergerak, berwujud
atau tidak berwujud untuk kepentingan pembuktian dalam penyidikan ,
penuntutan dan peradilan.
6. Barang bukti adalah benda bergerak atau tidak bergerak, beruwjud atau tidak
beruwjud yang telah dilakukan penyitaan oleh penyidik untuk keperluan
pemeriksaan dalam tingkat penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang
pengadilan.
7. Barang temuan sebagai barang bukti adalah benda bergerak atau tidak
[bergerak berwujud / tidak berwujud yang ditinggalkan atau ditemukan
masyarakat atau penyidik karena tersangka belum tertangkap atau melarikan
diri dilakukan penyitaan oleh penyidik.
10. Tempat penyimpanan barang bukti adalah ruangan atau tempat khusus yang
disiapkan dan ditetapkan berdasarkan surat ketetapan oleh kapala satuan kerja
( Kasatker ) untuk menyimpan benda-benda sitaan penyidik berdasarkan sifat
dan jenisnya yang dikelola oleh petugas barbuk.
Pasal 2
1. Sebagai pedoman bagi penyidik dan petugas barang bukti untuk mengelola
barang bukti dengan tertib dilingkungan Polda jateng dan
a. legalitas yaitu setiap pengelolaan barang bukti harus sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang – undangan;
e. efektif dan efisien yaitu setiap pengelolaan barang bukti harus dilakukan
dengan mempertimbangkan adanya keseimbangan yang wajar antara hasil
dengan upaya dan sarana yang digunakan.
BAB II
PENGGOLONGAN BARANG BUKTI
Pasal 4
a. bergerak;
b. tidak bergerak;
Pasal 5
a. mudah meledak;
b. mudah menguap;
c. mudah rusak; dan
d. mudah terbakar .
(3) benda bergerak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan wujudnya
antara lain :
a. padat ;
b. cair;
c. gas;dan
d. elektronik.
(4) benda bergerak selain sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) juga
termasuk benda yang terlarang sesuai dengan ketentuan peraturan peundang-
undangan.
Pasal 6
b. hasil tambang dan hasil hutan (kayu tebangan dari hutan dan kayu dari pohon –
pohon yang berbatang tinggi selama kayu – kayuan itu belum dipotong);
d. pesawat terbang.
Pasal 7
5
Barang bukti selain benda sebagaiman dimaksud dalam Pasal 4 huruf c antara lain :
Pasal 8
Barang bukti berdasarkan kriteria sebagai mana dimaksud dalam pasal 4 huruf d
dapat di golongkan dalam 4 kelompok besar yaitu :
a. barang bukti berupa bahan-bahan yang berbahaya, adalah benda yang mudah
terbakar, mudah meledak atau benda yang dapat membahayakan kesehatan
orang dan lingkungan;
b. barang bukti berupa barang berharga yang bernilai ekonomis, adalah benda
yang memiliki nilai tinggi, baik berupa uang maupun logam mulia;
c. barang bukti berupa narkoba, adalah benda yang terdaftar sebagai narkotika
dan turunannya serta terdaftar sebagai psikotropika;
d. barang bukti berupa barang biasa ( umum ), adalah benda selain tersebut pada
poin a,b dan c diatas.
BAB III
BARANG TEMUAN SEBAGAI BARANG BUKTI
Pasal 9
(1) Barang temuan diperoleh oleh anggota Polri pada saat melakukan tindakan
kepolisian ataupun di temukan masyarakat berupa benda dan / atau alat yang
ada kaitannya dengan peristiwa pidana yang terjadi atau di tinggalkan tersangka
karena melarikan diri atau tersangka belum tertangkap.
(2) Barang temuan sebagaimana di maksud pada ayat (1),dapat di jadikan barang
bukti setelah di lakukan penyitaan oleh penyidik karena di duga:
(3) Penyitaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) di laksanakan menurut cara
yang diatur dalam Hukum Acara Pidana.
Pasal 10
(1) Barang bukti yang dikirim ke Direktorat Tahti Up Kasubdit barbuk surat
pengantarnya ditandatangani oleh masing-masing direktur (Dir Reskrim um,Dir
Reskrim sus,Dir Reserse Narkoba,Dir Lantas,Dir Pol air);
(2) Menerima barang bukti dari penyidik kasus tindak pidana umum kurun waktus 3
X 24 jam, kasus tindak pidana narkoba kurun waktu 6 X 24 jam, tindak pidana
teroris kurun waktu 17 X 24 jam dari penyidik setelah dikeluarkanya ijin
penetapan penyitaan dari ketua Pengadilan negeri;
(3) Menerima barang bukti temuan dari penyidik setelah dicatat dalam buku
register administrasi penyidikan (Mindik) B-14 dalam kurun waktu 7 X 24 Jam
setelah dicatat dalam buku register administrasi penyidikan B-14;
(4) Menerima barang bukti dari penyidik laka lantas setelah dikeluarkanya ijin
penetapan penyitaan dari Ketua Pengadilan Negeri, dalam kurun 3 X 24 Jam
setelah di keluarkannya penetapan dari Pengadilan Negeri;
(5) Menerima barang bukti temuan dari penyidik laka lantas setelah dicatat dalam
buku register administrasi penyidikan (Mindik) B-14 dalam kurun waktu 6 X 24
Jam setelah dicatat dalam buku register administrasi penyidikan B-14;
(6) Menerima barang bukti pelanggaran lalu lintas setelah dicatat dalam buku
register lantas dalam bentuk data, dengan kurun waktu 3 X 24 Jam setelah
putusan Pengadilan Negeri;
(6) Petugas Barang bukti yang menerima penyerahan sebgaimana dimaksud pada
ayat (1), (2), (3), (4) dan (5) wajib melakukan pencatatan ke dalam buku
register dan disimpan pada tempat penyimpanan barang bukti.
/(7) Dalam ..............
(7) Dalam hal barang bukti temuan terdiri atas benda yang mudah meledak, mudah
menguap, mudah rusak, dan mudah terbakar yang tidak mungkin untuk
7
disimpan dapat diambil tindakan sebagaimana diatur dalam Hukum Acara
Pidana.
(8) Dalam hal barang bukti temuan berupa narkotika jenis tanaman, dalam waktu 1 x
24 (satu kali dua puluh empat) jam wajib di musnahkan di TKP sejak saat di
temukan, setelah sebagian disisihkan untuk kepentingan penyidikan,
penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan.
BAB IV
PETUGAS BARANG BUKTI
Pasal 11
(1) Petugas Barang bukti dijabat oleh Kasubdit Barbuk untuk tingkat Polda, Kasat
Tahti untuk tingkat Polres / ta / tabes dan Ur Tahti tingkat Polsek yang ditunjuk
berdasarkan surat perintah yang dikeluarkan oleh:
(2) Petugas Barang bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari paling
sedikit 3 (tiga) orang anggota Dit Tahti Polda atau disesuaikan dengan kekuatan
personel di kesatuan masing – masing.
(3) Petugas Barang bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari :
a. Ketua pengelola barang bukti berpangkat perwira;
(4) Dalam hal polsek tidak memiliki petugas Barang bukti yang berpangkat perwira
dapat ditunjuk Ur Tahti yang berpangkat Brigadir sebagai ketua pengelola
barang bukti.
Pasal 12
8
(1) Ketua pengelola barang bukti sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 ayat (3)
huruf a, harus memiliki :
(2) Staf urusan administrasi barang bukti sebagaimana dimaksud dalam pasal 11
ayat (3) huruf b harus memiliki ;
(3) Staf pembantu umum sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 ayat (3) huruf c
memiliki pemahaman mengenai administrasi umum dan administrasi
penyidikan.
Pasal 13
9
e. mengontrol barang bukti secara berkala /periodik dan dicatat kedalam buku
kontrol barang bukti;
BAB V
Prosedur pengelolaan barang bukti
Menerima, menyimpan, merawat, mengeluarkan
Pasal 14
(1) Subdit Barbuk, Kasat Tahti, Ur Tahti menerima barang bukti dari penyidik
setelah ada penetapan penyitaan dari ketua Pengadilan Negeri :
b. mengecek dan mencocokan jumlah dan jenis barang bukti yang diterima
sesuai dengan berita acara penyerahan barang bukti;
d. mencatat barang bukti yang diterima kedalam buku register daftar barang
bukti , ditandatangani oleh petugas yang menyerahkan dan salah satu
petugas Barbuk, yang menerima penyerahan , serta disaksikan petugas
lainnya ;
g. melaporkan tindakan yang telah dilakukan kepada Dir Tahti / Kasat Tahti.
10
(7) Petugas Barbuk wajib melakukan tindakan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c, paling lama 7(tujuh) hari harus selesai dilakukan.
Pasal 15
(1) Dalam hal barang bukti yang diperiksa dan diteliti sebagaimana dimaksud
dalam pasal 14 ayat(1) huruf c secara kuantiitas tidak memungkinkan
disimpan dan memerlukan biaya penyimpanan tinggi,tempat penyimpanannya
yaitu ditempat asal barang bukti disita;
(2) Dalam hal barang bukti yang diperiksa dan diteliti sebagaimana dimaksud
dalam pasal 14 ayat(1) huruf c secara kuantiitas lekas rusak dan tidak tahan
lama , dapat dilelang sesuai ketentuan dalam hukum acara pidana.
(3) Dalam hal barang bukti yang diperiksa dan diteliti sebagaimana dimaksud
dalam pasal 14 ayat(1) huruf c secara kuantitas mudah terbakar , menguap
dan meledak dapat dimusnahkan sesuai ketentuan dalam hukum acara
pidana .
(4) Dalam hal barang bukti yang diperiksa dan diteliti sebagaimana dimaksud
dalam pasal 14 ayat(1) huruf c bersifat terlarang dapat dimusnahkan sesuai
ketentuan dalam undang-undang tentang narkotika dan psikotropika.
(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (4)
dituangkan dalam berita acara dan ditandatangani pihak –pihak terkait .
Pasal 16
(2) Pemeriksaan dan penelitian barang bukti yang dilakukan oleh ahli
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dibuatkan berita acara yang
ditandatangani oleh ahli yang bersangkutan dan diketahui oleh petugas
barbuk.
Pasal 17
11
Tempat penyimpanan barang bukti setidak – tidaknya harus sesuai standar sebagai
berikut :
a. bangunan / ruang tersendiri sebagai tempat penyimpanan barang bukti;
b. pembagian ruangan sesuai dengan 4 (empat) kelompok barang bukti;
c. ruangan administrasi yang terpisah dari ruang penyimpanan barang bukti;
d. adanya ruangan jaga untuk memantau keluar masuknya orang atau barang;
e. adanya penerangan yang cukup;
f. adanya fasilitas pemantau atau CCTV;
g. adanya rak/alamari sebagai tempat penyimpanan barang bukti;
h. adanya brangkas untuk menyimpan barang berharga atau narkotika;
i. adanya alat pemadam kebakaran;
j. adanya computer pencatatan administrasi barang bukti;
k. adanya perabotan perkantoran;
l. adanya pendingin udara (AC).
Pasal 18
(2) Tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam bentuk
kegiatan :
c. menjaga dan mencegah agar barang bukti yang disimpan tidak terjadi
pencurian ,kebakaran, ataupun kebanjiran.
Pasal 19
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) apabila ternyata dilakukan
atau akibat kelalaian , terhadap pelakunya dapat dikenakan sanksi sesuai
peraturan peundang-undangan.
Pasal 20
(1) Pengeluaran barang bukti untuk keperluan penyidikan oleh penyidik harus
didasarkan surat permintaan yang sah dari penyidik yang menyita dan
diketahui oleh atasan penyidik ( Dir Reskrimum,Dir Reskrimsus, Dir
Resnarkoba,Dir Lantas,dan Dir Polair pada tingkat Polda,Kasat Reskrim,Kasat
Narkoba,Kasat Lantas,dan Kasat Polair pada tingkat Polres/ta/tabes )
(2) Terhadap pengeluaran barang bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ,
ketua pengelola barang bukti harus :
Pasal 21
(1) Pengeluaran barang bukti untuk dikirimkan kepada jaksa penuntut umum yang
/dilakukan ..................
dilakukan oleh penyidik , harus berdasarkan surat permintaan yang sah dari
penyidik yang menyita dan diketahui atasan penyidik kepada petugas barbuk
dengan melampirkan bukti P21 dari Jaksa Penuntut Umum.
13
(2) Pengeluaran barang bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Ketua
pengelola barang bukti harus melakukan tindakan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 20 ayat (2) huruf a dan huruf b serta mencoret barang bukti dari
buku register daftar bang bukti.
Pasal 22
(1) Pengeluaran barang bukti untuk dikembalikan kepada orang atau dari siapa
benda itu disita atau kepada mereka yang berhak harus berdasarkan surat
perintah atasan penyidik.
Pasal 23
(1) Dalam hal barang bukti yang disita lekas rusak dan atau biaya penyimpanan
terlalu tinggi sehingga tidak memungkinkan disimpan lama dapat dilaksanakan
pengeluaran barang bukti untuk di lelang berdasarkan surat perintah yang
dikeluarkan oleh atasan penyidik.
14
(4) Sebelum pelaksanaan lelang barang bukti sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) sedapat mungkin disisihkan sebagian kecil untuk keperluan pembuktian
dan dicatat dalam buku register yang tersedia.
Pasal 24
a. Dir Reskrimum, Dir Reskrimsus,Dir Resnarkoba, Dir Lantas dan Dir Polair
b. Kapolres/ta/ tabes
Pasal 25
BAB VI
PROSEDUR PINJAM PAKAI BARANG BUKTI OLEH PEMILIK
Pasal 26
15
(1) Barang bukti yang disita dan disimpan ditempat khusus hanya dapat dipinjam
pakaikan kepada pemilik atau pihak yang berhak.
(2) Prosedur pinjam pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur sebagai
berikut :
a. Dir Reskrimum, Dir Reskrimsus, Dir Reskrim Narkoba,Dir Polair dan Dir
Lantas pada tingkat Polda;
b. para Kapolres/ta/tabes pada tingkat Polres/ta/tabes;
c. para Kapolsek.
(4) Penilaian dan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 26 ayat (2)
huruf b , didasarkan atas :
BAB VII
PENGAWASAN PENGELOLAAN BARANG BUKTI
Pasal 27
16
Pengawasan terhadap kegiatan pengelolaan barang bukti dilakukan secara:
a. umum;dan
b. khusus.
Pasal 28
(3) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dalam bentuk:
a. supervisi;dan
b. pengawasan dan pemeriksaan (wasrik).
Pasal 29
(2) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari unsur:
a. Inspektorat pengawasan
b. Propam;
c. Inteljen keamanan;dan
d. fungsi terkait lainnya.
(3) Kejadian yang bersifat khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain:
/a. adanya ..............
a. adanya laporan atau ditemukannya penyimpangan;
b. penyalahgunaan barang bukti;
c. hilangnya barang bukti; dan
17
d. adanya bencana yang bisa mengakibatkan barang bukti hilang atau rusak.
BAB VIII
ADMINISTRASI DAN PELAPORAN
Pasal 30
Administrasi pengelola barang bukti dituangkan dalam bentuk berita acara, buku
kontrol,dan buku register daftar barang bukti sebagaimana tercantum dalam lampiran
yang tidak terpisahkan dari peraturan ini.
Pasal 31
Pelaporan pengelola barang bukti dibuat secara periodik ( mingguan, bulanan, dan
tahunan ) yang ditandatangani Ketua Pengelola Barang Bukti yang diketahui Dir tahti
pada tingkat Polda, dan wajib dilaporkan kepada Kasatfung / Kasatfung ( tingkat
Polres/ ta/ tabes ) / Kapolsek tembusan Kasatker serta fungsi terkait lainya.
BAB IX
ATURAN PERALIHAN
Pasal 32
(1) Dengan diberlakukanya peraturan kapolda nomor ……. tahun 2012 tentang tata
cara pengelolaan barang bukti dilingkungan Kepolisian Daerah Jawa Tengah
maka penyimpanan barang bukti yang selama ini masih dikelola oleh masing –
masing penyidik masih tetap berlaku sambil menunggu dibangunnya gedung
penyimpanan barang bukti.
(2) Setelah dibangun gedung penyimpanan barang bukti maka pengelolaan barang
bukti secara langsung diserahkan kepada Dit Tahti Polda jateng untuk tertibnya
administrasi pengelolaan barang bukti.
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 33
18
Peraturan Kapolda ini mulai berlaku pada tanggal sejak ditetapkan.
Agar setiap Kepala biro, Direktur, Kepala Bidang mengetahui.
Ditetapkan di : Semarang
pada tanggal : Maret 2012
Disahkan di Jakarta
pada tanggal Maret 2012
19