Anda di halaman 1dari 22

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DAERAH GORONTALO
RESOR GORONTALO

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR


SATUAN TAHTI

NO. DOKUMEN
SOP/TAHTI/RAPKUM/01

NO. REVISI
00
TANGGAL TERBIT :

HALAMAN
1/22
2016

DIBUAT/DIPERIKSA OLEH
KASAT TAHTI

DISAHKAN OLEH
KAPOLRES GORONTALO

TTD

TTD

SIMON PATEDA
IPTU NRP 62040636

HERRI RIO PRASETYO, SIK


AKBP NRP 73060604

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR


(SOP)
Tentang
SAT TAHTI DILINGKUNGAN KEPOLISIAN RESOR GORONTALO
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
DAERAH GORONTALO
RESOR GORONTALO
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA KEPOLISIAN RESOR GORONTALO
Menimbang: a. Bahwa barang bukti merupakan benda sitaan yang perlu dikelola dengan tertib
dalam rangka mendukung proses penyidikan tindak pidana

b. Bahwa pengelola barang bukti di tingkat penyidikan sampai saat ini masih
dalam pembenahan yang meliputi tata cara penerimaan, penyimpanan,
pengamanan, perawatan, pengeluaran, dan penahanannya;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan
huruf b, perlu menetapkan SOP di lingkungan Resor Gorontalo;

Mengingat: 1. Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia
(Lembaga Negara Republik Indonesia tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lambaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4168);
2. Keputusan Presiden Nomor 70 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kepolisian Negara Republik Indonesia;
3. Peraturan Kepala kepolisian Negara Republik Indonesia No.Pol : 4 tahun 2005
tentang Pengurusan Tahanan pada Rumah Tahanan Kepolisian Resor Gorontalo.
4. Perkap Nomor 23 tahun 2010 Tentang Susunan Organisasi dan tata kerja pada
tingkat Kepolisian Resor dan Sektor.
5. Perkap Nomor 26 tahun 2010 Tentang Tata Cara penyusunan Perkap.
6. Perkap Nomor 10 tahun 2010 Tentang Tata cara pengelolaan Barang Bukti di
lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia.
MEMUTUSKAN

Menetapkan: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPOLISIAN RESOR GORONTALO


TENTANG SAT TAHTI DILINGKUNGAN KEPOLISIAN RESOR GOROTALO.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam SOP yang di maksud dengan:

1. Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disingkat Polri adalah alat negara yang
berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum,
serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam
rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri;

2. Penyidik adalah pejabat Polri yang diberi wewenang khusus oleh undang undang untuk
melakukan penyidikan;
3. Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur
dalam kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP) untuk
mencari
serta
mengumpulkan baran bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana
yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya;
4. Penyitaan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mengambil alih dan atau menyimpan
di bawah penguasaannya benda bergerak atau tidak bergerak, berwujud atau tidak
berwujud untuk kepentingan pembuktian dalam penyidikan, penuntutan dan peradilan;
5. Barang Bukti adalah benda bergerak atau tidak bergerak, berwujud atau tidak berwujud
yang telah dilakukan penyitaan oleh penyidik untuk keperluan pemeriksaan dalam tingkat
penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan;
6. Barang Temuan sebagai barang bukti adalah bergerak atau tidak bergerak, berwujud atau tidak
berwujud yang ditinggalkan atau ditemukan masyarakat atau penyidik karena tersangka
belum tertangkap atau melarikan diri dan dilakukan penyitaan oleh penyidik;
7. Pengelolaan barang bukti penyidik menyerahkan ke SAT TAHTI Polres Gorontalo untuk
penerimaan, penyimpanan, pengamanan, perawatan, pengeluaran dan pemusnahan benda
sitaan dari ruang atau tempat khusus penyimpanan barang bukti;
8. Pejabat Pengelola Barang Bukti yang selanjutnya disingkat PPBB adalah anggota Polri yang
mempunyai tugas dan wewenang untuk menerima, menyimpan, mengamankan, merawat,
mengeluarkan dan memusnahkan benda sitaan dari ruang atau tempat khusus penyimpanan
barang bukti;
9. Tempat Penyimpanan Barang Bukti adalah ruangan atau tempat khusus yang disiapkan dan di
tetapkan berdasarkan surat ketetapan oleh Kepala Satuan Kerja (Kasatker) untuk menyimpan
benda-benda sitaan penyidik berdasarkan sifat dan jenisnya yang dikelola oleh PPBB;
10. Pengendalian adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh pejabat Polri yang dibentuk dan diberi
wewenang oleh Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam mengelola, mengatur,
dan melakukan pembinaan dan perawatan tahanan Polri, untuk lebih memudahkan proses
penyidikan perkara terhadap seorang tersangka oleh penyidik;
11. Pembinaan adalah segala usaha yang dilakukan oleh pejabat Polri dalam bentuk pelayanan
kepada tahanan yang mencangkup didalamnya suatu kegiatan bimbingan dan penyuluhan;
12. Perawatan adalah upaya memberikan pelayanan kepada tahanan dalam bentuk standarisasi
ruang tahanan, pelayanan makan, dukungan kesehatan, pakaian, kesempatan melaksanakan
ibadah, kesempatan berkomunikasi dengan pengacara / penasehat hukumnya, kesempatan
bertemu dengan keluarganya, rasa aman dan hak hak lainnya;
13. Tahanan adalah seorang / para tersangka yang ditempatkan pada tempat tertentu oleh
penyidik karena diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti yang cukup;
14. Rumah tahanan Polri yang selanjutnya disebut rutan Polri adalah suatu tempat khusus
untuk menahan seseorang sesuai dengan tindak pidana yang dipersangkakan kepadanya dalam
proses penyidikan;
15. Petugas jaga adalah anggota Polri yang bertugas untuk melaksanakan penjagaan tahanan
pada rutan Polri;
16. Petugas Kawal adalah anggota Polri yang diberi tugas untuk melaksanakan pengawalan
tahanan Polri selama tahanan berada diluar rutan Polri;

17. Peminjaman atau bon tahanan adalah surat permintaan yang diajukan oleh pejabat yang
berwenang kepada penyidik untuk melaksanakan proses penyidikan;
18. Pengeluaran Tahanan adalah keluarnya tahanan dari ruang tahanan karena berubah status
atau pindah ketempat penahan lain.
Pasal 2

Tujuan dibuatnya SOP Sat Tahti ini adalah:


a. Sebagai pedoman bagi penyidik dan PPBB untuk mengelola barang bukti dengan tertib
dilingkungan Polres Gorontalo;
b. Terwujudnya tertib administrasi pengelolaan barang bukti dalam proses penyidikan di
lingkungan Polres Gorontalo; dan
c. Terwujudnya tertib dan tata cara melaksanakan pembinaan, dan perawatan tahanan di
lingkungan Polres Gorontalo.
Pasal 3
Prinsip prinsip penyusunan SOP Sat Tahti Polres Gorontalo ini meliputi:
a. Legalitas, yaitu setiap pengelolaan barang bukti harus sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
b. Transparan, yaitu pengelolaan barang bukti dilaksanakan secara berkala;
c. Proposional, yaitu keterlibatan unsur-unsur dalam pelaksanaan pengelolaan barang bukti harus
diarahkan guna menjamin keamanannya;
d. Akuntabel, yaitu pengelolaan barang bukti dapat dipertanggung jawabkan secara hukum,
terukur, dan jelas ;
e. Efektif dan efisien yaitu setiap pengelolaan barang bukti harus dilakukan dengan
mempertimbangkan adanya keseimbangan yang wajar antara hasil dengan upaya dan sarana
yang digunakan ; dan
f. Terwujudnya tertib dan tata cara melaksanakan pembinaan, dan perawatan tahanan dalam
bentuk standarisasi ruang tahanan, pelayanan makan, dukungan kesehatan, pakaian,
kesempatan beribadah, kesempatan bertemu dengan keluarganya, rasa aman dan hah-hak
lainnya di lingkungan Polres Gorontalo.
Pasal 4

Tugas Sat Tahti Polres Gorontalo meliputi :


a. Urusan Adminstrasi dan Ketatausahaan (Urmintu) yang bertugas menyelenggarakan
kegiatan adminsitrasi dan ketatausahaan umum terkait dengan tahanan dan barang bukti;
b. Unit Perawatan Tahanan (Banit wattah) yang bertugas melaksanakan pembinaan dan
pemberian petunjuk tata tertib tahanan, pelayanan kesehatan, perawatan pembinaan
jasmani dan rohani tahanan, pengelolaan barang titipan milik tahanan ; dan

c. Unit barang bukti (Unit barbuk) yang bertugas melaksanakan pembinaan dan pengelolaan
barang bukti serta administrasinya.

BAB II
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SAT TAHTI
Sub Bagian Pertama
Pasal 5
PENGGOLONGAN BARANG BUKTI
Barang Bukti dapat digolongkan berdasarkan benda:
a. Bergerak dan
b. Tidak bergerak.
Pasal 6
Benda bergerak sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 huruf a, merupakan benda yang dapat
dipindahkan dan atau berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
(1) Benda begerak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan sifatnya antara lain :
a. Mudah Meledak;
b. Mudah Menguap;
c. Mudah Rusak, dan;
d. Mudah Terbakar.
(3) Benda bergerak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan wujudnya antara lain :
a. Padat;
b. Cair, dan;
c. Gas.
(4) Benda bergerak selain sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) juga termasuk
benda yang terlarang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan.
Pasal 7
Benda tidak bergerak sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 huruf b, merupakan benda selain
sebagimana dimaksud dalam pasal 5 antara lain :
a. Tanah beserta bangunan yang berdiri diatasnya;

b. Kayu tebangan dari hutan dan dari pohon pohon yang berbatang tinggi selama kayu
kayuan itu belum dipotong;
c. Kapal laut dengan tonase yang ditetapkan dengan ketentuan dan;
d. Pesawat terbang.

Pasal 8
BARANG TEMUAN SEBAGAI BARANG BUKTI
(1) Barang temuan diperoleh petugas Polri pada saat melakukan tindakan Kepolisian atau pun
ditemukan masyarakat berupa benda dan atau alat yang ada kaitanya dengan peristiwa pidana
yang terjadi atau ditinggalkan tersangka karna melarikan diri atau tersangka belum tertangkap;
(2) Barang temuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dijadikan barang bukti setelah
dilakukan penyitaan oleh penyidik karena diduga :
a.

Seluruh atau sebagian benda dan atau alat diperoleh dari tindak pidana atau sebagai
hasil tindak pidana;

b. Telah diperghunakan secara langsung untuk melakukan tindak pidana dan;


c. Mempunyai hubungan langsung dengan tindak pidana yang dilakukan.
(3) Penyitaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan menurut cara yang diatur dalam
hukum acara pidana.
Pasal 9
Barang bukti temuan yang telah disita penyidik sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (2)
paling lama 1 x 24 (satu kali dua puluh empat) jam wajib diserahkan kepada PPBB;
(1) PPBB yang menerima penyerahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib melakukan
pencatatan kedalam buku Register dan disimpan pada tempat penyimpanan barang bukti;
(2) Dalam hal barang bukti temuan terdiri atas benda yang dapat lekas rusak atau
membahayakan, sehingga tidak mungkin untuk disimpan, dapat diambil tindakan sebagaimana
diatur dalam hukum acara pidana;
(3) Dalam hal barang bukti temuan berupa Narkotika jenis tanaman, dalam waktu 1 x 24 (satu
kali dua puluh empat) jam wajib dimusnahkan sejak saat ditemukan, setelah sebagian
disisihkan untuk kepentingan penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan disidang pengadilan.
Pasal 10
PPBB
(1) PPBB merupakan anggota polri yang ditunjuk berdasarkan surat perintah yang dikeluarkan
oleh;:
a. Kapolres Gorontalo;

b. Kapolsek jajaran Polres Gorontalo.


(2) PPBB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari paling sedikit 3 (tiga) orang anggota polri
atau disesuaikan dengan kekuatan personel di kesatuan masing-masing;
(3) PPBB sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari :
a. Ketua pengelola Barang Bukti berpangkat perwira;
b. Staf urusan administrasi Barang Bukti serendah-rendahnya berpangkat
Brigadir dan;
c. Staf pembantu umum serendah-rendahnya berpangkat Brigadir Polisi
tingkat Dua atau Pegawai Negeri Sipil pada Polri.
(4) Dalam hal Polsek tidak memiliki PPBB yang berpangkat Perwira, dapat ditunjuk Kanit
Reskrim yang berpangkat Brigadir sebagai Ketua Pengelola Barang Bukti.
Pasal 11
Ketua Pengelola Brang Bukti sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (3) huruf a, harus
memiliki Dedikasi dan loyalitas tinggi dalam melaksanakan tugas berdasarkan penilaian pimpinan;
(1) Staf urusan adminstrasi barang bukti sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (3) huruf b,
harus memiliki :
a. Hasil tes psikologi yang memenuhi syarat;
b. Dedikasi dan loyalitas tinggi dalam melaksanakan tugas berdasarkan penilaian pimpinan.
(2) Staf pembantu umum sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (3) huruf c, memiliki
pemahaman mengenai administrasi umum dan administrasi penyidikan.

Pasal 12

PPBB mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut:


a.
b.
c.
d.
e.

Menerima penyerahan barang bukti yang telah disita oleh penyidik;


Mencatat kedalam buku register daftar barang bukti;
Menyimpan barang bukti berdasarkan sifat dan jenisnya;
Mengamankan barang bukti agar tetap terjamin kualitas dan atau kualitasnya;
Mengontrol barang bukti secara berkala / periodik dan dicatat ke dalam buku kontrol
barang bukti;
f. Mengeluarkan barang bukti atas perintah atasan penyidik untuk pinjam pakaikan kepada
pemilik yang berhak dan;
g. Memusnahkan barang bukti.

Pasal 13
PROSEDUR PENGELOLAAN BARANG BUKTI PENERIMAAN DAN PENYIMPANAN
(1) Dalam penerimaan penyerahan barang bukti oleh penyidik, PPBB wajib melakukan tindakan
sebagai berikut :
a. Meneliti surat perintah penyitaan dan barita acara penyerahan barang bukti yang
dibuat oleh penyidik untuk dijadikan dasar penerimaan barang bukti;
b. Mengecek dan mencocockkan jumlah dan jenis barang bukti yang diterima sesuai
dengan berita acara penyerahan barang bukti;
c. Memeriksa dan meneliti jenis baik berdasarkan sifat, wujud dan atau kwalitas barang
bukti yang akan diterima guna menentukan tempat penyimpanan yang sesuai;
d. Mencatat barang bukti yang diterima kedalam buku register daftar barang bukti,
ditanda tangani oleh petugas yang menyerahkan dan salah satu PPBB yang menerima
penyerahan, serta disaksikan petugas lainnya;
e. Melakukan pemotretan terhadap barang bukti sebagai bahan dokumentasi;
f. Mencoret dari buku register, barang bukti yang sudah dimusnahkan atau yang sudah
diserahkan kepada jaksa penuntut umum dan;
g. Melaporkan tindakan yang telah dilakukan kepada penyidik Kasatker. (2) PPBB wajib
melakukan tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, paling lama 2 (dua)
hari harus selesai.
Pasal 14
(1) Dalam hal barang bukti yang diperiksa dan diteliti sebagaiman dimaksud dalam pasal 11
ayat (1) huruf c, secara kuantitas tidak memungkinkan disimpan dan memerlukan biaya
penyimpanan tinggi, tempat penyimpananya yaitu ditempat asal barang bukti disita;
(2) Dalam hal barang bukti yang diperiksa dan diteliti sebagimana dimaksud dalam pasal 11
ayat (1) huruf c, secara kualitas lekas rusak dan tidak tahan lama, dapat dilelang sesuai dengan
ketentuan hukum acara pidana;
(3) Dalam hal barang bukti yang diperiksa dan diteliti sebagimana dimaksud dalam pasal 11
ayat (1) huruf c, secara kualitas mudah terbakar, menguap, dan meledak, dapat dimusnahkan
sesuai kentuan dalam hukum acara pidana;
(4) Dalam hal barang bukti yang diperiksa dan diteliti sebagimana dimaksud dalam pasal 11
ayat (1) huruf c, bersifat terlarang, dapat dimusnahkan sesuai ketentuan dalam Undang
undang tentang Narkotika dan Psikotropika;
(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (4) dituangkan dalam
berita acara dan ditanda tangani pihak pihak terkait.

Pasal 15
(1) Dalam hal PPBB melakukan tindakan sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 ayat (1) huruf c,
memerlukan ahli ketua pengelola barang bukti dapat (10) meminta pendapat ahli dimaksud
untuk melakukan pemeriksaan dan penelitian barang bukti;

(2) Pemeriksaan dan penelitian barang bukti yang dilakukan oleh ahli sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), harus dibuatkan berita acara yang ditanda tangani oleh ahli yang
bersangkutan dan diketahui oleh PPBB.
Pasal 16
PENGAMANAN DAN PERAWATAN
(1) Ketua pengelola barang bukti bertanggung jawab penuh terhadap keamanan dan keutuhan
barang bukti baik secara kuantitas maupun kualitasnya;
(2) Tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam bentuk kegiatan :
a. Melakukan pemeriksaan dan pengawasan secara berkala paling lama (2) minggu sekali
terhadap barang bukti yang disimpan ditempat penyimpanan barang bukti yang telah
ditentukan atau tempat lain, dan dituangkan dalam buku kontrol barang bukti;
b. Mengawasi jenis jenis barang bukti tertentu yang berbahaya, berharga, dan atau yang
memerlukan pengawetan;
c. Menjaga dan mencegah agar barang bukti yang disimpan tidak terjadi pencurian,
kebakaran atau pun kebanjiran;
d. Mengarahkan dan mengatur pembagian tugas bawahannya untuk menjaga, memelihara
dan mengamankan barang bukti yang disimpan;
e. Mencatat dan melaporkan kepada penyidik dan atau atasan penyidik yang menyita bila
terjadi kerusakan dan penyusutan serta kebakaran dan pencurian terhadap barang bukti
yang disimpan dan;
f. Menindak PPBB yang lalai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan
perundang undangan.
Pasal 17
(1) Apabila barang buklti yang disimpan mengalami kerusakan, penyusutan, pencurian atau
kebakaran, dilakukan penyidikan sesuai kentuan yang berlaku;
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) apabila ternyata dilakukan atau akibat
kelalaian, terhadap pelakunya dapat dikenakan sangsi sesuai peraturan perundang
undangan.
Pasal 18
PENGELUARAN DAN PEMUSNAHAN
(1) Pengeluaran barang bukti untuk keperluan penyidikan oleh penyidik, harus berdasarkan surat
permintaan yang sah dari penyidik yang menyita dan diketahui oleh atasan penyidik;
(2) Terhadap pengeluaran barang bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ketua pengelola
barang bukti harus;
a. Memeriksa dan meneliti surat permintaan pengeluaran barang bukti diajukan oleh
penyidik yang diketahui oleh atasan penyidik;
b. Membuat berita acara serah terima dan menyampaikan tembusannya kepada atasan
penyidik;
c. Mencatat lama peminjaman barang bukti dalam buku mutasi atau register yang tersedia
dan;

d. Menerima, memeriksa dan meneliti dan meyimpan kembali barang bukti yang telah
dipinjam dan diserahkan oleh penyidik.

Pasal 19
Pengeluaran barang bukti untuk dikirimkan jaksa penunutut umum yang dilakukan oleh
penyidik, harus berdasarkan surat permintaan yang sah dari penyidik yang menyita dan diketahui
atasan penyidik dengan melampirkan bukti P 21 dari jaksa penuntut umum;
(1) Pengeluaran barang bukti sebagiamana dimaksud pada ayat (1), ketua pengelola barang
bukti harus melakukan tindakan sebagaimana dimaksud (3) dalam pasal 17 ayat (2) huruf a dan b
serta mencoret barang bukti dari buku register daftar barang bukti.
Pasal 20

(1) Pengeluaran barang bukti untuk dikembalikan kepada orang atau dari siapa benda itu disita
atau kepada mereka yang berhak harus berdasarkan surat perintah dan / atau penetapan
pengambilan barang bukti dari atasan penyidik;
(2) Pelaksanaan pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ketua pengelola barang
bukti harus melakukan tindakan:
a. Memeriksa dan meniliti surat perintah dan atau surat penetapan pengembalian barang
bukti dari atasan penyidik;
b. Membuat berita acara serah terima yang tembusannya disampaikan kepada atasan
penyidik, dan;
c. Mencatat dan mencoret barang bukti tersebut dari daftar yang tersedia.

Pasal 21
Dalam hal barang bukti yang disita lekas rusak dan/ atau biaya penyimpanan terlalu tinggi sehingga
tidak memungkin disimpan lama, dapat dilaksanakan pengeluaran barang bukti untuk dijual
lelang berdasarkan surat perintah atau penetapan yang dikeluarkan oleh atasan penyidik;
(1) Terhadap pelaksanaan pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ketua pengelola
barang bukti harus melakukan prosedur sebagai berikut:
a. Memeriksa dan meneliti surat perintah dan / atau penetapan penjualan lelang terhadap
barang bukti tersebut;
b. Membuat berita acara serah terima yang tembusannya disampaikan kepada atasan
penyidik dan tersangka dan;
c. Mencatat dan mencoret barang bukti tersebut dari daftar yang tersedia.
(2) Hasil pelaksanaan yang berupa uang, dipakai sebagai barang bukti dan disimpan di bank
serta di catat dalam buku register yang tersedia;

(3) Sebelum pelaksanaan lelang, barang bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sedapat
mungkin disisihkan sebagian kecil untuk keperluan pembuktian dan dicatat dalam buku
register yang tersedia.

Pasal 22
(1) Pengeluaran barang narkotika, psikotropika dan obat-obatan terlarang untuk di musnahkan,
dilakukan setelah mendapat surat penetapan dari ketua pengadilan negeri / kepala
kejaksaan negeri setempat dan surat perintah, pemusnahan dari atasan penyidik;
(2) Surat perintah pemusnahan dari atasan penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikeluarkan oleh, Kapolres ditingkat sat Reskrim, Narkoba, Lalu lintas dan Polsek di wilayah
hukum Polres Gorontalo;
(3) Terhadap pelaksanaan pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ketua pengelola
barang bukti harus melakukan prosedur sebagai berikut:
a. Memeriksa dan meneliti surat perintah dan penetapan pemusnahan barang bukti;
b. Membuat berita acara serah terima yang tembusannya di sampaikan kepada atasan
penyidik dan tersangka dan;
c. Mencatat dan mencoret barang bukti dari daftar yang tersedia.
(4) Sebelum pelaksanaan, barang bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib disisihkan
untuk keperluan pembuktian dan pemeriksaan laboratoris yang dicatat dalam buku register
yang tersedia.
Pasal 23
Pengeluaran untuk penghapusan barang bukti dari daftar register ditempat penyimpanan
barang bukti yang dikarenakan kerusakan, penyusutan, kebakaran, pencurian, atau karena
bencana alam dilakukan oleh suatu panitia khusus yang dibentuk oleh ketua pengelola barang
bukti.
Pasal 24
PROSEDUR PINJAM PAKAI BARANG BUKTI OLEH PEMILIK
(1) Barang bukti yang disita dan disimpan ditempat khusus hanya dapat dipinjam pakaikan kepada
pemilik atau pihak yang berhak;
(2) Prosedur pinjam pakai sebagimana dimaksud pada ayat (1) diatur sebagai berikut:
a. Pemilik atau pihak yang berhak mengajukan permohonan kepada atasan penyidik;
b. Atasan penyidik melakukan penilaian dan pertimbangan untuk menolak atau mengabulkan
permohonan tersebut dan;
c. Setelah permohonan dikabulkan, atasan penyidik membuat rekomendasi kepada ketua
PPBB.
(3) Atasan penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah Kapolres Gorontalo, Kasat
Reskrim, Resnarkoba, Lalu lintas dan Kapolsek dilingkungan Polres Gorontalo;
(4) Penilaian dan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 23 adalah:
a. Bukti kepemilikan barang bukti yang sah;
b. Kesediaan untuk merawat dan tidak mengubah bentuk wujud dan warna barang bukti;

c. Kesediaan untuk menghadirkan barang bukti biladiperlukan sewaktuwaktu dan;


d. Kesediaan untuk tidak memindah tangankan barang bukti kepada pihak lain.

Pasal 25
PENGAWASAN PENGELOLAAN BARANG BUKTI
Pengawasan terhadap kegiatan pengelolaan barang bukti selain dilakukan secara
a. Umum dan;
b. Khusus.

Pasal 26

(1) Pengawasan secara umum sebagaimana dimaksud dalam pasal 24 huruf a, mulai dari Kasat
tahti dan para Kapolsek jajaran Polres Gorontalo;
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui kegiatan:
a. Memeriksa admistrasi dan buku register daftar barang bukti;
b. Memeriksa kondisi tempat penyimpanan dan;
c. Memeriksa kondisi fisik barang bukti.
(3) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dalam bentuk :
a. Supervisi dan;
b. Pengawasan dan pemeriksaan (wasrik).

Pasal 27
Pengawasan secara khusus sebagaimana dimaksud dalam pasal 24 huruf b, dilakukan apabila
terdapat kejadian yang bersifat khusus, sehingga perlu dibentuk tim yang ditunjuk berdasarkan
surat perintah;
(1) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari unsur;
a. Inspektorat pengawasan ;
b. Propam;
c. Intelijen keamanan; dan
d. Fungsi terkait lainnya
(2) Kejadian yang bersifat khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain;
a. Adanya laporan atau ditemukannya penyimpanan;
b. Penyalahgunaan barang bukti;
c. Hilangnya barang bukti dan;
d. Adanya bencana yang bisa mengakibatkan barang bukti hilang atau rusak.

Pasal 28
ADMINISTRASI DAN PELAPORAN
Administrasi pengelolaan barang bukti dituangkan dalam bentuk berita acara, buku kontrol, dan
buku register daftar barang bukti sebagaimana tercantum dalam lampiran yang tidak
terpisahkan dari peraturan ini.

Pasal 29
Pelaporan pengelolaan barang bukti dibuat secara periodik (mingguan, bulanan, dan tahunan)
yang ditanda tangani ketua pengelola barang bukti dan wajib dilaporkan kepada Kasat Tahti
dengan tembusan Kapolres Gorontalo serta fungsi terkait lainnya.

Sub Bagian Ke Dua


PENGURUSAN TAHANAN DI RUTAN POLRES GORONTALO

Pasal 30
PENEMPATAN TAHANAN
(1) Setiap tahanan yang dalam proses penyidikan dapat ditempatkan dirutan Polres Gorontalo
dengan disertai surat perintah penahanan yang dikeluarkan oleh penyidik;
(2) Penempatan tahanan pada ruang tahanan dipisahkan berdasarkan jenis kelamin dan umur;
(3) Tahanan khusus merupakan pelaku pidana yang menurut pertimbangan penyidik perlu
mendapat perlakuan khusus dengan menyempatkan pada ruangan khusus yaitu tersangka
dalam kasus narkoba, teroris / separatis, dan anak serta tersangka lainnya berdasarkan
penilaian penyidik;
(4) Tahanan yang menderita penyakit menular dan atau gawat darurat, ditempatkan dirumah
sakit dan dibuat catatan dalam buku khusus tentang penyakitnya;
(5) Tahanan anggota Polri ditempatkan diruangan terpisah dengan ruangan tahanan lainnya.
Pasal 31
Penerimaan tahanan dicatat dalam buku register daftar tahanan oleh petugas jaga yang
meliputi :
a.
b.
c.
d.

Penelitian surat perintah penahanan sementara;


Pencocokan identitas tahanan;
Pemeriksaan badan;
Kondisi fisik dan kesehatan tahanan.

(1) Dalam melakukan pemeriksaan badan wajib mengindahkan dan menjunjung tinggi norma
kesopanan dan hak asasi manusia;
(2) Pemeriksaan badan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, terhadap tahanan wanita
dilakukan oleh Polisi wanita;
(3) Dalam hal dikantor Polisi tersebut tidak ada Polisi wanita pemeriksaan badan
sebagainmana dimaksud pada ayat (3) dapat dilakukan oleh PNS wanita atau Bhayangkari;
(4) Semua barang barang yang didapat dari pemeriksaan badan dicatat secara terperinci dalam
buku register dan ditanda tandatangi oleh petugas jaga dantahanan yang bersangkutan
serta diketahui oleh penyidik serta disimpan ditempat yang telah ditentukan, kemudian catatan
jumlah dan jenis barang yang disimpan diberikan kepada tahanan / keluarga yang bersangkutan;
(5) Barang barang yang berbahaya atau terlarang yang diperoleh dari hasil pemeriksaan,
diserahkan kepada penyidik untuk disita.

Pasal 32
(1) Setiap tahanan tidak diperkenankan memakai ikat pinggang, tali, barang barang tajam dan
barang berbahaya lainnya yang dapat digunakan untuk bunuh diri, melarikan diri atau
mencederai rekan dalam tahanan;
(2) Tahanan dilarang ditempatkan diluar rutan Polri, kecuali sebagaimana ditentukan dalam
pasal 1 ayat (3) dan (4).
Pasal 33
PEMBINAAN DAN PERAWATAN TAHANAN
(1) Setiap tahanan diberi kesempatan beribadah menurut agama dan kepercayaan masing
masing didalam rutan Polres Gorontalo;
(2) Setiap tahanan berhak mendapatkan pembinaan rohani dan jasmani yang meliputi :
a. Ceramah / penyuluhan agama ;
b. Kegiatan beribadah;
c. Olahraga dan;
d. Membaca buku agama.
(3) Selain pembinaan rohani dan jasmani sebagaimana dimaksud pada ayat (2), tahanan diberikan
pembinaan disiplin berupa :
a. Apel untuk pengecekan setiap pagi / malam;
b. Kebersihan;
c. Waktu berobat.
(4) Setiap kegiatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), (2), dan (3), di awasi oleh petugas jaga
Polri.
Pasal 34
Setiap tahanan berhak mendapat perawatan berupa ;
a. Dukungan kesehatan;
b. Makanan;

c. Pakaian; dan
d. Kunjungan
Pasal 35
Dukungan kesehatan dirutan Polres Gorontalo dilakukan oleh Urdokes Polres Gorontalo yang
bertugas memelihara dan merawat kesehatan tahanan;
(1) Apabila urdokes Polres Gorontalo tidak tersedia sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka
penyidik dapat meminta dokter umum / tenaga medis setempat;
(2) Petugas jaga tahanan harus memiliki kesehatan tahanan pada waktu, sebelum, selama dan
pada saat akan dikeluarkan dari rutan Polres Gorontalo dengan bantuan dokter atau petugas
kesehatan;
(3) Dalam keadaan darurat / tahanan sakit keras, seorang dokter atau petugas kesehatan dapat
didatangkan kerutan yang berada dan atau kerumah sakit dengan dikawal oleh petugas kawal
sesuai dengan prosedur;
(4) Kepala jaga bertanggung jawab terhadap tahanan yang dianiaya oleh sesama tahanan;
(5) Apabila ada tahanan yang meninggal dunia karena sakit segera dimintakan surat keterangan
dokter dan dibuat berita acara oleh Urdokes Polres Gorontalo serta diberitahukan kepada
keluarganya;
(6) Sebelum Jenazah diserahkan kepada keluarga untuk dimakamkan, petugas mengambil
teraan jari (tiga jari kiri) jenazah, untuk pembuktian dan kepastian bahwa jenazah adalah
tahanan yang dimaksud dalam surat surat dan dokumen yang sah;
(7) Barang barang milik tahanan yang meninggal dunia, petugas jaga segera menyerahkan
kepada keluarganya dan dibuat berita acara penyerahannyayang ditanda tangani keluarga
atau ahli waris tahanan yang meninggal dunia, apabila setelah setelah lewat waktu 3 (tiga)
bulan tidak ada keluarga yang mengambil maka barang tersebut diserahkan kepada negara.
Pasal 36

(1) Makanan standar yang memenuhi gizi dan kalori diberikan kepada tahanandengan menu
dan porsi serta jadwal yang telah ditentukan dalam daftar makanan.
(2) Pemberian makanan kepada tahanan dilakukan di ruang makan yang telah ditentukan;
(3) Tahanan dapat diberikan kesempatan menikmati makanan yang dikirim oleh keluarga, setelah
diperiksa terlebih dahulu oleh petugas jaga tahanan;
(4) Tahanan yang sakit, hamil, menyusui dan anak-anak dapat diberikan makanan tambahan
sesuai dengan petunjuk dokter;
(5) Pemasukan bahan makanan dan penyimpanan makanan oleh petugas jaga harus
diperhatikan syarat kebersihan (hygiene makanan).
Pasal 37
Tahanan wajib memakai pakaian tahanan dengan uniform dan model yang telah ditetapkan;

(1) Tahanan yang akan melaksanakan kegiatan tertentu (ibadah, olahraga, peringatan hari
besar dll) dapat menggunakan pakaian sendiri dengan memperhatikan kesopanan dan
ketertiban.
Pasal 38
Tahanan diberikan hak untuk menerima kunjungan keluarga / teman sesuai jadwal kunjungan dan
tempat yang telah ditentukan serta diawasi oleh petugas jaga;
(1) Tahanan diberi hak untuk menerima kunjungan pengacara dalam kaitan kepentingan proses
pembelaan, setelah mendapat ijin dari penyidik;
(2) Petugas jaga wajib meneliti dan mencatat identitas pengunjung yang telah mendapat ijin
kunjungan serta menggeledah / memeriksa barang bawaannya;
(3) Surat-menyurat antar tahanan dengan pengacaranya atau keluarganya tidak perlu diperiksa,
kecuali jika terdapat cukup alasan diduga bahwa surat tersebut disalah gunakan.
Pasal 39
SARANA DAN PRA SARANA RUMAH TAHANAN
(1) Sarana dan prasarana yang terdapat di rutan Polres Gorontalo adalah:
a. Ruang tahanan / kamar mandi / sel tahanan;
b. MCK (mandi, cuci, kakus);
c. Ruang pertemuan;
d. Ruang pembinaan;
e. Ruang kunjungan;
f. Ruang makan;
g. Ruang jaga;
h. Ruang ibadah;
i. Poliklinik;
j. Kelengkapan rutan
(2) Kelengkapan rutan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf k meliputi :
a. Tongkat polisi;
b. Borgol;
c. Flashligt (lampu senter);
d. Kunci gembok dan tempat penyimpanannya;
e. Kotak pertolongan pertama (P3K)
f. Kotak surat perintah penahanan;
g. Buku-buku.
(3) Sarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf j digunakan untuk kepentingan
penyidikan, serah terima kejaksaan dan kepentingan khusus tahanan serta dalam rangka
pelayanan perawatan rujukan kerumah sakit;
(4) Untuk kepentingan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), diperlukanbeberapa kendaraan
yang disesuaikan jenis maupun jumlahnya antara lain :
a. Truk angkutan tahanan masal;
b. Bus untuk tahanan yang akan melakukan kegiatan rekontruksi dengan pengawalan ketat
/ besar ; atau

c. Minibus atau;
d. Ambulan atau;
e. Kendaraan lapis baja.

Pasal 40
Tempat / ruang jaga tahanan berjarak dekat dengan ruang tahanan.

Pasal 41
PENGENDALIAN, PEMBINAAN DAN PERAWATAN TAHANAN
(1) Organisasi / satuan pengendali dalam pelaksanaan, pembinaan dan perawatan tahanan
berkedudukan dibawah Sat Tahti Polres Gorontalo;
(2) Penjabaran tugas pembinaan dan perawatan tahanan disesuaikan dengan penggolongan,
tipe khusus sampai tipe umum pada tingkat Polres sampai dengan Polsek jajaran Polres
Gorontalo.

Pasal 42

(1) Pada tingkat Polres pelaksanaan tugasnya dipertanggung jawabkan pada Sat Tahti, dalam hal ini
bagian pembinaan perawatan tahanan (Banit Wattah), dengan melaksanakan fungsi
pengawasan dan pengendalian secara berjenjang terhadap pelaksanaan pembinaan dan
perawatan tahanan, baik pada tingkat Polres maupun sampai pada tingkat Polsek antara lain :
a. Memberikan bimbingan teknis maupun arahan dalam pelaksanaan pembinaan dan
perawatan tahanan;
b. Melakukan supervisi langsung dilapangan baik tingkat Polres sampai dengan Polsek
jajaran Polres Gorontalo;
c. Memonitor dan mengevaluasi anggaran perawatan tahanan dirutan Polres Gorontalo.
(2) Pada tingkat Polsek, pelaksanaan tugas pembinaan dan perawatan tahanan diemban Kapolsek
dibantu oleh Ka sium.
Pasal 43
Untuk kepentingan tugas rutin dalam rangka pelaksanaan, pembinaan dan perawatan tahanan
pada masing-masing tingkat, para pejabat sesuai fungsi harus mengadakan hubungan secara;
a. Vertikal;
b. Horizontal.
(1) Hubungan vertikal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a yaitu :
a. Wajib melaporkan situasi tahanan maupun keadaan sarana / pra sarana secara rutin /
periodik kepada satuan atasnya;

b. Menerima petunjuk, perintah serta arahan dalam rangka pelaksanaan pembinaan dan
perawatan tahanan.
c. Hubungan horizontal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri dari :
a. Interen, yaitu antar bidang / bagian / satuan / unit dan antar sesama rumah tahanan
yang sama maupun antar rumah tahanan kejenjang yang lebih tinggi;
b. Exteren, yaitu dengan tokoh masyarakat, tokoh agama, kejaksaan, pengadilan,
lembaga permasyarakatan, dan lain lain.
Pasal 44
Penjadwalan kegiatan pembinaan dan perawatan tahanan diatur dalam satu format yang
menggambarkan hari, tanggal, waktu, sasaran dan cara bertindak, yang meliputi 3 (tiga) tahap
yaitu:
a. Tahap persiapan yang meliputi :
1. Pedoman petunjuk dan arahan pimpinan;
2. Koordinasikan dengan satuan / unit atau instansi terkait tentang rencana kegiatan
dimana mereka akan dilibatkan.
b. Tahap penyusunan yang meliputi :
1. Menyusun acara kegiatan mingguan;
2. Kegiatan disusun dalam satuan waktu jam / menit;
3. Kegiatan yang dilakukan dan penanggung jawab.
c. Tahap pelaksanaan yang meliputi :
1. Setiap hendak melaksanakan kegiatan yang sudah dijadwalkan, hendaknya
disiapkan materi / alat yang digunakan ;
2. Seluruh kegiatan dilakukan didalam koridor / ruang tahanan;
3. Dalam melaksanakan kegiatannya para petugas harus tetap bersifat mengawasi dan
selalu bersikap teliti, waspada dan berwibawa.
Pasal 45
KEAMANAN DAN KETERTIBAN RUMAH TAHANAN
(1) Tanggung jawab dan keamanan dan ketertiban rutan Polres Gorontalo berada ditangan kepala
jaga tahanan yang memimpin regu jaga tahanan;
(2) Apabila kepala jaga tahanan tidak ditempat, wewenangnya berada pada wakil kepala jaga
tahanan atau pejabat lain yang ditunjuk untuk mewakilinya;
(3) Setiap petugas jaga wajib ikut serta memelihara keamanan dan ketertiban rumah tahanan
Polres Gorontalo.
Pasal 46
Tugas pokok petugas jaga tahanan adalah :
a. Mencegah agar tidak terjadi penindasan, pemerasan, perkelahian, gangguan kesusilaan, dan
lain lain yang menimbulkan situasi menjadi resah dan ketakutan;
b. Menjaga agar tahanan tidak melarikan diri atau bunuh diri;

c. Memelihara, mengawasi, dan menjaga agar suasana kehidupan tahanan selalu tertib dan
harmonis;
d. Memelihara, mengawasi dan menjaga keutuhan barang inventaris rumah tahanan Polres
Gorontalo.
e. Melaksanakan administrasi keamanan dan ketertiban.
Pasal 47
Petugas jaga tahanan harus memperhatikan hal hal sebagai berikut :
a. Hadir selambat lambatnya 15 menit sebelum jam dinas dan apabila berhalangan
hadir agar segera memberitahukan kepada atasan;
b. Mempersiapkan buku jaga untuk mencatat kegiatan atau peristiwa pergantian tugas
jaga dengan mencatat jumlah tahanan, jumlah dan keadaan senjata api serta situasi
khusus yang perlu diketahui oleh petugas jaga berikutnya;
c. Mengecek dan memastikan blok / kamar hunian telah terkunci dan menyimpan kunci
kunci blok / kamar hunian, kantor, gudang, lemari, senjata api, harus disimpan
ditempat penyimpanan;
d. Merawat perlengkapan keamanan dan ketertiban sebaik baiknya;
e. Tidak diperkenankan menjadi penghubung dari dan untuk tahanan atau orang lain
maupun penegak hukum;
f. Tidak boleh bertindak sewenang wenang terhadap tahanan dan menyalah gunakan
kewenangan;
g. Memahami dan mengerti cara menggunakan perlengkapan keamanan dan
ketertiban;Harus selalu waspada dalam melaksanakan tugas penjagaan terutama pada
waktu malam hari atau pada waktu hujan, Apabila tahanan melarikan diri, maka petugas
jaga melakukan antara lain hal-hal sebagai berikut :
1. Segera mengumpulkan tahanan yang masih ada dan diperintahkan untuk masuk kamar
tahanan masing-masing dan di kunci;
2. Melapor kepada atasan untuk mengambil tindakan lebih lanjut;
3. Melakukan tindakan sesuai dengan ketentuan prosedur dinas dan peraturan
perundang-undangan. Melakukan pengawasan terhadap ruang-ruang tahanan secara
berkala, sekurangkurangnya setiap 2 (dua) jam sekali. Apabila tahanan bunuh diri di
rutan Polri, petugas jaga tahanan segera menghubungi penyidik untuk mengambil sidik
jari dan membuat berita acara dan mengirim ke rumah sakit untuk keperluan Visum
et repertum serta melaporkan kepada atasan untuk mengambil tindakan
selanjutnya.
Pasal 48
Petugas jaga tahanan melaporkan kondisi rumah tahanan dan kelengkapannya seminggu sekali
secara berjenjang kepada pimpinannya.
Pasal 49
(1) Pengeluaran tahanan dilakukan dengan alasan;
a. Penangguhan penahanan;

b. Dialihkannya jenis penahanannya;


c. Dipindahkan ke rumah tahanan negara;
d. Dikirim ke kesatuan / instasi lain.
(2) Prosedur pengeluaran tahanan adalah :
a. Penyidik yang akan mengeluarkan tahanan membawa surat pengeluaran tahanan yang
dilampiri surat perintah pengeluaran tahanan yang merupakan kelengkapan sahnya
seorang tahanan dikeluarkan dari ruang tahanan polri di tujukan kepada kepala jaga
tahanan dengan tembusan Kapolres Gorontalo.
b. Setiap pengeluaran tahanan dilakukan pada hari jam kerja.

Pasal 50
PENGELUARAN, PEMINJAMAN DAN PEMINDAHAN TAHANAN
(1) Peminjaman tahanan atau bon tahanan dilakukan oleh penyidik dalam rangka pemeriksaan
dan pengembangan penyidikan;
(2) Peminjaman tahanan atau bon tahanan harus menggunakan bon pinjaman yang dibuat
secara tertulis oleh penyidik yang menangani perkaranya dengan diketahui oleh kanit /
kasat yang dibuat rangkap dua, satu untuk arsip peminjam dan satu diserahkan kepada
kepala jaga tahanan dengan tembusan Kasat Tahti Polres Gorontalo;
(3) Surat bon pinjam tahanan diserahkan kepada petugas jaga tahanan untuk diketahui dan
dicatat dalam buku mutasi tahanan;
(4) Surat bon pinjam tahanan diserahkan kepada petugas jaga tahanan selanjutnya tahanan
yanag dimaksud dikeluarkan dari ruang tahanan;
(5) Petugas jaga tahanan memeriksa keadaan fisik tahanan, dan dicatat dalam buku mutasi
tahanan serta diketahui oleh penyidik/penyidik pembantu, selanjutnya tanggung jawab
keamanan beralih kepada petugas penyidik/penyidik pembantu yang membawa / meminjam
tahanan, selama masa pinjaman;
(6) Surat bon pinjam disimpan ditempat yang telah ditentukan oleh petugas jaga tahanan
sebagai bukti bahwa seorang tahanan sedang berada diluar ruang tahanan.
(7) Pengembalian tahanan yang disimpan / bon dilaksanakan dengan ketentuan:
a. Tahanan yang dipinjam / di bon, wajib diserahkan kembali oleh penyidik/penyidik
pembantu kepada petugas jaga tahanan dan dicatat dalam buku mutasi tahanan;
b. Sebelum dimasukkan ke dalam ruang tahanan, petugas jaga tahanan harus lebih dahulu
memeriksa kondisi fisik / kesehatan tahanan;
c. Apabila saat menerima pengembalian tahanan terdapat perubahan kondisi fisik tahanan
petugas jaga harus membuat Laporan Polisi untuk proses lebih lanjut;
d. Petugas jaga tahanan mengembalikan surat bon tahanan kepada penyidik/ penyidik
pembantu.

Pasal 51
PEMINDAHAN TAHANAN
(1) Pemindahan tahanan dapat dilakukan dengan alasan :
a. Tidak tersedianya sarana yang memadai untuk menampung tahanan (kelebihan daya
tampung tahanan);
b. Untuk perawatan kesehatannya sampai dinyatakan sembuh;
c. Terjadi bencana alam, kebakaran, dan huru hara.
(2) Pemindahan tahanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan c dilaksanakan oleh
kepala jaga tahanan, setelah lebih dahulu penyidik yang bersangkutan mendapat surat izin
dari Kapolda / Kapolres;
(3) Pemindahan tahanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilaksanakan oleh kepala
jaga tahanan, setelah lebih dahulu mendapat surat keterangan kesehatan dari dokter Polri /
yang ditunjuk dan persetujuan dari Kapolda / Kapolres;
(4) Pemindahan tahanan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaporkan kepada Kapolres /
Kabag / Kasat Tahti / Kasium Polres Gorontalo.
Pasal 52
PEMBIAYAAN
Biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan pembinaan dan perawatan tahanan dibebankan
kepada anggaran Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Pasal 53
KETENTUAN LAIN-LAIN
Apabila terjadi perubahan struktur organisasi baik di tingkat pusat dan atau di tingkat
kewilayahan, maka struktur organisasi dan jabatan menyesuaikan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 12 dan pasal 13. Penitipan tahanan dari Polsek ke Polres, Polres ke Polda,
Polda ke Mabes Polri dan sebaliknya, serta tahanan dari instansi lain berlaku ketentuan sesuai
peraturan ini.
BAB III
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
Pasal 54
(1) Pengawasan dan Pengendalian pelaksanaan SOP di lingkungan Satuan Tahanan dan Barang
Bukti Polres Gorontalo dilakukan sebagai berikut :
a. Kasat Tahti wajib melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan SOP;
b. Kasat Tahti menyusun hasil temuan pengawasan dan pengendalian untuk bahan pelaporan
dan evaluasi.

(2) Pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan SOP dilakukan oleh :


a. Pimpinan masing masing secara berjenjang sesuai struktur organisasi dan;

b. Pengembangan fungsi pengawasan.


(3) Pengawasan dan pengendalian dilakukan melalui :
a. Supervisi;
b. Pengawasan secara langsung;
c. Monitoring dan;
d. Analisis dan evaluasi.
(4) Pengawasan dan pengendalian dilakukan secara rutin dan atau periodik oleh para pimpinan
masing-masing.
BAB IV
PENUTUP

PASAL 55

Demikian Standar Operasional Satuan Tahanan dan Barang Bukti Polres Gorontalo dibuat dan di
tanda tangani untuk dapat dijadikan pedoman bagi pimpinan Satuan Tahanan dan Barang Bukti
dalam pelaksanaan tugas seharihari.

Gorontalo,

Maret 2016

a.n. KEPALA KEPOLISIAN RESOR GORONTALO


KASAT TAHTI

TTD
SIMON PATEDA
IPTU NRP 62040636

Anda mungkin juga menyukai