Anda di halaman 1dari 5

13 Wasiat Khusus Nabi Muhammad

kepada Sayidina Ali bin Abi Thalib


Sayidina Ali bin Abi Thalib, karamallahu wajhahu (k.w.a.) adalah sahabat Nabi
Muhammad yang mempunyai keistimewaan. Di samping sebagai kemenakan, Ali bin
Abi Thalib adalah menantunya, menikah dengan Siti Fathimah.

Guna mempertegas kedekatan Nabi Muhammad SAW dengan Sayidina Ali, berikut
ditampilkan 13 wasiat khusus kepadanya. Disarikan dari kitab Washiyat al-
Musthafa karya Syaikh Abdul Wahab asy-Sya’rani:

1. Tentang Macam-macam Manusia

Baik Buruk Manusia Menurut Pandangan Allah SWT.

Nabi Muhammad SAW bersabda, “Wahai Ali, orang yang paling baik menurut Allah
adalah orang yang banyak memberi manfaat kepada orang lain. orang yang paling
jelek dalam pandangan Allah adalah orang yang berumur panjang, tetapi amal
perbuatannya tidak baik. Sedangkan orang yang baik menurut Allah adalah orang
yang panjang usianya dan amal perbuatannya baik. Orang yang sangat dibenci oleh
Allah adalah orang yang makan sendirian, enggan memberi makan temannya dan
suka memukuli budak (pembantu atau bawahannya), menghormati orang-orang
kaya dan meremehkan orang miskin

Lebih buruk lagi dari itu adalah, orang yang hidup dari penghasilan yang haram dan
mati dengan tetap bergelimpangan dengan yang haram. Orang yang lebih jelek
daripada itu adalah orang yang panjang usianya, jelek amal perbuatannya, tidak mau
menjauhi hal-hal yang dilarang oleh Allah, tetapi tetap mengharap ampunan-Nya.
Orang yang lebih jahat daripada itu adalah orang yang menampakkan sedekahnya
kepada sesama muslim, tetapi di belakang itu ia punya niat lain. Orang yang lebih
buruk dari semua itu adalah orang yang ketika masa mudanya lalai dan ketika tua
malas menjalankan ketaatan kepada Allah SWT”

2. Tanda-tanda Kesabaran

Nabi saw. Bersabda, “Tanda-tanda kesabaran adalah baik keyakinan hatinya kepada
Allah dan baik dalam mengabdi (beribadah) kepada-Nya.”

3. Tanda-tanda Orang Mukmin

“Hai Ali, orang mukmin itu memiliki tiga tanda, yaitu tidak menyukai harta kekayaan
(maksudnya yaitu tidak tertipu dengan kesenangan duniawi atau kesenanngan
terhadap harta tidak sampai melupakan ibadah), tidak menyukai perempuan
(maksudnya adalah mampu mengendalikan hawa nafsu dan syahwatnya kepada
perempuan yang bukan muhrim), dan tidak mau membicarakan hal ikhwal orang lain
(maksudnya adalah tidak membicarakan kejelekan orang lain).

4. Tanda-Tanda Kesempurnaan Akal

“Hai Ali, tanda orang yang berakal sempurna ada tiga, yaitu memanfaatkan
(kekayaan) dunia untuk keperluan kehidupan di akhirat, sabar dan tabah menghadapi
tekanan, sabar dan tabah menghadapi tekanan, serta sabar dan tabah menghadapi
berbagai cobaan.

Adapun tanda orang yang berilmu itu ada tiga, yaitu benar dan jujur dalam bertutur
kata, menjauhi hal-hal yang haram dan bersifat tawadhu’.

5. Tiga Cara Menjadi Seorang Zahid

Dan adapun tanda-tanda orang yang takwa adalah enggan berdusta dan takut
berbuat yang tidak baik, enggan bergaul dengan orang-orang yang suka berbuat
jahat, dan meninggalkan separuh (sebagian) barang yang halal karena takut terjebak
barang yang haram.”

6. Tanda-tanda Kejujuran

“Hai Ali, tanda-tanda kejujuran itu ada tiga, yaitu merahasiakan ibadah, merahasiakan
sedekah, dan menyimpan maksiat.”

7. Tanda-tanda Ahli Ibadah dan Orang Saleh

“Hai Ali, tanda orang yang ahli ibadah itu ada tiga, yaitu tidak menyukai dirinya,
selalu muhasabah (intropeksi), dan lama ketika beribadah kepada Allah.

Sedangkan tanda-tanda orang yang saleh itu ada tiga, yaitu selalu memperbaiki
hubungan antara dirinya dan Allah dengan amal yang baik, selalu memperbaiki
agamanya dengan memperbanyak mengamalkan ajarannya, dan menyukai orang
lain, seperti ia menyukai dirinya sendiri.”

8. Tanda-tanda Orang Bahagia (di Kehidupan Akhirat)

“Hai Ali, tanda orang yang bahagia (di akhirat) itu ada tiga, yaitu makanannya halal,
suka mendatangi ulama, dan selalu shalat fardhu dengan berjamaah.”

9. Tanda-tanda Orang Beriman


“Hai Ali, orang mukmin sejati itu memiliki tiga tanda, yaitu segera menjalankan
ketaatan kepada Allah, selalu menjauhi hal-hal yang haram, dan bersikap baik
kepada orang yang berbuat jahat kepadanya.”

10. Tanda-tanda Orang yang Bermurah Hati

“Hai Ali, tanda orang yang bermurah hati itu ada tiga, yaitu memaafkan orang yang
salah di saat ia mampu membalas, mengeluarkan zakat dan gemar bersedekah.”

11. Tanda-tanda Orang yang Santun

“Hai Ali, tanda-tanda orang yang santun itu ada tiga, yaitu menyambung hubungan
dengan orang yang memutus hubungan dengannya, memberi orang yang tidak
pernah memberinya dan memaafkan orang yang mendzaliminya.”

12. Tanda-tanda Orang yang Sabar

“Hai Ali, tanda-tanda orang yang sabar itu ada tiga, yaitu sabar dalam ketaatan
kepada Allah, sabar menghadapi musibah, dan sabar menghadapi kapastian (takdir)
Allah.”

13. Tanda-tanda Orang Tobat

” Hai Ali, tanda-tanda orang yang benar-benar bertobat itu ada tiga, yaitu menjauhi
hal-hal haram, giat dan senang mencari ilmu, dan tidak lagi kembali kepada
perbuatan dosa sebagaimana tidak kembalinya yang disapih kepada puting susu.”

Ini Wasiat Rasulullah Kepada Ali bin Abi Thalib Soal Makanan Halal, Jangan Sampai Buta Hat

Artikel ini telah tayang di SerambiNews.com dengan judul Ini Wasiat Rasulullah Kepada Ali bin Abi
Thalib Soal Makanan Halal, Jangan Sampai Buta Hati, https://aceh.tribunnews.com/2017/12/16/ini-
wasiat-rasulullah-kepada-ali-bin-abi-thalib-soal-makanan-halal-jangan-sampai-buta-hati.
Oleh : Tgk Mustafa Husen Woyla
“Hai Ali, barangsiapa yang memakan makanan dan minuman halal, maka agamanya akan bersih,
hatinya akan lunak, dan doanya tidak akan terhalang.”
“Hai Ali, barangsiapa yang memakan syubhat, maka dia menjadi peragu terhadap keyakinan
agamanya. Dan hatinya akan menjadi gelap dari petunjuk Allah Swt.”

Artikel ini telah tayang di SerambiNews.com dengan judul Ini Wasiat Rasulullah Kepada Ali bin Abi
Thalib Soal Makanan Halal, Jangan Sampai Buta Hati, https://aceh.tribunnews.com/2017/12/16/ini-
wasiat-rasulullah-kepada-ali-bin-abi-thalib-soal-makanan-halal-jangan-sampai-buta-hati.
“Hai Ali, barangsiapa memakan yang haram, maka hatinya akan mati, agama dan keyakinannya juga
semakin melemah, Allah menghalangi doanya, dan malas beribadah.”
“Hai Ali, jika Allah sudah murka kepada seseorang, maka Allah memberi rizki yang haram. Dan jika
kemurkaan Allah kian bertambah, maka Allah mengutus setan untuk membantu mengurusi
kekayaannya, membantu menimbun hartanya, disibukkan urusan duniawi daripada urusan ukhrawi,
segala urusan dunia dipermudah. (Pada akhirnya setan membohonginya dengan bisikan tipu daya)
‘Tidak mengapa kamu lakukan itu semua karena Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang’.”
Demikian antara lain wasiat emas yang Rasulullah SAW sampaikan kepada Ali bin Abi Thalib ra, di
rumah Nabi secara khusus empat mata.
Bahkan sebelum menyampaikan wasiat, Nabi menekankan betapa penting pesan yang akan beliau
sampaikan.
Rasulullah bersabda "Hai Ali, antara Aku dan Kamu sama seperti Harun as. dan Musa as. Namun
bedanya setelah Aku tidak ada lagi nabi, dan seandainya kamu mampu menjaga wasiat Aku ini, maka
kamu akan dipuji. Kelak akan mati syahid dan dibangkitkan bersama orang ulama fikih dan ahli ilmu.”

Artikel ini telah tayang di SerambiNews.com dengan judul Ini Wasiat Rasulullah Kepada Ali bin Abi
Thalib Soal Makanan Halal, Jangan Sampai Buta Hati, https://aceh.tribunnews.com/2017/12/16/ini-
wasiat-rasulullah-kepada-ali-bin-abi-thalib-soal-makanan-halal-jangan-sampai-buta-hati.
Ternyata halal dan haram makanan dalam keseharian muslim akan menjadi penyebab selamat di
dunia dan akhirat. Tersebab itulah penulis kitab "Washiyatul Musthafa" membahas
masalah makanan halal dan haram pada bab pertama.
Kitab Wasiat Rasulullah Saw kepada Ali bin Abi Thalib ra itu disusun oleh Aulia Allah, Imam Abdul
Wahab Asy-Sya’rani, Asy-Syafi’i Asy-Syadzili Al-Mishri (899 H - 973 H).
Beliau adalah sufi terkenal yang diakui sebagai alim, zuhud, faqih, muhadditsin dan waliyullah
martabat quthub pada zamannya yang memperoleh gelar sufistik Imamul Muhaqqiqin wa Zudwatul
Arifin (pemuka ahli kebenaran dan teladan orang-orang makrifat)

Artikel ini telah tayang di SerambiNews.com dengan judul Ini Wasiat Rasulullah Kepada Ali bin Abi
Thalib Soal Makanan Halal, Jangan Sampai Buta Hati, https://aceh.tribunnews.com/2017/12/16/ini-
wasiat-rasulullah-kepada-ali-bin-abi-thalib-soal-makanan-halal-jangan-sampai-buta-hati.

Tiga Wasiat Rasulullah kepada Sayyidina Ali tentang Akhlak

Sumber: https://islam.nu.or.id/tasawuf-akhlak/tiga-wasiat-rasulullah-kepada-sayyidina-ali-tentang-
akhlak-x78lN

Sayyidina Ali bin Abi Thalib adalah khalifah yang berasal dari kalangan Bani Hasyim. Ayahnya
bernama Abu Thalib bin Abdul Muthalib bin Abdu Manaf, sedangkan ibunya bernama Fathimah binti
Asad bin Hasyim bin Abdu Manaf. Sejak kecil, Ali sudah dirawat Rasulullah SAW, karena membantu
Abu Thalib yang mendapat nikmat besar berupa banyaknya keturunan. Rasulullah merawat Ali di
rumahnya, bukan sekedar merawat namun juga memberi pengajaran secara langsung

Sumber: https://islam.nu.or.id/tasawuf-akhlak/tiga-wasiat-rasulullah-kepada-sayyidina-ali-tentang-
akhlak-x78lN

etika menginjak sepuluh tahun, ia juga bagian dari golongan pertama yang meyakini bahwa
Rasulullah menerima wahyu. Dalam Kitab Khulashah Nurul Yaqin jilid kesatu karya Syekh Umar Abdul
Jabbar, Ali adalah orang pertama yang beriman dari kalangan anak-anak (shibyan), artinya ia
termasuk dari golongan Assabiqunal Awwalun (orang-orang yang beriman di masa awal kenabian).
Pada masa mudanya, Ali dikenal sebagai sahabat Nabi yang pemberani, cerdas, dan berwawasan
kritis. Tidak hanya itu, ia juga memiliki hati yang lembut, akhlak yang mulia, serta sopan dalam
bertutur kata. Hal itu menjadikan Sayyidina Ali sebagai sosok figur teladan yang dikenal masyarakat
Arab ketika dewasanya. Kedekatan Ali dengan Rasulullah bisa dianggap sebagai faktor penting,
karena ada banyak pelajaran dan nasihat Rasulullah yang dapat membentuk identitas kesalehan
pada diri Sayyidina Ali. Salah satunya adalah wasiat-wasiat yang Rasulullah SAW sampaikan kepada
sayyidina Ali antara lain tentang akhlak. Dalam Kitab Washiyatul Musthofa Lil Imam Ali Karramallahu
Wajhah karya Sayyid Abdul Wahab Asy-Sya’rani, setidaknya ada tiga wasiat Rasulullah tentang
akhlak yang penulis himpun, yaitu: Pertama, berbuat baik kepada sesama manusia tanpa melihat
status sosial, pangkat, serta jabatannya, ‫يا علّي اصنع المعروف ولو مع السفلة قال علّي وما السفلة يا رسول هللا قال‬
‫الذي اذا وعظ لم يّتعظ واذا زجر لم ينزجر وال يبالي بما قال وما قيل له‬

Sumber: https://islam.nu.or.id/tasawuf-akhlak/tiga-wasiat-rasulullah-kepada-sayyidina-ali-tentang-
akhlak-x78lN

Artinya, “Wahai Ali, berbuat baiklah kamu, meskipun kepada kalangan orang rendah (shuflah). Ali
berkata, apa itu orang rendah wahai Rasulullah? Rasulullah menjawab, yaitu seseorang yang apabila
dinasihati maka ia terima nasihat itu dan apabila diperingatkan maka ia akan menjauhinya. Ia tidak
memperhatikan siapa yang berkata melainkan melihat apa yang dikatakannya.” Kedua, berbuat jujur
meskipun hal itu membuat celaka, ‫يا علّي اصدق وان ضّرك في العاجل فإنه ينفعك في اآلجل وال تكذب وان نفعك في‬
‫ العاجل فإنه يضّرك في اآلجل‬Artinya “Wahai Ali, berbuat jujurlah kamu, meskipun hal itu
membahayakanmu di dunia, karena sesungguhnya perbuatan jujur akan menguntungkanmu di
akhirat. Dan janganlah kamu berdusta, meskipun hal itu menguntungkanmu di dunia, karena
sesungguhnya berdusta akan membahayakanmu di akhirat.” Ketiga, menjaga lisan untuk tidak
sembarang menghina apalagi melaknat kepada sesama makhluk Allah, ‫يا علّي ال تلعن مسلما وال داّبة فترجع‬
‫ اللعنة عليك‬Artinya, “Wahai Ali, jangan sekali-kali kamu melaknat sesama muslim maupun kepada
binatang. Karena ucapan melaknat itu akan kembali kepadamu.” Tiga pesan yang disampaikan
Rasulullah SAW ini tentu tidak terkhusus untuk sayyidina Ali semata. Kendati wasiat ini disampaikan
kepadanya, namun makna hadits ini berlaku umum. Siapa saja dianjurkan untuk menjaga akhlak,
baik kepada sesama muslim maupun nonmuslim, baik kepada sesama manusia maupun makhluk
Allah lainnya. Dengan membentuk kepribadian yang berakhlak terpuji, bangsa ini akan semakin
menjaga persaudaraan, melestarikan budaya, serta menjauhi perbuatan yang melanggar norma-
norma agama dan kemanusiaan. Semoga kita dapat mengamalkan tiga wasiat ini. Wallahu a’lam.
Ustadz Ahmad Rifaldi, alumnus Pondok Pesantren Al-Awwabin, Depok.

Sumber: https://islam.nu.or.id/tasawuf-akhlak/tiga-wasiat-rasulullah-kepada-sayyidina-ali-tentang-
akhlak-x78lN

Anda mungkin juga menyukai