TUGAS AKHIR
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1
Program Studi Teknik Industri – Fakultas Teknologi Industri
Universitas Islam Indonesia
PERNYATAAN KEASLIAN
Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil karya saya sendiri kecuali kutipan dan
ringkasan yang seluruhnya sudah saya jelaskan sumbernya. Jika dikemudian hari ternyata
terbukti pengakuan saya ini tidak benar dan melanggar peraturan yang sah maka saya bersedia
ijazah yang telah saya terima ditarik kembali oleh Universitas Islam Indonesia.
TUGAS AKHIR
Disusun Oleh :
TUGAS AKHIR
Disusun Oleh :
Nama : Ilham Majiid Firmansyah
No. Mahasiswa : 19 522 105
Telah dipertahankan di depan sidang penguji sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Strata-1 Teknik Industri Fakultas Tekonologi Industri
Universitas Islam Indonesia
Tim Penguji
Yuli Agusti Rochman, S.T., M.Eng
Ketua
Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Islam Indonesia
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan mengucapkan rasa syukur yang sebesar – besarnya kepada Allah SWT yang maha
pemilik segala sesuatu yang ada atas Rahmat dan karunia-Nya. Dengan ini saya
mempersembahkan tugas akhir saya kepada diri saya sendiri yang telah berjuang dan
berusaha demi menyelesaikan tugas akhir ini. Tak lupa hasil penelitian tugas akhir ini saya
persembahkan kepada kedua orang tua saya, yaitu Akhmad Gunawan dan Winarsih yang
selalu mendukung dan mendoakan saya dari awal saya menempuh pendidikan hingga saya
menyelesaikan pendidikan sarjana ini. Dan selesainya tugas akhir ini juga menandakan bahwa
saya masih dapat memegang kepercayaan kedua orang tua saya yang diberikan kepada saya.
vii
MOTTO
“Hanya ada dua pilhan untuk memenangkan kehidupan : keberanian, atau keikhlasan. Jika
Tidak berani, ikhlaskan menerimanya. Jika tidak ikhlas, beranilah mengubahnya.”
(Lenang Manggada)
“Barsemangatlah atas hal – hal yang bermanfaat bagimu. Minta tolonglah pada Allah,
Jangan engkau lemah.”
(HR. Muslim)
“don't quit suffer now and live the rest of your life as a champion.“
(Muhammad Ali)
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakattuh
Alhamdulillahirobil alamin, segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas
berkah dan rahmatnya lah penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan tugas akhir dengan
judul “Pendekatan Lean Manufacturing Untuk Mengurangi Lead Time Pada Proses Produksi
Kaos Menggunakan Metode Value Stream Mapping (Studi Kasus Konveksi 9 Caliber” yang
InsyaAllah bermanfaat untuk penulis, universitas, dan perusahaan. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti - nantikan syafaatnya di akhir nanti.
Laporan Tugas Akhir dibuat guna memenuhi satu prasyarat kelulusan untuk
menyelesaikan program studi S-1 di Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia.
Tugas akhir ini sebagai implementasi ilmu yang telah diperoleh dibangku kuliah dengan
realita yang terjadi di dunia industri. Harapan yang ingin dicapai setelah melakukan tugas
akhir ini, penulis mampu menerapkan ilmu yang telah diperoleh dengan baik.
Dalam melaksanakan penelitian dan penulisan laporan tugas akhir ini tentunya tak
lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan
banyak terimakasih kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan kelancaran dalam menjalani kegiatan
dan penulisan laporan tugas akhir.
2. Bapak Hari Purnomo, Prof., Dr., Ir., M.T., IPU, ASEAN.Eng selaku Dekan Fakultas
Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia.
3. Bapak Dr. Drs. Imam Djati Widodo, M.Eng.Sc selaku Kepala Jurusan Teknik Industri
Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia.
4. Bapak Ir. Muhammad Ridwan Andi Purnomo, S.T., M.Sc., Ph.D., IPM selaku Ketua
Program Studi Program Sarjana Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia.
5. Bapak Yuli Agusti Rochman, ST., M.Eng selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu, tenaga, hingga pikirannya untuk membimbing penulis menyelesaikan
laporan tugas akhir.
ix
6. Pihak konveksi 9 Caliber Yogyakarta, khususnya bapak Nicolaus Defri selaku pemilik
dan seluruh karyawan konveksi 9 Caliber yang telah mengizinkan dan memberikan
kesempatan serta informasi untuk berjalannya laporan tugas akhir ini.
7. Kedua orang tua saya yaitu Akhmad Gunawan dan Alm. Winarsih yang selalu
memberikan perhatian, kesabaran serta kasih sayang dan pengorbanannya baik berupa
moral dan material yang diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat melaksanakan
dan menyusun laporan tugas akhir ini dengan baik dan sepenuh hati.
8. Mia Hikmayanti dan Anggie Sekti selaku kakak yang selalu memberikan perhatian dan
semangat sehingga penulis dapat melaksanakan dan menyusun laporan tugas akhir ini.
9. Segenap para teman seperjuangan mahasiswa Teknik Industri 2019 maupun kakak tingkat
Teknik Industri Ori, Rizha, Imam, Tiara, Gadis, Fairuz, Dio, Rafly, Daffa, Kevin yang
telah mendukung dan membantu proses laporan tugas akhir. Dan memotivasi penulis
untuk menyelesaikan laporan tugas akhir.
10. Kepada sahabat – sahabat satu daerah asal Cilegon Caca, Fajar, Rizki, Imam, Yudiz,
Dicky, Kemal, Galih, Abim, Rajo, Alfian, dan Gallang. Yang telah berjuang bersama –
sama meninggalkan kota tercinta untuk melaksanakan studi perkuliahan ini. Semoga
kebaikan kalian dibalas oleh kesuksesan di masa depan.
11. Ilham Majiid Firmansyah atau saya selaku penulis laporan ini yang dimana telah menjaga
semangat, berjuang, berusaha dan bersyukur atas apa yang saya lakukan dalam penelitian
tugas akhir ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan tugas akhir ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu penulis mengharapkan kritik, saran dan masukan yang bersifat membangun demi
kesempurnaan penulisan di masa yang akan datang. Akhir kata semoga laporan tugas akhir ini
dapat digunakan sebagai mana mestinya serta berguna bagi penulis khususnya dan bagi para
pembaca yang berminat pada umumnya.
ABSTRAK
9 Caliber merupakan usaha mikro kecil dan menengah yang bergerak dalam bidang industri
konveksi yang ada di Jogjakarta. Konveksi ini telah ada sejak tahun 2005. Berbagai produk
yang diproduksi oleh 9 Caliber yaitu kaos, polo, kemeja, jaket dan totebag. Dalam proses
produksi terdapat permasalahan yang dihadapi oleh 9 Caliber yaitu sering menolak
permintaan customer dan pembelian bahan baku tidak sesuai dengan kebutuhan produksi.
Hasil Identifikasi pemborosan dilakukan dengan menggunakan metode borda didapatkan
hasil pemborosan yang paling tinggi yaitu unnecessary Inventory dengan bobot sebesar 0,21
dan waiting dengan bobot sebesar 0,18. Selanjutnya dilakukan pengelolaan data
menggunakan metode value stream analysis tools (VALSAT) dan detailed mapping tools
yang digunakan yaitu process activity mapping dengan nilai sebesar 5,73. Selanjutnya
melakukan uji kecukupan data untuk mengetahui sampel telah mewakilkan dari populasi yang
ada. Selanjutnya membuat current state mapping seluruh aktivitas produksi dari awal
produksi hingga produk jadi. Usulan perbaikan yang dilakukan untuk mengurangi waste yaitu
dengan pembuatan standard operating procedure, penambahan alat pendukung berupa
trolley, rak penyimpanan, dan mesin hotgun. Hasil dari future value stream mapping dapat
diketahui bahwa terdapat perubahan waktu lead time yang terjadi sebelum dan setelah
dilakukan perbaikan dari 16598 detik menjadi sebesar 14829,6 detik.
Kata kunci : Lean Manufacturing, Borda, Value Stream Mapping, Process Activity Mapping
xi
DAFTAR ISI
_Toc144113658
PERNYATAAN KEASLIAN .................................................................................................. ii
SURAT KETERANGAN PELAKSANAAN TUGAS AKHIR ........................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING......................................................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI .................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................................................. vi
MOTTO................................................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................................... viii
ABSTRAK ................................................................................................................................. x
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL .................................................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................ 2
1.3 Batasan Masalah .......................................................................................................... 2
1.4 Tujuan Penelitian ......................................................................................................... 3
1.5 Manfaat Penelitian ....................................................................................................... 3
1.6 Sistematika Penulisan .................................................................................................. 3
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................................. 6
2.1 Kajian Induktif ............................................................................................................. 6
2.2 Kajian Deduktif ......................................................................................................... 16
2.2.1 Lean Manufacturing ........................................................................................... 16
2.2.2 Konsep Waste ..................................................................................................... 17
2.2.3 Value Stream Mapping (VSM) .......................................................................... 18
2.2.4 Metode Borda ..................................................................................................... 20
2.2.5 Value Stream Analysis Tools (VALSAT) .......................................................... 21
2.2.6 Process Activity Mapping................................................................................... 24
2.2.7 Uji Kecukupan Data ........................................................................................... 25
2.2.8 Fishbone Diagram.............................................................................................. 25
2.2.9 5W + 1H ............................................................................................................. 26
2.2.10 Kaizen atau Continuous Improvement................................................................ 26
xii
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
UMKM 9 Caliber harus mengetahui aktivitas yang dapat meningkatkan aktivitas yang
memiliki nilai tambah suatu produk dan mengurangi aktivitas yang tidak memberikan nilai
tambah sehingga tidak terjadi pemborosan pada lini produksi koveksi 9 Caliber. Maka peneliti
berencana menerapkan pendekatan lean manufacturing dengan menggunakan metode value
stream mapping guna dapat mengatasi permasalahan disetiap proses produksi sehinnga dapat
meningkatkan produktivitas.
Berdasarkan penelitian terdahulu, pada penelitian (Ahmad Mustofa, 2021) dapat
diketahui bahwa metode Value Stream Mapping terbukti dapat mengatasi masalah yang
serupa pada penelitian ini, Kelebihan metode Value Stream Mapping yaitu dapat memberikan
pemahaman menyeluruh tentang proses aliran nilai secara detail.
Berdasarkan permasalahan diatas maka diperlukan penelitian mengenai “Pendekatan
Lean Manufacturing Untuk Mengurangi Lead Time Pada Proses Produksi Kaos Menggunakan
Metode Value Stream Mapping”. Konsep lean manufacturing bertujuan untuk lebih efektif
dan kompetitif dengan memperbaiki lead time dan meningkatkan output dengan
menghilangkan aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah (value added) (Fuad Fathi,
2020).
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada landasan teori berisi kajian kajian induktif dan deduktif yang berguna sebagai landasan
untuk menyelesaikan masalah yang terjadi serta mencapai tujuan penelitian. kajian induktif
berisi penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan terhadap penelitian kali ini, serta terdapat
perbandingan penelitian kali ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Sedangkan kajian
deduktif berisi teori-teori dari para ahli, terkait konsep yang akan digunakan pada penelitian
kali ini.
Nama
No Peneliti & Judul Metode Hasil
Tahun
1. (Khannan Analisis Penerapan VSM (Value Berdasarkan hasil analisis
& Haryono, Lean Manufacturing Stream didapatkan tiga urutan terbesar
2018) untuk Menghilangkan Mapping), pemborosan yaitu Defect/Reject
Pemborosan di Lini Waste 24,73%, Unneccessary Inventory
Produksi PT Adi Assessment 18,80&, dan Unnccessary Motion
Satria Abadi Model 15,44%. Sehingga output dari
(WAM) penelitian ini adalah terjadinya
penurunan lead time sebesar
62,22 menit serta peningkatan
pada throughput produksi sebesar
77 pcs.
2. (Ravizar & Penerapan Lean VSM (Value Dari hasil penerapan pemetaan
Rosihin, Manufacturing Untuk Stream aliran nilai (value stream
2018) Mengurangi Waste Mapping) mapping), terlihat bahwa terjadi
7
Nama
No Peneliti & Judul Metode Hasil
Tahun
Pada Produksi pengurangan limbah pada setiap
Absorbent stasiun kerja dengan total
penurunan limbah sebesar 66,97
ton per tahun atau 18,6% pada
limbah gel, dan 88,8 ton per
tahun atau 19,3% pada limbah
bubuk. Selain itu, juga berhasil
mengurangi waktu perubahan set
selama 45 menit, atau
mengurangi waktu changeover
sebesar 12,16% dari waktu total
changeover sebelum perbaikan
dilakukan. Selain itu, efek positif
lainnya adalah peningkatan laju
produksi selama 2 menit 47 detik,
atau meningkatkan kecepatan
produksi sebesar 4,52% dari total
waktu produksi sebelumnya, yang
semula 61 menit 34 detik menjadi
58 menit 47 detik.
3. (Aisyah, Perencanaan Lean VSM (Value Dari hasil analisis yang diperoleh,
2020) Manufacturing Untuk Stream faktor yang menyebabkan
Mengurangi Mapping ) tingginya persentase aktivitas
Pemborosan tanpa nilai tambah disebabkan
Menggunakan oleh lamanya keterlambatan
Metode Value Stream dalam proses produksi, yang
Mapping Pada PT Y menyebabkan pemborosan. Oleh
Indonesia karena itu, langkah perbaikan
yang dapat diambil adalah dengan
8
Nama
No Peneliti & Judul Metode Hasil
Tahun
melakukan pengawasan rutin
selama proses produksi dan
merencanakan jadwal pergantian
operator secara efisien.
4. (Ade, Rencana Usulan VSM (Value Hasil pada pemetaan kondisi
2019) Penerapan Lean Stream aktual atau current state map
Manufacturing Pada Mapping didapat nilai lead time pada
Pembuatan Fortune proses produksi Fortune Pouch 1
Pouch 1 Liter dengan yaitu 26.5 hari dengan nilai value
Metode Value Stream added ratio sebesar 0.0013%.
Mapping pada PT. Setelah dilakukan perbaikan pada
Multimas Nabati future state map nilai lead time
Asahan Serang menurun menjadi 12.1 hari
dengan value added ratio sebesar
0.0029%. Pemetaan pada future
state map menurunkan nilai lead
time yang sebelumnya yaitu 26.5
hari berkurang menjadi 12.11
artinya aliran material pada future
state map lebih efisien 54.3%
dibandingkan current state map.
5. (Fanani & Implementasi Lean Big Picture Pada penelitian ini memiliki akar
Singgih, Manufacturing Untuk Mapping, penyebab pemborosan waste yang
2019) Peningkatan VALSAT terjadi paling tinggi yaitu waiting
Produktivitas (Studi (menunggu) dengan memiliki
Kasus Pada PT. skor 29,17%. Pemborosan ini
Ekamas Fortuna disebabkan oleh keterlambatan
Malang) kedatangan material, mesin yang
rusak sehingga menunggu
9
Nama
No Peneliti & Judul Metode Hasil
Tahun
perbaikan, maupun suku cadang
untuk mesin yang belum tersedia
dan keterbatasan tenaga kerja
untuk menangani order yang
terlalu banyak. Rekomendasi
perbaikan untuk mengatasi
pemborosan yang terjadi pada
proses waiting yaitu dengan cara
perhitungan waktu order yang
tepat, sehingga dapat segera
ditindaklanjuti oleh supplier,
perlu adanya pelatihan terhadap
karyawan, dan penjadwalan shift
kerja yang tepat dan perlu adanya
maintenance mesin secara
rutindan tepat.
6. (Rahima Application of Lean VSM (Value Nilai stream Map (VSM) dari
Shabeen & Manufacturing Using Stream proses manufaktur dibuat
Aravind Value Stream Mapping), menggunakan software Lucid
Krishnan, Mapping in Precast Process chart. Limbah itu diidentifikasi
2022) Component Activity berdasarkan tujuh pemborosan
Manufacturing. Mapping lean. Perubahan diusulkan untuk
menghilangkan pemborosan yang
termasuk perubahan tata letak
unit manufaktur dan perangkat
penanganan. Peta keadaan masa
depan dibuat untuk proses
pembuatan yang lebih baik.
Perbandingan cycle time dan lead
10
Nama
No Peneliti & Judul Metode Hasil
Tahun
time dilakukan sebelum dan
sesudah perubahan yang
diusulkan. Lead time menurun
dari 1102 menjadi 739 menit dan
produksi meningkat dari 33 unit
menjadi 40 unit per hari. Juga,
ditemukan bahwa efisiensi dan
efektivitas meningkat sebesar
49% dan 21,2% masing-masing.
Studi ini menunjukkan bahwa
adalah mungkin untuk mencapai
peningkatan produksi unit
pembuatan komponen pra cetak
menggunakan prinsip lean.
7. (Kaneku- Applying Lean Value Hasil yang diperoleh setelah
Orbegozo Manufacturing Stream implementasi adalah dimulai
et al., 2019) Principles to Reduce Mapping dengan 5’S mana
Waste and Improve dan 5S memperkenalkan manual
Process in A instruksional dan manajemen
Manufacturer : A proses yang menghilangkan
Research Study in aktivitas yang tidak bernilai, alat
Peru. ini adalah disambung langsung
dengan pekerjaan standar di mana
biaya produksi berkurang 13%
mengurangi limbah dalam proses
pemotongan dan pembengkokan.
Selain itu, pemeliharaan preventif
membantu berfokus pada masa
lalu kegiatan sebelum kegagalan
11
Nama
No Peneliti & Judul Metode Hasil
Tahun
mesin dan bukan setelah
menghilangkan biaya per mesin
berhenti dan korektif
pemeliharaan.
8. (Habib et Implementing Lean Value Berdasarkan hasil penelitian
al., 2023) Manufacturing for Stream bahwa aplikasi yang tepat yaitu
Improvement of Mapping, VSM, Kanban, pengurangan
Operational Kanban waktu setup pendekatan single-
Performance in A minute-exchange-of die (SMED).
Labeling and Oleh karena itu, dapat dikatakan
Packaging Plant : A bahwa proses produksi yang
Case Study in dibantu oleh lean manufacturing
Bangladesh. meningkatkan lead time, ICR,
dan CCR sebesar 7,1%, 55%, dan
masing masing 83%, yang
menunjukkan produksi yang lebih
baik dengan kualitas optimal dan
limbah yang lebih sedikit.
Pelajaran ini memberikan banyak
kontribusi pada industri pelabelan
dan pengemasan untuk
peningkatan produktivitas dan
kualitas.
9. (Rohani & Production Line Value Berdasarkan hasil akhir
Zahraee, Analysis Via Value Stream menunjukkan bahwa dengan
2015) Stream Mapping: A Mapping, menerapkan beberapa lean
Lean Manufacturing Kanban, manufacturing teknik seperti 5S,
Process of Color Kaizen dan metode Kanban, Kaizen dan
Industry. 5S sebagainya Production Lead-time
12
Nama
No Peneliti & Judul Metode Hasil
Tahun
(PLT) berkurang dari 8,5 hari
menjadi 6 hari, dan waktu nilai
tambah menurun dari 68 menit
menjadi 37 menit. Investigasi
lebih lanjut dapat dilakukan oleh
menggabungkan VSM dan
simulasi komputer untuk
mengevaluasi faktor-faktor yang
lebih efektif yang berpengaruh
signifikan terhadap total
throughput berdasarkan
penurunan limbah.
10. (Verma & Energy Value Stream Value Berdasarkan hasil penelitian ini
Sharma, Mapping a Tool to Stream menunjukkan jenis penghematan
2016) Develop Green Mapping biaya yang dapat dilakukan
Manufacturing dengan perubahan kecil dalam
aliran proses. Jadi, sekarang
menyimpulkan bahwa merancang
pemetaan aliran nilai energi
hemat waktu dan energi menjadi
sangat penting dalam skenario
saat ini. Penelitian ini
merekomendasikan jalur untuk
mengurangi dampak lingkungan
dan menyarankan pendekatan
penerapan sistem hijau untuk
berbagai unit produksi. Metode
value stream mapping efektif
untuk mengidentifikasi area di
13
Nama
No Peneliti & Judul Metode Hasil
Tahun
mana energi terbuang percuma
dan desain baru alat mesin atau
modifikasi dalam pengaturan
yang ada akan membantu
menguranginya pemborosan
energi.
11. (Azizi & Designing a Future Value Berdasarkan hasil penelitian
Manoharan, Value Stream Stream, menunjukkan penerapan VSM di
2015) Mapping to Reduce Mapping, jalur perakitan PCB untuk
Lead Time using SMED, mengungkap limbah yang jelas
SMED-A Case Study Kaizen dan tersembunyi itu
Amir mempengaruhi produktivitas
produksi smart tag. Pemborosan
tersembunyi ini terkait dengan
waktu changeover yang tinggi
pada saat itu proses penyisipan
jalur perakitan PCB dan
menginduksi WIP tinggi. Teknik
SMED berhasil
diimplementasikan karena waktu
setup mesin dalam penyisipan
proses dikurangi dari 145 detik
menjadi 54 detik.
12. (Zahraee et Lean Manufacturing Value Peningkatan VSM, hasil
al., 2020) Analysis Of A Heater Stream menunjukkan waktu tunggu
Industry Based On Mapping produksi (PLT) berkurang dari
Value Stream 17,5 hari menjadi 11 hari, dan
Mapping And waktu nilai tambah berkurang
Computer Simulation dari 3412 detik menjadi 2415
14
Nama
No Peneliti & Judul Metode Hasil
Tahun
Seyed detik. Takt time juga diturunkan
dari 250 detik menjadi 192 detik.
Hasil kami adalah sumber daya
yang berharga untuk manajer dan
insinyur industri untuk
meningkatkan produktivitas
manufaktur dengan cara yang
hemat biaya dan tepat waktu.
13. (Hernandez Application Of Value Value Dengan adaptasi VSM ke
Marquina Stream Mapping Tool Stream lingkungan melingkar, memang
et al., 2021) To Improve Circular Mapping begitu mungkin untuk
Systems membuktikan bahwa alat ini
dapat berguna untuk mewakili
jenis ini sistem dan memperoleh
informasi yang relevan untuk
mendukung pengambilan
keputusan dari segi operasional.
Selain itu, dengan
dimasukkannya indikator baru,
visi global yang lebih jelas
diproyeksikan, termasuk yang
baru dimensi yang
memungkinkan untuk
mengevaluasi suatu sistem
dengan mempertimbangkan
ekonomi, kinerja sosial,
lingkungan dan sirkular.
14. (Mudgal et Approach To Value Value Penggunaan VSM dalam
al., 2020) Stream Mapping For Stream produksi massal terbukti berhasil
15
Nama
No Peneliti & Judul Metode Hasil
Tahun
Make – To – Order Mapping karena volume yang dapat
Manufacturing diprediksi dan jenis produk yang
berulang. Dalam lingkungan
MTO, produk disesuaikan dengan
persyaratan khusus dan volume
yang bervariasi membuat sulit
untuk menyeimbangkan produksi
yang menyebabkan pemborosan.
Pendekatan ini menggabungkan
teknik VSM klasik dengan
analisis kesamaan untuk
mendapatkan pemahaman proses
yang lebih baik. Penulis
mengilustrasikan pendekatan ini
menggunakan studi kasus.
Menggunakan VSM untuk MTO
membutuhkan beberapa
perubahan untuk menangkap
atribut dari rangkaian produk
yang diperlukan pada frekuensi
dan volume yang
berbeda dengan sukses.
15. (Deshkar et Design And Value Berdasarkan hasil dari penelitian
al., 2018) Evaluation Of A Lean Stream ini menunjukan Persentase waktu
Manufacturing Mapping, nilai tambah dalam total lead time
Framework Using Process meningkat dari 15% menjadi
Value Stream Activity 89,85%. Waktu TAKT berkurang
Mapping (VSM) For Mapping dari 46,6 menit menjadi 26 menit.
A Plastic Bag Jumlah gulungan yang dibuat
16
Nama
No Peneliti & Judul Metode Hasil
Tahun
Manufacturing Unit meningkat menjadi 50 per hari.
Waktu siklus proses alat pacu
jantung berkurang sehingga
meningkatkan kecepatan proses
secara keseluruhan. Penjadwalan
dari perintah kerja juga
diterapkan untuk memenuhi
persyaratan permintaan yang
ketat dan mengurangi beban pada
mesin, pekerja. Hasil yang
diperoleh dari simulasi
disampaikan kepada manajemen
XYZ untuk pertimbangan lebih
lanjut dan penerapan.
control yang jauh dari jangkauan, double handling layout yang tidak standart, operator
membungkuk.
• Defect (Cacat)
Jenis pemborosan yang terjadi karena kesalahan yang terjadi pada saat proses
pengerjaan. Sehingga kualitas produk yang dihasilkan buruk dan adanya kesalahan.
• Dock to dock time (DTD) merupakan waktu antara unloading raw (pembongkaran
bahan baku) material dan selesainya produk jadi untuk siap dikirim.
• Value Rate (ratio) merupakan presentase dari seluruh kegiatan yang value added.
• Indikator lainnya, sebagai berikut:
A/T : total waktu kerja – waktu istirahat.
U/T : (VA + NNVA) / lead time
C/T : waktu untuk menyelesaikan satu putaran pekerjaan.
VA : waktu yang memiliki nilai tambah (value added).
NVA : waktu yang tidak dibutuhkan (non-value added).
NNVA : waktu yang tidak memberikan nilai tambah menurut customer.
Dalam pemertaannya, untuk mempermudah mengidentifikasi proses operasi yang berjalan
dibutuhkan dasar berupa simbol – simbol yang menjadi acuan. Standar simbol dalam
membuat VSM ini ditunjukan yaitu sebagai berikut menurut (Ariana, 2016).
Penggunaan tools pada tabel 2.3 didasarkan pada identifikasi pemborosan yang terjadi
pada objek yang akan diteliti. Hasil dari pembobotan dan peringkat paling tinggi dapat
menentukan tools yang akan digunakan. Berikut merupakan penjelasan asal keilmuannya dari
setiap tools.
Tabel 2. 4 Asal Keilmuan
Berikut ini adalah penjelasan mengenai 7 detail tools yang digunakan untuk menganalisis
pemborosan yang terjadi (Hines & Rich, 1997).
1. Process Activity Mapping (PAM)
Proces Activty Mapping (PAM) merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk
mengetahui dimana seluruh aktivitas proses produksi berlangsung. Tools ini juga
digunakan untuk mengidentifikasi lead time sehingga dapat menyederhanakan proses.
Process activity mapping dilakukan dengan memetakan tahapan proses aktivitas yang
dari awal hingga akhir.
2. Supply Chain Response Matrix (SCRM)
23
Supply Chain Response Matrix (SCEM) adalah sebuah representasi visual yang
dirancang untuk menggambarkan serta menganalisis periode waktu penantian dan stok
yang tidak perlu pada berbagai tahapan, mulai dari pemesanan bahan baku kepada
pemasok, proses transformasi bahan baku menjadi produk jadi, hingga pengiriman
produk kepada konsumen akhir. Grafik ini secara efektif menunjukkan batasan-
batasan dalam hal waktu tunggu yang bernilai pada setiap tahapan tersebut.
3. Production Variety Funnel (PVF)
Production Variety Funnel (PVC) merupakan suatu alat visual yang bertujuan untuk
memetakan sejumlah variasi produk yang ada di setiap tahapan proses manufaktur.
Teknik ini berguna dalam mengidentifikasi titik-titik hambatan dalam alur produksi
mulai dari pasokan bahan baku, proses produksi, hingga pengiriman kepada
konsumen.
4. Quality Filter Mapping (QFM)
Quality Filter Mapping (QFM) merupakan tools yang digunakan untuk
mengidentifikasi letak permasalahan defect. Tools ini dapat menggambarkan 3 jenis
cacat yang terdapat pada kualitas, yaitu product defect, scrap defect, dan service
defect. Product defect adalah cacat fisik dari produk yang sudah lolos ke tangan
konsumen karena tidak berhasil diseleksi pada proses inspeksi. Scrap defect adalah
cacar fisik dari produk yang masih berada di dalam internal perusahaan dan berhasil di
identifikasi pada saat proses produksi. Service defect adalah permasalahan yang
dirasakan konsumen berkaitan dengan kualitas pelayanan.
5. Demand Amplification Mapping (DAM)
Quality Filter Mapping (QFM) adalah alat yang digunakan untuk mengenali lokasi
masalah dalam hal cacat atau kekurangan kualitas. Alat ini efektif dalam
menggambarkan tiga jenis cacat yang berhubungan dengan kualitas, yaitu cacat
produk, cacat barang sisa, dan cacat layanan. Cacat produk adalah kerusakan fisik
pada produk yang telah berhasil melewati tahap inspeksi dan mencapai konsumen.
Cacat barang sisa adalah kerusakan fisik pada produk yang masih berada di
lingkungan perusahaan dan terdeteksi selama proses produksi. Cacat layanan
mencakup masalah-masalah yang dialami oleh konsumen terkait dengan kualitas
pelayanan yang diberikan.
6. Decision Point Analysis (DPA)
24
Decision Point Analysis (DPA) bertujuan untuk mengilustrasikan berbagai opsi sistem
produksi yang berbeda, dengan pertimbangan keseimbangan antara waktu pemesanan
(lead time) dari masing-masing pilihan dan tingkat persediaan yang dibutuhkan selama
proses lead time tersebut. Analisis titik keputusan ini muncul dalam rantai pasok di
saat permintaan nyata memberikan kesempatan untuk melakukan perkiraan dorongan
(forecast-driven push).
7. Physical Structure (PS)
Physical Structure (PS) adalah alat yang digunakan untuk meraih pemahaman tentang
kondisi jaringan pasokan pada tingkat produksi fisik. Ini menjadi penting dalam upaya
untuk memahami situasi internal perusahaan dalam operasinya. Selain itu, Physical
Structure dapat membantu mengarahkan perhatian ke area yang mungkin belum
diperhatikan sepenuhnya dan berpotensi untuk pengembangan lebih lanjut.
2.2.9 5W + 1H
Konsep 5W+1H merupakan sebuah konsep rumusan pertanyaan yang biasa digunakan untuk
memecahkan masalah dengan hasil berupaya jawaban – jawaban untuk menentukan tujuan.
Metode 5W+1H tidak hanya menyelesaikan masalah, tetapi menciptakan kondisi untuk
mengidentikasi masalah yang sedang dianalisis. Prinsip 5W+1H memuat macam pertanyaan
dasar yang berupa what (apa), who (siapa), why (mengapa), where (dimana), when (kapan)
dan how (bagaimana). (Farid Naufal Fitriady, 2020).
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
Alat dan bahan merupakan pendukung kegiatan oleh peneliti dalam melakukan aktivitas
penelitian. Berikut meruapakan alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian.
1. Buku.
2. Pulpen.
3. Kuesioner.
4. Stopwatch
5. Handphone.
6. Laptop.
Berdasarkan gambar 3.1 menjelaskan dari alur proses penelitian yang dimulai dari observasi
lapangan pada konveksi 9 Caliber dan kajian literatur sampai dengan saran. Berikut
merupakan detail dari alur penelitian.
1. Observasi lapangan dan Studi Lapangan
Pada tahap observasi dan studi lapangan yaitu melakukan proses pengamatan untuk
memperoleh informasi dan kondisi permasalahan yang di alami oleh konveksi 9 Caliber.
Dan meminta izin untuk melakukan penelitian pada lini produksi konveksi 9 Caliber.
2. Identifikasi Masalah
Pada tahap identifikasi masalah dilakukan untuk mengetahui dan mendalami
permasalahan yang ada pada lini produksi. Sehingga dari permasalahan yang ada akan
menjadi rumusan masalah yang akan dicapai pada penelitian ini.
3. Rumusan Masalah
Pada tahap rumusan masalah dilakukan berdasarkan dari permasalahan yang ada sehingga
bertujuan untuk memecahkan permasalahan ada.
4. Tujuan Penelitian
Pada tahap tujuan penelitian dilakukan berdasarkan rumusan masalah untuk mencapai
target penyelesaian masalah yang ingin dicapai dengan berfokus pada pemborosan yang
ada di konveksi 9 Caliber.
5. Pengumpulan Data
Pada tahap pengumpulan data diperlukan untuk menunjang penelitian proses
pengumpulan data melalui observasi dan wawancara langsung dengan pemilik konveksi 9
Caliber. Data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara secara langsung yaitu
data alur proses produksi, data aktivitas operator pada setiap proses, data jumlah tenaga
kerja, data permintaan produk, data waktu cycle time dan waktu lead time. Yang
digunakan untuk sumber informasi pada penelitian ini.
6. Uji Kecukupan Data
Pada tahap uji kecupukan data dilakukan sebelum pengolahan data yang bertujuan untuk
mengetahui apakah data yang digunakan telah cukup untuk mewakili populasi data yang
ada sehingga data yang dikumpulkan dapat diolah ka tahapan selanjutnya.
7. Pengolahan Data
31
• Identifikasi Waste. Pada tahap ini peneliti menggunakan kuesioner borda yang
bertujuan untuk mengetahui pemborosan yang paling tinggi terjadi pada konveksi 9
Caliber.
• Pemilihan VALSAT. Pada tahap ini 7 pemborosan yang telah dibobotkan masing –
masing – masing dikali bobotnya dengan ketentuan VALSAT. Peringkat tools paling
tinggi yang digunakan dalam melakukan penyelesaian masalah.
• Process Activity Mapping. Pada tahap ini melakukan pengelompokkan dari aktivitas
yang ada ke dalam value added, non-value added, atau necessary non-value added.
• Current State Mapping. Pada tahap ini peneliti melakukan pembuatan visualisasi dari
aliran proses produksi.
• Fishbone. Pada tahap ini digunakan untuk mengetahui faktor apa saja yang
menyebabkan pemborosan terjadi pada lini produksi. Pada penelitian ini pemborosan
yang paling tinggi terjadi dianalisis untuk mengetahui akar masalah yang terjadi.
• 5W + 1H. Pada tahap ini yaitu memberikan usulan perbaikan untuk menghilangkan
pemborosan yang ada.
• Future PAM. Pada tahap ini melakukan aktivitas apa saja yang dapat dihapus atau
dilakukannya perbaikan.
• Future State Mapping. Pada tahap ini peneliti melakukan pembuatan visualisasi aliran
proses produksi setelah dilakukan perbaikan.
8. Usulan Perbaikan
Tahap ini dilakukan untuk mengetahui usulan perbaikan dari permasalahan yang terjadi.
9. Analisis dan Pembahasan
Tahap ini dilakukan setelah semua data pada pengolahan data telah mendapatkan hasil.
Maka selanjutnya melakukan analisis dan pembahasan terhadap data yang telah diolah.
10. Kesimpulan dan Saran
Pada tahap kesimpulan dan saran dilakukan sebagai bagian inti yang diambil dari
pembahasan yang telah dilakukan guna untuk menjawab dari tujuan penelitian dan
sebagai masukan penting kepada pihak konveksi 9 Caliber maupun pada peneliti
selanjutnya.
32
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Mulai
Proses Penyablonan
Proses Penjahitan
Proses Packaging
Selesai
Aktivitas dari proses sablon diawali dengan melakukan set up pada computer setelah
itu melakukan fixsasi gambar sablon, langkah selanjutnya yaitu melakukan set up
printer lalu mencetak desain sablon. Setelah itu operator akan melakukan pembuatan
screen afdruk sablon terlebih dahulu dengan secara manual. Selanjutnya pembuatan
dan cek kesesuaian warna secara manual untuk menyesuaikan warna yang diinginkan
oleh konsumen. Setelah warna sudah sesuai, operator mengambil kain dari tempat
penyimpanan dan menata layout kain. Selanjutnya pemasangan screen diatas kain dan
memberikan warna cat ke screen afdruk. Setelah itu operator melakukan proses sablon
dan melepas screen untuk selanjutnya proses pengeringan. Kemudian operator
langsung membersihkan screen menggunakan air biasa. Setelah itu meletakkan kain
pada keranjang. Selanjutnya operator membersihkan sisa sablon di meja dan
mengantarkan kain ke stasiun penjahitan.
3. Penjahitan
Pada proses penjahitan operator akan mulai langkah awal yaitu mengambil kain dan
benang dari tempat penyimpanan, proses selanjutnya pemasangan benang pada 3
mesin yang akan digunakan yaitu mesin obras, mesin overdeck dan mesin rantai kaos,
kemudian operator akan melakukan set up mesin jahit seperti melakukan penarikan
benang awal dan lampu pada mesin. Kemudian operator akan melakukan proses
menjahit mulai dari mengobras kain menjadi kaos, membuat jahitan rantai kaos salah
satunya yaitu memberikan label ukuran pada kaos dan membuat jahitan overdeck
untuk mebuat kaos lebih rapih dan berkualitas. Setelah itu operator mengecek hasil
jahitan kaos dari setiap bagian kaos, kemudian akan diletakkan pada keranjang dan
mengantarkan kaos ke stasiun packaging.
4. Packaging
Pada proses packaging operator melakukan pengambilan kaos dari tempat
penyimpanan dan melakukan pengecekan hasil akhir kaos tersebut selanjutnya yaitu
melipat kaos sebagai langkah pengemasan dan memasukkan kaos tersebut ke dalam
packingan plastic lalu memindahkan ketempat penyimpanan.
35
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa 6 bulan terakhir produk yang paling banyak
diproduksi yaitu kaos sebanyak 4127 pcs. Sehingga dapat disimpulkan bahwa produk kaos
merupakan produk yang memiliki operasional yang tertinggi sehingga waste sering terjadi
pada produksi kaos.
Berdasarkan pada tabel diatas bahwa konveksi 9 Caliber dibantu oleh total 7 orang
operator dalam proses produksinya. Sementara jam kerja pada konveksi 9 Caliber yaitu hari
senin – minggu dimulai pukul 08.00 – 16.00 dengan waktu istirahat dimulai pada 12.00 –
13.00. Maka available time pada produksi konveksi 9 Caliber adalah sebagai berikut.
Tabel 4. 4 Available Time
Dari tabel diatas menunjukkan total waktu siklus proses produksi kaos pada konveksi 9
Caliber sebesar 15560 detik = 4,322 jam. Sedangkan waktu lead time sebesar 15560 detik +
1038 detik (waktu transportasi) = 16598 detik = 4,610 jam = 0,192 hari.
Berdasarkan tabel 4.7 waktu lead time yang dibutuhkan dari awal produksi hingga produk jadi
sebesar 4,61 jam, sedangkan untuk total waktu siklus yang dibutuhkan sebesar 4,32 jam.
Responden
Waste
R1 R2 R3 R4 R5 R6
Overproduction 5 2 7 7 5 4
Delay / Waiting 3 5 3 5 3 5
Transportation 4 5 6 7 4 6
Inappropriate Processing 5 4 7 1 5 4
42
Unnecessary Inventory 2 4 3 7 2 3
Unnecessary Motion 4 5 7 7 4 5
Defect 5 5 6 5 5 4
Berdasarkan teori menurut (Cheng dan Deek, 2006), penentuan bobot diberi nilai m,
dimana m adalah jumlah pilihan dikurangi 1 dan seterusnya sampai urutan terakhir diberi
43
bobot 0. Total jumlah pilihan adalah 7, dimana 7 – 1 = 6. Jadi m dimulai dari 6 sampai 0.
Setelah memberi nilai m, kemudian melakukan penentuan rangking masing – masing jenis
waste. Penentuan rangking dihitung dengan cara mengalikan hasil masing – masing jenis
waste dengan nilai m yang ada di paling bawah tabel, selanjutnya menjumlahkan hasil
perkalian dengan jenis waste yang sama. Berikut adalah contoh perhitungan rangking waste.
Langkah selanjutnya yaitu menghitung bobot setiap jenis waste dengan membagi nilai
rangking masing – masing waste dengan total nilai rangking semua waste.
Berdasarkan hasil dari tabel 4.11 dengan menggunakan metode borda dapat diketahui bahwa
nilai bobot waste tertinggi yaitu Unnecessary Inventory dengan bobot 21,2% dan delay /
waiting dengan bobot 18,2%.
Mapping Tools
Waste Type PAM SCRM PVF QFM DAM DPA PS BOBOT
Overproduction 0,12 0,36 0,12 0,36 0,36 12,1%
Delay / Waiting 1,62 1,62 0,18 0,54 0,54 0,18 18,2%
Transportation 0,90 10,1%
Inappropriate Processing 1,44 0,48 0,16 0,16 16,2%
Unnecessary Inventory 0,63 1,89 0,63 1,89 0,63 0,21 21,2%
Unnecessary Motion 0,90 0,10 10,1%
Defect 0,12 1,08 12,1%
Total 5,73 3,97 1,29 1,36 2,79 1,69 0,39
Peringkat 1 2 6 5 3 4 7
Berdasarkan hasil tabel 4.12 dapat diketahui bahwa tools yang memiliki nilai tertinggi
adalah process activity mapping (PAM) yaitu sebesar 5,73. Maka dapat ditetapkan bahwa
analisis waste akan dilakukan dengan menggunakan tools process activity mapping (PAM).
45
Kode
∑x ∑x^2 (∑x)^2 N N' Hasil
Aktivitas
2
2
( ) ( )
0,05 √5 58432 − 291600
(1)
𝑁′ = [ ] = 3,0727
540
Berdasarkan hasil uji kecukupan diatas, maka data menunjukkan bahwa semua aktivitas
cukup mewakili populasi data yang ada karena setiap proses aktivitas memiliki nilai N’
kurang dari nilai N = 5. Sehingga dari hasil uji kecukupan data tersebut dapat diketahui bahwa
data yang diambil dapat diolah untuk pengolahan data selanjutnya.
48
keranjang
B16 Membersihkan sisa sablon 1880,8 31,34 O NNVA Unnecessary
Motion
B17 Mengantarkan kain ke 224,2 3,73 T NNVA
stasiun penjahitan
Proses C1 Mengambil kain dan 176,6 2,94 T NNVA Unnecessary
Penjahitan benang dari tempat Inventory
penyimpanan
C2 Memasang benang 315 5,25 O NNVA
C3 Set up mesin jahit 16,2 O NNVA
C4 Mengobras kain 523,6 8,72 O VA
C5 Membuat jahitan overdeck 150,6 2,51 O VA
C6 Membuat jahitan rantai 454,4 7,57 O VA
baju
C7 Mengecek hasil kaos 50,4 I NVA Defect
C8 Meletakkan kain pada 19,4 S NVA
keranjang
C9 Mengantarkan hasil kaos 83 1,38 T NNVA
ke stasiun packaging
Packaging D1 Mengambil kaos dari 31,6 T NNVA Unecessary
tempat penyimpanan Inventory
51
Berdasarkan hasil dari Process Aktivity Mapping dapat dilihat bahwa terdapat aktivitas
yang memiliki identifikasi waste. Berdasarkan hasil PAM dibuat rekapitulasi untuk
memudahkan dalam melakukan analisa. Berikut merupakan hasil rekapitulasi Process Activity
Mapping.
Tabel 4. 16 Rekapitulasi PAM
2. Waiting
55
4.2.7 5W + 1H
Pada perbaikan ini didasarkan pada konsep dari Kaizen, yang menekankan pada perbaikan
yang berkelanjutan (contious improvement). Dengan menerapkan Kaizen improvement ini
diharapkan dapat membantu pihak konveksi 9 Caliber untuk menghilangkan pemborosan
yang terjadi pada lini produksi guna mengoptimalkan proses produksi. Berikut merupakan
identifikasi masalah yang paling tinggi terjadi pemborosan pada proses produksi kaos dan
usulan perbaikan yang akan peneliti berikan kepada konveksi 9 Caliber terkait perbaikan
proses produksi.
56
Tabel 4. 17 5W + 1H
Keterangan;
O : Operation VA : Value Added
T : Transportation NVA : Non Value Added
I : Inspection NNVA : Necessary Non Value Added Activity
S : Storage
D : Delay
Menghilangkan Aktivitas
Memperbaiki Aktivitas
66
BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Urutan Waste
25,0%
21,2%
20,0% 18,2%
16,2%
15,0%
12,1% 12,1%
10,1% 10,1%
10,0%
5,0%
0,0%
Bobot VALSAT
7
6 5,73
5
3,97
4
3 2,79
2 1,69
1,36 1,29
1
0,39
0
PAM SCRM DAM DPA QFM PVF PS
Mapping Tools
berjumlah 2 aktivitas dengan presentase sebesar 5% dan aktivitas delay berjumlah 1 dengan
presentase sebesar 3%. Dan berikut merupakan ringkasan pengelompokkan aktivitas
menggunakan PAM adalah sebagai berikut.
Tabel 5. 2 Rekapitulasi PAM
Pada tabel tersebut juga diketahui bahwa aktivitas value added (VA) berjumlah 14
aktivitas dengan presentase sebesar 37% dengan total waktu 9835,6 detik, aktivitas non-value
added (NVA) berjumlah 5 aktivitas dengan presentase sebesar 13% dengan total waktu 303,2
detik, dan aktivitas necessary non-value added berjumlah 19 aktivitas dengan presentase
sebesar 50% dengan total waktu 6459,2 detik . Setelah aktivitas dikelompokan maka,
selanjutnya aktivitas yang tidak memiliki nilai tambah akan dihilangkan atau diberikan usulan
perbaikan. Dan berikut merupakan hasil untuk pengelompokkan berdasarkan value aktivitas
adalah sebagai berikut.
Tabel 5. 3 Hasil Value Aktivitas
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian yang telah dilakukan adalah.
1. Terdapat 2 urutan waste yang diprioritaskan untuk dilakukan perbaikan meliputi waste
unnecessary Inventory dengan bobot sebesar 0,21 dan waste waiting dengan bobot
sebesar 0,18 hal tersebut dapat dilihat dari hasil perhitungan borda.
2. Alternatif perbaikan yang dapat dilakukan untuk mengurangi pemborosan yang terjadi
di konveksi 9 Caliber yaitu.pada proses pengadaan membuat penyusunan standard
operating procedure (SOP) guna untuk melakukan persiapan persediaan bahan baku
sebelum melakukan produksi kaos dan forecasting guna untuk membuat keputusan
konveksi 9 Caliber yang efektif dan efisien. Pada proses pemotongan penambahan
tagline untuk menandai bagian kain dan wadah pembuangan untuk sisa potongan
sehingga operator tidak harus membuang potongan kain diluar stasiun kerja. Pada
proses penyablonan dengan menambah alat bantu pengering yaitu mesin hotgun yang
digunakan untuk mengurangi waktu tunggu pengeringan, trolley yang digunakan
untuk membantu operator untuk melakukan proses pemindahan sehingga tidak harus
kesana kemari, dan tagline yang digunakan untuk membedakan kain per batch. Pada
proses penjahitan dan proses packaging menerapkan konsep 5S yaitu terdiri dari Seiri
(ringkas), Seiton (rapi), Seiso (resik), Seiketsu (rawat), dan Shitsuke (rajin). Sehingga
lingkungan kerja akan lebih sehat dan aman, berkurangnya aktivitas yang tidak perlu
dan meningkatkan efisiensi.
3. Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan terdapat persentase pengurangan
total lead time pada konveksi 9 Caliber sebesar 11% dari 16598 detik atau 4,61 jam.
menjadi 14829,6 detik atau 4,11 jam.
6.2 Saran
Adapun saran yang diberikan oleh penulis bagi perusahaan dan untuk penelitian selanjutnya
sebagai berikut.
1. Saran untuk konveksi 9 Caliber yaitu seperti menerapkan alternatif perbaikan yang
telah diberikan untuk mengurangi waste yang teridentifikasi pada proses produksi
77
sehingga proses produksi dapat berjalan dengan efektif dan efisisien. Sehingga
diharapkan untuk melakukan perbaikan secara berkelanjutan guna untuk mengurangi
waktu proses produksi yang panjang.
2. Saran untuk penelitian selanjutnya yaitu hasil dari penelitian ini dapat menjadi acuan
untuk menentukan metode terbaik dalam mengurangi lead time. Serta dapat
menghitung biaya – biaya terkait.
78
DAFTAR PUSTAKA
Ade, P. (2019). Rencana Usulan Penerapan Lean Manufacturing pada Pembuatan Fortune
Pouch 1 Liter dengan Metode Value Stream Mapping pada PT. Multimas Nabati Asahan
…. http://repository.unugha.ac.id/id/eprint/563
Adha, M. A., Supriyanto, A., & Timan, A. (2019). Strategi Peningkatan Mutu Lulusan
Madrasah Menggunakan Diagram Fishbone. Jurnal Keilmuan Manajemen Pendidikan,
5(01), 11–22. https://doi.org/10.32678/tarbawi.v5i01.1794
Aribowo, B. (2007). Studi Kritis Atas “Uji Kecukupan Data.” Inasea, 8(1), 82–87.
Azizi, A., & Manoharan, T. a/p. (2015). Designing a Future Value Stream Mapping to Reduce
Lead Time Using SMED-A Case Study. Procedia Manufacturing, 2(February), 153–
158. https://doi.org/10.1016/j.promfg.2015.07.027
Baldah, N., Amaruddin, H., & Sutaryo, S. (2021). Pendekatan Value Stream Mapping Pada
Optimalisasi Proses Dan Peningkatan Produktivitas. Maker: Jurnal Manajemen, 7(2),
136–144.
Deshkar, A., Kamle, S., Giri, J., & Korde, V. (2018). Design and evaluation of a Lean
Manufacturing framework using Value Stream Mapping (VSM) for a plastic bag
manufacturing unit. Materials Today: Proceedings, 5(2), 7668–7677.
https://doi.org/10.1016/j.matpr.2017.11.442
79
Fanani, Z., & Singgih, M. L. (2019). Implementasi lean manufacturing untuk peningkatan
produktivitas. In Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi: Vol. XIII (Issue A-
44, pp. 1–9).
Fuad Fathi, Z. (2020). Minimasi Cycle Time Proses Produksi Mebel Berdasar Pendekatan
Lean Manufacturing Dengan Menggunakan Metode Value Stream Mapping (VSM)
(STUDI KASUS : CV. Ania Karyatama). Molecules, 2(1), 1–12.
Graban, M., & Swartz, J. E. (2020). - Kaizen and Continuous Improvement. Healthcare
Kaizen, 2013, 34–61. https://doi.org/10.1201/b12274-8
Habib, M. A., Rizvan, R., & Ahmed, S. (2023). Implementing lean manufacturing for
improvement of operational performance in a labeling and packaging plant: A case study
in Bangladesh. Results in Engineering, 17(September 2022), 100818.
https://doi.org/10.1016/j.rineng.2022.100818
Hernandez Marquina, M. V., Zwolinski, P., & Mangione, F. (2021). Application of Value
Stream Mapping tool to improve circular systems. Cleaner Engineering and Technology,
5, 100270. https://doi.org/10.1016/j.clet.2021.100270
Hines, Peter, A. D. T. (2000). Going lean in the emergency department: A strategy for
addressing emergency department overcrowding. MedGenMed Medscape General
Medicine, 9(4).
Hines, P., & Rich, N. (1997). The seven value stream mapping tools. International Journal of
Operations and Production Management, 17(1), 46–64.
https://doi.org/10.1108/01443579710157989
Jannah, M., & Siswanti, D. (2014). Analisis Penerapan. Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen,
Bisnis Dan Akuntansi, 2(3), 254–265.
(2019). Applying Lean Manufacturing Principles to reduce waste and improve process in
a manufacturer: A research study in Peru. IOP Conference Series: Materials Science and
Engineering, 689(1). https://doi.org/10.1088/1757-899X/689/1/012020
Khannan, M. S. A., & Haryono, H. (2018). Analisis Penerapan Lean Manufacturing untuk
Menghilangkan Pemborosan di Lini Produksi PT Adi Satria Abadi. Jurnal Rekayasa
Sistem Industri, 4(1), 47. https://doi.org/10.26593/jrsi.v4i1.1383.47-54
Mauko, A., B, M., & Sugiartawan, P. (2018). Sistem Pendukung Keputusan Kelompok
pemilihan Saham LQ45 dengan menggunakan metode AHP, Promethee dan BORDA.
Jurnal Sistem Informasi Dan Komputer Terapan Indonesia (JSIKTI), 1(1), 25–34.
https://doi.org/10.33173/jsikti.6
Mollah, M. K., Singgih Nugraha, M., & Prabowo, R. (2019). Analisis Peningkatan
Produktivitas Perusahaan Menggunakan Objective Matrix dan Pendekatan Lean
Manufacturing. Seminar Nasional Sains Dan Teknologi Terapan VII - Institut Teknologi
Adhi Tama Surabaya, 291–296.
Mudgal, D., Pagone, E., & Salonitis, K. (2020). Approach to value stream mapping for make-
to-order manufacturing. Procedia CIRP, 93, 826–831.
https://doi.org/10.1016/j.procir.2020.04.084
Nurdiansyah, D., Fatimah, S. N., Nurwiyanti, H., & Fauzi, M. (2022). Usulan Efisiensi Waste
Proses Produksi Bed Sheet di PT. ABC Menggunakan Metode Value Stream Mapping.
Jurnal Bayesian: Jurnal Ilmiah Statistika Dan Ekonometrika, 2(1), 93–106.
Pratistha, I., Agung Mahadewa, I. P., & Sugiartawan, P. (2018). Sistem Pendukung
Keputusan Kelompok Pemilihan e-commerce/marketplace menggunakan metode profile
matching dan BORDA. Jurnal Sistem Informasi Dan Komputer Terapan Indonesia
(JSIKTI), 1(1), 13–24. https://doi.org/10.33173/jsikti.9
Rahima Shabeen, S., & Aravind Krishnan, K. (2022). Application of lean manufacturing
using value stream mapping (VSM) in precast component manufacturing: A case study.
Materials Today: Proceedings, 65, 1105–1111.
https://doi.org/10.1016/j.matpr.2022.04.159
Ravizar, A., & Rosihin, R. (2018). Penerapan Lean Manufacturing untuk Mengurangi Waste
81
pada Produksi Absorbent. Jurnal INTECH Teknik Industri Universitas Serang Raya,
4(1), 23. https://doi.org/10.30656/intech.v4i1.854
Rohani, J. M., & Zahraee, S. M. (2015). Production Line Analysis via Value Stream
Mapping: A Lean Manufacturing Process of Color Industry. Procedia Manufacturing,
2(February), 6–10. https://doi.org/10.1016/j.promfg.2015.07.002
Verma, N., & Sharma, V. (2016). Energy value stream mapping a tool to develop green
manufacturing. Procedia Engineering, 149(June), 526–534.
Zahraee, S. M., Tolooie, A., Abrishami, S. J., Shiwakoti, N., & Stasinopoulos, P. (2020).
Lean manufacturing analysis of a Heater industry based on value stream mapping and
computer simulation. Procedia Manufacturing, 51(2019), 1379–1386.
82
LAMPIRAN
A. Kuesioner Waste
83
84
Konveksi 9 Caliber