Anda di halaman 1dari 52

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KERJA PRAKTEK


DI PT PRIMA CAHAYA INDOBEVERAGE

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memproleh gelar sarjana Strata 1 Jurusan
Teknik Industri – Fakultas Teknologi Industri
Universitas Islam Indonesia

Disusun Oleh :
Khaerul Wildani
NIM 12 522 285

Yogyakarta, 2016
Menyetujui,
Pembimbing Kerja Praktek

Yuli Agusti Rochman, ST., M.Eng

Mengetahui,
Ketua Prodi Teknik Industri
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Islam Indonesia

Yuli Agusti Rochman, ST., M.Eng

ii
SURAT KETERANGAN SELESAI KERJA PRAKTEK

iii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat
kemurahan-Nya pelaksanaan Kerja Praktek sekaligus penyusunan Laporan Kerja
Praktek ini dapat diselesaikan sesuai dengan yang diharapkan.Tidak lupa sholawat dan
salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa Islam
kepada seluruh umat manusia.
Dalam pelaksanaan Kerja Praktek di PT. Prima Cahaya Indobeverage, penulis
banyak mendapatkan pengetahuan, bimbingan, arahan, koreksi, dan saran dari berbagai
pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Imam Djati Widodo selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri Universitas
Islam Indonesia.
2. Bapak Yuli Agusti Rochman,ST.,M.Eng selaku Ketua Program Studi Teknik
Industri Universitas Islam Indonesia dan dosen pembimbing kerja praktek.
3. Bapak Widayat Budiasto yang telah memberikan arahan dalam proses pengajuan
kerja praktek di PT. Prima Cahaya Indobeverage.
4. Bapak Purnomo selaku General Affair Manager PT. Prima Cahaya Indobeverage
yang telah memberikan kesempatan saya untuk melaksanakan kerja praktek di PT.
Prima Cahaya Indobeverage.
5. Bapak Jarot Ibnu W. selaku pembimbing lapangan selama kerja praktek di PT.
Prima Cahaya Indobeverage serta seluruh staff dan karyawan PT. Prima Cahaya
Indobeverage.
6. Mahandena Tifanda Luhzan selaku partner kerja praktek di PT. Prima Cahaya
Indobeverage.
7. Orang tua yang terus memberikan dukungan baik materi maupun non materi serta
teman – teman dan semua pihak yang ikut memberi dukungan selama kerja praktek.
Saya menyadari bahwa laporan kerja praktek ini masih kurang sempurna sehingga kami
mengharapkan kritik dan saran dari semua pembaca demi lengkapnya laporan ini.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Wassalamualaikum Wr. Wb

Yogyakarta, April 2016

Penulis

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................................... ii


SURAT KETERANGAN SELESAI KERJA PRAKTEK........................................................iii
KATA PENGANTAR ................................................................................................. iv
DAFTAR ISI ................................................................................................................. v
DAFTAR TABEL........................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Tujuan Kerja Praktek ........................................................................................... 2
1.3 Batasan Kerja Praktek ......................................................................................... 2
1.4 Manfaat Kerja Praktek......................................................................................... 2
BAB II PROFIL PERUSAHAAN ................................................................................ 4
2.1 Sejarah Singkat dan Status Kepemilikan ............................................................ 4
2.2 Visi Misi ............................................................................................................. 5
2.3 Lokasi ................................................................................................................. 5
2.4 Hasil Produksi .................................................................................................... 5
BAB III DESKRIPSI SISTEM INDUSTRI ................................................................. 6
3.1 Sistem dan Manajemen Produksi ........................................................................ 6
3.2 Human Capital Management ............................................................................. 15
3.3 Pemasaran dan Distribusi .................................................................................. 20
3.4 Sistem Informasi Manajemen ............................................................................ 21
BAB IV TUGAS KHUSUS ........................................................................................ 22
4.1 Deskripsi permasalahan ..................................................................................... 22
4.2 Dasar Teori ........................................................................................................ 23
4.3 Hasil dan Pembahasan ....................................................................................... 27
BAB V PENUTUP ...................................................................................................... 43
5.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 43
5.2 Saran .................................................................................................................. 44
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 45
LAMPIRAN

v
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Lemba Kerja Job Safety Analysis……………………………………………29


Tabel 4.2 Kriteria Penilaian Kemungkinan (K)………………………………………..29
Tabel 4.3 Kriteria Penilaian Dampak (D)……………………………………………...29
Tabel 4.4 Hasil JSA Operator Waste Water Treatment Plant (WWTP)……………….30
Tabel 4.5 Hasil JSA Operator Filler……………………………………………………31
Tabel 4.6 Hasil JSA Palletizer………………………………………………………….31
Tabel 4.7 Hasil JSA Operator Forklift………………………………………………….32
Tabel 4.8 Hasil JSA Pekerja Workshop……………………………..............................33
Tabel 4.9 Hasil JSA Pekerja Teknik Line……………………………………………...34
Tabel 4.10 Hasil JSA Operator Boiler…………….……………………………………34
Tabel 4.11 Hasil JSA Pekerja Bongkar Muat…………………………………………..35
Tabel 4.12 Usulan Pengendalian Resiko Pada Operator WWTP………………………35
Tabel 4.13 Usulan Pengendalian Resiko Pada Operator Filler………………………...36
Tabel 4.14 Usulan Pengendalian Resiko Pada Palletizer…………................................37
Tabel 4.15 Usulan Pengendalian Resiko Pada Operator Forklift………………………37
Tabel 4.16 Usulan Pengendalian Resiko Pada Pekerja Workshop……………………..38
Tabel 4.17 Usulan Pengendalian Resiko Pada Pekerja Teknik Line…………………...39
Tabel 4.18 Usulan Pengendalian Resiko Pada Operator Boiler………………………..39
Tabel 4.19 Usulan Pengendalian Resiko Pada Pekerja Bongkar Muat………………...40

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Layout Pabrik PT. Prima Cahaya Indobeverages…………………………10


Gambar 3.1 Bagan Struktur Organisasi PT. Prima Cahaya Indobeverage......................15

vii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Generasi muda hasil didikan perguruan tinggi dipersiapkan untuk menghadapi
persaingan global yang semakin hari semakin kompetitif dalam berbagai bidang
sehingga mampu membawa bangsa Indonesia ini ke arah yang lebih baik. Dalam
menempuh pendidikan di perguruan tinggi, mahasiswa tidak hanya dituntut untuk
memahami setiap materi yang didapatkan dibangku kuliah namun mahasiswa
diharapkan juga mampu mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan pada bidang
keahlian di dunia kerja dan di masyarakat sehingga mampu meberikan manfaat yang
dapat dirasakan oleh banyak orang terutama masyarakat Indonesia. Disadari atau tidak,
ternyata pemahaman keilmuan yang didasari hanyapada dataran teoritis kerap tidak
dapat memberikan hasil yang optimal.
Banyak hal, ketika dalam operasionalnya tidak dapat diselesaikan hanya dengan
dasar-dasar teori belaka. Dilain pihaks ampai saat ini perkembangan teknologi dan
informasi yang terjadi dalam dunia industri, tidak selalu dapat diikuti oleh pihak
universitas, sebagai sebuah institusi pendidikan yang memiliki kewajiban
mempersiapkan tenaga kerja.
Oleh karena itu Universitas Islam Indonesia sebagai salah satu perguruan tinggi
yang ada di Indonesia merasa perlu ada suatu program yang mampu mempersiapkan
mahasiswa dalam menghadapi perkembangan dunia perindustrian sehingga mampu
memberikan kinerja positif untuk kemajuan perindustrian negara Indonesia dengan
bekal ilmu pengetahuan yang telah didapatkan dari bangku kuliah. Maka untuk
mendukung langkah tersebut perlu dilakukannya Kerja Praktek. Kerja Praktek (KP)
adalah salah satu dari mata kuliah wajib Program Studi Teknik Industri FTI UII dengan
bobot 2 sks yang harus ditempuh sebagai salah satu syarat untuk mengambil mata
kuliah Tugas Akhir (TA). Syarat untuk melakukan kerja praktek adalah SKS yang
ditempuh ≥ 95 sks, memenuhi persyaratan administrasi dan telah mengikuti workshop
sosialisasi KP. Kerja praktek dilaksanakan oleh mahasiswa di luar lingkup perguruan
tinggi dengan melaksanakan magang di sebuah instansi atau perusahaan tertentu seperti

1
industri, instansi pemerintah, BUMN, lembaga penelitian, laboratorium, dan institusi
pendidikan yang sesuai dengan program studi Teknik Industri.
PT. Prima Cahaya Indobeveragea dalah perusahaan industri minuman yang cukup
besar. Dengan diberikannya kesempatan untuk memperoleh pengalaman kerja praktek
dan didukung oleh sarana prasarana memadai serta karyawan-karyawan yang dengan
ikhlas memberikan pengarahan dan penjelasan terkait sistem di perusahaan, diharapkan
laporan kerja praktek ini dapat bermanfaat untuk pengembangan sistem di PT. Prima
Cahaya Indobeverage serta bagi penelitian-penelitian selanjutnya.

1.2 Tujuan Kerja Praktek


Adanya tujuan yang ingin dicapai pada pelaksanaan kerja praktek seagai berikut :
a. Mengetahui profil perusahaan.
b. Mengetahui sistem industri di perusahaan.
c. Mampu menyelesaikan permasalahan dengan metode-metode yang sudah
dipelajari.

1.3 Batasan Kerja Praktek


Batasan pembuatan laporan kerja praktek ini sebagai berikut :
a. Waktu pelaksanaan kerja praktek adalah 29 Januari – 29 Februari 2016
b. Topik khusus yang diteliti adalah dalam bidang Kesehatan dan Keselamatan
Kerja

1.4 Manfaat Kerja Praktek


Adapun manfaat dari terlaksanakannya kerja praktek adalah sebagai berikut:
a. Bagi mahasiswa
1. Mahasiwa dapat melakukan sebuah orientasi dan observasi terhadap dunia
kerja yang sebenarnya.
2. Mahasiswa dapat memahami proses-proses yang terjadi dalam suatu industri.
3. Mahasiwa dapat menerapkan konsep sistem teknologi dalam dunia
perindustrian yang diperoleh dari pergurun tinggi.
4. Mahasiswa dapat menemukan berbagai permasalahan yang terjadi di sebuah
indusri.

2
b. Bagi Perguruan Tinggi
1. Dapat mempererat hubungan kerjasama antara unversitas dengan
perusahaan.
2. Universitas akan dapat meningkatkan standar kualitas kelulusan para
mahasiswa melalui pengalaman kerja praktek.
c. Bagi Perusahaan
1. Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk mengenal lebih dalam
tentang perusahaan/instansi tersebut.
2. Memanfaatkan mahasiswa untuk membantu memecahkan masalah-
masalah yang bersangkutan.
3. Mengenal profil Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri
Universitas Islam Indonesia sebagai bahan referensi bagi
perusahaan/instansi.
4. Dengan program ini akan berguna bagi perusahaan untuk dapat
mengetahui kemampuan/kualitas mahasiswa, sehingga bisa dijadikan
sebagai tolak ukur dalam menerima pekerja/karyawan baru bagi lulusan
dari universitas (fresh graduate).

3
BAB II

PROFIL PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Singkat dan Status Kepemilikan


Pada tahun 1975 didirikan perusahaan minuman ringan dengan nama PT. Jafar Utama.
Perusahaan ini memproduksi Teh Jafar dan air minum dalam kemasan. PT. Jafar Utama
mengalami penurunan dan perusahaan ini hanya dapat berjalan sampai tahun 1985. Pada
akhir tahun 1985 PT. Jafar Utama dijual kepada PT. Mantrust dan sejak tahun 1987
melakukan perombakan besar – besaran. PT. Mantrust mengganti produksi dari Teh
Jafar menjadi Tekita dan minuman ringan Pepsi Cola. PT. Mantrust mengalami
kemajuan yang sangat pesat, namun hal ini tidak bertahan lama dan akhirnya PT.
Mantrust menjual semua asset kepada pihak lain dan secara otomatis mengembalikan
lisensi PCI. Pada tahun 1994 PCI bekerja sama dengan PT. Indofood Group.
Pada tanggal 20 Januari 1994 diresmikan perusahaan kerjasama antara PCI dan
Indofood Group. Dalam menjalankan usaha, perusahaan ini dibagi menjadi yaitu PT.
Buana Distrindo sebagai distributor dan PT. Pepsi Cola Indobeverage sebagai
perusahaan produksi. Dan pada tahun 2013 Indofood Group menjalin kerja sama
dengan perusahaan minuman Jepang yaitu Asahi Group Holdings Southeast Asia Pte.
Ltd. (Asahi). Dari kerja sama tersebut lahirlah dua anak perusahaan yaitu AIBM (Asahi
Indofood Beverage Makmur) yang tefokus pada produksi produk-produk minuman non-
alcohol dan IASB (Indofood Asahi Sukses Beverage) yang terfokus pada bagian
distribusi dan pemasaran secara umum dari produk-produk minuman non-alkohol
tersebut. Sehingga PT. Pepsi Cola Indobeverages menjadi bagian dari AIBM dan
berubah nama menjadi PT. Prima Cahaya Indobeverages.
Dengan demikian status kepemilikan PT. Prima Cahaya Indobeverages dipegang
oleh kedua perusahaan diatasnya yang bekerja sama yaitu Indofood Group dan Asahi
Group.

4
2.2 Visi Misi
PT. Prima Cahaya Indobeverage merupakan member dari PT. Indofood Group. Oleh
karena itu memiliki visi, misi sertanilai (values) yang sama dengan PT. Indofood Group.
Visi dari PT. Indofood Group sendiri adalah Menjadi Perusahaan Total Food Solutions.
Untuk mewujdukan visi tersebut maka dirumuskan misi-misi yang harus dilakukan
untuk mencapainya. Misi dari PT. Indofood Group antara lain :
a. Memberikan solusi atas kebutuhan pangan secara berkelanjutan
b. Senantiasa meningkatkan kompetensi karyawan, proses produksi dan teknologi
kami
c. Memberikan kontribusi bagi kesejahteraan masyarakat dan lingkungan secara
berkelanjutan
d. Meningkatkan stakeholders’ values secara berkesinambungan
Selain memiliki visi dan misi, PT. Indofood Group sebagai induk dari PT. Prima
Cahaya Indobeverage mempunyai nilai-nilai yang dijunjung tinggi dalam menjalankan
roda bisnisnya. Nilai-nilai tersebut tertulis pada kalimat berikut ini :
“Dengan disiplin sebagai falsafah hidup, kami menjalankan usaha kami dengan
menjunjung tinggi integritas, kami menghargai seluruh pemangku kepentingan dan
secara bersama-sama membangun kesatuan untuk mencapai keunggulan dan inovasi
yang berkelanjutan.”

2.3 Lokasi
PT. Prima Cahaya Indobeverages terletak di kawasan Jalan Jendral Sudirman Km 23
Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Indonesia. Lokasi ini sangat
menguntungkan karena terletak di daerah pegunungan yang sumber airnya melimpah
dan dapat menunjang kebutuhan utama produksi yaitu air.

2.4 Hasil Produksi


PT. Prima Cahaya Indobeveragememproduksi minuman dalam kemasan yang berupa
tekita dan fruitamin dalam kemasan cup. Tekita dan fruitamin memiliki beberapa variasi
rasa. Fruitamin terdiri dari Fruitamin Strawberry, Fruitamin Orange, Fruitamin Melon,
Fruitamin Anggur, Fruitamin Blueberry, dan Fruitamin cocobit. Sedangkan untuk
Tekita adalah Tekita Apple, Tekita Original, Tekita Jasmine dan Tekita Greentea.

5
BAB III

DESKRIPSI SISTEM INDUSTRI

3.1 Sistem dan Manajemen Produksi


PT. Prima Cahaya Indobeverage adalah perusahaan minuman yang memproduksi
minuman dalam bentuk cup yaitu Fruitamin dan Tekita. Perusahaan ini menerapkan
sistem produksi yang continous yaitu terus menerus dalam melakukan produksinya.
Berikut adalah penjelasan sistem dan manajemen produksi di PT. Prima Cahaya
Indobeverage secara umumnya.
3.1.1 Perencanaan produksi
Perencanaan produksi adalah aktivitas untuk menetapkan produk yang diproduksi,
jumlah yang dibutuhkan, kapan produk tersebut harus selesai dan sumber-sumber yang
dibutuhkan.
Proses perencanaan produksi Fruitamin dan Tekita tidak seperti perusahaan-
perusahaan lain yang diawali dengan forecasting namun dibuat berdasarkan data-data
penjualan skala nasional bulan sebelumnya dari PT. IASB yang bernama Confirm
Monthly Order (CMO) dan disesuaikan dengan persediaan finished goods yang ada di
gudang. CMO tersebut berisi data jumlah produk dan varian produk yang terjual.Begitu
juga untuk perencanaan kapasitas produksi juga disesuaikan dengan CMO yang
diberikan oleh PT. IASB. Kemudian untuk perencanaan material, departemen PPIC
memuat Bill Of Material untuk setiap varian produk. Setelah itu membuat daftar
prediksi Purchase Order dan melakukan Purchase Requisition yang kemudian
diserahkan ke departemen Purchasing.
3.1.2 Proses produksi
Proses produksi produk Tekita adalah sebagai berikut :
a. Proses ekstraksi
Pada proses ini daun the kering dimasukkan kedalam extractor oleh operator.
Hasil dari proses ini adalah ekstrak the yang kemudian akan dicampur oleh air
yang suhunya sudah ditetapkan oleh standar. Pencampuran air tersebut
menggunakan pipa yang mengalir pada extractor.

6
b. Proses penyaringan
Pada proses ini air the akan disaring menggunakan strainer. Selanjutnya setelah
disaring pada strainer, air the akan ditampung pada tanki dengan standar waktu
penampungan yang telah ditetapkan. Selanjutnya dilakukan penyaringan lagi
melalui pompa dan kemudian akan ditampung lagi ke tanki dengan standar
waktu yang sudah ditetapkan juga.
c. Proses pencampuran bahan
Pada tahap ini the akan dicampur dengan gula serta bahan-bahan lainnya di
ruangan syrup. Pencampuran bahan-bahan ini menggunakan pipa yang dialiri di
tanki di ruangan syrup yang berisi air the dari hasil penyaringan sebelumnya.
d. Proses sterilisasi
Pada proses sterilisasi ini menggunakan mesin PHE yang akan memanaskan
produk dengan standar tertentu selama 30 menit untuk mematikan kuman-
kuman atau bakteri yang ada.
e. Proses pendinginan
Setelah mengalami proses sterilisasi dari PHE maka produk akan didinginkan
supaya mencapai suhu standar tertentu untuk dapat dikemas ke dalam cup.
Proses pendinginan ini menggunakan cooling tower.
f. Packaging
Setelah produk didinginkan maka produk tersebut siap dikemas. Produk yang
berada di cooling tower kemudian ditransfer ke filler dan dari filler tersebut
produk akan secara otomatis dikemas kedalam cup serta ditutup oleh topload.

7
3.1.3 Tata Letak
Menurut Wignjosoebroto (2009), tata letak pabrik atau tata letak fasilitas dapat
didefinisikan sebagai tata cara pengaturan fasilitas-fasilitas pabrik guna menunjang
kelancaran proses produksi. Pengaturan tersebut akan berguna untuk luas area
penempatan mesin atau fasilitas penunjang produksi lainnya, kelancaran gerakan
perpindahan material, penyimpanan material baik yang bersifat temporer maupun
permanen, personel pekerja dan sebagainya.
Salah satu keputusan penting yang perlu dibuat adalah keputusan menentukan
Tipe tata letak yang sesuai akan menjadikan efisiensi proses 8ensitive8ing untuk
jangka waktu yang cukup panjang. Tipe –tipe tata letak secara umum adalah
Product Layout, Process Layout, Fix Postion Layoutdan Group Technology Layout.
a. Tata Letak Berdasarkan Aliran Produksi (Product Layout)
Product layout dapat didefinisikan sebagai metode atau cara
pengaturan dan penempatan semua fasifitas produksi yang diperlukan ke
dalam suatu departemen tertentu atau khusus. Dalam Product Layout,
mesin – mesin atau alat bantu disusun rnenurut urutan proses dari suatu
produk.
Keuntungan dari jenis layout ini yaitu pekerjaan dari satu proses secara
langsung dikerjakan pada proses berikutnya, sehingga inventori barang
setengah jadi menjadi kecil dan waktu produksi per unit menjadi lebih
pendek. Sdeangkan kerugian untuk jenis layout ini yaitu rusaknya satu
mesin akan berpengaruh pada proses produksi keseluruhan.
b. Tata Letak Berdasarkan Fungsi/macam Proses (Process Layout)
Tata letak ini merupakan metode penempatan mesin dan peralatan
produksi yang memiliki tipe sama ke dalam satu departemen. Karakteristik
tipe tata letak ini atara lain:
 Perbandingan antara jumlah (Q) dan jenis produk (P) kecil
 Produksi berdasarkan job order
 Mesin produksi dan perlengkapan yang sama ditempatkan pada satu
departemen
Keuntungan dari jenis tata lerak ini adalah mampu mengerjakan berbagai
macam jenis dan model produk serta spesialisasi kerja. Sedangkan

8
kerugiannya berupa kesulitan menyeimbangkan lintasan kerja dalam
departemen sehingga memerlukan area untuk work in process storage.
c. Tata Letak Berdasarkan Lokasi Material Tetap (Fix Position Layout)
Untuk jenis layout ini material atau komponen produk utama tetap pada
lokasinya sedangkan fasilitas produksi seperti mesin, manusia dan
komponen pendukung lainnya yang bergerak menuju lokasi komponen
utama. Keuntungan dari jenis tata letak ini adalah perpindahan material
dapat dikurangi, sedangkan kelemahannya adalah memerlukan operator
dengan keterampilan yang tinggi dan pengawasan yang ketat.
d. Tata Letak Berdasarkan Kelompok Produk (Group Technology Layout)
Tipe tata letak ini, komponen yang sama dikelompokkan ke dalam satu
kelompok berdasarkan kesarnaan bentuk kornponen. Mesin atau peralatan
yang dipakai. Mesin – rnesin dikelompokkan dalam satu kelornpok
dan ditempatkan dalam sebuah “manufacturing cell”.
Kelebihan tata letak ini adalah dengan adanya penge1ompokan
produk sesuai dengan proses pembuatannya maka akan dapat diperoleh
pendayagunaan mesin yang maksmal. Juga dan jarak perpindahan material
akan lebih pendek. Sedangkan kekurangan dari tipe layout iini yaitu
diperlukan tenaga yang memiliki kemampuan dan keterampilan yang tinggi
untuk mengoperasikan sernua faau produksl yang ada. Kelancaran keja
sangat tergantung pada kegiatan peigendalian produksl khususnya dalam
menjaga keseimbangan kerja yang bergerak.
Berdasarkan penggolongan tata letak fasilitas diatas, tata letak fasilitas yang ada
pada PT. Prima Cahaya Indobeverage termasuk dalam tata letak berdasarkan aliran
proses (Process Layout) karena penempatan area-area kerja disusun berdasarkan aliran
proses pembuatan produk minuman yang diproduksi. Hal tersebut ditunjukkan pada
gambar di bawah ini dimana dari mulai area bahan baku, lantai produksi hingga
pengemasan dirancang berdekatan sesuai dengan aliran proses produk minuman yang
diproduksi oleh PT. Prima Cahaya Indobeverage.

9
Berikut ini merupakan peta layout pabrik dari PT. Prima Cahaya Indobeverages

Gambar 4.1 Layout Pabrik PT. Prima Cahaya Indobeverages

10
Terdapat beberapa keuntungan tata letak fasilitas yang baik, yaitu:
a. Menaikkan output produksi
Pada umumnya, tat letak yang baik akan memberikan output yang lebih besar
dengan ongkos kerja yang lebih kecil atau sama, dengan jam kerja pegawai yang
lebih kecil dan jam kerja mesin yang lebih kecil.
b. Mengurangi delay
Mengatur keseimbangan antara waktu operasi dan beban dari tiap-tiap departemen
atau mesin adalah bagian dari tanggung jawab perancang tata letak fasilitas.
Pengaturan yang baik akan mengurangi waktu tunggu atau delay yang berlebihan
yang dapat disebabkan oleh adanya gerakan balik (back-tracking), gerakan
memotong (cross-movement), dan kemacetan (congestion) yang menyebabkan
proses perpindahan terhambat.
c. Mengurangi jarak perpindahan barang
Dalam proses produksi, perpindahan barang atau material pasti terjadi. Mulai dari
bahan baku memasuki proses awal, pemindahan barang setengah jadi, sampai
barang jadi yang siap untuk dipasarkan disimpan dalam gudang. Mengingat begitu
banyaknya perpindahan barang yang terjadi dan betapa besarnya peranan
perpindahan barang, terutama dalam proses produksi, maka perancangan tata letak
yang baik akan meminimalkan biaya perpindahan barang tersebut.
d. Penghematan pemanfaatan area
Perancangan tata letak yang baik akan mengatasi pemborosan pemakaian ruang
yang berlebihan.
e. Pemaksimalan pemakaian mesin, tenaga kerja, dan/atau fasilitas produksi lainnya.
f. Proses manufaktur yang lebih singkat
Dengan memperpendek jarak antar proses produksi dan mengurangi bottle neck,
maka waktu yang diperlukan untuk mengerjakan suatu produk akan lebih singkat
sehingga total waktu produksi pun dapat dipersingkat.
g. Mengurangi resiko kecelakaan kerja
Perancangan tata letak yang baik juga bertujuan untuk menciptakan lingkungan
kerja yang aman, dan nyaman bagi para pekerja yang terkait di dalamnya.
h. Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman
Dengan penataan lingkungan kerja yang baik, tertata rapi, tertib, pencahayaan yang
baik, sirkulasi udara yang baik, maka suasana kerja yang baik akan tercipta

11
sehingga moral dan kepuasan kerja para pekerja akan meningkat. Hal ini
berpengaruh pada kinerja karyawan yang juga akan meningkat sehingga
produktivitas kerja akan terjaga.
i. Mempermudah aktivitas supervisor
Tata letak yang baik akan mempermudah seorang supervisor untuk mengamati
jalannya proses produksi.

3.1.4 Manajemen Kualitas


ISO 8402 (quality vocabulary) mendefinisikan manajemen kualitas sebagai semua
aktivitas dari fungsi manajemen secara keseluruhan yang menentukan kebijaksanaan
kualitas, tujuan-tujuan dan tanggung jawab, serta mengimplementasikannya melalui
alat-alat seperti perencanaan kualitas (quality planning), pengendalian kualitas (quality
control), jaminan kualitas (quality assurance) dan peningkatan kualitas (quality
improvement). Tanggung jawab untuk manajemen kualitas ada pada semua level dari
manajemen, tetapi harus dikendalikan oleh manajemen puncak (top management), dan
implementasinya harus melibatkan semua anggota organisasi. Namun untuk lebih
khususnya dalam menjaga kualitas suatu produk atau pelayanan dibutuhkan suatu
departemen yang bertugas dalam penjagaan kualitas produk atau pelayanan tersebut.
Manajemen kualitas pada PT. Prima Cahaya Indobeveragedilakukan oleh
departemen Quality Control. Untuk menjaga kualitas produk-produk, PT. Prima Cahaya
Indobeverage, departemen Quality Control melakukan beberapa uji seperti uji kadar
gula, uji 12ensit, uji PH, dan uji colour. Uji-uji tersebut dilakukan pada sample yang
diambil dengan waktu yang ditentukan oleh departemen Quality Control. Ketika pada
sample tersebut tidak lolos uji maka dilakukan pemrosesan ulang hingga lolos uji-uji
tersebut. Selain itu ada juga pengujian topload (tutup cup) yang samplenya diambil
setiap 2 jam sekali. Setelah produk melewati proses packaging maka dilakukan juga
pengontrolan pada setiap cup untuk memastikan setiap cup telah dicantumkan tanggal
expirednya. Apabila ada cup yang tidak tercantum tanggal expired, maka produk
tersebut dinyatakan reject. Selain itu apabila ada produk yang bocor, maka produk
tersebut juga dinyatakan reject. Produk yang reject akan dibuang isi serta cupnya.

12
3.1.5 Manajemen Perawatan
Perawatan adalah suatu konsepsi dari semua aktivitas yang diperlukan untuk menjaga
atau mempertahankan kualitas peralatan agar tetap dapat berfungsi dengan baik seperti
dalam kondisi sebelumnya. Adapun bentuk-bentuk perawatan adalah :
a. Perawatan sesudah rusak (breakdown)
b. Perawatan Rutin ( preventive maintenance)
c. Perawatan Ulang (corrective maintenance)
d. Perawatan Produktif
e. Perawatan Rutin (preventive maintain)
Manajemen perawatan mesin dan fasilitas produksi yang dilakukan oleh PT. Prima
Cahaya Indobeverage adalah dengan melakukan pengecekan berkala (weekly/monthly).
Apabila terjadi kerusakan pada salah satu mesin, maka divisi Teknik yang akan
melakukan perbaikan pada mesin tersebut. Ketika mesin tersebut dalam perbaikan atau
dalam keadaan downtime maka digunakan mesin cadangan agar proses produksi tetap
berjalan.

3.1.6 Pergudangan
Secara rinci sistem manajemen gudang atau manajemen warehouse diartikan sebagai
pengelolaan dari aktifitas yang saling berhubungan untuk melakukan penyimpanan
barang sementara. Beberapa kegiatan penyimpanan barang terbagi atas penerimaan
bahan baku / barang dari pemasok, handling barang dan pengeluaran barang ke tujuan
lokasi produksi. Dengan hal ini maka dapat diberikan pengertian bahwa kegiatan
manajemen warehouse ini terdiri atas beberapa aktivitas sederhana dalam gudang yang
terbagi atas kegiatan antara lain yaitu :
a. Kegiatan administrasi
Kegiatan pengeluaran dan pemasukkan dana yang ada dalam perusahaan ini
diatur seluruhnya dalam aktivitas administrasi. Semua kegiatan pendanaan
yang dilakukan dalam administrasi ini diupayakan tercatat seluruhnya untuk
memudahkan pelaksanaan pengembangan produksi perusahaan kaitannya
dengan manajemen warehouse.
b. Penerimaan barang
Aktivitas penerimaan barang diatur sepenuhnya untuk bisa memetakan
besaran dana dan produk yang didapatkan oleh perusahaan.

13
c. Penyimpanan barang
Barang yang masuk dalam gudang perusahaan ini diupayakan tersimpan
dengan aman dari bahaya apapun di dalam lingkungan gedung.
d. Pengepakkan barang ke tempat yang dituju
Pengepakkan barang ini dilakukan untuk memastikan kondisi barang yang
dikirimkan ke konsumen dalam kondisi yang baik.Pengepakkan barang ini
juga diatur dalam manajemen warehouse.
b. Pengeluaran barang
Beberapa barang yang keluar dari perusahaan ini semua tercatat dengan rapi
pada perusahaan. Pengeluaran barang produksi ini dilakukan untuk
menciptakan suasana produksi yang tertib dan efisien.
Pelaksanaan pada beberapa kegiatan diatas diatur oleh manajemen warehouse yang
terbagi atas sub bagian tugas. Beberapa sub bagian tugas ini dijalankan dengan
melakukan pengendalian operasional, pengendalian biaya dan pengendalian personalia.
PT. Prima Cahaya Indobeverage Ungaran memiliki 3 macam gudang yaitu gudang
raw material dan gudang finished goods. Sistem Pergudangan pada gudang finished
goods yaitu ketika produk yang sudah dipack dengan kardus masuk ke gudang maka
penempatannya disesuaikan berdasarkan tanggal produksinya. Produk yang akan
dikeluarkan dari gudang, diprioritaskan dari produk yang tanggal produksinya lebih
lama. Pada kardus yang berisi produk dengan volume 180ml maka batas maksimal
kardus tersebut ditumpuk adalah sebanyak 10 tumpukan. Sedangkan pada kardus yang
berisi produk dengan volume 200ml maka batas maksimal kardus ditumpuk adalah
sebanyak 9 tumpukan. Gudang finished goods yang dimiliki PT. Prima Cahaya
Indobeverage ini memiliki keterbasan space penyimpananan dikarenakan lokasi
perusahaan ini juga memang terbatas. Oleh karena itu produk yang siap dikirim ke
gudang penyimpanan gabungan diletakkan diluar gudang finished goods.
Untuk gudang raw material, karena berisi bahan baku yang sifatnya 14ensitive
maka terdapat beberapa bahan-bahan kimia yang ditempatkan di ruangan khusus dengan
standar yang sudah ditetapkan.

14
3.2 Human Capital Management
Pengelolaan sumber daya manusia dalam suatu perusahaan sangatlah penting mengingat
sumber daya manusia meruapakan salah satu penggerak utama jalannya sauatu
perusahaan. Di PT. Prima Cahaya Indobeverage pengelolaan sumber daya manusia
dikelola dengan baik dimulai dari penjelasan struktur jabatan beserta tugas dan
tanggung jawabnya, penilaian kinerja karyawan secara berkala dan proses rekrutmen
karyawan baru.
3.2.1 Struktur Organisasi

FACTORY
MANAGER

PRODUCTION
FACTORY &
& PERS & GA
ACCOUNTING
MAINTENANCE MANAGER
MANAGER
MANAGER

RAW
PRODUKSI PRODUKSI PRODUKSI TEKNIK & FINISHED QUALITY ENTERING
R&D MATERIAL & PURCHASING PPIC PERS & GA
SHIFT 1 SHIFT 2 SHIFT 3 WORKSHOP GOODS CONTROL ADMIN RECRUITMENT TREASURY ACCOUNTING DATA
SUPERVISOR SCRAP SUPERVISOR SUPERVISOR SUPERVISOR
SUPERVISOR SUPERVISOR SUPERVISOR SUPERVISOR SUPERVISOR SUPERVISOR PROCESS
SUPERVISOR

GENERAL STAFF

Gambar 3.1 Bagan Struktur Organisasi PT. Prima Cahaya Indobeverage


Berikut ini merupakan penjelasan tugas-tugas dari masing-masing jabatan di PT. Prima
Cahaya Indobeverage :
a. Factory Manager
Tugas dari Factory Manager adalah :
 Mengkoordinasikan jalannya keseluruhan aspek yang ada dalam pabrik PT.
Prima Cahaya Indobeverages.
 Berkoordinasi dengan pusat yaitu PT. Indofood CBP selaku pemegang hak milik
perusahaan mengenai keberlangsungan pabrik.
b. Production & Maintenance Manager
Tugas dari Production & Maintenance Manager adalah :
 Mengelola jalannya proses produksi dan memastikan produksi berjalan dengan
baik dan sesuai dengan target produksi yang telah ditetapkan.
 Mengelola manajemen perawatan mesin-mesin yang digunakan dalam proses
produksi.

15
c. Supervisor Produksi Shift 1, 2 dan 3
Tugas dari Supervisor Produksi Shift 1, 2 dan 3 adalah :
 Mengawasi dan bertanggung jawab jalannya proses produksi pada masing-
masing shift.
d. Teknik & Workshop Supervisor
Tugas dari Teknik & Workshop Supervisoradalah :
 Mengawasi dan bertanggung jawab dalam perawatan, perbaikan, dan pembuatan
alat atau mesin yang digunakan dalam proses produksi.
e. Personal & General Affair Manager
Tugas dari Personal & General Affair Manager adalah mengelola hal-hal
ketenegakerjaan dan hubungan perusahaan dengan pihak internal/eksternal.
f. Personal & General Affair Supervisor
Tugas dariPersonal & General Affair Supervisor adalah mengelola hal-hal yang
berkaitan dengan ketenagakerjaan seperti tunjangan, jaminan, dan penilaian kinerja
karyawan.
g. Admin
Tugas dari Admin adalah mengelola administrasi yang berkaitan dengan
ketenagakerjaan.
h. Recruitment
Tugas dari bagian Recruitment adalah mengelola jalannya proses rekrutmen
karyawan perusahaan.
i. Factory Accounting Manager
Tugas dari Factory Accounting Manager adalah mengelola keuangan perusahaan
seperti pemasukan, pengeluaran, gaji karyawan dan lain-lain.
j. Treasury
Tugas dari Treasury adalah menerima dan menyimpan dana yang diperoleh dalam
bentuk peti kas atau rekening bank
k. Accounting
Tugas dari Accounting adalah membuat laporan-laporan keuangan perusahaan
l. Entering Data Process
Tugas dari Entering Data Process adalah bertanggung jawab dalam proses rekap
data perusahaan terutama data keuangan

16
m. R&D Supervisor
Tugas dari R&D Supervisor adalah bertanggung jawab dalam pengembangan
produk-produk baru
n. Finished Goods Supervisor
Tugas dari Finished Goods Supervisor adalah mengawasi dan mengontrol produk-
produk jadi dari segi kualitas, penyimpanan, dan pengiriman.
o. Raw Material & Scrap Supervisor
Tugas dari Raw Material & Scrap Supervisoradalah :
 Mengelola proses pengadaan bahan baku yang dibutuhkan dalam proses
produksi.
 Mengelola pengolahan bahan sisa dari proses produksi.
p. Purchasing Supervisor
Tugas dari Purchasing Supervisor adalah mengawasi dan mengelola proses
pembelian bahan dan barang yang dilakukan oleh perusahaan.
q. PPIC Supervisor
Tugas dari PPIC Supervisor adalah mengawasi dan mengelola perencanaan
produksi perusahaan.

3.2.2 Proses Recruitment


Menurut Mathis dan Jakson (2001), rekrutmen adalah proses yangmenghasilkan
sejumlah pelamar yang berkualifikasi untuk pekerjaan di suatu perusahaan atau
organisasi. Sedangkan menurut ahli lain menyebutkan bahwa rekrutmen adalah proses
mencari, menemukan, mengajak, dan menetapkan sejumlah orang, baik dari dalam
maupun dari luar perusahaan sebagai calon tenaga kerja dengan karakteristik tertentu
seperti yang telah ditetapkan dalam perencanaan SDM (Samsudin, 2006).
Proses rekrutmen karyawan di PT. Prima Cahaya Indobeverage diawali dengan
pengajuan form permintaan tenaga kerja yang dibuat oleh Manager bidang terkait.
Setelah itu departemen recruitment mengirimkan form tersebut melalui fax ke Human
Resource Manager Indofood di Jakarta. Kemudian form permintaan tenaga kerja
tersebut akan diproses hingga mendapatkan acc dari Direktur PT. Prima Cahaya
Indobeverage dan dikirim lewat fax kembali berbentuk form persetujuan ke PT. Prima
Cahaya Indobeverage plant Ungaran. Tahap-tahap tes yang dilakukan dalam proses
rekrutmen adalah :

17
a. Interview oleh Supervisor yang bersangkutan, Factory Manager dan GA &
Pers Manager
b. Psikotest
c. Tes kesehatan
Setelah calon karyawan lolos dengan 3 tahap tersebut, maka calon karyawan akan
dipanggil untuk persetujuan sebagai karyawan kontrak dengan masa percobaan terlebih
dulu selama 3 bulan. Setelah selesai masa percobaan, maka karyawan kontrak tersebut
dapat diangkat menjadi karyawan tetap.

3.2.3 Penilaian Kinerja


Menurut Mondy & Noe (2005) penilaian kinerja adalah tinjauan formal dan evaluasi
kinerja individu atau tugas tim. Pelaksanaan pekerjaan secara keseluruhan bukan hanya
dilihat atau dinilai hasil fisiknya tetapi meliputi berbagai hal, seperti kemampuan kerja,
disiplin, hubungan kerja, prakarsa, kepemimpinan dan hal-hal khusus sesuai dengan
bidang dan level pekerjaan yang dijabatinya. Sebenarnya tidak ada suatu hal yang
mewajibkan tiap-tiap organisasi untuk memiliki penilaian kinerja.Namun dengan
melihat fungsi penilaian yang begitu besar, maka hampir semua organisasi dimanapun
mempunyai sistem penilaian kinerja.
Penilaian kinerja dilakukan oleh jabatan yang satu tingkat diatasnya. Misalnya untuk
supervisor bagian teknik akan dinilai oleh Production and Maintenance Manager dan
seterusnya. Untuk metode penilaiannya menggunakan job competence matrix. Poin-
poin yang dinilai adalah hard competence yang berisi kemampuan dalam melaksanakan
pekerjaannya berdasarkan job description dan soft competence yang berupa kemampuan
kerja sama dan soft skill lainnya.

3.2.4 Pengembangan Karir


Rivai (2004) mendefinisikan pengembangan karir adalah proses peningkatan
kemampuan kerja individu yang dicapai dalam rangka mencapai karir yang diinginkan.
Bentuk-bentuk pengembangan karir tergantung pada jalur karir yang direncanakan oleh
masing-masing organisasi. Bagaimana suatu perusahaan menentukan suatu jalur karir
bagi karyawannya tergantung pada kebutuhan dan situasi perusahaan itu sendiri, namun
begitu umumnya yang sering dilakukan perusahan adalah melalui pendidikan dan
pelatihan, promosi serta mutasi.

18
Pengertian mengenai ketiga hal tersebut dapat dijelaskan dibawah ini:
a. Pendidikan dan latihan adalah suatu kegiatan perusahaan yang dimaksudkan
untuk memperbaiki dan mengembangkan sikap, tingkah laku, keterampilan,
dan pengetahuan para pegawai sesuai keinginan dari perusahaan yang
bersangkutan.
b. Promosi adalah suatu perubahan posisi atau jabatan dari tingkat yang lebih
rendah ke tingkat yang lebih tinggi, perubahan ini biasanya akan diikuti
dengan meningkatnya tanggung jawab, hak, serta status sosial seseorang.
c. Mutasi adalah merupakan bagian dari proses kegiatan yang dapat
mengembangkan posisi atau status seseorang dalam suatu organisasi. Istilah
mutasi sendiri atau yang dalam beberapa literatur disebut sebagai pemindahan
dalam pengertian sempit dapat dirumuskan sebagai suatu perubahan dari
suatu jabatan dalam suatu klas ke suatu jabatan dalam klas yang lain yang
tingkatannya tidak lebih tinggi atau lebih rendah (yang tingkatnya sama)
dalam rencana gaji. Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas konsep
mutasi dirumuskan sebagai suatu perubahan posisi/jabatan/tempat/pekerjaan
yang dilakukan baik secara horizontal maupun vertikal (promosi/demosi) di
dalam suatu organisasi.
Tahap pengembangan karir di PT. Prima Cahaya Indobeverage disesuaikan dengan
kebutuhan perusahaan. Bisa diawali dengan promosi, magang, atau penambahan job
pekerjaan. Apabila ada posisi yang sedang kosong dan perusahaaan memiliki sumber
daya manusia yang sesuai kualifikasinya, maka dapat dimungkinkan posisi tersebut
akan diisi oleh karyawan tersebut. Namun apabila karyawan-karyawan di PT. Prima
Cahaya Indobeverage tidak memiliki kualifikasi yang sesuai dengan posisi kosong
tersebut, maka perusahaanakan melakukan open recruitment.

3.2.6 Shift Kerja


Shift kerja merupakan pola waktu kerja yang diberikan padatenaga kerja untuk
mengerjakan sesuatu oleh perusahaandan biasanya dibagi atas kerja pagi, sore dan
malam. Menurut William dalam Sri Ramayuli (2004) dikenal dua macam sistem
shiftkerja yang terdiri dari :

19
a. Shift Permanen
Tenaga kerja bekerja pada shiftyang tetap setiap harinya. Tenaga kerja yang bekerja
pada shiftmalam yang tetap adalah orang-orang yang bersedia bekerja pada malam
hari dan tidur pada siang hari.

b. Shift Rotasi
Tenaga kerja bekerja tidak terus-menerus ditempatkan pada shiftyang tetap. Shift rotasi
adalah shiftrotasi yang paling menggangu terhadap irama circardian dibandingkan
dengan shift permanen bila berlangsung dalam jangka waktu panjang.
Jadwal produksi di PT. Prima Cahaya Indobeverage bersifat continues atau terus-
menerus sehingga dibutuhkan 3 shift kerja dalam 1 hari. Shift Kerja PT. Prima Cahaya
Indobeveragediberlakukan untuk karyawan bagian produksi, wwtp, dan teknik line.
Sistem shfit kerja yang berlaku di PT. Prima Cahaya Indobeverage adalah sistem rotasi
sehingga setiap pekerja bergantian bekerja pada shift pagi, siang dan malam. Berikut
adalah jam shift kerjanya :
 Shift 1 : 06.00 – 14.00
 Shift 2 : 14.00 – 22.00
 Shift 3 : 22.00 – 06.00

3.3 Pemasaran dan Distribusi


Keputusan mengenai saluran distribusi dalam pemasaran adalah merupakan salah satu
keputusan yang paling kritis yang dihadapi manajemen. Saluran yang dipilih akan
mempengaruhi seluruh keputusan pemasaran yang lainnya. Dalam rangka untuk
menyalurkan barang dan jasa dari produsen kepada konsumen maka perusahaan harus
benar-benar memilih atau menyeleksi saluran distribusi yang akan digunakan, sebab
kesalahan dalam pemilihan saluran distribusi ini dapat menghambat bahkan dapat
memacetkan usaha menyalurkan barang atau jasa tersebut. Menurut The American
Marketing Association saluran distribusi merupakan suatu struktur organisasi dalam
perusahaan dan luar perusahaan yang terdiri dari agen, dealer, pedagang besar dan
pengecer, melalui sebuah komoditi, produk atau jasa yang dipasarkan.
Untuk strategi distribusi dan pemasaran produk tidak dilakukan oleh manajemen
perusahaan PT. Prima Cahaya Indobeverage sendiri namun dilakukan oleh PT.

20
Indofood Asahi Sukses Beverage (IASB). PT. IASB merupakan perusahaan distribusi
produk minuman dari PT. Prima Cahaya Indobeverage.

3.4 Sistem Informasi Manajemen


Definisi dari sistem informasi manajemen adalah sebuah sistem manusia/mesin yang
terpadu untuk menyajikan informasi guna mendukung fungsi operasi, manajemen, dan
pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi.Sistem ini menggunakan perangkat
keras (hardware) dan perangkat lunak (software) komputer, prosedur pedoman, model
manajemen dan keputusan, dan sebuah “data base”.
Menurut O’Brien dan Marakas (2009) tujuan dari sistem informasi manajemen
adalah menyediakan informasi yang dipergunakan di dalam perhitungan harga pokok
jasa, produk, dan tujuan lain yang diinginkan manajemen. Selain itu menyediakan
informasi yang dipergunakan dalam perencanaan, pengendalian, pengevaluasian, dan
perbaikan berkelanjutan.Kemudian menyediakan informasi untuk pengambilan
keputusan. Ketiga tujuan tersebut menunjukkan bahwa manajer dan pengguna lainnya
perlu memiliki akses ke informasi akuntansi manajemen dan mengetahui bagaimana
cara menggunakannya. Informasi akuntansi manajemen dapat membantu mereka
mengidentifikasi suatu masalah, menyelesaikan masalah, dan mengevaluasi kinerja
(informasi akuntansi dibutuhkan dam dipergunakan dalam semua tahap manajemen,
termasuk perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan).
PT. Prima Cahaya Indobeveragetelah menerapkan Enterprise Resource Planning
untuk pengintegrasian proses di perusahaan. Software yang digunakan adalah SAP.
Dengan digunakannya SAP ini maka proses-proses dalam perusahaan menjadi terbantu.
Divisi-divisi yang telah menggunakan SAP adalah accounting,purchasing, teknik dan
warehouse.

21
BAB IV

TUGAS KHUSUS

4.1 Deskripsi Permasalahan


Dalam penerapan sistem manajemen K3 salah satu langkah yang harus dilakukan adalah
identifikasi resiko kecelakaan kerja yang mungkin terjadi pada suatu area kerja.
Identifikasi resiko ini bertujuan untuk mengenali potensi-potensi bahaya yang beresiko
menimbulkan kecelakaan kerja sehingga dapat ditentukan langkah-langkah pencegahan
untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja.
Di PT. Prima Cahaya Indobeverage sendiri penerapan sistem manajemen K3 baru
dilaksanakan pada kurun waktu 2 tahun terakhir. Berdasarkan hasil observasi awal
pengamat, beberapa pekerjaan di beberapa divisi pada PT. Prima Cahaya Indobeverage
memiliki resiko dan tingkatan resiko kecelakaan kerja yang bermacam-macam.
Sebagai perusahaan yang ingin mewujudkan budaya K3 tentunya PT. Prima Cahaya
Indobeverage memiliki kewajiban untuk menjamin keselamatan para pekerjanya dari
kemungkinan kecelakaan kerja yang terjadi di area kerja. Oleh karena itu langkah
identifikasi resiko menggunakan Job Safety Analysis ini merupakan suatu langkah yang
efektif untuk menekan resiko terjadinya kecelakaan kerja karena dengan menerapkan
Job Safety Analysis pihak perusahaan mampu menentukan langkah-langkah pencegahan
kecelakaan kerja seseuai dengan jenis pekerjaannya. Hal ini sesuai dengan apa yang
tertuang pada PER.05/MEN/1996 tentang Pedoman Penerapan SMK3 bahwa dalam
tahap penerapan perlu adanya suatu tindakan identifikasi sumber bahaya, penilaian
resiko dan pengendalian resiko.

22
4.2 Dasar Teori
4.2.1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Keselamatan Kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan mesin, pewsawat,
alat, kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya
serta cara-cara melakukan pekerjaan (Suma’mur, 1996).
Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan/kedokteran beserta
prakteknya yang bertujuan agar para pekerja/masyarakat pekerja memperoleh derajat
kesehatan setinggi-tingginya baik fisik maupun mental, maupun sosial, dengan usaha-
usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakit-penyakit /gangguan-gangguan kesehatan
yang diakibatkan oleh faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap
penyakit-penyakit umum (Suma’mur, 1996).
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi
pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat
kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh
perusahaan (Suma’mur, 1996). Ramli (2010) menyatakan bahwa keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses produksi baik jasa maupun
industri. Perkembangan pembangunan setelah Indonesia merdeka menimbulkan
konsekuensi meningkatkan intensitas kerja yang mengakibatkan pula meningkatnya
resiko kecelakaan di lingkungan kerja.
Jadi keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu usaha yang wajib dilakukan
oleh setiap perusahaan yang memiliki tenaga kerja untuk memberikan jaminan
keselamatan dan kesehatan kepada tenaga kerja selama bekerja di tempat kerja sehingga
menghasilkan kinerja karyawan dan perusahaan yang produktif.

4.2.2. Resiko
Resiko adalah sesuatu yang mengarah pada ketidakpastian atas terjadinya suatu
peristiwa selama selang waktu tertentu yang mana peristiwa tersebut menyebabkan
suatu kerugian baik itu kerugian kecil yang tidak begitu berarti maupun kerugian besar
yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dari suatu perusahaan (Arif Lokobal et
al., 2014). Sedangkan Vaughan dalam Darmawi (2008) mengemukakan beberapa
definisi resiko yaitu :

23
a. Risk is the chance of loss (Resiko adalah peluang terjadinya kerugian)
Resiko seperti ini biasanya dipergunakan untuk menunjukkan suatu keadaan
dimana terdapat keterbukaan terhadap kerugian atau suatu peluang kerugian.
b. Risk is the possibility of loss (Resiko adalah kemungkinan kerugian)
Resiko seperti diatas menunjukkan bahwa resiko menimbulkan kerugian jika
tidak segera diatasi.
c. Risk is uncertainty (Resiko adalah ketidakpastian)
Dalam hal ini ada pemahaman bahwa resiko berhubungan dengan ketidakpastian,
adanya resiko disebabkan karena adanya ketidakpastian.
Secara umum resiko dapat berarti suatu potensi kejadian yang dapat
merugikan sehingga menyebabkan tidak tercapainya target yang diinginkan akibat
adanya ketidakpastian. Karena resiko dapat menimbulkan kerugian maka perlu
dilakukan suatu langkah pengelolaan resiko yang disebut manajemen resiko.
Darmawi (2008) menjelaskan bahwa manajemen resiko adalah suatu usaha
untuk mengetahui, menganalisis serta mengendalikan resiko dalam setiap
kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh efektifitas dan efisiensi
yang lebih tinggi. Manajemen resiko dilaksanakan untuk mengurangi, menghindari,
mengakomodasi suatu resiko melalui sejumlah kegiatan yang berurutan yaitu :
a. Identifikasi resiko, mengetahui adanya resiko, sifat resiko yang dihadapi
dan dampaknya. Identifikasi resiko merupakan proses penganalisisan untuk
menemukan secara sistematis resiko yang mungkin timbul.
b. Pengukuran resiko, menganalisa atau mengukur resiko yang mungkin
terjadi untuk menentukan prioritas resiko mana yang harus diselesaikan
terlebih dahulu dan metode yang digunakan untuk menyelesaikan atau
menguranginya.
c. Pengendalian resiko, dengan cara menghindari resiko, mengendalikan
kerugian, memisahkan kegiatan yang beresiko dan kombinasi dari ketiga
cara diatas serta pemindahan resiko.
Dari konsep manajemen resiko diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
manajemen resiko memiliki tiga tahapan pokok yaitu identifikasi resiko,
analisa/mengukur resiko dan pengendalian resiko. Ketiga langkah pokok tersebut harus
ditunjang oleh data-data yang valid serta komunikasi yang baik dalam struktur

24
organisasi agar sistem manajemen resiko dapat berjalan baik sehingga resiko yang
dianggap merugikan dapat diminimalisir.
4.2.3. Job Safety Analysis
Job Safety Analysis adalah sebuah teknik pencegahan kecelakaan yang digunakan untuk
mengidentifikasi potensi resiko dan bahaya yang berkaitan dengan suatu pekerja serta
memberikan pengendelian resiko untuk mengurangi resiko dan bahaya tersebut
(Jaiswal et al., 2014). Berdasarkan OSHAcademy Course 706 Study Guide (2002),
untuk melakukan Job Safety Analysis terdapat empat langkah utama yang harus
dilakukan yaitu :
a. Memilih pekerjaan yang akan dianalisis
JSA dapat menganalisis semua pekerjaan yang ada di tempat kerja, namun
harus diprioritaskan berdasarkan (OSHA 3071, 2002):
 Pekerjaanyangmemiliki tingkatkecelakaanyangtinggi.
 Pekerjaan yang memiliki berpotensi bahaya, kecelakaan dan cedara,
walaupun belum ada catatan kecelakaan pada pekerjaan tersebut.
 Pekerjaan yang dapat menyebabkan kecelakaan atau luka berat akibat
kesalahan manusiayang sederhana.
 Pekerjaanbaru, pekerjaantidakrutin, ataupekerjaanyangmengalami.
 Pekerjaan yang kompleks/rumit.
b. Membagi pekerjaan menjadi beberapa langkah pokok pekerjaan
Untuk mengetahui tahapan atau langkah pekerjan diperlukan observasi ke
lapangan/tempat kerja secara langsung untuk mengamati bagaimana suatu
pekerjaan dilakukan.
c. Mengidentifikasi resiko atau bahaya yang potensial
Identifikasi bahaya/resiko dapat ditelusuri melalui beberapa pertanyaan seperti
(Rausand, 2005):
 Apakah kebakaran atau ledakan dapat terjadi jika pekerjaan
dilaksanakan?
 Apakah ada benda (rantai, sling, kait dan sebagainya) yang dapat
menghantam pekerja?
 Apakah pekerja dapat terkena aliran listrik, logam panas, acid, air
panas?
 Apakah pekerja dapat terhimpit di antara/ di dalam/ pada benda?

25
 Apakah pekerja dapat terekspos oleh bahaya kesehatan, seperti radiasi,
asap beracun, bahan kimia, gas panas, kekurangan oksigen, dan lain
sebagainya?
 Jika terjadi kesalahan mengoperasikan peralatan, apakah peralatan
tersebut akan rusak?
 Kaji ulang setiap langkah, sehingga semua hazard teridentifikasi.
d. Mengendalikan resiko dengan memberikan perbaikan untuk mengurangi
potensi resiko atau bahaya yang mungkin terjadi.
Hirarki pengendalian resiko terdiri dari 5 bagian yaitu (Suardi, 2007) :
 Eliminasi (Menghilangkan Bahaya)
Menghilangkan bahaya adalah langkah ideal yang dapat dilakukan dan
menjadi pilihan pertama dalam melakukan pengendalian resiko. Ini berarti
menghentikan peralatan atau prasarana yang dapat menimbulkan bahaya atau
dengan kata lain peralatan tersebut tidak digunakan lagi.
 Substitusi atau Mengganti
Prinsipnya adalah menggantikan sumber resiko dengan sarana/peralatan lain
yang tingkat resikonya lebih rendah atau tidak ada. Ciri khas tahap ini adalah
melibatkan pemikiran yang lebih mendalam bagaimana membuat lokasi kerja
yang lebih aman dengan melakukan pengaturan ulang lokasi kerja,
memodifikasi peralatan, melakukan kombinasi kegiatan, perubahan prosedur,
mengurangi frekuensi dalam melakukan kegiatan berbahaya.
 Isolasi
Pada tahap ini dilakukan isolasi terhadap area berbahaya dari pekerja atau dari
orang yang ingin memasuki area tersebut.
 Pengendalian secara Administrasi
Tahap ini menggunakan prosedur, Standard Operational and Procedure (SOP)
atau panduan sebagai langkah untuk mengurangi resiko. Beberapa bentuk
pengendalian secara administratif adalah sebagai berikut:
 Melakukan rotasi kerja untuk mengurangi efek resiko
 Membatasi waktu atau frekuensi untuk memasuki area.
 Melakukan supervisi pekerjaan.
 Membuat prosedur, instruksi kerja atau pelatihan pengamanan.

26
 Melakukan pemeliharaan pencegahan dan membuat prosedur
housekeeping.
 Membuat tanda bahaya.
 Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Sarana pengaman diri adalah pilihan terakhir yang dapat kita lakukan untuk
mencegah bahaya. Alat pelindung diri mencakup semua pakaian dan aksesoris
yang digunakan pekerja yang didesain untuk menjadi pembatas sumber
bahaya.

4.3 Hasil dan Pembahasan


4.3.1. Pekerjaa Yang Dianalisis
Dalam pelaksanaan identifikasi resiko di PT. Prima Cahaya Indobeverage dipilih
beberapa pekerjaan yang akan diidentifikasi resikonya diantaranya :
a. Operator Waste Water Treatment Plant (WWTP)
Operator WWTP bertugas dalam mengelola pengolahan air limbah hasil dari
produksi PT. Prima Cahaya Indoberage sebelum dibuang ke lingkungan secara
langsung.
b. Operator Filler
Operator Filler bertugas dalam pengisian produk minuman ke dalam cup-cup
kemasan produk.
c. Palletizer
Palletizer bertugas dalam penataan box-box kemasan produk yang keluar dari
line produksi ke pallet.
d. Operator Forkfilt
Operator forklift bertugas untuk mengangkut bahan dan produk menggunakan
forklift.
e. Pekerja Workshop
Pekerja workshop bertugas dalam hal perbengkelan seperti membuat alat atau
bahan yang dibutuhkan untuk proses produksi seperti pembuatan pipa,
penyambungan pipa, pembuatan alat angkut produk dan lain-lain.
f. Pekerja Teknik Line
Pekerja teknik line bertugas dalam perwatan dan perbaikan mesin-mesin
produksi yang digunakan pada proses produksi.

27
g. Operator Boiler
Operatator Boiler bertugas dalam mengontrol dan mengawasi keadaan air pada
boiler sehingga boiler bekerja dalam keadaan optimal.
h. Pekerja Bongkar Muat
Pekerja Bongkar muat bertugas dalam pengangkutan bahan baku dan bahan
kemasan produk dari truk pengangkut ke dalam gudang penyimpanan.
Pekerjaan-pekerjaan tersebut dipilih berdasarkan dasar pemilihan pekerjaan dalam
Job Safety Analysis yang dikemukan oleh OSHA 3071 (2002) yaitu :
a. Pekerjaanyangmemiliki tingkatkecelakaanyangtinggi.
b. Pekerjaan yangmemilikiberpotensi bahaya, kecelakaan dan cedara, walaupun
belum ada catatan kecelakaan pada pekerjaan tersebut.
c. Pekerjaanyangdapat menyebabkankecelakaan atauluka berat,akibatkesalahan
manusiayang sederhana.
d. Pekerjaanbaru, pekerjaantidakrutin, ataupekerjaanyangmengalami.
e. Pekerjaan yang kompleks/rumit.

4.3.2. Hasil Job Safety Analysis


Dalam pelaksanakan Job Safety Analysis pengambilan data dilakakukan secara langsung
dengan observasi pada pekerja yang bersangkutan dan hasil pengamatan dicatat pada
form Job Safety Analysis yang telah dibuat oleh PT. Prima Cahaya Indobeverage.

28
Tabel 4.1 Lemba Kerja Job Safety Analysis
LEMBAR KERJA
JOB SAFETY ANALYSIS

Lokasi No. JSA


Pekerjaan Yang Ketua Tim
Dilakukan JSA
Anggota Tim
Tanggal
JSA
IDENTIFIKASI FAKTOR
TINDAKAN
LANGKAH BAHAYA RESIKO
NO PENGENDA
KERJA JENIS DAMPAK
K D FR LIAN
BAHAYA BAHAYA

Keterangan :
FR < 6 : Resiko dapat diterima, pekerjaan dapat dilaksanakan
FR ≥ 6: Resiko tidak dapat diterima, harus dilakukan tindakan pengendalian

Tabel 4.2 Kriteria Penilaian Kemungkinan (K)


NILAI K TINGKAT FREKUENSI
5 Pasti Sangat sering terjadi (harian)
4 Sangat mungkin Lebih dari satu kejadian dalam satu bulan
3 Mungkin Lebih dari satu kejadian dalam satu tahun
2 Kecil kemungkinannya Satu kejadian dalam satu tahun
Sangat kecil
1 Satu kejadian dalam 3 tahun
kemungkinannya

Tabel 4.3 Kriteria Penilaian Dampak (D)


DAMPAK PENGARUH (salah satu, keduanya, atau ketiganya)
NILAI PADA PADA
TINGKAT PADA MANUSIA
D PERUSAHAAN LINGKUNGAN
Meninggal dunia atau Mempengaruhi
hilangnya Penutupan masyarakat dan
5 Katastropik
kemampuan secara Perusahaan lingkungan secara
total luas.
4 Hampir Hilangnya Terganggunya salah Pencemaran pada

29
DAMPAK PENGARUH (salah satu, keduanya, atau ketiganya)
fatal kemampuan sebagian satu Kompartemen satu pabrik meluas
ke pabrik lain.
Mengakibatkan
Terganggunya salah Pencemaran pada
3 Serius waktu kerja hilang
satu Departemen satu unit pabrik
lebih dari 2 hari
Mengakibatkan
waktu kerja hilang Interupsi operasi Pencemaran terjadi
2 Minor
kurang atau sama pabrik sementara hanya di lokasi
dengan 2 hari
Tidak Tidak memerlukan Tidak mengganggu Tidak menyebabkan
1
berarti perawatan medis aktifitas perusahaan pencemaran.

Berikut ini merupakan hasil dari Job Safety Analysis dari beberapa pekerjaan yang
diamati di PT. Prima Cahaya Indobeverage :
a. Operator Waste Water Treatment Plant (WWTP)
Tabel 4.4 Hasil JSA Operator Waste Water Treatment Plant (WWTP)
Langkah Jenis Dampak K D FR
Kerja Bahaya
Control
mesin,
- - - - -
pompa, dan
proses
Bahaya
Kematian 3 5 15
Tenggelam
Pengambilan
cedara,
sample
Jatuh Dari patah
limbah 3 5 15
Ketinggian tulang,
kematian

Berdasarkan hasil analisa menggunakan Job Saftey Analysis nilai Faktor


Resiko (FR) yang terdapat pekerjaan operator WWTP semuanya bernilai 15
dimana nilai tersebut lebih dari 6. Maka resiko yang terdapat pada pekerjaan
operator WWTP termasuk resiko yang tidak dapat diterima sehingga diperlukan
pengendalian resiko untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya kecelakaan.

30
b. Operator Filler
Tabel 4.5 Hasil JSA Operator Filler
Langkah
Jenis Bahaya Dampak K D FR
Kerja
Kerusakan
Menghidupkan
Bising mesin indera 5 4 20
mesin
pendengaran
Luka bakar,
Pemansan & Terkena panas melepuh
perbaikan Tersengat aliran Luka bakar, 3 3 9
heater listrik melepuh,
kematian
Terjatuh/terpeleset
Memar,
Cek valve dari lantai yg beda 3 2 6
keseleo
ketinggian
Terjatuh/terpeleset
Cek tekanan Memar,
dari lantai yg beda 3 2 6
udara keseleo
ketinggian
Memar, luka,
Membenarkan
Tangan terjepit kontaminasi
posisi cup yg 4 3 12
mesin produk
tertumpuk
dengan luka
Terjatuh/terpeleset
Membersihkan Memar,
dari lantai yg beda 3 2 6
scrap top load keseleo
ketinggian

Berdasarkan hasil analisa menggunakan Job Saftey Analysis diperoleh beberapa


resiko/bahaya yang terdapat pekerjaan operator Filler memiliki nilai Faktor Resiko
(FR) yang bervariasi yaitu 20, 9, 6, 6, 12 dan 6 dimana nilai-nilai Faktor Resiko
tersebut lebih dari atau sama dengan 6. Maka resiko yang terdapat pada pekerjaan
operator Filler termasuk resiko yang tidak dapat diterima sehingga diperlukan
pengendalian resiko untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya kecelakaan.

c. Palletizer
Tabel 4.6 Hasil JSA Palletizer
Langkah
Jenis Bahaya Dampak K D FR
Kerja
Memindahkan Proses
box produk dari pemindahan yang CTD/MSD 5 2 10
conveyor tidak ergonomis
Menata box Postur kerja yang
CTD/MSD 5 2 10
pada pallet tidak baik
Memindahkan Melewati jalur Cedera, luka, 4 3 12

31
Langkah
Jenis Bahaya Dampak K D FR
Kerja
box yang forklift (bahaya memar, patah
kurang baik ke tertabrak forklift) tulang
ruang packer

Berdasarkan hasil analisa menggunakan Job Saftey Analysis diperoleh beberapa


resiko/bahaya yang terdapat pekerjaan Palletizer memiliki nilai Faktor Resiko (FR)
yaitu 10, 10 dan 12 dimana nilai-nilai Faktor Resiko tersebut lebih dari 6. Maka
resiko yang terdapat pada pekerjaan Palletizer termasuk resiko yang tidak dapat
diterima sehingga diperlukan pengendalian resiko untuk meminimalisir
kemungkinan terjadinya kecelakaan.

d. Operator Forkfilt
Tabel 4.7 Hasil JSA Operator Forklift
Langkah
Jenis Bahaya Dampak K D FR
Kerja
Pengemudian Menabrak pekerja Memar, lecet, 3 4 12
forklift lain patah, tulang
Menabrak area Kerusakan
kerja sekitar forklift, area
dan bahan
sekitar
Kelebihan muatan Forklift 2 4 8
terjungkal,
cedera
Proses operator
pengangkatan Ketinggian Beban
dan peletakan pengangkatan menimpa 3 4 12
melebihi batas forklift,
cedera
operator

Berdasarkan hasil analisa menggunakan Job Saftey Analysis diperoleh beberapa


resiko/bahaya yang terdapat pekerjaan operator forklift memiliki nilai Faktor

32
Resiko (FR) yaitu 12, 8 dan 12 dimana nilai-nilai Faktor Resiko tersebut lebih dari
6. Maka resiko yang terdapat pada pekerjaan operator forklift termasuk resiko yang
tidak dapat diterima sehingga diperlukan pengendalian resiko untuk meminimalisir
kemungkinan terjadinya kecelakaan.

e. Pekerja Workshop
Tabel 4.8 Hasil JSA Pekerja Workshop
Langkah Jenis
Dampak K D FR
Kerja Bahaya
Postur kerja
yang tidak CTD/MSD 5 1 5
baik
Mata Kerusakan
terkena indera 4 4 16
percikan api penglihatan
Tangan
Luka bakar,
terkena api 5 4 20
Welding melepuh
pengelasan
Terhirup Gangguan
asap hasil pernafasan, 5 4 20
pengelasan keracunan
Luka bakar,
Meledaknya
kematian,
tabung 3 5 15
kerugian
oksigen
asset
Tangan Luka,
terkena tergores, jari 5 4 20
gerinda terpotong
Postur kerja
yang tidak CTD/MSD 5 1 5
baik
Grinding
Mata Kerusakan
terkena indera 4 4 16
percikan api penglihatan
Bising Kerusakan
alat/mesin indera 5 4 20
gerinda pendengaran

Berdasarkan hasil analisa menggunakan Job Saftey Analysis diperoleh beberapa


resiko/bahaya yang terdapat pada pekerja workshop memiliki nilai Faktor Resiko
(FR) yang bervariasi yaitu 5, 16, 20, 20, 15, 20, 5, 16, dan 20. Dari beberapa resiko
tersebut terdapat resiko yang dapat diabaikan yaitu postur kerja pekerja yang tidak
baik pada saat melakukan pekerjaan welding dan grinding karena mempunyai nilai

33
Faktor Resiko kurang dari 6. Namun resiko-resiko lain yang terdapat pada pekerja
workshop mempunyai nilai lebih dari 6. Maka resiko yang terdapat pada pekerja
workshop termasuk resiko yang tidak dapat diterima sehingga diperlukan
pengendalian resiko untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya kecelakaan.

f. Pekerja Teknik Line


Tabel 4.9 Hasil JSA Pekerja Teknik Line
Langkah Jenis
Dampak K D FR
Kerja Bahaya
Manintenance
mesin/alat
Tersengan Luka bakar,
yang 4 5 20
aliran listrik kematian
berhubungan
dengan listrik

Berdasarkan hasil analisa menggunakan Job Saftey Analysis diperoleh


resiko/bahaya yang terdapat pada pekerja teknik line memiliki nilai Faktor Resiko
(FR) yaitu 20. Maka resiko yang terdapat pada pekerjaan teknik line termasuk
resiko yang tidak dapat diterima sehingga diperlukan pengendalian resiko untuk
meminimalisir kemungkinan terjadinya kecelakaan.

g. Operator Boiler
Tabel 4.10 Hasil JSA Operator Boiler
Langkah Jenis
Dampak K D FR
Kerja Bahaya
Pengecekan Terkena
tekanan pressure Luka bakar 3 2 6
udara steam
Boiler
Pengecekan Lalai dalam meledak,
2 5 10
air pengecekan kerugian
asset
Pengecekan Terkena Luka bakar,
3 2 6
jalur steam panas steam melepuh
Luka
Pembukaan
Jatuh dari memar,
jalur air 3 4 12
ketinggian keseleo,
manual
patah tulang

34
Berdasarkan hasil analisa menggunakan Job Saftey Analysis diperoleh beberapa
resiko/bahaya yang terdapat pada pekerjaan operator Boiler memiliki nilai Faktor
Resiko (FR) yang bervariasi yaitu 6, 10, 6 dan 12. Maka resiko yang terdapat pada
pekerjaan operator Boiler termasuk resiko yang tidak dapat diterima sehingga
diperlukan pengendalian resiko untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya
kecelakaan.

h. Pekerja Bongkar Muat


Tabel 4.11 Hasil JSA Pekerja Bongkar Muat
Langkah Jenis
Dampak K D FR
Kerja Bahaya
Memar,
Tertimpa box cedera
Memindahkan
Terjatuh dari Memar, 3 3 9
box dari truk
atas truk cedera,
patah tulang
Proses
Menyusun
pengangkatan
box pada CTD/MSD 5 2 10
yang tidak
pallet
baik

Berdasarkan hasil analisa menggunakan Job Saftey Analysis diperoleh beberapa


resiko/bahaya yang terdapat pada pekerja bongkar muat memiliki nilai Faktor
Resiko (FR) yang 9 dan 10.. Maka resiko yang terdapat pada pekerjaan bongkar
muat termasuk resiko yang tidak dapat diterima sehingga diperlukan pengendalian
resiko untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya kecelakaan.

4.3.3. Usulan Pengendalian Resiko


Berikut ini merupakan hasil dari Job Safety Analysis dari beberapa pekerjaan yang
diamati di PT. Prima Cahaya Indobeverage :
a. Operator Waste Water Treatment Plant (WWTP)
Tabel 4.12Usulan Pengendalian Resiko Pada Operator WWTP
Langkah Jenis Dampak Usulan
Kerja Bahaya Pengendalian
Resiko
Control
mesin, - - -
pompa, dan

35
Langkah Jenis Dampak Usulan
Kerja Bahaya Pengendalian
Resiko
proses
Bahaya a. Pengunaan
Kematian
Tenggelam APD berupa
pelampung.
b. Penggunaan
Pengambilan APD berupa
cedara,
sample safety
Jatuh Dari patah
limbah harness.
Ketinggian tulang,
c. Pemberlakuan
kematian
Ijin kerja dan
pendampinga
n kerja

b. Operator Filler
Tabel 4.13 Usulan Pengendalian Resiko Pada Operator Filler
Usulan
Langkah
Jenis Bahaya Dampak Pengendalian
Kerja
Resiko
Kerusakan Pengunaan APD
Menghidupkan
Bising mesin indera berupa
mesin
pendengaran earplug/earmuff
Luka bakar, Penggunaan APD
Pemanasan & Terkena panas melepuh berupa sarung tangan
perbaikan Tersengat aliran Luka bakar, tahan panas
heater listrik melepuh,
kematian
Terjatuh/terpeleset Pembuatan batas pada
Memar,
Cek valve dari lantai yg beda setiap lantai yang
keseleo
ketinggian berbeda ketinggian
Terjatuh/terpeleset berupa garis untuk
Cek tekanan Memar,
dari lantai yg beda lebih memicu
udara keseleo
ketinggian kewaspadan/perhatian
Memar, luka, SOP bekerja yang
Membenarkan
Tangan terjepit kontaminasi aman
posisi cup yg
mesin produk
tertumpuk
dengan luka
Pembuatan
Terjatuh/terpeleset
Membersihkan Memar, pembatas/pagar pada
dari lantai yg beda
scrap top load keseleo lantai terakhir dekat
ketinggian
scrap top load

36
c. Palletizer
Tabel 4.14 Usulan Pengendalian Resiko Pada Palletizer
Usulan
Langkah
Jenis Bahaya Dampak Pengendalian
Kerja
Resiko
Memindahkan Proses Penyuluhan
box produk dari pemindahan yang CTD/MSD tentang MMH
conveyor tidak ergonomis yang baik dan
Menata box Postur kerja yang benar
CTD/MSD
pada pallet tidak baik
Memindahkan Pemberlakuan
Melewati jalur Cedera, luka,
box yang Walkways
forklift (bahaya memar, patah
kurang baik ke yang telah
tertabrak forklift) tulang
ruang packer ditetapkan

d. Operator Forkfilt
Tabel 4.15 Usulan Pengendalian Resiko Pada Operator Forklift
Langkah Usulan Pengendalian
Jenis Bahaya Dampak
Kerja Resiko
Memar,
Menabrak lecet, Penentuan area khusus
pekerja lain patah, lalu lintas forklift dan
tulang pengangkatan
Pengemudian
Kerusakan
forklift
Menabrak forklift, Memastikan
area kerja area dan kewaspadan kerja
sekitar bahan operator forklift
sekitar
Forklift • Penentuan beban
Proses Kelebihan terjungkal, maksimal forklift.
pengangkatan muatan cedera • Penyuluhan dan
dan peletakan operator pelatihan berkala
untuk
mempertahankan
Beban pengetahuan dan
Ketinggian
menimpa kemampuan
pengangkatan
forklift, operator.
melebihi
cedera • Penggunaan APD
batas
operator

37
e. Pekerja Workshop
Tabel 4.16 Usulan Pengendalian Resiko Pada Pekerja Workshop
Usulan
Langkah Jenis
Dampak Pengendalian
Kerja Bahaya
Resiko
Postur kerja Redesign
yang tidak CTD/MSD workstation
baik
Pengunaan
Mata Kerusakan APD berupa
terkena indera pelindung
percikan api penglihatan wajah, googles,
kaca mata
Penggunaan
Tangan APD berupa
Welding Luka bakar,
terkena api sarung tangan
melepuh
pengelasan tahan panas dan
anti gores
Terhirup Gangguan Penggunaan
asap hasil pernafasan, APD berupa
pengelasan keracunan masker
Luka bakar, SOP bekerja
Meledaknya
kematian, yang aman
tabung
kerugian
oksigen
asset
Penggunaan
Tangan Luka, APD berupa
terkena tergores, jari sarung tangan
gerinda terpotong tahan panas dan
anti gores
Postur kerja Redesign
yang tidak CTD/MSD Workstation
baik
Grinding
Pengunaan
Mata Kerusakan APD berupa
terkena indera pelindung
percikan api penglihatan wajah, googles,
kaca mata
Bising Kerusakan Pengunaan
alat/mesin indera APD berupa
gerinda pendengaran earplug/earmuff

38
f. Pekerja Teknik Line
Tabel 4.17 Usulan Pengendalian Resiko Pada Pekerja Teknik Line
Usulan
Langkah Jenis
Dampak Pengendalian
Kerja Bahaya
Resiko
• Penggunaan
APD yang
sesuai.
Manintenance
• Penerapan
mesin/alat Tersengan Luka
LOTO (Log
yang aliran bakar,
Out Tag
berhubungan listrik kematian
Out)
dengan listrik
• SOP bekerja
yang aman

g. Operator Boiler
Tabel 4.18 Usulan Pengendalian Resiko Pada Operator Boiler
Usulan
Langkah Jenis
Dampak Pengendalian
Kerja Bahaya
Resiko
Pengecekan Terkena Penggunaan
tekanan pressure Luka bakar APD
udara steam
Boiler Penentuan
Pengecekan Lalai dalam meledak, waktu baku
air pengecekan kerugian pengecekan
asset air
Luka Penggunaan
Pengecekan Terkena
bakar, APD
jalur steam panas steam
melepuh
Luka Pemberian
Pembukaan memar, pembatas
Jatuh dari
jalur air keseleo, pada tangga
ketinggian
manual patah dekat tuas air
tulang manual

39
h. Pekerja Bongkar Muat
Tabel 4.19 Usulan Pengendalian Resiko Pada Pekerja Bongkar Muat
Usulan
Langkah Jenis
Dampak Pengendalian
Kerja Bahaya
Resiko
Memar, Penggunaan
cedera alat bantu
Tertimpa box
Memindahkan Memar, pengangkatan,
Terjatuh dari
box dari truk cedera, contoh :
atas truk
patah bidang miring
tulang
Proses Penyuluhan
Menyusun
pengangkatan tentang MMH
box pada CTD/MSD
yang tidak yang baik dan
pallet
baik benar.

4.3.4. Behavior Based Safety


Berdasarkan hasil Job Safety Analysis di atas dapat dilihat bahwa di PT. Prima
Cahaya Indobeverage sebenarnya ada beberapa usulan yang telah diterapkan oleh
perusahaan. Namun yang menjadi kekurangannnya adalah seringkali kebijakan
mengenai K3 yang telah ditetapkan oleh PT. Prima Cahaya Indobeverage tidak
dijalankan sepenuhnya oleh tenaga kerja sehingga resiko terjadinya kecelakaan
kerja menurut pengamatan awal dapat dikatakan masih tinggi. Contohnya adalah di
lokasi workshop, dimana di area kerja workshop telah disediakan alat pelindung
diri (APD) dan himbauan penggunaan APD yang baik dan benar. Namun dalam
kenyataannya masih ada beberapa orang pekerja yang tidak memakai APD
sehingga resiko kecelakaan kerja masih mungkin terjadi. Hal ini menunjukkan
bahwa penerapan K3 tidak hanya sebatas pada penyediaan alat pelindung diri dan
peraturan saja, namun juga berfokus pada perilaku pekerja saat melakukan
pekerjaannya.
Oleh karena itu perlu dilakukan suatu langkah pendekatan perilaku untuk
memaksimalkan penerapan K3 di PT. Prima Cahaya Indobeverage. Salah satu
langkah yang dapat dilakukan melalui pendekatan perilaku adalah Behavior Based
Safety (BBS). Behavior Based Safety (BBS) adalah sebuahproses yang
menciptakan kemitraan keamananantara manajemen dan tenaga kerja denganfokus

40
yang berkelanjutan terhadap perhatian dantindakan setiap orang, dan orang lain,
serta perilakuselamat (Cooper, 2009).
Secara umum langkah pelakaksanaan program Behavior Based Safety dapat
dihambarkan melalui bagan berikut ini.

Gambar 4.1 Proses Behavior Based Safety


Langkah pertama yang dilakukan adalah mengidentifikasi perilaku yang
berbahaya dari para pekerja. Selanjutnya hasil identifikasi dibahas secara bersama
dengan manajmen dan bagaimana seharusnya semua pekerja bekerja dengan
aman.Langkah selanjutnya adalah melakukan observasi pada pekerja yang sedang

41
melakukan pekerjaannya. Hasil temuan observasi selanjutnya direkap pada suatu
dokumen. Berikan tanggapan psotif jika perilaku aman dilakukan oleh pekerja,
berikan koreksi jika perilaku bahaya dilakukan.
Langkah berikutnya data yang didapatkan dari bermacam-macamjenis
pekerjaan direkap. Kemudian rangkum dan analisa data yang telah didapatkan
dianalisa. Langkah berikutnya komunikasikan hasil analisa kepada para pekerja.
Jika memungkinkan berikan penghargaan kepada pekerja yang meiliki perilaku
kerja yang paling baik dan aman.
Cooper (2009) mengidentifikasikan adanya tujuh kriteria yang sangat penting
bagi pelaksanaan program BBS.
a. Kriteria pertama adalah melibatkan partisipasi karyawan yang bersangkutan,
BBS menerapkan sistem bottom-up, sehingga individu yang berpengalaman
dibidangnya terlibat langsung dalam mengidentifikasikan perilaku kerja tidak
aman.
b. Kedua adalah memusatkan perhatian pada unsafe behavior yang spesifik untuk
mengidentifikasikan faktor di lingkungan kerja yang memicu terjadinya
perilaku tidak selamat para praktisi menggunakan teknik behavioral analisis
terapan dan memberi hadiah (reward) tertentu pada individu yang
mengidentifikasi perilaku tidak selamat.
c. Ketiga yaitu pengamat memonitor perilaku aman pada kelompok mereka
dalam waktu tertentu.
d. Keempat yaitu proses pembuatan keputusan berdasarkan data, hasil observasi
atas perilaku kerja dirangkum dalam data persentase jumlah safe behavior.
e. Kelima adalah mengintervensi secara sistematis dan observasional.
f. Keenam yaitu menitikberatkan pada umpan balik terhadap perilaku kerja.
Ketujuh yaitu mendapatkan dukungan dari manager dan manajemen
perusahaan untuk menjalankan BBS.

42
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan Kerja Praktek di PT. Prima Cahaya Indobeverage maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
a. PT. Prima Cahaya Indobeverage Ungaran merupakan perusahaan member dari PT.
Indofood Group yang memproduksi minuman cup yaitu Tekita dan Fruitamin dan
dipasarkan di area Jawa Tengah serta Indonesia bagian timur seperti Kalimantan,
Sulawesi, Bali, Lombok dan Papua
b. Sistem industri di PT. Prima Cahaya Indobeverage memiliki sistem produksi yang
continuous, perencanaan produksinya berdasarkan Confirm Monthly Order,
manajemen kualitasnya dilakukan oleh departemen QC sesuai dengan standar yang
ditetapkan, manajemen perawatan dilakukan oleh divisi teknik sesuai dengan
prosedur, gudang yang dimiliki sebanyak dua macam gudang yaitu gudang raw
material dan finished goods, shift kerja di perusahaan ini berjumlah tiga shift yaitu
shift pagi hingga sore serta PT. Prima Cahaya Indobeverage memiliki tahap-tahap
dalam penerimaan karyawan, penilaian kinerja dan pengembangan karir.
c. Berdasarkan hasil analisa menggunakan metode Job Safety Analysis dapat
disimpulkan bahwa terdapat beberapa resiko yang cukup memungkinkan terjadinya
kecelakaan kerja pada setiap divisi pekerjaan yang ada di PT. Prima Cahaya
Indobeverage. Namun beberapa kebijakan K3 dan penyediaan alat APD yang
disediakan oleh perusahaan masih sering tidak dijalankan dengan baik sehingga
kemungkinan terjadinya kecelakaan masih tinggi.

43
5.2 Saran
Selama melaksanakan kerja praktek di PT. Prima Cahaya Indobeverageterdapat kesan
positif mengenai kemampuan dan dedikasi karyawan pada setiap situasi kerja. Adapun
beberapa saran dari penulis yang sekiranya dapat membantu perusahaan untuk menjadi
lebih baik adalah :
a. Perusahaan disarankan untuk meningkatkan kesadaran terhadap karyawan akan
penting dan wajibnya menggunakan APD untuk menghindari terjadinya kecelakaan
kerja.
b. Perusahaan disarankan untuk melakukan perbaikan tata letak fasilitas kerja sesuai
dengan kaidah 5S untuk meminimalisasi resiko-resiko kecelakaan kerja
c. Perusahaan diharapkan melakukan training kepada karyawan tentang pengertian dan
pentingnya program K3 yang efektif supaya ketaatan terhadap program-program K3
menjadi sebuah kebiasaan di lingkungan kerja.
d. Perusahaan diharapkan dapat menerapkan program Behaviour Based Safety untuk
lebih membudayakan K3 kepada para pekerja sehingga peraturan-peraturan dan
kebijakan-kebijakan mengenai K3 akan berjalan lebih efektif.

44
DAFTAR PUSTAKA

Arif Lokobal, Marthin D. J. Sumajouw dan Bonny F. Sompie. 2014. Manajemen


Resiko Pada Perusahaan Jasa Pelaksana Konstruksi di Provinsi Papua. Jurnal
Ilmiah Media Engineering Vol.4 No.2, September 2014 (109-118) ISSN: 2087-9334
Cooper, D. 2009. Behavioral Safety a Framework for Success. Indiana: BSMS Inc
Darmawi, H. 2008. Manajemen Resiko. Jakarta : Bumi Aksara
Geigle, Steven. 2002. OSHAcademy Course 706 Study Guide Conducting a Job Hazard
Analysis. Oregon : Geigle Communications
Jaiswal, Vinit.; Banodha, Vineet dan Patel, Praveen. 2014. Risk Assessment in
Maintenance Work at Diesel Locomotive Workshop. International Journal on
Emerging Technologies 5(1): 59-63(2014) ISSN No. (Online) : 2249-3255
Occupational Safety and Health Adiminstration. 2002. Job Hazard Analysis OSHA
3071. US : Departement of Labor
Mathis, Robert I dan Jackson, John H. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia.
Jakarta: Salemba Empat
Mondy, R. Wayne dan Noe, Robert. 2005. Human Resource ManagementNinth
Edition.USA: Prentice Hall
PER.05/MEN/1996 tentang Pedoman Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Ramayuli, S. 2004. Hubungan Faktor Individu dan Shift Kerja Dengan
Produktivitas Tenaga Kerja Wanita Pada Bagian Pengepakan di PT.
INDOFOOD Sukses Makmur Tbk. Cabang Medan Tahun 2004. Skripsi,
FKM-USU. Medan
Ramli, S. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, OHSAS
18001.Jakarta : Dian Rakyat
Rausand, Marvin. 2005. Job Safety Analysis. Norwegia : Department of Production and
Quality Engineering Norwegian University of Science and Technology
Rivai, V. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan dari Teori ke
Praktek. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Samsudin, S. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung : CV. Pustaka Setia
Suma’mur. 1996. Keselamatan Kerja dan pencegahan Kecelakaan. Jakarta : CV. Haji
Masagung

45
Suardi, Rudi. 2007. Manajemen Resiko – Panduan Penerapan Berdasarkan OHSAS
18001 dan Permenaker 05/1996. Jakarta : PPM
Wignjosoebroto, S. 2009. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. Surabaya : Guna
Widya

46

Anda mungkin juga menyukai