Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memproleh gelar sarjana Strata 1 Jurusan
Teknik Industri – Fakultas Teknologi Industri
Universitas Islam Indonesia
Disusun Oleh :
Khaerul Wildani
NIM 12 522 285
Yogyakarta, 2016
Menyetujui,
Pembimbing Kerja Praktek
Mengetahui,
Ketua Prodi Teknik Industri
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Islam Indonesia
ii
SURAT KETERANGAN SELESAI KERJA PRAKTEK
iii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat
kemurahan-Nya pelaksanaan Kerja Praktek sekaligus penyusunan Laporan Kerja
Praktek ini dapat diselesaikan sesuai dengan yang diharapkan.Tidak lupa sholawat dan
salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa Islam
kepada seluruh umat manusia.
Dalam pelaksanaan Kerja Praktek di PT. Prima Cahaya Indobeverage, penulis
banyak mendapatkan pengetahuan, bimbingan, arahan, koreksi, dan saran dari berbagai
pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Imam Djati Widodo selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri Universitas
Islam Indonesia.
2. Bapak Yuli Agusti Rochman,ST.,M.Eng selaku Ketua Program Studi Teknik
Industri Universitas Islam Indonesia dan dosen pembimbing kerja praktek.
3. Bapak Widayat Budiasto yang telah memberikan arahan dalam proses pengajuan
kerja praktek di PT. Prima Cahaya Indobeverage.
4. Bapak Purnomo selaku General Affair Manager PT. Prima Cahaya Indobeverage
yang telah memberikan kesempatan saya untuk melaksanakan kerja praktek di PT.
Prima Cahaya Indobeverage.
5. Bapak Jarot Ibnu W. selaku pembimbing lapangan selama kerja praktek di PT.
Prima Cahaya Indobeverage serta seluruh staff dan karyawan PT. Prima Cahaya
Indobeverage.
6. Mahandena Tifanda Luhzan selaku partner kerja praktek di PT. Prima Cahaya
Indobeverage.
7. Orang tua yang terus memberikan dukungan baik materi maupun non materi serta
teman – teman dan semua pihak yang ikut memberi dukungan selama kerja praktek.
Saya menyadari bahwa laporan kerja praktek ini masih kurang sempurna sehingga kami
mengharapkan kritik dan saran dari semua pembaca demi lengkapnya laporan ini.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
industri, instansi pemerintah, BUMN, lembaga penelitian, laboratorium, dan institusi
pendidikan yang sesuai dengan program studi Teknik Industri.
PT. Prima Cahaya Indobeveragea dalah perusahaan industri minuman yang cukup
besar. Dengan diberikannya kesempatan untuk memperoleh pengalaman kerja praktek
dan didukung oleh sarana prasarana memadai serta karyawan-karyawan yang dengan
ikhlas memberikan pengarahan dan penjelasan terkait sistem di perusahaan, diharapkan
laporan kerja praktek ini dapat bermanfaat untuk pengembangan sistem di PT. Prima
Cahaya Indobeverage serta bagi penelitian-penelitian selanjutnya.
2
b. Bagi Perguruan Tinggi
1. Dapat mempererat hubungan kerjasama antara unversitas dengan
perusahaan.
2. Universitas akan dapat meningkatkan standar kualitas kelulusan para
mahasiswa melalui pengalaman kerja praktek.
c. Bagi Perusahaan
1. Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk mengenal lebih dalam
tentang perusahaan/instansi tersebut.
2. Memanfaatkan mahasiswa untuk membantu memecahkan masalah-
masalah yang bersangkutan.
3. Mengenal profil Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri
Universitas Islam Indonesia sebagai bahan referensi bagi
perusahaan/instansi.
4. Dengan program ini akan berguna bagi perusahaan untuk dapat
mengetahui kemampuan/kualitas mahasiswa, sehingga bisa dijadikan
sebagai tolak ukur dalam menerima pekerja/karyawan baru bagi lulusan
dari universitas (fresh graduate).
3
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
4
2.2 Visi Misi
PT. Prima Cahaya Indobeverage merupakan member dari PT. Indofood Group. Oleh
karena itu memiliki visi, misi sertanilai (values) yang sama dengan PT. Indofood Group.
Visi dari PT. Indofood Group sendiri adalah Menjadi Perusahaan Total Food Solutions.
Untuk mewujdukan visi tersebut maka dirumuskan misi-misi yang harus dilakukan
untuk mencapainya. Misi dari PT. Indofood Group antara lain :
a. Memberikan solusi atas kebutuhan pangan secara berkelanjutan
b. Senantiasa meningkatkan kompetensi karyawan, proses produksi dan teknologi
kami
c. Memberikan kontribusi bagi kesejahteraan masyarakat dan lingkungan secara
berkelanjutan
d. Meningkatkan stakeholders’ values secara berkesinambungan
Selain memiliki visi dan misi, PT. Indofood Group sebagai induk dari PT. Prima
Cahaya Indobeverage mempunyai nilai-nilai yang dijunjung tinggi dalam menjalankan
roda bisnisnya. Nilai-nilai tersebut tertulis pada kalimat berikut ini :
“Dengan disiplin sebagai falsafah hidup, kami menjalankan usaha kami dengan
menjunjung tinggi integritas, kami menghargai seluruh pemangku kepentingan dan
secara bersama-sama membangun kesatuan untuk mencapai keunggulan dan inovasi
yang berkelanjutan.”
2.3 Lokasi
PT. Prima Cahaya Indobeverages terletak di kawasan Jalan Jendral Sudirman Km 23
Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Indonesia. Lokasi ini sangat
menguntungkan karena terletak di daerah pegunungan yang sumber airnya melimpah
dan dapat menunjang kebutuhan utama produksi yaitu air.
5
BAB III
6
b. Proses penyaringan
Pada proses ini air the akan disaring menggunakan strainer. Selanjutnya setelah
disaring pada strainer, air the akan ditampung pada tanki dengan standar waktu
penampungan yang telah ditetapkan. Selanjutnya dilakukan penyaringan lagi
melalui pompa dan kemudian akan ditampung lagi ke tanki dengan standar
waktu yang sudah ditetapkan juga.
c. Proses pencampuran bahan
Pada tahap ini the akan dicampur dengan gula serta bahan-bahan lainnya di
ruangan syrup. Pencampuran bahan-bahan ini menggunakan pipa yang dialiri di
tanki di ruangan syrup yang berisi air the dari hasil penyaringan sebelumnya.
d. Proses sterilisasi
Pada proses sterilisasi ini menggunakan mesin PHE yang akan memanaskan
produk dengan standar tertentu selama 30 menit untuk mematikan kuman-
kuman atau bakteri yang ada.
e. Proses pendinginan
Setelah mengalami proses sterilisasi dari PHE maka produk akan didinginkan
supaya mencapai suhu standar tertentu untuk dapat dikemas ke dalam cup.
Proses pendinginan ini menggunakan cooling tower.
f. Packaging
Setelah produk didinginkan maka produk tersebut siap dikemas. Produk yang
berada di cooling tower kemudian ditransfer ke filler dan dari filler tersebut
produk akan secara otomatis dikemas kedalam cup serta ditutup oleh topload.
7
3.1.3 Tata Letak
Menurut Wignjosoebroto (2009), tata letak pabrik atau tata letak fasilitas dapat
didefinisikan sebagai tata cara pengaturan fasilitas-fasilitas pabrik guna menunjang
kelancaran proses produksi. Pengaturan tersebut akan berguna untuk luas area
penempatan mesin atau fasilitas penunjang produksi lainnya, kelancaran gerakan
perpindahan material, penyimpanan material baik yang bersifat temporer maupun
permanen, personel pekerja dan sebagainya.
Salah satu keputusan penting yang perlu dibuat adalah keputusan menentukan
Tipe tata letak yang sesuai akan menjadikan efisiensi proses 8ensitive8ing untuk
jangka waktu yang cukup panjang. Tipe –tipe tata letak secara umum adalah
Product Layout, Process Layout, Fix Postion Layoutdan Group Technology Layout.
a. Tata Letak Berdasarkan Aliran Produksi (Product Layout)
Product layout dapat didefinisikan sebagai metode atau cara
pengaturan dan penempatan semua fasifitas produksi yang diperlukan ke
dalam suatu departemen tertentu atau khusus. Dalam Product Layout,
mesin – mesin atau alat bantu disusun rnenurut urutan proses dari suatu
produk.
Keuntungan dari jenis layout ini yaitu pekerjaan dari satu proses secara
langsung dikerjakan pada proses berikutnya, sehingga inventori barang
setengah jadi menjadi kecil dan waktu produksi per unit menjadi lebih
pendek. Sdeangkan kerugian untuk jenis layout ini yaitu rusaknya satu
mesin akan berpengaruh pada proses produksi keseluruhan.
b. Tata Letak Berdasarkan Fungsi/macam Proses (Process Layout)
Tata letak ini merupakan metode penempatan mesin dan peralatan
produksi yang memiliki tipe sama ke dalam satu departemen. Karakteristik
tipe tata letak ini atara lain:
Perbandingan antara jumlah (Q) dan jenis produk (P) kecil
Produksi berdasarkan job order
Mesin produksi dan perlengkapan yang sama ditempatkan pada satu
departemen
Keuntungan dari jenis tata lerak ini adalah mampu mengerjakan berbagai
macam jenis dan model produk serta spesialisasi kerja. Sedangkan
8
kerugiannya berupa kesulitan menyeimbangkan lintasan kerja dalam
departemen sehingga memerlukan area untuk work in process storage.
c. Tata Letak Berdasarkan Lokasi Material Tetap (Fix Position Layout)
Untuk jenis layout ini material atau komponen produk utama tetap pada
lokasinya sedangkan fasilitas produksi seperti mesin, manusia dan
komponen pendukung lainnya yang bergerak menuju lokasi komponen
utama. Keuntungan dari jenis tata letak ini adalah perpindahan material
dapat dikurangi, sedangkan kelemahannya adalah memerlukan operator
dengan keterampilan yang tinggi dan pengawasan yang ketat.
d. Tata Letak Berdasarkan Kelompok Produk (Group Technology Layout)
Tipe tata letak ini, komponen yang sama dikelompokkan ke dalam satu
kelompok berdasarkan kesarnaan bentuk kornponen. Mesin atau peralatan
yang dipakai. Mesin – rnesin dikelompokkan dalam satu kelornpok
dan ditempatkan dalam sebuah “manufacturing cell”.
Kelebihan tata letak ini adalah dengan adanya penge1ompokan
produk sesuai dengan proses pembuatannya maka akan dapat diperoleh
pendayagunaan mesin yang maksmal. Juga dan jarak perpindahan material
akan lebih pendek. Sedangkan kekurangan dari tipe layout iini yaitu
diperlukan tenaga yang memiliki kemampuan dan keterampilan yang tinggi
untuk mengoperasikan sernua faau produksl yang ada. Kelancaran keja
sangat tergantung pada kegiatan peigendalian produksl khususnya dalam
menjaga keseimbangan kerja yang bergerak.
Berdasarkan penggolongan tata letak fasilitas diatas, tata letak fasilitas yang ada
pada PT. Prima Cahaya Indobeverage termasuk dalam tata letak berdasarkan aliran
proses (Process Layout) karena penempatan area-area kerja disusun berdasarkan aliran
proses pembuatan produk minuman yang diproduksi. Hal tersebut ditunjukkan pada
gambar di bawah ini dimana dari mulai area bahan baku, lantai produksi hingga
pengemasan dirancang berdekatan sesuai dengan aliran proses produk minuman yang
diproduksi oleh PT. Prima Cahaya Indobeverage.
9
Berikut ini merupakan peta layout pabrik dari PT. Prima Cahaya Indobeverages
10
Terdapat beberapa keuntungan tata letak fasilitas yang baik, yaitu:
a. Menaikkan output produksi
Pada umumnya, tat letak yang baik akan memberikan output yang lebih besar
dengan ongkos kerja yang lebih kecil atau sama, dengan jam kerja pegawai yang
lebih kecil dan jam kerja mesin yang lebih kecil.
b. Mengurangi delay
Mengatur keseimbangan antara waktu operasi dan beban dari tiap-tiap departemen
atau mesin adalah bagian dari tanggung jawab perancang tata letak fasilitas.
Pengaturan yang baik akan mengurangi waktu tunggu atau delay yang berlebihan
yang dapat disebabkan oleh adanya gerakan balik (back-tracking), gerakan
memotong (cross-movement), dan kemacetan (congestion) yang menyebabkan
proses perpindahan terhambat.
c. Mengurangi jarak perpindahan barang
Dalam proses produksi, perpindahan barang atau material pasti terjadi. Mulai dari
bahan baku memasuki proses awal, pemindahan barang setengah jadi, sampai
barang jadi yang siap untuk dipasarkan disimpan dalam gudang. Mengingat begitu
banyaknya perpindahan barang yang terjadi dan betapa besarnya peranan
perpindahan barang, terutama dalam proses produksi, maka perancangan tata letak
yang baik akan meminimalkan biaya perpindahan barang tersebut.
d. Penghematan pemanfaatan area
Perancangan tata letak yang baik akan mengatasi pemborosan pemakaian ruang
yang berlebihan.
e. Pemaksimalan pemakaian mesin, tenaga kerja, dan/atau fasilitas produksi lainnya.
f. Proses manufaktur yang lebih singkat
Dengan memperpendek jarak antar proses produksi dan mengurangi bottle neck,
maka waktu yang diperlukan untuk mengerjakan suatu produk akan lebih singkat
sehingga total waktu produksi pun dapat dipersingkat.
g. Mengurangi resiko kecelakaan kerja
Perancangan tata letak yang baik juga bertujuan untuk menciptakan lingkungan
kerja yang aman, dan nyaman bagi para pekerja yang terkait di dalamnya.
h. Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman
Dengan penataan lingkungan kerja yang baik, tertata rapi, tertib, pencahayaan yang
baik, sirkulasi udara yang baik, maka suasana kerja yang baik akan tercipta
11
sehingga moral dan kepuasan kerja para pekerja akan meningkat. Hal ini
berpengaruh pada kinerja karyawan yang juga akan meningkat sehingga
produktivitas kerja akan terjaga.
i. Mempermudah aktivitas supervisor
Tata letak yang baik akan mempermudah seorang supervisor untuk mengamati
jalannya proses produksi.
12
3.1.5 Manajemen Perawatan
Perawatan adalah suatu konsepsi dari semua aktivitas yang diperlukan untuk menjaga
atau mempertahankan kualitas peralatan agar tetap dapat berfungsi dengan baik seperti
dalam kondisi sebelumnya. Adapun bentuk-bentuk perawatan adalah :
a. Perawatan sesudah rusak (breakdown)
b. Perawatan Rutin ( preventive maintenance)
c. Perawatan Ulang (corrective maintenance)
d. Perawatan Produktif
e. Perawatan Rutin (preventive maintain)
Manajemen perawatan mesin dan fasilitas produksi yang dilakukan oleh PT. Prima
Cahaya Indobeverage adalah dengan melakukan pengecekan berkala (weekly/monthly).
Apabila terjadi kerusakan pada salah satu mesin, maka divisi Teknik yang akan
melakukan perbaikan pada mesin tersebut. Ketika mesin tersebut dalam perbaikan atau
dalam keadaan downtime maka digunakan mesin cadangan agar proses produksi tetap
berjalan.
3.1.6 Pergudangan
Secara rinci sistem manajemen gudang atau manajemen warehouse diartikan sebagai
pengelolaan dari aktifitas yang saling berhubungan untuk melakukan penyimpanan
barang sementara. Beberapa kegiatan penyimpanan barang terbagi atas penerimaan
bahan baku / barang dari pemasok, handling barang dan pengeluaran barang ke tujuan
lokasi produksi. Dengan hal ini maka dapat diberikan pengertian bahwa kegiatan
manajemen warehouse ini terdiri atas beberapa aktivitas sederhana dalam gudang yang
terbagi atas kegiatan antara lain yaitu :
a. Kegiatan administrasi
Kegiatan pengeluaran dan pemasukkan dana yang ada dalam perusahaan ini
diatur seluruhnya dalam aktivitas administrasi. Semua kegiatan pendanaan
yang dilakukan dalam administrasi ini diupayakan tercatat seluruhnya untuk
memudahkan pelaksanaan pengembangan produksi perusahaan kaitannya
dengan manajemen warehouse.
b. Penerimaan barang
Aktivitas penerimaan barang diatur sepenuhnya untuk bisa memetakan
besaran dana dan produk yang didapatkan oleh perusahaan.
13
c. Penyimpanan barang
Barang yang masuk dalam gudang perusahaan ini diupayakan tersimpan
dengan aman dari bahaya apapun di dalam lingkungan gedung.
d. Pengepakkan barang ke tempat yang dituju
Pengepakkan barang ini dilakukan untuk memastikan kondisi barang yang
dikirimkan ke konsumen dalam kondisi yang baik.Pengepakkan barang ini
juga diatur dalam manajemen warehouse.
b. Pengeluaran barang
Beberapa barang yang keluar dari perusahaan ini semua tercatat dengan rapi
pada perusahaan. Pengeluaran barang produksi ini dilakukan untuk
menciptakan suasana produksi yang tertib dan efisien.
Pelaksanaan pada beberapa kegiatan diatas diatur oleh manajemen warehouse yang
terbagi atas sub bagian tugas. Beberapa sub bagian tugas ini dijalankan dengan
melakukan pengendalian operasional, pengendalian biaya dan pengendalian personalia.
PT. Prima Cahaya Indobeverage Ungaran memiliki 3 macam gudang yaitu gudang
raw material dan gudang finished goods. Sistem Pergudangan pada gudang finished
goods yaitu ketika produk yang sudah dipack dengan kardus masuk ke gudang maka
penempatannya disesuaikan berdasarkan tanggal produksinya. Produk yang akan
dikeluarkan dari gudang, diprioritaskan dari produk yang tanggal produksinya lebih
lama. Pada kardus yang berisi produk dengan volume 180ml maka batas maksimal
kardus tersebut ditumpuk adalah sebanyak 10 tumpukan. Sedangkan pada kardus yang
berisi produk dengan volume 200ml maka batas maksimal kardus ditumpuk adalah
sebanyak 9 tumpukan. Gudang finished goods yang dimiliki PT. Prima Cahaya
Indobeverage ini memiliki keterbasan space penyimpananan dikarenakan lokasi
perusahaan ini juga memang terbatas. Oleh karena itu produk yang siap dikirim ke
gudang penyimpanan gabungan diletakkan diluar gudang finished goods.
Untuk gudang raw material, karena berisi bahan baku yang sifatnya 14ensitive
maka terdapat beberapa bahan-bahan kimia yang ditempatkan di ruangan khusus dengan
standar yang sudah ditetapkan.
14
3.2 Human Capital Management
Pengelolaan sumber daya manusia dalam suatu perusahaan sangatlah penting mengingat
sumber daya manusia meruapakan salah satu penggerak utama jalannya sauatu
perusahaan. Di PT. Prima Cahaya Indobeverage pengelolaan sumber daya manusia
dikelola dengan baik dimulai dari penjelasan struktur jabatan beserta tugas dan
tanggung jawabnya, penilaian kinerja karyawan secara berkala dan proses rekrutmen
karyawan baru.
3.2.1 Struktur Organisasi
FACTORY
MANAGER
PRODUCTION
FACTORY &
& PERS & GA
ACCOUNTING
MAINTENANCE MANAGER
MANAGER
MANAGER
RAW
PRODUKSI PRODUKSI PRODUKSI TEKNIK & FINISHED QUALITY ENTERING
R&D MATERIAL & PURCHASING PPIC PERS & GA
SHIFT 1 SHIFT 2 SHIFT 3 WORKSHOP GOODS CONTROL ADMIN RECRUITMENT TREASURY ACCOUNTING DATA
SUPERVISOR SCRAP SUPERVISOR SUPERVISOR SUPERVISOR
SUPERVISOR SUPERVISOR SUPERVISOR SUPERVISOR SUPERVISOR SUPERVISOR PROCESS
SUPERVISOR
GENERAL STAFF
15
c. Supervisor Produksi Shift 1, 2 dan 3
Tugas dari Supervisor Produksi Shift 1, 2 dan 3 adalah :
Mengawasi dan bertanggung jawab jalannya proses produksi pada masing-
masing shift.
d. Teknik & Workshop Supervisor
Tugas dari Teknik & Workshop Supervisoradalah :
Mengawasi dan bertanggung jawab dalam perawatan, perbaikan, dan pembuatan
alat atau mesin yang digunakan dalam proses produksi.
e. Personal & General Affair Manager
Tugas dari Personal & General Affair Manager adalah mengelola hal-hal
ketenegakerjaan dan hubungan perusahaan dengan pihak internal/eksternal.
f. Personal & General Affair Supervisor
Tugas dariPersonal & General Affair Supervisor adalah mengelola hal-hal yang
berkaitan dengan ketenagakerjaan seperti tunjangan, jaminan, dan penilaian kinerja
karyawan.
g. Admin
Tugas dari Admin adalah mengelola administrasi yang berkaitan dengan
ketenagakerjaan.
h. Recruitment
Tugas dari bagian Recruitment adalah mengelola jalannya proses rekrutmen
karyawan perusahaan.
i. Factory Accounting Manager
Tugas dari Factory Accounting Manager adalah mengelola keuangan perusahaan
seperti pemasukan, pengeluaran, gaji karyawan dan lain-lain.
j. Treasury
Tugas dari Treasury adalah menerima dan menyimpan dana yang diperoleh dalam
bentuk peti kas atau rekening bank
k. Accounting
Tugas dari Accounting adalah membuat laporan-laporan keuangan perusahaan
l. Entering Data Process
Tugas dari Entering Data Process adalah bertanggung jawab dalam proses rekap
data perusahaan terutama data keuangan
16
m. R&D Supervisor
Tugas dari R&D Supervisor adalah bertanggung jawab dalam pengembangan
produk-produk baru
n. Finished Goods Supervisor
Tugas dari Finished Goods Supervisor adalah mengawasi dan mengontrol produk-
produk jadi dari segi kualitas, penyimpanan, dan pengiriman.
o. Raw Material & Scrap Supervisor
Tugas dari Raw Material & Scrap Supervisoradalah :
Mengelola proses pengadaan bahan baku yang dibutuhkan dalam proses
produksi.
Mengelola pengolahan bahan sisa dari proses produksi.
p. Purchasing Supervisor
Tugas dari Purchasing Supervisor adalah mengawasi dan mengelola proses
pembelian bahan dan barang yang dilakukan oleh perusahaan.
q. PPIC Supervisor
Tugas dari PPIC Supervisor adalah mengawasi dan mengelola perencanaan
produksi perusahaan.
17
a. Interview oleh Supervisor yang bersangkutan, Factory Manager dan GA &
Pers Manager
b. Psikotest
c. Tes kesehatan
Setelah calon karyawan lolos dengan 3 tahap tersebut, maka calon karyawan akan
dipanggil untuk persetujuan sebagai karyawan kontrak dengan masa percobaan terlebih
dulu selama 3 bulan. Setelah selesai masa percobaan, maka karyawan kontrak tersebut
dapat diangkat menjadi karyawan tetap.
18
Pengertian mengenai ketiga hal tersebut dapat dijelaskan dibawah ini:
a. Pendidikan dan latihan adalah suatu kegiatan perusahaan yang dimaksudkan
untuk memperbaiki dan mengembangkan sikap, tingkah laku, keterampilan,
dan pengetahuan para pegawai sesuai keinginan dari perusahaan yang
bersangkutan.
b. Promosi adalah suatu perubahan posisi atau jabatan dari tingkat yang lebih
rendah ke tingkat yang lebih tinggi, perubahan ini biasanya akan diikuti
dengan meningkatnya tanggung jawab, hak, serta status sosial seseorang.
c. Mutasi adalah merupakan bagian dari proses kegiatan yang dapat
mengembangkan posisi atau status seseorang dalam suatu organisasi. Istilah
mutasi sendiri atau yang dalam beberapa literatur disebut sebagai pemindahan
dalam pengertian sempit dapat dirumuskan sebagai suatu perubahan dari
suatu jabatan dalam suatu klas ke suatu jabatan dalam klas yang lain yang
tingkatannya tidak lebih tinggi atau lebih rendah (yang tingkatnya sama)
dalam rencana gaji. Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas konsep
mutasi dirumuskan sebagai suatu perubahan posisi/jabatan/tempat/pekerjaan
yang dilakukan baik secara horizontal maupun vertikal (promosi/demosi) di
dalam suatu organisasi.
Tahap pengembangan karir di PT. Prima Cahaya Indobeverage disesuaikan dengan
kebutuhan perusahaan. Bisa diawali dengan promosi, magang, atau penambahan job
pekerjaan. Apabila ada posisi yang sedang kosong dan perusahaaan memiliki sumber
daya manusia yang sesuai kualifikasinya, maka dapat dimungkinkan posisi tersebut
akan diisi oleh karyawan tersebut. Namun apabila karyawan-karyawan di PT. Prima
Cahaya Indobeverage tidak memiliki kualifikasi yang sesuai dengan posisi kosong
tersebut, maka perusahaanakan melakukan open recruitment.
19
a. Shift Permanen
Tenaga kerja bekerja pada shiftyang tetap setiap harinya. Tenaga kerja yang bekerja
pada shiftmalam yang tetap adalah orang-orang yang bersedia bekerja pada malam
hari dan tidur pada siang hari.
b. Shift Rotasi
Tenaga kerja bekerja tidak terus-menerus ditempatkan pada shiftyang tetap. Shift rotasi
adalah shiftrotasi yang paling menggangu terhadap irama circardian dibandingkan
dengan shift permanen bila berlangsung dalam jangka waktu panjang.
Jadwal produksi di PT. Prima Cahaya Indobeverage bersifat continues atau terus-
menerus sehingga dibutuhkan 3 shift kerja dalam 1 hari. Shift Kerja PT. Prima Cahaya
Indobeveragediberlakukan untuk karyawan bagian produksi, wwtp, dan teknik line.
Sistem shfit kerja yang berlaku di PT. Prima Cahaya Indobeverage adalah sistem rotasi
sehingga setiap pekerja bergantian bekerja pada shift pagi, siang dan malam. Berikut
adalah jam shift kerjanya :
Shift 1 : 06.00 – 14.00
Shift 2 : 14.00 – 22.00
Shift 3 : 22.00 – 06.00
20
Indofood Asahi Sukses Beverage (IASB). PT. IASB merupakan perusahaan distribusi
produk minuman dari PT. Prima Cahaya Indobeverage.
21
BAB IV
TUGAS KHUSUS
22
4.2 Dasar Teori
4.2.1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Keselamatan Kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan mesin, pewsawat,
alat, kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya
serta cara-cara melakukan pekerjaan (Suma’mur, 1996).
Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan/kedokteran beserta
prakteknya yang bertujuan agar para pekerja/masyarakat pekerja memperoleh derajat
kesehatan setinggi-tingginya baik fisik maupun mental, maupun sosial, dengan usaha-
usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakit-penyakit /gangguan-gangguan kesehatan
yang diakibatkan oleh faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap
penyakit-penyakit umum (Suma’mur, 1996).
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi
pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat
kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh
perusahaan (Suma’mur, 1996). Ramli (2010) menyatakan bahwa keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses produksi baik jasa maupun
industri. Perkembangan pembangunan setelah Indonesia merdeka menimbulkan
konsekuensi meningkatkan intensitas kerja yang mengakibatkan pula meningkatnya
resiko kecelakaan di lingkungan kerja.
Jadi keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu usaha yang wajib dilakukan
oleh setiap perusahaan yang memiliki tenaga kerja untuk memberikan jaminan
keselamatan dan kesehatan kepada tenaga kerja selama bekerja di tempat kerja sehingga
menghasilkan kinerja karyawan dan perusahaan yang produktif.
4.2.2. Resiko
Resiko adalah sesuatu yang mengarah pada ketidakpastian atas terjadinya suatu
peristiwa selama selang waktu tertentu yang mana peristiwa tersebut menyebabkan
suatu kerugian baik itu kerugian kecil yang tidak begitu berarti maupun kerugian besar
yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dari suatu perusahaan (Arif Lokobal et
al., 2014). Sedangkan Vaughan dalam Darmawi (2008) mengemukakan beberapa
definisi resiko yaitu :
23
a. Risk is the chance of loss (Resiko adalah peluang terjadinya kerugian)
Resiko seperti ini biasanya dipergunakan untuk menunjukkan suatu keadaan
dimana terdapat keterbukaan terhadap kerugian atau suatu peluang kerugian.
b. Risk is the possibility of loss (Resiko adalah kemungkinan kerugian)
Resiko seperti diatas menunjukkan bahwa resiko menimbulkan kerugian jika
tidak segera diatasi.
c. Risk is uncertainty (Resiko adalah ketidakpastian)
Dalam hal ini ada pemahaman bahwa resiko berhubungan dengan ketidakpastian,
adanya resiko disebabkan karena adanya ketidakpastian.
Secara umum resiko dapat berarti suatu potensi kejadian yang dapat
merugikan sehingga menyebabkan tidak tercapainya target yang diinginkan akibat
adanya ketidakpastian. Karena resiko dapat menimbulkan kerugian maka perlu
dilakukan suatu langkah pengelolaan resiko yang disebut manajemen resiko.
Darmawi (2008) menjelaskan bahwa manajemen resiko adalah suatu usaha
untuk mengetahui, menganalisis serta mengendalikan resiko dalam setiap
kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh efektifitas dan efisiensi
yang lebih tinggi. Manajemen resiko dilaksanakan untuk mengurangi, menghindari,
mengakomodasi suatu resiko melalui sejumlah kegiatan yang berurutan yaitu :
a. Identifikasi resiko, mengetahui adanya resiko, sifat resiko yang dihadapi
dan dampaknya. Identifikasi resiko merupakan proses penganalisisan untuk
menemukan secara sistematis resiko yang mungkin timbul.
b. Pengukuran resiko, menganalisa atau mengukur resiko yang mungkin
terjadi untuk menentukan prioritas resiko mana yang harus diselesaikan
terlebih dahulu dan metode yang digunakan untuk menyelesaikan atau
menguranginya.
c. Pengendalian resiko, dengan cara menghindari resiko, mengendalikan
kerugian, memisahkan kegiatan yang beresiko dan kombinasi dari ketiga
cara diatas serta pemindahan resiko.
Dari konsep manajemen resiko diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
manajemen resiko memiliki tiga tahapan pokok yaitu identifikasi resiko,
analisa/mengukur resiko dan pengendalian resiko. Ketiga langkah pokok tersebut harus
ditunjang oleh data-data yang valid serta komunikasi yang baik dalam struktur
24
organisasi agar sistem manajemen resiko dapat berjalan baik sehingga resiko yang
dianggap merugikan dapat diminimalisir.
4.2.3. Job Safety Analysis
Job Safety Analysis adalah sebuah teknik pencegahan kecelakaan yang digunakan untuk
mengidentifikasi potensi resiko dan bahaya yang berkaitan dengan suatu pekerja serta
memberikan pengendelian resiko untuk mengurangi resiko dan bahaya tersebut
(Jaiswal et al., 2014). Berdasarkan OSHAcademy Course 706 Study Guide (2002),
untuk melakukan Job Safety Analysis terdapat empat langkah utama yang harus
dilakukan yaitu :
a. Memilih pekerjaan yang akan dianalisis
JSA dapat menganalisis semua pekerjaan yang ada di tempat kerja, namun
harus diprioritaskan berdasarkan (OSHA 3071, 2002):
Pekerjaanyangmemiliki tingkatkecelakaanyangtinggi.
Pekerjaan yang memiliki berpotensi bahaya, kecelakaan dan cedara,
walaupun belum ada catatan kecelakaan pada pekerjaan tersebut.
Pekerjaan yang dapat menyebabkan kecelakaan atau luka berat akibat
kesalahan manusiayang sederhana.
Pekerjaanbaru, pekerjaantidakrutin, ataupekerjaanyangmengalami.
Pekerjaan yang kompleks/rumit.
b. Membagi pekerjaan menjadi beberapa langkah pokok pekerjaan
Untuk mengetahui tahapan atau langkah pekerjan diperlukan observasi ke
lapangan/tempat kerja secara langsung untuk mengamati bagaimana suatu
pekerjaan dilakukan.
c. Mengidentifikasi resiko atau bahaya yang potensial
Identifikasi bahaya/resiko dapat ditelusuri melalui beberapa pertanyaan seperti
(Rausand, 2005):
Apakah kebakaran atau ledakan dapat terjadi jika pekerjaan
dilaksanakan?
Apakah ada benda (rantai, sling, kait dan sebagainya) yang dapat
menghantam pekerja?
Apakah pekerja dapat terkena aliran listrik, logam panas, acid, air
panas?
Apakah pekerja dapat terhimpit di antara/ di dalam/ pada benda?
25
Apakah pekerja dapat terekspos oleh bahaya kesehatan, seperti radiasi,
asap beracun, bahan kimia, gas panas, kekurangan oksigen, dan lain
sebagainya?
Jika terjadi kesalahan mengoperasikan peralatan, apakah peralatan
tersebut akan rusak?
Kaji ulang setiap langkah, sehingga semua hazard teridentifikasi.
d. Mengendalikan resiko dengan memberikan perbaikan untuk mengurangi
potensi resiko atau bahaya yang mungkin terjadi.
Hirarki pengendalian resiko terdiri dari 5 bagian yaitu (Suardi, 2007) :
Eliminasi (Menghilangkan Bahaya)
Menghilangkan bahaya adalah langkah ideal yang dapat dilakukan dan
menjadi pilihan pertama dalam melakukan pengendalian resiko. Ini berarti
menghentikan peralatan atau prasarana yang dapat menimbulkan bahaya atau
dengan kata lain peralatan tersebut tidak digunakan lagi.
Substitusi atau Mengganti
Prinsipnya adalah menggantikan sumber resiko dengan sarana/peralatan lain
yang tingkat resikonya lebih rendah atau tidak ada. Ciri khas tahap ini adalah
melibatkan pemikiran yang lebih mendalam bagaimana membuat lokasi kerja
yang lebih aman dengan melakukan pengaturan ulang lokasi kerja,
memodifikasi peralatan, melakukan kombinasi kegiatan, perubahan prosedur,
mengurangi frekuensi dalam melakukan kegiatan berbahaya.
Isolasi
Pada tahap ini dilakukan isolasi terhadap area berbahaya dari pekerja atau dari
orang yang ingin memasuki area tersebut.
Pengendalian secara Administrasi
Tahap ini menggunakan prosedur, Standard Operational and Procedure (SOP)
atau panduan sebagai langkah untuk mengurangi resiko. Beberapa bentuk
pengendalian secara administratif adalah sebagai berikut:
Melakukan rotasi kerja untuk mengurangi efek resiko
Membatasi waktu atau frekuensi untuk memasuki area.
Melakukan supervisi pekerjaan.
Membuat prosedur, instruksi kerja atau pelatihan pengamanan.
26
Melakukan pemeliharaan pencegahan dan membuat prosedur
housekeeping.
Membuat tanda bahaya.
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Sarana pengaman diri adalah pilihan terakhir yang dapat kita lakukan untuk
mencegah bahaya. Alat pelindung diri mencakup semua pakaian dan aksesoris
yang digunakan pekerja yang didesain untuk menjadi pembatas sumber
bahaya.
27
g. Operator Boiler
Operatator Boiler bertugas dalam mengontrol dan mengawasi keadaan air pada
boiler sehingga boiler bekerja dalam keadaan optimal.
h. Pekerja Bongkar Muat
Pekerja Bongkar muat bertugas dalam pengangkutan bahan baku dan bahan
kemasan produk dari truk pengangkut ke dalam gudang penyimpanan.
Pekerjaan-pekerjaan tersebut dipilih berdasarkan dasar pemilihan pekerjaan dalam
Job Safety Analysis yang dikemukan oleh OSHA 3071 (2002) yaitu :
a. Pekerjaanyangmemiliki tingkatkecelakaanyangtinggi.
b. Pekerjaan yangmemilikiberpotensi bahaya, kecelakaan dan cedara, walaupun
belum ada catatan kecelakaan pada pekerjaan tersebut.
c. Pekerjaanyangdapat menyebabkankecelakaan atauluka berat,akibatkesalahan
manusiayang sederhana.
d. Pekerjaanbaru, pekerjaantidakrutin, ataupekerjaanyangmengalami.
e. Pekerjaan yang kompleks/rumit.
28
Tabel 4.1 Lemba Kerja Job Safety Analysis
LEMBAR KERJA
JOB SAFETY ANALYSIS
Keterangan :
FR < 6 : Resiko dapat diterima, pekerjaan dapat dilaksanakan
FR ≥ 6: Resiko tidak dapat diterima, harus dilakukan tindakan pengendalian
29
DAMPAK PENGARUH (salah satu, keduanya, atau ketiganya)
fatal kemampuan sebagian satu Kompartemen satu pabrik meluas
ke pabrik lain.
Mengakibatkan
Terganggunya salah Pencemaran pada
3 Serius waktu kerja hilang
satu Departemen satu unit pabrik
lebih dari 2 hari
Mengakibatkan
waktu kerja hilang Interupsi operasi Pencemaran terjadi
2 Minor
kurang atau sama pabrik sementara hanya di lokasi
dengan 2 hari
Tidak Tidak memerlukan Tidak mengganggu Tidak menyebabkan
1
berarti perawatan medis aktifitas perusahaan pencemaran.
Berikut ini merupakan hasil dari Job Safety Analysis dari beberapa pekerjaan yang
diamati di PT. Prima Cahaya Indobeverage :
a. Operator Waste Water Treatment Plant (WWTP)
Tabel 4.4 Hasil JSA Operator Waste Water Treatment Plant (WWTP)
Langkah Jenis Dampak K D FR
Kerja Bahaya
Control
mesin,
- - - - -
pompa, dan
proses
Bahaya
Kematian 3 5 15
Tenggelam
Pengambilan
cedara,
sample
Jatuh Dari patah
limbah 3 5 15
Ketinggian tulang,
kematian
30
b. Operator Filler
Tabel 4.5 Hasil JSA Operator Filler
Langkah
Jenis Bahaya Dampak K D FR
Kerja
Kerusakan
Menghidupkan
Bising mesin indera 5 4 20
mesin
pendengaran
Luka bakar,
Pemansan & Terkena panas melepuh
perbaikan Tersengat aliran Luka bakar, 3 3 9
heater listrik melepuh,
kematian
Terjatuh/terpeleset
Memar,
Cek valve dari lantai yg beda 3 2 6
keseleo
ketinggian
Terjatuh/terpeleset
Cek tekanan Memar,
dari lantai yg beda 3 2 6
udara keseleo
ketinggian
Memar, luka,
Membenarkan
Tangan terjepit kontaminasi
posisi cup yg 4 3 12
mesin produk
tertumpuk
dengan luka
Terjatuh/terpeleset
Membersihkan Memar,
dari lantai yg beda 3 2 6
scrap top load keseleo
ketinggian
c. Palletizer
Tabel 4.6 Hasil JSA Palletizer
Langkah
Jenis Bahaya Dampak K D FR
Kerja
Memindahkan Proses
box produk dari pemindahan yang CTD/MSD 5 2 10
conveyor tidak ergonomis
Menata box Postur kerja yang
CTD/MSD 5 2 10
pada pallet tidak baik
Memindahkan Melewati jalur Cedera, luka, 4 3 12
31
Langkah
Jenis Bahaya Dampak K D FR
Kerja
box yang forklift (bahaya memar, patah
kurang baik ke tertabrak forklift) tulang
ruang packer
d. Operator Forkfilt
Tabel 4.7 Hasil JSA Operator Forklift
Langkah
Jenis Bahaya Dampak K D FR
Kerja
Pengemudian Menabrak pekerja Memar, lecet, 3 4 12
forklift lain patah, tulang
Menabrak area Kerusakan
kerja sekitar forklift, area
dan bahan
sekitar
Kelebihan muatan Forklift 2 4 8
terjungkal,
cedera
Proses operator
pengangkatan Ketinggian Beban
dan peletakan pengangkatan menimpa 3 4 12
melebihi batas forklift,
cedera
operator
32
Resiko (FR) yaitu 12, 8 dan 12 dimana nilai-nilai Faktor Resiko tersebut lebih dari
6. Maka resiko yang terdapat pada pekerjaan operator forklift termasuk resiko yang
tidak dapat diterima sehingga diperlukan pengendalian resiko untuk meminimalisir
kemungkinan terjadinya kecelakaan.
e. Pekerja Workshop
Tabel 4.8 Hasil JSA Pekerja Workshop
Langkah Jenis
Dampak K D FR
Kerja Bahaya
Postur kerja
yang tidak CTD/MSD 5 1 5
baik
Mata Kerusakan
terkena indera 4 4 16
percikan api penglihatan
Tangan
Luka bakar,
terkena api 5 4 20
Welding melepuh
pengelasan
Terhirup Gangguan
asap hasil pernafasan, 5 4 20
pengelasan keracunan
Luka bakar,
Meledaknya
kematian,
tabung 3 5 15
kerugian
oksigen
asset
Tangan Luka,
terkena tergores, jari 5 4 20
gerinda terpotong
Postur kerja
yang tidak CTD/MSD 5 1 5
baik
Grinding
Mata Kerusakan
terkena indera 4 4 16
percikan api penglihatan
Bising Kerusakan
alat/mesin indera 5 4 20
gerinda pendengaran
33
Faktor Resiko kurang dari 6. Namun resiko-resiko lain yang terdapat pada pekerja
workshop mempunyai nilai lebih dari 6. Maka resiko yang terdapat pada pekerja
workshop termasuk resiko yang tidak dapat diterima sehingga diperlukan
pengendalian resiko untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya kecelakaan.
g. Operator Boiler
Tabel 4.10 Hasil JSA Operator Boiler
Langkah Jenis
Dampak K D FR
Kerja Bahaya
Pengecekan Terkena
tekanan pressure Luka bakar 3 2 6
udara steam
Boiler
Pengecekan Lalai dalam meledak,
2 5 10
air pengecekan kerugian
asset
Pengecekan Terkena Luka bakar,
3 2 6
jalur steam panas steam melepuh
Luka
Pembukaan
Jatuh dari memar,
jalur air 3 4 12
ketinggian keseleo,
manual
patah tulang
34
Berdasarkan hasil analisa menggunakan Job Saftey Analysis diperoleh beberapa
resiko/bahaya yang terdapat pada pekerjaan operator Boiler memiliki nilai Faktor
Resiko (FR) yang bervariasi yaitu 6, 10, 6 dan 12. Maka resiko yang terdapat pada
pekerjaan operator Boiler termasuk resiko yang tidak dapat diterima sehingga
diperlukan pengendalian resiko untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya
kecelakaan.
35
Langkah Jenis Dampak Usulan
Kerja Bahaya Pengendalian
Resiko
proses
Bahaya a. Pengunaan
Kematian
Tenggelam APD berupa
pelampung.
b. Penggunaan
Pengambilan APD berupa
cedara,
sample safety
Jatuh Dari patah
limbah harness.
Ketinggian tulang,
c. Pemberlakuan
kematian
Ijin kerja dan
pendampinga
n kerja
b. Operator Filler
Tabel 4.13 Usulan Pengendalian Resiko Pada Operator Filler
Usulan
Langkah
Jenis Bahaya Dampak Pengendalian
Kerja
Resiko
Kerusakan Pengunaan APD
Menghidupkan
Bising mesin indera berupa
mesin
pendengaran earplug/earmuff
Luka bakar, Penggunaan APD
Pemanasan & Terkena panas melepuh berupa sarung tangan
perbaikan Tersengat aliran Luka bakar, tahan panas
heater listrik melepuh,
kematian
Terjatuh/terpeleset Pembuatan batas pada
Memar,
Cek valve dari lantai yg beda setiap lantai yang
keseleo
ketinggian berbeda ketinggian
Terjatuh/terpeleset berupa garis untuk
Cek tekanan Memar,
dari lantai yg beda lebih memicu
udara keseleo
ketinggian kewaspadan/perhatian
Memar, luka, SOP bekerja yang
Membenarkan
Tangan terjepit kontaminasi aman
posisi cup yg
mesin produk
tertumpuk
dengan luka
Pembuatan
Terjatuh/terpeleset
Membersihkan Memar, pembatas/pagar pada
dari lantai yg beda
scrap top load keseleo lantai terakhir dekat
ketinggian
scrap top load
36
c. Palletizer
Tabel 4.14 Usulan Pengendalian Resiko Pada Palletizer
Usulan
Langkah
Jenis Bahaya Dampak Pengendalian
Kerja
Resiko
Memindahkan Proses Penyuluhan
box produk dari pemindahan yang CTD/MSD tentang MMH
conveyor tidak ergonomis yang baik dan
Menata box Postur kerja yang benar
CTD/MSD
pada pallet tidak baik
Memindahkan Pemberlakuan
Melewati jalur Cedera, luka,
box yang Walkways
forklift (bahaya memar, patah
kurang baik ke yang telah
tertabrak forklift) tulang
ruang packer ditetapkan
d. Operator Forkfilt
Tabel 4.15 Usulan Pengendalian Resiko Pada Operator Forklift
Langkah Usulan Pengendalian
Jenis Bahaya Dampak
Kerja Resiko
Memar,
Menabrak lecet, Penentuan area khusus
pekerja lain patah, lalu lintas forklift dan
tulang pengangkatan
Pengemudian
Kerusakan
forklift
Menabrak forklift, Memastikan
area kerja area dan kewaspadan kerja
sekitar bahan operator forklift
sekitar
Forklift • Penentuan beban
Proses Kelebihan terjungkal, maksimal forklift.
pengangkatan muatan cedera • Penyuluhan dan
dan peletakan operator pelatihan berkala
untuk
mempertahankan
Beban pengetahuan dan
Ketinggian
menimpa kemampuan
pengangkatan
forklift, operator.
melebihi
cedera • Penggunaan APD
batas
operator
37
e. Pekerja Workshop
Tabel 4.16 Usulan Pengendalian Resiko Pada Pekerja Workshop
Usulan
Langkah Jenis
Dampak Pengendalian
Kerja Bahaya
Resiko
Postur kerja Redesign
yang tidak CTD/MSD workstation
baik
Pengunaan
Mata Kerusakan APD berupa
terkena indera pelindung
percikan api penglihatan wajah, googles,
kaca mata
Penggunaan
Tangan APD berupa
Welding Luka bakar,
terkena api sarung tangan
melepuh
pengelasan tahan panas dan
anti gores
Terhirup Gangguan Penggunaan
asap hasil pernafasan, APD berupa
pengelasan keracunan masker
Luka bakar, SOP bekerja
Meledaknya
kematian, yang aman
tabung
kerugian
oksigen
asset
Penggunaan
Tangan Luka, APD berupa
terkena tergores, jari sarung tangan
gerinda terpotong tahan panas dan
anti gores
Postur kerja Redesign
yang tidak CTD/MSD Workstation
baik
Grinding
Pengunaan
Mata Kerusakan APD berupa
terkena indera pelindung
percikan api penglihatan wajah, googles,
kaca mata
Bising Kerusakan Pengunaan
alat/mesin indera APD berupa
gerinda pendengaran earplug/earmuff
38
f. Pekerja Teknik Line
Tabel 4.17 Usulan Pengendalian Resiko Pada Pekerja Teknik Line
Usulan
Langkah Jenis
Dampak Pengendalian
Kerja Bahaya
Resiko
• Penggunaan
APD yang
sesuai.
Manintenance
• Penerapan
mesin/alat Tersengan Luka
LOTO (Log
yang aliran bakar,
Out Tag
berhubungan listrik kematian
Out)
dengan listrik
• SOP bekerja
yang aman
g. Operator Boiler
Tabel 4.18 Usulan Pengendalian Resiko Pada Operator Boiler
Usulan
Langkah Jenis
Dampak Pengendalian
Kerja Bahaya
Resiko
Pengecekan Terkena Penggunaan
tekanan pressure Luka bakar APD
udara steam
Boiler Penentuan
Pengecekan Lalai dalam meledak, waktu baku
air pengecekan kerugian pengecekan
asset air
Luka Penggunaan
Pengecekan Terkena
bakar, APD
jalur steam panas steam
melepuh
Luka Pemberian
Pembukaan memar, pembatas
Jatuh dari
jalur air keseleo, pada tangga
ketinggian
manual patah dekat tuas air
tulang manual
39
h. Pekerja Bongkar Muat
Tabel 4.19 Usulan Pengendalian Resiko Pada Pekerja Bongkar Muat
Usulan
Langkah Jenis
Dampak Pengendalian
Kerja Bahaya
Resiko
Memar, Penggunaan
cedera alat bantu
Tertimpa box
Memindahkan Memar, pengangkatan,
Terjatuh dari
box dari truk cedera, contoh :
atas truk
patah bidang miring
tulang
Proses Penyuluhan
Menyusun
pengangkatan tentang MMH
box pada CTD/MSD
yang tidak yang baik dan
pallet
baik benar.
40
yang berkelanjutan terhadap perhatian dantindakan setiap orang, dan orang lain,
serta perilakuselamat (Cooper, 2009).
Secara umum langkah pelakaksanaan program Behavior Based Safety dapat
dihambarkan melalui bagan berikut ini.
41
melakukan pekerjaannya. Hasil temuan observasi selanjutnya direkap pada suatu
dokumen. Berikan tanggapan psotif jika perilaku aman dilakukan oleh pekerja,
berikan koreksi jika perilaku bahaya dilakukan.
Langkah berikutnya data yang didapatkan dari bermacam-macamjenis
pekerjaan direkap. Kemudian rangkum dan analisa data yang telah didapatkan
dianalisa. Langkah berikutnya komunikasikan hasil analisa kepada para pekerja.
Jika memungkinkan berikan penghargaan kepada pekerja yang meiliki perilaku
kerja yang paling baik dan aman.
Cooper (2009) mengidentifikasikan adanya tujuh kriteria yang sangat penting
bagi pelaksanaan program BBS.
a. Kriteria pertama adalah melibatkan partisipasi karyawan yang bersangkutan,
BBS menerapkan sistem bottom-up, sehingga individu yang berpengalaman
dibidangnya terlibat langsung dalam mengidentifikasikan perilaku kerja tidak
aman.
b. Kedua adalah memusatkan perhatian pada unsafe behavior yang spesifik untuk
mengidentifikasikan faktor di lingkungan kerja yang memicu terjadinya
perilaku tidak selamat para praktisi menggunakan teknik behavioral analisis
terapan dan memberi hadiah (reward) tertentu pada individu yang
mengidentifikasi perilaku tidak selamat.
c. Ketiga yaitu pengamat memonitor perilaku aman pada kelompok mereka
dalam waktu tertentu.
d. Keempat yaitu proses pembuatan keputusan berdasarkan data, hasil observasi
atas perilaku kerja dirangkum dalam data persentase jumlah safe behavior.
e. Kelima adalah mengintervensi secara sistematis dan observasional.
f. Keenam yaitu menitikberatkan pada umpan balik terhadap perilaku kerja.
Ketujuh yaitu mendapatkan dukungan dari manager dan manajemen
perusahaan untuk menjalankan BBS.
42
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan Kerja Praktek di PT. Prima Cahaya Indobeverage maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
a. PT. Prima Cahaya Indobeverage Ungaran merupakan perusahaan member dari PT.
Indofood Group yang memproduksi minuman cup yaitu Tekita dan Fruitamin dan
dipasarkan di area Jawa Tengah serta Indonesia bagian timur seperti Kalimantan,
Sulawesi, Bali, Lombok dan Papua
b. Sistem industri di PT. Prima Cahaya Indobeverage memiliki sistem produksi yang
continuous, perencanaan produksinya berdasarkan Confirm Monthly Order,
manajemen kualitasnya dilakukan oleh departemen QC sesuai dengan standar yang
ditetapkan, manajemen perawatan dilakukan oleh divisi teknik sesuai dengan
prosedur, gudang yang dimiliki sebanyak dua macam gudang yaitu gudang raw
material dan finished goods, shift kerja di perusahaan ini berjumlah tiga shift yaitu
shift pagi hingga sore serta PT. Prima Cahaya Indobeverage memiliki tahap-tahap
dalam penerimaan karyawan, penilaian kinerja dan pengembangan karir.
c. Berdasarkan hasil analisa menggunakan metode Job Safety Analysis dapat
disimpulkan bahwa terdapat beberapa resiko yang cukup memungkinkan terjadinya
kecelakaan kerja pada setiap divisi pekerjaan yang ada di PT. Prima Cahaya
Indobeverage. Namun beberapa kebijakan K3 dan penyediaan alat APD yang
disediakan oleh perusahaan masih sering tidak dijalankan dengan baik sehingga
kemungkinan terjadinya kecelakaan masih tinggi.
43
5.2 Saran
Selama melaksanakan kerja praktek di PT. Prima Cahaya Indobeverageterdapat kesan
positif mengenai kemampuan dan dedikasi karyawan pada setiap situasi kerja. Adapun
beberapa saran dari penulis yang sekiranya dapat membantu perusahaan untuk menjadi
lebih baik adalah :
a. Perusahaan disarankan untuk meningkatkan kesadaran terhadap karyawan akan
penting dan wajibnya menggunakan APD untuk menghindari terjadinya kecelakaan
kerja.
b. Perusahaan disarankan untuk melakukan perbaikan tata letak fasilitas kerja sesuai
dengan kaidah 5S untuk meminimalisasi resiko-resiko kecelakaan kerja
c. Perusahaan diharapkan melakukan training kepada karyawan tentang pengertian dan
pentingnya program K3 yang efektif supaya ketaatan terhadap program-program K3
menjadi sebuah kebiasaan di lingkungan kerja.
d. Perusahaan diharapkan dapat menerapkan program Behaviour Based Safety untuk
lebih membudayakan K3 kepada para pekerja sehingga peraturan-peraturan dan
kebijakan-kebijakan mengenai K3 akan berjalan lebih efektif.
44
DAFTAR PUSTAKA
45
Suardi, Rudi. 2007. Manajemen Resiko – Panduan Penerapan Berdasarkan OHSAS
18001 dan Permenaker 05/1996. Jakarta : PPM
Wignjosoebroto, S. 2009. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. Surabaya : Guna
Widya
46