SUDIRMAN - JAKARTA
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan mata kuliah Kerja Praktik
Dosen Pembimbing:
Dr. Ir. Heru Purnomo, DEA.
Disusun oleh:
Fadhi Muhammad 1506725230
Hario Sigit Pratama 1506675554
Varentia Zahrah Novita 1506673832
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan laporan kerja praktik yang berjudul
“Proyek Pembangunan Millennium Centennial Center Sudirman – Jakarta”.
Laporan ini kami susun berdasarkan pengamatan yang kami lakukan di proyek
pembangunan Millennium Centennial Center dari tanggal 2 Juli 2018 – 28
September 2018. Kerja praktik ini bertujuan agar mahasiswa dapat memperoleh
pengalaman langsung mengenai proses konstruksi pada sebuah proyek
pembangunan. Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan
gelar Sarjana Teknik Universitas Indonesia.
Laporan ini tidak dapat tersusun tanpa adanya bimbingan dan bantuan yang
luar biasa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan rasa
terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Heru Purnomo, DEA. selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan serta memberikan ilmu, waktu dan tenaga dalam
proses penulisan laporan.
2. Keluarga penulis, yang telah memberikan doa dan dukungan dalam
berbagai hal selama kerja praktek ini.
3. Bapak Djati Samodra, Bapak Hidayat dan Bapak Aprigani selaku Project
Manager dan Deputy Project Manager, yang telah mengizinkan kami untuk
melaksanakan kerja praktek pada proyek ini.
4. Bapak Iqbal yang telah membantu proses aplikasi kami untuk dapat
melaksanakan kerja praktek di PT. Acset Indonusa, Tbk.
5. Bapak Yuli Wahyu C., selaku pembimbing lapangan kami yang telah
banyak membantu kami selama kerja praktik ini.
6. Bapak Dion Nugrahanto, yang membantu kami selama proses kerja praktik
sebagai koordinator Praktik Kerja Lapangan.
7. Bapak Rio dan Bapak Sundana, yang telah membimbing kami mengenai
Architecture & Finishing.
8. Bapak Ferry Hendrawan, Bapak Kosim, Ibu Intan dan Bapak Jaenudin, yang
telah membimbing kami mengenai Quality Control.
Universitas Indonesia
iii
Tim Penulis
iii
iv
DAFTAR ISI
Universitas Indonesia
v
Universitas Indonesia
vi
DAFTAR GAMBAR
Universitas Indonesia
vii
DAFTAR TABEL
Universitas Indonesia
8
BAB 1
PENDAHULUAN
Universitas Indonesia
9
Universitas Indonesia
10
BAB 2
GAMBARAN UMUM PROYEK
Universitas Indonesia
11
Universitas Indonesia
12
Universitas Indonesia
13
Universitas Indonesia
14
Universitas Indonesia
15
Universitas Indonesia
16
untuk meletakkan barang sementara, serta pada zona ini adalah zona yang
dilalui alat berat sehingga menyebabkan beban yang tinggi sehingga
dibutuhkkan tahanan beban yang tinggi.
Pada zona ini dilakukan penggalian yang bertahap juga dengan kedalaman
-3.000 meter, -9.000 meter, -14.000 meter, -19.000 meter, dan -22.950 meter.
Pada zona 4 ini tidak dilakukan pemasangan ground anchor karena pada zona
ini tidak membutuhkan tahanan beban yang besar karena beban bergerak yang
aka nada di sekitar zona ini hanya orang yang lalu Lalang.
Pada zona ini juga dilakukan penggalian dengan kedalaman yang beragam
yaitu pada kedalaman -3.000 meter, -7.500 meter, -11.700 meter, -14.000
meter, -16.700 meter, -20.200 meter, dan -22,950 meter. Pada zona ini ground
anchor kembali digunakan karena di sekitar zona 6 ini ada beban mati seperti
kantor, dan beban hidup akibat area logistic, SHE, dan MEP yang didalamnya
meliputi genset dan alat-alat listrik lainnya yang menpang jalannya proyek ini.
Universitas Indonesia
17
Pada proyek pembangunan gedung MCC Tower ini, terdapat dua jenis dinding
penahan tanah yang digunakan, yaitu diaphragm wall dan soldier pile.
Penggunaan diaphragm wall ini sendiri karena keterbatasan ruang untuk
menggunakan soldier pile. Keterbatasan ruang ini mengakibatkan hanya
sebagian area saja yang dinding penahan tanahnya menggunakan soldier pile
walaupun biaya yang digunakan untuk pembangunan diaphragm wall lebih
mahal dibandingkan dengan biaya pembangunan soldier pile. Berikut adalah
denah penggunaan diaphragm wall dan soldier pile :
Dari gambar denah tersebut, maka dapat dilihat bahwa area yang berberi garis
tebal berwarna merah adalah area yang menggunakan dinding penahan tanah
dengan jenis soldier pile, sedangkan pada area lainnya menggunakan
diaphragm wall. Berikut adalah skematik dari diaphragm wall yang digunakan
pada proyek ini :
Universitas Indonesia
18
Ketebalan dari diaphragm wall yang digunakan pada proyek ini adalah setebal
800 mm atau setebal 80 cm untuk kedua jenis diaphragm wall yang digunakan.
Pada puncak dari diaphragm wall itu sendiri diberikan capping beam dengan
ketebalan 1000 mm atau setebal 1 meter. Pada proyek ini, jenis diaphragm wall
yang digunakan adalah skematik yang kedua dimana diaphragm wall dipasang
dibawah permukaan, maka top of capping beam atau puncak dari capping beam
berada pada kedalaman 9 meter dibawah tanah. Selain itu, antara soldier pile
dan diaphragm wall akan terdapat penyambung dari beton, dengan penulangan
dan detail ebagai berikut:
Universitas Indonesia
19
Dari gambar diatas, dapat dilihat bahwa sambungan yang digunakan memiliki
ketebalan setebal 200 mm atau 20 cm dan menggunakan tulangan dengan
diameter 13 mm dan sengkang 10 mm.
Sementara itu, untuk soldier pile, maka soldier pile dipasang hingga
kedalaman 20 meter, sesuai dengan gambar berikut:
Diameter soldier pile yang digunakan adalah 1000 mm atau 1 meter, dengan
jarak as ke as antar soldier pile adalah 1500 mm.
3. Ground Anchor
4. Strutting
5. Dewatering
6. Bored Pile dan Pile Cap
7. Pondasi Raft
Pondasi raft ini sendiri adalah beton dengan volume yang sangat besar untuk
menahan sebagian beban struktur diatasnya. Penggunaan pondasi raft ini
sendiri untuk mengurangi beban yang nantinya akan ditanggung oleh pondasi.
Pada proyek pembangunan gedung MCC Tower ini, raft yang digunakan
memiliki ketebalan yang berbeda-beda yaitu 3 meter, 5.1 meter, dan 7.2 meter
dengan detail seperti berikut :
Universitas Indonesia
20
Dari gambar diatas dapat dilihat lokasi dari masing-masing ketebalan raft
yang digunakan sesuai dengan yang telah disebutkan sebelumnya. Pondasi raft
ini berada pada area basement 6 di atas pile cap seperti gambar diatas.
2.9 Pekerjaan Struktur Atas
Universitas Indonesia
21
BAB 3
OBSERVASI LAPANGAN
Universitas Indonesia
22
juga berada pada lantai GF. Setelah baja dipotong dan dibengkokan, maka bisa
masuk ke proses selanjutnya yaitu proses perakitan tulangan kolom. Proses
perakitan ini juga dilakukan di kawasan fabrikasi tulangan. Setelah tulangan kolom
sudah selesai dirakit, maka tulangan kolom ini diangkat menggunakan tower crane
ke tempat dimana tulangan ini akan dipasang.
Setelah tulangan diangkat menggunakan tower crane, maka tulangan
tersebut disambungkan dan diletakkan pada posisi kolomnya. Proses
penyambungan tulangan kolom ini menggunakan metode overlapping yang artinya
tulangan kolom ini disambung pada kolom yang telah dicor sebelumnya. Panjang
overlapping yang digunakan pada pemasangan tulangan kolom ini adalah sebesar
40D dari tulangan yang digunakan atau berarti panjang dari overlapping pada
tulangan kolom ini adalah sepanjang 40 kali dari diameter tulangan yang
digunakan. Tulangan yang di-overlapping ini kemudian diikat menggunakan kawat
bendrat. Pada proses pemasangan tulangan kolom ini harus dilakukan pengecekan
vertikalisasi agar kolom tidak miring. Toleransi kemiringan pada proyek
Millennium Centennial Center ini adalah sebesar ± 2 cm.
Setelah tulangan kolom dipasang, selanjutnya kembali dilakukan proses
marking untuk memasang sepatu kolom yang berfungsi sebagai pembatas
pemasangan bekisting kolom. Kemudian proses selanjutnya adalah pemasangan
bekisting kolom. Bekisting yang akan dipasang di lokasi kolom yang diinginkan
sebelumnya dilepaskan dulu dari kolom yang sudah dicor dan siap untuk dilepaskan
bekistingnya. Setelah bekisting dicopot, maka bekisting diangkat menggunakan
tower crane ke tempat dimana bekisting tersebut akan dipasang. Sebelum
diletakkan pada posisinya, bekisting terlebih dahulu diolesi dengan minyak agar
memudahkan proses pembongkaran bekisting saat bekisitng sudah siap dilepas.
Bekisting ini sendiri dipasang berjarak dengan tulangan kolom dan jaraknya adalah
sebesar selimut kolom yaitu ± 4 cm. Bekisting yang telah terpasang kemudian diberi
perkuatan dengan menggunakan tie root lalu kemudian dikencangkan dengana
menggunakan wingnut. Pada bagian bawah kolom seharusnya diberi karet agar saat
proses pengecoran tidak terjadi kebocoran pada bekisting kolom. Namun pada
pelaksanannya, bagian bawah kolom tidak diberi karet sama sekali sehingga
menyebabkan adanya kebocoran pada bekisiting kolom sehingga diperlukan proses
Universitas Indonesia
23
Universitas Indonesia
24
Pekerjaan balok dan slab pada proyek Millennium Centennial Center ini
dibagi atas 4 zona pengecoran. Pada proyek ini, bekisting yang digunakan
menggunakan bekisting dengan metode tableform. Komponen dari tableform ini
terbagi atas empat komponen yaitu plywood, secondary bearer, primary bearer,
dan leg loads. Untuk lapisan base digunakan plywood dengan ketebalan 18mm,
panjang 1000mm (1 m), section modulus 54000 mm3/m, shear area 18000 mm2/m,
momen inersia 486000 mm4, bending stiffness 5.69 kN-m2/m, serta berat 10.8
kg/m. Selanjutnya untuk secondary bearer digunakan lipped channel
100x50x20x3mm dengan spesifikasi panjang 100 mm, lebar 50 mm, tebal flange
dan web 3 mm, berat 5.18 kg/m, second moment area 990000 mm4, cross sectional
area 653 mm2, modulus elastis 210000 N/mm2, plastic section modulus 23600
mm3, shear area 300 mm2, serta bending stiffness 207.90 kN-m2. Kemudian untuk
primary bearer digunakan I-Beam 152x76 dengan spesifikasi panjang 150 mm,
lebar 75 mm, tebal web 5 mm, tebal flange 7 mm, berat 14 kg/m, second moment
of area 666000 mm4, cross sectional area 1780 mm2, modulus elastis 210000
N/mm2, plastic section modulus 88800 mm3, shear area 750 mm2, serta bending
stiffness 1398.6 kN-m2.
Sama seperti pembuatan kolom, pembuatan balok dan slab ini juga harus
melalui tahapan pekerjaan persiapan, pekerjaan pemasangan bekisting tableform,
pekerjaan pemasangan tulangan, pekerjaan pengecekan horizontalitas, pekerjaan
pengecoran dan yang terakhir adalah pekerjaan pembongkaran bekisting tableform.
Pada pekerjaan persiapan disini adalah memastikan bahwa kolom-kolom
yang akan menjadi tumpuan balok dan slab sudah siap sehingga bisa dilanjutkan
proses berikutnya yaitu proses pekerjaan pembuatan balok dan slab
Pada pekerjaan pemasangan bekisting tableform, hal yang pertama harus
dilakukan adalah pengangkatan tableform menggunakan tower crane dari 3 lantai
dibawah slab yang ingin dicor. Misalnya pada pekerjaan balok dan slab lantai 43,
maka bekisting tableform yang diangkat dan digunakan adalah bekisting tableform
dari lantai 40 dan begitu seterusnya. Proses pengangkatan ini sendiri melibatkan
tower crane dan terminal. Tableform yang akan diangkat diletakkan pada terminal
yang terletak diluar area bangunan pada lantai tersebut lalu kemudian tableform
tersebut diangkat menggunakan tower crane menuju lantai dimana tableform akan
Universitas Indonesia
25
Universitas Indonesia
26
sample beton yang akan diuji tekan pada saat umur beton mencapai 28 hari . Sample
diambil dengan menggunkan cetakan beton silinder. Pada proses pengecoran balok
dan slab, beton dari truk mixer dimasukan kedalam sebuah concrete pump pada
lantai GF dan akan memompa beton pada lantai GF ke lantai yang akan dicor.
Sebelum proses pengecoran, balok dan slab diberikan sikabond agar beton yang
baru dicor dapat menempel sempurna dengan beton yang sudah ada sebelumnya
dan juga harus dibersihkan dulu menggunakan air compressor sehingga tidak ada
kotoran pada area pengecoran. Untuk menyiapkan concrete pump pada saat
sebelum pengecoran, concrete pump dialiri terlebih dahulu menggunakan mortar
agar selang pada concrete pump tersebut bersih dan agar melancrkan proses
pemompaan beton. Pada saat pengecoran, vibrator dimasukan kedalam beton agar
beton yang dituang dapat merata ke seluruh bagian dari balok dan slab. Hal ini
dilakukan hingga zona yang ingin dicor sudah tertutup dengan beton seluruhnya.
Untuk perataan slab, metode yang digunakan adalah dengan menggunakan alat
bantu berupa relat. Relat ini berada pada ketinggian tertentu sesuai dengan
ketebalan slab yang diinginkan yaitu 120 mm dari permukaan bekisting. Beton yang
sudah ditumpahkan diratakan setinggi relat menggunakan kayu dan setelah
mencapai ketebalan yang diinginkan maka relat dapat dicabut dan dapat dipindah
ke area lain yang ingin diratakan ketebalannya. Setelah mengering, beton pada slab
dilapisi dengan curing compound agar pada proses setting tidak terjadi keretakkan.
Universitas Indonesia
27
shop drawing yang sudah ada. Jika pemasangan tulangan sheer wall ini tidak sesuai
dengan shop drawing, maka hal ini tidak hanya berpengaruh terhadap pekerjaan
struktur selanjutnya namun berpengaruh juga terhadap pekerjaan finishing dan
mechanical electrical. Setelah dilakukan marking, maka dilakukan proses quality
control untuk memastikan apakah proses marking sudah sesuai dengan shop
drawing atau belum.
Selagi proses marking dilakukan, tulangan sheer wall dirakit pada lokasi
fabrikasi tulangan. Pada proyek Millennium Centennial Center ini, baja-baja
dikumpulkan dan ditata berdasarkan ukurannya mulai dari diameter 10 mm hingga
32 mm pada Kawasan staging pada lantai GF proyek Millennium Centennial
Center. Baja di kawasan ini dipotong menggunakan bar cutter dan dibengkokan
menggunakan bar bender dengan jumlah dan bentuk yang sesuai dengan bar
bending schedule dan shop drawing yang telah dibuat sebelumnya. Proses
pemotongan dan pembengkokan ini dilakukan di kawasan fabrikasi tulangan yang
juga berada pada lantai GF. Setelah baja dipotong dan dibengkokan, maka bisa
masuk ke proses selanjutnya yaitu proses perakitan tulangan sheer wall. Proses
perakitan ini juga dilakukan di kawasan fabrikasi tulangan. Setelah tulangan kolom
sudah selesai dirakit, maka tulangan sheer wall ini diangkat menggunakan tower
crane ke tempat dimana tulangan ini akan dipasang.
Setelah tulangan diangkat menggunakan tower crane, maka tulangan
tersebut disambungkan dan diletakkan pada posisi kolomnya. Proses
penyambungan tulangan kolom ini menggunakan metode overlapping yang artinya
tulangan sheer wall ini disambung pada sheer wall yang telah dicor sebelumnya.
Panjang overlapping yang digunakan pada pemasangan tulangan sheer wall ini
adalah sebesar 40D dari tulangan yang digunakan atau berarti panjang dari
overlapping pada tulangan kolom ini adalah sepanjang 40 kali dari diameter
tulangan yang digunakan. Tulangan yang di-overlapping ini kemudian diikat
menggunakan kawat bendrat. Pada proses pemasangan tulangan kolom ini harus
dilakukan pengecekan vertikalisasi agar kolom tidak miring. Toleransi kemiringan
pada proyek Millennium Centennial Center ini adalah sebesar ± 2 cm.
Setelah tulangan sheer wall dipasang, maka dilakukan proses pemasangan
bekisting. Bekisting yang digunakan menggunaka bekisting alumunium. Pada
Universitas Indonesia
28
bagian dalam sheer wall, bekisting dapat diangkat menggunakan alat hidrolik dan
pada bagian luar, bekisting dapat diangkat menggunakan tower crane dan dikaitkan
dengan menggunakan angkur.
Proses selanjutnya adalah proses pengecoran. Beton yang digunakan
adalah beton ready mix yang diangkut menggunakan truk mixer dengan kapasitas
sebesar 7 m3 per truknya. Beton yang sudah datang kemudian masuk ke proses
slump test terlebih dahulu. Pada pekerjaan sheer wall, beton yang digunakan adalah
beton dengan mutu Fc 45 dengan nilai slump test sebesar 16 ± 2 cm. Kemudian
untuk setiap 100 m3 beton yang akan dicor pada proyek ini diambil sample beton
yang akan diuji tekan pada saat umur beton mencapai 28 hari . Sample diambil
dengan menggunkan cetakan beton silinder. Pada proses pengecoran sheer wall,
beton dari truk mixer dimasukan kedalam sebuah concrete pump pada lantai GF dan
akan memompa beton pada lantai GF ke lantai yang akan dicor. Sebelum proses
pengecoran, sheer wall diberikan sikabond agar beton yang baru dicor dapat
menempel sempurna dengan beton yang sudah ada sebelumnya dan juga harus
dibersihkan dulu menggunakan air compressor sehingga tidak ada kotoran pada
area pengecoran. Untuk menyiapkan concrete pump pada saat sebelum pengecoran,
concrete pump dialiri terlebih dahulu menggunakan mortar agar selang pada
concrete pump tersebut bersih dan agar melancrkan proses pemompaan beton. Pada
saat pengecoran, vibrator dimasukan kedalam beton agar beton yang dituang dapat
merata ke seluruh bagian dari sheer wall.
Setelah sheer wall dicor, sheer wall tersebut dibiarkan selama 8-12 jam
hingga sheer wall tersebut setting. Setelah kolom setting maka bekisting dapat
dilepas untuk digunakan kembali pada pengecoran sheer wall lainnya dan sheer
wall yang telah dilepas bekistingnya dilapisi curing compound agar menjaga suhu
beton yang dapat membuat keretakkan pada beton sheer wall.
Universitas Indonesia
29
Universitas Indonesia
30
Universitas Indonesia
31
b) Sasaran lingkungan
Menciptakan lingkungan yang aman, tertib dan ramah lingkungan,
sesuai dengan peraturan pemerintah.
c) Sasaran keamanan
Universitas Indonesia
32
Weekly SHE Meeting merupakan pertemuan seluruh staff dan pekerja baik
dari main contractor (PT. Acset Indonusa Tbk), sub contractor, direct contractor
untuk diberi pengarahan atau sosialisasi program kerja SHE.
Universitas Indonesia
33
Universitas Indonesia
34
Universitas Indonesia
35
Universitas Indonesia
36
- Plywood
Yellow for basic
- Electric panel - Oil paint
60 x 40 color, blue for
- Generator set - Pylox
cm image, red for
- Travo - Sablon (screen
writing
printing)
- Plywood
- Fabrication Yellow for basic
- Oil paint
- Material place 60 x 40 color, blue for
- Pylox
- Fuel storage cm image, red for
- Sablon (screen
- Ware house writing
printing)
- Plywood
- Fabrication Yellow for basic
- Oil paint
- Material place 60 x 40 color, blue for
- Pylox
- Fuel storage cm image, red for
- Sablon (screen
- Ware house writing
printing)
Universitas Indonesia
37
- Plywood
Yellow for basic
- Oil paint
- Void 60 x 40 color, blue for
- Pylox
- The edge floor cm image, red for
- Sablon (screen
writing
printing)
- Plywood
- Stairs Yellow for basic
- Oil paint
- Fabrication 60 x 40 color, blue for
- Pylox
- Area contained cm image, red for
- Sablon (screen
many stek writing
printing)
- Plywood
- Oil paint White for basic,
- Gates 60 x 40
- Pylox blue for image,
- Work area cm
- Sablon (screen green for writing
printing)
Universitas Indonesia
38
Universitas Indonesia
39
Safety Shoes
PT. Acset Indonusa Tbk mewajibkan semua pekerja, staff dan tamu
untuk menggunakan safety shoes di lokasi proyek. Safety shoes bagi staff
dan petugas SHE berupa boots berbahan kulit, safety shoes bagi pekerja
berupa boots berbahan karet, sedangkan tamu dan peserta PKL
menggunakan safety shoes berbahan kulit.
Rompi
Universitas Indonesia
40
Universitas Indonesia
41
b. APD Khusus
APD khusus merupakan APD yang digunakan pada keadaan atau pekerjaan
khusus dan memiliki potensi bahaya yang spesifik. Contoh pekerjaan yang dapat
menggunakan APD khusus seperti pekerjaan ketinggian, pekerjaan panas yang
berkaitan dengan pengelasan, dan pekerjaan kelistrikan. APD khusus yang
digunakan pada pekerjaa ketinggian berupa body harness dengan dua angkur untuk
mencegah pekerja terjatuh. Helm las dapat digunakan pada proses pengelasan untuk
mencegah kerusakan pada mata dan terkena bunga api. Pada pekerjaan kelistrikan,
pekerja atau petugas dapat menggunakan sarung tangan karet untuk mencegah
tersetrum. APD khusus pada Proyek Millennium Centennial Center berupa body
harness yang dapat digunakan bergantian antara pekerja dan selalu disimpan pada
kantor Safety, sedangkan APD Khusus lain seperti helm, sarung tangan, google,
hearing protection disediakan sesuai dengan kontrak antara main contractor dan
sub-kontraktor. Pengadaan APD khusus dilakukan dengan mengisi formulir
pengadaan yang kemudian disetejui dan ditandatangani oleh petugas SHE dan
diajukan kepada departemen Logistik.
Gambar 3.4 Rambu mengenai APD pada Proyek Millennium Centennial Center
Sumber: Dokumentasi Penulis, 2018
Universitas Indonesia
42
Universitas Indonesia
43
Universitas Indonesia
44
Universitas Indonesia
45
Pos 2
Tempat
Parkir
Pos 1
Pos 3
Tempat
Parkir
Universitas Indonesia
46
Setiap pekerja yang keluar masuk akan menjalani body checking untuk
mencegah hilangnya barang-barang yang terdapat di dalam proyek maupun
mencegah masuknya barang-barang yang dilarang seperti rokok maupun benda
tajam. Petugas keamanan juga melakukan pendataan jumlah pekerja yang
masuk setiap pagi sebelum proyek dimulai. Pengecekan juga dilaksanakan
terhadap material dan peralatan yang keluar masuk proyek. Pengecekan
dilakukan dengan memeriksa surat jalan dan isi dari kendaraan, peralatan, dan
material.
Petugas keamanan juga melaksanakan patroli pada siang hari dan
malam hari atau pada kegiatan storing pada lokasi proyek dengan menyusuri
lokasi lantai per lantai dan titik pekerjaan pengecoran. Patroli juga dilaksanakan
tiap Sabtu pagi bersama dengan inspeksi bersama Departemen SHE dan owner.
Patroli dilaksanakan untuk menjaga keamanan lokasi proyek dan memastikan
tidak ada pekerjaan yang dilaksanakan tanpa pengawasan departemen SHE
sehingga resiko kecelakaan dapat diminimalisir.
o Latihan berkala
o Meeting koordinasi dan Pelaporan
Universitas Indonesia
47
BAB 4
MANAJEMEN PROYEK
Universitas Indonesia
48
dengan pihak stakholder lainnya. Selain itu, manajemen biaya proyek juga
harus mempertimbangkan dampak dari keputusan proyek terhadap biaya
berulang berikutnya dalam menggunakan, memelihara, dan mendukung
produk, layanan, atau hasil proyek. Manajemen biaya proyek sangat
berkaitan dengan biaya dari sumberdaya yang diperlukan untuk
menyelesaikan proyek. Manajemen biaya proyek juga dapat membahas
mengenai proses tambahan dan berbagai teknik manajemen keuangan,
seperti Rate of Return, Discounted Cash Flow, dan Investment Payback
Analysis.
Universitas Indonesia
49
2) Estimasi Biaya
Merupakan proses dalam mengembangkan perkirkaan biaya dari
sumberdaya yang diperlukan untuk menyelesaikan aktivitas proyek.
Dengan menerapkan proses ini, kita dapat menentukan jumlah biaya
yang diperlukan dalam suatu proyek. Pada proses ini, seluruh gambar
desain secara detail sudah harus ada. Dengan begitu, estimasi biaya yang
dihasilkan dapat tepat sasaran. Selain itu, Estimasi biaya harus ditinjau
dan disempurnakan selama proyek berlangsung agar mencerminkan
detail tambahan saat hal itu tersedia dan agar estimasi tersebut teruji.
Tingkat akurasi dari estimasi biaya akan semakin meningkat seiring
dengan berjalannya proyek.
Proses dalam menganalisis perhitungan biaya didasarkan pada
metode konstruksi, volume pekerjaan, dan berbagai sumberdaya lain
yang membutuhkan biaya. Selain itu, terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi biaya proyek, yaitu tipe kontrak, termin pembayaran,
bentuk kontrak, faktor moneter, tingkat resiko, waktu pelaksanaan
proyek, lokasi proyek, serta kemudahan dan kelayakan dari desain
proyek.
3) Penganggaran Biaya
Merupakan proses dalam menjumlahkan estimasi biaya dari setiap
pekerjaan menjadi suatu acuan biaya (cost baseline). Manfaat dari proses
ini adalah ditentukannya cost baseline terhadap kinerja proyek mana yang
dapat dipantau dan dikontrol. Anggaran biaya proyek mencakup seluruh
dana yang diberikan untuk melaksanakan proyek.
4) Pengendalian biaya
Universitas Indonesia
50
Universitas Indonesia
51
4.7 Kontrak
Masuk ke latar belakang
4.8 Manajemen Waktu
Dihubungkan keatas, dengan kurva s(biaya), material, mesin.
4.8.1 Penjelasan Umum
Manajemen waktu proyek mencakup proses yang diperlukan untuk
mengelola penyelesaian proyek secara tepat waktu. Di dalam manajemen waktu
terdapat suatu model susunan jadwal pelaksanaan. Model jadwal pelaksanaan ini
merupakan representasi dari perencanaan yang telah dibuat sebelumnya untuk
melaksanakan pekerjaan proyek. Model jadwal pelaksanaan berisi tentang durasi
pekerjaan, keterkaitan antara tiap pekerjaan, informasi perencanaan, dll.
Universitas Indonesia
52
Universitas Indonesia
53
2) Penetapan Aktivitas
Universitas Indonesia
54
3) Urutan Aktivitas
Merupakan proses dalam mengidentifikasi dan mendokumentasi
hubungan/keterkaitan antar aktivitas proyek. Hal yang harus diperhatikan dalam
proses ini yaitu dalam mengidentifikasi keterkaitan yang logis dari setiap pekerjaan
agar tercapai efisiensi yang baik. Setiap aktivitas dan milestone, kecuali awal dan
akhir, harus saling terhubung. Terdapat 3 aturan dasar dalam menyusun keterkaitan
antar aktvitias, yaitu :
• Mandatory Dependencies
Merupakan ketergantungan yang tidak dapat dipisahkan antar aktivitas
• Discretionary Dependencies
Merupakan ketergantungan yang ditentukan oleh tim proyek
• External Dependencies
Merupakan ketergantungan antara aktivitas proyek dengan non proyek
Universitas Indonesia
55
bentuk node dan hubungan antar aktivitas dinyatakan dalam bentuk anak panah.
Terdapat 4 bentuk dari ketergantungan antar aktivitas, yaitu :
1. Finish to Start (FS)
Suatu aktivitas tidak dapat dimulai selama aktivitas sebelumnya belum
berakhir
2. Finish to Finish (FF)
Suatu aktivitas tidak dapat berakhir selama aktivitas lain belum berakhir.
3. Start to Start (SS)
Suatu aktivitas tidak dapat dimulai selama aktivitas lain belum dimulai.
4. Start to Finish (SF)
Suatu aktivitas tidak dapat berakhir selama aktivitas lain belum dimulai.
Universitas Indonesia
56
6) Penyusunan Jadwal
Merupakan proses dalam menganalisis setiap urutan aktivitas, durasi,
kebutuhan sumber daya, dan hambatan penjadwalan untuk menyusun model jadwal
proyek. Dengan adanya proses ini, maka kita dapat menyusun model jadwal dengan
jangka waktu yang terencana untuk menyelesaikan setiap aktivitas dalam proyek.
Tujuan dari proses ini yaitu :
• Membuat jadwal yang realistis sebagai dasar monitoring kemajuan
proyek yang berkaitan dengan waktu pelaksanaan proyek.
• Menentukan rencana awal dan akhir dari proyek dan tanggal penting
aktivitas.
• Sebagai alat koordinasi pimpinan
• Sebagai pedoman kerja bagi pelaksana terutama dalam hal batasan-
batasan untuk masing-masing pekerjaan.
• Sebagai tolak ukur kemajuan pekerjaan yang dapat dipantau setiap
saat.
• Sebagai bahan evaluasi tahap akhir dari setiap kegiatan yang
dilaksanakan
Dalam menyusun jadwal dapat dilakukan berdasarkan informasi dari
lingkup perkerjaan, sumber daya yang dibutuhkan, jumlah estimasi sumber daya
dan jadwal sumber daya. Dalam penyusunan jadwal dilakukan beberapa kali
peninjauan ulang dan revisi agar terciptanya jadwal proyek yang disetujui dan dapat
menjadi panduan dalam melaksanakan proyek dan mengecek perkembangan
proyek. Dalam penyusunan jadwal proyek terdapat beberapa komponen yang
Universitas Indonesia
57
meliputi kegiatan tersebut yaitu jadwal bahan, jadwal peralatan, jadwal tenaga
kerja, dan jadwal subkontraktor. Sarana yang dapat digunakan untuk menyusun
jadwal yaitu Gantt Chart, Critical Path Method (CPM), dan Analisis PERT.
Bentuk model jadwal proyek yang disusun ada 2, yaitu Barchart dan Kurva
S. Barchart adalah suatu grafik perencanaan tentang kegiatan proyek dengan waktu
pelaksanaan. Dalam barchart ini kita dapat melihat kapan suatu pekerjaan dimulai
dan berakhir, serta berapa lama durasi suatu pekerjaan. Selain itu juga dapat
mengatur rangkaian kegiatan sehingga mendapatkan gambaran alur pekerjaan dari
mulai persiapan hingga finishing. Hal ini dapat digunakan sebagai dasar awal
perencanaan dalam pelaksanaan kegiatan proyek. Selain itu, dengan mengetahui
barchart ini, segala pemenuhan kebutuhan terhadap material, alat, serta tenaga kerja
yang dibutuhkan dapat direncanakan dengan baik. Hal ini akan mempermudah
dalam pelaksanaan pekerjaan.
Kurva S adalah kurva yang dibuat dari hasil kumulatif presentase bobot
pekerjaan yang menunjukan idealnya urutan pekerjaan. Kurva S ini
menggambarkan hubungan antara item pekerjaan,volume pekerjaan, serta bobot
dari pekerjaan tersebut. Dengan Kurva S ini dapat diketahui perkembangan dari
suatu proyek, baik kemajuan ataupun keterlambatan yang terjadi. Hal ini dapat
digunakan sebagai bahan evaluasi suaatu proyek. Fungsi kurva S ini adalah :
• Menentukan waktu penyelesaian proyek.
• Menentukan waktu penyelesaian pekerjaan-pekerjaan proyek.
• Menentukan besarnya biaya pelaksanaan proyek.
• Menentukan waktu untuk mendatangkan material dan alat yang akan
dipakai
4.8.2 Penjadwalan
Menurut Data dari Presentasi dengan owner per tanggal 10 Juli 2018, proyek
Millenium Centennial Tower diperkirakan akan menyelesaikan strukturnya pada
tanggal 23 Oktober 2018 (Topping Off). Selanjutnya, Finishing Basement
diperkirakan akan selesai pada tanggal 30 December 2018, Finishing Tower pada
tanggal 10 Februari 2019, Penyelesaian pekerjaan Eksternal pada tanggal 30 Januari
Universitas Indonesia
58
2019, dan terakhir adalah Hand Over dilakukan pada akhir Februari 2019 dengan
proses ini dilakukan secara berkala mulai dari akhir November 2018 sampai dengan
akhir Februari 2019. Untuk detail dari penjadwalan keseluruhan Proyek secara
Umum dapat dilihat pada gambar berikut:
OVERALL PROGRAM
2018 2019
NO DESCRIPTION JULY AUGUST SEPTEMBER OCTOBER NOVEMBER DECEMBER JANUARY FEBRUARY REMARKS
1 2 3 4 5 6 7 8
Completion of Structure Work, 23 Oct 2018
Completion of Finishing Work - Tower, 10 Feb 2018
TOPPING OFF
Completion of Finishing Work -Basement, 30 Dec 2018
1. STRUCTURE WORKS
1,1 Low Zone (Lt. 2 ~Lt.27)
1,2 High Zone (Lt. 28 ~ Lt.53)
1,3 LMR
2. FINISHING WORKS
2,1 TOWER
Low Zone (Lt. 2 ~Lt.27)
High Zone (Lt. 28 ~ Lt.53)
LMR
2,2 BASEMENT
Public Area
MEP Room
Parking
Floor Coating
4. EXTERNAL WORKS
DJATI SAMODRA
Project Manager
Universitas Indonesia
59
Universitas Indonesia
60
Universitas Indonesia
61
Universitas Indonesia
62
Universitas Indonesia
63
2) Identifikasi Resiko
Setelah membuat perencanaan manajemen resiko, langkah selanjutnya
adalah mengidentifikasi resiko yang mungkin terjadi. Proses identifikasi
resiko merupakan proses menentukan resiko-resiko apa saja yang
berpengaruh terhadap suatu proyek dan mendokumentasikan
karakteristiknya. Fungsi dari proses ini adalah mendokumentasikan
resiko yang terjadi, sehingga hal ini dapat memberikan pemahaman dan
kemampuan terhadap tim proyek dalam mengantisipasi resiko yang
mungkin terjadi.
Universitas Indonesia
64
Universitas Indonesia
65
Probabilitas Dampak
Kecil Sedang Besar Sangat
Besar
Sangat Tinggi T T ST ST
Tinggi S S T ST
Sedang R S S T
Rendah R R R S
Dimana :
Universitas Indonesia
66
4. Pengelompokkan Resiko
Resiko-resiko yang ada dapat dikelompokkan berdasarkan
penyebabnya, daerah yang terkena dampak resiko, ataupun hal
lainnya. Hal ini dilakukan untuk menentukan daerah mana dari suatu
proyek yang terkena dampak dari resiko tersebut
Universitas Indonesia
67
1. Avoid (Hindari)
Menghindari atau menghilangkan suatu resiko dengan cara
mengubah ruang lingkupnya, mengubah rencana manajemen
proyeknya, mengubah jadwalnya, menolak kegiatannya, ataupun
menghentikan kegiatannya.
2. Transfer (Memindahkan)
Memindahkan atau menyerahkan suatu resiko kepada pihak lain
atau menanggungnya Bersama. Berbeda dengan Hindari,
memindahkan berarti memberikan pihak lain tanggungjawab untuk
merespons resiko tersebut. Strategi ini biasanya dilakukan apabila
pihak tertentu dalam proyek mengalami kekurangan sumberdaya
atau tidak memiliki waktu untuk meresponnya, sehingga resiko
tersebut dialihkan ke pihak yang lain.
3. Mitigate (Mengurangi)
Universitas Indonesia
68
4. Accept (Menerima)
Menerima dan mengelola kemungkinan terjadinya dan dampak
suatu resiko.
1. Exploit (Mengeksploitasi)
Mengeksploitasi atau memanfaatkan resiko yang memberikan
dampak positif terhadap proyek dan memastikan bahwa resiko itu
terjadi
2. Enhance (Menambah)
Menambah atau meningkatkan kemungkinan terjadinya dan dampak
suatu resiko. Dengan mengidentifikasi penyebabnya dan membuat
langkah-langkah untuk mempengaruhi penyebab tersebut, maka
dapat memaksimalkan resiko positif itu terjadi
3. Share (Membagikan)
Membagikan atau memberikan resiko kepada pihak yang lebih
mumpuni dalam merealisasikan peluang tersebut
4. Accept (Menerima)
Menerima dan mengelola kemungkinan terjadinya dan dampak
suatu resiko.
6) Kontrol Resiko
Universitas Indonesia
69
Universitas Indonesia
70
BAB 5
PENUTUP
Universitas Indonesia
71
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Indonesia