Anda di halaman 1dari 13

EKSISTENSI TRADISI PERANG PANDAN YANG

DILAKSANAKAN PADA SASIH SEMBAH OLEH


MASYARAKAT DESA TENGANAN KABUPATEN
KARANGASEM PADA TAHUN 2023

Disusun oleh :
I MADE PITO MAHASUYA (202001080015)
PUTU YOGA MAHENDRA (202001080035)
Gmail : madepitomahasuya@gmail.com , putuyoga301@gmail.com

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI DRAMA TARI DAN MUSIK


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PGRI MAHADEWA INDONESIA
2023

ABSTRAK

Perang Pandan menjadi tradisi yang diadakan setiap tahun di Desa Tenganan
yang dalam bahasa bali kerap dikenal sebagai Mekare-kare. Prosesi ini merupakan
upacara persembahan sebagai rasa syukur dan penghormatan kepada leluhur dan
Dewa Indra sebagai Dewa Perang saat terjadinya pertempuran dengan Maya Denawa
yang melarang rakyatnya menyembah Tuhan dan dilaksanakan serangkaian
pelaksanaan Usaba Sembah. Berdasarkan urgensinya tujuan dalam penelitian ini yaitu
untuk menelusuri eksistensi sejarah tradisi perang pandan di desa Tenganan,
kabupaten Karangasem, dan untuk mengetahui bagaimana prosesi tradisi perang
pandan. Secara fungsional, terdapat empat hal mengenai fungsi tradisi tersebut di
antaranya, fungsi adaptasi yang berarti sistem harus mengatasi kebutuhan situasi yang
datang dari luar dan harus bisa beradaptasi dengan lingkungan dan menyesuaikan
dengan kebutuhannya, fungsi pencapaian tujuan artinya suatu tradisi harus dapat
mecapai tujuan utamanya, fungsi integrasi arinya suatu tradisi harus dapat mengatur
hubungan bagian-bagian yang menjadi komponennya., fungsi pemeliharaan pola
artinya suatu tradisi harus dapat lengkapi memelihara dan memperbaharui suatu
sistem yang tidak sempurna ataupun motivasi individu serta pola-pola pertahanan
budaya motivasi. Penelitian ini dilakukan dengan kegiatan observasi, wawancara,
studi dokumentasi, dan studi kepustakaan.

Kata kunci : Tradisi, Perang Pandan, Desa Tenganan


ABSTRACT

The Pandan War tradition is a tradition that is held every year in Tenganan Village,
which in Balinese is known as Mekare-kare. The Pandan War procession is an
offering ceremony to honor the ancestors and God Indra as the God of War during the
battle against Maya Denawa who forbade his people from worshiping God and
carried out a series of Usaba Sembah implementations. Every research certainly has a
goal to be achieved. In accordance with the problems discussed, the aim of the
research is to find out the historical existence of the pandan war tradition in Tenganan
village, Karangasem district, and to find out how the pandan war tradition procession
was. Functionally, the function of tradition in general is that there are 4 things
including, adaptation function which means the system must overcome the needs of
situations that come from outside and must be able to adapt to the environment and
adjust to its needs, goal achievement function meaning that a tradition must be able to
achieve its main goal, function integration means that a tradition must be able to
regulate the relationship of the parts that are its components. The pattern maintenance
function means that a tradition must be able to complete maintaining and renewing an
imperfect system or individual motivation and cultural patterns that maintain
motivation (Ritzer, 2010: 257 ). This research was carried out using observation,
interviews, documentation studies and literature studies.

Keywords : Tradition, Pandan War, Tenganan Village


PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bali menjadi destinasi dengan banyaknya kunjungan wisatawan. Daya tarik


Bali selalu mampu membuat wisatawan ingin kembali, hal ini menjadikannya
istimewa dengan kawasan lain yang di Indonesia antara lain berdasarkan dari
keindahan alam, kuliner, seni budaya, hingga tradisinya. Tradisi setiap daerah di Bali
sangatlah banyak dan semua tradisi tersebut sangat unik dan dapat membuat kesan
masyarakat tidak akan pernah pudar untuk mengingat suatu hal di Bali.
Tradisi di Bali menjadi penting sebagai suatu yang dapat membimbing
pergaulan bersama di dalam masyarakat. Namun jika suatu tradisi mulai bersifat
mutlak, sebagai suatu nilai pembimbing tersebut akan runtuh dan bahkan tidak lagi
sebagai pembimbing, melainkan beralih sebagai penghalang kemajuan. Tradisi atau
suatu kebiasaan yang telah dilakukan untuk sejak lama dan merupakan bagian dari
kehidupan masyarakat adalah suatu hal yang paling mendasar melalui adanya
informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun lisan, karena
tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah.
Banyaknya tradisi yang ada di Bali sangatlah unik dan memiliki ciri khasnya
masing-masing, seperti tradisi siat tipat di daerah kapal, tradisi omed-omedan di
daerah sesetan, tradisi mekotek di daerah munggu, dan salah satu tradisi yang tidak
kalah uniknya yaitu tradisi perang pandan di daerah Tenganan, kabupaten
Karangasem.
Tenganan Pegringsingan sebagai desa tua di Bali, memiliki berbagai
peninggalan sejarah. Covarubias (1937) dan M. Mead dan G. Asal usul Desa
Tenganan, sudah ditemukan oleh Goris pada Prasasti Bali. Berbagai penelitian
tersebut telah membuka cakrawala Tenganan ke dunia luar, bahkan sampai sekarang
Tenganan lebih banyak dikunjungi oleh wisatawan asing maupun domestik.
Desa Tenganan dengan nama populernya yaitu Tenganan Pagringsingan,
merupakan salah satu dari banyaknya desa kuno di Bali yang terletak di kabupaten
Karangasem. Desa Tenganan ini dikembangkan sebagai salah satu obyek wisata
budaya sebab memiliki banyak keunikan dan ciri khas yang menarik untuk dilihat dan
dipahami. Sistem kemasyarakatan di desa ini terdiri dari penduduk asli desa setempat
atau sering di sebut Bali Aga. Perbedaan desa Bali Aga khususnya Desa Tenganan
yang budayanya berbeda dari yang lain. Dan sebagian masyarakat Bali yang berasal
dari suku Majapahit yang menjadi Dewa utamanya adalah Dewa Siwa.
Lontar Usana Bali yang tersimpan di Bale Agung Desa Tenganan
Pegringsingan (Putra Agung, 1980/81: 22) menyebutkan bahwa, Perang Pandan atau
Mekare-kare merupakan tradisi uji ketabahan dan keberanian dimana tradisi ini
dipentaskan setiap pelaksanaan Usaba Sembah yang jatuh pada sasih setiap bulan
Juni. Pelaksanaan tradisi Mekare ini selalu dibarengi dengan tabuh rah (sabungan
ayam) tiga babak.
Adanya budaya masyarakat Desa Tenganan Pegringsingan membuat tradisi
yang ada di desa ini dapat dikenali oleh budaya asing, tentunya terdapat beberapa ciri
dominan yang bersama-sama menunjukkan keunikan dari budaya yang mereka
miliki. Oleh karena itu, tradisi ini lebih dominan di bidang pariwisata yang
penyebarannya lebih cepat melalui media sosial, media
digital, dan media sosial. Ketiga media ini berkembang sangat pesat untuk
mendukung keberadaan tradisi tersebut.
Eksistensi tradisi Mekare-kare di media sosial terlihat dari
penyajiannya melalui berita, artikel dan informasi di berbagai website terkait tradisi
Mekare-kare. Hadirnya tradisi Mekare-kare di media digital terlihat dari berbagai
publikasi mengenai tradisi ini melalui Instagram, Facebook, Twitter, yang
didokumentasikan dalam bentuk fotografi, film, video dokumenter, dan lain-lain. dan
media sosial lainnya untuk digunakan sebagai aset pendaftaran. dokumentasi dalam
jangka waktu yang lama. Eksistensi tradisi mekare-kare
dalam komunikasi terlihat dari observasi dan penelitian terhadap konten atau
informasi media sosial. Tidak jarang kehadiran tradisi
ini dalam komunikasi diwujudkan melalui karya seni yang terinspirasi dari
tradisi themekare-kare.
Tradisi ini begitu unik sifatnya dan memiliki tingkat kesucian yang tinggi
yang mungkin tidak ditemukan di daerah lain. Kesucian tradisi tersebut harus tetap
dijaga mengingat perkembangan modern sudah mulai menyentuh tradisi tersebut dan
agar banyak masyarakat yang lebih mengenal tradisi tersebut agar perang panda atau
tradisi mekare-kare tidak padam. Itulah sebabnya para ulama menunjuk pada tradisi
ini. Setiap penyidikan tentu memiliki tujuan sesuai dengan urgensi dan permasalahan
yang didapatkan. Maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui eksistensi sejarah tradisi perang pandan di desa Tenganan,


kabupaten Karangasem.
2. Untuk mengetahui bagaimana prosesi tradisi perang pandan.

Alasan kami untuk memilih topik penelitian ini karena tradisi mekare – kare
yang ada di desa Tenganan Pegringsingan sangat menarik. Desa Tenganan
Pegringsingan adalah salah satu desa Bali Aga yang berada di Bali dan desa tersebut
menjadi salah satu objek wisata yang selalu di kunjungi oleh wisatawan asing
maupun domestik. Selain me miliki tradisi perang pandan atau mekare – kare desa
tenganan pegringsingan juga dikenal sebagai pengrajin kain gringsing yang cukup
banyak diminati oleh wisatawan. Oleh karena itu tradisi mekare kare atau perang
pandan di desa tenganan pegringsingan cukup menarik untuk dilakukan penelitian.

NOVELTY

1. Ersa Rahayu dan Nengah Juliawan (2021) dalam jurnal Maha Widya Duta
berjudul “Eksistensi Tradisi Mekare-kare Sebagai Intangible Heritage
Tourism Di Desa Adat Tenganan Pegringsingan”. Membahas tentang
perkembangan tradisi Mekare-kare yang awalnya hanya sebagai tradisi dalam
ritual keagamaan atau yadnya dalam upacara ngusabha sambah, sekarang
sudah menjadi Intangible Heritage Tourism yang merupakan salah satu
eksistensi ragam tradisi yang mampu menjadi daya tarik wisatawan.
2. Sumarjo (2018) dengan penelitian yang berjudul “Eksistensi Awig-Awig
dalam Menjaga Harmonisasi Desa Adat Tenganan Pegringsingan, Kabupaten
Karangasem, Bali”. Dalam penelitian ini penulis bertujuan mendeskripsikan
eksistensi awig-awig sebagai sumber hukum yang mampu menjaga, mengatur
dan mengharmoniskan kehidupan masyarakat Desa adat Tenganan
Pegringsingan Bali di tengah pusaran arus globalisasi.

Dengan menggunakan kedua karya tulis ilmiah tersebut sebagai kajian


pustaka maka penulis mendapatkan persamaan dalam pembahasan tersebut
yaitu sama-sama membahas eksistensi dalam tradisi yang ada di Bali, tentu
ada juga perbedaan dari kedua isi karya ilmiah tersebut yang dimana salah
satunya memiliki keunggulan dalam isinya yaitu membahas perkembangan
tradisi yang ada di Bali, khususnya di desa Tenganan.

METODE PENELITIAN
Metode dalam penelitian berperan penting dalam menunjang keberhasilan
dari sebuah penelitian, karena pada hakikatnya metode merupakan sebagai suatu
teknik atau cara untuk meneliti suatu hal atau peristiwa. Adapula yang menyatakan
bahwa metode penelitian adalah suatu prosedur dengan langkah-langkah yang
sistematis. Dengan adanya metode penelitian, hal apapun yang diteliti tentunya
seorang peneliti akan mudah mencari jalan keluar secara ilmiah dari permasalahan
yang diteliti. Berkaitan dengan itu dalam metode penelitian menggunakan metode
pengumpulan data yaitu ada beberapa diantaranya : (1) Observasi, (2) Wawancara,
(3) Studi Dokumentasi, (4) Studi Kepustakaan.
METODE PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data merupakan berbagai cara untuk mendapatkan


informasi yang valid sehingga penelitian tidak diragukan. Dalam penelitian ini
dilakukan dengan kegiatan observasi, wawancara, studi dokumentasi, dan studi
kepustakaan. Dengan rincian sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi merupakan proses pengamatan dan penelusuran


terhadap suatu permasalahan yang terdapat dalam penelitian.
Observasi dalam penelitian ini dilakukan secara langsung di desa
Tenganan pada saat tradisi Perang Panda tersebut dilaksanakan.
Observasi dilakukan juga secara tidak langsung ke lokasi penelitian
dengan menonton video dokumentasi dari tradisi Perang Pandan
melalui youtube atau media sosial lainnya. Setelah pengamatan
dilakukan peneliti mulai menyusun rancangan untuk mendapatkan
informasi secara luas dengan proses wawancara.

2. Wawancara

Wawancara adalah cara memperoleh data atau informasi dengan


berdiskusi dan tanya jawab kepada informan atau narasumber dengan
mencatat ataupun merekam pembicaraan dari narasumber sebagai
strategi untuk mengingat apa yang dikatakan. Dalam penelitian ini
akan dilakukan wawancara dengan beberapa masyarakat Tenganan
yang ikut serta dalam tradisi Perang Pandan dan juga Peneliti akan
mewawancarai tokoh adat ataupun tokoh agama yang ada di Tenganan
untuk bisa didapati informasi tradisi ini. Selain itu wawancara juga
akan dilakukan bersama dengan masyarakat luas seperti wisatawan,
kerabat dekat ataupun orang lain diluar dari warga desa Tenganan
untuk bisa didapati informasi mengenai sejauh mana eksistensi tradisi
Mekare-kare dimata masyarakat luas.

3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi adalah cara mendapatkan informasi melalui
dokumen-dokumen baik itu karya tulis, gambar, video mengenai suatu
topik penelitian ini. Dalam penelitian ini akan ditelusuri beberapa
peninggalan sejarah dari tradisi Mekare-kare baik itu berupa lontar
atau sumber dokumentasi lain yang terkait tradisi Mekare-kare yang
nantinya bisa didapatkan bersamaan dengan proses wawancara yang
akan dilakukan.

4. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah cara mendapatkan informasi melalui


mengkaji sumber bacaan atau bahan pustaka berupa buku-buku, jurnal
atau hasil penelitian lain yang berkaitan dengan topik. Dalam
penelitian ini akan di telusuri dan dibaca buku-buku yang ada di dalam
perpustakaan ataupun buku yang bisa dicari secara digital yang
nantinya jikalau terdapat informasi penting yang perlu dikutip selain
dari hasil wawancara dapat membuat isian dalam penelitian ini
lengkap.
LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN
Dalam penelitian, teori diperlukan guna mencapai tujuan penelitian seperti
yang diinginkan. Dengan adanya teori, penelitian ini mempunyai dasar yang kokoh
dan dipertanggung jawabkan. Berkaitan dengan hal tersebut, dalam bab ini ada
beberapa teori yang disajikan landasan yang diambil dari beberapa kepustakaan yang
relevan. Terkait dengan hal tersebut peneliti menulis tentang “Eksistensi Tradisi
Perang Pandan Yang di Laksanakan Pada Sasih Sembah Oleh Masyarakat Desa
Tenganan Kabupaten Karangasem Pada Tahun 2022” maka pada bab ini penulis
dapat memberikan teori-teori yang dapat mendukung pada pembahasan tersebut : (1)
Pengertian Eksistensi, (2) Pengertian Tradisi Secara Umum, (3) Fungsi Tradisi Secara
Umum, (4) Deskripsi Tradisi Perang Pandan.

PENGERTIAN EKSISTENSI

Eksistensi berarti kepopuleran atau dengan kata lain sejauh mana


keberadaanya diakui oleh masyarakat luas dan bisa juga menyangkut
tentang unsur bertahan. Dalam penelitian ini eksistensi telah terlihat
dengan adanya suatu aktivitas individu yang memperkenalkan suatu hal
pada khalayak masyarakat luas melalui pemanfaatan media, baik itu
media digital, media sosial, dan media komunikasi yang mampu
menunjang kepopuleran dari suatu hal yang perlu dipertahankan dan
dilestarikan.

PENGERTIAN TRADISI SECARA UMUM


Tradisi atau kebiasaan, dalam pengertian yang paling sederhana
adalah sesuatu yang telah dibiasakan sehingga menjadi sesuatu hal yang
refleks dalam kehidupan. Sesuatu hal yang telah dibiasakan menjadi
budaya yang diwariskan secara turun temurun dari suatu mitologi yang
pernah ada disuatu tempat yang menyebabkan tradisi tersebut harus
dilaksanakan. Sehingga pewarisan tersebut perlu dilakukan dan pada
akhirnya menyebabkan adanya suatu pengenalan, dengan pengenalan
tersebut sebuah tradisi dapat mencapai puncak kepopuleran di kalangan
masyarakat luas.

FUNGSI TRADISI SECARA UMUM

Secara umum fungsi berkaitan dengan kegunaan untuk suatu hal


yang harus dipenuhi dari kebutuhan setiap orang. Jadi suatu tradisi dapat
berfungsi jika dipergunakan dan dilakukan sebaik mungkin sesuai hakikat
dari tradisi tersebut. Secara fungsional, fungsi tradisi pada umumnya
adalah terdapat 4 hal diantaranya : (1) fungsi adaptasi yang berarti sistem
harus mengatasi kebutuhan situasi yang datang dari luar dan harus bisa
beradaptasi dengan lingkungan dan menyesuaikan dengan kebutuhannya.
(2) fungsi pencapaian tujuan artinya suatu tradisi harus dapat mecapai
tujuan utamanya. (3) fungsi integrasi arinya suatu tradisi harus dapat
mengatur hubungan bagian-bagian yang menjadi komponennya. (4) fungsi
pemeliharaan pola artinya suatu tradisi harus dapat lengkapi memelihara
dan memperbaharui suatu sistem yang tidak sempurna ataupun motivasi
individu dan pola-pola budaya yang mempertahankan motivasi (Ritzer,
2010:257).

DESKRIPSI TRADISI PERANG PANDAN


Perang Pandan sebagai sebuah tradisi setiap tahun di Desa
Tenganan yang dikenal dengan sebutan Mekare-kare dalam Bahasa Bali.
Perang Pandan merupakan prosesi persembahan untuk menghormati
leluhur dan Dewa Indra sebagai Dewa Perang yang saat itu melawan
Maya Denawa seorang pelarang rakyat untuk menyembah Tuhan dan
dilaksanakan serangkaian pelaksanaan Usaba Sembah. Tradisi ini
menggunakan senjata pandan sebagai lambang gada yang digunakan
dalam peperangan, dan alat utamanya adalah tamieng atau perisai yang
terbuat dari bambu atau rotan, dan dibawa oleh sepasang pemuda yang
saling bertanding seperti dalam pertandingan tinju dan ada 1 orang
bertugas menjadi wasit untuk memimpin jalannya pertandingan yang
masyarakat setempat menyebutnya dengan tukang belasang.

KESIMPULAN

Perang Pandan merupakan tradisi yang diadakan setiap tahun di Desa


Tenganan. Tradisi perang pandan juga dikenal dengan mekare-kare di Bali yang
dilakukan oleh para pemuda yang mengenakan pakaian adat Bali dengan telanjang
dada. Prosesi ini sudah menjadi tradisi yang dilaksanakan setiap tahun sekali untuk
menghormati kepada para leluhur dan juga kepada Dewa Indra. Kepercayaan
masyarakat di desa ini sangat berbeda dengan kepercayaan masyarakat pada agama
Hindu di Bali lainnya, mereka sangat mempercayai Dewa Indra sebagai dewa perang.

Tradisi Perang Pandan dilaksanakan bersamaan dengan Usaba Sembah.


Prosesi ini diawali dengan upacara di desa, dimana kelancaran dan keamanan sangat
diperlukan demi terselesaikannya acara tersebut. Dalam upacara ini senjata pandan
digunakan sebagai lambing gada yang digunakan dalam peperangan. Perang tersebut
terjadi secara tatap muka dan melibatkan masyarakat laki-laki mulai dari anak-anak
hingga orang tua. Prosesi Perang Pandang dilaksanakan saat bulan kelima dalam
kalender Bali. Setiap pertempuran berlangsung dalam waktu singkat dan bergantian
selama kurang lebih 3 jam dengan menggunakan alat utama perang berupa perisai
yang berbahan bambu atau rotan serta daun pandan berduri.

Di penghujung acara, seluruh peserta diobati dengan obat tradisional yang


dibuat dari parutan kunyit dan lengkuas yang dicampur dengan minyak kelapa. Akhir
dari tradisi ini peserta dan masyarakat desa memakan makan yang disediakan
bersama atau bisa disebut dengan megibung dan hal ini menunjukkan kebersamaan
dan kebahagiaan yang begitu kuat.
SARAN

Tradisi Perang Pandan ini merupakan tradisi Bali Aga yang sangat perlu
untuk dijaga kelestariannya. Tradisi ini merupakan bagian dari upacara keagamaan
(Usaba Sambah) dalam memberikan penghormatan kepada Dewa Indra, yang
merupakan Dewa dari segala Dewa menurut kepercayaan bagi masyarakat desa
Tenganan. Kesakralan dari tradisi ini hendaknya dijaga, mengingat dalam
perkembangannya tradisi ini sudah mulai tersentuh dengan perkembangan zaman
yang modern, dan mulai menjadi atraksi pariwisata. Kemudian perkembangan zaman
yang sangat pesat hendaknya tidak mengurangi keunikan dan kesakralan tradisi ini,
walaupun sudah mulai dapat diikuti bukan hanya oleh masyarakat Desa Tenganan
saja. Nilai dan fungsi tradisi ini tetap dijaga.

Anda mungkin juga menyukai